Anda di halaman 1dari 4

Lampiran 1: Rubrik dan Form Analisa Sintesa Tindakan

FAKULTAS KEPERAWATAN UPH


PROFESI NERS KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

Judul: Memberikan Makan Melalui NGT pada Pasien Gangguan Menelan

Nama Peserta didik/ NIM : Claudia Adreina Refo AST ke - 1 Ttd Preseptor:
Nama Pasien/ Usia : Tn. A/ 56 Tahun
No. MR : 00-23-10-53
Diagnosa Medis : CVDNH recurrence Tanggal Masuk RS : 3 September 2021
+ HT emergency Tanggal dan Jam Tindakan : 6 September 2021
(11.30)

No Kriteria Bobot/
Nilai
1 Diagnosa Keperawatan (PE): 10

Gangguan Menelan b.d gangguan neuromuskular

2 Data Subjekif: 10

- Keluarga pasien mengatakan klien memiliki riwayat stroke sejak 1 tahun yang lalu
- Keluarga pasien mengatakan klien sempat mengalami penurunan kesadaran dan
masuk ke ruangan ICU
- Keluarga pasien mengatakan bahwa dirinya membantu semua kebutuhan ADL klien
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak dapat berbicara dengan jelas
- Keluarga pasien mengatakan mulut pasien terlihat asimetris

3 Data Objektif: 10

- Kesadaran pasien Compos Mentis dengan GCS E4M6Vafasia


- TTV: TD 142/82 mmhg, HR: 84x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,3oC
- BB: 65 kg, TB: 160 cm, nilai BMI pasien: 25,4 (Gizi Lebih)
- Klien terpasang NGT no 16 dengan kedalaman 60 cm sejak 3 September 2021
- Pengkajian Fisik:
Inspeksi:
1. Klien terlihat mampu membuka mulut namun sulit berbicara
2. Pasien berbicara pelo
3. Anggota gerak kanan atas dan bawah klien terlihat lemah
4. Pasien terlihat sulit melakukan mobilitas dikarenakan anggota gerak kanan atas dan
bawah pasien lemah serta memerlukan bantuan penuh dari keluarga untuk melakukan
ADL
5. Pasien terlihat kesulitan untuk menelan. Pasien diperiksa dengan cara meletakkan
tangan perawat di area leher pasien lalu pasien diminta untuk menelan.
Palpasi:
1. Kulit teraba lembab dan hangat
2. Bentuk abdomen rounded
3. Tidak ada reflek muntah
Auskultasi:
Bising usus pasien RLQ: 16x/menit, RUQ: 15x/menit, LUQ: 15x/menit, LLQ: 17x/menit

Pemeriksaan Penunjang:
1. Hasil laboratorium (3 September 2021):
- Hb: 12,1g/dL
- Ht: 34,4 %
- Sodium (Na): 132 mmol/L
- Potasium (K): 2,9 mmol/L

2. CT Scan kepala tanpa memakai kontras media (3 September 2021):


Terdapat infark lama di daerah substansia alba periventrikuler lateralis kiri, tidak
menunjukkan adanya perdarahan
3. RO Thorax (3 September 2021):
Cor membesar ke lateral kiri dengan apeks tertanam pada diagfragma, Kardiomegali
tanpa bendungan paru, Atherosklerosis aorta

Terapi Obat:
Aspilet 1 x 80 mg
Atorvastatin 1 x 20 mg
Amlodipin 1 x 10 mg
Candesartan 1 x 16 mg
CPG 1 x 75 mg

Diit makanan: diit cair jenis entrasol 200 ml diberikan 3 kali sehari

4 Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan saat praktik (bukan 10


menurut teori):
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Melakukan validasi identifikasi pasien dengan menyesuaikan di IMR dan gelang nama
pasien
3. Mencuci tangan
4. Memberitahukan pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
5. Mempersiapkan alat-alat dan makanan cair di meja pasien
Alat: Sarung tangan bersih, stetoskop, kateter tip 50 ml, tisu, makanan pasien (entrasol)
200 ml, air mineral
6. Membantu pasien ke posisi semi fowler
7. Memakai sarung tangan bersih
8. Mengkaji bising usus pasien dengan hasil RLQ: 16x/menit, RUQ: 15x/menit, LUQ:
15x/menit, LLQ: 17x/menit
9. Mengecek kepatenan selang NGT dengan cara menyambungkan kateter tip yang
sebelumnya sudah dimasukkan udara sebanyak 20 ml dengan ujung selang NGT lalu
letakkan stetoskop di kuadran kiri atas sambil mendorong udara tersebut, dengarkan
apakah ada bunyi yang masuk kemudian tarik kembali udara sebanyak yang
dimasukkan tadi.
10. Mengecek residu lambung dengan cara menarik perlahan
11. Flusing selang NGT dengan air mineral 20 ml
12. Memasukkan makanan cair melalui NGT 200 ml
13. Flusing selang NGT dengan menggunakan air mineral 30 ml
14. Mengamati respon pasien (Pasien terlihat tenang setelah diberikan makanan)
15. Melakukan terminasi

