No Kriteria Bobot/
NIlai Mhs
1 Diagnosa Keperawatan (PE): …/10
Risiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit (prosedur invasif laparoskopi kolesistektomi)
4 Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan saat praktik (bukan menurut teori): …/10
1. Menyiapakan alat-alat untuk perawatan luka akut, seperti: sarung tangan bersih, sarung tangan steril, hand rub, kassa steril, syringe 10 cc berisi
cairan normal salin, kom, alcohol swab, balutan luka OPSITE POST-OP ukuran 6,5 cm X 5 cm sebanyak 4 (empat) buah, plastik kuning.
2. Memperkenalkan nama.
3. Melakukan identifikasi pasien.
4. Melakukan kontrak waktu dengan pasien untuk melakukan perawatan luka akut insisi.
5. Menjelaskan prosedur perawatan luka yang akan dilakukan, meminta persetujuan pasien, dan menanyakan apabila pasien memiliki pertanyaan
berkaitan dengan prosedur perawatan luka.
6. Mengkaji adanya rasa gatal, panas, nyeri yang dirasakan pasien.
7. Menutup tirai untuk memberikan privasi kepada pasien.
8. Memposisikan pasien ke posisi supine.
9. Melakukan 6 (enam) langkah cuci tangan dengan hand rub.
10. Menggunakan sarung tangan bersih.
11. Membantu pasien menaikkan bajunya sampai batas dada.
12. Membuka balutan luka dengan membasahi tepi balutan menggunakan alcohol swab.
13. Mengkaji kondisi luka insisi dan daerah sekita luka: inspeksi adanya kemerahan.
14. Melepas sarung tangan bersih dan membuangnya ke dalam plastik kuning.
15. Memasukkan kassa steril ke dalam kom tanpa menyentuh langsung kom dengan tangan.
16. Membasahi kassa steril dengan cairan normal salin 10 cc.
17. Melakukan 6 (enam) langkah cuci tangan dengan hand rub.
18. Memakai sarung tangan steril.
19. Mengambil kassa steril yang telah dibasahi dan memerasnya sedikit agar tidak terlalu basah menggunakan tangan kanan.
20. Membersihkan luka insisi dengan kassa steril yang telah dibasahi menggunakan tangan kiri dengan satu kali usapan.
21. Membersihkan daerah sekitar luka insisi dengan kassa steril yang telah dibasahi.
22. Mengeringkan luka dan daerah sekitar luka dengan kassa steril yang kering.
23. Menutup masing-masing luka dengan balutan luka opsite.
24. Melepas sarung tangan steril dan membuangnya ke dalam plastik kuning.
25. Merapikan alat-alat.
26. Merapikan pasien.
27. Melakukan 6 (enam) langkah cuci tangan dengan hand rub.
28. Mengevaluasi respons pasien setelah tindakan perawatan luka.
29. Memberikan posisi nyaman kepada pasien.
30. Melakukan dokumentasi tindakan.
Adanya cedera pada kulit dan jaringan dibawahnya karena pembedahan yang direncanakan akan menginisiasi rangkaian biokimia untuk
perbaikan sel dan vaskular. Proses penyembuhan luka sangat rentan terganggu oleh beberapa faktor seperti keseimbangan cairan, oksigen, suhu,
penggunaan tembakau dan kontrol gula darah (Bryant dan Nix, 2007 dikutip dalam Wijaya, 2018) sehingga diperlukan manajemen perawatan luka akut
yang tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka akut pascabedah menurut Carville (2007) dikutip dalam Wijaya (2018) adalah
sebagai berikut.
1. Cegah infeksi.
2. Gunakan teknik aseptik untuk 48 jam pertama sampai epitelisasi primer muncul.
3. Lindungi luka dari trauma dan dukung tipe penyembuhan primer dengan penggunaan dressing yang tepat.
4. Hindari komplikasi pembedahan seperti infeksi, hematoma.
5. Dukung proses pemulihan dan rehabilitasi kembali ke aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
Luka akibat pembedahan termasuk luka yang dibuat terencana dengan kondisi steril di ruang operasi dan tipe penyembuhan yang digunakan
adalah tipe penyembuhan primer dengan bantuan suture (benang) atau surgical staples atau tape atau lem untuk menyatukan pinggiran luka. Tipe
penyembuhan luka primer membutuhkan perawatan yang bertujuan menciptakan lingkungan luka lembap, melindungi luka dari trauma lebih lanjut dan
mengobservasi komplikasi (Wijaya, 2018). Selama 24-48 jam terjadi migrasi sel epitel pada luka pascabedah sehingga membutuhkan balutan ideal.
Balutan ideal yang dimaksud seperti melindungi luka dari invasi patogen dan trauma fisik, menyerap eksudat yang diantisipasi, mempertahankan suhu
dan pH lingkungan luka. Balutan atau dressing yang direkomendasikan untuk manajemen luka akut dengan tipe penyembuhan primer antara lain berupa
kasa non adeheren, island dressing (balutan kombinasi), transparan film, hidrokoid, alginate dan foam (Carvile, 2007 dikutip dalam Wijaya, 2018).
Pasien dilakukan tindakan perawatan luka akut karena balutan luka pasien pada keempat daerah insisi tampak kotor, balutan luka pada daerah
insisi di atas umbilikus sedikit basah, pasien juga mengeluhkan rasa gatal pada daerah insisi di atas umbilikus. Maka dari itu, luka insisi perlu dibersihkan
dan diganti balutannya untuk menghindari terjadinya infeksi pada luka, pun mempercepat penyembuhan luka.
Kekurangan: Saya masih belum mengkaji kondisi luka secara lengkap, yaitu saya melewatkan pengkajian terhadap adanya pus atau tidak pada luka insisi.
Perbaikan untuk selanjutnya: Pada perawatan luka selanjutnya, saya akan memastikan untuk melakukan kondisi luka dan daerah sekitar luka secara lengkap
untuk melihat adanya tanda-tanda infeksi seperti panas, bengkak, warna kemerahan, nyeri, dan adanya keluaran pus/eksudat,
Total 100