Anda di halaman 1dari 8

40

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta


E-ISSN : 2715-616X

NAMA : SUCI NUR INDAH SARI


NPM : 19320033
MATA KULIAH : PENGANTAR EVIDENCE BASE DALAM KEPERAWATAN

MANSET RESTRAINT SEBAGAI EVIDENCE BASED NURSING


UNTUK MENGURANGI RESIKO LUKA EKSTREMTAS PADA
PASIEN YANG MENGALAMI PENURUNAN KESADARAN

Abstrak
Keywords: Latar belakang: Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa
Manset restrain ; ICU membran dan tulang atau organ tubuh lain. Ada beberapa faktor resiko
terjadinya luka tekan salah satunya yaitu akibat gesekan, Pergesekan
terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang berlawanan.
Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis
kulit Pengertian dasar restraint adalah membatasi gerak atau membatasi
kebebasan. Pengertian secara internasional adalah suatu cara/ metode/
restriksi yang disengaja terhadap gerakan/ perilaku seseorang. Metode:
Pelaksanaan evidence based nursing manset restrain ini diberikan pada 6
pasien dengan teknik pemilihan purposive sampling. Instrument penerapan
menggunakan derajat luka berdasarkan kedalaman 1 – 4. Hasil: penerapan
memperlihatkan pelaporan memnimalnya terjadinya derajat luka Diskusi :
penurununan kesadaran dapat terjadi pada pasien pasien ICU dan
kehilangan kesadaran dapat menyebabkan pasien mencopot hal hal yang
tidak membutanya nyaman seperti melepas infus dan sebagainya maka dari
tiu perlu dilakukan restrain. Restrain juga dapat menyebabkan problem
baru yaitu luka pada ekstremitas. Kesimpulan: Manset restrain lebih efektif
untuk mencegah timbulnya luka baru pada ekstremitas

1. PENDAHULUAN sering terjadi pada pasien kritis yang dirawat


Intensive Care Unit (ICU) merupakan di ruang rawat intensif antara lain gangguan
suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri neurologis, perdarahan, ketidakstabilan
dengan staf khusus dan perlengkapan yang hemodinamik dan cairan elektrolit, syok,
khusus. Pasien yang layak dirawat di ruang gagal napas akut dan kronik, infeksi
ini yaitu pasien yang memerlukan intervensi nosokomial, gagal ginjal, nyeri dada, sepsis
medis segera, pemantauan kontinyu serta serta Multiple Organ Dysfunction Syndrome
pengelolaan fungsi sistem organ tubuh (MODS). Diperkirakan bahwa sekitar 13
secara terkoordinasi oleh tim intensive care. sampai dengan 20 juta orang pertahun
Hal tersebut dilakukan supaya pasien membutuhkan dukungan kehidupan di unit
terhindar dari dekompensasi fisiologis serta perawatan intensif diseluruh dunia Untuk
dapat dilakukan pengawasan yang konstan, menunjang kehidupan di ICU maka
terus menerus dan pemberian terapi titrasi dilakukan pemasangan prosedure invasif
dengan tepat (Kemenkes RI,2012). (Adhikari, Fowler, Bhagwanjee, &
Menurut Patient and Family Support Rubenfeld, 2010).
Committee of the Society of Critical Care Pada pasien di ICU sebagian besar
Medicine (2002) dalam Berger & Pichard mengalami penrunan kesadaran. Penurunan
(2012) bahwa permasalahan umum yang kesadaran merupakan masalah kedaruratan