5 Dasar Pemikiran: 15

CVDNH atau Stroke non hemoragik (iskemia) merupakan stroke yang disebabkan oleh
adanya sumbatan akibat penggumpalan aliran darah baik karena trombosis (sumbatan
akibat penggumpalan darah) ataupun embolik (pecahan gumpalan darah atau udara yang
dapat menyumbat pembuluh darah) ke bagian otak. Terganggunya aliran darah ke otak akan
menyebabkan terjadinya hipoksia yang menimbulkan iskemik serebral dikarenakan
kurangnya suplai oksigen yang dibawa darah ke otak. Iskemik jangka pendek dapat
mengarah pada penurunan sistem neurologis yang jika tidak segera diperbaiki maka akan
terjadi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki serta sel-sel dibagian penyumbatan akan mati
dengan segera (Black & Hawks, 2014).

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya CVDNH atau stroke non hemoragik ini dapat
dibagi menjadi 2, yaitu faktor yang dapat diubah (Hipertensi, penyakit jantung, kolesterol
tinggi, obesitas, diabetes melitus, polisetemia, dan stress emosional) serta faktor kebiasaan
atau gaya hidup (meroko, minum minuman alkohol, penggunaan obat-obatan terlarang,
kurang olahraga, makan makanan tinggi kolesterol) (Nurarif & Kusuma, 2015).

Adapun manifestasi klinis yang timbul pada penderita CVDNH atau stroke non hemoragik
ini antara lain hemiparesis (kelemahan) dan hemiplegia (paralisis) yang diakibatkan dari
infark pada bagian otak yang mengontrol saraf motorik, kehilangan sensori sebagian,
kebutaan sebagian (hemianopia homonimus), tidak dapat melakukan gerakan tertentu
(apraksia), tidak dapat merasakan atau mengenali sesuatu (agnosia), gangguan komunikasi
(afasia) serta gangguan menelan (disfagia).

Disfagia merupakan gangguan yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada daerah
vertebrobasilar yang menyebabkan terganggunya beberapa fungsi saraf kranial, seperti
misalnya: mulut harus terbuka untuk memasukan makanan (N. V), lidah harus tertutup (N.
VII), lidah harus bergerak (V. XII), Mulut harus merasakan jumlah dan kualitas gumpalan
makanan yang ingin di telan (N. V dan N. VII), dan harus mengirimkan pesan kepada otak
untuk ditelan (N. V dan N. IX). Selama proses menelan, lidah bergerak untuk
menggerakkan makanan ke daerah orofaring. Faring akan terangkat dan glotis menutup.
Gerakan otot faringeal akan mengirimkan makanan ke esofagus. Kemudian dengan
gerakan peristaltis mendorong makanan ke dalam perut (Black & Hawks, 2014).

Berdasarkan teori yang dijabarkan di atas bahwa Tn. A mengalami gangguan menelan
akibat adanya gangguan di sistem saraf kranial yang menyebabkan saraf tersebut tidak
dapat berfungsi dengan baik. Oleh karena itu perlu diberikan tindakan pemberian makan
melalui NGT pada Tn. A sehingga pasien tetap dapat mendapatkan asupan nutrisi melalui
makanan dan juga dapat memberikan terapi obat.

6 Analisa Tindakan Keperawatan: 15

Tindakan ini dilakukan dengan prinsip bersih serta memperhatikan kepatenan selang NGT
dan posisi semi fowler saat pemberian. Gangguan menelan (disfagia) merupakan
manifestasi klinik yang umum terjadi pada pasien stroke. Maka diperlukan tatalaksana
nutrisi yang tepat guna mencegah terjadinya malnutrisi serta mempertahankan status
hidrasi yang adekuat. Oleh karena itu, dibutuhkan alat bantu yang dapat digunakan untuk
memasukkan makanan tanpa pasien harus menelan agar kebutuhan nutrisinya tetap
terpenuhi. Pemberian makanan melalui NGT (Enteral Feeding) merupakan intervensi yang
dapat dilakukan dengan tujuan untuk tetap menjaga jumlah nutrisi dalam tubuh tetap
tercukupi sehingga tidak memunculkan masalah baru kepada pasien (Suwita, 2018).

Menurut teori yang dipaparkan di atas indikasi dan tujuan pemberian makanan melalui
NGT karena adanya gangguan menelan (disfagia) pada pasien CVDNH atau stroke non
hemoragik. Maka tindakan pemberian makan melalui NGT pada Tn. A yang saya lakukan
sudah sesuai dengan tujuan serta indikasi tindakan. Dikarenakan tindakan yang saya
lakukan sudah cukup maka tidak perlu adanya tambahan intervensi.
7 Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan) 10

Bahaya:

Bahaya dapat terjadi dari pemberian makan melalui NGT ini apabila posisi pasien saat
pemberian makan adalah supine dan tidak melakukan kepatenan selang sebelum
melakukan pemberian makan melalui NGT yang berisiko untuk terjadi aspirasi karena kita
tidak tahu apakah selang NGT tepat berada di lambung atau tidak. Bahaya lainnya yang
dapat terjadi juga apabila kita tidak melakukan flushing/bilas dengan air minum setelah
pemberian makan melalui NGT, maka sisa makanan (susu) dapat menempel pada selang
NGT dan terjadi sumbatan pada selang NGT sehingga saat kita akan memasukkan makanan
berikutnya, makanan tersebut tidak dapat masuk karena adanya sumbatan pada selang
NGT.
Pencegahan:
Untuk mencegah terjadinya aspirasi pada pasien saat pemberian makan melalui NGT maka
kita perlu ingat untuk memposisikan pasien pada posisi fowler/ semi fowler jika tidak ada
kontraindikasi. Selain itu juga penting untuk mengecek kepatenan selang guna memastikan
posisi selang tepat berada di lambung atau tidak sebelum memberikan makanan kepada
pasien dengan NGT agar pasien dapat terhindar dari aspirasi. Setelah selesai melakukan
pemberian makan melalui NGT jangan lupa untuk flushing/bilas dengan menggunakan air
mineral (air minum) sebanyak 30 ml agar selang pasien tidak tersumbat dengan sisa-sisa
cairan makanan yang melekat pada selang NGT.

8 Hasil yang didapat: 10

S : Pasien tidak dapat dikaji karena pasien mengalami afasia (gangguan komunikasi)
O : Pasien terlihat nyaman seletah diberikan makan melalui NGT, pasien tidak mengalami
aspirasi, pasien tidak terlihat kesakitan saat diberikan makanan melalui NGT, pasien
tidak terlihat ingin muntah dan diare. Bising usus pasien RLQ : 17 x/menit RUQ : 16
x/menit LUQ : 15 x/menit LLQ : 16 x/menit
A : Masalah gangguan menelan dapat teratasi
P : Intervensi tetap dilanjutkan

9 Evaluasi Diri: 5

- Kelebihan: saya sudah dapat mengetahui rasional dalam dari tindakan intervensi
pemberian makan melalui NGT (Enteral Feeding) kepada pasien saya
- Kekurangan: saya terkadang lupa untuk mengecek sisa residu pasien terlebih dahulu
sebelum memasukkan makanan melalui selang NGT.
- Perbaikan: kedepannya saya akan berusaha untuk memberikan intervensi pemberian
makan melalui NGT sesuai prosedur yang baik dan benar

10 Daftar Pustaka (APA style): 5

Black. J., M & Hawks. J., H.(2014). Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8). Singapura:
Elsevier
Nanda Internasional.(2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi (Edisi 10).
Jakarta: ECG
Nurarif. A., H & Kusuma. H.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc (Edisi Revisi Jilid 1). Jogjakarta : MediAction
Nurarif. A., H & Kusuma. H.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc (Edisi Revisi Jilid 3). Jogjakarta : MediAction
Suwita. S.(2018). Disfagia Pada Pasien Stroke dan Tatalaksana Nutrisinya. Diakses
tanggal 06 Juli 2019

Total 100

Anda mungkin juga menyukai