Anda di halaman 1dari 10

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UPH

PROFESI NERS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


ANALISA SINTESA TINDAKAN (AST)
PEMASANGAN INFUS

AST ke - 3
Nama Initial Pasien : Tn. F
No. Rekam Medis : 168891
Usia : 48 Tahun
Diagnosa Medis : BPH
Tanggal Masuk RS : 29 Mei 2019
Tanggal Tindakan : 30 Mei 2019
Nama Praktikan : Metusalah Timotius
NIM : 01503180196

No Kriteria Nilai
1 Diagnosa Keperawatan (PE): /10
- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mengangkat berat).

2 Data Subjekif: /10


- Pasien mengatakan nyeri punggung sudah berlangsung sejak satu bulan yang lalu. Nyeri yang dirasakan seperti tertekan/ tertimpa benda berat, dan
nyeri dirasakan di daerah punggung.
- Pasien tidak tahu pencetus rasa nyeri tersebut, tapi pasien mengatakan bahwa nyeri sering terjadi saat banyak melakukan aktifitas, berdiri dalam
durasi yang lama dan mengangkat berat. Skala Nyeri yang dirasakan aktivitas/istirahat 4/1.
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan menyebar diseluruh area punggung hingga ke perut dan sering muncul pagi hari.
- Pasien mengatakan saat BAK, kencing bercampur darah sejak 3 hari sesudah masuk rumah sakit.
3 Data Objektif: /10

- Klien tampak meringis kesakitan sambil memegang area yang sakit, dan tampak gelisah.
- Pengkajian Nyeri:
1. Provokatif: Nyeri dirasakan atau timbul ketika mengangkat berat.
2. Qualitas: Nyeri yang dirasakan rasanya seperti tertekan/ tertimpa benda berat dan sering terjadi ketika banyak melakukan aktifitas dan
mengangkat berat.
3. Region: Nyeri dirasakan diseluruh bagian punggung.
4. Skala Nyeri: Aktifitas/Istirahat = 4/1
5. Timing: Nyeri sering dirasakan pagi hari.
- TTV klien:
1. Tekanan darah; 170/90 mmHg
2. Nadi: 90x/menit
3. Suhu: 37ºC
4. Pernafasan: 24x/menit
5. Nyeri : A/I = 4/1
- Pemeriksaan Penunjang:
1. CT Urologi :
 Batu ureter kanann 1/3 tengah (ukuran+/- 1,1 cm dan 0,9cm) yang menyebabkan dilatasi ureter kanan dan hidronefrosisi sedang ginjal kanan.
 BPH, Fatty Liver dan Cholelithiasis
- Terapi yang digunakan untuk menghilangkan nyeri yaitu Tramadol 400mg.
4 Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan saat praktik (bukan menurut teori): /10