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


41
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

yang dapat menunjukkan gangguan yang Restrain / pengikatan fisik (dalam


berat pada fungsi serebral. Banyak penyebab psikiatri) secara umum mengacu pada suatu
dari penurunan kesadaran antara lain infeksi bentuk tindakan menggunakan tali untuk
(meningitis bakteri) atau inflamasi (sepsis), mengekang atau membatasi gerakan
struktural (traumatik, neoplasma, infark ekstremitas individu yang berperilaku diluar
cerebri, abses, hidrosefalus), metabolik kendali. Pengikatan fisik merupakan
(hipoglikemia), nutrisi (defisiensi thiamin) alternatif intervensi terakhir jika dengan
dan toksik (keracunan alkohol) (Goysal, intervensi verbal (persuasi), pengekangan
2016). Menurut Goysal (2016) kimia (biologi) mengalami kegagalan (SPO
penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien pengikatan fisik / restrain RSJD Dr. Amino
penurunan kesadaran yaitu mengelola Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah).
pernapasan dengan posisi yang baik supaya Indikasi restrain meliputi perilaku amuk
jalan napas paten, mempertahankan tekanan yang membahayakan diri dan orang lain,
darah tetap stabil, menjaga keamanan pasien perilaku agitasi yang tidak dapat
dari resiko jatuh salah satu caranya dengan dikendalikan dengan pengobatan, ancaman
pemasangan restrain fisik. terhadap integritas fisik yang berhubungan
Saat ini isue utama dalam pelayanan dengan penolakan pasien untuk istirahat,
kesehatan adalah masalah patient Safety / makan, dan minum, permintaan pasien untuk
keselamatan pasien, keselamatan pasien pengendalian perilaku eksternal, pastikan
adalah suatu system yang membuat asuhan bahwa tindakan ini telah dikaji dan
pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, berindikasi terapeutik (Videbeck, 2008).
identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, Restrain yang dilakukan pada pasien di
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan rumah sakit jiwa ternyata juga menimbulkan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, dampak negatif, dampak restrain bisa terjadi
serta implementasi solusi untuk pada pihak pasien sendiri juga pihak perawat
meminimalkan timbulnya risiko dan yang melakukan tindakan ini. Selain resiko
mencegah terjadinya cedera yang terjadi cedera, seringkali pasien tidak
disebabkan oleh kesalahan akibat terpenuhi kebutuhan dasar manusianya
melaksanakan suatu tindakan atau tidak ketika dilakukan restrain. Restrain pada
mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. (PERMENKES RI No. 11 Tahun 2. METODE
2017 tentang Keselamatan Pasien). Penerapan Evidence Based Nursing
Insiden Keselamatan Pasien, adalah (EBN) diawali dengan penentuan fenomena
setiap kejadian yang tidak disengaja dan aktual yang terjadi di ruangan kemudian
kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi dilakukan pencarian terhadap jurnal-jurnal
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah yang sesuai untuk memberikan solusi
pada pasien, terdiri dari kejadian tidak intervensi.
diharapkan (KTD), kejadian tidak cedera Penerapan EBN ini menggunakan desain
(KTC), kejadian nyaris cedera (KNC) dan eksperimen quasi (quasi experiment) dengan
kejadian potensial cedera (KPC). pendekatan pre and post test without control
(PERMENKES RI No. 11 Tahun 2017 group. Instrument penerapan menggunakan
tentang Keselamatan Pasien). skala penilaian nyeri Derajat Luka
Angka Insiden keselamatan pasien Pelaksanaan dilakukan di ruangan rawat inap
menurut laporan Institute Of Medicine Intensive Care Unit RSUD Pandan Arang
(IOM), America Serikat pada tahun 2000 Boyolali. Tujuan penelitian ini adalah
dalam buku, “To Err Is Human, Buliding a mengetahui efektifvitas dari Manset Restrain
Safer Health System” diikuti data WHO Tahap observasi serta pencarian literatur
tahun 2004 dari berbagai negara menyatakan dimulai pada tanggal 5 – 15 Januari 2020.
bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di Jumlah populasi berjumlah 12 pasien dengan
rumah sakit terdapat sekitar 3% – 16% responden yang diteliti berjumlah 6 orang
kejadian tidak diharapkan (Depkes RI, pasien. Intervensi menggunakan Manset
2006). restrain yang diikat sesuai dengan SOPyang

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


42
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

benar kemudian dilakukan pemantauan Tabel 3


tingkat kesadaran dan menilai derajat luka Tekanan Darah N=6
setelah restrain dibuka. Manset restrain yang N Tekanan Pre Prosen Post Prosen
o darah tase tasi
digunakan menggunakan manset restrain
1 Normal 3 50% 4 67%
modifikasi menggunakan kain yang halus 2 Tidak 3 50% 2 33%
dengan ukuran manse 15 cm x 28 cm dan Normal
panjang tali 60 cm. 0 0%
Identifikasi sampel yang terlibat dalam
penerapan EBN menggunakan kriteria inklusi Tabel 4
dan eksklusi pasien yang mengalami Derajat luka N=6
penurunan kesadaran, semua pasien yang ada N Derajat Pre presen Post Prosen
di ICU o luka tase tase
1 Derajat 1 0 0 1 16%
2 Derajat 2 0 0 0 0
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3 Derajat 3 0 0 0 0
Dalam penerapan EBN pasien yang 4 Derajat 4 0 0 0 0

terlibat adalah sebanyak 6 pasien. Berikut


Pada tabel 1 menunjukan jenis kelamin
karakteristik dan hasil penerapan EBN yang
responden antara perempuan dan laki- laki itu
dilakukan pada pasien adalah : sama yaitu 50%, kemudian untuk umur
responden juga memiliki prosentasi yang
Tabel 1 sama yaitu 50%. Pada tabel 2 yang tinkat
Karakteristik responden N=6 kesadaran responden saat datang sebanyak
No Karakte Frekuen Presenta 67% pasien mengalami delirium kemudian
ristik si si 33% mengalami somnolen. Pada tabel 3 yang
1 Jenis menunjukan tekanan darah terdapat
kelamin persamaan antara pre dan post yaitu 67 %
Peremp 3 50 % normal dan 33 % tidak normal. Pada tabel 4
uan yang menunjukkan derajat luka berdasarkan
Laki- 3 50% kedalaman yang memiliki 4 derajat hanya ada
laki 1 responden yang mengalami luka akibat
2 Umur gesekan.
Respon
den PEMBAHASAN
<65 3 50% Manset restrain dengan tekanan darah
>65 3 50% Tekanan darah merupakan faktor yang
sangat penting pada sistem sirkulasi. Terdapat
dua macam kelainan tekanan darah yakni
Tabel 2 dikenal dengan hipertensi atau tekanan darah
Tingkat kesadaran N=6 tinggi dan hipotensi atau tekanan darah
No Tingkat Kesadaran rendah. Hipertensi telah menjadi penyakit
1 Komposmentis 0 0 yang menjadi perhatian di berbagai dunia,
2 Apatis 0 0 karena seringkali menjadi penyakit tidak
3 Somnolen 2 33% menular nomor satu di banyak Negara.
4 Delirium 4 67% Menurut World Health Organization (WHO)
5 Stupor 0 0 (2013) memaparkan bahwa peningkatan
6 Koma 0 0 tekanan darah / hipertensi merupakan salah
satu faktor kematian global dan diperkirakan
telah menyebabkam 9,4 juta kematian dan 7%
dari beban penyakit yang diukur dalam
Disability Adjusted Life Year (DALY) pada
tahun 2010.

