Anda di halaman 1dari 7

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UPH

PROFESI NERS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan (AST)
Pemasangan Infus

Nama Mahasiswa/NIM : Yovi Allen AST ke -4


Nama Pasien/Usia : Ny. D (40 tahun)
No. MR : 00-20-80-96
Tanggal Masuk RS : 29 Januari 2019 pukul 12.55
Tanggal dan Jam Tindakan : 29 Januari 2019 pukul 13.15
Diagnosa Medis : DHF
NIM : 01503180299
Pembimbing : Ns. Alice Pangemanan , M.Kep.
No Kriteria Bobot
1. Diagnosa Keperawatan (PE): 10
1. Hipertermi b.d
(NANDA,2015)
2. Data Subjekif: 10
- Pasien mengatakan lemas
- Pasien mengatakan mual
- Pasien mengatakan kepalanya pusing
- Pasien mengatakan sakit saat menelan
- Pasien mengatakan badannya panas

3. Data Objektif: 10
a. Pemeriksaan fisik:
b. Pengkajian fisik : TTV TD= 130/ 80 , RR = 21 x/menit , HR = 82 x/menit ,
T=38 OC,
Kesadaran : E=4,V= 6 , M= 5
Inspeksi : Pasien terlihat pucat, membrane mukosa pada bibir kering ,demam sudah 4 hari , meringis dan menangis
ketika sesuatu dimasukkan ke dalam mulutnya, terlihat daerah sekitar mulut pasien kering .
c. Data Penunjang
Hasil lab :
-White Blood Cell ( WBC ) : 3,68
-Platelet : 98,00
4. Langkah-langkah tindakan keperawatan yang dilakukan saat praktik (bukan menurut teori): 10

a. Mengucapkan salam terapeutik


b. Memberitahu tujuan pemasangan infus kepada pasien

Persiapan alat

 Mempersiapkan alat dekat pasien berupa Infus set, alcohol swab, aboket no 22 G, perlak, tourniquet, hand
scoon, plester (tegaderm), near baken (bengkok), plastic kuning.

Persiapan pasien

 Merubah posisi pasien semi fowler (setengah duduk) dan membuat pasien senyaman mungkin.
 Menutup sampiran
Pelaksanaan Tindakan

 Mencuci tangan kembali menggunakan alcohol (handrup)

 Memakai sarung tangan bersih


 Mempersiapkan infus set serta RL 500 ml yang sudah disambungkan dengan selang infus guna
mempermudah saat pemasangan infus.
 Mencari pembuluh darah vena yang tampak atau jelas oleh mata, tidak melakukan pemasangan infus
pada bagian vena yang bercabang atau tidak lurus.
 Memasang perlak, pakai hand scoon
 Lalu memasang torniquet.
 Melakukan disenfeksi dengan alcohol swab dari atas kebawah 1 klai usap
 Memberitahukan kepada pasien untuk menarik nafas dan m enusuk vena secara perlahan jika sudah dirasa
masuk tarik sedikit bagian jarum dari aboket lihat jika ada darah yang keluar berarti infus masuk,
 selanjutnya jarum pada aboket tetap ditarik sedikit dan masukkan aboket secara perlahan lalu sambungkan
dengan selang infus alirkan tetesan infus
 Melepaskan tourniquet
 Fiksasi dengan plester (tegaderm), tuliskan tanggal pemasangan infus dan atur tetesan infus.
 Merapikan alat
 Melepaskan handscoon