Saat ini saya akan menjelaskan tindakan keperawatan yang saya lakukan yaitu melakukan pemasangan infus untuk pemberian obat injeksi melalui IV line.
1. Menyapa pasien, dan memperkenalkan diri.
2. Menutup sampiran
3. Melakukan penjelasan mengenai pemasangan Infus. (Tn.F saat ini saya akan melakukan pemasangan infus, karena bapak akan menjalankan puasa,
akan diberikan beberapa obat injeksi seperti pranza, kalnex, dan tramadol kemudian akan dilakukan Tindakan Operasi TURP dan Bladder neck maka
itulah yang menjadi indikasi pemasangan infus untuk bapak).
4. Menjelaskan langkah-langkah tindakan. (Saya menjelaskan secara garis besar, menjelaskan bahwa saya akan menusuk, dan bapak jangan menarik
tangan saat ditusuk melainkan menarik nafas)
5. Persiapan alat (Vasofix no 20, Intrafix, Alcohol Swab, Tegaderm no 1633, Micropore, syringe 5cc, Discofix 3 way + Tubbing, tourniquet, plastik kuning,
sarung tangan, NaCl 0,9% 500ml, )
6. Posisikan pasien fowler.
7. Mencuci tangan
8. Mengisi Selang Infus dengan NaCl 0,9% 500ml, untuk mengeluarkan udara, setelah itu mengantungkannya (posisi ujung selang yang mau
disambungkan dengan vasofix saya masukin dalam kemasan infus set, agar tidak terkontaminasi).
9. Memakai sarung tangan bersih.
10. Mulai memasang tourniquet dan mencari vena yang lurus, tahan lama, dan tebal.
11. Ketika ditemukan, kemudian deninfeksi vena dengan alchol swab.
12. Membuka vasofix, dan mengukur vasofix apakah sudah sesuai dengan vena, setelah itu saya menganjurkan Tn.F untuk menarik nafas, dan saya mulai
menusuk pada vena yang telah ditentukan. Penusukan pada vena metacarpal sinestra.
13. Memperhatikan apakah ada darah pada ujung vasofix, dan melepaskan toutniquet, kemudian saya tekan pada ujung vasofix dan mulai menyambungkan,
akan tetapi karena tekanan yang saya berikan kurang kuat, sehingga membuat darah keluar dan pasien menjadi cemas.
14. Kemudian saya menyarankan untuk tetap tenang dan saya mulai menekan dengan kuat dan darah berhenti kemudian saya sambungkan dengan selang
infus, setelah itu observasi apakah bengkak, ternyata tidak bengkak.
15. Mebersihkan darah yang tumpah di tangan pasien.
16. Setelah itu saya memberi plester dengan benar supaya mempertahankan infus tetap terjaga dan tidak tercabut.
17. Mengatur cairan infus sesuai orderan dokter (500/8jam atau 20tpm), memasang label infus dengan menulis tanggal pemasangan, serta menulis pada
botol NaCl tanggal pemakaian dan jam dan melingkari tanggal kadaluarsa.
18. Menginstruksi kepada pasien, untuk hindari gerakan lengan yang tidak perlu, dan jika ada pembengkakan atau nyeri segera laporkan perawat.
19. Merapihkan dan Mebereskan alat-alat, dan mencuci tangan.
5 Dasar Pemikiran: /15

Pemasangan Infus didefinisikan sebagai tabung plastic berongga yang digunakan untuk mengakses sistem vascular (Dougherty dan Lister, 2008). Dalam
melakukan prosedur medis apapun, pemahaman anatomi sangat penting. Dalam konteks ini, pengetahuan anatomi sistem vena dari ekstremitas atas dan
bawah akan memfasilitasi suksesnya kanulasi. Ekstremitas atas memiliki dua sistem vena utama yaitu vena sefalika dan vena basilika. Sistem vena dari
ekstremitas bawah terdiri dari vena saphena magna dan parva. Pemilihan tempat kanulasi intravena tergantung beberapa faktor, termasuk:Tujuan kanulasi,
kecocokan antara posisi pasien dan lokasi pemasangan, usia pasien dan urgensi situasi dalam pemasangan (Leidel BA, 2009).
Pada umumnya tujuan pemasangan infus adalah untuk mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, protein, kabrohidrat
dan lemak, selain itu pemasangan infus juga berfungsi sebagai jalan masuk pemberian obat injeksi dan untuk memperbaiki keseimbangan asam basa. Jenis
kanula atau vasofix adalah perangkat yang digunakan untuk akses vena perifer, dan tersedia dalam berbagai ukuran. Kanula itu didorong dari jarum ke
pembuluh darah, kemudian jarumnya dikeluarkan (Dougherty dan Lister, 2008). Indikasi pemasangan Infus adalah untuk pasien yang kekurangan cairan,
pasien yang membutuhkan terapi cairan intravena, terapi obat intravena atau untuk pasien yang ingin melakukan tindakan operasi, dan untuk setiap pasien
yang masuk ke ruang perawatan sering dilakukan pemasangan infus.
Prinsip perawatan kanula IV (Intravena) perifer adalah menerapkan teknik aseptic dan terapkan langkah-langkah yang sesuai dengan prosedur, sehingga
meminimalkan atau mencegah komplikasi terkait IV. Tiga prinsip yang perlu diterapkan dalam proses pemasangan infus adalah mencuci tangan, prosedur
yang benar, dan pemelihan lokasi dan vena yang tepat dan benar (Dougherty dan Lister, 2008).
Dalam penelitian ada beberapa vena yang direkomendasi untuk pemssangan infus adalah Vena Metakarpal, Vena Dorsalis, Vena Basilica, Vena Cephalica
dan lainnya. (Dougherty dan Lister, 2008).
6 Prinsip Tindakan: Aseptik (Dougherty dan Lister, 2008) /5

7 Analisa Tindakan Keperawatan: /15

Penelitian yang dilakukan oleh Weinsten, 2008, menjelaskan bagaimana cara yang tepat dan benar dalam proses pemasangan infus atau kanula ialah
persiapan alat yang dibutuhkan, penjelasan prosedur, pencahayaan, pastikan posisi dari tenaga medis dan pasien dalam keadaan nyaman, serta menilai
akses vena yang sesuai dengan ukuran kanula atau vasofix dan menerapkan prinsip bersih. Tindakan keperawatan yang saya lakukan, yaitu pemasangan
Infus menurut saya sudah sangat sesuai dengan teori yang diajarkan, mulai dari orientasi penjelasan tindakan, persiapan alat, pelaksanaan tindakan sampai
evaluasi, semua telah saya kerjakan sesuai dengan prosedur yang saya pelajari. Akan tetapi pemasangan Infus yang dilakukan kepada Tn.F menurut saya
ada beberapa kesalahan atau kecerobohan yang saya lakukan yaitu ketika penekanan ujung vasofix yang kurang kuat serta pengisian selang yang kurang
diperhatikan sehingga masih ada gelembung udara, hal tersebut sehingga membuat darah menjadi bercucuran, walaupun tidak banyak hal itu membuat
pasien menjadi cemas, dan mungkin bisa saja hilang rasa percaya kepada saya. Hal tersebut menjadi pelajaran buat saya, sehingga kedepannya lebih
berhati-hati lagi. Satu hal lagi yang menjadi koreksi saya terhadap proses pemasangan infus yang dilakukan yaitu posisi tempat tidur pasien yang rendah,
sehingga membuat posisi saya saat pemasangan infus kurang nyaman, itulah salah satu penyebab yang membuat saya kurang maksimal dalam penekanan
ujung vasofix. Kedepannya saya harus pastikan posisi saya sudah nyaman setelah itu baru saya melakukan pemasangan infus (Dougherty dan Lister, 2008).
Untuk sukses melakukan pemasangan infus perlu perhatian yang cermat untuk melaksanakan teknik yang tepat, penggunaan peralatan yang tepat,
pengetahuan anatomi, dan pengetahuan tentang berbagai pendekatan dalam mengakses vena perifer (Lund F, 2012).
Tn.F masuk ke rumah sakit dengan diagnosa medis yaitu Susp. BPH, Susp. Batu Ureter dan Gross Hematuria yang dimana saat dilakukan pengkajian pasien
mengeluh merasakan nyeri pada daerah punggung, maka pasien memiliki rencana untuk melakukan operasi. Dari kondisi dan situasi yang dialami oleh Tn.F
maka harus dipasang Infus karena pasien ingin operasi serta untuk pemberian terapi injeksi. Ketika saya menganalisa lagi ukuran vasofix yang digunakan
juga sesuai karakteristik vena, saya menggunakan vasofix ukuran 22. Saat melakukan pemasangan infus juga saya mengukur panjang vasofix apakah sesuai
dengan vena, sehingga untuk hal-hal seperti itu saya sudah cukup maksimal dan ketika penusukan juga tidak ada kebocoran pada vena (Leidel BA, 2009).
8 Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan) /10

Bahaya :
Pemasangan Infus adalah prosedur medis invasive yang paling umum dan sering dilakukan kepada setiap pasien yang masuk ke ruangan rawat inap,
pemasangan infus dilakukan oleh tenaga medis yaitu perawat. Pada pemasangan infus diperlukan prosedur penusukan pada vena, yang dimana prosedur
ini dianggap cukup aman, tetapi ada bebrapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada saat pemasangan, terpasang maupun saat pelepasan infus yaitu
hematoma/lebam, komplikasi vena local, emboli udara, maupun phlebitis. Komplikasi yang paling umum yang timbul dari kanulasi intravena adalah nyeri,
memar, infeksi bakteri, ekstravasasi, flebitis, trombosis, emboli, dan kerusakan saraf.