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


43
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

Berdasarkan tabel 3 tekanan darah tekanan atau tekanan bersamaan dengan


sebelum dilakukan restrain yaitu seimbang robekan yang biasanya pada daerah tulang
50% normal dan 50% tidak normal. Saat yang menonjol (National Pressure Ulcer
dilakukan observari oleh peneliti responden Advisory Panel, 2012). Ada beberapa faktor
mengalami kegelisahan, tidak patuh terhadap resiko terjadinya luka tekan salah satunya
proses pengobatan seperti ingin melepas alat yaitu akibat gesekan, Pergesekan terjadi
alat medis yang terpasang. Kondisi pasien ketika dua permukaan bergerak dengan arah
yang tidak stabil menyebabkan tekanan darah yang berlawanan. Pergesekan dapat
pada pasien semakin meningkat. mengakibatkan abrasi dan merusak
Setelah dipasang restrain berdasarkan permukaan epidermis kulit. Pergesekan bisa
tabel 3 tekanan darah responden 67 % normal terjadi pada saat penggantian sprei anak yang
dan 33% tidak normal. Peneliti memantau tidak berhati – hati (Dini et al., 2006). Luka
tekanan darah yang terpasang resrtrain setiap merupakan suatu keadaan terputusnya
jam seperti yang dikatan dalam Clinical kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh
Guideline Physical Restraints liverpool trauma, intentional/operasi,
hospital 2018. Menurut Sudoyo, et, al (2009) ischemia/vaskuler, tekanan dan keganasan
ansietas, takut, nyeri dan stress emosi (Ekaputra, 2013).
mengakibatkan stimulus simpatis secara Berdasarkan tabel 4 menunjukkan pada
berkepanjangan yang berdampak pada saat sebelum pemasangan restrain dapat
vasokonstriksi, peningkatan curah jantung, diketahui pada area ekstremitas yang akan di
tahanan vaskular perifer dan peningkatan pasang restrain tidak terdapat luka, kemudian
produksi renin. Peningkatan renin pada post pemasangan atau setelah pelepasan
mengaktivasi mekanisme angiotensin dan restrain terdapat 1 responden memliki derajat
meningkatakan skresi aldosteron yang luka 1 dengan deskripsi tanda tanda luka
berdampak pada peningkatan tekanan darah. terdapat perubahan suhu dan warna pada
Kejadian tersebut dikarenakan pasien bagian ekstremitas. Menurut National
mengalami penurunan kesadaran dengan Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP)
GCS <8. Tekanan darah pada pasien yang derajat 1 luka Ulserasi terbatas pada
mengalami ketidakstabilan yang cenderung epidermis dan dermis dengan eritema pada
naik dikarenakan pasien mengalami kulit. Penderita dengan sensibilitas baik akan
kecemasan dan gelisah. mengeluh nyeri, stadium ini biasanya
Responden yang dilakukan reversible dan dapat sembuh dalam 5-10 hari.
pemasangan restrain pada jam pertama Tanda dan gejala: Adanya perubahan dari
cenderung memilki tekanan darah yang kulit yang dapat diobservasi. Apabila
meningkat dikarenakan kondisi emosi yang dibandingkan dengan kulit yang normal,
belum stabil, namun setelah >1 jam kondisi maka akan tampak salah satu tanda sebagai
tubuh dan emosi pasien mulai stabil. berikut: perubahan temperatur kulit (lebih
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Murniyati dingin atau lebih hangat), Perubahan
(2018) mengatakn bahwa tekanan darahakan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak),
menjadi stabil setelah 4 jam pemasangan Perubahan sensasi (gatal atau nyeri).
restrain. Menurut Sepdianto dkk (2010) Dibandingkan studi pendahuluan yang di
kondisi yang labil dapat menstimulasi lakukan pada 5 orang pasien yang
pelepasan hormon epineprin dari kelenjar menggunakan restrain kasa 4 diantaranya
adrenal yang dapat menyebabkan mengalami luka derajat 1 restrain
peningkatan denyut jantung dan menggunakan kain halus meodifikasi lebih
penyempitan pembuluh darah sehingga dapat baik ketimbang kasa. Penggunaan kasa
meningkatkan tekanan darah. memang sudah sangat banyak digunakan
untuk memberikan restrain di ICU. Menurut
Restrain dengan derajat luka Neriman A (2007) Hanya beberapa perawat
Luka tekan merupakan kerusakan ICU (6,4%) dilaporkan menggunakan bahan
terlokalisir pada bagian kulit dan atau pengekangan fisik khusus, sisa perawat ICU
jaringan di bawahnya sebagai akibat dari (92%) melaporkan bahwa mereka

