RS SILOAM PURWAKARTA
oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk dari layanan profesional dari bidang kesehatan.
Keperawatan berfungsi untuk membantu individu yang sakit maupun sehat, yang
terimplementasi dengan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan,
penyembuhan penyakit, membantu individu kembali kekemandiriannya secepat mungkin,
bahkan memberikan kematian yang damai. Layanan ini bersifat Bio-Psiko-Sosio-Spiritual
komprehensif kepada individu selama 24 jam secara berkesinambungan. Hal inilah yang
membuat profesi keperawatan menjadi unik dan memiliki keunggulan sendiri dari profesi
lainnya (Budiono, 2016).
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang digunakan untuk membantu
profesi keperawatan mencapai tujuannya. Pada dasarnya, manajemen keperawatan
merupakan suatu hirarki dimana terdapat posisi formal dengan tujuan dan fungsi yang
spesifik. Namun, semua perawat dapat menjadi manajer baik itu kepada teman sejawat
maupun kepada pasien. fungsi dari manajemen keperawatan adalah planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating/ directing
(pelaksanaan/pengarahan), dan controlling (pengontrolan) (Huber, 2017). Dalam
prosesnya manajemen keperawatan dimulai dari tingkat pengelolaan keperawatan tertinggi
sampai ke perawat pelaksana. Hasilnya dari manajemen keperawatan ini terlihat dari
kualitas asuhan keperawatan yang diberikan ke pasien, pengembangan riset keperawatan,
dan pengembangan staf keperawatan (Dewi et al., 2021).
HCU (High Care Unit) adalah bagian suatu rumah sakit dan menjadi unit perawatan
rawat inap bagi pasien dengan kondisi yang stabil dan memerlukan pengobatan, perawatan
dan observasi secara ketat (Kemenkes RI, 2010). RS Siloam Purwakarta memiliki satu
HCU dengan kapasitas pasien berjumlah 8 orang, dimana diantaranya terdapat 2 tempat
sebagai ruang isolasi untuk pasien yang berpotensi menularkan penyakitnya. dari awal
bulan April sampai tanggal 13 April 2022, jumlah pasien pasien yang sudah dirawat di
HCU sebanyak 22 pasien dengan kriteria ketergantungan pasien berada pada level partial
dan total care.
Pemantauan berat badan dan tinggi badan sangat penting dilakukan bagi pasien-pasien
yang dirawat di HCU karena pada umumnya pasien cenderung mengalami asupan diet
yang kurang atau tidak adekuat sehingga berpotensi terjadinya malnutrisi. Dari sisi
pengobatan, pemantauan berat badan sangat penting karena dosis pengobatan diberikan
berdasarkan berat badan pasien. beberapa obat yang diberikan berdasarkan berat badan
diantaranya adalah adrenalin/epineprine, amiodarone, dopamin, vascon, dobutamin dll.
Obat-obat ini adalah obat emergency dan golongan obat high allert sehingga
pemberiannya baik itu dosis, rute, dan pemberianya harus benar dan tepat.
Standard emas dari perhitungan berat badan adalah pengukuran menggunakan
timbangan dan sebaiknya selalu digunakan ketika keadaan pasien memungkinkan. Namun,
ada beberapa kondisi klinis pasien yang tidak memungkinkan pengkuran berat badan
menggunakan timbangan seperti pasien dengan penyakit kritis, penurunan kesadaran, dan
tidak dapat berdiri. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di HCU dari dari 9
perawat (4 perawat senior, 2 perawat menengah dan 3 perawat junior) mengatakan bahwa
4 perawat dari 9 perawat mengatakan bahwa sudah pernah disosialisasikan mengenai
pengukuran berat badan pasien total care dan sudah pernah direalisasikan namun itu tidak
digunakan lagi karena sering terjadinya perubahan perawat yang ada diruangan HCU dan
5 perawat dari 9 perawat mengatakan bahwa belum pernah mengetahui pengukuran berat
badan pasien total care, jadi dari hasil wawancara kepada 9 perawat didapatkan bahwa
perhitungan berat badan pasien dilakukan dengan cara memperkirakan atau berasumsi
berdasarkan besarnya proporsi tubuh pasien tanpa ada dasar ilmiah yang jelas dan juga
hanya mengikuti BB pasien dari pengkajian dari departement sebelumnya. Tentunya ini
bisa saja berakibat buruk bagi pasien, terlebih ketika pasien mendapatkan pengobatan
dengan perhitungan dosis berdasarkan berat badan. permasalahan kedua yang ditemui
adalah, tidak dilakukannya pemantauan berat badan selama perawatan pasien. hasil
observasi ditemuakan bahwa perhitungan berat badan hanya dilakukan ketika pasien
masuk ke HCU, seharusnya pemantauan berat badan dilakukan 1-3 kali dalam seminggu.