Pencegahan :

Pemasangan Infus sangatlah harus berhati-hati sehingga pentingnya pengetahuan, keterampilan, serta bagaimana cara penanganan untuk mecegah
komplikasi haruslah dipahami. Salah satu cara mencegah komplikasi ialah melakukan penusukan yang tepat pada vena, mencari vena yang lurus dan tebal,
setelah itu pertahankan prinsip aseptik, pastikan jarum yang digunakan untuk menusuk bersih dan tidak terkontaminasi dengan benda asing yang dapat
menimbulkan infeksi atau pembengkakan. Dengan prosedur yang dilaksanakan dengan teknik aseptik yang tepat dan pemilihan ukuran kanul infus yang
tepat dapat mencegah komplikasi ini. Pastikan pemberian cairan yang tepat dan memadai atau flushing dengan saline untuk mencegah komplikasi trombosis
dan emboli.
9 Hasil yang didapat: /5

Evaluasi yang didapat pada tanggal 15 April 2019 jam 11:30 ialah
S:
- Pasien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri setelah pemberian obat injeksi (tramadol) melalui IV line.
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan jika diberikan skala 1/0.
- Pasien mengatakan sudah tenang dan dapat istirahat.
- Pasien mengatakan sudah dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi.
O:
- Pasien terlihat sudah tidak meringis kesakitan dan gelisah.
- Tekanan darah; 130/90 mmHg
- Nadi: 79x/menit
- Suhu: 36,8ºC
- Pernafasan: 21x/menit
- Nyeri : A/I = 1/0
A: Masalah teratasi sebagian. (Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik mengangkat berat)
P: Intervesi dilanjutkan sesuai dengan nursing care planning.
- Terapi Obat (Kalnex, Pranza, Tramadol, Sanmol).
- Terapi Cairan (NaCl 0,9% 500ml/12jam).
- Manajemen Nyeri (relaksasi dengan tarik nafas dalam).
- Observasi nyeri 30 menit setelah pemberian obat nyeri (pain killer).
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk persiapan intervensi bedah.
10 Evaluasi Diri: /5

Proses pemasangan infus yang dilakukan untuk Tn.F menurut saya sudah cukup maksimal karena rasa siap dan percaya diri yang saya miliki, dalam proses
pemasangan infus, yang saya tanamkan dalam diri saya yaitu harus fokus dan berani. Pemasangan Infus harus dilakukan dengan hati-hati, walaupun sering
dianggap pekerjaan yang mudah, tapi jika tidak focus melakukan pemsangan, maka dapat terjadi hal-hal yang berbahaya kepada pasien, contohnya ketika
penusukan vena yang tidak lurus dan kemudian pecah, maka berisiko untuk hematoma. Sehingga ketika ingin maksimal dalam pemasangan infus, hal yang
perlu diperhatikan ialah kenyamanan kita dalam posisi pemasangan infus, harus memiliki keterampilan dan pengetahuan. Kemarin dalam proses
pemasangan infus, saya merasa bahwa ada hal-hal kecil yang saya lupa sehingga diingatkan oleh perawat yaitu ketika saya mencoba mengeluarkan udara
dari dalam selang, ternyata tanpa disadari masih ada gelembung udara di dalam selang, seketika kakak perawat yang mendampingi saya membantu saya
untuk mengeluarkan semua gelembung udara sampai benar-benar tidak ada lagi dan penekanan pada ujung vasofix yang kurang kuat dan membuat darah
keluar. Kejadian tersebut mungkin tidak terlalu buruk menurut kita, tetapi terkadang hal-hal itulah yang bisa membuat pasien cemas dan meragukan
kemampuan kita, dan saya berpikir hal-hal kecil seperti itu jika diabaikan, maka berakibat fatal untuk pasien. Kesalahan yang saya lakukan saat pemasangan
infus, saya rasa ini akan menjadi pelajaran berharga untuk kedepannya, sehingga suatu saat jika saya memasang infus lagi saya dapat memberikan
ketrampilan pemasangan infus yang baik dan benar, dan membuat rasa percaya pasien terhdap saya semakin tinggi.

11 Daftar Pustaka: /5

 Dougherty, L. & Lamb, J. (2008), Intravenous Therapy in Nursing Practice.(2nd Edn) Churchill Livingston: London,UK.
 Dougherty, L. & Lister, S. (2008) (Eds) The Royal Marsden Manual of clinical Nursing Procedures (7th Ed) Oxford, Wiley-Blackwell.
 Lund F, Schultz JH, Maatouk I, et al. Effectiveness of IV Cannulation Skills Laboratory Training and Its Transfer into Clinical Practice: A Randomized,
Controlled Trial. PLoS One. 2012; 7(3): e32831.
 Leidel BA, Kirchhoff C, Bogner V, et al. Is the intraosseous access route fast and efficacious compared to conventional central venous catheterization
in adult patients under resuscitation in the emergency department? A prospective observational pilot study. Patient Saf Surg. 2009; 3: 24.

Nilai

Anda mungkin juga menyukai