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


44
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

menggunakan gulungan kain kasa langsung pada pasien pergelangan tangan atau pergelangan kaki.
Tidak ada penelitian sebelumnya yang menentukan kasa sebagai bahan menahan diri besar. Semua
pengekangan fisik harus melangkah untuk mengurangi kemungkinan merugikan jaringan di
bawahnya. Dalam Clinical Guideline Physical Restraints liverpool hospital 2018 juga disebutkan
tidak terdapat bahan khusus yang digunakan untuk melakukan restrain. Penggunaan kasa sebagai
pengikat restrain memang maklum digunakan namun penggunaan kasa menyebabkan luas
penampang di ekstremitas menjadi relativ kecil dan menyebabkan gaya tekananyang besar.
Penelitian dari Rika F (2017) mengatakan semakin besar luas penampang maka semakin kecil
tekanan yang dihasilkan. Pada penelitian lain dikatakan juga hal yang sama bahwa luas permukaan
berbanding terbalik dengan tekanannya ( Vita, R.2017). Terapi restrain bermanset lebih efektif
berdasarkan dari luas penampang karena memilki penampang yang lebar. Hal tersebut didukung oleh
penelitian Saseno, Pramono Giri Kriswoyo (2013) tentang pengaruh tindakan restrain fisik dengan
manset terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia, menyimpulkan bahwa ada
pengaruh tindakan restrain fisik dengan manset terhadap penurunan perilaku kekerasan. Untuk
menjamin patient safety dalam tindakan restrain perlu dipilih alat restrain yang aman dan tidak
melukai, tali restrain dibuat dari kain yang diberi manset sehingga lembut tetapi tetap kuat, dan
penampang manset yang lebar menghindarkan cedera lecet pada bagian kulit ekstremitas yang
dilakukan restrain.jadi restrain menggunakan manset lebih aman digunakan.

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


45
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

4. KESIMPULAN
Penerapan EBN dari Manset restrain pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran di
ruang ICU mampu memberikan efek positif mengurangi luka pada ekstremitas sehingga tidak
menambah permasalahan baru.

REFERENSI
Adhikari, N.K., Fowler R.A., Bhagwanjee S., Rubenfeld G.D. 2010. Critical care and the global
burden of critical illness in adults. Lancet. 376:1339-46.
Temuan dengan google scholar
Adhikari, N. K., Fowler, R. A., Bhagwanjee, S., & Rubenfeld, G. D. (2010). Critical care and the
global burden of critical illness in adults. The Lancet, 376(9749), 1339-1346.

Departemen Kesehatan RI.2006. Pedoman Teknis SaranaDan Prasarana Bangunan Instalasi ICU.
Jakarta : Direktorat jendral Bina pelayanan medik
Temuan dengan google scholar
Tidak ditemukan

Ekaputra, E. 2013. Evolusi Manajemen Luka. Jakarta: Trans Info Media.


Temuan dengan google scholar
Ekaputra, E. (2013). Evolusi manajemen luka. Jakarta: Trans Info Media.

Goysal Y (2016). Kesadaran menurun.Universitas Hasanuddin. Available


from:http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wpcontent/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-Kesadaran-
Menurun.pdf-Diakses Februari 2020.
Temuan dengan google scholar
Tidak ditemukan

Haimowits, S., Urff, J., & Huckshorn, K. A. 2006. Restraint and Seclusion –A Risk Management
Guide.
Temuan dengan google scholar
Haimowitz, S., Urff, J., & Huckshorn, K. A. (2006). Restraint and seclusion: A risk management guide.
Alexandria, VA, National Association of State Mental Health Program Directors.

Kandar, Prabawati setyo Pambudi. (2014). Efektifitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku
Kekerasan Yang Menjalani Perawatan DiUnit Perawatan Intensif Psikiatri RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang, Prosiding Konferensi Nasional Ikatan Perawat
Temuan dengan google scholar
Pambudi, P. S. (2014). Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani
Perawatan Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang
Tahun 2013. In Prosiding Seminar Nasional & Internasional (Vol. 2, No. 1).

kementrian kesehatan RI.2012. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intemsive Care Unit Di


Rumah Sakit. Jakarta
temuan dengan google scholar
Romadhoni, R. D., & Pudjirahardjo, W. J. (2016). Beban kerja obyektif tenaga perawat di pelayanan rawat
inap rumah sakit. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 4(1), 57-66.

Kementerian Kesehatan RI. Peraturan MenteriKesehatan Republik IndonesiaNomor 11 Tahun


2017 Tentang Keselamatan Pasien. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Temuan dengan google scholar

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


46
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X
Permenkes, R. I. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republic Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien.

National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP). 2014. Prevention and treatment ofpressure
ulcer: quick reference guide
Temuan dengan google scholar
EPUAPaNPUA, P. (2009). Prevention and treatment of pressure ulcer; quick reference guide. 2009 ed.
Washington DC: National Pressure Ulcer Advisory Panel.

Rika F dkk.2017.Identifikasi miskonsepsi menggunakan ciri dan penyebabnyapada materi


mekanika fluida kelasXI SMA. Semarang : UPEJ 6(2) 2017
Pencarian dengan google scholar
Tidak ditemukan

Saseno, Pramono Giri Kriswoyo. (2013). Pengaruh Tindakan RestrainFisik Dengan Manset
Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia, Jurnal Keperawatan Mersi
Vol.4 No.2, Oktober 2013
Pencarian dengan google scholar
Saseno, S., & Kriswoyo, P. G. (2013). PENGARUH TINDAKAN RESTRAIN FISIK DENGAN
MANSET TERHADAP PENURUNAN PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI
RUANG RAWAT INTENSIF BIMA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA. Jurnal Keperawatan Mersi, 4(2), 1-6.

Sepdianto, Elly N, Dewi G.2010. Penurunan Tekanan Darah Dan Kecemasan Melalui Latihan
Slow Deep Breathing Pada Pasien Hipertensi Primer. Jurnalkeperawatan indonesia 13(1):37-41
Pencarian dengan google scholar
Sepdianto, T. C., Nurachmah, E., & Gayatri, D. (2010). Penurunan tekanan darah dan kecemasan melalui
latihan slow deep breathing pada pasien hipertensi primer. Jurnal Keperawatan Indonesia, 13(1), 37-41.

Sri murniyati.2018. Hubungan PenggunaanPhysical Restrain TerhadapTekanan


DarahPadaPasienPenurunan
Pencarian dengan google scholar
Tidak ditemukan

Kesadaran DiruangIcuRumahSakitKasihIbu Surakarta.Surakarta : Stikes Kusuma Husada.


Temuan dengan google scholar
Tidak ditemukan

Sudoyo, et, al. (2016). BukuAjarIlmuPenyakitDalamJilidII Edisi ke


VI.Jakarta:PusatPenerbitanDepartemen IlmuPenyakitDalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Temuan dengan google scholar
Sudoyo, et, al. (2016). Buku AjarIlmuPenyakitDalamJilidII Edisi ke VI.Jakarta:Pusat Penerbitan
Departemen IlmuPenyakitDalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Videbeck, Sheila L. (2008). BukuAjarKeperawatan Jiwa,Jakarta:EGC.


Temuan dengan google scholar
Videbeck, S. L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Egc, 45, 2010-2011.

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


47
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

Vita.R.dkk.2017.Identifikasi miskonsepsi tekananzatsiswa kelas viii c smpn 1 karangploso


semester genap tahun pelajaran 2017-2018. Malang:jurnal pembelajaran sains voume 1 nomor 2
2017
Temuan dengan google scholar
Mustikasari, V. R., Annisa, M., & Munzil, M. (2017). Identifikasi Miskonsepsi Konsep Tekanan Zat
Siswa Kelas Viii-c SMPN 1 Karangploso Semester Genap Tahun Pelajaran 2017-2018. Jurnal
Pembelajaran Sains, 1(2), 39-50.

World Health Organization. 2013. World Health Day: Calls for Intensitifie Efforts to Prevent and
Control Hypertension
Temuan dengan google scholar
World Health Organization. (2013). World Health Day: Calls for Intensitifie Efforts to Prevent and
Control Hypertension.

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020

Anda mungkin juga menyukai