Akibat buruknya adalah tidak terpantaunya status gizi pasien. untuk itu, peneliti membuat
formulasi dari pengukuran estimasi berat badan pasien berdasarkan lingkar lengan, serta
membuat suatu form pemantauan berat badan setiap pasien yang dirawat sebagai upaya
mengontrol perawat dalam pemanatauan secara berkala.
B. Tujuan Penulisan
Laporan ini dibuat untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan hambatan
yang dimiliki HCU RS Siloam Purwakarta sebagai upaya peningkatan kualitas asuhan
keperawatan kepada pasien secara komprehensif terkhusus dalam pemantauan berat
badan pasien total care atau tidak mampu dilakukan pengukuran berat badan
menggunakan timbangan secara berkala.
BAB II
Head Nurse
Incharge
HCA
Bed 3
1
DU
CU
Nurse
Penyimp
Bed 6
Bed 5
Bed 7
b. Peralatan medis
No. Nama barang Jumlah No. Nama barang Jumlah
1. Patient Monitor 8 32. Defibilator 1
2. SpO2 Dewasa 9 33. Amubag (adult)+mask 1
dewasa 3,4,5
3. SpO2 Anak 9 34. Amubag (child)+mask 1
anak 2&1
4. Manset Dewasa 9 35. EKG 2
5. Manset Anak 9 36. Infus pump 4
6. Suhu 18 37. Syringe pump 4
7. Bed Paramount 8 38. Tabung oksigen 1
Electric transport 1000 ml +
flow meter
8. Meja Makan Pasien 8 39. Refleks hammer 1
9. Nakas Pasien 8 40. Tiang infus 8
10. Bed Fan Washer 1 41. Gerusan obat 1
11. X-Ray Viewer 1 42. Torniquet 1
12. Instalasi Oksigen 8 43. Trolley tindakan 1
Sentral
13. Flow Meter Oksigen 8 44. Trolley EKG 1
14. Suction Reguler+Botol 2 45. Baskom stainles 4
Suction
15. Trolly 1 46. Glucotest 1
Emerrgency+tabung
Oksigen 500 ml
16. Urinal 1 47. Bed pad 24
17. Gelas ukur 200 ml 4 48. Laken 24-5
18. Tray obat 8 49. Selimut 24
19. Box obat 16 50. Sarung bantal barongsai 4
20. Tiang infus dorong 6 51. Bantal barongsai 4
21. Oksigen ukuran ½ m3 1 52. Bantal 12
22. Selimut bayi 14 53. Pen light 1
23. Steril susu 1 54. Thermometer infrared 1
24. Gorden rail + gorden 8 55. Stetoscope dewasa 1
25. Restrain (kain) 16 56. Stetoscope anak 1
26. Baju pasien anak 6 57. Blade no 1,2,3,4 4
27. Baju pasien dewasa 24 58. Handle dewasa 1
28. Sarung bantal 24 59. Spignomanometer 1
29. Pillow protector 24 60. Trolley linen kotor 1
30. Perlak 13 61. Tempat sampah besar 3
“bio earth”
31. Draw sheath 24 62. Thermometer ruangan 3
Berikut adalah cara pengukuran yaitu: (1) Tetapkan posisi bahu dan siku, (2)
Letakkan pita antara bahu dan siku (3) Tentukan titik tengah lengan (4) Lingkarkan pita
LILA pada tengah lengan (5) Pita jangan terlalu ketat (6) Pita jangan terlalu longgar (7)
Cara pembacaan skala yang benar Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan
siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi
bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Alat
pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga
permukaannya sudah tidak rata.
Tinggi badan pasien dapat diperkirakan berdasarkan panjang ulna. Penelitian yang
dilakukan oleh Borhani et al., (2016) menyebutkan bahwa panjang ulna dapat menjadi satu
alternatif yang baik dalam penentuan tinggi badan pasien. penelitian pada orang dewasa di
Iran menujukkan bahwa panjang ulna berhubunan dengan tinggi badan pasien baik pada
responden laki-laki maupun perempuan. Berikut adalah formula estimasi tinggi badan
berdasarkan panjang ulna:
Dari data diatas dapat diketahui bahwa 4 dari 5 pasien yang berat badan di IMR nya
tidak sesuai dengan hasil perhitungan berat badan menggunakan rumus crandal. Dari hasil
wawancara kepada 1 orang perawat HCU, mengatakan bahwa BB yang terdapat di lembar
IMR merupakan berat badan dari hasil perkiraan serta berat badan yang di operkan oleh
perawat UGD maupun ruangan yang mengantar pasien waktu masuk HCU. Hasil ini
menunjukkan bahwa ada ketimpangan antara data berat badan di IMR dan hasil
pengukuran berat badan berdasarkan rumus crandal. Untuk itu, penggunaan formulasi dari
pengukuran estimasi berat badan pasien berdasarkan lingkar lengan sangat diperlukan.