Mengevaluasi subjektif (menanyakan respon klien) dan objektif (infus sudah terpasang), RTL (instruksikan
kepada klien kurangi pergerakan pada tangan yang di infus agar infus tidak cepat rusak atau macet) dan kontrak
selanjutnya (jelaskan kepada klien mengenai kontrak waktu, tempat dan tujuan selanjutnya).
 Mencuci tangan
5. Dasar pemikiran: 15
Dilakukan nya tindakan pemasangan infus diharapkan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh pasien dapat terpenuhi
secara optimal dan mencegah agar tidak terjadinya hidrasi pada pasien dengan peningkatan suhu tubuh serta
menurunkan demam.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. (Potter & Perry,2010) pasien dengan peningkatan tubuh
biasanya akan mengalami dehidrasi ditandai dengan lemas, mukosa bibir kering, nyeri otot serta pusing. Untuk
mengatasi terjadinya peningkatan suhu tubuh, pasien diberikan terapi obat penurun demam, entah itu obat oral
ataupun obat melalui intravena.
Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah) atau mempertahankan atau
mengganti cairan tubuh yang didasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi elektrolit, dan kelainan metabolic
yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral, memberikan keseimbangan asam basa, memperbaiki
volume komponen darah dan memberikan nutrisi saat sistem pencernaan diistirahatkan. Selain pemberian infus pada
pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang mengalami syok, intoksikasi
berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu. Berbagai
larutan parenteral telah dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi medis. Terapi cairan intravena
atau infus merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan dalam penanganan dan perawatan pasien.
(Muchtar, Amrizal. 2015).
Keadaan Ny. D datang dengan demam, naik turun. Saat dilakukan pengecekan suhu tubuh pasien 37,80C pasien
mengeluh lemas, sakit diseluruh tubuh, menggigil, muka pucat, mukosa bibir kering dan, serta sakit kepala. Masalah
keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, berarti suhu inti tubuh di
atas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi. Ini mengacu pada dehidrasi, Pada Ny. D ditemukan
adanya tanda-tanda dehidrasi maka perlu dilakukan tindakan pemasangan infus guna memberikan support cairan
yang adekuat serta pemasangan infus juga digunakan sebagai jalur masuknya obat untuk mengatasi demam, karena
pemasangan infus langsung masuk ke dalam pembuluh darah, sehingga reaksi obat ataupun support cairan akan lebih
cepat untuk membantu pasien dibandingkan saat diberikan peroral. Selain itu pemasangan infus juga merupakan
salah satu prosedur yang harus dilakukan saat pasien masuk rawat inap di sebuah rumah sakit.
6. Prinsip Tindakan: 5
Prinsip tindakan pemasangan infus adalah teknik aseptik
7. Analisa Tindakan Keperawatan: 15
- Mampu mengkritisi tindakan yang sudah dilakukan apakah sesuai dengan teori
Pasien dengan peningkatan suhu tubuh dengan adanya penurunan trombosit sangat dianjurkan untuk segera
dilakukan pemasangan infus. Karena selain salah satu prosedur rumah sakit saat pasien di rawat inap juga untuk
mencegah adanya tanda dehidrasi. Pemasangan infus ini juga digunakan untuk menopang cairan didalam tubuh
tetap setabil dengan memasukkan cairan ataupun obat penurun demam melalui intravena . Karena pemberin
melalui intravena itu lebih adekuat dibanding melalui oral tidak cepat. Pada Ny.D masuk dengan Demam sudah 4
hari, pusing, mual, dan ditanai dengan trombosit turun. Segera dilakukan pemasangan infus dengan diberikan RL
500ml/ 6 jam lalu diselangi dengan pemberian Parasetamol . Setelah dilakukan mengobservasi suhu yaitu menjadi
37,4 ,pasien masih tampaklemas, dan pusing serta masih mual.
Pasien dengan peningkatan suhu tubuh dengan adanya tanda-tanda dehidrasi, sangat dianjurkan untuk segera
dilakukan pemasangan infus dimana langsung kedalam pembuluh darah vena. Selain untuk memasukkan cairan ke
- Apakah dosis/tindakan yang diberikan cukup untuk pasien (disertai sumber/artikel).
Pemasangan infus merupakan salah satu prosedur pasien untuk di ruang rawat inap, gunanya untuk memasukkan
cairan ataupun obat kedalam intravena. Karena pemberian melalui oral tidak terlalu cepat reaksinya. Begitu juga
dengan pasien Ny.D dengan peningkatan suhu dan trombosit turun.
- Bagaimana cara menentukkan bahwa tindakan tersebut sesuai dengan kebutuhan pasien (disertai sumber/artikel)
Bertujuan untuk mencegah kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi , peningkatan suhu tubuh dan
penurunan trombosit yang semakin turun.Karena pasien dengan peningkatan suhu tubuh dan penurunan trombosit
harus segera diberikan cairan dan obat melalui intravena .
- Apakah perlu ada modifikasi dalam melakukan tindakan?
pada kasus Ny. D pasien datang dengan demam, namun bukan secara langsung diberikan obat penurun
demam, namun diberikan dahulu cairan, guna untuk mengatasi hidrasi pasien dan penurunan trombosit sehingga
tidak terjadi syok hipovolemik. Setelah itu pasien baru diberikan obat untuk menurunkan demam melalui intra vena.
8. Bahaya yang dapat terjadi? (komponen bahaya dan pencegahan): 10
Bahaya:
- Bila dalam pemasangan IV cateter salah, dapat melukai pasien, vena menjadi pecah atau membiru, cairan tidak
bisa masuk melalui vena, bisa terjadi infeksi jika IV cateter tidak steril. Akan terjadi flebitis/pembengkakan jika
terlalu lama di tancapkan.
- selain itu apabila tidak diperhatikan, dapat terjadi hal-hal seperti hematoma, infiltrasi, tromboflebitis/bengkak
(inflamasi pada pembuluh vena), emboli udara. (Brunner & Suddarth, 2002).
Pencegahan:
- Lebih berhati-hati serta memperhatikan dengan cermat saat melakukan pemasangan infus.
9. Hasil yang didapat: 5
Evaluasi dilakukan pada 29 Januari 2019 pukul 14.30, setelah dilakukan tindakan pemasangan infus.
S: pasien mengatakan menggigil berkurang, tidak seperti awal masuk rumah sakit, pasien mengatakan sedikit lebih
baik dibandingkan saat awal masuk rumah sakit, namun pasien mengatakan sakit kepala dan nyeri diseluruh badan
masih ada.
O:tanda-tanda vital: Tekanan Darah 120/90 mmHg, Nadi: 70x/menit, Suhu: 36,80C, RR: 18x/min, pasien tampak
sudah tidak menggigil, raut wajah tampak tenang, Masalah hipertermi berhubungan dengan dehidrasi teratasi.
P: Discharge planning: Menganjurkan pasien untuk banyak minum.
10. Evaluasi Diri: 5
Melalui tindakan ini yang dapat saya jadikan evaluasi diri adalah, saya kurang percaya diri saat melakukan tindakan
pemasangan infus, karena takut pasien akan ditusuk lebih dari 1 kali dan sebagainya. Sehingga melalui hal tersebut
saya belajar untuk dapat lebih percaya diri dalam melakukan tindakan khususnya kepada pasien yang akan saya
temui.
11. Daftar Pustaka (APA style): 5
Muchtar, Amrizal. (2015). Pemasangan infus. Diakses pada 30 januari 2019 dari:
htpps://www.academia.edu/6658158/1_PEMASANGAN_INFUS.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T Heather Herdman,
Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Potter, P.A Perry A.G. (2010). fundamental of Nursing, Edisi 7.Volume 2. Ahli Bahasa: Adrina ferderika dan Marina
albar. Jakarta: salemba medika.
Smetzer & Suzanne, C. (2008). Buku Ajar Kerawatan Medikal Bedah : Brunner & Suddarth. Jakarta:EGC
Chang, dkk,. 2010. Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Total

Anda mungkin juga menyukai