B. Plan Of Action
Berdasarkan permsalahan yang didapatkan kelompok didalam ruangan maka
kelompok membuat inovasi mengenai rumus pengukurang berat badan untuk pasien total
care yang dirawat diruang high care unit (HCU) yang memerlukan perawatan penuh
dimana rumus pengukuran berat badan ini diadaptasi dari rumus formula crandal dan
dalam hal ini kelompok berkolaborasi dengan orang gizi sehingga dalam pemenuhan
nutrisi kepada pasien bisa lebih baik. Rumus pengukuran berat badan ini kelompok akan
buat dalam bentuk formulir sehingga dalam pengisian bisa lebih efektif dan efesien.
Dengan adanya formulir rumus pengukuran berat badan pasien, maka dalam pemenuhan
nutrisi dan juga untuk berat badan pasien tidak hanya menerka untuk BB dan IMT dari
pasien itu sendiri melainkan ada dasar dan bisa lebih akurat. Berikut ini POSAC yang
dapat dilakukan untuk mewujudkan inovasi yang telah dirumuskan oleh kelompok:
Pengertian Planning menurut Dakhi (2016), menyebutkan bahwa perencanaan itu
merupakan pengaturan tujuan dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik setiap
sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan direncanakan.
Dimana dalam membuat perencanaan memerlukan pemutusan tujuan, menetapkan aksi,
tanggung jawab, dan mengukur tingkat keberhasilan. Dalam perencanaan yang dilakukan
oleh kelompok dari tanggal 4 – 9 April 2022 kelompok telah melakukan pengkajian
ruangan berupa observasi dan juga wawancara kepada 9 perawat mengenai keadaan
ruangan serta mengumpulkan data data yang dapat mendukung dalam perencanaan yang
dibutuhkan untuk membuat inovasi yang dirancangkan.
Organizing menurut Dakhi (2016) menyebutkan bahwa organizing merupakan sebuah
taktik atau strategi yangg telah dirumuskan dalam perencanaan yang disusun dalam suatu
bentuk organisasi yang tepat dan memastikan semua pihak dapat bekerja secara efektif dan
efesien dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini membangi tugas kepada setiap anggota
kelompok untuk mencari kajian literature mengenai pengukuran berat badan dan juga
menguji coba hasil rumus yang teah didapatkan serta melakukan konsultasi dan diskusi
kolaborasi mengenai rumus berat pada HN ruangan dan juga petugas gizi.
Staffing merupakan pembuatan perencanaan mengenai sumber daya manusia sesuai
dengan kebutuhan yang sudah ditentukan dalam melakukan asuhan keperawatan
(Arumsari, 2017). Disini kelompok menetapkan tugas setiap individu kelompok dalam
menjalankan tugasnya yang telah disusun dalam organisasi yang dikemudian dibagi dalam
individu sehingga dapat dijalankan tugasnya masing masing.
Actuating menurut Dakhi (2016) menyebutkan bahwa usaha dalam merealisasikan
suatu rencana yang telah ditetapkan sebelumnnya. Dalam hal ini kematangan dan
pemhaman setiap individu kelompok diuji sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang
telah direncanakan. Disini kelompok medapatkan hasil dari perencanaan yang telah
ditetapakan sebelumnya yaitu mengenai inovasi formulir rumus pengukurang berat badan
pada pasien total care yang diadapatasi dari formula rumus berat badan crandal. Kemudia
formuir ini dibuat dalam bentuk pengkajian sebelum masuk ruangan HCU dan dari sini
berat badan dan IMT pasien dapat diketahui secara asli.
Controlling menurut Dakhi (2016) menyebutkan bahwa pengawasan adalah proses
penentuang dalam mengawasi hasil yang mau dicapai ini meliputi pengawasan sebelum
proses, saat proses dan sesudah proses. Hal ini dilakukan supaya hasil diharapkan menjadi
lebih efektif dan efesien. Dalam hal ini kelompok memperkenalkan dan mengawasi
penerapan inovasi yang dilaksanakan oleh perawat high care unit Siloam Hospital
Purwakarta.
Rumah Sakit Siloam Purwakarta
Sticker Pasien
NB: