ILMU KEPERAWATAN
Pendekatan Praktis
Edisi 4
Nursalam
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
Edisi 4
Nursalam
General Manager: Suwartono
Senior Editor: Aklia Suslia
Editor: Peni Puji Lestari
Tata Letak: Hilda Yunita
Desain Sampul: Deka Hasbiy
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik
maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Pengetahuan medis senantiasa berubah. Oleh karena itu, standar tindakan pencegahan serta perubahan dalam perawatan dan terapi wajib
diikuti seiring dengan penelitian dan pengalaman klinis baru yang memperluas pengetahuan. Pembaca disarankan untuk memeriksa informasi
terbaru yang disediakan oleh produsen masing-masing obat (yang akan diberikan) untuk memverifikasi dosis, metode, dan interval pemberian yang
direkomendasikan serta kontraindikasinya. Merupakan tanggung jawab dari praktisi dengan memperhatikan pengalaman dan pengetahuan pasien
untuk menentukan dosis dan perawatan terbaik bagi masing-masing pasien. Penerbit maupun penulis tidak bertanggung jawab atas kecelakaan
dan/atau kerugian yang dialami seseorang atau sesuatu yang diakibatkan oleh penerbitan buku ini.
Nursalam
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 3/Nursalam
—Jakarta: Salemba Medika, 2015 1
jil., 454 hlm., 19 × 26 cm
ISBN 978-602-7670-27-3
TENTANG PENULIS
Edisi 3
Nursalam
KATA PENGANTAR
Peran sebagai peneliti yang dilakukan kalangan perawat masih sering terlupakan dan
terabaikan, meski telah menjadi hal yang takterpisahkan dalam melakukan kegiatan sehari-
hari. Hal ini terjadi karena perawat masih belum mempunyai kemampuan yang memadai
dalam penelitian, khususnya pemahaman tentang lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan
dan penerapan metodologi penelitian keperawatan yang sesuai.
Buku Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 4 ini
merupakan upaya penulis untuk mendorong para teman-teman sejawat untuk bersama- sama
belajar tentang metodologi penelitian ilmu keperawatan dan menyosialisasikan kepada profesi
kesehatan lain maupun pemerhati tentang keperawatan khususnya tentang kaidah ilmu: ontologi
dan epistemologi ilmu keperawatan. Sekiranya akan terdapat suatu pengakuan profesional
bahwa “Nursing is as a science in which separated with medical science”.
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung saya
untuk dapat menyelesaikan penulisan buku ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada
Seluruh Pengelola dan Staf PSIK FK UNAIR, Rekan-rekan Perawat (PPNI) di Jawa Timur,
Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan & Kebidanan. Taklupa saya sampaikan terima
terima kasih kepada keluarga saya tercinta: istri dan anak-anak yang telah memberikan inspirasi
kepada saya untuk menulis buku ini.
Saya menyadari buku ini masih jauh dari sempurna. Sebagai manusia yang memiliki
keterbatasan, saya sebagai penulis mohon masukan dan saran yang bersifat membangun. Saya
juga mohon maaf mungkin ada beberapa pernyataan yang saya tulis dari para pakar yang tidak
sesuai, untuk itu saya mohon maaf dan rasa terima kasih serta hormat kepada semua pihak.
Nursalam
vi Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 388
PEDOMAN PENULISAN 388
PEDOMAN PENULISAN USULAN PENELITIAN (PROPOSAL) 390
PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI DAN TESIS 397
PENULISAN DAPUS 412
Lampiran L-1
Indeks I-1
xi Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
i
Bagian 1
TREN PENELITIAN
KEPERAWATAN
PENDAHULUAN
Kajian ilmiah tentang ilmu keperawatan merupakan suatu keharusan bagi para perawat Indonesia
saat ini. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa belum terdapat kejelasan tentang ilmu
yang secara empiris dapat diterima secara ilmiah oleh masyarakat nonkeperawatan.
Realitasnya, suatu ilmu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: proses, produk, dan paradigma
etis. Proses merupakan suatu kegiatan untuk memahami alam semesta dan isinya didasarkan pada
tuntutan metode keilmuan (rasionalitas dan objektif). Produk adalah segala proses keilmuan
yang harus menjadi milik umum dan selalu terbuka untuk dikaji oleh orang lain. Paradigma
etis artinya ilmu harus mengandung nilai-nilai moral dan etika yang tidak bertentangan dengan
nilai-nilai moral yang ada di masyarakat.
Pada bab ini, penulis hanya akan memfokuskan bahasan pada kajian ilmiah ilmu
keperawatan dengan penekanan dalam pembahasan berpikir logis dan ilmiah. Berpikir logis
adalah berpikir lurus dan teratur terhadap sesuatu hal yang diyakini dari suatu objek atau
fenomena. Objek atau fenomena tersebut berupa suatu pokok permasalahan yang dikaji untuk
membedakan antara benar dan salah. Berpikir ilmiah adalah cara berpikir dengan didasarkan
pada pendekatan ilmiah, yaitu melalui metode ilmiah yang merupakan alat/sarana penjelasan
dalam mempelajari prosedur tertentu untuk mendapatkan ilmu. Metode ilmiah mempelajari cara
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, hipotesis, metode, hasil, dan kesimpulan yang
berdasarkan atas kaidah ilmiah.
BERPIKIR LOGIS
Berpikir logis merupakan proses berpikir yang didasari oleh konsistensi terhadap
keyakinan-keyakinan yang didukung oleh argumen yang valid. Pengertian lain dari berpikir
logis adalah berpikir lurus, tepat, dan teratur sebagai objek formal logika. Suatu pemikiran
disebut lurus, tepat, dan teratur apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum, aturan, dan kaidah
yang sudah ditetapkan dalam logika. Mematuhi hukum, aturan,
dan kaidah logika berguna untuk menghindari pelbagai kesalahan dan penyimpangan (bias)
dalam mencari kebenaran ilmiah. Pada hakikatnya, pikiran manusia terdiri atas tiga unsur,
yaitu:
a. Pengertian (informasi tentang fakta).
b. Keputusan (pernyataan benar-tidak benar).
c. Kesimpulan (pembuktian-silogisme).
Dalam logika ilmiah, tiga unsur pikiran manusia tersebut harus dinyatakan dalam kata
(kalimat tulisan).
Tiga pokok kegiatan akal budi manusia, yaitu:
a. Menangkap sesuatu sebagaimana adanya, yang berarti menangkap sesuatu tanpa mengakui
atau memungkiri (pengertian atau pangkal pikir, disebut juga premis).
b. Memberikan keputusan, yang berarti menghubungkan pengertian yang satu dengan
pengertian yang lain atau memungkiri hubungan tersebut.
c. Merundingkan, yang berarti menghubungkan keputusan satu dengan keputusan yang lain
sehingga sampai pada satu kesimpulan (pernyataan baru yang diturunkan berdasarkan
premis).
Proses
ILMU
Produk Metode
PENGGOLONGAN ILMU
Pendapat mengenai pengelompokan ilmu sangat banyak, bergantung pada kriteria
penggolongannya. Secara umum, ilmu hampir selalu dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:
(a) ilmu nomotetik dan (b) ilmu idiografik (Putra, 2010).
a. Ilmu Nomotetik (Deduktif)
Ilmu Nomotetik merupakan suatu ilmu yang didasarkan pada kajian-kajian makro (kasus-
kasus) yang luas dan banyak terjadi, kemudian dijabarkan pada hal-hal yang khusus.
Pendekatan penelitian dapat digolongkan pada metode kuantitatif. Misalnya, semua klien
yang masuk rumah sakit akan mengalami stres hospitalisasi. Klien anak, klien remaja, dan
klien dewasa yang masuk rumah sakit akan mengalami stres.
b. Ilmu Idiografik (Induktif)
Ilmu Idiografik merupakan suatu kajian ilmu yang didasarkan pada hal-hal yang
mikro, unik, khusus, dan bersifat individual, kemudian ditarik suatu kesimpulan secara
umum. Pendekatan penelitian digolongkan pada metode kualitatif. Contoh, penyanyi A
berambut keriting, penyanyi B rambutnya keriting, penyanyi C dan penyanyi lainnya
juga berambut keriting, semuanya pandai bernyanyi. Jadi dapat ditarik kesimpulan
bahwa orang yang memiliki rambut keriting pandai bernyanyi.
SYARAT ILMU
Terdapat beberapa persyaratan bahwa suatu pengetahuan dianggap sebagai ilmu:
TEORI ADAPTASI
Konsep: Manusia
Konsep: Stres Proposisi
FAKTA EMPIRIS:
HIPOTESIS
Gambar 1.2 Science building blocks pada ilmu keperawatan (teori adaptasi)
Keterangan:
• Teori adaptasi terdiri atas komponen-komponen ilmu, yaitu terbentuk dari beberapa konsep:
1). Konsep stres akibat masuk rumah sakit (stres hospitalisasi) 2).
Konsep koping (regulator dan kognator)
3). Konsep manusia
4). Konsep keperawatan
5). Konsep sakit
6). Konsep lingkungan
• Adanya sekelompok pengetahuan yang dirangkai dengan penambahan pernyataan lain sehingga terbentuk
suatu informasi tentang hubungan antarpengetahuan. Minimal pada penelitian ini akan menghasilkan
suatu proposisi-proposisi.
Logika Respons
1. Stimulus
(a) Masalah:
Fakta/empiris yang dapat diamati dan diukur berdasarkan hasil suatu pengamatan yang
cermat dan teliti.
(b) Perumusan masalah penelitian:
Masalah yang sudah ditemukan kemudian dirumuskan dalam suatu masalah penelitian,
perumusan masalah. Di dalam penelitian dituliskan sebagai pertanyaan penelitian.
2. Logika
(a) Kajian teoretis/konseptual
Misalnya dalam ilmu keperawatan, sakit pada manusia disebabkan oleh
ketidakmampuan manusia untuk beradaptasi yang melibatkan unsur fisik, psikis, dan
sosial yang merupakan perwujudan terimplikasi adanya integrasi satu dengan yang lain.
Objek utama dalam ilmu keperawatan, yaitu:
(1) Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan),
(2) Konsep lingkungan,
(3) Konsep sehat, dan
(4) Keperawatan.
(1). Stimulus/Intervensi Keperawatan
Stimulus yang diberikan perawat berupa intervensi/asuhan keperawatan dalam
meningkatkan respons adaptasi berhubungan dengan empat mode respons adaptasi.
Kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
1) Membantu memenuhi kebutuhan klien dengan gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan fisiologis dan ketergantungan.
2) Memperlakukan klien secara manusiawi.
3) Melaksanakan komunikasi terapeutik.
4) Mengembangkan hubungan terapeutik.
Perlakuan Kontrol
Penerapan
Variabel Independen
Teori Adaptasi
3. Respons
Respons dalam kajian ilmiah dapat digolongkan sebagai berikut. (a).
Penyusunan instrumen penelitian (validitas dan reliabilitas).
(b). Melakukan sampling (randomisasi) dan estimasi ukuran sampel. (c).
Analisis data dan pengujian hipotesis (regresi).
(d). Mengambil kesimpulan dan memberikan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. 2011. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Alligood, MR, & Tomey, AM, 2006, Nursing theorists and their work, 7th ed. Missouri:
Mosby.
Babbie, E. 1999. The Basics of Social Research. Belmont: Wadsworth Pub. Co.
Nursalam. 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Nursalam & Kurniawati, ND. 2007. Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back,th CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9 ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Polit, D.E. dan B.P.rd Hungler. 1993. Essential of Nursing Research. Methods, Appraisal, and
Utilization. 3 ed. Philadelphia: J.B. Lippincott Co.
Putera, S.T. 2010. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair.
Sastroasmoro, S. dan S. Ismail. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Soeparto, O., S.T. Putra, dan Haryanto. 2000. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: GRAMIK
dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Bab 2
Kajian Ilmu
Keperawatan
biomolekuler yang mendasarinya; aspek psikis; dan aspek sosial. Ketiga aspek tersebut
merupakan fokus kajian objek ilmu keperawatan, yang mempunyai empat komponen, yaitu
manusia sebagai makhluk yang unik; keperawatan; konsep sehat-sakit; dan lingkungan yang
memengaruhi keadaan manusia.
Banyak pengertian yang membahas tentang ilmu keperawatan, sebagaimana Nursalam
(2008) menjabarkan tentang ilmu keperawatan adalah “…. suatu ilmu yang mencakup ilmu-
ilmu dasar, perilaku, biomedik, sosial, dan ilmu keperawatan sendiri (dasar, anak, maternitas,
medikal bedah, jiwa, dan komunitas). Aplikasi ilmu keperawatan yang menggunakan pendekatan
dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah ditujukan untuk mempertahankan, menopang,
memelihara, dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia”. Pengertian tersebut
membawa dampak terhadap isi kurikulum program pendidikan tinggi keperawatan. Institusi
pendidikan tinggi keperawatan sejauh ini belum mampu mengenalkan ilmu keperawatan
secara jelas kepada peserta didik. Sehingga peserta didik mendapatkan orientasi ilmu dasar
yang hampir sama dengan yang diajarkan pada program pendidikan kesehatan lain (kedokteran
umum, dokter gigi, dan kesehatan masyarakat). Hal ini mengakibatkan ketidakjelasan peran
perawat dalam memberikan asuhan kesehatan kepada klien. Pertanyaan yang muncul adalah
apakah isi kurikulum ilmu-ilmu dasar yang diajarkan kepada mahasiswa keperawatan sama
dengan yang diajarkan kepada mahasiswa kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan
masyarakat? Hal ini perlu dipertanyakan mengingat: 1) belum jelasnya perbedaan ilmu
keperawatan dan kedokteran dan 2) dosen sering mengajarkan materi yang sama dengan
mahasiswa kedokteran kepada mahasiswa keperawatan. Dengan perkataan lain, tidak adanya
fokus/ penekanan kompetensi wajib yang dimiliki lulusan keperawatan (Nursalam, 2008b).
Tujuan ilmu keperawatan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: (1) Sebagai dasar
dalam praktik keperawatan; 2) Komitmen dalam praktik keperawatan terhadap
pengembangan ilmu keperawatan; 3) Sebagai dasar penyelesaian masalah keperawatan yang
kompleks agar kebutuhan dasar klien terpenuhi; dan 4) Dapat diterimanya intervensi keperawatan
secara ilmiah dan rasional oleh profesi kesehatan lain dan masyarakat. Tujuan yang terakhir
disebutkan akan dapat diterima oleh masyarakat jika perawat mampu menjelaskan objek
ilmu keperawatan (Chitty, 1997).
Berdasarkan tujuan ilmu keperawatan tersebut, Chitty (1997) menerjemahkan ilmu
keperawatan sebagai suatu ilmu yang aplikasinya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
sesuai dengan kaidah dan nilai-nilai keperawatan. Chitty (1997) menekankan nilai-nilai ilmu
keperawatan pada tiga unsur utama, yaitu: holistik, humanistik, dan care dengan menekankan
pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang sehat maupun sakit. Pemenuhan
kebutuhan manusia merupakan objek ilmu keperawatan yang meliputi membantu meningkatkan,
mencegah, dan mengembalikan fungsi kesehatan yang terganggu akibat sakit yang diderita.
Peran utama profesional perawat adalah memberikan asuhan keperawatan kepada
manusia (sebagai objek utama kajian filsafat ilmu keperawatan: ontologis) yang meliputi:
a. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan dan kebutuhan klien.
b. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan,
mulai dari pemeriksaan fisik, psikis, sosial, dan spiritual.
c. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien (klien, keluarga, dan masyarakat) mulai
dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Pelayanan yang diberikan oleh perawat harus dapat mengatasi masalah-masalah fisik,
psikis, dan sosial-spiritual pada klien dengan fokus utama merubah perilaku klien (pengetahuan,
sikap, dan ketrampilannya) dalam mengatasi masalah kesehatan sehingga klien dapat mandiri.
Misalnya, jika klien anak dengan asma bronkial dirawat di rumah sakit dengan kondisi
sedang diberi infus dan tidak boleh bergerak ke mana-mana, maka anak tersebut akan mengalami
stres fisik akibat keluhan sakitnya dan psikis akibat dari tindakan pemasangan infus serta
larangan untuk bergerak. Stres psikis yang terjadi akan berdampak terhadap koping anak tersebut
sehingga menurunkan imunitasnya. Keadaan tersebut justru akan memperlambat kesembuhan
klien. Ilmu keperawatan yang ada harus dapat memfasilitasi bagaimana anak tersebut dapat
merasa “at home” (tidak seperti di rumah sakit), tidak merasa tertekan, dan merasa
diperhatikan oleh orang terdekat. Bukan justru menambah stres psikologis dengan suasana
lingkungan yang menakutkan dan petugas yang bersikap kurang ramah serta memaksakan setiap
melakukan tindakan keperawatan/medis (misalnya menyuntik). Keadaan yang demikian akan
berdampak dalam proses penyembuhan klien. Hasil penelitian yang dilaksanakan di Amerika
menyebutkan bahwa memperlakukan anak- anak yang dirawat di rumah sakit seperti di rumah
sendiri, memberi kebebasan bagi anak untuk bermain sebatas kemampuannya, dan merasa
diperhatikan menunjukkan angka yang signifikan dalam percepatan penyembuhan klien
dibandingkan dengan anak yang mengalami stres psikologis akibat suasana/lingkungan yang
tidak kondusif.
Gambar 2.1 Diagram model adaptasi dari Roy (dikutip oleh Nursalam, 2007).
MANUSIA
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan adalah individu, keluarga,
kelompok, komunitas, atau sosial. Masing-masing diperlakukan oleh perawat sebagai sistem
adaptasi yang holistik dan terbuka. Sistem terbuka tersebut berdampak terhadap perubahan yang
konstan terhadap informasi, kejadian, dan energi antarsistem dan lingkungan. Interaksi yang
konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal. Dengan
perubahan tersebut, individu harus mempertahankan integritas dirinya yaitu beradaptasi secara
kontinu.
a. Input
Sistem adaptasi mempunyai input yang berasal dari internal individu. Roy
mengidentifikasi input sebagai suatu stimulus. Stimulus merupakan suatu unit
informasi, kejadian, atau energi yang berasal dari lingkungan. Sejalan dengan adanya
stimulus, tingkat adaptasi individu direspons sebagai suatu input dalam sistem adaptasi.
Tingkat adaptasi tersebut bergantung dari stimulus yang didapat berdasarkan kemampuan
individu. Tingkat respons antara individu sangat unik dan bervariasi bergantung pada
pengalaman yang didapatkan sebelumnya, status kesehatan individu, dan stresor yang
diberikan.
b. Proses
1. Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol dari
individu sebagai suatu sistem adaptasi. Beberapa mekanisme koping dipengaruhi oleh faktor
kemampuan genetik, misalnya sel-sel darah putih saat melawan bakteri yang masuk dalam
tubuh. Mekanisme lainnya adalah dengan cara dipelajari, misalnya penggunaan
antiseptik untuk mengobati luka. Roy menekankan ilmu keperawatan yang unik untuk
mengontrol mekanisme koping. Mekanisme tersebut dinamakan regulator dan kognator.
2. Subsistem regulator mempunyai sistem komponen input, proses internal, dan output.
Stimulus input berasal dari dalam atau luar individu. Perantara sistem regulator berupa
kimiawi, saraf, atau endokrin. Reflekss otonomi sebagai respons neural berasal dari batang
otak dan korda spinalis, diartikan sebagai suatu perilaku output dari sistem regulasi.
Organ target (endoterin) dan jaringan di bawah kontrol endokrin juga memproduksi
perilaku output regulator, yaitu terjadinya peningkatan Andreno Cortico Tyroid Hormone
(ACTH) kemudian diikuti peningkatan kadar kortisol darah. Banyak proses fisiologis
yang dapat diartikan sebagai perilaku subsistem regulator. Misalnya, regulator tentang
respirasi. Pada sistem respirasi akan terjadi peningkatan oksigen, yang menginisiasi
metabolisme agar dapat merangsang kemoreseptor pada medula untuk meningkatkan laju
pernapasan. Stimulasi yang kuat pada pusat tersebut akan meningkatkan ventilasi lebih
dari 6–7 kali.
3. Contoh proses regulator tersebut terjadi ketika stimulus eksternal divisualisasikan dan
ditransfer melalui saraf mata menuju pusat saraf otak dan bagian bawah pusat saraf
otonomi. Saraf simpatetik dari bagian ini mempunyai dampak yang bervariasi pada viseral,
termasuk peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.
4. Stimulus terhadap subsistem kognator juga berasal dari faktor internal dan eksternal.
Perilaku output subsistem regulator dapat menjadi umpan balik terhadap stimulus
subsistem kognator. Proses kontrol kognator berhubungan dengan fungsi otak yang tinggi
terhadap persepsi atau proses informasi, pengambilan keputusan, dan emosi. Persepsi
proses informasi juga berhubungan dengan seleksi perhatian, kode, dan ingatan. Belajar
berhubungan dengan proses imitasi dan penguatan (reinforcement). Penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan merupakan proses internal yang berhubungan dengan
keputusan dan khususnya emosi untuk mencari kesembuhan, dukungan yang efektif, dan
kebersamaan.
5. Dalam mempertahankan integritas seseorang, kognator dan regulator bekerja secara
bersamaan. Sebagai suatu sistem adaptasi, tingkat adaptasi seseorang dipengaruhi
oleh perkembangan individu dan penggunaan mekanisme koping. Penggunaan mekanisme
koping yang maksimal akan berdampak baik terhadap tingkat adaptasi individu dan
meningkatkan tingkat rangsangan sehingga individu dapat merespons secara positif.
c. Efektor
Sistem adaptasi proses internal yang terjadi pada individu didefinisikan Roy sebagai
sistem efektor. Empat efektor atau model adaptasi tersebut meliputi (1) fisiologis; (2)
konsep diri; (3) fungsi peran; dan (4) ketergantungan (interdepeden). Mekanisme regulator
dan kognator bekerja pada model adaptasi. Perilaku yang berhubungan dengan mode
adaptasi merupakan manifestasi dari tingkat adaptasi individu dan mengakibatkan
digunakannya mekanisme koping. Saat mengobservasi perilaku seseorang dan
menghubungkannya dengan model adaptasi, perawat dapat mengidentifikasi adaptif atau
ketidakefektifan respons sehat dan sakit.
1. Fisiologis
Efektor secara fisiologis dapat dilihat dari beberapa hal berikut:
• Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen yang berhubungan
dengan respirasi dan sirkulasi.
• Nutrisi: menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk memperbaiki kondisi
dan perkembangan tubuh klien.
• Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi.
• Aktivitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat, dan
tidur.
• Integritas kulit: menggambarkan fungsi fisiologis kulit.
• Rasa: menggambarkan fungsi sensori perseptual yang berhubungan dengan panca
indra: penglihatan, penciuman, perabaan, pengecapan, dan pendengaran.
• Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan dan
elektrolit.
• Fungsi neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis, pengaturan, dan
intelektual.
• Fungsi endokrin: menggambarkan pola kontrol dan pengaturan termasuk
respons stres dan sistem reproduksi.
Masalah-masalah keperawatan yang dapat diidentifikasi pada keempat mode
dijabarkan pada tabel 2.1.
2. Konsep Diri (Psikis)
Konsep diri mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan, dan emosi yang berhubungan
dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan keadaan diri sendiri
tentang fisik, individual, dan moral-etik.
Tabel 2.1 Masalah gangguan adaptasi (George, 1990: 247 dikutip dari Roy, S.C)
MASALAH
FISIOLOGIS KONSEP DIRI FUNGSI PERAN INTERDEPENDEN
1. Oksigenasi: Pandangan terhadap fisik: • Transisi peran Kecemasan
• Hipoksia • Penurunan konsep • Peran berbeda berpisah
• Syok seksual • Konflik peran merasa
• Overload • Agresi • Kegagalan peran ditinggalkan/isolasi
• Kehilangan
2. Nutrisi: Pandangan terhadap
• Malnutrisi personal:
• Mual • Cemas
• Muntah • Tidak berdaya
• Merasa bersalah
• Harga diri rendah
3. Eliminasi
• Konstipasi
• Diare
• Kembung
• Inkontinen
• Retensi urine
4. Aktivitas dan istirahat
• Aktivitas fisik yang tidak
adekuat
• Risiko kesalahan akitivitas
• Istirahat yang tidak adekuat
• Insomnia
• Gangguan tidur
• Kelebihan istirahat
5. Integritas kulit
• Gatal-gatal
• Kekeringan
• Dekubitus
KONSEP LINGKUNGAN
Stimulus dari individu dan stimulus sekitarnya merupakan unsur penting dalam lingkungan.
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan
eksternal, yang memengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan perilaku seseorang dan
kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang
diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal
adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan
emosional, kepribadian) dan proses stresor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari
dalam tubuh individu. Manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai
suatu respons. Pemahaman klien yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat
meningkatkan adaptasi klien tersebut dalam merubah dan mengurangi risiko akibat dari
lingkungan sekitarnya.
Pengkajian
Intervensi
Diagnosis
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Gambar 2.2 Diagram hubungan antara tahap proses keperawatan (Nursalam, 2001).
a. Pengkajian
Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai suatu sistem adaptif
yang berhubungan dengan masing-masing model adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran,
dan ketergantungan. Oleh karena itu, pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,
yaitu pengkajian klien terhadap masing-masing model adaptasi secara sistematik dan holistik.
Pelaksanaan pengkajian dan pencatatan pada empat model adaptif tersebut akan memberikan
gambaran keadaan klien kepada tim kesehatan lainnya.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien tentang
ketidakefektifan respons atau respons adaptif yang memerlukan dukungan perawat. Jika
ditemukan ketidakefektifan respons (maladaptif), perawat melaksanakan pengkajian tahap kedua.
Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual, dan residual
yang berdampak terhadap klien. Proses ini bertujuan untuk mengklarifikasi penyebab dari
masalah dan mengidentifikasi faktor kontekstual dan residual yang sesuai. Menurut Martinez,
faktor yang memengaruhi respons adaptif meliputi genetik; jenis kelamin, tahap
perkembangan, obat-obatan, alkohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, dan
pola interaksi sosial; mekanisme koping dan gaya; stres fisik dan emosi; budaya; serta
lingkungan fisik.
(2) Menggunakan pernyataan dari perilaku yang tampak dan berpengaruh terhadap
stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosis ini maka diagnosisnya adalah “nyeri
dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca
lingkungan yang panas.”
Tabel 2.3
Kriteria standar intervensi keperawatan menurut teori adaptasi (Nursalam, 2002), (lanjutan).
1. Meyakinkan klien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi kelu-
arga dan masyarakat
2. Mendukung upaya kegiatan atau kreativitas klien
3. Melibatkan klien dalam setiap kegiatan terutama dalam pengobatan pada dirinya
4. Melibatkan klien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri klien
5. Bersifat terbuka dan komunikatif kepada klien
6. Mengizinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien
7. Perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap klien yang positif dalam
perawatan
8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan menerima jika ada sikap klien yang
negatif
(3) Berhubungan dengan stimulus yang sama. Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri
dada saat ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosis yang sesuai
adalah “Kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan fisik (miokardial) untuk
bekerja saat cuaca yang panas”.
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau memanipulasi
stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan
klien dalam menggunakan koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi
pada klien.
Tujuan intervensi keperawatan adalah mencapai kondisi yang optimal dengan
menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan
penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(mempertahankan, pertumbuhan, dan reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi
harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Pengembangan kriteria standar intervensi keperawatan menurut adaptasi akan digunakan
oleh peneliti sebagai instrumen untuk mengukur kinerja perawat dalam menerapkan teori
adaptasi pada asuhan keperawatan anak.
d. Evaluasi
Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. 2011. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Alligood, MR, & Tomey, AM, 2006, Nursing Theorists and Their Work, 7th ed. St. Louis,
Missouri: Mosby.
Chitty, K.K. 1997. Professional Nursing. Concepts & Challenges. 2nd ed. Philadelphia: W.B.
Saunders Company.
Nursalam & Kurniawati, ND. 2007. Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi HIV / AIDS.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta: Salemba Medika.
. 2008a. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktis. Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika
. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back,th CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9 ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Putera, S.T. 2010. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair.
Soeparmo HA. (1984) Struktur Keilmuan dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam. Surabaya:
Airlangga University Press.
Bagian 2
MASALAH PENELITIAN DAN
KERANGKA KONSEP
MASALAH
Masalah penelitian merupakan langkah awal yang harus dipikirkan dan disusun berdasarkan
suatu fakta empiris di lapangan. Pada tahap awal pelaksanaan penelitian, kegiatan yang perlu
dilakukan adalah memahami konsep masalah berdasarkan kajian kepustakaan yang dapat
dipercaya. Kegiatan tersebut meliputi berpikir, membaca teori, dan review dengan teman sejawat
dan pembimbing. Selama tahap ini, seorang peneliti perlu memahami pelaksanaan deductive
reasoning dan memilih topik yang diminati dari hasil riset yang telah dilaksanakan orang lain.
TOPIK JUDUL
Fakta
MASALAH Kesenjangan berdasar pada
konsep masalah (K. I)
Harapan
RUMUSAN
Konsep yang digunakan dalam
MASALAH
paradigma penelitian/konsep
paradigma (konsep I atau II)
sebagai sumber variabel untuk
menjawab rumusan masalah
TUJUAN
PENELITIAN
MANFAAT
Gambar 3.1 Bagan alur pikir ilmiah sekonsep (Soeparto, Putra, Haryanto, 2000)
30 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Masalah penelitian adalah suatu kondisi yang memerlukan pemecahan atau alternatif
pemecahan. Baik buruknya suatu penelitian sangat ditentukan oleh masalah penelitian (research
problem) (Polit & Hungler, 1999). Masalah penelitian biasanya didapat dari topik yang secara
luas berhubungan dengan keperawatan. Mengingat dalam topik sudah terdapat suatu masalah,
maka dalam melakukan identifikasi masalah hendaknya tidak keluar dari area masalah yang telah
dicantumkan dalam topik. Masalah penelitian diupayakan yang orisinil, mempunyai kontribusi
terhadap perkembangan ilmu, urgensi dan baru.
Pengembangan Kerangka
Konseptual (Teori/Ilmu Keperawatan: ROY; OREM; KING; dll)
Gambar 3.2 Penentuan masalah riset keperawatan (Nursalam, 2002 & Nursalam, 2008)
Keterangan:
Alur perumusan masalah penelitian keperawatan tersebut berdasar pada masalah-masalah
keperawatan yang berasal dari diagnosis keperawatan, yang terdiri atas rumus PES. P (problem)
adalah respons/masalah yang dirasakan oleh klien, baik fisik, psikis, maupun sosio-spiritual.
Dalam menentukan P, merujuklah pada masalah keperawatan yang dikemukakan oleh North
American Nurses Diagnosis (NANDA), sebagai acuan penentuan masalah keperawatan di dunia.
E (Etiology) adalah penyebab dari masalah, dapat berupa patofisiologi suatu penyakit, situasi
lingkungan atau tempat tinggal. S (Sign & Symptoms) adalah tanda dan gejala yang biasanya
memberikan kontribusi terhadap timbulnya masalah. Keterangan tersebut dapat dianalogikan,
bahwa PES dapat dipergunakan sebagai suatu variabel penelitian, yaitu P sebagai variabel
dependen; E sebagai variabel independen; dan S dapat berperan sebagai variabel independen,
dependen, moderator, atau variabel lainnya.
Sedangkan syarat masalah riset keperawatan, menurut Sastroasmoro dan Ismail (1995),
harus mengandung unsur = FINER
F = Bisa dijalankan (FEASIBLE)
• Tersedia subjek penelitian
• Tersedia dana
• Tersedia waktu, alat, dan keahlian
I = Menarik (INTERESTING)
• Masalah hendaknya menarik untuk diteliti
N = Hal baru (NOVEL)
• Membantah atau mengonfirmasikan penemuan terdahulu
• Melengkapi dan mengembangkan hasil penelitian terdahulu
• Menemukan sesuatu yang baru
E = Etika (ETHICAL)
• Tidak bertentangan dengan etika, khususnya etika keperawatan
R = Relevan (RELEVANT)
• Bermanfaat bagi perkembangan IPTEK
• Dapat digunakan untuk meningkatkan asuhan keperawatan dan kebijaksanaan
kesehatan
• Sebagai dasar penelitian selanjutnya
Contoh lingkup riset keperawatan terlampir (diambil dari hasil riset peneliti dan
mahasiswa)
2 Seleksi kasus:
G. E, natal, dll
3
Masalah keperawatan
Brainstorming
Faktor apakah yang menyebabkan keterlambatan tersebut?
4 Rumusan masalah
Apakah ada pengaruh pendampingan suami terhadap
percepatan pembukaan KALA I persalinan?
5Tujuan
Menjelaskan pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan perubahan KALA I persalinan
6 Judul
Pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan pembukaan KALA I
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara sumber stres (stresor): personal dan lingkungan, relational
meaning dan coping strategy terhadap kejadian burnout syndrome pada mahasiswa reguler
Program Profesi Ners berdasarkan Transactional Theory Lazarus & Folkman dan konsep
Maslach Burnout Inventory.
Tujuan Khusus
1. Menganalisis hubungan sumber stres (stresor) personal dengan burnout syndrome pada
mahasiswa reguler Program Profesi Ners berdasarkan Transactional Theory Lazarus &
Folkman dan Konsep Maslach Burnout Inventory
2. Menganalisis hubungan sumber stres (stresor) lingkungan dengan burnout syndrome pada
mahasiswa reguler Program Profesi Ners berdasarkan Transactional Theory Lazarus &
Folkman dan Konsep Maslach Burnout Inventory
3. Menganalisis hubungan relational meaning dengan burnout syndrome pada mahasiswa
reguler Program Profesi Ners berdasarkan Transactional Theory Lazarus & Folkman dan
Konsep Maslach Burnout Inventory
4. Menganalisis hubungan coping strategy dengan burnout syndrome pada mahasiswa reguler
Program Profesi Ners berdasarkan Transactional Theory Lazarus & Folkman dan Konsep
Maslach Burnout Inventory.
LAMPIRAN
Rumusan Masalah: Masalah dan Pertanyaan
Penelitian Keperawatan
Penelitian Judul Penelitian Masalah dan Rumusan Masalah (Pertanyaan Penelitian)
Maternitas Pengaruh • Masalah
(Penelitian dasar) pendampingan suami Keterlambatan pembukaan pada KALA I sering ditemukan pada
terhadap percepatan proses persalinan. Percepatan KALA I merupakan unsur utama
pembukaan KALA I dalam proses persalinan pada ibu in partu. Keterlambatan
persalinan dalam pembukaan merupakan ancaman bagi nyawa ibu
(Quasy eksperimental di maupun bayinya. Wanita yang mengalami keterlambatan
RS Adi Husada) pembukaan pada KALA I berdampak juga terhadap
Peneliti: psikologisnya. Penyebab dari keterlambatan dipengaruhi oleh
1. Nursalam, M.Nurs banyak faktor. Faktor yang penting adalah kecemasan dan
(Honours). kurangnya rasa nyaman klien (nyeri) karena tidak ditunggui
2. Sumiati, S. Kep. oleh keluarganya khususnya suaminya. Pendampingan saja
ternyata tidak cukup, tetapi peran suami saat mendampingi
merupakan kunci sukses yang utama. Beberapa sumber
telah menetapkan bahwa kehadiran suami berpengaruh
terhadap percepatan KALA I, tetapi di Indonesia belum pernah
dilaksanakan penelitian bagaimana pendampingan yang efektif
dapat mempercepat pembukaan persalinan pada KALA I.
• Rumusan masalah/pertanyaan penelitian
Adakah pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan
pembukaan pada KALA I?
Oleh: S-N-S
NIM. 131111161 (B14)
F-1
a. Empat puluh lima (45 %) lansia (< 65 th) mengalami kemunduran ADL seiring
pertambahan usia.
b. Kemunduran ADL dan ketergantungan lansia pada orang lain menjadi pemicu adanya
gangguan psikologis dan faktor pencetus terjadinya depresi pada lansia (Hawari,
2007).
c. Dengan kondisi yang sehat para lansia dapat melakukan aktivitas apa saja tanpa
meminta bantuan orang lain, atau sesedikit mungkin tergantung kepada orang lain.
(Suhartini, 2004).
d. Dengan menjaga kesehatan fisik, mental, spiritual, ekonomi dan sosial, seseorang dapat
memilih masa tua yang lebih membahagiakan, terhindar dari masalah kesehatan.
(Astuti, 2007).
e. Apabila ketergantungan tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan beberapa akibat
seperti gangguan sistem tubuh, timbulnya penyakit, menurunnya Activity of Daily
Living (ADL). Penurunan Activity of Daily Living (ADL) disebabkan oleh
persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, waktu bereaksi yang lambat,
keseimbangan tubuh yang jelek, gangguan peredaran darah, keadaan yang tidak stabil bila
berjalan, gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran (Setiabudi dan Hardywinoto,
1999).
f. Permasalahan yang berkaitan dengan lansia antara lain, pengaruh proses menua dapat
menimbulkan masalah secara fisik karena semakin lanjut usia seseorang, maka akan
mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik. Selain kemunduran
kemampuan fisik juga mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan sosialnya
(Nugroho, 2000).
F-2
a. Olahraga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban kerja
ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak
kompetitif atau bertanding. (Bandiyah, 2009)
b. Senam lansia adalah senam dengan gerakan ringan, dilakukan secara
berkesinambungan, dan lazimnya disarankan untuk usia 40 tahun ke atas. (Ismawati, 2010)
c. Prinsip olahraga usia lanjut sama dengan prinsip olahraga pada umumnya, yang
membedakan adalah berkaitan dengan reaksi tubuh yang relative lebih lamban, oleh
karena itu, maka jangka waktu dan beban latihan harus disesuaikan (kusmana, 2002)
d. Faktor yang murni milik lanjut usia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh adalah
muskuloskeletal. Senam lansia ditujukan untuk penguatan, daya tahan, dan kelenturan
tulang dan sendi, sehingga sistem muskuloskeletal yang menurun dapat diperbaiki. Selain
itu senam lansia bermanfaat untuk memelihara kebugaran jantung dan paru (Reuben,
1996).
Spider Web
? KEBERSIHAN?
? ?
? ? ?
?
?
Keaslian Penulisan
Penelitian tentang Senam lansia dan Activity Daily Living / Aktivitas Kehidupan Sehari- hari
telah beberapa kali dilakukan, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
No Judul Karya Ilmiah& Penulis Variabel Jenis Penelitian Hasil
1 Hubungan Senam Lansia -senam lansia kuantitatif Ada hubungan signifikan
dengan Kebugaran - vital sign lansia antara senam lansia
Lansia (Palestin, 2006) dengan tingkat kebugaran
lansia
2. Pengaruh Senam Aerobik -Latihan Senam Aerobik Kuantitatif Pra Senam Aerobik memiliki
terhadap Peningkatan - Peningkatan Kebugaran eksperimental pengaruh yang signifikan
Kebugaran Wanita Menopause pada peningkatan
(Hartini, 2007) kebugaran (stabilisasi
nadi, RR, tekanan darah &
menopause syndrome)
3. Pengaruh Senam Lansia - Senam Lansia Observational Ada Hubungan Senam
terhadap Kebugaran Jasmani - Kebugaran (stabilisasi rancangan analitik Lansia dengan kebugaran
pada Lansia (Rochman, 2009) nadi, RR, tekanan darah) jasmani
4. Manfaat Senam terhadap - Senam Tera Kuantitatif pra Senam Tera berpengaruh
Kebugaran Lansia (Kartinah, - Kebugaran eksperimental dalam menstabilkan kadar
2008) immunoglobulin
5. Perbedaan Pengaruh Senam Senam Otak Quasi eksperimen Senam otak dan senam
Otak dan Senam Lansia Senam Lansia lansia memberikan hasil
terhadap Keseimbangan pada Keseimbangan yang positif terhadap
Orang Lanjut Usia (Herawati, keseimbangan Lansia
2008)
6. Hubungan karakteristik personal Inferestial analitik karakteristik personal
antara Karakteristik Personal kemandirian dalam eksperimen memiliki hubungan
dengan Kemandirian dalam Activiy of Daily yang signifikan dengan
Activiy of Daily Living kemandirian dalam
Living (ADL) pada Lansia (Fathur, Activiy of Daily
2007) Living (ADL)
7. Hubungan Tingkat Depresi Deskriptif analitik ada hubungan yang
Antara Tingkat Depresi Dengan Dengan Kemampuan kolerasi signifikan dengan
Kemampuan Aktivitas Dasar Aktivitas Dasar Sehari- interpretasi
Sehari-Hari Hari korelasi negatif antara
Pada Lansia (Firmannulah, 2010) tingkat depresi dengan
kemampuan aktivitas
seharihari
pada lanjut usia
8. Pengaruh Pemberian Penyuluhan Deskriptif dengan penyuluhan kesehatan
Pemberian Penyuluhan Kesehatan pendekatan dapat meningkatkan
Kesehatan Terhadap Perubahan Perubahan Pengetahuan eksperimen pengetahuan lansia
Pengetahuan dan Activity of Daily Living korelasional tentang ADL
Sikap Tentang Activity of Daily Sikap Activity of Daily
Living (ADL) pada lansia Living
(Setyowati, 2009)
9. Pengaruh Pembelajaran - Pembelajaran Kuantitatif Pre Pembelajaran Terbimbing
Terbimbing terhadap Tingkat Terbimbing Eksperimental memiliki pengaruh yang
Kemandirian ADL LAnsia - Kemandirian ADL signifikan terhadap Tingkat
(Kusrumentahingtyas,2010) Kemandirian ADL LAnsia
10. Hubungan antara Tingkat tingkat depresi Studi korelasi Ada hubungan antara
Depresi dengan Ketergantungan ketergantungan dalam tingkat depresi dengan
dalam ADL ADL ketergantungan dalam ADL
(Activity of Daily Living) pada (Activity of Daily Living) (Activity of Daily Living)
Lansia (Aprinia, 2006) pada lansia
No Judul Karya Ilmiah& Penulis Variabel Jenis Penelitian Hasil
11. Hubungan antara Gaya Hidup gaya hidup Quasi eksperiment Terdapat hubungan antara
dengan Tingkat Ketergantungan tingkat ketergantungan gaya hidup dengan tingkat
dalam Aktivitas Kehidupan dalam aktivitas ketergantungan dalam
Sehari – hari Lansia kehidupan aktivitas kehidupan
sehari – hari sehari – hari lansia
12. Hubungan Karateristik Demografi Karateristik Demografi Studi korelasi, Ada hubungan antara
dengan Kemandirian kemandirian Karateristik Demografi
dalam Activity Daily Living (ADL) dalam Activity Daily dengan kemandirian
pada Lansia Living (ADL) dalam Activity Daily Living
(Sawika, 2005) (ADL) pada Lansia
Sementara itu penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tentang pengaruh Senam
Lansia (lama waktu pelaksanaan, intensitas dan frekuensi) terhadap peningkatan kemandirian
ADL lansia. Variabel penelitian adalah lama waktu pelaksanaan senam lansia, Intensitas senam
lansia, frekuensi senam lansia dan ADL lansia. Jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu
kuantitatif pra eksperiment.
1. Masalah
Pengaruh senam lansia terhadap kemandirian ADL lansia belum dapat dijelaskan
2. Rumusan Masalah:
a. apakah ada pengaruh durasi pelaksanaan senam lansia terhadap kemandirian ADL
lansia?
b. apakah ada pengaruh intensitas senam lansia terhadap kemandirian ADL
lansia?
c. apakah ada pengaruh frekuensi senam lansia terhadap kemandirian ADL
lansia?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum: Menjelaskan pengaruh senam lansia terhadap kemandirian ADL
lansia
Tujuan Khusus:
a. Mengukur kemandirian ADL lansia terhadap durasi senam lansia
b. Mengukur kemandirian ADL lansia terhadap intensitas senam lansia
c. Mengukur kemandirian ADL lansia terhadap frekuensi senam lansia
4. Manfaat Manfaat
Teoritis
Hasil penelitian dapat menjelaskan pengaruh senam lansia terhadap peningkatan
kemandirian ADL pada lansia.
Manfaat Praktis
Senam lansia diharapkan dapat dilakukan sebagai usaha promotif, preventif dan
rehabilitatif bagi lansia dalam menghadapi kemunduran ADL seiring bertambahnya usia.
5. Judul
Pengaruh senam lansia terhadap peningkatan kemandirian Activity Daily Living
(ADL) lansia atau peningkatan kemandirian lansia dalam adl dengan senam.
6. Kerangka Konseptual
Proses Penuaan
Persepsi visual
Senam Lansia
Kemandirian ADL
Interaksi sosial
Bab 4
Kerangka Konsep dan
Hipotesis Penelitian
Langkah Penyusunan
a. Seleksi dan definisikan konsep yang dimaksudkan
b. Identifikasikan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian
1) Peneliti ingin meneliti perilaku klien dalam perawatan, maka dapat dipilih teori
Lawrance Green, yang meliputi: predisposing, enabling, dan reinforcing.
2) Pemenuhan kebutuhan pada perawatan diri: makan, minum, berpakaian, eliminasi, mandi,
maka ditetapkan teori yang dipilih adalah dari Orem tentang self care
deficit.
c. Gambarkan hubungan antarvariabel dengan garis berarah
• Arah (Direction). Dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
• Tempat (Position). Variabel A Y (A ditulis terlebih dulu, karena A)
B
lebih besar pengaruhnya terhadap Y dibandingkan B)
• Tanda dan simbol (Sign & Symbol). Digaris putus-putus untuk yang diteliti ( ); digaris
jelas untuk variabel dalam kotak yang diteliti ( ); dan digaris putus-putus untuk variabel
yang tidak diteliti ( )
• Keterangan setiap tujuan penelitian:
• Hubungan/hipotesis (A B)
• Pengaruh (A B)
• Sebab akibat (A B)
Contoh:
Kerangka Konsep
Pengaruh Penerapan Teori Adaptasi terhadap Peningkatan Kinerja Perawat pada Klien Anak
dengan Asma Bronkial (Nursalam, 2003)
Peneliti perlu menjelaskan tentang pengaruh penerapan teori adaptasi dalam meningkatkan
kinerja perawat anak dan meningkatkan sistem imunitas anak dengan asma bronkial serta
keterkaitan beberapa variabel.
• Kadar ADH dalam tubuh yang kurang • Kondisi fisik yang terganggun
• Kelainan anatomi: ukuran kandung kemih yang kecil • Alergi
Enuresis (+)
Pembelajaran Bladder-retention training
Persepsi (+)
Koping (+)
Rangsangan
Kimiawi Rangsangan Rangsangan
(↑) Neuromuskuler Muskuler
(↑) Otot Polos
(↑)
Aktin + Miosin
Metabolisme pada
Rangsangan pada
Mitokondria
serat otot polos →
Ion kalsium & Acetil Cholin
ATP
ATP ADP Otot polos kandung
kemih meregang →
Kapasitas fungsional
Energi kandung kemih Energi
: Diukur
: Tidak diukur
Syarat Hipotesis
a. Relevance: Hipotesis harus relevan dengan fakta yang akan diteliti.
b. Testability: Memungkinkan untuk dilakukannya observasi dan bisa diukur.
c. Compatibility: Hipotesis baru harus konsisten dengan hipotesis di lapangan yang sama
dan telah teruji kebenarannya, sehingga setiap hipotesis akan membentuk suatu sistem.
d. Predictive: Artinya hipotesis yang baik mengandung daya ramal tentang apa yang akan
terjadi atau apa yang akan ditemukan.
e. Simplicity: Harus dinyatakan secara sederhana, mudah dipahami, dan mudah dicapai.
Tujuan Hipotesis
a. Untuk menghubungkan antara teori dan kenyataan, dalam hal ini hipotesis
menggabungkan dua domain.
b. Sebagai suatu alat yang ampuh untuk pengembangan ilmu selama hipotesis bisa
menghasilkan suatu penemuan (discovery).
c. Sebagai suatu petunjuk dalam mengidentifikasi dengan menginterpretasi suatu hasil.
Sumber Hipotesis
Hipotesis didapatkan dari suatu fenomena atau masalah yang nyata, analisis teori, dan mengulas
literatur.
a. Pengalaman praktik
Diagnosis keperawatan bisa menjadi suatu dasar pengembangan hipotesis. Misal,
hubungan teoretis yang diidentifikasi Orem tahun 1985 dalam Polit & Back (2012), tentang
teori perawatan diri dan kurangnya kebersihan dalam melakukan perawatan luka
sehubungan dengan adanya nyeri pada sendi dan keterbatasan pergerakan/
mobilitas. Pertama, kita dapat menguji tentang efektivitas dari tindakan dalam
mengurangi nyeri sendi dan meningkatkan mobilitas dan dampak perawatan
individual. Contoh penulisan hipotesis meliputi: Klien artritis yang menggunakan
pengobatan relaksasi akan mengalami penurunan rasa nyeri dan membutuhkan waktu
yang relatif lebih sedikit dalam pengobatannya dibandingkan dengan klien yang tidak
mendapatkan terapi relaksasi.
b. Teori
Hubungan yang digunakan dalam suatu teori dapat menjadi dasar penyusunan
hipotesis. Jika seorang peneliti tertarik melakukan pengujian terhadap suatu pernyataan
dalam teori, akan membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan praktik
perawatan.
c. Kajian literatur
Pada kajian literatur, peneliti menganalisis dan mensintesis hasil dari berbagai
penelitian. Hubungan yang diidentifikasi dari sintesis dalam suatu penemuan sangat
berguna untuk penyusunan hipotesis. Nursalam tahun 2007, meneliti pengaruh
pendakatan Asuhan keperawatan terhadap respons pasien terinfeksi HIV and AIDS,
hipotesis yang digunakan berdasarkan konsep teori Psikoneuroimunologi dan
Adaptasi.
Tipe Hipotesis
Perbedaan tipe hubungan dan jumlah variabel diidentifikasi dalam hipotesis. Penelitian mungkin
mempunyai satu, tiga, atau lebih hipotesis, bergantung pada kompleksnya suatu penelitian.
a. Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran statistik dan
interpretasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau kompleks dan bersifat sebab
atau akibat. Misal pengaruh teori adaptasi terhadap perbaikan kinerja perawat anak. Maka
dalam Ho; tidak adanya pengaruh penerapan teori adaptasi dalam asuhan keperawatan
terhadap perbaikan kinerja perawat anak.
b. Hipotesis alternatif (Ha/H1) adalah hoptesis penelitian. Hipotesis ini menyatakan
adanya suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau lebih variabel.
Hubungan, perbedaan, dan pengaruh tersebut dapat sederhana atau kompleks, dan bersifat
sebab-akibat. Misalnya, ada pengaruh antara senam nifas dan proses involusi pada ibu
pascasalin. Ada perbedaan tingkat kecemasan antara klien laki-laki dan perempuan pada
infark miokard akut (IMA).
KONSEP SELF-CARE
Teori keperawatan self-care dikemukakan oleh Dorothea E. Orem pada tahun 1971 dan dikenal
dengan teori self-care deficit nursing theory (SCDNT) (DeLaune & Ladner, 2002). Teori
SCDNT sebagi grand teori mempunyai komponen teori yaitu teori self-care, teori self-care
deficit, dan teori nursing system (Alligood & Tomey, 2006). Orem (1985) dalam Richardson
(1992) menyebutkan bahwa:
“Self-care is the production of actions directed to self or to the environment in order to
regulate one’s functioning in the interest of one’s life, integrated functioning and well-
being”
Dari pernyataan di atas, self-care diartikan sebagai wujud perilaku seseorang dalam
menjaga kehidupan, kesehatan, perkembangan dan kehidupan disekitarnya (Baker &
Denyes, 2008). Self-care merupakan perilaku yang dipelajari dan merupakan suatu tindakan
sebagai respons atas suatu kebutuhan (DeLaune & Ladner, 2002). Pada konsep self-care, Orem
menitikberatkan bahwa seseorang harus dapat bertanggung jawab terhadap pelaksanaan self-care
untuk dirinya sendiri dan terlibat dalam pengambilan keputusan untuk kesehatannya
(Alligood & Tomey, 2006). Kebutuhan seseorang untuk terlibat dalam perawatan dirinya dan
mendapatkan perawatan disebut sebagai therapeutic self-care demand (DeLaune & Ladner,
2002). Self-care berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan individu, bergantung pada
kebiasaan seseorang, kepercayaan yang dimiliki, dan budaya, termasuk biopsikososial-spiritual
(Becker, Gates, & Newsom, 2004; Larsen & Lubkin, 2009).
Self-care dalam konteks pasien dengan penyakit kronis merupakan hal yang kompleks, dan
sangat dibutuhkan untuk keberhasilan manajemen serta kontrol dari penyakit kronis tersebut
(Larsen & Lubkin, 2009). Self-care dapat digunakan sebagai tehnik pemeecahan masalah dalam
kaitannya dengan kemampuan koping dan kondisi stresful karena penyakit kanker. Banyak
penelitian yang telah membuktikan bahwa self-care meningkatkan kualitas hidup dengan
menurunkan nyeri, kecemasan, dan keletihan; meningkatkan kepuasan pasien, serta
menurunkan penggunaan tempat pelayanan kesehatan dengan menurunkan jumlah kunjungan ke
dokter, kunjungan rumah, penggunaan obat, dan lama rawat inap di rumah sakit.
Selfcare
R R
Conditining factorsConditining factors
Selfcare deficit
R R
Nursing agency
Dispositions
Significant
affecting goals sought
orientative capabilities
and dispotions
Selected Selected
basic capabilities I basic capabilities II
Level
1.2 Sets of capabilities adn dispositions
foundational for action
Self Cares
Faktor dasar/ predisposisi (predisposing factor)
Pengetahuan
Sikap Self Cares Self Cares
Keyakinan Agency meningkat Demand
Pendidikan
Pekerjaan
Nursing agency
Faktor pemungkin (enabling factor)
Supportive Educative system:
Guidance
Sarana prasarana/ fasilitas pelayanan kes Teaching
- Jarak dengan pelayanan
Gambar 4.4 Kerangka konsep penelitian meningkatkan kemandirian ibu nifas dengan
menggunakan pendekatan teori self care model Orem (Mardiatun, 2012).
Berdasarkan teori keperawatan Self Care yang dikemukakan oleh Dorothea Orem, manusia
pada dasarnya mempunyai kemampuan dalam merawat dirinya sendiri yang di sebut Self Care
Agency. Self Care Agency dapat berubah setiap waktu yang di pengaruhi oleh faktor predisposisi
(predisposing factor) yang terdiri atas pengetahuan, sikap, keyakinan pendidikan dan pekerjaan.
Yang kedua yaitu faktor pemungkin (Enabling factor) yang terdiri atas sarana prasarana dan
jarak dengan pelayanan kesehatan. Yang ketiga yaitu; faktor pendorong (Reinforcing factor)
yang berupa peran dukungan keluarga dan adanya aturan-aturan. Ketika terjadi defisit
perawatan diri, peran perawat sebagai Nursing Agency membantu untuk memaksimalkan
kemampuan pelaksanaan perawatan diri ibu
post partum melalui tindakan asuhan keperawatan mandiri perawat berupa bantuan
Supportif –Educative System dengan memberikan Guidance (Booklet) and Teaching, untuk
meningkatkan kemampuan atau kemandirian pelaksanaan perawatan diri ibu (Self Care Agency)
terhadap kebutuhan perawatan diri ibu (Self Care Demand), seperti kemampuan memenuhi nutisi
dan cairan, ambulasi, kebersihan diri, perawatan perinium, perawatan payudara, miksi, dan
defekasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J. A. ( 2001). Understanding Homeless Adults by Testing the Theory of Self-
Care. Nursing Science Quarterly, 14(1), 59-67
Alligood, M.R. and Tomey, A. M. (2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri
: Mosby
Baker. L. K., & Denyes, M. J. (2008). Predictors of Self-Care in Adolescents with Cystic
Fibrosis: A Test of Orem’s Theories of Self-Care and Self-Care Deficit. Journal of
Pediatric Nursing, 23(1), 37–48.
Becker G., Gates, R. J., & Newsom E. (2004). Self-Care among Chronically Ill African
Americans: Culture, Health Disparities, and Health Insurance Status. American
Journal of Public Health, 94(12), 2066-2073.
Campbell, J. C., & Soeken, K. (1999). Forced Sex and Intimate Partner Violence: Effects on
Women’s Health. Violence Against Women, 5(9), 1017–1035
DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2002). Fundamentals of nursing: Standards and practice.
2nd Ed. New York: Thomson Delmar Learning
Denyes, M.J. (1980). Development of An Instrument to Measure Self-Care Agency in
Adolescents. Doctoral Dissertation, Wayne State University
Larsen, P. D., & Lubkin, I. M. (2009). Chronic Illness: Impact and Intervention. 7th Ed.
Sudbury: Jones and Bartlett Publishers
Meleis, A.I. (2011). Theoretical Nursing: Development and Progress. 5th Ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
Parker, M. E. (2001). Nursing Theories and Nursing Practice. Philadelphia: Davis
Company
Sousa V. D., Zauszniewski J. A., Zeller R. A., & Neese J. B. (2008). Factor Analysis of The
Appraisal of Self Care Agency Scale in American Adults with Diabetes Mellitus. The
Diabetes Educators, 34, 98-108.
Taylor, s., & Renpenning, k. (2011). Self Care Science, Nursing Theory and Evidence Based
Practice. New York: Springer Publishing Company, LLC.
Waltz, C. F., Strickland, O. L., and Lenz, E. R. (2010). Measurement in Nursing and Health
Research, 4th ed. New York: Springer Publishing Company
KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M. KING)
King mengidentifikasi kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) sebagai sebuah
kerangka kerja sistem terbuka, dan teori ini sebagai suatu pencapaian tujuan. King
mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya
(Human Being) sebagai sistem terbuka yang secara konsisten berinteraksi dengan
lingkungannya. Asumsi yang lain bahwa keperawatan berfokus pada interaksi manusia
dengan lingkungannya dan tujuan keperawatan adalah untuk membantu individu dan kelompok
dalam memelihara kesehatannya. Kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) terdiri
atas tiga sistem interaksi yang dikenal dengan Dynamic Interacting Systems, meliputi:
Personal systems (individual), interpersonal systems (grup) dan social systems (keluarga,
sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dan lain-lain).
Konsep Human Interaction Model ini dikembangkan pertama kali oleh Imogene M.
King pada tahun 1971 yang diawali dengan mengembangkan “Theory of Goal Attainment (teori
pencapaian tujuan). Teori pencapaian tujuan merupakan teori yang bersifat terbuka dan dinamis,
dengan sembilan konsep utama yang meliputi interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran,
stres, tumbuh kembang, waktu dan ruang (Alligood dan Tomey, 2006). Asumsi dasar King
tentang manusia seutuhnya (Human Being) meliputi sosial, perasaan, rasional, reaksi,
kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada waktu.
Dari keyakinannya tentang human being ini, King telah menderivat asumsi tersebut lebih
spesifik terhadap interaksi perawat – klien:
1. Persepsi dari perawat dan klien memengaruhi proses interaksi.
2. Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan klien memengaruhi proses
interaksi.
3. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
4. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan hal
tersebut memengaruhi kehidupan dan kesehatan mereka serta pelayanan masyarakat
5. Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran informasi sehingga
membantu individu dalam membuat keputusan tentang pelayanan kesehatannya.
6. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.
7. Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan kesehatan dapat
berbeda.
FEEDBACK
PERSEPTION
NURSE JUDGEMENT
ACTION
TRANSACTION
REACTIONINTERACTION
PERSEPTION
PATIENT JUDGEMENT
ACTION
FEEDBACK
Berdasarkan kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) dan asumsi dasar tentang
human being, King menderivatnya menjadi teori Pencapaian Tujuan (Theory of Goal
Attainment). Elemen utama dari teori pencapaian tujuan adalah interpersonal systems, di mana
dua orang (perawat-klien) yang tidak saling mengenal berada bersama-sama di organisasi
pelayanan kesehatan untuk membantu dan dibantu dalam mempertahankan status kesehatan
sesuai dengan fungsi dan perannya. Dalam sistem interpersonal perawat-klien berinteraksi
dalam suatu area (space). Menurut King intensitas dari sistem interpersonal sangat menentukan
dalam menetapkan dan pencapaian tujuan keperawatan. Dalam interaksi tersebut terjadi aktivitas-
aktivitas yang dijelaskan sebagai sembilan konsep utama, di mana konsep-konsep tersebut saling
berhubungan dalam setiap situasi praktik keperawatan, meliputi:
1. Interaksi, King mendefinisikan interaksi sebagai suatu proses dari persepsi dan
komunikasi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan
lingkungan yang dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam
mencapai tujuan.
2. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, persepsi berhubungan dengan
pengalaman yang lalu, konsep diri, sosial ekonomi, genetika dan latarbelakang pendidikan.
3. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada
orang lain secara langsung maupun tidak langsung.
4. Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud tertentu dalam
pencapaian tujuan. Transaksi yang dimaksud adalah pengamatan perilaku dari
interaksi manusia dengan lingkungannya.
5. Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya dalam
sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak dan kewajiban sesuai dengan posisinya. Jika
terjadi konflik dan kebingungan peran maka akan mengurangi efektivitas pelayanan
keperawatan.
6. Stres diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi manusia dengan
lingkungannya. Stres melibatkan pertukaran energi dan informasi antara manusia
dengan lingkungannya untuk keseimbangan dan mengontrol stresor.
7. Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinu dalam diri individu. Tumbuh
kembang mencakup sel, molekul dan tingkat aktivitas perilaku yang kondusif untuk
membantu individu mencapai kematangan.
8. Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/peristiwa kemasa yang akan datang. Waktu
adalah perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain sebagai pengalaman
yang unik dari setiap manusia.
9. Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada di manapun sama. Ruang adalah area di mana
terjadi interaksi antara perawat dengan klien (Fadilah, 2009)
Sistem Interpersonal
King mengemukakan sistem interpersonal terbentuk oleh interkasi antra manusia. Interaksi antar
dua orang disebut DYAD, tiga orang disebut TRIAD, dan empat orang disebut GROUP.
Konsep yang relefan dengan sistem interpersonal adalah interkasi, komunikasi, transaksi, peran
dan stres.
1. Interaksi
Interaksi didefinisakan sebagai tingkah laku yang dapat diobservasi oleh dua orang atau
lebih di dalam hubungan timbal balik.
2. Komunikasi
King mendefinisikan komunikasi sebagai proses diman informasi yang diberikan dari
satu orang keorang lain baik langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui
telpon, televisi atau tulisan kata. ciri-ciri komunikasi adalah verbal,non verbal,
situasional, perceptual, transaksional, tidak dapat diubah, bergerak maju dalam waktu,
personal, dan dinamis. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis
dalam menyampaikan ide- ide satu orang keorang lain. Aspek perilaku nonverbal yang
sangat penting adalah sentuhan. Aspek lain dari perilaku adalah jarak, postur, ekspresi
wajah, penampilan fisik dan gerakan tubuh.
3. Transaksi
Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setiap individu mempunyai realitas personal
berdasarkan persepsi mereka. Dimensi temporal-spatial, mereka mempunyai
pengalaman atau rangkaian-rangkaian kejadian dalam waktu.
4. Peran
Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik di mana seseorang pada suatu saat sebagai
pemberi dan disat yang lain sebagai penerima ada 3 elemen utama peran
yaitu, peran berisi set perilaku yang di harapkan pada orang yang menduduki posisi di
sistem sosial, set prosedur atau aturan yang ditentukan oleh hak dan kewajiban yang
berhubungan dengan prosedur atau organisasi, dan hubungan antara 2 orang atau lebih
berinteraksi untuk tujuan pada situasi khusus.
5. Stres
Definisi stres menurut King adalah suatu keadaan yang dinamis di manapun manusia
berinteraksi dengan lingkungannya untuk memelihara keseimbangan pertumbuhan,
perkembangan dan perbuatan yang melibatkan pertukaran energi dan informsi antara
seseorang dengan lingkungannya untuk mengatur stresor. Stres adalah suatu yang dinamis
sehubungan dengan sistem terbuka yang terus-menerus terjadi pertukaran dengan
lingkunagn, intensitasnya berfariasi, ada diemnsi yang temporal-spatial yang dipengaruhi
oleh pengalaman lalu, individual, personal, dan subjektif.
7. Sistem sosial
King mendefinisikan sistem sosial sebagai sistem pembatas peran organisasi sosisal,
perilaku, dan praktik yang dikembangkan untuk memelihara nilai-nilai dan mekanisme
pengaturan antara praktk-praktik dan aturan (George, 1995). Konsep yang relevan dengan
sistem sosial adalah organisasi, otoritas, kekuasaan, status dan pengambilan keputusan.
1) Organisasi
Organisasi bercirikan struktur posisi yang berurutan dan aktivitas yang
berhubungan dengan pengaturan formal dan informal seseorang dan kelompok untuk
mencapai tujuan personal atau organisasi.
2) Otoritas
King mendefinisikan otoritas atau wewenang, bahwa wewenang itu aktif, proses
transaksi yang timbal balik di mana latar belakang, persepsi, nilai-nilai dari
pemegang memengaruhi definisi, validasi dan penerimaan posisi di dalam
organisasi berhubungan dengan wewenang.
3) Kekuasaan
Kekuasaan adalah universal, situasional, atau bukan sumbangan personal, esensial
dalam organisasi, dibatasi oleh sumber-sumber dalam suatu situasi, dinamis dan
orientasi pada tujuan.
4) Pembuatan keputusan
Pembuatan atau pengambilan keputusan bercirikan untuk mengatur setiap kehidupan
dan pekerjaan, orang, universal, individual, personal, subjektif, situasional, proses
yang terus menerus, dan berorientasi pada tujuan.
5) Status
Status bercirikan situasional, posisi ketergantungan, dapat diubah. King
mendefinisikan status sebagai posisi seseorang di dalam kelompok atau kelompok
dalam hubungannya dengan kelompok lain di dalam organisasi dan mengenali bahwa
status berhubungan dengan hak-hak istimewa, tugas-tugas, dan kewajiban.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. & Tomey, A. M. (2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri:
Mosby
George, J. B. 1995. Nursing Theories: A Base for Professional Nursing Practice. Connecticut:
Appleton and Lange.
King, I.M. 2006. Part One: Imogene M. King’s Theoryndof Goal Attainment. Dalam M.E.
Parker, Nursing theories and nursing practice (2 ed., Hlm. 235-243). Philadelphia:
F.A. Davis.
Identifikasi masalah-masalah
keluarga dan individu
Diagnosis keperawatan
Rencana keperawatan Sususan tujuan, identifikasi sumber daya, definisikan pendekatn alternatif, pilih intervensi keperawatan, susun
Evaluasi keperawatan
Nursing system
Trainer
Keluarg
a Pasien
Evaluasi
1. Kemampuan keluarga untuk merawat dan memotivasi
untuk ADL
2. Kemampuan keluarga untuk melakukan mobilisasi
Gambar 4.7 Integrasi model self care dan family-centered nursing (diadaptasi dari
Orem 2001; Tomey dan Alligood 2002, 2006; Friedman dkk, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. dan Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th Ed. Missouri:
Mosby
Allender, J. A., & Spradley, B. W. 2005. Community Health Nursing: Concept and Practice.
6th Ed. Philadelphia: Lippincott
Freeman, R., & Heirinch, J. 1981. Community Nursing Practice. Philadelphia: W.B.
Saunders.
Friedman, M. M.,th Bowden, V. R., & Jones, E. G. 2003. Family Nursing: Research, Theory and
Practice (5 ed.). New Jersey: Prentice Hall.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Kegiatan Perawat Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Medik.
Hitchcock, J. E., Schubert, P. E., & Thomas, S. A. 1999. Community Health Nursing:
Caring in Action. Albany: Delmar.
Stanhope, M. & Lancaster, J. 2000. Community and Public Health Nursing, 5th Ed. St. Louis:
Mosby.
CULTURE CARE
Worldview
Influences
Holistic Heath/Illnes/Death
Focus: Individuals, Families, Groups, Communities or Institutions
in Diverse Heath Context of
Penjelasan kerangka konsep teoritis. Teori utama dalam penelitian ini dikembangkan dari
sunrise model dari Leninger, (2004). Model ini mengambarkan dimensi-dimensi dari teori
Culture Care, dengan karakteristik keaneka ragaman dan kesemestaan/keseluruhan.
Dimensi struktur sosial budaya dalam suatu masyarakat, saling memengaruhi sehingga terbentuk
pola dan praktik hidup di masyarakat. Pelayanan kesehatan yang ada melayani kebutuhan
masyarakat akan dikembangkan sesuai masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat. Oleh
karena itu, selain mengukur model sunrise dari Leninger yang ada dalam masyarakat, akan
diukur pula pelayanan kesehatan yang ada dalam masyarakat tersebut.
Pelayanan kesehatan yang diukur sehubungan dengan teori ini adalah public health model
dari Caplan. Model ini menyebutkan tentang tiga tingkat pencegahan dalam pelayanan
kesehatan di masyarakat, khusus untuk masalah kesehatan jiwa. Caplan berasumpsi bahwa
masalah kesehatan jiwa di masyarakat dapat dicegah terjadinya. Pencegahan yang disebutkan
dalam model ini meliputi pencegahan primer, sekunder dan tersier. Ketiga tingkat pencegahan ini
mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Pencegahan primer bertujuan mengintervensi potensial
masalah kesehatan melalui promosi kesehatan dan perlindungan khusus. Pencegahan sekunder
bertujuan mengintervensi masalah kesehatan aktual melalui diagnosis dini dan terapi tepat
waktu. Pencegahan tersier bertujuan mengintervensi keterbatasan dan ketidakmampuan
akibat penyakit kronis dan rehabilitasi, melalui rehabilitasi keterbatasan dan mencegah
komplikasi. Terhadap peminum alkohol ‘moke’ akan diukur pencegahan primer.
Pelayanan pencegahan ini intervensinya ditujukan pada individu, keluarga, kelompok,
sekolah dan komunitas. Khusus untuk pelayanan pencegahan tingkat primer, intervensinya dapat
dilakukan oleh profesi keperawatan, yang jumlah tenaganya paling banyak pada unit pelayanan
kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. dan Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri:
Mosby.
Marriner Ann. 1998. Nursing Theorist and Their Work. Fourth Ed. St Louis Missouri:
Mosby.
Sabina. 2013. Pengembangan model Perilaku Minum Moke pada Masyarakat Sikka, NTT.
Disertasi. Prodi Doktor. FKM. Unair. Tidak dipublikasikan.
SITUATION
INFLUENCE
Options, Demand Character Aesthethics
Gambar 4.10 Model promosi kesehatan yang telah direvisi (Pender, N. 2006. Health
promotion in nursing practice. 5th ed. New Jersey: Prentice Hall).
Penjelasan tentang variable dari HPM dapat diuraikan di bawah ini (Alligood & Tomey, 2006).
1. Karakteristik individu dan pengalaman individu
Setiap manusia mempunyai karakteristik yang unik dan pengalaman yang dapat
memengaruhi tindakannya. Karakteristik individu atau aspek pengalaman dahulu lebih
fleksibel sebagai variabel karena lebih relevan pada perilaku kesehatan utama atau
sasaran populasi utama
a. Perilaku sebelumnya
Perilaku terdahulu mempunyai efek langsung dan tidak langsung pada perilaku
promosi kesehatan yang dipilih, membentuk suatu efek langsung menjadi kebiasaan
perilaku dahulu, sehingga predisposisi dari perilaku yang dipilih dengan
sedikit memperhatikan pilihannya itu. Kebiasaan muncul pada setiap perilaku dan
menjadi suatu pengulangan perilaku. Sesuai dengan teori sosial kognitif, perilaku
dahulu mempunyai pengaruh tidak langsung pada perilaku promosi kesehatan
melalui persepsi terhadap self efficacy, keuntungan, rintangan dan pengaruh
aktivitas. Perilaku nyata berkaitan dengan feed back adalah sumber pemanfaatan yang
terbesar atau skill. Keuntungan dari pengalaman dar perilaku yang diambil disebut
sebagai hasil yang diharapkan. Jika hasilnya memuaskan maka akan menjadi
pengulangan perilaku dan jika gagal menjadi pelajaran untuk masa depan. Setiap
insiden perilaku juga disertai oleh emosi atau pengaruh sikap positif atau negatif
sebelum, selama dan sesudah perilaku dilakukan menjadi pedoman untuk
selanjutnya. Perilaku sebelum ini menjadi kognitif dan menjadi spesifik. Perawat
membantu klien dengan melihat riwayat perilaku positif dengan berfokus pada
pemanfaatan perilaku, mengajar klien bagaimana bertindak dan menimbulkan potensi
dan sikap yang positif melalui pengalaman yang sukses dan feed back positif.
b. Faktor personal
1) Biologi- usia, indeks massa tubuh, status pubertas, status menopause, kapasitas
aerobik, kekuatan, ketangkasan atau keseimbangan
2) Psikologi- self esteem, motivasi diri dan status kesehatan
3) Sosiokultural- suku, etnis, akulturasi, pendidikan dan status sosio ekonomi
2. Kognitif behaviour spesifik dan sikap
a. Manfaat tindakan
Manfaat tindakan secara langsung memotivasi perilaku dan tidak langsung
mendetermin rencana kegitanan untuk mencapai manfaat sebagai hasil. Manfaat tadi
menjadi gambaran mental positif atau reinforcement positif bagi perilaku. Menurut
teori nilai ekspentansi motivasi penting untuk mewujudkan hasil seseorang dari
pengalaman dahulu melaui pelajaran observasi dari orang lain dalam perilaku. Individu
cenderung untuk menghabiskan waktu dan hartanya dalam beraktivitas untuk
mendapat hasil yang potsitif. Keuntungan dari penampilan perilaku bisa intrinsik
atau ekstrinsik. Intrinsik-bertambah kesadaran, berkurang rasa kelelahan
Ekstrinsik-reward keuangan atau interaksi potitif. Manfaat ekstrinsik perilaku
kesehatan menjadi motivasi yang tinggi di mana manfaat intrinsik lebih memotivasi
untuk berlangsungnya perilaku sehat. Manfaat penting yang paling diharapkan dan
secara tempo berhubungan dengan potensi. Kepercayaan tentang manfaat atau hasil
positif dari harapan.
b. Hambatan tindakan
Misalnya: ketidaksediaan, tidak cukup, mahal, sukar atau waktu yang terpakai dari
suatu kegiatan utama. Rintangan sering dipandang sebagai blok rintangan dan biaya
yang dipakai. Hilangnya kepuasan dari perilaku tidak sehat seperti merokok, makan
tinggi lemak juga disebut rintangan. Biasanya muncul motif- motif yang
dihindari/dibatasi dalam hubungan dengan perilaku yang diambil.
Kesiapan melakukan rendah dan rintangan tinggi, tindakan tidak terjadi.
Rintangan adalah sikap yang langsung menghalangi kegiatan melalui pengurangan
komitmen rencana kegiatan.
c. Self efficacy
Menurut Bandura: kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan
melaksanakan tindakan utama menyangkut bukan hanya skill yang dimiliki
seseorang tetapi keputusan yang diambil seseorang dari skill yang dia miliki.
Keputusan efficacy seseorang diketahui dari hasil yang diharapkan yaitu
kemampuan seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu di mana hasil yang
diharapkan adalah suatu keputusan dengan konsekuensi keuntungan biaya misalnya:
perilaku yang dihasilkan. Skill dan kompetensi memotivasi individu untuk
melakukan tindakan secara unggul. Perasaan manjur dan ahli dalam perbuatan
seseorang akan mendorong seseorang untuk melaksanakan perilaku yang diinginkan
lebih sering dari pada rasa tidak layak/tidak trampil. Pengetahuan seseorang tentang
efficacy diri didasarkan pada 4 tipe info:
1) Feed back eksternal yang diberi orang lain. Pencapaian hasil dari perilaku dan
evaluasi yang sesuai dengan standar diri (self efficacy).
2) Pengalaman orang lain dan evaluasi diri dan feed back dari mereka.
3) Ajakan orang lain.
4) Status psikologis: kecemasan, ketakutan, ketenangan dari orang yang menilai
kompetensi mereka.
Self efficacy dipengaruhi oleh aktivitas yang berhubungan dengan:
Pengaruh positif, persepsi efficacy lebih besar. Kenyataannya hubungan ini
berlawanan dengan persepsi efficacy terbesar, bertambahnya pengaruh positif. Efficacy
diri memengaruhi rintangan bertindak, efficacy tinggi- persepsi barier yang rendah.
Efficacy diri memotivasi perilaku promosi kesehatan secara langsung oleh harapan
efficacy dan tidak langsung pleh hambatan dan ditentukan level komitmen dan
rencana kegiatan.
d. Sikap yang Berhubungan dengan Aktivitas
1) Emosi yang timbul pada kegiatan itu
2) Tindakan diri
3) Lingkungan di mana kegiatan itu berlangsung
Pengaruh terhadap perilaku menunjukkan suatu reaksi emosional langsung dapat positif
atau negatif, lucu, menyenangkan, menjijikkan, tidak menyenangkan. Perilaku yang
memberi pengaruh positif sering diulangi. Sedangkan perilaku yang berpengaruh
negatif dibatasi atau dikurangi. Berdasarkan teori kognitif sosial ada hubungan antara
efficacy diri dan pengaruh aktivitas. Mc avley dan Courney menemukan bahwa respons
afek positif selama latihan signifikan menjadi prediksi dari efficacy pascalatihan.
Respons emosional dan status fisiologis selama perilaku sebagai sumber dari informasi
efficacy. Sikap pengaruh aktivitas diajukan sebagai memengaruhi perilaku kesehatan
secara langsung atau tidak langsung melalui efficacy diri dan komitmen pada rencana
kegiatan.
e. Pengaruh interpersonal
Pengaruh interpersonal adalah kognisi tentang perilaku, kepercayaan atau sikap orang
lain. Sumber utama interpersonal adalah keluarga (familiy at sibling peer) kelompok
dan pemberi pengaruh pelayanan kesehatan. Pengaruh interpersonal terdiri atas norma
(harapan orang lain), dukungan sosial (instrumental dan dorongan emosional) dan
model (belajar dari pengalaman orang lain.
Norma sosial menjadi standar untuk performance individu. Model yang
digambarkan menjadi strategi penting untuk perubahan perilaku dalam teori
kognitif sosial misalnya adanya tekanan sosial atau desakan untuk komitmen pada
rencana kegiatan. Individu sensitif pada harapan contoh dan pujian orang lain. Motivasi
yang cukup menjadi cara yang konsisten yang memengaruhi seperti orang yang dipuji
dan dikuatkan secara sosial.
f. Pengaruh situasional
Persepsi personal dan kognisi dari situasi dapat memfasilitasi atau menghalangi
perilaku misalnya pilihan yang tersedia, karakteristik deman dan ciri-ciri
lingkungan estetik seperti situasi/lingkungan yang cocok, aman, tentram dari pada
yang tidak aman dan terancam. Situasi dapat memengaruhi perilaku dengan mengubah
lingkungan misalnya “no smoking”. Pengaruh situasional dapat menjadi kunci untuk
pengembangan strategi efektif yang baru untuk memfasilitasi dan mempertahankan
perilaku promosi kesehatan dalam populasi.
3. Komitmen rencana tindakan
Proses kognitif yang mendasari
a. Komitmen untuk melaksanakan tindakan spesifik sesuai waktu dan tempat dengan
orang-orang tertentu atau sendiri dengan mengabaikan persaingan
b. Identifikasi strategi tertentu untuk mendapatkan, malaksanakan atau penguatan
terhadap perilaku.
Rencana kegiatan dikembangkan oleh perawat dan klien dengan pelaksanaan yang sukses.
Misalnya strategi dengan kontrak yang disetujui bersama-sama di mana satu kelompok
komit dengan pengertian bahwa kelompok lain memberi nyata reward atau penguatan jika
komitmen itu didukung. Komitmen sendiri tanpa strategi yang berhubungan sering
menghasilkan tujuan baik tetapi gagal dalam membentuk suatu nilai perilaku kesehatan.
4. Kebutuhan yang Mendesak
Kebutuhan mendesak (pilihan menjadi perilaku alternatif yang mendesak masuk ke dalam
kesadaran sehingga tindakan yang mungkin dilakukan segera sebelum kejadian terjadi
(suatu rencana perilaku promosi kesehatan). Perilaku alternatif ini menjadikan individu
dalam kontrol rendah karena lingkungan tak terduga seperti kerja atau tanggung jawab
merawat keluarga. Kegagalan merespons permintaan berakibat tidak menguntungkan bagi
diri atau orang lain. Pilihan permintaan sebagai perilaku alternative dengan penguatan di
mana individu mempunyai level kontrol yang tinggi. Misalnya memilih makanan tinggi
lemak dari pada rendah lemak karena pilihan rasa, bau/selera. Permintaan yang mendesak
dibedakan dari hambatan di mana individu seharusnya melaksanakan suatu alternatif
perilaku berdasarkan permintaan eksternal yang tidak disangka atau hasil yang tidak
sesuai. Dibedakan karena kurang waktu, karena tuntutan itu mendorong berdasarkan
hierarki sehingga keluar dari rencana tindakan kesehatan yang positif. Beberapa individu
cenderung sesuai perkembangan secara biologis lebih mudah dipengaruhi selama tindakan
dari pada orang lain. Hambatan pilihan copating menghendaki latihan dari regulasi diri dan
kemampuan kontrol. Komitmen yang kuat terhadap rencana tindakan sangat dibutuhkan.
5. Hasil perilaku
Perilaku promosi kesehatan adalah tindakan akhir atau hasil tindakan. Perilaku ini akhirnya
secara langsung ditujukan pada pencapaian hasil kesehatan positif untuk klien. Perilaku
promosi kesehatan terutama sekali terintegrasi dalam gaya hidup sehat yang menyerap pada
semua aspek kehidupan seharusnya mengakibatkan peningkatan kesehatan, peningkatan
kemampuan fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik pada semua tingkat
perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. & Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri:
Mosby
Marriner Ann. 1998. Nursing Theorist and Their Work. Fourth Ed. St Louis Missouri:
Mosby-Year Book.
Pender. N.J., Carolyn., Mary Aan. 2010. Health Promotion in Nursing Practice. Fourth Ed.
Micingan: Prentice Hall.
Phase 5
Administrarive and Phase 4 Phase 3 Phase 2 Phase 1
Educational and Behavioral and Epidemological Social diagnosis
policy diagnosis
organizational environmental diagnosis
diagnosis diagnosis
Predisposing factors
HEALTH PROMOTION
Health Quality
of life
Gambar 4.11 Precede proceed model (Green LW. & Kreuter MW, 1991)
Selanjutnya dalam program promosi kesehatan dikenal adanya model pengkajian dan
penindaklanjutan (Precede Proceed model) yang diadaptasi dari konsep Lawrence Green. Model
ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta cara
menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut
kearah yang lebih positif. Proses pengkajian atau pada tahap precede dan proses
penindaklanjutan pada tahap proceed. Dengan demikian suatu program untuk memperbaiki
perilaku kesehtan adalah penerapankeempat proses pada umumnya ke dalam model pengkajian
dan penindaklanjutan.
1. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang pembangunan sehingga
kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat sesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera
maka kualitas hidup semakin tinggi. kualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh
derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga
semakin tinggi.
2. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dengan
adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
Pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku
dan faktor lingkungan.
3. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yanglangsung/tidak
memengaruhi derajat kesehatan.
4. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanva aksi dan
reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktorperilaku akan terjadi
apabila ada rangsangan, sedangkan gaga hidup merupakanpola kebiasaan seseorang atau
sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti trend yang
berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupunhanya untuk meniru dari tokoh idolanya
Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:
Predisposing Factor:
Enabling factors: Reinforcing factors:
Knowledge Availibility of health resources Family
Beliefs Accessibility of health Peers
Values resources Teachers
Attitudes Community/goverment laws, proirity, and commitment to health
Employers
Confidence Health-related skill Health provider
Community leaders
Decision makers
Health
Gambar 4.12 Faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan (Green lw dan Kreuter Mw, 1991)
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor internal yang ada
pada diri individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang mempermudah individu
untuk berperilaku yangterwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nilai-nilai, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan faktor yang menguatkan
perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, teman sebaya, orang
tua, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Ketiga faktor penyebab tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor penyuluhan dan faktor
kebijakan, peraturan serta organisasi. Semua faktor faktor tersebut merupakan ruang
lingkup promosi kesehatan.
Faktor lingkungan adalah segala faktor baik fisik, biologis maupun sosial budaya yang
langsung atau tidak langsung dapat memengaruhi derajat kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa
perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping
itu, ketersediaan fasilitas,sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga
akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Nilai kualitas hidup penderita TB dapat dinilai berdasarkan domain dan aspek dari
WHOQOL, dengan memperhatikan sign and symthom dari penyakit TBC sehingga bias didapat
gambaran kualitas hidup dari penderita TBC.
DAFTAR PUSTAKA
Beaudoin, L. E., Edgar, L.(2003). Their Importance to Nurses’ Quality of Work Life. Nursing
Economics, May-June, pp. 106 -113.
Brooks, B. A., Anderson, B.,(2007). Assesing The Nursing Quality of Work Life. Nursing
Administration Quarterly, pp. 152-157.
Green LW. & Kreuter MW. 1991. Health Promotion Planning. An educational and
Environmental Approach. 2nd. Ed. Mountain View: Mayfield Publishing Co.
TEORI PERILAKU TERENCANA (THEORY OF PLANNED
BEHAVIOR)
Theory of Planned Behavior (TPB) atau teori perilaku terencana merupakan pengembangan lebih
lanjut dari Theory of Reasoned Action (TRA). Ajzen (1988) menambahkan konstruk yang
belum ada dalam TRA, yaitu perceived behavioral control (PBC). Penambahan satu faktor
ini dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan
perilaku tertentu.
Behavior beliefs
Attitude toward
behavior
Normative beliefs
Subjective Behavioral
Norm intention
Behavioral
Motivation to comply
Control beliefs
Perceived Behavioral
control
Perceived
Gambar 4.13 Bagan theory of planned behavior (National Cancer Institute, 2005)
attitude toward
Background factors the behavioral
Behavioral Beliefs
Personal
General , attitudes Personality Values, Emotions Intelligence
Perceived Behavioral
Control Beliefs
Control
Gambar 4.14 Peran background factor pada teori planned behavior (Ajzen, 2005)
Secara berurutan, behavioral beliefs menghasilkan sikap terhadap perilaku positif atau
negatif, normative beliefs menghasilkan tekanan sosial yang dipersepsikan (perceived social
pressure) atau norma subjektif (subjective norm) dan control beliefs menimbulkan
perceived behavioral control atau kontrol perilaku yang dipersepsikan (Ajzen, 2002).
Bagan di atas dapat menjelaskan empat hal yang berkaitan dengan perilaku manusia,
yaitu:
1) Hubungan yang langsung antara tingkah laku dan intensi. Hal ini dapat berarti bahwa
intensi merupakan faktor terdekat yang dapat memprediksi munculnya tingkah laku yang
akan ditampilkan individu.
2) Intensi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sikap individu terhadap tingkah laku yang
dimaksud (attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norm), dan persepsi
terhadap kontrol yang dimiliki (perceived behavioral control).
3) Masing-masing faktor yang memengaruhi intensi di atas (sikap, norma subjektif dan
PBC) dipengaruhi oleh anteseden lainnya, yaitu beliefs. Sikap dipengaruhi oleh
behavioral beliefs, norma subjektif dipengaruhi oleh normative beliefs, dan PBC
dipengaruhi oleh beliefs tentang kontrol yang dimiliki yang disebut control beliefs. Baik
sikap, norma subjektif dan PBC merupakan fungsi perkalian dari masing-masing beliefs
dengan faktor lainnya yang mendukung.
4) PBC merupakan ciri khas teori ini dibandingkan dengan TRA.
Pada bagan di atas dapat dilihat bahwa ada 2 cara yang menghubungkan tingkah laku
dengan PBC. Cara pertama diwakili oleh garis penuh yang menghubungkan PBC
dengan tingkah laku secara tidak langsung melalui perantara intensi. Cara kedua adalah
hubungan secara langsung antara PBC dengan tingkah laku yang digambarkan dengan garis
putus-putus, tanpa melalui intensi (Ajzen, 2005).
Keberadaan faktor tambahan ini memang masih menjadi pertanyaan empiris mengenai
seberapa jauh pengaruhnya terhadap belief, intensi dan tingkah laku. Namun, faktor ini pada
dasarnya tidak menjadi bagian dari TPB yang dikemukakan oleh Ajzen, melainkan hanya
sebagai pelengkap untuk menjelaskan lebih dalam determinan tingkah laku manusia.
Intensi
Ajzen (1988, 1991) mengungkapkan bahwa intensi merupakan indikasi seberapa kuat
keyakinan seseorang akan mencoba suatu perilaku, dan seberapa besar usaha yang akan
digunakan untuk melakukan sebuah perilaku. Hartono (2007) mendefinisikan intensi (niat)
sebagai keinginan untuk melakukan perilaku. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa, seseorang
berperilaku karena faktor keinginan, kesengajaan atau karena memang sudah direncanakan. Niat
berperilaku (behavioral intention) masih merupakan suatu keinginan atau rencana. Dalam hal ini,
niat belum merupakan perilaku, sedangkan perilaku (behavior) adalah tindakan nyata yang
dilakukan.
Intensi merupakan faktor motivasional yang memiliki pengaruh pada perilaku, sehingga orang
dapat mengharapkan orang lain berbuat sesuatu berdasarkan intensinya (Ajzen 1988, 1991).
Pada umumnya, intensi memiliki korelasi yang tinggi dengan perilaku, oleh karena itu dapat
digunakan untuk meramalkan perilaku. Menurut Fishbein dan Ajzen
(1975), intensi diukur dengan sebuah prosedur yang menempatkan subjek di dimensi
probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan tindakan. Menurut
Theory of Planned Behavior, intensi memiliki 3 determinan, yaitu: sikap, norma subjektif,
dan kendala-perilaku-yang-dipersepsikan (Ajzen, 1988). Untuk melihat besar/ bobot pengaruh
masing-masing determinan digunakan perhitungan analisis multiple regresi, dengan persamaan
sebagai berikut:
B ~ I = ( AB )W1 + ( SN )W2 + (PBC) W3
Keakuratan intensi dalam memprediksi tingkah laku tentu bukan tanpa syarat, karena
ternyata ditemukan pada beberapa studi bahwa intensi tidak selalu menghasilkan tingkah laku
yang dimaksud. Pernyataan ini juga diperkuat oleh pernyataan Ajzen (2005). Menurutnya,
walaupun banyak ahli yang sudah membuktikan hubungan yang kuat antara intensi dan tingkah
laku, namun pada beberapa kali hasil studi ditemukan pula hubungan yang lemah antara
keduanya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan intensi dalam memprediksi
tingkah laku yaitu:
1. Kesesuaian antara intensi dan tingkah laku.
Pengukuran intensi harus disesuaikan dengan perilakunya dalam hal konteks dan
waktunya.
2. Stabilitas intensi
Faktor kedua adalah ketidakstabilan intensi seseorang. Hal ini bisa terjadi jika terdapat
jarak/jangka waktu yang cukup panjang antara pengukuran intensi dan dengan
pengamatan tingkah laku. Setelah dilakukan pengukuran intensi, sangat mungkin ditemui
hal-hal/ kejadian yang dapat mencampuri atau mengubah intensi seseorang untuk berubah,
sehingga pada tingkah laku awal yang ditampilkannya tidak sesuai dengan intensi awal.
Semakin panjang interval waktunya, maka semakin besar kemungkinan intensi akan
berubah.
3. Literal inconsistency
Pengukuran intensi dan tingkah laku sudah sesuai (compatible) dan jarak waktu antara
pengukuran intense dan tingkah laku singkat, namun kemungkinan terjadi ketidaksesuaian
antara intense dengan tingkah laku yang ditampilkannya masih ada. Penjelasan literal
inconsistency ini adalah individu terkadang tidak konsisten dalam mengaplikasikan
tingkah lakunya sesuai dengan intense yang sudah dinyatakan sebelumnya. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya individu tersebut merasa lupa akan apa yang
pernah mereka ucapkan. Maka untuk mengantisipasi hal ini dapat dilakukan strategi
implementation intention, yaitu dengan meminta individu untuk merinci bagaimana intensi
tersebut akan diimplementasikan
dalam tingkah laku. Rincian mencakup kapan, di mana dan bagaimana tingkah laku akan
dilakukan.
4. Base rate
Base rate adalah tingkat kemungkinan sebuah tingkah laku akan dilakukan oleh orang.
Tingkah laku dengan base rate yang tinggi adalah tingkah laku yang dilakukan oleh
hampir semua orang, nisalnya mandi, makan. Sedangkan tingkah laku dengan base rate
rendah adalah tingkah laku yang hampir tidak dilakukan oleh kebanyakan orang, misal
bunuh diri. Intensi dapat memprediksi perilaku aktualnya dengan baik jika perilaku
tersebut memiliki tingkat base rate yang sedang, misal pendokumentasian asuhan
keperawatan.
Pengukuran intensi dapat digolongkan ke dalam pengukuran belief. Sebagaimana
pengukuran belief, pengukuran intensi terdiri atas 2 hal, yaitu pengukuran isi (content) dan
kekuatan (strength). Isi dari intensi diwakili oleh jenis tingkah laku yang akan diukur, sedangkan
kekuatan responsnya dilihat dari rating jawaban yang diberikan responsden pada pilihan skala
yang tersedia. Contoh pilihan sekalanya adalah mungkin-tidak mungkin dan setuju-tidak
setuju.
Sikap
Menurut Ajzen (2005) sikap merupakan besarnya perasaan positif atau negatif terhadap suatu
objek (favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap suatu objek, orang, institusi, atau kegiatan.
Eagly dan Chaiken (1993) dalam Aiken (2002) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan
psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi suatu entitas dalam derajat suka dan tidak suka.
Sikap dipandang sebagai sesuatu yang afektif atau evaluatif. Konsep sentral yang menentukan
sikap adalah belief. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), belief merepresentasikan pengetahuan
yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek, di mana belief menghubungkan suatu objek
dengan beberapa atribut. Kekuatan hubungan ini diukur dengan prosedur yang menempatkan
seseorang dalam dimensi
probabilitas subjektif yang melibatkan objek dengan atribut terkait.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), sikap seseorang terhadap suatu objek sikap dapat
diestimasikan dengan menjumlahkan hasil kali antara evaluasi terhadap atribut yang
diasosiasikan pada objek sikap (belief evaluation) dengan probabilitas subjektifnya bahwa suatu
objek memiliki atau tidak memiliki atribut tersebut (behavioral belief). Atau dengan kata lain,
dalam theory of planned behavior sikap yang dimiliki seseorang terhadap suatu tingkah laku
dilandasi oleh belief seseorang terhadap konsekuensi (outcome) yang akan dihasilkan jika
tingkah laku tersebut dilakukan (outcome evaluation) dan kekuatan terhadap belief tersebut
(belief strength). Belief adalah pernyataan subjektif seseorang yang menyangkut aspek-aspek
yang dapat dibedakan tentang dunianya, yang sesuai dengan pemahaman tentang diri dan
lingkungannnya (Ajzen, 2005).
Dikaitkan dengan sikap, belief mempunyai tingkatan atau kekuatan yang berbeda- beda,
yang disebut dengan belief strength. Kekuatan ini berbeda-beda pada setiap orang dan kuat
lemahnya belief ditentukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap tingkat keseringan suatu
objek memiliki atribut tertentu (Fishbein & Ajzen, 1975). Sebagai salah
satu komponen dalam rumusan intensi, sikap terdiri atas belief dan evaluasi belief (Fishbein &
Ajzen, 1975 dalam Ismail & Zain, 2008), seperti rumus berikut ini:
AB = Σ b i e i
Keterangan:
AB = Sikap terhadap perilaku tertentu (
b = Belief terhadap perilaku tersebut yang mengarah pada konsekuensi i e=
Evaluasi seseorang terhadap outcome i (outcome evaluation)
berdasarkan rumus di atas, sikap terhadap perilaku tertentu (AB) didapatkan dari
penjumlahan hasil kali antara kekuatan belief terhadap outcome yang dihasilkan (bi) dengan
evaluasi terhadap outcome (ei). Dengan kata lain, seseorang yang percaya bahwa sebuah tingkah
laku dapat menghasilkan sebuah outcome yang positif, maka ia akan memiliki sikap yang
positif. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang memiliki keyakinan bahwa dengan melakukan
suatu tingkah laku akan menghasilkan outcome yang negatif, maka seseorang tersebut juga akan
memiliki sikap yang negative terhadap perilaku tersebut.
Pengukuran sikap tidak bisa didapatkan melalui pengamatan langsung, melainkan harus
melalui pengukuran respons. Pengukuran sikap ini didapatkan dari interaksi antara belief
content- outcome evaluation dan belief strength. Belief seseorang mengenai suatu objek atau
tindakan dapat dimunculkan dalam format respons bebas dengan cara meminta subjek untuk
menuliskan karakteristik, kualitas dan atribut dari objek atau konsekuensi tingkah laku tertentu.
Fishbein & Ajzen menyebutnya dengan proses elisitasi. Elisitasi digunakan untuk menentukan
belief utama (salient belief) yang akan digunakan dalam penyusunan alat ukur atau instrument.
Norma Subjektif
Norma subjektif merupakan kepercayaan seseorang mengenai persetujuan orang lain terhadap
suatu tindakan (Ajzen, 1988), atau persepsi individu tentang apakah orang lain akan mendukung
atau tidak terwujudnya tindakan tersebut. Norma subjektif adalah pihak-pihak yang dianggap
berperan dalam perilaku seseorang dan memiliki harapan pada orang tersebut, dan sejauhmana
keinginan untuk memenuhi harapan tersebut. Jadi, dengan kata lain bahwa norma subjektif
adalah produk dari persepsi individu tentang belief yang dimiliki orang lain. Orang lain
tersebut disebut referent, dan dapat merupakan orangtua, sahabat, atau orang yang dianggap ahli
atau penting. Terdapat dua faktor yang memengaruhi norma subjektif: normative belief, yaitu
keyakinan individu bahwa referent berpikir ia harus atau harus tidak melakukan suatu
perilaku dan motivation to comply, yaitu motivasi individu untuk memenuhi norma dari
referent tersebut.
Rumusan norma subjektif pada intensi perilaku tertentu, dirumuskan sebagai berikut
(Fishbein & Ajzen, 1975):
SN = Σ b i m i
Keterangan:
SN = Norma Subjektif bi
= Normative belief
mi = Motivasi untuk mengikuti anjuran (motivation to comply)
Berdasarkan rumusan tersebut, dapat dikatakan bahwa norma subjektif adalah persepsi
seseorang terhadap orang-orang yang dianggap penting bagi dirinya untuk berperilaku atau tidak
berperilaku tertentu, dan sejauhmana seseorang ingin mematuhi anjuran orang-orang tersebut.
Norma subjektif secara umum dapat ditentukan oleh harapan spesifik yang dipersepsikan
seseorang, yang merupakan referensi (anjuran) dari orang-orang yang di sekitarnya dan oleh
motivasi untuk mengikuti referensi atau anjuran tersebut.
Berdasarkan rumus di atas, norma subjektif (SN) didapatkan dari hasil penjumlahan hasil
kali normative belief tentang tingkah laku i (bi) dan dengan motivation to comply/ motivasi
untuk mengikutinya (mi). Dengan kata lain bahwa, seseorang yang yang memiliki keyakinan
bahwa individu atau kelompok yang cukup berpengaruh terhadapnya (referent) akan mendukung
ia untuk melakukan tingkah laku tersebut, maka hal ini akan menjadi tekanan sosial untuk
seseorang tersebut melakukannya. Sebaliknya, jika seseorang percaya bahwa orang lain yang
berpengaruh padanya tidak mendukung tingkah laku tersebut, maka hal ini menyebabkan ia
memiliki norma subjektif untuk tidak melakukannya.
Pengukuran norma subjektif sesuai dengan antesedennya, yaitu berdasarkan 2 skala:
normative belief dan motivation to comply. Maka pengukurannya juga diperoleh dari
penjumlahan hasil perkalian keduany. Norma subjektif sama halnya dengan sikap, belief tentang
pihak-pihak yang mendukung atau tidak mendukung didapatkan dari hasil elisitasi untuk
menentukan belief utamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. 1988. From Intentions to Actions, Attitudes, Personality and Behavior. London:
Open University Press, England.
Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human
Decision Processes. Academic Press, University of Massachusetts.
Ajzen, I. 2002. Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological
Considerations. September (Direvisi pada Januari 2006).
Ajzen, I. 2005. Attitude, Personality, and Behavior. Buckingham: Open University Press,
Milton Keynes.
Ajzen, I. 2006. Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological
Considerations. Revisi.
Fishbein, M & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to
Theory & Research. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company.
Fishbein, M & Ajzen, I. 2010 Predicting and Changing Behavior: The reasoned action
approach. New York: Psychology Press.
SELF REGULATION MODEL
Penyakit kanker terutama stadium lanjut berdampak berat pada aspek psikologis, sosial, fisik,
ekonomi, dan kultural individu. Seseorang dengan diagnosis kanker cenderung berusaha
beradaptasi semampu mereka, namun tidak jarang mereka tidak mempunyai cukup pengetahuan
dan keterampilan untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai yang seharusnya. Sebuah
penelitian di Korea Selatan mengungkapkan bahwa ketika pasien kanker serviks
membutuhkan informasi tentang penyakitnya, maka perilaku mencari informasi akan
meningkat. Leventhal berpendapat bahwa berbagai informasi diperlukan untuk memengaruhi
sikap dan tindakan terhadap ancaman kesehatan maupun keberlangsungan hidup seseorang.
Berdasarkan salah satu model dari Self-Regulatory yang terkait dengan ancaman kesehatan yaitu
Common Sense model, adanya stimulus kesehatan seperti informasi tentang penyakit tertentu
akan memunculkan respons emosional bagi pasien dan pada akhirnya akan meningkatkan
kesadaran (awareness) akan penyakit tersebut. Hal ini terbukti hasil penelitian AV Sri S (2012)
tentang kemandirian dan regulasi pada pasien stroke.
Self-regulation adalah kapasitas atau kemampuan seseorang untuk mengubah perilakunya
(Baumeister). Istilah self-regulation secara luas digunakan untuk menjelaskan usaha perubahan
pemikiran, perasaan, keinginan, dan tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mencapai
tujuan yang lebih tinggi. Self-regulation memandang individu sebagai agen yang aktif dan
pengambil keputusan karena kedua hal tersebut merupakan aspek penting dari adaptasi manusia
terhadap kehidupan. Self-regulation muncul ketika
Organizational Characteristics
Respresentation of health
threat
Identity
Cause
Consequenses
Time line
Cure/control
Stage 1: Interpresentation
Symptom Stage 2: Coping Approach coping Avoidance coping
Stage 3: Appraisal
Social messages Was my coping
deviation from norm strategy effective?
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. & Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th Ed. Missouri:
Mosby.
Ave S S & Nursalam. 2012. “Peningkatan Self Care Agency Pasien dengan Stroke Iskemik setelah
Penerapan Self Care Regulation Model”. Jurnal ners. Vol. 7. No. 1, hlm. 13-24
Ogden, J. 2007. Health Psychology 4th Ed. England: Open University.
Primary Prevention
(By intervening potential health problem melalui promosi kesehatan
& perlindungan khusus)
Secondary prevention
( by interventing aktual health
PREVENTIVE
problem: diagnosis dini & pengobatan
MEASURES
tepat waktu)
Tertiary Prevention
( by interventing limit disability by chronic illness and rehabilitation:
rehabilitasi keterbatasan dan ketidakmampuan & mencegah
komplikasi)
Environment
Reward system
Goal setting and MBO
Selection
Training and development
Leadership
Organization structure
Knowledge,
Skills,
Ability,
Motivation
Attitudes
Value & Norm
Organizational
Work behavior Job Performance effectiveness
dalam menerjemahkan visi dan misi. Untuk itu perlu memahami dan menerapkan visi
dan misi organisasi dalam memberikan pelayanan keperawatan.
c. Selection
Seleksi tenaga harus didasarkan pada prinsip the right man, on the right place and on
the right time.
d. Training dan development
Pelatihan (training) adalah proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan
prosedur yang sistematis dan terorganisir dalam pembelajaran kepada tenaga
keperawatan.
e. Leadership
Pengertian kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni memengaruhi orang lain agar
mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk
membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
f. Organization structure dan culture
Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara
yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi.
Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa
melapor kepada siapa.
2. Nurse characteristics
a. Knowledge
Pengetahuan dapat diartikan sebagai actionable information atau information yang
dapat ditindaklanjuti atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
bertindak, untuk mengambil keputusan dan untuk menempuh arah atau strategi
tertentu.
b. Skills
Kopelmen (2006) mendefinisikan skill sebagai kapasitas yang dibutuhkan dalam
melaksanakan beberapa tugas. Hard skills merupakan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya.
c. Ability
Kemampuan seorang untuk melakukan sesuatu, ada banyak aspek yang dapat dinilai
dari variabel kemampuan, diantaranya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor
(Perry and Potter,2003). Perawat perlu terus mengembangkan diri melalui uji
kompetensi, pndidikan formal dan non formal.
d. Motivation
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang
individu untuk mencapai tujuannya (Muhith & Nursalam, 2013). Tiga elemen
utama dalam motivasi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Perawat perlu dipupuk
motivasi yang tinggi sebagai bentuk pengabdian dan altruisme pada kebutuhan pasien
untuk kesembuhan.
e. Attitudes
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Komponen sikap, struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang
saling menunjang yaitum kognitif, afektif, dam konatif.
f. Value & Norm
Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem
sosial dan karya. Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap
manusia. Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral,
religi, dan sosial. Perawat perlu memperhatikan aspek nilai dan norma dalam
melayani pasien.
3. Work characteristics
a. Objective performance
Tujuan dari manajemen kinerja adalah (Armstrong & Baron, 2005; Wibisono,
2006); mengatur kinerja, mengetahui seberapa efektif dan efisien suatu kinerja
organisasi, membantu penentukan keputusan organisasi yang berkaitan dengan kinerja
organisasi, kinerja tiap bagian dalam organisasi, dan kinerja individual, meningkatkan
kemampuan organisasi dan mendorong karyawan agar bekerja sesuai prosedur, dengan
semangat, dan produktif sehingga hasil kerja optimal.
b. Feedback
Umpan balik adalah hal yang penting dalam perbaikan kinerja perawat. Hal ini
karena membetulkan (memperbaiki) kesalahan: salah satu tugas pemimpin
(Nursalam, 2013).
c. Job design
Desain pekerjaan (job design) adalah fungsi penetapan kegiatan kerja seorang atau
sekelompok karyawan secara organisasional. Tujuannya untuk mengatur penugasan
kerja supaya dapat memenuhi kebutuhan organisasi.
d. Work schedule
Dalam proses berjalan suatu organisasi dapat eksis dibidangnya, perlu pengaturan waktu
yang efektif sehingga memeperoleh hasil sesuai tujuan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Kopelman R.E., 1986. Managing productivity in organizations, Mc Graw-Hill Book
Company, New York.
Muhith A & Nursalam. 2012. “Mutu Asuhan Keperawatan Berdasarkan Analisis kinerja
Perawat dan Kepuasan Perawat dan Pasien.” Jurnal Ners. Vol 7. No. 1. Hlm. 49-58.
Nursalam. 2012. Development Model of Quality in Nursing Care. International Nursing
Conference. Mei. FKP Unair. Surabaya. Mei 2012.
Kepuasan Perawat
Kinerja bentuknya dapat berupa kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana perawat
dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan yang
relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang
diberikan dengan memperhatikan kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatan rumah
sakit.
Model Kesenjangan (The Expectancy–Disconfirmation
Model) (Woodruff & Gardial, 2002)
Woodruff dan Gardial (2002) mendefinisikan kepuasan sebagai model kesenjangan antara
harapan (standar kinerja yang seharusnya) dengan kinerja aktual yang diterima pelanggan.
Comparison standard ialah standar yang digunakan untuk menilai ada tidaknya kesenjangan
antara apa yang dirasakan pasien dengan standar yang ditetapkan. Standar dapat berasal dari:
Perceived
Disconfirmation
Comparison
Standard
a. Harapan pasien, bagaimana pasien mengharapkan produk atau jasa seharusnya dia
terima.
b. Pesaing, pasien mengadopsi standar kinerja pesaing rumah sakit untuk kategori produk
atau jasa yang sama sebagai standar perbandingan.
c. Kategori produk atau jasa lain.
d. Janji promosi dari rumah sakit.
e. Nilai jasa pelayanan kesehatan yang berlaku.
Theory of Servqual
Tinjauan mengenai konsep kualitas layanan sangat ditentukan oleh berapa besar kesenjangan
(gap) antara persepsi pelanggan atas kenyataan pelayanan yang diterima, dibandingkan dengan
harapan pelanggan atas pelayanan yang harus diterima. Kelima
kesenjangan (gap) tersebut disajikan dalam skema grand theory Parasuraman, Zeithaml dan
Berry (1985) dan diuraikan berikut ini:
Expected service
GAP 5
Perceived service
CUSTOMER
MARKETER
Translation of perceptions into service quality specifications
GAP 2
Service Delivery
Management perceptions External communications to customers
of customers expectations
GAP 4
GAP 3
Gambar 4.18 The integrated gaps model of service quality (Parasuraman, Zeithaml, Berry, 1985)
Grand teori yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam
Muninjaya (2011), penyampaian jasa oleh pihak penyedia jasa bisa terancam gagal kalau
berbagai kesenjangan dibiarkan berkembang tanpa ada intervensi untuk mencegahnya, atau tidak
ada upaya khusus untuk mengurangi dampak buruknya. Penjelasan mengenai kelima
kesenjangan tersebut yaitu:
1. Kesenjangan antara harapan pengguna jasa dan persepsi manajemen
Manajemen institusi pelayanan kesehatan belum mampu secara tepat mengidentifikasi dan
memahami harapan (ekspektasi) para pengguna jasa pelayanan kesehatan.
2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa
Kesenjangan akan terjadi jika pemahaman manajemen RS (Puskesmas) tentang
harapan pengguna jasa pelayanan kesehatan tidak diterjemahkan menjadi aksi nyata yang
spesifik. Misalnya, standar prosedur pelayanan atau pelaksanaan penyampaian jasa belum
dikemas sesuai dengan harapan pengguna jasa yang semakin menuntut pelayanan yang
bermutu (cepat, ramah, tepat, dan biaya terjangkau).
3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaiannya
Standar pelayanan dan cara penyampaian jasa sudah tersusun dengan baik, tetapi muncul
kesenjangan karena staf pelaksana pelayanan di garis depan (front line staff)
seperti perawat, bidan dan dokter umum di sebuah rumah sakit belum mendapat pelatihan
khusus tentang teknik penyampaian jasa pelayanan tersebut. Akibatnya, jasa pelayanan
kesehatan yang ditawarkan kepada pasien tidak sesuai dengan standar yang sudah
ditetapkan oleh komite medik rumah sakit tersebut.
4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan harapan pihak eksternal
Harapan pengguna jasa sangat dipengaruhi oleh cara staff dan manajemen rumah sakit
berkomunikasi dengan masyarakat calon pengguna jasanya. Cara seperti ini akan
memunculkan kesenjangan. Harapan pengguna jasa pelayanan kesehatan yang sudah
mulai terbentuk melalui pemasaran tidak dapat terpenuhi karena pelayanan teknis medis
dan kelengkapan mutu pelayanan berbeda dengan ekspektasi mereka.
5. Kesenjangan antara jasa yang diterima pengguna dan yang diharapkan Kesenjangan ini
terjadi jika konsumen mengukur kinerja institusi pelayanan kesehatan dengan cara
yang berbeda, termasuk persepsi pengguna yang berbeda terhadap kualitas jasa pelayanan
kesehatan yang diharapkan.
Menurut Parasuraman (2001:162) bahwa konsep kualitas layanan yang
diharapkan dan dirasakan ditentukan oleh kualitas layanan. Kualitas layanan tersebut
terdiri atas daya tanggap, jaminan, bukti fisik, empati dan kehandalan. Selain itu,
pelayanan yang diharapkan sangat dipengaruhi oleh berbagai persepsi komunikasi dari
mulut ke mulut, kebutuhan pribadi, pengalaman masa lalu dan komunikasi eksternal,
persepsi inilah yang memengaruhi pelayanan yang diharapkan (Ep = Expectation) dan
pelayanan yang dirasakan (Pp = Perception) yang membentuk adanya konsep kualitas
layanan. Lebih jelasnya dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Komunikasi dari Mulut ke Mulut Kebutuhan Pribadi Pengalaman Masa Lalu Komunikasi Eksternal
Dimensi Kualitas Pelayanan yang Diharapkan (Ep)Kualitas layanan yang Dirasakan
Pelayanan
Pelayanan yang
Dirasakan (Pp)
Berdasarkan pengertian di atas terdapat tiga tingkat konsep kualitas layanan yaitu:
1) Bermutu (quality surprise), bila kenyataan pelayanan yang diterima melebihi
pelayanan yang diharapkan pelanggan.
2) Memuaskan (satisfactory quality), bila kenyataan pelayanan yang diterima sama
dengan pelayanan yang diharapkan pelanggan.
3) Tidak bermutu (unacceptable quality), bila ternyata kenyataan pelayanan yang
diterima lebih rendah dari yang diharapkan pelanggan.
Parasuraman (2001:26) mengemukakan konsep kualitas layanan yang berkaitan
dengan kepuasan ditentukan oleh lima unsur yang biasa dikenal dengan istilah kualitas
layanan “RATER” (responsiveness, assurance, tangible, empathy dan reliability).
Konsep kualitas layanan RATER intinya adalah membentuk sikap dan perilaku dari
pengembang pelayanan untuk memberikan bentuk pelayanan yang kuat dan mendasar, agar
mendapat penilaian sesuai dengan kualitas layanan yang diterima.
Inti dari konsep kualitas layanan adalah menunjukkan segala bentuk aktualisasi
kegiatan pelayanan yang memuaskan orang-orang yang menerima pelayanan sesuai dengan daya
tanggap (responsiveness), menumbuhkan adanya jaminan (assurance), menunjukkan bukti
fisik (tangible) yang dapat dilihatnya, menurut empati (empathy) dari orang-orang yang
memberikan pelayanan sesuai dengan kehandalannya (reliability) menjalankan tugas pelayanan
yang diberikan secara konsekuen untuk memuaskan yang menerima pelayanan.
Berdasarkan inti dari konsep kualitas layanan “RATER” kebanyakan organisasi kerja
yang menjadikan konsep ini sebagai acuan dalam menerapkan aktualisasi layanan dalam
organisasi kerjanya, dalam memecahkan berbagai bentuk kesenjangan (gap) atas berbagai
pelayanan yang diberikan oleh pegawai dalam memenuhi tuntutan pelayanan masyarakat.
Aktualisasi konsep “RATER” juga diterapkan dalam penerapan kualitas layanan pegawai
baik pegawai pemerintah maupun non pemerintah dalam meningkatkan prestasi kerjanya.
Lebih jelasnya dapat diuraikan mengenai bentuk-bentuk aplikasi kualitas layanan dengan
menerapkan konsep “RATER” yang dikemukakan oleh Parasuraman (2001:32) sebagai
berikut.
1. Daya tanggap (Responsiveness)
Setiap pegawai dalam memberikan bentuk-bentuk pelayanan, mengutamakan aspek
pelayanan yang sangat memengaruhi perilaku orang yang mendapat pelayanan, sehingga
diperlukan kemampuan daya tanggap dari pegawai untuk melayani masyarakat sesuai
dengan tingkat penyerapan, pengertian, ketidaksesuaian atas berbagai hal bentuk
pelayanan yang tidak diketahuinya. Hal ini memerlukan adanya penjelasan yang
bijaksana, mendetail, membina, mengarahkan dan membujuk agar menyikapi segala bentuk-
bentuk prosedur dan mekanisme kerja yang berlaku dalam suatu organisasi, sehingga
bentuk pelayanan mendapat respons positif (Parasuraman, 2001:52).
Tuntutan pelayanan yang menyikapi berbagai keluhan dari bentuk-bentuk
pelayanan yang diberikan menjadi suatu respek positif dari daya tanggap pemberi
pelayanan dan yang menerima pelayanan. Seyogyanya pihak yang memberikan pelayanan
apabila menemukan orang yang dilayani kurang mengerti atas berbagai syarat prosedur atau
mekanisme, maka perlu diberikan suatu pengertian dan pemahaman yang jelas secara
bijaksana, berwibawa dan memberikan berbagai alternatif kemudahan untuk mengikuti syarat
pelayanan yang benar, sehingga kesan dari orang yang mendapat pelayanan memahami atau
tanggap terhadap keinginan orang yang dilayani.
Pada prinsipnya, inti dari bentuk pelayanan yang diterapkan dalam suatu instansi atau
aktivitas pelayanan kerja yaitu memberikan pelayanan sesuai dengan tingkat ketanggapan
atas permasalahan pelayanan yang diberikan. Kurangnya ketanggapan tersebut dari orang
yang menerima pelayanan, karena bentuk pelayanan tersebut baru dihadapi pertama kali,
sehingga memerlukan banyak informasi mengenai syarat dan prosedur pelayanan yang
cepat, mudah dan lancar, sehingga pihak pegawai atau pemberi pelayanan seyogyanya
menuntun orang yang dilayani sesuai dengan penjelasan-penjelasan yang mendetail,
singkat dan jelas yang tidak menimbulkan berbagai pertanyaan atau hal-hal yang
menimbulkan keluh kesah dari orang yang mendapat pelayanan. Apabila hal ini
dilakukan dengan baik, berarti pegawai tersebut memiliki kemampuan daya tanggap
terhadap pelayanan yang diberikan yang menjadi penyebab terjadinya pelayanan yang
optimal sesuai dengan tingkat kecepatan, kemudahan dan kelancaran dari suatu pelayanan
yang ditangani oleh pegawai (Parasuraman, 2001:63).
Suatu organisasi sangat menyadari pentingnya kualitas layanan daya tanggap atas
pelayanan yang diberikan. Setiap orang yang mendapat pelayanan sangat membutuhkan
penjelasan atas pelayanan yang diberikan agar pelayanan tersebut jelas dan dimengerti.
Untuk mewujudkan dan merealisasikan hal tersebut, maka kualitas layanan daya tanggap
mempunyai peranan penting atas pemenuhan berbagai penjelasan dalam kegiatan pelayanan
kepada masyarakat. Apabila pelayanan daya tanggap diberikan dengan baik atas penjelasan
yang bijaksana, penjelasan yang mendetail, penjelasan yang membina, penjelasan yang
mengarahkan dan yang bersifat membujuk, apabila hal tersebut secara jelas dimengerti oleh
individu yang mendapat pelayanan, maka secara langsung pelayanan daya tanggap
dianggap berhasil, dan ini
menjadi suatu bentuk keberhasilan prestasi kerja. Margaretha (2003:163) kualitas layanan
daya tanggap adalah suatu bentuk pelayanan dalam memberikan penjelasan, agar orang
yang diberi pelayanan tanggap dan menanggapi pelayanan yang diterima, sehingga
diperlukan adanya unsur kualitas layanan daya tanggap sebagai berikut.
1) Memberikan penjelasan secara bijaksana sesuai dengan bentuk-bentuk pelayanan yang
dihadapinya. Penjelasan bijaksana tersebut mengantar individu yang mendapat
pelayanan mampu mengerti dan menyetujui segala bentuk pelayanan yang diterima.
2) Memberikan penjelasan yang mendetail yaitu bentuk penjelasan yang substantif dengan
persoalan pelayanan yang dihadapi, yang bersifat jelas, transparan, singkat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3) Memberikan pembinaan atas bentuk-bentuk pelayanan yang dianggap masih kurang
atau belum sesuai dengan syarat-syarat atau prosedur pelayanan yang ditunjukkan.
4) Mengarahkan setiap bentuk pelayanan dari individu yang dilayani untuk
menyiapkan, melaksanakan dan mengikuti berbagai ketentuan pelayanan yang harus
dipenuhi.
5) Membujuk orang yang dilayani apabila menghadapi suatu permasalahan yang dianggap
bertentangan, berlawanan atau tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang
berlaku.
Uraian-uraian di atas menjadi suatu interpretasi yang banyak dikembangkan dalam
suatu organisasi kerja yang memberikan kualitas layanan yang sesuai dengan daya tanggap
atas berbagai pelayanan yang ditunjukkan. Inti dari pelayanan daya tanggap dalam suatu
organisasi berupa pemberian berbagai penjelasan dengan bijaksana, mendetail, membina,
mengarahkan dan membujuk. Apabila hal ini dapat diimplementasikan dengan baik, dengan
sendirinya kualitas layanan daya tanggap akan menjadi cermin prestasi kerja pegawai yang
ditunjukkan dalam pelayanannya.
2. Jaminan (Assurance)
Setiap bentuk pelayanan memerlukan adanya kepastian atas pelayanan yang diberikan.
Bentuk kepastian dari suatu pelayanan sangat ditentukan oleh jaminan dari pegawai yang
memberikan pelayanan, sehingga orang yang menerima pelayanan merasa puas dan yakin
bahwa segala bentuk urusan pelayanan yang dilakukan atas tuntas dan selesai sesuai
dengan kecepatan, ketepatan, kemudahan, kelancaran dan kualitas layanan yang
diberikan (Parasuraman, 2001:69).
Jaminan atas pelayanan yang diberikan oleh pegawai sangat ditentukan oleh
performance atau kinerja pelayanan, sehingga diyakini bahwa pegawai tersebut
mampu memberikan pelayanan yang handal, mandiri dan profesional yang berdampak
pada kepuasan pelayanan yang diterima. Selain dari performance tersebut, jaminan dari
suatu pelayanan juga ditentukan dari adanya komitmen organisasi yang kuat, yang
menganjurkan agar setiap pegawai memberikan pelayanan secara serius dan sungguh-
sungguh untuk memuaskan orang yang dilayani. Bentuk jaminan yang lain yaitu jaminan
terhadap pegawai yang memiliki perilaku kepribadian (personality behavior) yang baik
dalam memberikan pelayanan, tentu akan berbeda pegawai yang memiliki watak atau
karakter yang kurang baik dan yang kurang baik dalam memberikan pelayanan
(Margaretha, 2003: 201).
Inti dari bentuk pelayanan yang meyakinkan pada dasarnya bertumpu kepada
kepuasan pelayanan yang ditunjukkan oleh setiap pegawai, komitmen organisasi yang
menunjukkan pemberian pelayanan yang baik, dan perilaku dari pegawai dalam
memberikan pelayanan, sehingga dampak yang ditimbulkan dari segala aktivitas
pelayanan tersebut diyakini oleh orang-orang yang menerima pelayanan, akan dilayani
dengan baik sesuai dengan bentuk-bentuk pelayanan yang dapat diyakini sesuai dengan
kepastian pelayanan.
Melihat kenyataan kebanyakan organisasi modern dewasa ini diperhadapkan oleh
adanya berbagai bentuk penjaminan yang dapat meyakinkan atas berbagai bentuk
pelayanan yang dapat diberikan oleh suatu organisasi sesuai dengan prestasi kerja yang
ditunjukkannya. Suatu organisasi sangat membutuhkan adanya kepercayaan memberikan
pelayanan kepada orang-orang yang dilayaninya. Untuk memperoleh suatu pelayanan yang
meyakinkan, maka setiap pegawai berupaya untuk menunjukkan kualitas layanan yang
meyakinkan sesuai dengan bentuk-bentuk pelayanan yang memuaskan yang diberikan,
bentuk-bentuk pelayanan yang sesuai dengan komitmen organisasi yang ditunjukkan dan
memberikan kepastian pelayanan sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan. Margaretha
(2003:215) suatu organisasi kerja sangat memerlukan adanya kepercayaan yang diyakini
sesuai dengan kenyataan bahwa organisasi tersebut mampu memberikan kualitas layanan
yang dapat dijamin sesuai dengan:
1) Mampu memberikan kepuasan dalam pelayanan yaitu setiap pegawai akan
memberikan pelayanan yang cepat, tepat, mudah, lancar dan berkualitas, dan hal
tersebut menjadi bentuk konkret yang memuaskan orang yang mendapat pelayanan.
2) Mampu menunjukkan komitmen kerja yang tinggi sesuai dengan bentuk-bentuk
integritas kerja, etos kerja dan budaya kerja yang sesuai dengan aplikasi dari visi, misi
suatu organisasi dalam memberikan pelayanan.
3) Mampu memberikan kepastian atas pelayanan sesuai dengan perilaku yang
ditunjukkan, agar orang yang mendapat pelayanan yakin sesuai dengan perilaku yang
dilihatnya.
Uraian ini menjadi suatu penilaian bagi suatu organisasi dalam menunjukkan kualitas
layanan asuransi (meyakinkan) kepada setiap orang yang diberi pelayanan sesuai dengan
bentuk-bentuk kepuasan pelayanan yang dapat diberikan, memberikan pelayanan yang
sesuai dengan komitmen kerja yang ditunjukkan dengan perilaku yang menarik,
meyakinkan dan dapat dipercaya, sehingga segala bentuk kualitas layanan yang
ditunjukkan dapat dipercaya dan menjadi aktualisasi pencerminan prestasi kerja yang
dapat dicapai atas pelayanan kerja.
3. Bukti Fisik (Tangible)
Pengertian bukti fisik dalam kualitas layanan adalah bentuk aktualisasi nyata secara fisik
dapat terlihat atau digunakan oleh pegawai sesuai dengan penggunaan dan pemanfaatannya
yang dapat dirasakan membantu pelayanan yang diterima oleh orang yang menginginkan
pelayanan, sehingga puas atas pelayanan yang dirasakan, yang sekaligus menunjukkan
prestasi kerja atas pemberian pelayanan yang diberikan (Parasuraman, 2001:32).
Berarti dalam memberikan pelayanan, setiap orang yang menginginkan
pelayanan dapat merasakan pentingnya bukti fisik yang ditunjukkan oleh pengembang
pelayanan, sehingga pelayanan yang diberikan memberikan kepuasan. Bentuk pelayanan
bukti fisik biasanya berupa sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia, teknologi
pelayanan yang digunakan, performance pemberi pelayanan yang sesuai dengan
karakteristik pelayanan yang diberikan dalam menunjukkan prestasi kerja yang dapat
diberikan dalam bentuk pelayanan fisik yang dapat dilihat. Bentuk-bentuk pelayanan fisik
yang ditunjukkan sebagai kualitas layanan dalam rangka meningkatkan prestasi kerja,
merupakan salah satu pertimbangan dalam manajemen organisasi.
Arisutha (2005:49) menyatakan prestasi kerja yang ditunjukkan oleh individu
sumberdaya manusia, menjadi penilaian dalam mengaplikasikan aktivitas kerjanya yang
dapat dinilai dari bentuk pelayanan fisik yang ditunjukkan. Biasanya bentuk pelayanan
fisik tersebut berupa kemampuan menggunakan dan memanfaatkan segala fasilitas alat dan
perlengkapan di dalam memberikan pelayanan, sesuai dengan kemampuan penguasaan
teknologi yang ditunjukkan secara fisik dan bentuk tampilan dari pemberi pelayanan sesuai
dengan perilaku yang ditunjukkan. Dalam banyak organisasi, kualitas layanan fisik
terkadang menjadi hal penting dan utama, karena orang yang mendapat pelayanan dapat
menilai dan merasakan kondisi fisik yang dilihat secara langsung dari pemberi pelayanan
baik menggunakan, mengoperasikan dan menyikapi kondisi fisik suatu pelayanan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam suatu organisasi modern dan maju,
pertimbangan dari para pengembang pelayanan, senantiasa mengutamakan bentuk kualitas
kondisi fisik yang dapat memberikan apresiasi terhadap orang yang memberi pelayanan.
Nursalam (2011) menyatakan bahwa kualitas layanan berupa kondisi fisik
merupakan bentuk kualitas layanan nyata yang memberikan adanya apresiasi dan
membentuk imej positif bagi setiap individu yang dilayaninya dan menjadi suatu
penilaian dalam menentukan kemampuan dari pengembang pelayanan tersebut
memanfaatkan segala kemampuannya untuk dilihat secara fisik, baik dalam
menggunakan alat dan perlengkapan pelayanan, kemampuan menginovasi dan mengadopsi
teknologi, dan menunjukkan suatu performance tampilan yang cakap, berwibawa dan
memiliki integritas yang tinggi sebagai suatu wujud dari prestasi kerja yang ditunjukkan
kepada orang yang mendapat pelayanan.
Selanjutnya, tinjauan Gibson, Ivancevich, Donnelly (2003) ( yang melihat
dinamika dunia kerja dewasa ini yang mengedepankan pemenuhan kebutuhan
pelayanan masyarakat maka, identifikasi kualitas layanan fisik mempunyai peranan penting
dalam memperlihatkan kondisi-kondisi fisik pelayanan tersebut. Identifikasi kualitas
layanan fisik (tangible) dapat tercermin dari aplikasi lingkungan kerja berupa:
1) Kemampuan menunjukkan prestasi kerja pelayanan dalam menggunakan alat dan
perlengkapan kerja secara efisien dan efektif.
2) Kemampuan menunjukkan penguasaan teknologi dalam berbagai akses data dan
inventarisasi otomasi kerja sesuai dengan dinamika dan perkembangan dunia kerja
yang dihadapinya.
3) Kemampuan menunjukkan integritas diri sesuai dengan penampilan yang
menunjukkan kecakapan, kewibawaan dan dedikasi kerja.
Uraian ini secara umum memberikan suatu indikator yang jelas bahwa kualitas
layanan sangat ditentukan menurut kondisi fisik pelayanan, yang inti pelayanannya
yaitu kemampuan dalam menggunakan alat dan perlengkapan kerja yang dapat dilihat
secara fisik, mampu menunjukkan kemampuan secara fisik dalam berbagai penguasaan
teknologi kerja dan menunjukkan penampilan yang sesuai dengan kecakapan,
kewibawaan dan dedikasi kerja.
4. Empati (Empathy)
Setiap kegiatan atau aktivitas pelayanan memerlukan adanya pemahaman dan pengertian
dalam kebersamaan asumsi atau kepentingan terhadap suatu hal yang berkaitan dengan
pelayanan. Pelayanan akan berjalan dengan lancar dan berkualitas apabila setiap pihak
yang berkepentingan dengan pelayanan memiliki adanya rasa empati (empathy) dalam
menyelesaikan atau mengurus atau memiliki komitmen yang sama terhadap pelayanan
(Parasuraman, 2001:40).
Empati dalam suatu pelayanan adalah adanya suatu perhatian, keseriusan,
simpatik, pengertian dan keterlibatan pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan
untuk mengembangkan dan melakukan aktivitas pelayanan sesuai dengan tingkat
pengertian dan pemahaman dari masing-masing pihak tersebut. Pihak yang memberi
pelayanan harus memiliki empati memahami masalah dari pihak yang ingin dilayani.
Pihak yang dilayani seyogyanya memahami keterbatasan dan kemampuan orang yang
melayani, sehingga keterpaduan antara pihak yang melayani dan mendapat pelayanan
memiliki perasaan yang sama.
Artinya setiap bentuk pelayanan yang diberikan kepada orang yang dilayani
diperlukan adanya empati terhadap berbagai masalah yang dihadapi orang yang
membutuhkan pelayanan. Pihak yang menginginkan pelayanan membutuhkan adanya
rasa kepedulian atas segala bentuk pengurusan pelayanan, dengan merasakan dan memahami
kebutuhan tuntutan pelayanan yang cepat, mengerti berbagai bentuk perubahan pelayanan
yang menyebabkan adanya keluh kesah dari bentuk pelayanan yang harus dihindari,
sehingga pelayanan tersebut berjalan sesuai dengan aktivitas yang diinginkan oleh pemberi
pelayanan dan yang membutuhkan pelayanan.
Berarti empati dalam suatu organisasi kerja menjadi sangat penting dalam
memberikan suatu kualitas layanan sesuai prestasi kerja yang ditunjukkan oleh seorang
pegawai. Empati tersebut mempunyai inti yaitu mampu memahami orang yang dilayani
dengan penuh perhatian, keseriusan, simpatik, pengertian dan adanya keterlibatan dalam
berbagai permasalahan yang dihadapi orang yang dilayani. Margaretha (2003:78) bahwa
suatu bentuk kualitas layanan dari empati orang-orang pemberi pelayanan terhadap yang
mendapatkan pelayanan harus diwujudkan dalam lima hal yaitu:
1) Mampu memberikan perhatian terhadap berbagai bentuk pelayanan yang diberikan,
sehingga yang dilayani merasa menjadi orang yang penting.
2) Mampu memberikan keseriusan atas aktivitas kerja pelayanan yang diberikan, sehingga
yang dilayani mempunyai kesan bahwa pemberi pelayanan menyikapi pelayanan
yang diinginkan.
3) Mampu menunjukan rasa simpatik atas pelayanan yang diberikan, sehingga yang
dilayani merasa memiliki wibawa atas pelayanan yang dilakukan.
4) Mampu menunjukkan pengertian yang mendalam atas berbagai hal yang
diungkapkan, sehingga yang dilayani menjadi lega dalam menghadapi bentuk- bentuk
pelayanan yang dirasakan.
5) Mampu menunjukkan keterlibatannya dalam memberikan pelayanan atas berbagai hal
yang dilakukan, sehingga yang dilayani menjadi tertolong menghadapi berbagai
bentuk kesulitan pelayanan.
Bentuk-bentuk pelayanan ini menjadi suatu yang banyak dikembangkan oleh para
pengembang organisasi, khususnya bagi pengembang pelayanan modern, yang
bertujuan memberikan kualitas layanan yang sesuai dengan dimensi empati atas
berbagai bentuk-bentuk permasalahan pelayanan yang dihadapi oleh yang
membutuhkan pelayanan, sehingga dengan dimensi empati ini, seorang pegawai
menunjukkan kualitas layanan sesuai dengan prestasi kerja yang ditunjukkan.
5. Keandalan (Reliability)
Setiap pelayanan memerlukan bentuk pelayanan yang handal, artinya dalam
memberikan pelayanan, setiap pegawai diharapkan memiliki kemampuan dalam
pengetahuan, keahlian, kemandirian, penguasaan dan profesionalisme kerja yang tinggi,
sehingga aktivitas kerja yang dikerjakan menghasilkan bentuk pelayanan yang
memuaskan, tanpa ada keluhan dan kesan yang berlebihan atas pelayanan yang diterima
oleh masyarakat (Parasuraman, 2001:48).
Tuntutan kehandalan pegawai dalam memberikan pelayanan yang cepat, tepat,
mudah dan lancar menjadi syarat penilaian bagi orang yang dilayani dalam
memperlihatkan aktualisasi kerja pegawai dalam memahami lingkup dan uraian kerja
yang menjadi perhatian dan fokus dari setiap pegawai dalam memberikan
pelayanannya.
Inti pelayanan kehandalan adalah setiap pegawai memiliki kemampuan yang
handal, mengetahui mengenai seluk belum prosedur kerja, mekanisme kerja, memperbaiki
berbagai kekurangan atau penyimpangan yang tidak sesuai dengan prosedur kerja dan
mampu menunjukkan, mengarahkan dan memberikan arahan yang benar kepada setiap
bentuk pelayanan yang belum dimengerti oleh masyarakat, sehingga memberi dampak
positif atas pelayanan tersebut yaitu pegawai memahami, menguasai, handal, mandiri dan
profesional atas uraian kerja yang ditekuninya (Parasuraman, 2001:101).
Kaitan dimensi pelayanan reliability (kehandalan) merupakan suatu yang sangat
penting dalam dinamika kerja suatu organisasi. Kehandalan merupakan bentuk ciri khas
atau karakteristik dari pegawai yang memiliki prestasi kerja tinggi. Kehandalan dalam
pemberian pelayanan dapat terlihat dari kehandalan memberikan pelayanan sesuai dengan
tingkat pengetahuan yang dimiliki, kehandalan dalam terampil menguasai bidang kerja
yang diterapkan, kehandalan dalam penguasaan bidang kerja sesuai pengalaman kerja yang
ditunjukkan dan kehandalan menggunakan teknologi kerja.
Sunyoto (2004:16) kehandalan dari suatu individu organisasi dalam memberikan
pelayanan sangat diperlukan untuk menghadapi gerak dinamika kerja yang terus bergulir
menuntut kualitas layanan yang tinggi sesuai kehandalan individu pegawai. Kehandalan
dari seorang pegawai yang berprestasi, dapat dilihat dari:
1) Kehandalan dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan tingkat
pengetahuan terhadap uraian kerjanya.
2) Kehandalan dalam memberikan pelayanan yang terampil sesuai dengan tingkat
keterampilan kerja yang dimilikinya dalam menjalankan aktivitas pelayanan yang
efisien dan efektif.
3) Kehandalan dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan pengalaman kerja yang
dimilikinya, sehingga penguasaan tentang uraian kerja dapat dilakukan secara cepat,
tepat, mudah dan berkualitas sesuai pengalamannya.
4) Kehandalan dalam mengaplikasikan penguasaan teknologi untuk memperoleh
pelayanan yang akurat dan memuaskan sesuai hasil output penggunaan teknologi yang
ditunjukkan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa kualitas
layanan dari kehandalan dalam suatu organisasi dapat ditunjukkan kehandalan pemberi
pelayanan sesuai dengan bentuk-bentuk karakteristik yang dimiliki oleh pegawai tersebut,
sesuai dengan keberadaan organisasi tersebut. Seorang pegawai dapat handal apabila
tingkat pengetahuannya digunakan dengan baik dalam memberikan pelayanan yang
handal, kemampuan keterampilan yang dimilikinya diterapkan sesuai dengan
penguasaan bakat yang terampil, pengalaman kerja mendukung setiap pegawai untuk
melaksanakan aktivitas kerjanya secara handal dan penggunaan teknologi menjadi syarat
dari setiap pegawai yang handal untuk melakukan berbagai bentuk kreasi kerja untuk
memecahkan berbagai permasalahan kerja yang dihadapinya secara handal.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong & Baron. 2005. Productivity in Organization. London: Philadelphia.
As’ad, M. 2003. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty. hlm 45−64.
Azwar, S. 2000. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
hlm 287−321.
Brown, D. 2001. Reward Strategies: Dari Intent to Impact. http://www.amazon.co.uk/
Reward-Strategies-Intent-Duncan-Brown/dp/0852929056
Gibson, J.L., J.M. Ivancevich, J.H. Donnelly, Jr. 2003. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses,
Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hlm 119−275.
Gordon. 2004. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hlm
119−275 .
Kopelman, R.E, 1986. Managing Productivity in Organizations. New York: McGraw-Hill.
McCaffery, J., Heerey, M & Bose, K. P. 2003. Refining Performance Improvement Tools
and Methods: lessons and Challenges, www.ispi.org.
Muhith, A. 2012. “Pengembangan model mutu asuhan keperawatan berdasarkan analisis kinerja
perawat dan kepuasan perawat serta pasien di RS Kabupaten Gresik.” Disertasi tidak
dipublikasikan. Program Pasca-Sarjana. Universitas Airlangga.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hlm 36−54.
Nursalam. 2011. Managemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keerawatan Profesional.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Parasuraman A, Zeithamal V, Berry L. 1985. “A conceptual model of service quality and its
impact for future research.” Journal of Marketing (Musim Gugur). Hlm. 41−50.
Perry dan Potter. 2003. Pocket And Giude Basic Skill and Procedure. 3rd edition. Missouri:
Mosby.
Ruky, A.S. 2006. Sistem Manajemen Kinerja. Perfomence Management System
Panduan Praktis Untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Sudarsono. 2006. Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Woodruff dan Gardial. 2002. Practical-people Oriented Prespective. Canada: McGraw Hill.
Hlm. 36−45.
Psikologi:
1. Persepsi
2. Siap
3. Kepribadian
4. Belajar
Variabel Individu 5. motivasi
Variabel Organisasi
1. Kemampuan dan ketrampilan 1. Sumber daya
a. Mental 2. Kepemimpinan
b. Fisik 3. Imbalan
2. Latar belakang 4. Struktur
a. Keluarga 5. Desain pekerjaan
b. Tingkat sosial
c. Pengalaman
Gambar3.4.20
Demografis
Diagram skematis teori perilaku dan kinerja (Gibson, James
a. UmurL.,Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H., 1997)
b. Etnis Perilaku Individu
c. Jenis Kelamin (Apa yang dikerjakan)
Kinerja
Kelompok variabel individu terdiri atas variabel (Hasilkemampuan
yang dan keterampilan, latar
belakang pribadi dan demografis. Menurut (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly
diharapkan)
JR, James H., 1997) dalam Ilyas (2002) variabel kemampuan dan keterampilan merupakan
faktor utama yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu.
Kelompok variabel psikologis terdiri atas variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan
motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja
sebelumnya, dan variabel demografis. Kelompok variabel organisasi menurut (Gibson, James L.,
Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H., 1997) terdiri atas variabel sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan.
Indikator Kinerja
Ada beberapa pengertian tentang indikator yang disampaikan oleh para pakar yaitu : (1) indikator
adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi, (2) indikator adalah variabel
yang mengindikasikan atau menunjukkan satu kecenderungan situasi, yang dapat
dipergunakan untuk mengukur perubahan, (3) indikator adalah variabel untuk mengukur suatu
perubahan baik langsung maupun tidak langsung.
Karakteristik suatu indikator antara lain : (1) sahih (valid): artinya indikator dapat
dipakai untuk mengukur aspek yang akan dinilai, (2) dapat dipercaya (reliable): mampu
menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang
akan datang, (3) peka (sensitive): cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu
banyak, (4) spesifik (specific) memberikan gambaran prubahan ukuran yang jelas dan tidak
tumpang tindih, (5) relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal.
Untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan indikator sebagai alat atau
petunjuk untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan. Monitoring dilakukan
terhadap indikator kunci guna dapat mengetahui penyimpangan atau prestasi yang dicapai.
Dengan demikian setiap individu akan dapat menilai tingkat prestasinya sendiri (self
assessment).
Team Work
Pengertian Team Work
Kelompok kerja adalah kelompok atau dua atau lebih yang berinteraksi dalam berbagi
informasi dan saling bergantung untuk mencapai tujuan. Kinerja kelompok hanya merupakan
jumlah kinerja sumbangan individual dari tiap kelompok (Wahjono, TSI , 2010).
Team work dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu yang bekerjasama untuk
mencapai suatu tujuan. Kumpulan individu tersebut memiliki aturan dan mekanisme kerja
yang jelas serta saling tergantung antara satu dengan yang lain. Tim kerja (team work)
menghasilkan sinergi yang positif melalui usaha yang terkoordinasi (Robbins, 2002). Team
work merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai talenta dan dapat
memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang lebih baik, selain itu kompetensi anggota tim
yang beraneka ragam juga merupakan nilai tambah yang membuat team work lebih
menguntungkan bahkan jika dibandingkan dengan seorang individu yang sangat ahli. Sebuah
team work, ada dua hal yang perlu diingat yaitu (1) adanya tugas (task), dan masalah yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, (2) proses yang terjadi di dalam team work.
Efektivitas
Efektivitas individu akan menentukan efektivitas kelompok, dan efektivitas kelompok
menentukan efektivitas organisasi (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly JR,
James H., 1997). Efektivitas individu dipengaruhi oleh kemampuan, keterampilan,
pengetahuan, sikap, motivasi dan stres. Efektivitas kelompok disebabkan oleh keterpaduan,
kepemimpinan, struktur, status, peran dan norma yang berlaku. Sedangkan efektivitas
organisasi dipengaruhi oleh lingkungan, teknologi, pilihan startegi, struktur, proses dan kultur
organisasi. Hubungan ketiga efektivitas tersebut digambarkan dalam Gambar 2.5 berikut.
Efektivitas
Individual
Efektivitas Efektivitas
Faktor penyebab: Kelompok
Faktor penyebab: Organisasi
Faktor penyebab:
Dalam suatu team work yang terdiri atas berbagai macam individu dari latar belakang yang
berbeda, dengan keahlian yang berbeda maka diperlukan suatu kerja sama yang baik dan kompak
(solid) agar tujuan organisasi dapat tercapai. Suatu kelompok dikatakan sebagai team work dan
menghasilkan suatu hasil yang optimal (kinerja tim yang efektif) sangat dipengaruhi oleh peran
individu.
Agar kinerja tim efektif, sebuah tim membutuhkan tiga jenis ketrampilan yang
berbeda. Tim memerlukan individu dengan keahlian teknis, individu dengan ketrampilan
memecahkan masalah dan membuat keputusan, serta individu yang trampil dalam
mendengarkan, memberikan umpan balik, menyelesaikan konflik dan mempunyai
ketrampilan interpersonal lain yang baik.
Tim yang paling efektif bukan tim yang sangat kecil (di bawah 4 atau 5), bukan pula
tim yang sangat besar (lebih dari 12 orang). Tim yang sangat kecil mungkin tidak
mempunyai keragaman pandangan, dan tim yang lebih dari 12 orang akan kesulitan untuk
berbuat banyak.
Tim yang terbentuk dari individu fleksibel memiliki anggota yang dapat melengkapi tugas
satu sama lain. Ini jelas merupakan nilai tambah bagi suatu tim, karena fleksibilitas sangat
memperbaiki kemampuan adaptis tim dan membuat tim tidak tergantung hanya pada satu
anggota saja.
Empat faktor yang menyebabkan suatu team work dapat bekerja dengan efektif
meliputi.
1. Goal setting: suatu kelompok kerja akan dapat secara efektif menghasilkan suatu
tujuan apabila memiliki goal setting atau tujuan tim yang sama;
2. Komitmen: seberapa besar setiap komponen kelompok memiliki komitmen;
3. Effective role: setiap anggota kelompok harus memiliki peran tersendiri dan dituntut untuk
sinergis dalam melakukan usaha;
4. Leadership: komponen penting suatu kelompok akan menjadi efektif banyak
dipengaruhi oleh kepemimpinan.
Menurut Kazemak dalam Stott, K dan Walker, A, 1995 dalam (Rochmah, TN, 2006)
menyebutkan kriteria tim yang efektif adalah sebagai berikut.
1. Mempunyai tujuan organisasi yang dapat dimengerti dan disetujui oleh semua
anggota tim.
2. Konflik yang ada harus bersifat membangun.
3. Setiap anggota diharapkan terlibat secara aktif dalam proses kepemimpinan.
4. Kemampuan individu dihargai.
5. Komunikasi bersifat terbuka dan semua anggota tim dapat ikut berpartisipasi secara aktif.
6. Semua anggota tim mendukung kebijakan dan prosedur organisasi.
7. Masalah yang ada diselesaikan secara baik berdasarkan proses pengambilan keputusan yang
tepat.
8. Adanya dukungan terhadap semua kreatifitas yang sifatnya membangun.
9. Melakukan proses evaluasi secara berkala untuk mengetahui kinerja individu anggota tim
dan kinerja tim secara keseluruhan; setiap anggota tim mengerti akan peranan, tanggung
jawab dan batasan wewenang yang diberikan oleh organisasi. Penilaian semangat kerja
melalui kinerja.
Semangat Kerja
Menurut, “semangat kerja (morale) adalah perasaan seorang individu terhadap pekerjaan dan
organisasinya”. Mengukur semangat kerja berarti mengukur sikap atau perilaku yang cenderung
kualitatif berupa indikasi. Misalnya, indikasi turunnya semangat kerja dapat dilihat dari tolak
ukur yang ditampilkan sebagai berikut.
a. Turunnya produktivitas kerja atau kinerja
b. Tingkat absensi yang tinggi
c. Labour turnover yang tinggi
d. Tingkat kerusakan bahan yang tinggi
e. Kegelisahan di setiap unit kerja
f. Pihak karyawan sering menuntut
g. Pemogokan
Semangat kerja merupakan daya dorong bagi seseorang untuk berkinerja, sehingga dapat
juga dikatakan bahwa kinerja merupakan turunan langsung dari semangat kerja. Hal ini
dikarenakan naik-turunnya kinerja tidak terlepas dari naikturunnya semangat kerja. Dengan
demikian penilaian semangat kerja dapat juga dilakukan melalui penilaian kinerja.
Sistem penilaian kinerja dalam suatu organisasi mencakup beberapa elemen. Elemen
pokok sistem penilaian kinerja mencakup kriteria yang ada hubungannya dengan pelaksanaan
kerja, ukuran-ukuran kriteria, dan pemberian umpan balik kepada pekerja dan manajer
personalia. Meskipun manajer personalia merancang sistem penilaian kinerja, tetapi yang
melakukan penilaian kinerja pada umumnya adalah atasan langsung pekerja yang
bersangkutan.
Di dalam sistem penilaian, di samping faktor penilai, ukuran-ukuran penilaian ikut
menentukan objektivitas penilaian. Ukuran-ukuran tersebut tentunya yang diandalkan, sehingga
secara keseluruhan dapat membentuk suatu sistem penilaian yang seobjektif mungkin. Untuk
mencapai objektivitas penilaian tersebut, sistem penilaian harus mempunyai hubungan
dengan pekerjaan (job-related), praktis dan mempunyai standar pelaksanaan kerja menggunakan
ukuran-ukuran kinerja yang dapat diandalkan.
Secara ringkas eleman-eleman pokok sistem penilaian kinerja dapat digambarkan seperti
dalam Gambar 4.21 berikut ini.
Prestasi Kerja Penilaian Prestasi
Pekerja Kerja Umpan Balik
Bagi Pekerja
Catatan-catatan Catatan-catatan
tentang pekerja tentang pekerja
Menurut (Handoko, 2001) guna mengetahui kinerja pekerja diperlukan kegiatan- kegiatan
khusus, yaitu:
1. Identifikasi dimensi kerja yang mencakup semua unsur yang akan dievaluasi dalam
pekerjaan masing-masing pekerja dalam suatu organisasi.
2. Penetapan standar kerja, penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah suatu
proses melalui di mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja
pekerjanya..
Selanjutnya (Dharma, Agus, 1992) mengemukakan bahwa standar dalam penilaian prestasi
kerja mencakup:
1. Kuantitas/jumlah yang harus diselesaikan
2. Kualitas/mutu yang dihasilkan
3. Ketepatan waktu kerja/sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, James L., John M., Ivancevich dan james H., Donnely, 1996. Organisasi dan
manajemen, Erlangga, Jakarta.
Handoko, 2001. Manajemen personalia dan sumber daya manusia, BPFE., Press,
Jogjakarta.
Herzberg F., 1977. One more time: how do you Motivate employee? The manajement proces,
Edisi 2, New York; Macmillan.
Irawan H., 2003. Indonesian customer satisfaction, PT. Gramedia, Jakarta.
Robbins S.P., 2002. Organizational behavior, 10th ed. Oct 16., Prentice Hall Internationa Inc,
San Diago State University.
Siagia, S.P., 2002. Manajemen sumber daya manusia, Bumi Aksara ,Jakarta.
Seseorang dengan motif kekuasaaan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
1. Personal power: mereka yang mempunyai personal power motive yang tinggi
cenderung untuk memerintah secara langsung, dan bahkan cenderung memaksakan
kehendaknya.
2. Institutional power: mereka yang mempunyai institutional power motive yang tinggi,
atau sering disebut social power motive, cenderung untuk mengorganisasikan usaha dari
rekan-rekannya untuk mencapai tujuan bersama.
Ibu yang memiliki kebutuhan berkuasa yang tinggi akan berusaha melengkapi status
imunisasi anaknya, karena orang tua memiliki pengaruh dan kontrol terhadap anaknya. Jika
orang tua saja melakukan imunisasi secara lengkap maka anak juga harus mendapatkan
imunisasi secara lengkap.
4. control focus
5. tingkatefisiensi
FAKTOR LINGKUNGAN:
1. Beban kerja
2. Penghargaan BURNOUT SYNDROME
mengakibatkan beberapa gejala seperti kelelahan emosional, kelelahan fisik, kelelahan mental
dan rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri.
Selama dekade terakhir, beberapa istilah telah diusulkan dalam upaya untuk
menjelaskan burnout syndrome, dan definisi yang paling dapat diterima adalah yang ditulis oleh
Maslach, di mana burnout syndrome ditandai dengan tiga dimensi yaitu kelelahan
emosional, depersonalisasi dan menurunnya prestasi diri (Pouncet, 2007). Dampak yang
paling telihat dari kelelahan adalah menurunnya kinerja dan kualitas pelayanan. Individu
yang mengalami burnout syndrome akan kehilangan makna dari pekerjaan yang dikerjakannya
karena respons yang berkepanjangan dari kelelahan emosional, fisik dan mental yang mereka
alami. Akibatnya, mereka tidak dapat memenuhi tuntutan pekerjaan dan akhirnya memutuskan
untuk tidak hadir, menggunakan banyak cuti sakit atau bahkan meninggalkan pekerjaan nya
(Felton, 1998; Maslach, 2001; Poncet, 2008).
Burnout syndrome lebih sering terjadi pada kategori profesi tertentu yang menuntut
interaksi dengan orang lain seperti guru, profesi dibidang kesehatan, pekerja sosial, polisi dan
hakim. Selain bekerja dengan masyarakat, individu yang bekerja dalam lingkungan lain yang
melibatkan tanggung jawab berbahaya, presisi pada kinerja tugas, konsekuensi berat, shift kerja
atau tugas dan tanggung jawab yang tidak disukai, berada pada risiko yang berbeda untuk
berkembangnya kelelahan (Felton, 1998; Poncet, 2008; Bakker, 2000).
Penelitian telah menunjukan bahwa perawat yang bekerja di rumah sakit berada pada
risiko tertinggi kelelahan. Beberapa alasan menjadi poin utama dalam perkembangan sindrom ini,
seperti tuntutan pasien, kemungkinan bahaya dalam asuhan keperawatan, beban kerja yang berat
atau tekanan saat harus memberikan banyak perawatan bagi banyak pasien saat shift kerja,
kurangnya rasa hormat dari pasien, ketidaksukaan dan dominasi
dokter dalam sistem pelayanan kesehatan, kurangnya kejelasan peran, serta kurangnya dukungan
dari lingkungan kerja. Faktor lain yang sangat terkait dengan pengembangan burnout syndrome
adalah jenis kepribadian yang mencerminkan kapasitas individu untuk tetap bertahan pada
pekerjaannya (Felton, 1998; Poncet, 2008; Bakker, 2000).
Burnout syndrome telah dinyatakan menjadi bahaya profesi yang sangat erat
hubungannya dengan individu dan institusi tempat bekerja (Fraudenberg, 1974). Burnout
syndrome didefinisikan sebagai jumlah energi psikologis dan fisik, bertambah atau
berkurangnya kelelahan bergantung pada beberapa faktor stres pribadi dan juga stres organisasi
(Maslach, 2003). Dari dua kalimat tersebut, dapat disimpulkan bahwa burnout syndrome
merupakan sebuah hal yang negatif dari interaksi antara orang lain dan lingkungan
kerjanya.
Kelelahan emosional dinanggap sebagai elemen inti dari kelelahan yang mengakibatkan
depersonalisasi terhadap pekerjaan dan juga pada rekan kerja.Depersonalisasi yang dialami oleh
seseorang, dapat memengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien, sehingga bisa
menurunkan prestasi diri (Leiter, Harvie &Frizzel, 1998; Leiter & Maslach, 2004).
Etiologi
Penyebab terjadinya kelelahan dapat diklasifikasikan menjadi faktor personal dan atau faktor
lingkungan. Faktor personal diantaranya kepribadian, harapan, demografi, control fokus dan
tingkat efisiensi. Faktor lingkungan yang berperan diantaranya adalah beban kerja,
penghargaan, control, kepemilikan, keadilan dan nilai (Cavus, 2010).
Terlepas dari beberapa faktor tersebut diatas, ada beberapa faktor yang dianggap
mempunyai hubungan yang signifikan yaitu status perkawinan, lamanya pekerjaan,
dukungan sosial, struktur keluarga, tanggung jawab, kejelasan stabilitas emosional dan
kelelahan.
Dimensi
Sudah dijelaskan diatas, bahwa burnout syndrome tidak hanya terkait dengan faktor tunggal,
melainkan muncul sebagai hasil dari interaksi antara beberapa faktor yang ada.Burnout syndrome
pada seseorang muncul sebagai akibat dari kelelahan emosional yang meningkat, depersonalisasi
dan penurunan prestasi diri (Pouncet, 2007).
1. Kelelahan emosional
Kelelahan emosional merupakan sisi yang mengekspresikan kelelahan fisik dan
emosional yang dialami sebagai dasar dan dimulainya burnout syndrome.Kelelahan
emosional, sebagian besar berhubungan dengan stres pekerjaan (Akcamete, Kaner &
Sucuoglu, 2001; Yildmm, 1996). Hasil dari kelelahan emosional yang dialami oleh
seseorang, orang tersebut tidak responsif terhadap orang-orang yang mereka layani, dan
juga merasa bahwa pekerjaannya sebagai penyiksaan karena ia berpikir bahwa dirinya
sendiri tidak mampu menanggung hari-hari berikutnya dan selalu merasa tegang(Leiter &
Maslach, 1988; Ergin, 1995; Maslach, Schaufeli & Leiter, 2001; Cimen & Ergin, 2001).
2. Depersonalisasi
Depersonalisasi merupakan sikap yang menunjukan perilaku kers/kasar, perilaku negatif dan
acuh tak acuh terhadap orang lain. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa beberapa orang
menunjukan perilaku seperti kehilangan tujuan bekerja dan kehilangan antusiasme sebagai
akibat dari semakin menjauh dari dirinya sendiri dan pekerjaannya, menjadi acuh tak acuh
terhadap orang yang dilayani, menunjukan reaksi negative dan bermusuhan.
3. Rendahnya prestasi diri
Rendahnya prestasi diri menjadi dimensi evlusi diri dari burnout syndrome, timbul
fakta bahwa orang mulai melihat dirinya sebagai seseorang yang tidak berhasil. Dengan kata
lain, seseorang cenderung mengevaluasi dirinya sendiri sebagai hal yang negative (Maslach,
2003).Orang yang mengalami kecenderungan ini berpikir bahwa mereka tidak membuat
kemajuan dalam pekerjaan mereka, sebaliknya mereka berpikir bahwa mereka jatuh
kebelakang, pekerjaan mereka tidak berhasil dan tidak memberikan kontribusi pada
perubahan lingkungan mereka (Leiter & Maslach, 1998; Singh et al., 1994).
Burnout syndrome adalah situasi yang sangat sulit dihindari.Namun, tingkat keparahan
burnout syndrome dapat dikurangi dengan aplikasi pribadi maupun perubahan aplikasi pada
organisasi tempat melaksanakan tugas. Pada tingkat organisasi dilakukan dengan pernyataan tugas
yang jelas, partisipasi pemula untuk program orientasi dan on the job training, perencanaan personal
yang efisien dalam hubungannya dengan departemen, pertemuan tim regular dengan saran dan kritik,
akses ke dukungan sosial dan lingkungan partisipatif dapat membantu dalam mencegah burnout
syndrome(Kacmaz 2005; Schulz, Greenley & Brown, 1995; Lundy & Muda, 1994, Poulin &
Wlter, 1993). Pada tingkat pribadi dengan cara mendorong karyawan untuk mengambil tujuan
yang lebih realistis, sehingga membantu mereka untuk menurunkan ekspektasi diri agar dapat
membantu dalam menurunkan burnout syndrome.
Burnout syndrome adalah respons terhadap adanya stresor (misalnya beban kerja) yang
ditempatkan pada karyawan. Hal ini dibedakan menjadi bentuk lain dari stres karena merupakan
satu set respons ke tingkat tinggi tuntutan pekerjaan yang kronis, meliputi kewajiban pribadi dan
tanggung jawab yang sangatn penting. Karena karakteristik dari profesi kesehatan seperti
kecenderungan untuk focus pada masalah, kurangnya umpan balik yang positif, tingkat stres
emosional dan kemungkinan merasakan perubahan sikap terhadap beberapa orang tempat bekerja,
profesi kesehatan memiliki risiko lebih tinggi untk mengalami burnout syndrome (Maslach &
Jackson, 1982). Tiga dimensi Maslach yang didefinisikan dari burnout syndrome sering
digunakan untuk tujuan penelitian.
1. Kelelahan emosional : ditandai dengan kelelahan dan perasaan bahwa sumber daya
emosional telah habis digunakan.
2. Depersonalisasi : ditandai bahwa intervensi kepada klien yang dirasa hanya sebagai objek saja,
bukan sebagai orang yang harus benar-benar diperhatikan. Adanya sinisme terhadap rekan
kerja, klien bahkan dengan organisasi tempat bekerja.
3. Penurunan prestasi diri :ditandai dengan kecenderungan untuk mengevaluasi diri sendiri
secara negatif. Mencakup pengalaman penurunan kompetensi kerja dan prestasi dalam
pekerjaan/interaksi dengan orang/kurangnya kemajuan.
Bukti empiris menunjukan bahwa burnout syndrome dapat menimbulkan dampak
negatif diberbagai tingkatan termasuk tingkat individu, organisasi dan pelayanan. Pada
tingkat individu, burnout syndrome dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan fisik dan
mental negatif (Maslach & Jackson, 1982).Konsekuensi emosional termasuk konflik dan
kerusakan perkawinan hubungan keluarga dan sosial (Jackson et al., 1986).Pada tingkat organisasi,
dapat menyebabkan penurunan komitmen organisasi (Leiter dan Maslach 1988) dan kepuasan kerja
(Burke et al, 1984). Pada perawat dapat terjadi tingginya angka turn over dan ketidakhadiran
(Courage dan Williams, 1987; Stechmiller, 1990), kecenderungan untuk menarik diri dari pasien
dan beristirahat panjang termasuk kinerja secara keseluruhan yang menurun dalam kualitas dan
kuantitas kinerja. Dengan demikian, organisasi dapat mengalami pemborosan sumber daya dan
penurunan produktivitas. Pada tingkat pelayanan, penelitian menunjukan bahwa burnout syndrome
dapat mengarah ke penurunan kualitas perawatan atau pelayanan dari pasien (Maslach dan
Jackson, 1981).Pelayanan pelanggan yang buruk dapat menyebabkan pelangan tidak puas dan
mengakibatkan turunnya kemampuan untuk mempertahankan pelanggan.
MBI (Maslach Burnout Inventory) merupakan instrument yang terdiri atas 22 item yang
digunakan untuk mengukur frekuensi dari tiga aspek burnout syndrome, kelelahan emosional,
depersonalisasi dan yang terakhir adalah penurunan prestasi diri.Burnout syndrome tercermin pada
skor yang lebih tinggi pada kelelahan emosional dan subscale depersonalisasi dan skor rendah pada
prestasi subscale pribadi.
Dariperumusan kepribadian di atas disimpulkan bahwa kepribadian berubah, berkembang terus
sesuai dengan cara penyesuaian terhadap lingkungan sehingga dapat dikatakan bahwa kepribadian
merupakan suatu hasil dari fungsi keturunan dan lingkungan. Setiap perubahan yang terjadi pada
lingkungan juga akan diikuti dengan berubahnya kepribadian.
Dalam usaha mengerti seseorang, mengerti kepribadiannya perlu kita mengikuti
lingkungan manakah yang berperan pada proses perkembangan dan masa hidupnya.
Kalinya dipakai oleh Achille Guillard dalam karangannya berjudul “Elements de Statistique
Humaine on Demographic Compares” pada tahun 1885.
DAFTAR PUSTAKA
Burke, RL & Leiter, MP. 1998. Contemporary Organizational Realities and Professional
Efficacy: Downsizing, Reorganization and Transition. Dalam T. Cox, P. Dewe, dan
M. Leiter (ed). Coping and Health in Organizations. Washington, DC: Taylor and
Francis.
Cavus. 2010. “The Impacts of Structural and Psychological Empowerment on Burnout”. AResearch
on Staff Nurses in Turkish State Hospitals. Canadian Social Science. Hlm. 63−72.
Freudenberger , J. 1974. Staff Burnout, Journal of Social Issues. Hlm. 159−165.
Maslach, C, Jackson, S & Leiter, M. 2003. Maslach Burnout Inventory Manual. California: CPP.
Maslach, C. 1982. Understanding Burnout: Definition Issues in Analysing a Complex
Phenomenon. Dalam W. S. Pain Job Stres Burnout. Beverly Hills: Sage Publication.
Maslach, C. 2001, “Job Burnout”. Annual Review of Psychology, diakses 14 November 2003,
findarticles.com.
Maslach, C. 2004. Different Perspectives on Job Burnout. Contemporary Psychology. APA
Review of Books. Hlm. 168−170.
CONTOH KERANGKA KONSEPTUAL BERBASIS INTEGRASI
MODEL (LAWRENCE GREEN)
Need for Achievement (Kebutuhan untuk berprestasi):
menghindari risiko berat
puas dan bangga dengan hasil yang dicapai
tanggung jawab
menerima saran dan
kritikan orang
Faktor Pendukung
(Enabling factors):
1. Adanya sarana
kesehatan Perilaku Ibu
2. Terjangkaunya sarana mengimunisasikan Need for Power
kesehatan anak (Kebutuhan untuk kekuasaan):
3. Peraturan kesehatan • mempunyai kontrol
4. Keterampilan terkait • aktif
kesehatan • peka terhadap
permasalahan
Keterangan
: Diukur
: Tidak diukur
Gambar 4.24 Kerangka konseptual motivasi ibu dalam melengkapi status imunisasi dasar pada
anak berbasis integrasi model Lawrance Green dan McClelleand (Eka Irawati, 2012)
Menurut Teori Lawrence Green, ada 3 faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan
seseorang. Perilaku seorang ibu dalam memberikan imunisasi pada anaknya berdasarkan
pendekatan Teori Lawrence green dipengaruhi oleh 3 faktor, antara lain: faktor predisposisi
(predisposing factors) yaitu: sikap, keyakinan, pengetahuan, kepercayaan, nilai dan
norma. Sedangkan faktor pendukung (enabling factors) yaitu: adanya sarana kesehatan,
terjangkaunya sarana kesehatan, peraturan kesehatan, dan keterampilan terkait kesehatan. Faktor
pendorong (reinforcing factors) yaitu: keluarga, guru, sebaya, petugas kesehatan, tokoh
masyarakat, dan pengambil keputusan. Dan faktor predisposisi merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap motivasi ibu melengkapi status imunisasi dasar pada anak. Banyak ibu
yang tidak bersedia untuk mengimunisasikan anaknya dengan alasan yang sangat sederhana yaitu
ibu-ibu sibuk dengan urusan rumah tangga dan ketakutan ibu akan efek samping dari pemberian
imunisasi yang disertai pengetahuan ibu yang rendah tentang imunisasi (Ayubi, D, 2009).
Imunisasi yang diberikan pada anak mencakup 5 imunisasi dasar yang harus diberikan,
yaitu: imunisasi BCG, DPT, campak, polio, dan hepatitis. Tujuan dari imunisasi dasar adalah
tercapainya kekebalan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) pada masyarakat
(Depkes RI, 2005). Berdasarkan pendekatan integrasi model Lawrance Green dan McClelleand
diperoleh suatu kesimpulan mengenai motivasi ibu dalam melengkapi status imunisasi dasar
pada anak. Ini dapat dilihat dari angka cakupan imunisasi dasar. Jika angka cakupan imunisasi
dasar pada anak tinggi berarti motivasi ibu baik. Tapi jika angka cakupan imunisasi dasar pada
anak rendah berarti motivasi ibu buruk dalam melengkapi status imunisasi dasar pada anak.
Hipotesis:
H1 : Ada pengaruh faktor predisposisi: pengetahuan terhadap motivasi ibu dalam
melengkapi status imunisasi dasar pada anak
H1 : Ada pengaruh faktor predisposisi: kepercayaan terhadap motivasi ibu dalam
melengkapi status imunisasi dasar pada anak
H1 : Ada pengaruh faktor predisposisi: sikap terhadap motivasi ibu dalam melengkapi status
imunisasi dasar pada anak
H1 : Ada pengaruh faktor predisposisi: nilai dan norma (kebudayaan) terhadap motivasi ibu
dalam melengkapi status imunisasi dasar pada anak
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. & Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri:
Mosby
Ayubi, D., (2009). Kontribusi Pengetahuan Ibu Terhadap Status Imunisasi Anak di Tujuh
Provinsi di Indonesia. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Eka Irawati. 2012. Burnout syndrome pada mahasiswa profesi berdasarkan analisis faktor
person dan faktor lingkungan dari teori maslach. Skripisi. FKp. Unair
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika Siagia,
S.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
STRESS, APPRAISAL, AND COPING STRATEGY IN
TRANSACTIONAL THEORY (LAzARUS & FOLKMAN, 1984)
Konsep dari stres berkembang dari definisi fisiologis terhadap stres sebagai konsep umum yang
paling banyak diterima (Selye, 1956).
PROSES OUTCOME
Setiap individu pasti akan mengalami stimulus atau peristiwa dalam hidupnya. Setiap
stimulus atau peristiwa terkadang menimbulkan stres bagi individu. Stimulus ini kemudian
disebut sebagai Antecedents of stresor. Lazarus & Folkman (1984) mengklasifikasikan
stresor ke dalam dua domain yakni Personal Stresor (komitmen dan kepercayaan) dan
Environmental Stresor (setiap aspek di luar personal yang dapat menjadi ancaman bagi
kondisi personal seseorang). Dalam penilaian awal (primary appraisal), individu akan
menentukan makna dari peristiwa yang dialaminya. Primary appraisal merupakan proses
penentuan makna dari suatu peristiwa yang dialami oleh individu, apakah peristiwa tersebut
dipersepsikan positif, netral ataukah negatif oleh individu. Peristiwa yang dinilai negatif
kemudian dicari kemungkinan adanya persepsi harm, threat atau challenge. Harm adalah
penilaian mengenai bahaya yang didapat dari peristiwa yang terjadi. Threat adalah penilaian
mengenai kemungkinan buruk atau ancaman yang didapat dari peritiwa yang terjadi, dan
Challenge adalah tantangan akan kesanggupan untuk mengatasi dan mendapatkan keuntungan
dari peristiwa yang terjadi pentingnya primary appraisal digambarkan dalam sebuah studi
klasik mengenai stres oleh Lazarus. Primary appraisal memiliki tiga komponen yakni:
1) Goal relevance: yakni penilaian yang mengacu kepada tujuan yang dimiliki seseorang,
yakni bagaimana hubungan peristiwa yang terjadi dengan tujuan personalnya
2) Goal congruence or incongruence: yakni penilaian yang mengacu pada apakah
hubungan antara peristiwa di lingkungan dan individu tersebut konsisten dengan
keinginan individu atau tidak, apakah hal tersebut menghalangi atau memfasilitasi tujuan
personalnya. Jika hal tersebut menghalanginya maka disebut goal incongruence. Apabila
hal tersebut memfasilitasinya disebut goal congruence.
3) Type of ego involvement: yakni penilaian yang mengacu kepada berbagai macam aspek
dari identitas ego atau komitmn seseorang
Jika individu merasa adanya ancaman dari suatu peristiwa tersebut tetapi situasi
tersebut tidak dirasa merugikan, maka akan berlanjut ke penilaian kedua (secondary
appraisal) yang merupakan penilaian kemampuan individu dalam melakukan koping.
Individu yang merasakan adanya ancaman dalam penilaian kedua, tergantung bagaimana
individu tersebut melakukan koping. Secondary appraisal memiliki tiga komponen:
1) Blame and credit : yakni penilaian siapa yang bertanggung jawab atas situasi yang
menekan yang terjadi astas diri individu
2) Coping potential : yakni penilaian mengenai bagaimana individu dapat mengatasi
situasi menekan atau mengaktualisasi komitmen pribadinya
3) Future expectancy: penilaian mengenai apakah untuk alasan tertentu individu
mungkin berubah secara psikologis untuk menjadi lebih baik ataukah lebih buruk.
Pengalaman subjektif atas stres merupakan keseimbangan antara primary dan
secondary appraisal. Ketika harm dan threat yang ada cukup besar sedangkan kemampuan
untuk mengadakan koping tidak memadai, maka stres yang besar akan dirasakan oleh
seorang individu. Sebaliknya, ketika kemampuan koping besar, stres dapat diminimalkan.
Coping strategy terdiri atas PFC (Problem Focused Coping) yakni strategi yang
digunakan untuk mengatasi situasi yang menimbulkan stres dan EFC (Emotion focused
coping) yakni strategi untuk mengatasi emosi negatif yang menyertai. Jika individu memiliki
mekanisme koping yang cukup baik maka individu tersebut akan terbebas dari stres. Sebaliknya,
apabila mekanisme koping yang dimiliki dirasa kurang, maka individu tersebut akan
mengalami stres.
DAFTAR PUSTAKA
Lazarus, RS. 1996. Psychological Stres and the Coping Process. New York: McGraw Hill.
Lazarus, RS Folkman, S. 1984. Stres, Appraisal and Coping. New York: Springer.
Lazarus & Taylor. 1991. Emotion and Adaptation. London: Oxford University Press.
Lazarus, R. S., & Folkman, S. 1987. ‘Transactional theory and research on emotions and coping.”
European Journal of Personality.Vol.1. Hlm.141−170.
Lazarus, RS & Folkman S. 1988. Ways of Coping Questionnaire. Consulting Psychologist, Inc.
MATERNAL ROLE ATTAINMENT DAN BECOMING A MOTHER
(MERCER)
yy
y
Mother-Father Relationship
Mother
Child
St
re
s
wo
lt
Community
Father or intimate
Mother Infant
Dalam model ini dijelaskan variabel lingkungan keluarga dan teman meliputi
dukungan sosial, nilai dari keluarga, budaya, fungsi keluarga dan stresor. Lingkungan
komunitas meliputi perawatan sehari-hari, tempat kerja, sekolah, rumah sakit, fasilitas
rekreasi dan pusat kebudayaan. Lingkungan yang lebih besar dipengaruhi oleh hukum yang
berhubungan dengan perempuan dan anak-anak, termasuk ilmu tentang bayi baru lahir, kesehatan
reproduksi, budaya terapan dan program perawatan kesehatan nasional. Perawat berperan besar
membantu bayi lahir menjalani masa transisi dengan aman dan membantu ibu dan orang
terdekat untuk menjalani masa transisi menjadi orang tua (Boback,1995)
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, MR, & Tomey, AM. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 7th Ed. Missouri:
Mosby. Hlm. 605−619.
rmed Philosophicalunderstanding attitudesof the clinical towards personscondition (in (ingeneral) andgeneral) and the
Intended
Therapeutic actions outcome
Message conveyed to client
the designatedsituation and client client (in specific(in specific)
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
LoBiondo-Wood, G., danth Haber, J. (2002). Nursing Research: Methods, Critical Appraisal,
and Utilization. 5 ed. St. Louis: Mosby
Polit DF & Back, CT. (2012). Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for
Nursing Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Voelker, D. H., & Orton, P. Z., & Adams, S. (2011). Cliff Quick Statistics Quick Review 2nd
ed. New York: Wiley Publications, Inc.
Bab 5 • Lingkup Masalah Penelitian Ilmu Keperawatan 141
Bab 5
Lingkup Masalah Penelitian
Ilmu Keperawatan
Pada bagian ini, penulis hanya ingin berfokus pada identifikasi masalah penelitian ilmu
keperawatan. Masalah-masalah tersebut dapat digunakan sebagai stimulus bagi para peneliti ilmu
keperawatan saat menerjemahkan fakta empiris yang ada di lapangan.
Penjabaran lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan akan dibagi menjadi 6
lingkup masalah penelitian, meliputi: (1) Ilmu Keperawatan Dasar dan Manajemen
Keperawatan, (2) Ilmu Keperawatan Anak, (3) Ilmu Keperawatan Maternitas, (4) Ilmu
Keperawatan Medikal-Bedah dan Gawat Darurat, (5) Ilmu Keperawatan Kesehatan Jiwa, serta
(6) Ilmu Keperawatan Komunitas, Keluarga, dan Gerontik.
Lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan anak didasarkan pada filosofi keperawatan anak
ILMU KEPERAWATAN ANAK
yang menekankan pada masalah biopsikososial anak akibat hospitalisasi dan peran keluarga
dalam asuhan keperawatan anak (Wong, 1995). Lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan
anak meliputi:
1. Stres akibat dampak hospitalisasi pada anak
2. Penerapan konsep asuhan keperawatan anak dengan paradigma perawatan atraumatik
3. Masalah deteksi dini tumbuh kembang (DDST) oleh petugas maupun orang tua
Mengkaji dan menilai tahap perkembangan pada bayi/anak menggunakan format DDST
4. Masalah stimulasi yang sesuai tahap tumbuh kembang bayi/anak
• Penilaian tumbuh kembang bayi/anak yang mengalami keterlambatan
• Intervensi stimulasi untuk mencapai tahap tumbuh kembang yang optimal
• Penyuluhan tentang cara menstimulasi bayi/anak kepada orang tua
5. Masalah pengelolaan bermain sesuai tahap tumbuh kembang anak dan jenis penyakit pada
anak yang dirawat di RS (peran petugas kesehatan/perawat dan orang tua) dalam
mempercepat proses penyembuhan anak
• Menentukan jenis permainan sesuai tahap tumbuh kembang anak dan jenis
penyakit
• Menyusun dan membuat rencana permainan
• Melaksanakan rencana permainan di setiap ruang perawatan anak
• Mengevaluasi tindakan bermain yang telah dilakukan pada bayi/anak
6. Masalah pelaksanaan imunisasi
• Mengidentifikasi kebutuhan imunisasi sesuai kebutuhan yang berlaku
• Mengidentifikasi persepsi orang tua tentang imunisasi
• Memantau pemberian imunisasi pada bayi dan anak
• Memberi penyuluhan kepada orang tua tentang efek samping dan penanganan
bayi/anak yang diimunisasi
• Memotivasi orang tua untuk memberikan imunisasi pada anaknya
7. Masalah asuhan keperawatan pada bayi/anak dengan gangguan tumbuh kembang
• Melakukan pengkajian
• Menentukan diagnosis keperawatan
• Membuat rencana tindakan
• Mengevaluasi tindakan
• Mampu mengkaji/mengidentifikasi tumbuh kembang bayi/anak
• Mampu menilai pertumbuhan bayi dan balita berdasarkan pedoman
antropometri
• Mampu menerapkan konsep bermain pada klien
8. Masalah pelaksanakan asuhan keperawatan pada klien bayi/anak yang dirawat di RS
dengan gangguan sistem tubuh yang sering terjadi pada anak
a. Gangguan sistem pernapasan:
Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan berikut ini:
a. Pemberian posisi
b. Membersihkan hidung
c. Memberikan O2
d. Resusitasi jantung paru
e. Merawat anak dengan pemakaian ETT dan ventilator
f. Menghisap lendir
g. Memberikan nebulizer
h. Drainase postural/fisioterapi dada
i. Pengambilan AGD dan elektrolit
j. Perawatan trakeostomi
k. Perawatan anak dengan water sealed drainase (WSD)
b. Gangguan sistem kardiovaskular
Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan berikut ini:
a. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
b. Mengukur intraventricular pressure (IVP)
c. Mengukur tekanan vena sentral (CVP)
d. Pemasangan infus
e. Perawatan pra dan pascaoperasi
f. Disease shock
c. Gangguan sistem pencernaan
Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan berikut ini:
a. Memelihara kebersihan mulut
b. Pemasangan NGT
c. Melakukan bilas lambung
d. Pemberian makan lewat oral/NGT/parenteral
e. Memberikan huknah/gliserin/barium enema/obat suppositoria
f. Mengambil usapan rektum
g. Mengukur lingkar abdomen
d. Gangguan sistem hematologi dan onkologi
Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan di bawah ini:
a. Merawat klien untuk tindakan transfusi
b. Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium
c. Mengambil darah untuk pemeriksaan gula darah
d. Memberikan cairan melalui vena dengan jarum bersayap
e. Menolong klien dengan perdarahan hidung dan gangguan pada sistem
hematologi
f. Menolong klien bayi dengan perdarahan tali pusat
g. Memberikan injeksi melalui intramuskular (IM)
h. Memberikan injeksi melalui intravena (IV)
i. Merawat anak yang mendapat tindakan bone marrow
j. Penyuluhan kepada keluarga tentang perawatan anak yang menerima tindakan
kemoterapi, radiasi
k. Perawatan luka
e. Gangguan sistem imunitas
Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan di bawah ini:
a. Melakukan uji kulit (skin test)
b. Melakukan uji mantoux (mantoux test)
c. Tes tuberkulin
f. Gangguan sistem perkemihan
Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan di bawah ini:
a. Mengukur asupan dan keluaran
b. Pemasangan kateter
c. Mangambil urine untuk pemeriksaan melalui kateter
d. Menyiapkan klien untuk tindakan pemeriksaan BNO/IVP
g. Gangguan sistem endokrin dan metabolik
Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan di bawah ini:
a. Pemberian insulin
b. Mengambil darah untuk pemeriksaan gula darah acak/post prandial
h. Gangguan sistem persarafan
Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan di bawah ini:
a. Melakukan pemeriksaan neurologis
b. Mengidentifikasi tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
c. Pemberian posisi untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial
d. Menyiapkan klien untuk tindakan lumbal fungsi
e. Menyiapkan klien untuk tindakan EEG, CT scan
f. Merawat anak dengan trepanasi
g. Merawat anak dalam keadaan kejang
i. Gangguan sistem persepsi sensori Melakukan
perawatan hidung, mata, telinga
j. Gangguan sistem integumen
Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan di bawah ini:
a. Melakukan perawatan luka
b. Merawat bayi/anak dengan varisela
c. Merawat bayi/anak dengan morbili
d. Merawat anak dengan infeksi jamur
k. Masalah pelaksanakan MTBS
Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan di bawah ini:
a. Mengenal gejala awal penyakit yang mengancam kehidupan
b. Klasifikasi penyakit
Lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan maternitas difokuskan pada wanita pada masa
ILMU KEPERAWATAN MATERNITAS
pranatal, natal, pascalahir, dan gangguan reproduksi yang sering terjadi pada wanita.
1. Lingkup masalah penelitian pada ibu hamil
• Pendidikan kesehatan dan tindakan pada ibu hamil
• Senam hamil
• Perawatan payudara
• Imunisasi tetanus pada ibu hamil
• Kegiatan sehari-hari
• Kebutuhan nutrisi dan pemeriksaan kehamilan
2. Lingkup masalah penelitian ibu intrapartum (kala I–IV) dan asuhan keperawatan bayi
baru lahir (pengkajian–evaluasi):
• Pemenuhan kebutuhan psikososial ibu inpartum
• Peran perawat dalam memonitor kemajuan persalinan (partograf)
• Peran perawat dalam menolong persalinan normal minimal tiga orang
• Peran perawat pada perawatan bayi setelah lahir (menghisap lendir, perawatan tali
pusat, menentukan apgar score, memandikan bayi, menimbang berat badan (BB)
mengukur panjang badan (PB), lingkar kepala, serta lingkar dada bayi)
3. Lingkup masalah penelitian keperawatan ibu pascapersalinan
• Perawatan vulva hygiene (W)
• Perawatan payudara (W)
• Peran perawatan pada pengelolaan perdarahan pascapersalinan
• Pendidikan kesehatan
1. Senam nifas
2. Cara menyusui yang benar
3. Perawatan nifas sehari-hari
4. Konseling KB dan pemberian kontrasepsi
4. Lingkup masalah penelitian keperawatan ibu dengan gangguan kesehatan sistem
reproduksi
• Faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan deteksi dini gangguan sistem
reproduksi
• Peran perawat dalam pemeriksaan diagnostik (pemeriksaan pap smear)
• Memberikan pendidikan kesehatan
• Pengembangan model asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan sistem
reproduksi
• Sindroma klimaktorium pada wanita menopause
• Dukungan sosial perawat dan keluarga pada tindakan pembedahan dan
kemoterapi
Komunitas
a. Pengkajian tentang pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan
kesehatannya melalui upaya pokok puskesmas yang ada di Indonesia.
b. Pengkajian tentang pelayanan kesehatan di dalam dan luar gedung puskesmas.
c. Identifikasi masalah kesehatan prioritas di wilayah kerja puskesmas.
d. Menyusun rencana strategi untuk menghentikan kendala terhadap pencapaian program
kesehatan di puskesmas.
e. Pendekatan peran serta masyarakat secara aktif.
f. Masalah penerapan proses keperawatan di komunitas (pengkajian, diagnosis,
perencanaan, dan evaluasi).
g. Identifikasi dan pemberdayaan sumber-sumber yang ada di masyarakat dalam konteks
asuhan keperawatan komunitas.
h. Penerapan model asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi) kepada kelompok khusus yang ditemui di wilayah kerja asuhan
keperawatan komunitas.
Keluarga
a. Komunikasi terapeutik setiap berhubungan dengan keluarga.
b. Identifikasi keluarga yang perlu mendapat asuhan keperawatan.
c. Identifikasi kemampuan, kelemahan, kesempatan, dan bahaya yang dimiliki oleh
keluarga binaannya.
d. Penerapan proses keperawatan (pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi).
e. Menyusun media dan strategi pendidikan kesehatan yang tepat bagi keluarga
binaannya sesuai dengan masalah kesehatan.
f. Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga binaannya sesuai dengan masalah
kesehatan.
g. Mendayagunakan kemampuan keluarga sebagai upaya promotif dan preventif.
h. Melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan keperawatan keluarga yang telah
dilakukan.
Gerontik
a. Identifikasi masalah-masalah kesehatan lansia di keluarga, komunitas, dan institusi layanan
(depresi, ketergantungan, gangguan fisik, demensia, dll).
b. Pengembangan model asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi) kepada lansia sebagai individu yang tinggal dalam
keluarga; panti/institusi pelayanan kesehatan.
c. Pemanfaatan sumber-sumber yang ada di masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, MR, & Tomey, AM. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 7th Ed. St. Louis,
Missouri: Mosby.
Barkway P. 2009. Psychology for Health Professionals. London: Churchill Livingstone
Elsevier.
Muir Cochrane E., Barkway P, Nizette D. 2010. Mosby’s Pocket Book of Mental Health.
Sydney: Mosby.
Nursalam. 2000. Pendekatan Paktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back,thCT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9 Ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Wong, D.L. 1995. Nursing Care of Infant and Children. 8th ed. St. Louis: Mosby
Company.
Bagian 3
METODOLOGI
PENELITIAN
PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas tentang rancangan penelitian yang sering digunakan pada penelitian
ilmu keperawatan. Pembahasan akan difokuskan pada rancangan deskriptif dan eksperimen.
Rancangan penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengkaji suatu fenomena berdasarkan
fakta empiris di lapangan. Sedangkan rancangan eksperimen lebih ditekankan pada pembuktian
dan pengembangan model penerapan ilmu keperawatan di lapangan melalui suatu intervensi
keperawatan dan observasi dari intervensi yang diberikan.
Rancangan atau rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,
memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat memengaruhi akurasi
suatu hasil. Istilah rancangan penelitian digunakan dalam dua hal; pertama, rancangan
penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum
perencanaan akhir pengumpulan data; dan kedua, rancangan penelitian digunakan untuk
mendefinisikan struktur penelitian yang akan dilaksanakan.
Rancangan juga dapat digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian.
Oleh karena itu, kemampuan dalam menyeleksi dan mengimplementasikan rancangan penelitian
sangat penting untuk meningkatkan kualitas penelitian dan hasilnya akan dapat dimanfaatkan.
Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat
oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan. Rancangan sangat
erat dengan kerangka konsep sebagai petunjuk perencanaan pelaksanaan suatu penelitian. Sebagai
“blueprint”, rancangan adalah suatu pola atau petunjuk secara umum yang dapat diaplikasikan
pada beberapa penelitian. Dengan adanya permasalahan penelitian yang jelas, kerangka konsep,
dan definisi variabel yang jelas, suatu rancangan dapat digunakan sebagai gambaran tentang
perencanaan penelitian secara rinci dalam hal pengumpulan dan analisis data.
158 Bagian 3: Metodologi Penelitian
Pada tahap ini, peneliti harus mempertimbangkan beberapa keputusan sehubungan dengan
metode yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan harus secara cermat
merencanakan pengumpulan data. Peneliti harus menyadari bahwa setiap metode yang digunakan
mempunyai dampak terhadap kualitas, kesatuan, dan interpretasi dari suatu hasil. Oleh karena
itu, peneliti harus dapat mengevaluasi keputusan untuk menentukan berapa banyak kebenaran
yang akan disajikan pada hasil penelitian.
Menurut Buns & Groves (1999) ada beberapa pertanyaan yang perlu dikaji pada
bagian penentuan rancangan penelitian, seperti berikut ini:
• Apakah tujuan utama penelitian untuk menjelaskan variabel dan kelompok berdasarkan
situasi penelitian, menguji suatu hubungan, atau menguji sebab akibat pada situasi
tertentu?
• Apakah akan menggunakan suatu perlakuan (treatment)?
• Jika ya, apakah perlakuan akan dikontrol oleh peneliti?
• Apakah akan dilakukan pra-tes pada sampel perlakuan?
• Apakah sampel akan diseleksi secara acak (random)?
• Apakah sampel akan diteliti sebagai satu kelompok atau dibagi menjadi beberapa
kelompok?
• Berapa besar kelompok yang akan diteliti?
• Berapa jumlah masing-masing kelompok?
• Apakah tiap kelompok akan dikontrol?
• Apakah tiap kelompok akan diberi tanda secara acak?
• Apakah pengukuran variabelnya akan diulang?
• Apakah menggunakan pengumpulan data cross-sectional atau cross-time?
• Apakah variabel sudah diidentifikasi?
• Apakah data yang sedang dikumpulkan memiliki banyak variabel?
• Strategi apakah yang digunakan untuk mengontrol variabel yang bervariasi?
• Strategi apakah yang digunakan untuk membandingkan suatu variabel atau
kelompok?
• Apakah suatu variabel akan dikumpulkan secara singkat atau bertingkat (multiple)?
Penyusunan rancangan penelitian memerlukan suatu pertimbangan yang matang dan rinci
sebagaimana tersebut di atas. Semakin hati-hati dalam berpikir secara rinci, rancangan
penelitian akan semakin kuat.
Tidak Ya
Tidak
Tidak Ya (hanya 2 saja Ya
Pengukuran
Variabel Deskripsi
1 variabel
Uji Interpretasi
Hubungan makna/arti
Variabel Deskripsi
2 variabel
Penelitian korelasional biasanya dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti dapat diukur
secara serentak dari suatu kelompok subjek. Hubungan antarvariabel ditunjukkan dengan
koefisien korelasi yang bergerak dari –1 sampai dengan +1. Korelasi –1 berarti korelasi negatif
sempurna, sedangkan korelasi +1 berarti positif sempurna. Variabel dikatakan berkorelasi
positif apabila variasi suatu variabel diikuti sejajar oleh variabel yang lain. Pada contoh
kasus di atas, makin tua usia pemberi perawatan, maka makin tinggi risiko merasa jenuh. Bila
variasi suatu variabel diikuti terbalik oleh variasi variabel lainnya, maka kedua variabel tersebut
berkorelasi negatif.
Cross Sectional (Hubungan dan Asosiasi)
Penelitian cross-sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi
data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel
independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut.
Tentunya tidak semua subjek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama,
akan tetapi baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja.
Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel dependen)
dihubungkan dengan penyebab (variabel dependen). Misalnya, peneliti ingin mempelajari
hubungan antara sikap perawat dan tingkat kecemasan klien infark miokard akut yang dirawat di
ruang UGD. Peneliti pada saat itu menilai atau menanyakan sikap perawat (sebagai variabel
independen) kemudian menilai tentang kecemasan klien pada saat itu juga, misalnya dengan
menggunakan instrumen kecemasan dari Hamilto Anxiety Rating Scale (HARS)
(Nursalam, 2008).
1) Kohort
Menurut Sastroasmoro & Ismail (1995) istilah kohort berasal dari Romawi kuno yang
berarti sekelompok tentara yang maju berbaris ke medan perang. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian epidemiologik noneksperimental yang mengkaji antara variabel
independen (faktor risiko) dan variabel dependen (efek/kejadian penyakit). Pendekatan
yang digunakan pada rancangan penelitian kohort adalah pendekatan waktu secara
longitudinal atau time period approach. Sehingga jenis penelitian ini disebut juga
penelitian prospektif. Menurut Sastroasmoro & Ismail (1995) peneliti mengobservasi
variabel independen terlebih dahulu (faktor risiko), kemudian subjek diikuti sampai waktu
tertentu untuk melihat terjadinya pengaruh pada variabel dependen (efek atau penyakit
yang diteliti).
Pada Gambar 7.2, pembagian antara variabel risiko dan nonrisiko terbagi secara
alamiah tanpa adanya suatu intervensi dari peneliti. Kemudian peneliti mengikuti secara
prospektif terhadap efek yang ditimbulkan. Misalnya, peneliti ingin menilai bayi yang
secara alamiah diberi susu buatan dan ASI. Peneliti mengikuti sampai batas waktu tertentu
(misalnya 1 tahun), kemudian mengobservasi kejadian asma bronkial pada kedua
kelompok tersebut. Ternyata ditemukan bahwa angka kejadian asma bronkial pada
kelompok subjek yang diberi susu buatan lebih tinggi dibandingkan pada bayi berusia
kurang dari 1 tahun yang mendapatkan ASI.
Peneliti mengobservasi PROSPEKTIF
pada waktu ini
Menilai Efek
Faktor Nonrisiko
Efek +/–
Gambar 6.2 Rancangan penelitian Kohort (prospektif) (Sastroasmoro & Ismail, 1995)
Peneliti mengobservasi
Menilai Faktor Risiko RETROSPEKTIF pada waktu ini
Faktor Risiko
Kasus: Asma
ASMA
Faktor Risiko
Kontrol: Tidak Asma
Sebagai kontrol pada jenis penelitian kasus kontrol, dipilih kelompok subjek yang berasal
dari populasi yang karakteristiknya sama dengan kasus dan hanya berbeda dalam hal
terdapatnya penyakit atau kelainan (asma bronkial).
Rancangan Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimental adalah suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari
hubungan sebab-akibat dengan adanya keterlibatan penelitian dalam melakukan manipulasi
terhadap variabel bebas. Eksperimen merupakan rancangan penelitian yang memberikan
pengujian hipotesis yang paling tertata dan cermat, sedangkan pada penelitian kohort atau kasus
kontrol hanya sampai pada tingkat dugaan kuat dengan landasan teori atau telaah logis yang
dilakukan peneliti. Akan tetapi studi ini pada umumnya mahal dan pelaksanaanya rumit,
sehingga penggunaannya terbatas.
Dilihat dari kemampuannya dalam mengontrol variabel-variabel penelitian, rancangan
penelitian eksperimental dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) pra-eksperimental; (2)
eksperimental semu; dan (3) eksperimental sungguhan.
b. Rancangan pra-pascates dalam satu kelompok (One-group pra-post test design) Ciri
tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan
intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi. Misalnya, peneliti mengobservasi
proses involusi ibu pascasalin sebelum melakukan senam nifas, kemudian keadaan
involusi uterinya diobservasi setelah senam.
c. Rancangan Solomon
Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes
R - I O
R - - O
R 0 I O
R 0 - O
R : random (acak)
X : variabel bebas atau perlakuan
0 : observasi (pengukuran)
I : intervensi (senam nifas)
DAFTAR PUSTAKA
Burns & Grove. 1999. The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B. Saunders Co.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back,thCT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9 Ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Sastroasmoro S. & Ismail S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Bab 7 • Populasi, Sampel, Sampling, dan Besar Sampel 169
Bab 7
Populasi, Sampel, Sampling,
dan Besar Sampel
Pada bab ini akan diuraikan tentang penentuan populasi, sampel, dan sampling (cara
pengambilan sampel), serta penentuan jumlah sampel. Setiap penelitian harus memiliki subjek,
bisa berupa manusia, hewan, barang-barang, dan atau tumbuhan. Pada penelitian keperawatan,
subjek penelitian hampir selalu menggunakan subjek manusia.
POPULASI
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan. Contoh: Semua klien yang telah menjalani operasi jantung di rumah
sakit.
Pembagian Populasi
Pembagian populasi menurut Sastroasmoro & Ismail (1995) meliputi: populasi target dan
populasi terjangkau.
a. Populasi target
Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi sasaran akhir
penelitian. Populasi menurut Polit dan Hungler (1999) target bersifat umum dan biasanya
pada penelitian klinis dibatasi oleh karakteristik demografis (meliputi jenis kelamin atau
usia). Misalnya, kita mempunyai kelompok populasi target pada klien diabetes melitus di
Surabaya.
b. Populasi terjangkau (Accessible Population)
Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan biasanya dapat
dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya. Misalnya, semua klien diabetes melitus yang
menjadi anggota Askes di Surabaya. Peneliti biasanya menjadikan sampel pada populasi
target tersebut dan diharapkan dapat dipergunakan untuk mewakili kelompok populasi
klien diabetes melitus yang ada di Surabaya.
170 Bagian 3: Metodologi Penelitian
Contoh
Dibatasi oleh
Stres hospitalisasi
karakteristik klinis dan
pada anak (jumlah
Populasi target demografis
tidak terbatas)
Gambar 7.1 Hubungan antara populasi, sampel, sampling, dan besar sampel
(Sastroasmoro & Ismail: 1995, dimodifikasi oleh Nursalam 2008)
Kriteria Populasi
Dalam mendefinisikan populasi, peneliti harus berfokus pada kriteria yang telah ditetapkan. Dasar
pertimbangan penentuan kriteria populasi, meliputi:
a. Biaya. Jika kita ingin meneliti pada populasi suku Madura, maka peneliti harus belajar
budaya dan bahasa Dayak agar dapat terjadi interaksi dengan baik. Keadaan tersebut
memerlukan waktu yang lama sehingga juga memerlukan biaya tambahan.
b. Praktik. Kesulitan dalam melibatkan populasi sebagai subjek karena berasal dari
daerah yang sulit dijangkau (misalnya, masyarakat Dayak yang tinggal terpencil di
pegunungan).
c. Kemampuan orang untuk berpartisipasi dalam penelitian. Kondisi kesehatan
seseorang yang menjadi subjek harus dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan
populasi. Misalnya orang dengan gangguan mental, tidak sadar, dan kondisi mental yang
tidak stabil perlu dikeluarkan sebagai kriteria populasi.
d. Pertimbangan rancangan penelitian. Pada penelitian dengan menggunakan
rancangan eksperimen, maka diperlukan populasi yang mempunyai kriteria
homogenitas dalam upaya untuk mengendalikan variabel random, perancu, dan variabel
lainnya yang akan mengganggu dalam penelitian.
Penggunaan kriteria tersebut dapat digunakan untuk mendefinisikan suatu populasi dalam
penelitian dan mempunyai dampak dalam menginterpretasi dan melakukan generalisasi
hasil.
SAMPEL DAN SAMPLING
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari
populasi yang dapat mewakili populasi yang ada.
Sampel
a. Syarat-syarat sampel
Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi saat menetapkan sampel, yaitu
representatif (mewakili) dan (2) sampel harus cukup banyak.
1) Representatif
Sampel yang representatif adalah sampel yang dapat mewakili populasi yang ada. Untuk
memperoleh hasil/kesimpulan penelitian yang menggambarkan keadaan populasi
penelitian, maka sampel yang diambil harus mewakili populasi yang ada. Untuk itu dalam
“sampling” harus direncanakan dan jangan asal saat mengambil sampel. Misalnya,
kita ingin meneliti hubungan antara pengetahuan klien dan ketaatan diet pada klien
diabetes. Dasar pendidikan klien ada yang tidak sekolah, tidak lulus SD, Lulus SD, SMP,
SMU, akademi, perguruan tinggi, dan lain-lain. Semua tingkat pendidikan tersebut harus
terdapat dalam sampel. Istilahnya terwakili dalam sampel penelitian kalau semua tingkat
pendidikan klien yang ada dalam populasi telah terwakili.
2) Sampel harus cukup banyak
Semakin banyak sampel, maka hasil penelitian mungkin akan lebih representatif.
Meskipun keseluruhan lapisan populasi telah terwakili, kalau jumlahnya kurang
memenuhi, maka kesimpulan hasil penelitian kurang atau bahkan tidak bisa
memberikan gambaran tentang populasi yang sesungguhnya. Sebenarnya tidak ada
pedoman umum yang digunakan untuk menentukan besarnya sampel untuk suatu
penelitian. Besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan dan
ketersediaan subjek dari penelitian itu sendiri. Polit dan Hungler (1999) menyatakan bahwa
semakin besar sampel yang dipergunakan semakin baik dan representatif hasil yang
diperoleh. Dengan kata lain semakin besar sampel, semakin mengurangi angka kesalahan.
Prinsip umum yang berlaku adalah sebaiknya dalam penelitian digunakan jumlah sampel
sebanyak mungkin. Namun demikian, penggunaan sampel sebesar 10%–20% untuk
subjek dengan jumlah lebih dari 1000 dipandang sudah cukup. Makin kecil jumlah
populasi, persentasi sampel harus semakin besar. Terdapat beberapa rumus yang dapat
dipergunakan untuk menentukan besar sampel.
PENENTUAN BESAR SAMPEL
N.z2 p.q.
n = d2 (N-1) + z2 . p.q
= 42,7
= 43 responsden
Za2 .p.q
n=
d2
Keterangan:
n = perkiraan besar sampel
N = perkiraan besar populasi
z = nilai standar normal untuk = 0,05 (1,96)
p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1 – p (100% – p)
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)
atau
N
n=
1 + N (d)2
Penentuan dengan rumus tersebut di atas tidak mutlak, khususnya jika tujuan penelitian
tidak untuk generalisasi.
Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik
sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh
sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Sastroasmoro & Ismail,
1995 & Nursalam, 2008). Cara pengambilan sampel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
probability sampling dan nonprobability sampling.
a. Probability sampling
Prinsip utama probability sampling adalah bahwa setiap subjek dalam populasi mempunyai
kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Setiap bagian populasi
mungkin berbeda satu dengan lainnya tetapi menyediakan populasi parameter, mempunyai
kesempatan menjadi sampel yang representatif. Dengan menggunakan sampling random, peneliti
tidak bisa memutuskan bahwa X lebih baik dari pada Y untuk penelitian. Demikian juga, peneliti
tidak bisa mengikutsertakan orang yang telah dipilih sebagai subjek karena mereka tidak setuju
atau tidak senang dengan subjek atau sulit untuk dilibatkan.
1) Simple random sampling
Pemilihan sampel dengan cara ini merupakan jenis probabilitas yang paling sederhana.
Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara acak. Jika sampling frame
kecil, nama bisa ditulis pada secarik kertas, diletakkan di kotak, diaduk, dan diambil
secara acak setelah semuanya terkumpul. Misalnya, kita ingin mengambil sampel 30 orang
dari 100 populasi yang tersedia, maka secara acak kita mengambil 30 sampel melalui
lemparan dadu atau pengambilan nomor yang telah ditulis.
2) Stratified random sampling
Stratified artinya strata atau kedudukan subjek (seseorang) di masyarakat. Jenis
sampling ini digunakan peneliti untuk mengetahui beberapa variabel pada populasi yang
merupakan hal yang penting untuk mencapai sampel yang representatif. Misalnya, jika
kita merencanakan ada 100 sampel, peneliti mengelompokkan 25
subjek dengan tingkat pendidikan: tidak sekolah dan SD tidak tamat; dasar (SD dan SMP);
SLTA; dan perguruan tinggi. Pada jenis sampling ini harus diyakinkan bahwa semua
variabel yang diidentifikasi akan mewakili populasi.
3) Cluster sampling
Cluster berarti pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi. Jenis
sampling ini dapat dipergunakan dalam dua situasi. Pertama jika simple random
sampling tidak memungkinkan karena alasan jarak dan biaya; kedua peneliti tidak
mengetahui alamat dari populasi secara pasti dan tidak memungkinkan menyusun
sampling frame. Misalnya, peneliti ingin meneliti anak yang mengalami stres
hospitalisasi. Maka peneliti mengambil sampel pada klien anak berdasarkan tempat klien
dirawat (di rumah sakit A, B, C) yang mempunyai karakteristik yang berbeda.
4) Systematic sampling
Pengambilan sampel secara sistematik dapat dilaksanakan jika tersedia daftar subjek yang
dibutuhkan. Jika jumlah populasi adalah N= 1200 dan sampel yang dipilih= 50, maka
setiap kelipatan 24 orang akan menjadi sampel (1200:50 = 24). Maka sampel yang
dipilih didasarkan pada nomor kelipatan 24, yaitu sampel no. 24, 48, dan seterusnya.
b. Nonprobability sampling
1) Purposive sampling
Purposive sampling disebut juga judgement sampling. Adalah suatu teknik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Misal, kita ingin meneliti
peran keluarga dalam perawatan klien skizofrenia di rumah, maka peneliti memilih subjek
pada keluarga klien yang mempunyai anak dengan skizofrenia.
2) Consecutive sampling
Pemilihan sampel dengan consecutive (berurutan) adalah pemilihan sampel dengan
menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian
sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi
(Sastroasmoro & Ismail, 1995: 49). Jenis sampling ini merupakan jenis non-probability
sampling yang terbaik dan cara yang agak mudah. Untuk dapat menyerupai probability
sampling, dapat diupayakan dengan menambahkan jangka waktu pemilihan klien.
Misalnya, terjadinya wabah demam berdarah selama kurun waktu tertentu di mana waktu
tersebut menunjukkan terjadinya puncak insiden demam berdarah. Jenis sampling ini
sering dipergunakan pada penelitian epidemiologi di komunitas.
3) Convinience sampling
Pemilihan sampel convinience adalah cara penetapan sampel dengan mencari subjek atas
dasar hal-hal yang menyenangkan atau mengenakkan peneliti. Sampling ini dipilih
apabila kurangnya pendekatan dan tidak memungkinkan untuk mengontrol bias. Subjek
dijadikan sampel karena kebetulan dijumpai di tempat dan waktu
secara bersamaan pada pengumpulan data. Dengan cara ini, sampel diambil tanpa
sistematika tertentu, sehingga tidak dapat dianggap mewakili populasi sumber, apalagi
populasi target. Misalnya, pada waktu peneliti praktik di ruangan kebetulan menjumpai
klien yang diperlukan (sesuai masalah penelitian), maka peneliti langsung menetapkan
subjek tersebut untuk diambil datanya. Kemudian peneliti cuti dan tidak melanjutkan.
Setelah beberapa lama, peneliti melanjutkan lagi pemilihan subjek, demikian
seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit. DE & Hungler, BP. 1999. Nursing Research. Principles and Methods. 6th Ed.
Philadelphia: JB Lippincott.
Polit DF & Back,thCT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9 Ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Sastroasmoro S. & Ismail S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Bab 8 • Variabel dan Definisi Operasional 177
Bab 8
Variabel Penelitian dan
Definisi Operasional
VARIABEL
Definisi
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda,
manusia, dan lain-lain) (Soeparto, Putra, & Haryanto, 2000). Ciri yang dimiliki oleh anggota
suatu kelompok (orang, benda, situasi) berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut
(Rafii, 1985). Dalam riset, variabel dikarakteristikkan sebagai derajat, jumlah, dan perbedaan.
Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu
fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian. Konsep yang dituju dalam suatu
penelitian bersifat konkret dan secara langsung bisa diukur, misalnya denyut jantung,
hemoglobin, dan pernapasan tiap menit. Sesuatu yang konkret tersebut bisa diartikan sebagai
suatu variabel dalam penelitian.
Jenis Variabel
Jenis variabel diklasifikasikan menjadi bermacam-macam tipe untuk menjelaskan
penggunaannya dalam penelitian. Beberapa variabel dimanipulasi, yang lainnya sebagai kontrol.
Beberapa variabel diidentifikasi tetapi tidak diukur dan yang lainnya diukur dengan
pengukuran sebagian. Macam-macam tipe variabel meliputi: (1) independen; (2) dependen; (3)
moderator (intervening); (4) perancu (confounding); (5) kendali/kontrol;
dan (6) (Nursalam, 2008).
(1) Variabel independen (bebas)
Variabel yang memengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan
stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel
dependen. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui
hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain. Dalam ilmu keperawatan, variabel
bebas biasanya merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien untuk memengaruhi tingkah laku klien.
178 Bagian 3: Metodologi Penelitian
Konsep = A B
C
Uji statistik yang dipilih adalah ANOVA (analysis of variance) Cara
menyingkirkan perancu:
• Restriksi, menyingkirkan variabel perancu dari setiap subjek penelitian dengan
memperketat kriteria sampel.
• Matching, proses menyamakan variabel perancu diantara dua kelompok.
• Randomisasi merupakan cara efektif untuk menyingkirkan pengaruh variabel
perancu. Dengan melakukan randomisasi maka variabel perancu akan terbagi secara
seimbang di antara kelompok.
(5) Variabel kendali (kontrol)
Adalah variabel yang nilainya dikendalikan dalam penelitian (baik seluruhnya ataupun
sebagian saja). Tidak semua variabel di dalam suatu penelitian dapat dipelajari
sekaligus dalam waktu yang sama. Beberapa di antara variabel tersebut harus dinetralkan
pengaruhnya untuk menjamin agar variabel tersebut tidak mengganggu hubungan antara
variabel bebas dan terikat. Variabel-variabel yang pengaruhnya harus dinetralkan
tersebut disebut variabel-variabel kontrol. Jadi variabel kontrol adalah faktor-faktor
yang dinetralkan pengaruhnya oleh peneliti karena jika tidak demikian diduga ikut
memengaruhi hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel kontrol berbeda
dengan variabel moderator. Penetapan suatu variabel menjadi suatu variabel moderator
adalah untuk dipelajari (dianalisis) pengaruhnya, sedangkan penetapan suatu variabel
menjadi variabel kontrol adalah untuk dinetralkan/disamakan pengaruhnya.
Contohnya: Pada penelitian tentang pengaruh senam nifas pada ibu pascasalin
terhadap involusi uteri, maka paritas bisa dianggap sebagai variabel kontrol.
Pengontrolan dapat dilakukan dengan (1) membatasi sampel pada ibu-ibu pascasalin
dengan paritas satu saja (mengendalikan sebagian) dan (2) mengendalikan dengan analisis
statistik, artinya variabel paritas dibiarkan ada kemudian dikelompokkan menjadi
paritas 1, paritas 2, dan seterusnya.
6) Variabel random
Variabel yang tanpa diduga ternyata berperan di dalam mekanisme yang sedang kita
pelajari. Atau dengan kata lain variabel yang dengan sengaja kita abaikan
keberadaannya, meskipun kita ketahui variabel tersebut ikut berperan dalam
mekanisme tersebut.
Konsep
X
1
X
2
X3 Y
X
4
X
5
X6 (tidak diukur)
X6 dalam hal ini berperan sebagai variabel acak
DEFINISI OPERASIONAL
b. Definisi
Definisi berasal dari kata definition (latin). Ada dua macam definisi, yaitu definisi nominal dan
definisi riil. Definisi nominal menerangkan arti kata; hakiki; ciri; maksud; dan kegunaan;
serta asal muasal (sebab). Definisi riil menerangkan objek yang dibatasinya, terdiri atas dua
unsur: unsur yang menyamakan dengan hal yang lain dan unsur yang membedakan dengan
hal lain.
Aturan membuat definisi:
1. Definisi harus dapat dibolak-balikkan dengan hal yang didefinisikan (luas keduanya harus
sama)
2. Definisi tidak boleh negatif. Misal, kepuasan adalah tidak senang
3. Apa yang didefinisikan tidak boleh masuk dalam definisi. Misalnya, kepuasan adalah
rasa puas yang dirasakan seseorang terhadap ………
4. Definisi tidak boleh dinyatakan dalam bahasa yang kabur (ambigious). Misalnya,
kepuasan adalah rasa batin yang bersifat individual ………………..
Tabel 8-1 Langkah-langkah penyusunan definisi (Jika definisi suatu istilah sangat kompleks)
Variabel yang telah didefinisikan perlu dijelaskan secara operasional, sebab setiap istilah
(variabel) dapat diartikan secara berbeda-beda oleh orang yang berlainan. Penelitian adalah
proses komunikasi dan komunikasi memerlukan akurasi bahasa agar tidak menimbulkan
perbedaan pengertian antarorang dan agar orang lain dapat mengulangi penelitian tersebut. Jadi
definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi.
Contoh operasional dalam penulisan definisi operasional pada skripsi dan tesis dapat dibaca pada
bagian pedoman penulisan skripsi.
Ada berbagai cara untuk mendefinisikan suatu variabel. Ada kalanya definisi tersebut
sekadar sinonim atau konseptual. Sinonim dari suatu variabel biasanya dapat ditemukan di
kamus, sedangkan definisi yang konseptual merupakan deskripsi mengenai apa dan mengapa,
biasanya dapat ditemukan di buku teks. Definisi operasional adalah definisi berdasarkan
karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat
diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap
suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam,
2002). Sebaliknya definisi konseptual menggambarkan sesuatu berdasarkan kriteria konseptual
atau hipotetik dan bukan pada ciri-ciri yang dapat diamati.
Contoh definisi operasional lengkap sebagaimana contoh pada pedoman skripsi dan tesis
(terlampir).
DAFTAR PUSTAKA
Babbie, E. 1999. The Basics of Social Research. Belmont: Wadsworth Pub. Co.
Nursalam. 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back,thCT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9 Ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Rafii’. 1993. Metode Statistik analisis untuk Penarikan Kesimpulan. Jakarta: Penerbit Bina
Cipta Anggota IKAPI.
Sastroasmoro S. & Ismail S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Soeparto O, Putra ST, Haryanto. 2000. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: GRAMIK &
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Wilson, HS. 1993. Introducing Research in Nursing. 2nd ed. Redword, California: Addison-
Wesley Nursing.
Bab 9 • Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data 183
Bab 9
Penyusunan Instrumen
dan Pengumpulan Data
Pada bab ini akan dibahas tentang dua pokok bahasan. Pokok bahasan pertama membahas tentang
penyusunan instrumen pada penelitian ilmu keperawatan, yang meliputi pengkajian teori
keperawatan sebagai kerangka penyusunan instrumen, penggunaan, dan pengembangannya.
Contoh-contoh operasional tentang instrumen pada penelitian ilmu keperawatan dapat dilihat
pada bagian contoh-contoh instrumen. Pokok bahasan kedua membahas tentang prosedur
pengumpulan data, yang meliputi dasar-dasar karakteristik pengumpulan data: struktur,
pengukuran, objektivitas, dan tidak melanggar etika.
PENYUSUNAN INSTRUMEN
Pada bagian ini penulis menekankan pada prinsip-prinsip penyusunan instrumen dan jenis-jenis
instrumen yang sering dipergunakan pada penelitian ilmu keperawatan. Dua karakteristik alat
ukur yang harus diperhatikan peneliti adalah validitas dan reliabilitas. Validitas (kesahihan)
menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas (keandalan) adalah adanya
suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu
yang berbeda.
b. Reliabilitas (keandalan)
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup
tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur
atau mengamati sama-sama memegang peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan.
Perlu diperhatikan bahwa reliabel belum tentu akurat. Dalam suatu penelitian nonsosial,
reliabilitas suatu pengukuran ataupun pengamatan lebih mudah dikendalikan daripada
penelitian keperawatan, terutama dalam aspek psikososial. Biasanya, dalam penelitian
nonsosial sudah ada standar internasional untuk pengukuran atau pengamatan. Misalnya perlu
alat yang andal untuk mengukur temperatur, tekanan darah, dan lain-lain.
Sedangkan dalam penelitian keperawatan (psikosial), walaupun sudah ada beberapa
pertanyaan (kuesioner) yang sudah distandardisasi secara nasional maupun internasional,
peneliti perlu menyeleksi instrumen yang dipilih dengan mempertimbangkan keadaan sosial
budaya dari area penelitian.
Ada beberapa cara pengukuran yang dapat dipakai untuk melihat reliabilitas dalam
pengumpulan data di bidang kedokteran, yaitu prinsip (1) stabilitas: mempunyai kesamaan bila
dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang berbeda; (2) ekuivalen: pengukuran
memberikan hasil yang sama pada kejadian yang sama; (3) homogenitas (kesamaan):
instrumen yang dipergunakan harus mempunyai isi yang sama.
Ketiga prinsip reliabilitas tersebut dapat dijelaskan seperti berikut ini:
(1) Dalam menanyakan suatu fakta/kenyataan hidup pada sasaran penelitian harus
memerhatikan relevansi pertanyaan bagi responsden, artinya menanyakan sesuatu yang
dikenal responsden. Misalnya jika akan menanyakan adanya mastitis pada masa kala nifas
pada ibu-ibu. Sangat mungkin subjek mastitis itu dikenal dengan istilah yang lain. Kalau
si penanya bertanya pernahkah ibu menderita mastitis, pasti semua ibu menjawab tidak
pernah. Akan tetapi kalau penanya menanyakan pernahkah lecet pada puting susu, semua
ibu akan menjawab pernah.
(2) Pertanyaan yang diajukan harus cukup jelas berdasarkan kemampuan responsden. Ini
penting mengingat tingkat intelektualitas responsden dan penanya belum tentu sama. Untuk
itu pewawancara perlu dilatih dan disamakan interprestasi pertanyaan antara peneliti dan
petugas pengumpul data, sehingga petugas dapat menjelaskan secara rinci maksud dan
tujuan pengukuran atau pengamatan pada sasaran penelitian.
(3) Perlu adanya suatu penekanan atau pengulangan. Kadang-kadang peneliti/petugas dapat
menanyakan satu pertanyaan dengan lebih dari satu kali dalam waktu yang berbeda.
Jawaban responsden harusnya sama walau ditanyakan pada waktu yang berbeda. Perlu
sekali peneliti mengukur fakta/kenyataan hidup berkali-kali pada waktu yang berbeda
(misal mengukur tekanan darah penderita dapat dilakukan tiga hari berturut-turut tiap pagi
atau diukur waktu pagi, siang, dan malam). Selain itu, dapat juga orang yang mengukur
yang berbeda sehingga tekanan darah penderita itu diukur oleh sejumlah orang.
(4) Standardisasi. Peneliti memakai ukuran atau pengamatan yang sudah distandardisasi
keandalannya. Ini mudah dalam penelitian nonkeperawatan dan nonsosial, tetapi kurang
tepat untuk penelitian keperawatan mengingat masalah keperawatan yang terjadi pada
klien lebih banyak ditemukan pada masalah-maslah klien yang berhubungan dengan psiko-
sosial-spiritual, selain juga ada faktor fisiologis.
Jenis-jenis Instrumen
Jenis instrumen penelitian yang dapat dipergunakan pada ilmu keperawatan dapat
diklasifikasikan menjadi 5 bagian, yang meliputi pengukuran (1) biofisiologis; (2) observasi;
(3) wawancara, (4) kuesioner, dan (5) skala (Nursalam, 2008).
Pada penyusunan instrumen penelitian tahap awal perlu dituliskan data-data tentang
karakteristik responsden: umur, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin, dan data
demografi lainnya. Meskipun data tersebut tidak dianalisis, tetapi akan sangat membantu peneliti
jika sewaktu-waktu dibutuhkan daripada harus kembali mencari responsden lagi.
a. Pengukuran Biofisiologis
Pengukuran biofisiologis adalah pengukuran yang dipergunakan pada tindakan keperawatan
yang berorientasi pada dimensi fisiologi. Contoh, pengukuran aktivitas dasar klien, perawatan
kebersihan mulut, perawatan dekubitus, infeksi kontrol sehubungan dengan pemasangan
kateter, dan perawatan trakeostomi. Meskipun pengukuran tersebut sangat sederhana, untuk
mendapatkan hasil yang valid membutuhkan waktu dan biaya yang tinggi. Instrumen
pengumpulan data pada fisiologis dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1) In-vivo: Observasi proses fisiologis tubuh, tanpa pengambilan bahan/spesimen dari
tubuh klien. Misalnya pengukuran penurunan tekanan darah pada penelitian pengaruh
penggunaan obat jenis anestesi X terhadap penurunan tekanan darah pada klien selama
laparostomi.
2) In-vitro: Pengambilan suatu bahan/spesimen dari klien. Misalnya tingkat stres pada klien
IMA laki-laki dan perempuan (pengambilan urine untuk memeriksa kadar hormon
stres: kortisol, katekolamin, dan penurunan imun).
Kebersihan
• Mencuci tangan atau anggota ekstremitas lain
• Menggosok gigi
• Mencuci kuku
• Menyisir rambut
• Mencukur jambang/kumis
Berpakaian/berdandan
• Mengancingkan atau melepas sabuk
• Menaikkan atau menurunkan celana
• Mengikat atau melepas tali sepatu
• Memasang dan melepas kacamata
• Memasang atau melepas cincin
c. Wawancara
1) Tidak terstruktur
Jenis pengukuran ini dipergunakan pada penelitian deskriptif dan kualitatif. Pertanyaan
yang diajukan mencakup permasalahan secara luas yang menyangkut kepribadian,
perasaan, dan emosi seseorang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali emosi dan
pendapat dari subjek terhadap suatu masalah penelitian.
Terdapat beberapa jenis pengukuran pada jenis wawancara ini:
(a) Wawancara secara langung tanpa adanya suatu topik khusus yang dibicarakan. Tujuan
dari wawancara adalah untuk menggali persepsi subjek secara umum tanpa adanya
intervensi jawaban dari peneliti. Misalnya penelitian Robertson (1992)
tentang pendapat 23 ras Afrika yang tinggal di Amerika “Apa arti ketidakpatuhan klien
terhadap program pengobatan pada klien dengan penyakit kronis” (Polit dan Back,
2012).
(b) Focus interview. Jenis ini dipergunakan oleh peneliti kepada subjek yang
menggunakan pertanyaan secara luas. Jenis pertanyaan biasanya berhubungan dengan
suatu dorongan agar subjek bersedia berbicara secara terbuka, tidak hanya pertanyaan ya
dan tidak. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Flaskerud & Calvillo (1991)
dalam Polit dan Back (2012) tentang pendapat 59 wanita Latin dengan sosial
ekonomi rendah tentang “Apa kepercayaaan wanita Latin tentang penyebab dan
pengobatan penderita yang mengidap AIDS”.
(c) Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu teknik penelitian kualitatif yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi (perasaan, pikiran) berdasarkan
pengamatan subjektif dari sekelompok sasaran terhadap suatu situasi/produk tertentu.
Sasaran diskusi biasanya homogen dengan jumlah kelompok berkisar 6-12 orang,
diskusi berakhir 1-2 jam dipimpin oleh moderator. Moderator berusaha menjalin
hubungan yang akrab dengan responsden sehingga responsden dapat mengemukakan
secara jujur/terbuka terhadap hal-hal yang menyangkut kepribadian, perasaan, dan
emosi yang sesungguhnya. Jenis pengukuran ini juga digunakan pada penelitian
di perusahaan/instansi. Jumlah subjek biasanya cenderung sedikit (pimpinan atau
orang yang dianggap dapat mewakili kelompoknya) (Nursalam, 2008).
(d) Riwayat hidup. Jenis penelitian ini merupakan penjabaran tentang pengalaman hidup
seseorang.
(e) Catatan kehidupan (diaries)
Penelitian ini digunakan untuk menanyakan kepada subjek tentang kehidupan yang
terjadi selama ini berdasarkan catatan kehidupannya.
(2) Terstruktur
Pengukuran wawancara terstruktur meliputi strategi yang memungkinkan adanya suatu
kontrol dari pembicaraan sesuai dengan isi yang diinginkan peneliti. Daftar pertanyaan
biasanya sudah disusun sebelum wawancara dan ditanyakan secara urut. Untuk jenis
wawancara terstruktur yang lebih ketat, peneliti hanya diperkenankan bertanya apa adanya
sesuai dengan pertanyaan yang telah disusun. Jika responsden tidak jelas, peneliti hanya
boleh mengulang pertanyaan yang sama.
Tahapan penyusunan wawancara terstruktur meliputi a) menyusun pertanyaan,
b) pilot testing, c) latihan, d) persiapan, e) pengulangan (probing), dan f) recording.
d. Kuesioner
Pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk
menjawab pertanyaan secara tertulis. Pertanyaan yang diajukan dapat juga dibedakan menjadi
pertanyaan terstruktur, peneliti hanya menjawab sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan
dan tidak terstruktur, yaitu subjek menjawab secara bebas tentang sejumlah pertanyaan yang
diajukan secara terbuka oleh peneliti. Pertanyaan dapat diajukan
secara langsung kepada subjek atau disampaikan secara lisan oleh peneliti dari pertanyaan yang
sudah tertulis. Hal ini dilakukan khususnya kepada subjek yang buta huruf, lanjut usia, dan
subjek dengan kesulitan membaca yang lain.
Macam kuesioner adalah sebagai berikut.
1) Open ended questions
Misal: Apa yang Anda lakukan apabila Anda diketahui terkena AIDS?
2) Closed ended
questions
(a) Dichotomy question
Misal: Apakah Anda pernah masuk rumah sakit? ( )
Ya
( ) Tidak
(b) Multiple choice
Seberapa pentingkah bagi Anda untuk menghindari hamil pada saat sekarang ini?
( ) Sangat penting (
) Penting
( ) Biasa saja
( ) Tidak penting
3) Rating question
Misal: Pada skala 1 sampai dengan 10, di mana 0 menandakan sangat tidak puas dan 10
sangat memuaskan, bagaimanakah kepuasan tanggapan Anda terhadap pelayanan
keperawatan di rumah sakit selama dirawat disini?
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4) Cafetaria questions
Misal: Setiap orang memiliki perbedaan dalam hal penggunaan terapi estrogen-
replacement pada menopause. Pernyataan di bawah ini manakah yang mewakili
pendapat Anda?
( ) Estrogen-Replacement (E-R) sangat berbahaya dan harus dilarang
( ) E-R mempunyai efek samping sehingga memerlukan pengawasan yang ketat dalam
pemakaiannya
( ) Saya tidak mempunyai pendapat tentang penggunaan E-R
(5) Rank order question
Misal: Orang hidup mempunyai pandangan yang berbeda. Berikut ini daftar tentang
prinsip-prinsip hidup. Silahkan menuliskan angka sesuai prioritas yang menurut Anda
benar, 1 yang Saudara anggap sangat penting, 2 kurang penting, dan seterusnya.
( ) Karier dan sukses
( ) Berhasil dalam berkeluarga
( ) Baik hati dan sosial
( ) Sehat
( ) Uang/materi (
) Agama
(6) Forced-choiced question
Misal: Pernyataan manakah yang mewakili perasaan Anda sekarang? ( )
Apa yang sedang terjadi dengan saya saat ini?
( ) Kadang-kadang saya merasa tidak bisa mengendalikan diri dalam hidup saya
e. Skala Pengukuran
Skala psikososial merupakan jenis instrumen self-report yang digunakan oleh peneliti
perawat yang dikombinasikan dengan jenis pengukuran wawancara dan kuesioner. Skala
merupakan bagian dari desain penilaian penomoran terhadap pendapat subjek mengenai hal-hal
yang dirasakan ataupun keadaan fisiologis subjek.
Jenis pengukuran ini sering dipergunakan kepada subjek tentang kecemasan, konsep diri,
koping, depresi, harapan, distres menstruasi, nyeri, kepuasan, dukungan sosial, dan stres
(contoh-contoh instrumen dapat dilihat pada bagian pembahasan tentang instrumen).
(1) Visual Analog Scale (VAS) dan Pengukuran Nyeri Lainnya (Nursalam, 2011)
Jenis pengukuran ini dipergunakan untuk mengukur pengalaman subjektif, misalnya nyeri,
mual dan sesak. Jenis ini dapat diukur dengan menggunakan suatu garis dimulai dari
garis paling awal (paling ringan) sampai garis paling akhir (paling berat). Pengunaan VAS
pada nyeri biasanya digambarkan seperti di bawah ini dengan nilai mulai dari 0 sampai
100:
100
Garis ukur
sampai 100
Tidak nyeri
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan
karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam
pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan teknik instrumen yang
digunakan (Burns dan Grove, 1999). Selama proses pengumpulan data, peneliti
memfokuskan pada penyediaan subjek, melatih tenaga pengumpul data (jika diperlukan),
memerhatikan prinsip-prinsip validitas dan reliabilitas, serta menyelesaikan masalah-
masalah yang terjadi agar data dapat terkumpul sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
a. Memilih subjek
Subjek dapat dipilih selama proses pengumpulan data. Penentuan pemilihan subjek
bergantung pada rancangan penelitian yang digunakan peneliti. Penetapan subjek biasanya
direncanakan secara cermat karena analisis data dan interpretasi hasil bergantung pada akurasi
jumlah subjek yang dipilih. Peneliti harus mempertimbangkan faktor-faktor yang terjadi
selama proses pengumpulan data untuk menghindari terjadinya suatu bias penelitian. Faktor-
faktor penghambat dalam pemilihan subjek antara lain (1) semakin meningkatnya perawat
yang melakukan riset, sehingga jumlah subjek juga terbatas, (2) melibatkan klien atau perawat
sebagai subjek berarti juga menjadi masalah bagi perawatan dan institusi, dan (3) klien
dilindungi secara hukum dari berbagai kegiatan penelitian yang mungkin dapat merugikan
klien.
b. Mengumpulkan data secara konsisten
Konsep agar pengumpulan data dapat akurat adalah perlunya suatu konsistensi. Konsistensi
tersebut perlu untuk mempertahankan pola pengumpulan data pada setiap tahap berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi perbedaan hasil antara
waktu pengumpulan data yang satu dengan yang lainnya.
e. Memecahkan masalah
Masalah dapat dipersepsikan sebagai suatu frustrasi atau sebagai suatu tantangan. Tugas yang
terpenting dalam pengumpulan data adalah menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi. Jalan
yang bisa ditempuh untuk dapat menyelesaikan masalah pada pengumpulan data adalah perlu
adanya orang lain untuk memberikan masukan dan berdiskusi untuk mencari jalan keluar yang
terbaik, agar tujuan penelitian dapat dicapai.
a. Prinsip manfaat
1) Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek, khususnya
jika menggunakan tindakan khusus.
2) Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang tidak
menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau
informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat
merugikan subjek dalam bentuk apa pun.
3) Risiko (benefits ratio)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan berakibat
kepada subjek pada setiap tindakan.
b. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
1) Hak untuk ikut/tidak menjadi responsden (right to self determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak memutuskan apakah
mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apa pun atau akan
berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang klien.
2) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full
disclosure)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika
ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
3) Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang
akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi
responsden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh
hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Burns N & Grove, S.K. 1999. Understanding Nursing Research. 2nd ed. Philadelphia: W.B.
Saunders.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back,th CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9 ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Sastroasmoro, S. & Ismail, S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Nursalam & Siti Pariani. 2000. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
Sagung Seto.
Bab 10 • Analisis Data Penelitian Kuantitatif 197
Bab 10
Analisis Data Penelitian
Kuantitatif
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan tahapan dan berbagai macam uji statistik yang sesuai pada analisis
data. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok
penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengungkap fenomena. Data
mentah yang didapat, tidak dapat menggambarkan informasi yang diinginkan untuk
menjawab masalah penelitian.
Statistik merupakan alat yang sering dipergunakan pada penelitian kuantitatif. Menurut
Windu Purnomo (2002), salah satu fungsi statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang
berjumlah sangat besar menjadi informasi yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca.
Di samping itu, uji statistik dapat membuktikan hubungan, perbedaan, atau pengaruh hasil
yang diperoleh pada variabel-variabel yang diteliti.
Karena statistik akan digunakan sebagai ilmu bantu untuk menelaah berbagai cabang
ilmu pengetahuan, termasuk ilmu keperawatan, maka perlu diperhatikan beberapa kaidahnya.
Kaidah yang harus diingat bahwa statistik merupakan sekumpulan metode untuk membuat
keputusan yang bijaksana pada keadaan yang tidak menentu atau ketidakpastian. Untuk
membuat keputusan, statistik memberikan metode bagaimana memperoleh dan menganalisis
data dalam proses mengambil suatu kesimpulan berdasarkan data tersebut.
Tujuan mengolah data dengan statistik adalah untuk membantu menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian dari kegiatan praktis maupun keilmuan. Dalam hal ini, statistika
berguna saat menetapkan bentuk dan banyaknya data yang diperlukan. Di samping itu, juga
terlibat dalam pengumpulan, tabulasi, dan penafsiran data.
b. Bersifat objektif. Statistika sebagai alat penilai kenyataan yang berbicara apa adanya.
c. Bersifat universal. Statistika dapat digunakan hampir dalam semua bidang penelitian.
Sebagaimana telah dijelaskan tentang tahap-tahap penelitian, maka statistika mempunyai peran
PERAN STATISTIK DALAM TAHAPAN PENELITIAN
pada setiap tahap kegiatan keilmuan atau penelitian.
Dalam kegiatan keilmuan, kedelapan tahap tersebut saling berkaitan, sehingga kadang-
kadang sulit untuk menggambarkan perkembangan suatu penyelidikan keilmuan dalam skema
yang kaku tersebut. Kadang-kadang tahap yang satu bergabung dengan tahap lainnya, atau tahap-
tahap itu tidak terlihat jelas perbedaannya, dan sering kali tahap- tahap itu tidak timbul dalam
urutan seperti yang digambarkan. Secara umum statistika mempunyai peran yang sangat penting
pada tahap kelima (pengumpulan data); keenam (manajemen dan analisis data); ketujuh
(generalisasi dan kesimpulan); dan kadang-kadang dalam batas tertentu penting pada tahap ketiga
(formulasi hipotesis) dan tahap keempat (penentuan model untuk menguji hipotesis).
Tahap pengumpulan data sampai dengan tahap generalisasi disebut sebagai tahap pengujian
kebenaran. Pada tahap ini, sebuah hipotesis dianggap telah teruji kebenarannya jika ramalan
yang dihasilkan didukung oleh fakta. Dalam ilmu biologi, termasuk ilmu keperawatan suatu
ramalan baru teruji setelah diikuti lama baik secara prospektif dan retrospektif.
1. Masalah & rumusan
masalah
2. 8.
Studi pustaka S Laporan ilmiah
T
A
T
3. I 7.
Formulasi hipotesis S Generalisasi & kesimpulan
T
I
K 6.
4.
Model pengujian hipotesis Manajemen & analisis data
5.
Pengumpulan data
ANALISIS DATA
Analisis statistik digunakan pada data kuantitatif atau data yang dikuantifikasi. Sedangkan data
tekstular mungkin hanya dianalisis, misalnya berdasarkan isi yang disebut dengan content
analysis, yaitu analisis data yang didasarkan pada kualitas isi berdasarkan kode/ kata kunci yang
telah ditetapkan oleh peneliti. Penelitian yang metode analisisnya seperti tersebut dimasukkan
dalam kategori metode kualitatif. Pada penelitian bidang ilmu keperawatan, metode tersebut
sering dipergunakan khususnya saat menggali pendapat masyarakat atau klien tentang sesuatu hal
yang berhubungan dengan penyakitnya (Windu Purnomo, 2002).
Pada proses kuantifikasi, data maupun variabel dapat diklasifikasikan dalam empat jenis
skala pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Burns & Grove. 1999. The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B. Saunders Co.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for
Nursing Practice. 9thed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Rafii’. 1993. Metode Statistik analisis untuk Penarikan Kesimpulan. Jakarta: Penerbit Bina
Cipta Anggota IKAPI.
Windu Purnomo. 2002. Pengolahan dan Analisis Data pada Riset Kuantitatif. Makalah
Seminar Disampaikan pada Pelatihan Metodologi Riset Keperawatan. PPNI Jawa
Timur, Surabaya, 25−28 Maret 2002.
Bab 11 • Penulisan Hasil Penelitian 207
Bab 11
Penulisan Hasil Penelitian
PENDAHULUAN
Pada bab ini hanya akan dibahas penulisan laporan skripsi atau tesis dari hasil penelitian jenis
kuantitatif. Penulisan ditekankan pada konsistensi tulisan dan konsistensi penulisan metodologi.
Konsistensi tulisan meliputi penggunaan istilah, penomoran, penggunaan huruf/angka, dan lain-
lain. Konsistensi penulisan metodologi meliputi kerangka konseptual, desain, populasi dan
sampel, variabel dan definisi operasional, pengumpulan dan analisis data, penyajian hasil dan
pembahasan, serta kesimpulan dan saran.
Penulisan hasil penelitian merupakan suatu cara mengkomunikasikan atau
menyosialisasi hasil temuan ilmiah kepada orang lain seperti perawat, tenaga kesehatan lain, dan
pengguna layanan kesehatan (Burns & Grove, 1999). Desiminasi hasil penelitian menyediakan
banyak keuntungan bagi peneliti, profesi keperawatan, dan pengguna layanan kesehatan. Dengan
menyajikan dan menerbitkan hasil penelitian, peneliti akan mampu meningkatkan disiplin ilmu
tertentu, pengakuan individu, meningkatkan eksistensi profesi keperawatan, dan pengakuan
profesionalisasi keperawatan.
Kedalaman informasi yang disajikan bergantung pada jenis penelitian (skripsi, tesis,
atau desertasi), keinginan pembaca, dan mekanisme desiminasi dari laporan hasil penelitian.
Bagian Pendahuluan
Tujuan dari pendahuluan adalah membawa pembaca untuk mengenal masalah penelitian;
pentingnya masalah yang didukung oleh data-data dari jurnal dan daftar pustaka yang sesuai;
kronologis/penyebab terjadinya masalah; dan konsep solusi yang ditawarkan oleh peneliti.
Tahapan pada pendahuluan termasuk gambaran singkat tentang tinjauan pustaka, kerangka
konseptual, pernyataan masalah, serta hipotesis dan beberapa asumsi yang mendasari penelitian
serta pembahasan yang rasional dalam pengkajian masalah penelitian.
Peneliti harus menjelaskan secara jelas dan ringkas dengan menggunakan bahasa yang benar
dan baik pada latar belakang permasalahan, agar pembaca dapat mengerti dengan mudah bahwa
masalah penelitian tersebut adalah hal yang penting dan perlu dilakukan penelitian. Secara ideal,
justifikasi masalah penelitian keperawatan harus mengandung dua hal utama, yaitu praktik dan
teoretis. Tetapi pada kenyataannya, banyak penelitian yang hanya menekankan pada kepentingan
praktik atau teoretis saja.
Pernyataan masalah dalam pendahuluan harus disertai ringkasan hasil penelitian yang
sesuai supaya penelitian yang dilakukan sesuai dengan kontekstual yang berkembang saat ini.
Memperbanyak sumber dari tinjauan pustaka akan membantu peneliti memperjelas dasar-dasar
teoretis dan praktik masalah penelitian.
Dalam pendahuluan juga harus membahas tentang variabel dan definisi operasional secara
ringkas. Meskipun penjelasan secara lengkap terdapat pada bagian metodologi, tetapi penjelasan
singkat pada tahap pendahuluan tentang konsep/definisi penting akan membantu pembaca untuk
mengenal istilah-istilah sejak awal, apa yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut.
Kesimpulannya adalah pendahuluan harus memuat penjelasan apa yang sudah
dilaksanakan dan apa yang sudah ditemukan sebelumnya. Pendahuluan juga harus menjawab
pertanyaan: Apa yang telah diketahui oleh peneliti? Apa yang ingin diketahui oleh peneliti? Dan
signifikansi apa yang berdampak terhadap teori dan praktik dalam penelitian tersebut (Polit
dan Back, 2012).
Bagian Metodologi
Penulisan pada bagian metodologi difokuskan pada bagaimana penelitian dilaksanakan agar
tujuan/masalah penelitian dapat dijawab. Ada beberapa hal penting yang harus dituliskan
pada bagian metodologi penelitian, yaitu (1) rancangan penelitian, (2) subjek penelitian, (3)
definisi operasional variabel penelitian, dan (4) instrumen dan metode/ prosedur
pengumpulan data, dan (5) analisis data.
1. Rancangan penelitian Desain pra-eksperimental jenis post test only (one shot case study) digunakan
pada penelitian tentang pengaruh TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) terhadap
peningkatan sosialisasi pada klien menarik diri.
2. Subjek penelitian Subjek diseleksi dengan menggunakan random: stratified random sampling
pada kelompok subjek ibu hamil dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD/
lulus SD dengan pendidikan SMP atau di atasnya.
5. Analisa Data Rata-rata dan standar deviasi dihitung pada dukungan sosial yang diberikan
keluarga pada klien dengan penyakit terminal (skala 76 – 100 – dukungan yang
baik), kemudian untuk mengetahui pengaruh dukungan terhadap penurunan
stres hospitalisasi menggunakan uji regresi linier dengan nilai signifikansi 0,05.
2) Penulisan pembahasan
Penulisan pembahasan merupakan unsur yang penting pada bagian ini. Isi dari penulisan
pembahasan didasarkan pada tujuan penelitian, format penulisannya bisa dituliskan
sesuai yang ada di tujuan khusus atau bisa langsung dituliskan dalam beberapa paragraf
(Anderson & Poole, 1993). Isi tersebut meliputi penulisan (1) interpretasi hasil penelitian (fakta);
(2) mencantumkan literatur/tinjauan pustaka yang mendukung (Teori), dan (3)
opini/justifikasi ilustrasi dari peneliti tentang rekomendasi implikasi hasil temuannya baik
dalam hal akademik maupun praktik. Pada penelitian kuantitatif, interpretasi hasil meliputi
penjelasan hasil temuan statistik yang dihubungkan dengan makna konsep dan praktik. Peneliti
juga harus membuat suatu justifikasi tentang hasil temuannya, mengapa hasil yang ditemukan
mendukung atau bertentangan dengan hasil kajian/konsep yang ada. Pada bagian ini juga perlu
dituliskan tentang keterbatasan penelitian, khususnya ketidaksesuaian dengan konsep atau
temuan yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J & Poole, M. 1993. Thesis and Assignment Writing. 2nd ed. Brisbane: John
Willey & Sons.
Burns & Grove. 1999. The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B. Saunders Co.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for
Nursing Practice. 9thed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Polit DF & Hngle, BP. 1999. Nursing Research. Principles and Methods. 6th ed. Philadelphia:
JB Lippincott.
Bagian 4
CONTOH PENYUSUNAN
INSTRUMEN PENELITIAN
25. Instrumen Respons Pengendalian Halusinasi Dengar TAK Stimulasi Persepsi Modifikasi, Observasi Sesi
1-2-3 TAK dan Observasi TAK Stimulasi Persepsi Modifikasi Halusinasi Dengar (Iskandar, 2006).
26. Mutu Pelayanan (Variabel–Kopelman) (Muhith, 2012)
a. Kuesioner Budaya Organisasi (Skor OCAI)
b. Kuesioner Kepemimpinan (Hersey and Blanchard)
c. Kuesioner Karakteristik Pekerjaan: Komitmen, Mental Model, Motivasi, Sikap
d. Kuesioner Mutu Asuhan Keperawatan: Standar Asuhan Keperawatan, Standar Kinerja
Profesional Perawat, Kepuasan Kerja Perawat
e. Kuesioner Kepuasan Pasien
27. Iklim Organisasi
28. Contoh Penghitungan Beban Kerja (Time and Motion Study) di Ruang Rawat Inap
29. Kepuasan Pasien dalam Caring
30. Kuesioner Terkait Burn Out pada Mahasiswa atau Karyawan
31. Ingatan atau Memori pada Lansia Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
32. Kuesioner Quality of Work Life
33. Instrumen Denyes Self-Care Agency (DSCAI-90)
34. Kuesioner Tingkat Kemandirian Pasien dalam Memenuhi Kebutuhan Perawatan Diri Postpartum
35. The World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)-BREF
36. Instrumen TPB-AJZEN (2006) (Dikembangkan oleh Erna Dwi Wahyuni, 2012)
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Norma Subjektif
d. Intensi
36a. Lembar Observasi: Pendokumentasian Keperawatan
37. Thermometer Distres
38. Pengembangan Instrumen Survqual
39. Risiko Jatuh
40. Instrumen Nyeri
41. Instrumen Prosedur Pencegahan Infeksi
42. Kuesioner Kepribadian
43. Kuesioner Komitmen
CONTOH 1
SKOR
No Hal-hal yang dinilai
0 1 2 3 4
PENGKAJIAN
1 Melaksanakan pengkajian pada klien saat klien masuk rumah sakit
2 Melengkapi format catatan pengkajian klien (buku status klien) dengan tepat
3 Menilai kondisi klien secara terus-menerus
4 Menilai kebutuhan akan klien/keluarga
5 Membuat prioritas masalah
PERENCANAAN
1 Membuat rencana perawatan berdasarkan kebutuhan klien
2 Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan yang lain dalam merencanakan
perawatan
3 Membuat penjadwalan dalam melaksanakan rencana perawatan
IMPLEMENTASI
1 Memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh/holistik pada klien yang
menjadi tanggung jawabnya
2 Menghormati martabat dan rahasia klien
3 Mampu berfungsi secara cepat dan tepat dalam situasi kegawatan
4 Melaksanakan program pendidikan kepada klien dan keluarga
5 Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan
CONTOH 2
SKOR
No Hal-hal yang dinilai
0 1 2 3 4
EVALUASI
1 Mengevaluasi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan klien
2 Mengevaluasi praktik keperawatan dengan dibandingkan standar keperawatan
3 Evaluasi dilakukan secara terus-menerus
KETERAMPILAN KOMUNIKASI
1 Berkomunikasi dengan baik dengan rekan sekerja dan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya
2 Mencatat pesanan secara akurat
3 Menanggapi dengan tepat terhadap permintaan dan pertanyaan klien/keluarga
1.Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Agama :
2.Riwayat Pekerjaan
Sudah berapa lama Anda bekerja di Unit Gawat Darurat (UGD)?
…………………………………….
Apakah Anda pernah mendapatkan pendidikan/pelatihan mengenai keperawatan UGD, baik yang
diadakan oleh RSUD Dr. Soetomo Surabaya atau institusi lain?
Ya/Tidak*)
Jika ya, berapa kali dan berapa lama, sebutkan!
• …………………………………………………………
……….…………
• …………………………………………………………
……….…………
• …………………………………………………………
……….…………
• …………………………………………………………
……….…………
• …………………………………………………………
……….…………
• …………………………………………………………
……….…………
NO PERNYATAAN 1 2 3 4 SKOR
1 Melakukan observasi klien secara ketat selama jam kerja
2 Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan demi
keselamatan klien
3 Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan demi
keselamatan klien
4 Kontak langsung perawat dengan klien di ruang ICU secara
terus-menerus selama jam kerja
5 Kurangnya tenaga perawat ICU dibanding dengan klien kritis
6 Pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki tidak
mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di ICU
7 Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang
berkualitas
8 Tuntutan keluarga untuk keselamatan klien
9 Setiap saat dihadapkan pada keputusan yang tepat
10 Tanggung jawab dalam melaksanakan perawatan klien ICU
11 Setiap saat menghadapi klien dengan karakteristik tidak
berdaya, koma, dan kondisi terminal
12 Tugas pemberian obat-obat yang diberikan secara intensif
13 Tindakan penyelamatan klien
CONTOH 3
Kode: 4 = menyenangkan
3 = kurang menyenangkan 2
= tidak menyenangkan
1 = sangat tidak menyenangkan
NO. PERNYATAAN 1 2 3 4
25 Merasa kehilangan konsentrasi
26 Mudah lupa
27 Merasa tidak cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
28 Menghindar dari masalah
29 Berganti-ganti rencana
30 Berpikir hal-hal kecil terlalu detail
31 Ketegangan saat berinteraksi dengan teman sejawat
32 Ketegangan saat berinteraksi dengan tim kesehatan lain
33 Mudah tersinggung
34 Mudah marah tanpa sebab yang berarti
35 Menarik diri (menolak berinteraksi dengan sejawat)
36 Menarik diri (menolak berinteraksi dengan tim kesehatan)
37 Merasa tidak suka dengan pekerjaan
38 Kecewa terhadap hasil pekerjaan
39 Merasa jenuh dalam bekerja
40 Merasa bergantung pada orang lain
41 Merasa tidak tertarik terhadap minat yang disukai
42 Merasa lambat terhadap situasi yang membahayakan
43 Makan secara berlebihan
44 Kehilangan nafsu makan
45 Perubahan kesukaan merokok/minuman keras
46 Bingung dalam menghadapi pekerjaan
47 Putus asa pada pekerjaan
48 Penurunan produktivitas kerja
49 Kepuasan terhadap pekerjaan
50 Meninggalkan kerja
Skor
CONTOH 4
C. Motivasi Kerja
1. Bila Anda dinyatakan berprestasi dan perlu mendapatkan imbalan, maka imbalan yang paling Anda
inginkan adalah....
a. Uang
b. Pengakuan atau kepercayaan dari teman dan atasan
c. Piagam
d. Kenaikan jabatan
2. Bila pada saat Anda hendak berangkat tugas turun hujan dan kendaraan mogok, maka tindakan
Anda...
a. Tidak jadi berangkat
b. Menelpon teman untuk menggantikan
c. Berangkat setelah hujan reda dan kendaraan selesai diperbaiki
d. Tetap berangkat dengan kendaraan apapun
3. Apabila saat Anda beristirahat di rumah, kemudian Anda diminta masuk tugas untuk
menggantikan teman yang berhalangan, maka tindakan Anda....
a. Tidak mau, karena itu bukan tugas saya
b. Mau datang, bila ada imbalan
c. Datang sebentar saja terus pulang
d. Berangkat tugas dan pulang sesuai jam dinas
CONTOH 4
4. Apabila pada saat Anda bertugas, ada klien baru datang (bukan klien Anda) maka tindakan Anda....
a. Diamkan saja menunggu teman datang dan perintah dokter
b. Menerima klien saja dan melanjutkan pekerjaan lainnya
c. Membuat sebagian catatan keperawatan
d. Menerima klien, kemudian melakukan anamnesis dan observasi
5. Apabila jam tugas Anda sudah berakhir, tetapi pekerjaan Anda belum selesai apa yang Anda
lakukan?
a. Pulang
b. Meneruskan pekerjaan tersebut esok hari
c. Menitipkan kepada pengganti jaga
d. Menyelesaikan tugas sampai tuntas
6. Apabila sudah lama Anda menunggu daftar pengganti jaga, namun belum juga datang, maka tindakan
Anda....
a. Pulang saja, karena waktu tugas jaga sudah selesai
b. Menitipkan pesan kepada petugas jaga atau perawat di ruangan lainnya
c. Menunggu pengganti jaga datang, tetapi tidak mengobservasi keadaan klien
d. Menunggu sampai pengganti jaga datang, tetap mengobservasi, dan melakukan tindakan
keperawatan yang diperlukan kepada klien
CONTOH 5
Keterangan :
STP = sangat tidak puas P = puas
TP = tidak puas
CP = cukup puas SP = sangat puas
CONTOH 6
Ruangan : Umur :
………………………… ……………………
……
Inisial perawat : Status perkawinan :
………………………… ……………………
……
Pendidikan : Jumlah anak :
………………………… ……………………
……
PERENCANAAN
6 Membuat rencana perawatan berdasarkan kebutuhan klien
7 Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan yang lain dalam merencanakan
perawatan
8 Membuat penjadwalan dalam melaksanakan rencana perawatan
IMPLEMENTASI
9 Memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh/holistik pada klien yang
menjadi tanggung jawabnya
10 Menghormati martabat dan rahasia klien
11 Mampu berfungsi secara cepat dan tepat dalam situasi kegawatan
12 Melaksanakan program pendidikan kepada klien dan keluarga
13 Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan
CONTOH 6
Skor
No Hal-hal yang dinilai
0 1 2 3 4
EVALUASI
14 Mengevaluasi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan klien
15 Mengevaluasi praktik keperawatan dengan dibandingkan standar keperawatan
16 Evaluasi dilakukan secara terus-menerus
KETERAMPILAN KOMUNIKASI
17 Berkomunikasi dengan baik dengan rekan sekerja dan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya
18 Mencatat pesanan secara akurat
19 Menanggapi dengan tepat terhadap permintaan dan pertanyaan klien/keluarga
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai pendapat Anda
Ya Tidak
a Sebelum memulai pelajaran guru menjelaskan tujuan pembelajaran
e Menghargai siswa
h Bersikap adil
i Ada feedback dari guru untuk setiap tugas yang diberikan pada siswa
3. Kualitas personel
a Pengetahuan/pengalaman/wawasan yang berkaitan dengan bahan yang diajarkan
b Cara berkomunikasi/berbicara
c Semangat/gairah mengajar
d Penampilan/kerapian/kebersihan
f Keluwesan/fleksibilitas
CONTOH 7
g Rasa humor
h Kejujuran
Keterangan :
BS = Baik Sekali
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
CONTOH 8
Petunjuk : Pilihlah satu pernyataan dalam masing-masing kelompok yang paling melukiskan perasaan
Anda pada pekan lalu, termasuk hari ini. Berilah tanda silang pada kotak yang terdapat disamping
pertanyaan yang Anda pilih.
8. 🖵 0. Saya tidak merasa bahwa saya lebih buruk daripada orang lain
🖵 1. Saya selalu mencela diri saya sendiri karena kelemahan/kekeliruan saya.
🖵 2. Saya menyalahkan diri saya sendiri sepanjang waktu atas kesalahan-kesalahan saya.
🖵 3. Saya menyalahkan diri saya sendiri atas semua hal buruk yang terjadi.
14. 🖵 0. Saya tidak merasa bahwa saya kelihatan lebih jelek daripada biasanya.
🖵 1. Saya merasa cemas jangan-jangan saya tua dan tidak menarik.
🖵 2. Saya merasa ada perubahan-perubahan tetap pada penmapilan saya yang membuat saya
kelihatan tidak menarik.
🖵 3. Saya yakin bahwa saya kelihatan jelek.
1. RESPONS PSIKOLOGIS
Tidak
Selalu Sering Kadang pernah
No Respons 4 3 2 1 kode
Menyangkal/denial (-)
1 Saya tidak percaya kalau saya menderita HIV
2 Saya berpikir hasil pemeriksaan dokter itu salah
3 Saya harus memeriksakan sakit saya ke dokter atau
orang pintar
4 Saya berusaha untuk merahasiakan sakit saya
kepada orang lain
5 Saya malu bila orang lain mengetahui sakit saya
Marah/anger (-)
1 Saya menyalahkan orang lain mengapa harus saya
yang menderita HIV
2 Saya menyalahkan Tuhan mengapa harus saya yang
menderita HIV
3 Saya marah bila orang lain mengetahui sakit saya
4 Saya menyalahkan tim medis karena kurang cepat
pengobatannya
5 Saya marah dan tersinggung jika ada orang lain yang
membicarakan sakit saya
Tawar-menawar/bargaining (-)
1 Saya berpikir seandainya bukan saya yang
menderita, tentu tidak akan jadi begini
2 Saya berpikir seandainya saya sembuh, saya akan
selalu menjaga kesehatan saya
3 Seandainya sakit saya tidak kambuh lagi, saya akan
berbuat baik dan beramal
4 Seandainya saya hidup teratur dan rajin kontrol maka
saya tidak akan sakit
5 Seandainya saya mengikuti nasihat dokter dan
keluarga saya tidak akan jatuh sakit
Depresi/depression (-)
1 Saya merasa sangat terpukul ketika diberitahu
penyakit saya
2 Saat ini saya merasa tidak berdaya
3 Saya merasa sedih dan menangis jika memikirkan
penyakit saya
CONTOH 9
Tidak
Selalu Sering Kadang pernah
No Respons 4 3 2 1 kode
4 Saya merasa gagal dalam hidup karena tidak bisa
mencapai kebahagiaan
5 Saya kadang berpikir untuk bunuh diri dan mati
dengan tenang daripada mengalami HIV
Menerima/acceptance (-)
1 Saya saat ini berpikir akan menyerahkan sepenuhnya
kepada dokter/perawat tentang perawatan penyakit
saya
2 Saya telah menyediakan semua keperluan untuk
kesembuhan penyakit saya, tapi mana hasilnya
3 Saya tidak akan meminta penjelasan lagi kepada
dokter dan perawat tentang penyakit saya dan
kemungkinan kesembuhannya
4 Saya sudah pasrah dan tidak akan berusaha
semaksimal mungkin untuk kesembuhan
5 Saya berpikir bahwa penyakit yang saya derita adalah
musibah yang tiada akhirnya.
2. RESPONS SOSIAL
E: Emosi = No. 1−4 (16) C: Cemas = No. 5−8 (14) S: Sosial (Interaksi sosial) = No. 9−3 (20)
DUKUNGAN INFORMASI/PENGETAHUAN
1 Keluarga selalu memberitahu tentang hasil pemeriksaan
dan pengobatan dari dokter yang merawat kepada saya
2 Keluarga selalu mengingatkan saya untuk kontrol, minum
obat, latihan, dan makan
3 Keluarga selalu mengingatkan saya tentang perilaku-
perilaku yang memperburuk penyakit saya
4 Keluarga selalu menjelaskan kepada saya setiap saya
bertanya hal-hal yang tidak jelas tentang penyakit saya
CONTOH 9
3. RESPONS SPIRITUAL (10 × 3) = 30
Tidak
Selalu Sering Kadang pernah
No Pertanyaan 3 2 1 0 Kode
1 Saya percaya tanpa bantuan Tuhan saya tidak
mungkin sembuh
2 Selama dirawat di rumah sakit saya menggunakan
waktu lebih banyak untuk mendekatkan diri pada
Tuhan
3 Saya yakin dengan usaha keras, sakit yang saya
alami bisa disembuhkan
4 Dengan berdoa saya mendapat semangat untuk
tabah menanggung sakit
5 Kalau saya banyak berdoa saya merasa tenang
dan damai
6 Saya tetap sabar menghadapi cobaan berupa sakit
ini
7 Saya merasa hidup lebih berarti kalau saya tabah
dalam menghadapi cobaan
8 Saya merasa sakit yang saya alami merupakan
peringatan dari Tuhan
9 Sakit yang saya alami merupakan cara dari Tuhan
agar bisa menerima dan memahami diri dan orang
lain
10 Saya percaya bahwa di balik penderitaan ini pasti
ada hikmahnya
II PARTIAL CARE
1 Klien memerlukan bantuan perawat sebagian
1. Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur
2. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan
3. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
4. Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
5. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
6. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
7. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/kamar mandi)
2 Pascaoperasi minor (24 jam)
3 Melewati fase akut dari pascaoperasi mayor
4 Fase awal dari penyembuhan
5 Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
CONTOH 10
Jawablah dengan memberi tanda () pada pilihan yang Anda anggap tepat!
A. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan pada lansia
1. Apakah keluarga menganggap kebiasaan lansia seperti Anda suka menyendiri,
murung, atau sedih sebagai suatu hal yang tidak wajar?
2. Apakah keluarga menganggap keluhan lansia seperti tidak bisa tidur, nafsu makan
Tidak Ya
turun, atau tidak mau makan sebagai hal yang tidak wajar?
Tidak
Ya
3. Apakah keluarga tahu atau memerhatikan bila lansia menjadi kehilangan minat/ gairah
dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukannya?
4. Apakah keluarga menganggap sosialisasi pada lansia seperti membina hubungan
Tidak Ya
dengan orang lain/tetangga, bercakap-cakap dengan orang yang sebaya, ikut dalam
suatu perkumpulan lansia masih perlu/penting bagi lansia?
Tidak
Ya
5. Apakah keluarga menganggap pemenuhan kebutuhan spiritual seperti melaksanakan
ibadah/kegiatan spiritual lain merupakan hal yang masih perlu diperhatikan dalam
kehidupan lansia?
Tidak Ya
B. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat pada lansia
1. Apakah keluarga pernah memberikan aktivitas seperti senam atau kegiatan lain sesuai
kemampuan fisik lansia untuk mempertahankan kebugaran tubuhnya?
2. Apakah keluarga menganggap lansia memerlukan tempat tinggal tertentu, seperti
Tidak Ya
kamar/ruangan khusus untuk lansia?
Tidak
Ya
CONTOH 11
3. Apakah keluarga tahu aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh lansia,
seperti memberi kesempatan kepada lansia untuk beraktivitas sesuai dengan hobi
lansia?
4. Apakah keluarga tahu makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh lansia?
Tidak Ya
Tidak
Ya
5. Apakah keluarga memandang perlu untuk meminta pendapat kepada lansia
terhadap suatu permasalahan?
Tidak Ya
C. Memberikan perawatan kepada lansia yang sakit
Pertanyaan 1−5 di bawah ini ditanyakan pada keluarga bila lansia sakit.
1. Apakah lansia sering mengubah posisi miring kiri-kanan untuk mencegah luka tekan?
2. Apakah keluarga pernah melakukan latihan berkemih pada lansia bila lansia sering
mengompol?
Tidak Ya
Tidak
Ya
3. Apakah keluarga pernah melatih otot-otot lengan dan kaki bila lansia tidak mampu
bergerak sendiri?
4. Apakah keluarga selalu/pernah membantu lansia dalam merawat diri seperti
Tidak Ya
mandi, berpakaian, kebersihan diri?
Tidak
Ya
5. Adakah orang lain yang menemani/merawat lansia selain keluarga?
Tidak Ya
CONTOH 11
D. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian lansia
1. Apakah keluarga mampu menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk keperluan
sehari-hari lansia seperti perlengkapan makan, mandi, dan perlengkapan untuk
merawat diri?
2. Apakah keluarga mampu menyiapkan dan mengatur jenis-jenis makanan,
Tidak Ya
menyuapi atau membujuk untuk makan bila lansia tidak mau makan?
Tidak
Ya
3. Dalam berkomunikasi apakah keluarga berbicara pelan-pelan dengan suara agak keras
tetapi tetap sopan?
4. Apakah keluarga mampu meluangkan waktunya untuk bercakap-cakap bila lansia
Tidak Ya
sedang sendiri/diam saja?
Tidak
Ya
5. Apakah keluarga mampu menciptakan lingkungan yang aman bagi lansia? (kamar dan
tempat tidur bersih, cukup luas, penerangan cukup, tidak licin, serta terhindar dari
perabotan/benda tajam)?
Tidak Ya
E. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan
1. Apakah keluarga merasakan manfaat dengan adanya lansia di keluarga?
Tidak Ya
2. Apakah keluarga memandang perlu mengajak lansia berobat ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang diinginkannya?
Tidak
Ya
3. Apakah keluarga memberi kesempatan kepada lansia untuk memilih sendiri
fasilitas kesehatan yang diinginkan?
Tidak Ya
CONTOH 11
4. Apakah keluarga tahu jadwal berobat/kontrol lansia di klinik/rumah sakit?
Tidak Ya
5. Apakah keluarga tahu obat-obat yang diminum lansia saat ini?
Tidak
Ya
Penilaian:
Masing-masing pertanyaan pada masing-masing item mempunyai skor 1 untuk jawaban ya dan
skor 0 untuk jawaban tidak.
• Skor maksimal = 25
• Skor < 10 = dukungan keluarga kurang
• Skor 11−15 = dukungan keluarga sedang
• Skor 16−25 = dukungan keluarga baik
Pilihlah jawaban yang paling tepat, yang sesuai dengan perasaan Anda dalam satu minggu
terakhir!
Tidak Ya
2. Apakah Anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan Anda?
Tidak
Ya
3. Apakah Anda merasa kehidupan Anda kosong?
Tidak Ya
4. Apakah Anda sering merasa bosan?
Tidak
Ya
5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap saat?
Tidak Ya
6. Apakah Anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada Anda?
Tidak
Ya
CONTOH 11
7. Apakah Anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup Anda?
Tidak Ya
8. Apakah Anda sering merasa tak berdaya?
Tidak
Ya
9. Apakah Anda lebih senang tinggal di rumah daripada keluar dan mengerjakan sesuatu hal
yang baru?
10. Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat Anda
Tidak Ya
dibandingkan kebanyakan orang?
Tidak
Ya
11. Apakah Anda pikir bahwa hidup Anda sekarang ini menyenangkan?
Tidak Ya
12. Apakah Anda tidak merasa berharga seperti perasaan Anda saat ini?
Tidak
Ya
13. Apakah Anda merasa penuh semangat?
Tidak Ya
14. Apakah Anda merasa keadaan Anda tidak ada harapan?
Tidak
Ya
15. Apakah Anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari Anda?
Tidak Ya
Penilaian:
Jawaban yang mengindikasikan depresi adalah pilihan jawaban yang dicetak tebal dan miring.
Berikan nilai 1 untuk masing-masing jawaban yang dicetak tebal dan miring.
• Skor < 5 menunjukkan tidak depresi
• Skor antara 5−9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
• Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi
Sumber: Pitt, B (1988) & Lovestone (1999).
CONTOH 12
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL KELUARGA—CCFNI (CRITICAL CARE FAMILY NEED
INVENTORY) OLEH MOTTER & LESKE, 1996
DUKUNGAN MENTAL
1. Mendapatkan jawaban yang tepat dari petugas
2. Merasa ada personel ruang ICU yang memerhatikan saya
3. Berkonsultasi tentang kondisi anak setiap hari dengan
dokter/perawat yang merawat
4. Ada pelayanan rohaniwan di ruang ICU
RASA NYAMAN
1. Mengetahui bahwa anak saya masih bisa mendengarkan
dan mengenali suara saya
2. Ada pemberitahuan ke rumah bila ada perubahan kondisi
secara mendadak pada anak saya
3. Mempunyai kenyamanan dengan peralatan yang ada di
ruang tunggu
4. Mempunyai waktu khusus/istimewa saat menjenguk anak
5. Ada jam kunjung yang tepat waktu
OBSERVASI SOSIALISASI
Berilah tanda silang (×) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban Anda.
No Responden:
A . Data Demografi
1. Jenis kelamin :
🖵1) Laki–laki
🖵2) Perempuan
2. Pendidikan :
🖵2) SD
🖵3) SMP
🖵4) SMA
3. Umur :
🖵4) 75 tahun
CONTOH 14
4. Status perkawinan :
🖵1) Tidak kawin
🖵2) Janda/Duda
🖵3) Kawin
🖵2) Pensiunan
🖵3) Petani
🖵4) Nelayan
🖵5) Wiraswasta
🖵6) Lain-lain
7. Agama/kepercayaan :
🖵1) Islam
🖵2) Kristen
🖵3) Hindu
🖵4) Budha
🖵5) Lain-lain
CONTOH 14
🖵1) Teh
🖵2) Kopi
🖵3) Susu
🖵1) Chlorothiazide
🖵2) Furozemide
🖵1) DM
🖵2) Jantung
🖵3) BPH
1. Apakah ada perasaan sulit menahan kencing saat membuang air kecil?
6. Apakah Anda membuang air kecil pada malam hari lebih dari 4 kali?
7. Apakah Anda membuang air kecil setiap jam atau kurang dari 1 jam?
10. Apakah Anda merasa nyeri saat atau setelah membuang air kecil?
CONTOH 15
TINGKAT KECEMASAN—HARS (HAMILTON ANXIETY RATING SCALE)
A. Penilaian :
0: Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)
1: Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
2: Sedang (separuh dari gejala yang ada)
3: Berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)
4: Sangat berat (semua gejala ada)
1) Perasaan cemas
🖵 Firasat buruk
🖵 Mudah tersinggung
2) Ketegangan
🖵 Merasa tegang
🖵 Lesu
🖵 Mudah terkejut
🖵 Mudah menangis
🖵 Gemetar
🖵 Gelisah
CONTOH 15
3) Ketakutan
🖵 Pada gelap
🖵 Ditinggal sendiri
🖵 Tidak pulas
🖵 Mimpi buruk
🖵 Sulit berkonsentrasi
🖵 Sering bingung
6) Perasaan Depresi
🖵 Kehilangan minat
🖵 Sedih
CONTOH 15
🖵 Nyeri otot
🖵 Kaku
🖵 Kedutan otot
🖵 Gigi gemeretak
🖵 Telinga berdengung
🖵 Penglihatan kabur
🖵 Merasa lemah
🖵 Perasaan ditusuk-tusuk
9) Gejala kardiovaskular
🖵 Berdebar-debar
🖵 Nyeri dada
🖵 Perasaan tercekik
🖵 Sulit menelan
🖵 Mual muntah
🖵 Perut melilit
🖵 Gangguan pencernaan
🖵 Sering kencing
🖵 Frigiditas
13) Gejala vegetatif/otonom
🖵 Mulut kering
🖵 Muka kering
🖵 Mudah berkeringat
🖵 Pusing/sakit kepala
🖵 Gelisah
🖵 Tidak terang
🖵 Muka merah
Jumlah skor: …………………
🖵 Kecemasan ringan
🖵 Kecemasan sedang
🖵 Kecemasan berat
CONTOH 15a
Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh
William WK Zung, dikembangkan berdasar gejala kecemasan dalam DSM-II (Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders). Terdapat 20 pertanyaan, di mana setiap pertanyaan dinilai 1–4 (1: tidak pernah, 2: kadang-kadang,
3: sebagian waktu, 4: hampir setiap waktu. Terdapat lima belas pertanyaan ke arah peningkatkan kecemasan dan lima
pertanyaan ke arah penurunan kecemasan. (Zung Self-Rating Anxiety Scale [SAS/SRAS] dalam Ian Mcdowell [2006].)
Lingkarilah untuk setiap item yang paling menggambarkan seberapa sering Anda merasa atau berperilaku seperti
beberapa pernyataan di bawah ini.
Hampir
Tidak Kadang- Sebagian
No Pernyataan setiap
pernah kadang waktu
waktu
1 Saya merasa lebih gugup dan cemas dari biasanya. 1 2 3 4
2 Saya merasa takut tanpa alasan sama sekali. 1 2 3 4
3 Saya mudah marah atau merasa panik. 1 2 3 4
4 Saya merasa seperti jatuh terpisah dan akan hancur 1 2 3 4
berkeping-keping.
5 Saya merasa bahwa semuanya baik-baik saja dan tidak 4 3 2 1
ada hal buruk akan terjadi.
6 Lengan dan kaki saya gemetar. 1 2 3 4
7 Saya terganggu oleh nyeri kepala leher dan nyeri 1 2 3 4
punggung.
8 Saya merasa lemah dan mudah lelah. 1 2 3 4
9 Saya merasa tenang dan dapat duduk diam dengan 4 3 2 1
mudah.
10 Saya merasakan jantung saya berdebar-debar. 1 2 3 4
11 Saya merasa pusing tujuh keliling. 1 2 3 4
12 Saya telah pingsan atau merasa seperti itu. 1 2 3 4
13 Saya dapat bernapas dengan mudah. 4 3 2 1
14 Saya merasa jari-jari tangan dan kaki mati rasa dan 1 2 3 4
kesemutan.
15 Saya terganggu oleh nyeri lambung atau gangguan 1 2 3 4
pencernaan.
16 Saya sering buang air kecil. 1 2 3 4
17 Tangan saya biasanya kering dan hangat. 4 3 2 1
Hampir
Tidak Kadang- Sebagian
No Pernyataan setiap
pernah kadang waktu
waktu
18 Wajah Saya terasa panas dan merah merona. 1 2 3 4
19 Saya mudah tertidur dan dapat istirahat malam dengan 4 3 2 1
baik.
20 Saya mimpi buruk. 1 2 3 4
CONTOH 16
DIMENSI TINGKAT KEPUASAN KLIEN TERHADAP
PELAYANAN KEPERAWATAN
SP P TP STP
Dimensi Reliability (Keandalan)
1. Anda percaya bahwa perawat yang merawat Anda
mampu menangani kasus Anda dengan tepat.
2. Secara keseluruhan pelayanan perawatan klien di rumah
sakit ini baik.
3. Perawat memberitahu dengan jelas, suatu hal yang harus
dipatuhi oleh klien tentang anjuran dalam perawatan.
4. Perawat mampu menangani masalah perawatan klien
dengan tepat dan profesional.
5. Perawat memberitahu dengan jelas sesuatu hal yang
dilarang demi perawatan klien.
6. Perawatan sudah diupayakan agar klien merasa puas
selama dirawat.
SP P TP STP
Nama:
SKOR : --------------------------------------------------------------------------
15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
tidak autis ringan sedang berat
KETERANGAN (Terlampir)
CONTOH 17
I. HUBUNGAN DENGAN ORANG
LAIN
• Tak ada kesulitan atau abnormalitas dalam berhubungan dengan orang lain.
Perilaku anak sesuai dengan umur, sikap malu, ngambek, ribut ketika ditegur bisa
tampak tetapi tidak sampai berlebih.
• Hubungan abnormal ringan: anak menghindari kontak mata, berontak bila dipaksa,
malu berlebihan, tidak responsif terhadap orang dewasa sebagaimana mestinya atau
lengket dengan orang tua melebihi anak sebayanya.
• Hubungan abnormal sedang: anak kadang-kadang tampak mengasingkan diri
(seperti tak peduli orang dewasa). Kadang-kadang perlu dipaksa untuk mau
memerhatikan. Kontak terkadang dimulai oleh anak.
• Hubungan abnormal berat: Anak terus-menerus menyendiri, tidak peduli sama
sekali terhadap apa yang dilakukan orang dewasa. Tidak pernah menunjukkan respons
atau memulai kontak dengan dewasa. Hanya dengan usaha yang terus- menerus yang
akan memberi hasil, agar anak mau menunjukan perhatiannya.
II. IMITASI
• Anak dapat menirukan suara, kata-kata dan gerakan yang sesuai dengan
umurnya.
• Imitasi abnormal ringan: Anak menirukan perilaku sederhana seperti bertepuk atau
satu bunyi suara pada sebagian besar waktunya, kadang-kadang meniru sesuatu.
• Imitasi abnormal sedang: Anak meniru hanya pada sebagian waktu dan butuh
usaha yang hebat dan terus-menerus, sering meniru sesuatu.
• Imitasi abnormal berat: Jarang/tidak pernah meniru suara, kata-kata atau gerakan
walau dibantu.
V. PENGGUNAAN OBJEK
• Menggunakan dan menunjukkan ketertarikan yang sesuai terhadap mainan dan
benda-benda lain.
Anak menunjukkan rasa tertarik yang normal terhadap mainan dan objek-objek lain
yang sesuai dengan tingkat keterampilannya dan menggunakan mainan sesuai
fungsinya.
• Ketidaksesuaian ringan dalam menunjukkan ketertarikan dan menggunakan
mainan atau objek lain.
Anak dapat menunjukkan ketertarikan yang kurang tepat (tidak normal) terhadap
mainan dan bermain dengan cara yang kekanak-kanakan (misal dibanting atau
dimasukkan mulut)
• Ketidaksesuaian sedang
Anak kurang menunjukkan ketertarikan terhadap mainan atau objek lain, atau
preokupasi dengan menggunakannya dengan cara yang aneh, mungkin perhatiannya
terfokus pada bagian-bagian tertentu dari mainan atau terpesona dengan pantulan
cahaya dari benda atau menggerakkan secara berulang-ulang sebagian dari benda atau
bermain dengan satu benda melulu.
• Ketidaksesuaian berat
Anak menunjukkan perilaku di atas dengan intensitas dan frekuensi lebih
mencolok. Anak sukar dialihkan apabila sudah terlibat dalam aktivitas tersebut.
Petunjuk Pengisian:
Nilai
No. Kemampuan bladder-retention training
Ya Tidak Kode
1 Apakah anak meminum 500 ml air putih?
Petunjuk pengisian:
Minggu I
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
CONTOH 18
SKALA TINGKAT STRES
ANAK
1. Ketika kamu mengalami situasi yang sulit seperti kematian, perceraian, perpisahan orang
tua apakah kamu sering merasa:
2. Akhir-akhir ini, apabila kamu mendapatkan perhatian dari orang tua yang kurang, apakah
kamu sering merasa:
3. Apabila kamu mendapatkan adik baru, kamu merasa perhatian dari orang tua kamu
berkurang, apakah hal itu menyebabkan kamu sering merasa:
4. Ketika kamu dituntut untuk masuk sekolah pagi, apakah kamu sering merasa:
5. Ketika kamu mengalami situasi yang sulit seperti disiplin orang tua yang ketat, apakah
kamu sering merasa:
6. Ketika kamu mendapatkan tugas-tugas dari sekolah (PR), apakah kamu sering
merasa:
7. Ketika mendapatkan tuntutan berprestasi di sekolah (memperoleh nilai yang tinggi) dari
orang tua, apakah kamu sering merasa:
8. Ketika melakukan penyesuaian dengan suasana baru di sekolah (guru, teman sebaya),
apakah kamu sering merasa:
Petunjuk Pengisian:
DAFTAR PUSTAKA
Butler, RJ. (1994). Nocturnal Enuresis: The Child’s Experience. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd,
hlm: 132–135.
Goliszek, A. (2005). Manajemen Stres. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, hlm: 12–15.
Harjaningrum, AT. (2005). Sudah Besar Masih Ngompol, Bolehkah Dibiarkan? http://www.
tonangardyanto.com/content/view//22/37/(akses tanggal 27 September 2006 jam 14.30)
Iswinarti. (1996). Tingkat Stres dan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah yang Memperoleh Pengayaan.
Thesis. Tidak diterbitkan. Yogya: Program Pasca Sarjana UGM, hlm: 16, 30.
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skipsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba Medika, hlm: 16–21.
Potter, PA. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Ed/4, Vol.1.
Jakarta: EGC, hlm: 476, 482.
Walidah P. (2007). Pengaruh Bladder Retention Training Terhadap Perubahan Kemampuan dan
Enuresis Pada Anak Usia Sekolah (7-10 Tahun). Skripsi: Tidak Dipublikasikan.
CONTOH 19
Kode 4 : Selalu INSTRUMEN STRES KERJA
3 : Sering
2 : Kadang-kadang
1 : Tidak pernah
No. PERNYATAAN 1 2 3 4
Stres Biologis
1. Saya merasa jantung berdebar saat bekerja
2. Merasa sakit perut/nyeri ulu hati saat bekerja
3. Merasa otot kaku saat/setelah bekerja (kaku leher)
4. Merasa frekuensi pernapasan meningkat
5. Merasa denyut nadi meningkat
6. Makan secara berlebihan
7. Kehilangan nafsu makan
8. Perut terasa mulas, tegang, dan kembung
9. Tangan terasa capek
10. Betis terasa pegal
11. Persendian terasa ngilu
12. Nyeri punggung
13. Nyeri pinggang
Stres Psikologis
14. Merasa tertekan karena pekerjaan
15. Menyalahkan diri sendiri
16. Merasa tidak cocok dengan pekerjaan
17. Merasa kehilangan konsentrasi atau konsentrasi menurun
18. Mudah lupa
19. Merasa tidak cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
20. Menghindar dari masalah
21. Berganti-ganti rencana
22. Berpikir hal-hal kecil terlalu detail
23. Merasa tidak tertarik terhadap minat yang disukai
24. Merasa lambat terhadap situasi yang membahayakan
25. Kecewa terhadap hasil pekerjaan
26. Merasa jenuh dalam bekerja
27. Bingung dalam menghadapi pekerjaan
28. Penurunan produktivitas kerja
29. Merasa tidak puas terhadap pekerjaan
30. Meninggalkan kerja
Stres Sosial
31. Ketegangan dalam berinteraksi dengan teman sejawat
32. Ketegangan dalam berinteraksi dengan tim kesehatan lain
33. Mudah tersinggung
34. Mudah marah tanpa sebab yang berarti
35. Merasa tidak suka dengan pekerjaan
CONTOH 19
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Rahmatul, F. (2007). Hubungan Sif Kerja dengan Stres Kerja dan Circardian Rhythm Perawat
di Ruang Intermediet Bedah Flamboyan RSU Dr. Soetomo Surabaya. PSIK FK Unair.
Skripsi: Tidak dipublikasikan.
CONTOH 20
Keterangan Instrumen Depression Anxiety Stres Scale (DASS 42)
0 : Tidak ada atau tidak pernah.
1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang
2 : Sering.
3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat.
DAFTAR PUSTAKA
Lovibond. (1995). Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42). http://www.swin.edu.au. Tanggal 11
Maret 2007. Pukul 22.05 WIB.
Arina, N. (2007). Hubungan Stres dengan Fase Penyembuhan Luka pada Klien Pasca Seksio Sesarea
di RB I RSU Dr. Soetomo Surabaya. PSIK FK Unair. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
CONTOH 21
INSTRUMEN MOTIVASI MAHASISWA
MENGIKUTI PERKULIAHAN
2. Cara menyampaikan bahasa tubuh dan cara dosen membawa diri di hadapan
mahasiswa menarik, sehingga saya bersemangat mengikuti perkuliahan
3. Saya menyampaikan pendapat, ide atau bertanya jika dalam penyampaian materi
kuliah saya mengalami kesulitan memahami
4. Saya meluangkan waktu khusus untuk belajar untuk mempersiapkan diri mengikuti
perkuliahan
5. Saya merasa mampu untuk mengikuti perkuliahan dan mencapai nilai yang saya
inginkan
6. Saya mempelajari kembali materi yang saya dapatkan saat proses perkuliahan di
kelas
7. Saya berusaha untuk mendapatkan tambahan informasi dari referensi atau buku
yang melengkapi pengetahuan yang saya dapatkan dalam perkuliahan
9. Saya yakin bahwa tugas yang diberikan dosen akan dapat saya kerjakan dengan
baik
10. Saya mengerjakan tugas yang diberikan dosen baik tugas individu maupun tugas
kelompok dengan penuh tanggung jawab baik terhadap diri saya sendiri maupun
kepada kelompok
11. Saya merasa puas dengan tugas-tugas yang diberikan, karena saya dapat
menyelesaikannya dengan baik
12. Saya dapat mengumpulkan tugas tepat waktu, tidak memerlukan tambahan waktu
dan tidak terlambat
13. Saya akan mendapatkan umpan balik dari tugas-tugas yang saya kerjakan, karena
itu saya bersemangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan
Skor: ……
CONTOH 21
HAMBATAN DAN HARAPAN MAHASISWA DALAM
MENCAPAI PRESTASI BELAJAR
DAFTAR PUSTAKA
Saridewi, N. (2006). Hubungan penerapan Metode Pembelajaran Klinik dan Motivasi dengan
pencapaian kompetensi manajemen keperawatan program profesi ners pada mahasiswa
program
A angkatan 1 PSIK FK Unair. Tidak dipublikasikan. Skripsi S-1 Keperawatan, PSIK FK Unair
Surabaya.
Setho, H. (2007). Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Penampilan Dosen Dengan Motivasi Dan
Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Ners Jalur A Tahap Akademik. Tidak dipublikasikan. Skripsi
S-1 Keperawatan, PSIK FK Unair Surabaya.
Toeti S. dan Winataputra. (1997). Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran: Bahan Ajar Pekerti
untuk Dosen Muda. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, hlm: 39-50.
CONTOH 22
KUESIONER
PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEMEN LAKTASI
2. Pemberian ASI bisa ditambah dengan bubur pisang dan susu kaleng
sebelum usia 6 bulan
7. Salah satu tujuan dari manajemen laktasi yang benar adalah untuk
mencegah agar payudara tidak lecet dan tidak sakit saat menyusui
9. Posisi menyusui yang benar adalah dagu bayi menempel pada payudara
ibu
10. Cara menyusui yang benar adalah bayi hanya mengisap bagian puting
payudara saja
11. Lama dan seringnya ibu menyusui bayinya adalah tanpa dijadwal atau
sesuai keinginan bayi
12 Cara melepaskan isapan bayi setelah bayi selesai menyusu adalah dengan
cara memasukkan jari kelingking ibu ke sudut
15. Salah satu manfaat memeras ASI adalah untuk menghilangkan bendungan
payudara
CONTOH 22
KUESIONER SIKAP IBU DALAM MANAJEMAN LAKTASI
No Penyataan SS S TS STS
8. Saat menyusui perut bayi menempel pada badan ibu, telinga, dan lengan
bayi terletak pada satu garis lurus
9. Saat bayi menyusu, mulut bayi sampai ke bagian hitam di sekitar puting
(areola payudara)
10. Jika bayi menangis, ibu langsung menyusui tanpa menunggu jadwal
11. Setiap kali menyusui, ibu hanya memberikan satu payudara saja (tidak
bergantian)
12. Ibu menyusui selama 10–15 menit setiap kali menyusui/sampai payudara
kosong
15. Bila ASI terlalu penuh, maka sebaiknya diperas dulu dengan tangan,
kemudian disusukan pada bayi
CONTOH 22
LEMBAR OBSERVASI DAN WAWANCARA TINDAKAN
IBU DALAM MANAJEMEN LAKTASI
Tidak
No Tindakan Dilakukan dilakukan
3. ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola
4. Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk menggunakan kursi yang rendah
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
5. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku
ibu dan bokong bayi terletak pada lengan (kepala tidak boleh menengadah
dan bokong bayi disangga dengan telapak tangan).
6. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan.
7. Perut bayi menempel pada perut ibu, kepala bayi menghadap payudara.
9. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di
bawah
10. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh pipi
dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi
11. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi
11. Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi saat menyusui
12. Setelah bayi mulai mengisap, payudara tidak disangga/tidak dipegang lagi.
13. Menyusui satu payudara sampai kosong, kemudian diganti dengan payudara
yang lain
14. Selesai bayi menyusui, isapan bayi dilepaskan dengan memasukkan jari
kelingking ibu ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke
bawah.
15. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya
16. Bayi disendawakan dengan cara bayi digendong tegak dengan bersandar
pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau bayi di
tengkurapkan di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-
lahan.
17. Mengonsumsi makanan sebanyak 2.500–2.700 kalori dalam satu hari (dari
diet recall 24 jam, lampiran 8)
Tanggal:
1. Pagi
Jam
2. Siang
Jam
3. Malam
Jam
No Responden:
Jumlah kalori :
CONTOH 22
LEMBAR OBSERVASI DAN WAWANCARA PRODUKSI DAN PENGELUARAN ASI
12. Bayi buang air kencing sekitar 8 kali sehari dan warna air kencing kuning pucat
seperti jerami.
13. Berat badan bayi naik antara 140–200 gram dalam 1 minggu
DAFTAR PUSTAKA
Heny, F., (2007). Hubungan Perilaku Ibu Pascasalin dalam Manajemen Laktasi dengan Produksi
dan Pengeluaran ASI di Praktik Bidan Desa Ny. Hamilatul RU Desa Karangsambigalih
Kecamatan Sugio Lamongan. PSIK FK Unair. Skripsi tidak dipublikasikan.
Bobak, et all., (2005), Bahan bacaan manajemen laktasi oleh Perinasia (2004), mengenal ASI eksklusif oleh
Utami Roesli (2000), ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan oleh Suetjiningsih (1997), dan
modul manajemen laktasi, Depkes (1995)
LEMBAR OBSERVASI Ba
PENGARUH TEKNIK PERNAPASAN SIKLUS AKTIF TERHADAP PENINGKATAN ALIRAN EKSPIRASI MAKSIMUM gia
PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU n 4:
Co
Nama Responden :
Usia : nto
Kelompok (diisi peneliti) : h
Pen
Sebelum Sesudah yus
2 Laju Pernapasan me
3 Keluhan Sesak
Keterangan :
1. Laju pernapasan : 12–20 kali/menit
2. PEFR : berdasar nilai penum mobile (tergantung umur, jenis kelamin, tinggi badan)
3. Keluhan sesak : 1. Ringan, 2. Sedang, 3.Berat
C
O
N
T
O 28
H 9
290 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
CONTOH 24
LEMBAR KUESIONER GAYA KOPING, TES ORIENTASI KEHIDUPAN,
DAN DUKUNGAN SOSIAL
Tanggal Penelitian :
No Kode Responden :
Petunjuk:
Berilah tanda (√) jika terdapat gejala yang dirasakan saat ini
1. Apabila Anda mendapat kabar atau menemui suami Anda terkena musibah (misalnya
kecelakaan), bagaimana reaksi pertama Anda menghadapi hal tersebut?
2. Kenapa Anda bereaksi demikian?
Petunjuk:
Perhatikan apakah tiap pertanyaan menggambarkan perasaan Anda atau tidak. Silang (×)
jawaban yang paling tepat menurut Anda!
Skoring:
1. Setuju = 4
2. Netral = 3
3. Tidak setuju = 2
5. Saya tidak pernah berharap sesuatu berjalan sesuai dengan keinginan saya.
a. Setuju
b. Netral
c. Tidak Setuju
7. Saya termasuk orang yang percaya bahwa “ dalam setiap mendung pasti ada secercah
cahaya”
a. Setuju
b. Netral
c. Tidak Setuju
8. Saya jarang mengharapkan bahwa hal-hal baik akan terjadi pada diri saya.
a. Setuju
b. Netral
c. Tidak Setuju
Skor:
1−16 = pesimis
di antara = rentang rata-rata
> 26 = optimis
CONTOH 24
A. Dukungan Emosional
1. Jika Anda punya suatu masalah, apakah Anda memiliki kebiasaan untuk bercerita/
berbagi dengan orang lain?
2. Apa alasan Anda melakukan hal tersebut?
3. Kepada siapa saja biasanya Anda mengungkapkan perasaan Anda?
B. Dukungan Informasi
1. Apabila ada sesuatu yang Anda tidak mengerti, apakah Anda memiliki kebiasaan untuk
berusaha mencari tahu tentang informasi yang Anda butuhkan tersebut?
2. Apa alasan Anda melakukan hal tersebut?
3. Apa yang Anda lakukan untuk memperoleh informasi tersebut?
DAFTAR PUSTAKA
Atiek, N. (2007). Analisis Faktor Koping, Orientasi Kehidupan, dan Dukungan Sosial yang
Berhubungan dengan Kecemasan pada Suami/Istri Klien Stroke. Skripsi tidak dipublikasikan.
PSIK FK Unair.
CONTOH 25
OBSERVASI RESPONS PENGENDALIAN HALUSINASI DENGAR TAK STIMULASI
PERSEPSI MODIFIKASI
2. Kognitif
1. Klien bisa membedakan antara realita dan nonrealita
2. Klien mampu berkonsentrasi
3. Klien mampu menceritakan tentang pengalaman
halusinasi yang dialami
4. Klien mampu berespons terhadap petunjuk yang
kompleks
5. Klien mampu berespons terhadap lebih dari satu orang
6. Klien mampu memulai pembicaraan dengan orang lain
3. Psikomotor
1. Klien tidak mondar-mandir
2. Klien tidak berbicara sendiri
3. Klien tidak tersenyum & tertawa sendiri
4. Klien tidak agresif destruktif
5. Klien tidak menyendiri
6. Klien mampu memulai untuk berhubungan dengan
orang lain
7. Klien mampu melakukan kegiatan sehari hari
Catatan:
Cara mengisi dengan membubuhkan angka:
6. Memperagakan percakapan
Catatan:
Cara mengisi evaluasi TAK dengan membubuhkan angka:
1 : Bila klien “Tidak”
2 : Bila Klien “Ya”
CONTOH 25
Catatan:
Cara mengisi evaluasi TAK dengan membubuhkan angka:
1 : Bila klien “Tidak”
2 : Bila Klien “Ya”
CONTOH 25
LEMBAR
OBSERVASI
TAK STIMULASI PERSEPSI MODIFIKASI HALUSINASI DENGAR
Nama Klien : Umur :
No. RM : Jenis Kelamin :
Ruang :
Catatan:
Cara mengisi evaluasi TAK dengan membubuhkan angka:
1 : Bila klien “Tidak”
2 : Bila Klien “Ya”
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar., 2006. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Modifikasi terhadap
Pengendalian Halusinasi Dengar pada Klien Skizofrenia di RSJ Menur Surabaya. Skripsi:
Tidak Dipublikasikan.
CONTOH 26
Nama : ………………………………………..……...……………….
Ruang Keperawatan : ………………………….……………………………………..
Rumah Sakit : ..................................................................................................
Pendidikan Terakhir : ...................................................................................................
Skor item (A,B,C,D) untuk tiap aspek yang dinilai adalah nilai rating item dibagi jumlah total rating × 100.
Total 100
Tabel 1.3 Pengelolaan Staf
3. Pengelolaan Staf Rating Skor
A Gaya manajemen keperawatan di dalam ruang ini dicirikan adanya kerja tim,
konsensus, dan partisipasi anggota
Total 100
Total 100
Tabel 1.6 Kriteria Sukses
Total 100
1A 1B 1C 1D
2A 2B 2C 2D
3A 3B 3C 3D
4A 4B 4C 4D
5A 5B 5C 5D
6A 6B 6C 6D
Self-assessment questions: Baca pertanyaan pada kolom situasi dan kemudian pilih pernyataan alternatif pilihan
(hanya satu) yang sesuai dengan perasaan Anda, respons (hanya satu)
2. Kinerja kelompok yang bisa diamati meningkat. A. Lakukan interaksi yang bersahabat, tetapi
Anda telah yakin bahwa semua anggota tim berkesinambungan untuk memastikan bahwa semua
perawat sadar atas tanggung jawabnya dan anggota tim perawat sadar tentang tanggung jawabnya
standar kinerja yang diharapkan. dan harapan standar kinerjanya
B. Tidak mengambil tindakan yang definitif
C. Lakukan sesuatu yang Anda dapat membuat tim perawat
merasa penting dan terlibat
D. Penekanan pentingnya batas waktu pencapaian tujuan
dan tugas
3. Anggota tim perawat tidak sanggup A. Bekerja bersama sebagai tim kerja perawat di ruang
menyelesaikan masalah tim. Anda telah keperawatan saat ini
meninggalkan mereka sendiri. Kinerja kelompok B. Membiarkan tim kerja perawat bekerja sendiri
dan hubungan interpersonal telah baik. C. Bertindak secara cepat dan keras untuk melakukan
tindakan koreksi
D. Mendorong kelompok tetap bekerja dan mendorong
upaya mereka
4. Anda mempertimbangkan suatu perubahan A. Memperbolehkan keterlibatan tim perawat dalam
Askep. Tim perawat sudah memiliki catatan mengembangkan perubahan, tetapi tidak begitu
baik tentang penyelesaian pekerjaan. Tim Anda mengarahkan
perhatian akan kebutuhan perubahan. B. Mengumumkan perubahan dan mereka menerapkannya
dengan pengawasan yang ketat
C. Mengizinkan tim perawat untuk merumuskan
pengarahannya sendiri
D. Sertakan anjuran atau pujian untuk tim perawat, tetapi
Anda tetap mengawasi secara langsung perubahannya
5. Penampilan dari tim perawat Anda yang telah A. Mengizinkan tim perawat untuk merumuskan
diturunkan selama beberapa bulan yang lalu. pengarahannya sendiri
Anggota yang tidak peduli dengan hasil rapat. B. Sertakan anjuran atau pujian untuk tim perawat, tetapi
Pembagian kembali peran dan tanggung jawab lihat apakah sasaran hasil telah tercapai
telah membantu pada saat yang lalu. Mereka C. Pembagian kembali peran dan tanggung jawab dan
terus-menerus butuh diingatkan tentang tugas pengarahan dengan hati-hati.
mereka yang harus diselesaikan tepat waktu. D. Mengizinkan keterlibatan tim perawat di dalam
menentukan peraturan dan tanggung jawab tetapi tidak
begitu mengarahkan.
Situasi Tindakan Pilihan (Alternative Action)
6. Anda masuk ke dalam sebuah kelompok cepat A. Lakukan sesuatu yang Anda dapat membuat tim perawat
dengan efisien. Pemimpin sebelumnya sangat merasa penting dan terlibat
mengawasi situasi. Anda ingin memelihara B. Menekankan pentingnya ketepatan waktu dan tugas
sebuah situasi yang produktif, tetapi akan dimulai C. Dengan sengaja tidak campur tangan
dengan membangun hubungan interpersonal D. Bentuk tim perawat yang dilibatkan dalam diskusi, tetapi
yang lebih baik di antara anggota tim perawat. lihat apakah sasaran hasil telah tercapai
7. Anda mempertimbangkan suatu perubahan A. Gambarkan perubahan dan awasi dengan hati-hati
struktur baru dalam tim perawat Anda. Anggota B. Berpartisipasi di dalam tim perawat dalam
tim perawat telah membuat usulan tentang mengembangkan perubahan tetapi izinkan anggota
perubahan yang dibutuhkan. Tim perawat yang untuk mengatur pelaksanaannya
telah produktif dan telah ditunjukkan dengan C. Laksanakan perubahan sebagai suatu rekomendasi,
fleksibel. tetapi tetap awasi pelaksanaannya
D. Dukung diskusi kelompok tetapi jangan terlalu mengatur
8. Kinerja tim keperawatan dan hubungan A. Meninggalkan tim kerja sendiri
interpersonal adalah baik. Anda merasa tidak B. Mendiskusikan situasi dengan tim dan kemudian
begitu yakin tentang kekurangan Anda dalam mengajukan rencana perubahan yang perlu
mengarahkan tim. C. Menentukan kembali tujuan dan awasi dengan hati-hati
D. Memperbolehkan keterlibatan tim perawat dalam
penentuan tujuan, tetapi jangan memaksa
9. Anda telah ditunjuk untuk memimpin sebuah A. Biarkan tim perawat bekerja sendiri
kelompok belajar yang terlambat jauh membuat B. Sertakan anjuran atau pujian untuk tim perawat, tetapi
permohonan untuk merekomendasi perubahan. lihat apakah sasaran hasil telah tercapai
Kelompok yang tidak jelas tujuannya. Kehadiran C. Menentukan kembali tujuan dan awasi dengan hati-hati
pada sesinya jarang atau lemah. Pertemuan D. Memperbolehkan keterlibatan tim perawat dalam
mereka sudah berubah menjadi pergaulan sosial. penentuan tujuan, tetapi jangan memaksa
Dengan kemampuan yang mereka punya dan
bakat yang dibutuhkan untuk membantu.
10. Kelompok tim perawat biasanya mampu A. Memperbolehkan keterlibatan tim perawat dalam
bertanggung jawab, tidak berespons pada menetapkan kembali standar tetapi tidak mengambil
pembagian tanggung jawab pekerjaan yang kontrol
baru sebagai sebuah hasil dari anggota yang B. Menetapkan kembali standar dan awasi dengan hati-hati
meninggalkan pekerjaan. C. Hindari pertengkaran dengan tidak melakukan
penekanan, hindari situasi sendirian
D. Sertakan anjuran atau pujian untuk kelompok, tetapi lihat
apakah tanggung jawab terhadap pekerjaan baru telah
tercapai
11. Anda telah dipromosikan pada posisi pemimpin. A. Ambil langkah untuk mengarahkan kelompok bekerja
Pemimpin sebelumnya telah dilibatkan dalam dengan cara sebaik mungkin.
urusan kelompok. Kelompok yang telah B. Melibatkan kelompok untuk membuat diskusi dan
mencukupi merangkap tugas dan arahan. penguatan kontribusi yang baik
Hubungan interpersonal dalam kelompok adalah C. Diskusikan penampilan yang lalu dengan kelompok dan
baik. kemudian Anda menguji kebutuhan untuk praktik baru
D. Melanjutkan untuk meninggalkan kelompok sendirian
12. Informasi akhir menunjukan beberapa kesulitan A. Mencoba penyelesaian dengan tim perawat dan
internal diantara anggota tim. Tim memiliki memeriksa kebutuhan akan prosedur baru
catatan tentang penyelesaian pekerjaan. Anggota B. Memperbolehkan anggota tim bekerja sendiri
tim secara berhasil memelihara tujuan jangka C. Bertindak cepat dan kuat untuk mengoreksi
panjang. Tim telah bekerja harmonis untuk D. Berpartisipasi dalam diskusi masalah, sementara itu
saat lampau. Semua sangat bermutu dalam menyediakan dukungan untuk anggota tim.
menjalankan tugas.
Pengkajian Diri Kepemimpinan Situasional (Skor)
Diambil dari: Hersey and Blanchar
Penilaian pengkajian diri Anda: Lingkari jawaban yang telah Anda pilih pada lembar di bawah ini. Kolom yang
terbanyak terpilih akan menentukan gaya kepemimpinan Anda berdasarkan model Hersey dan Blanchard.
Pilihan Tindakan
1 A C B D
2 D A C B
3 C A D B
4 B D A C
5 C B D A
6 B D A C
7 A C B D
8 C B D A
9 C B D A
10 B D A C
11 A C B D
12 C A D B
TOTAL
Karakteristik Responden
Nama :
……………………………………………………...…
Umur..................................................................................................................tahun
2. Accountability (kemampuan/kompetensi)
3 Authority (kepatuhan/ketaatan)
2) Variasi Tugas
Bagaimana tentang variasi tugas Anda (pilih yang paling sesuai)
No Pernyataan Tanggapan
1. Mengerahkan segala upaya perawat untuk memajukan ruang 1 2 3 4 5
rawat inap
2. Sulit beradaptasi dengan ruang rawat inap baru 1 2 3 4 5
No Pernyataan Tanggapan
No Pernyataan Tanggapan
1. Anda senantiasa menyetujui segala kebijaksanan dan 1 2 3 4 5
kepemimpinan ruang rawat inap selama ini
3. Kepemimpinan ruang rawat inap menjadi inspirator Anda dalam 1 2 3 4 5
bekerja
No Pernyataan Tanggapan
2) Mental model
Petunjuk: Beri tanda centang (√) pada kolom tanggapan dengan memerhatikan bahwa
aktivitas yang dikerjakan di tempat kerja. Seorang perawat, apakah mengerjakan tugas pokok
keperawatan atau tugas pokok di luar tugas pokok keperawatan.
No Pernyataan Tanggapan
1 2 3 4 5
1 Melaksanakan aktivitas keperawatan holistik
Berapa % yang menjadi tugas mandiri perawat.........% dan berapa untuk tugas tambahan di luar
kewenangan atau tugas mandiri perawat (tambahan sebagai pelimpahan, tugas dokter)............%
3) Motivasi
Petunjuk Jawaban tanggapan terhadap pernyataan:
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Ragu-ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
No Pernyataan Tanggapan
1 2 3 4 5
1 Saya merasa bangga dengan prestasi saya
Pimpinan memberikan pujian/sanjungan terhadap pekerjaan yang saya
2
lakukan
Saya bersedia bertanggung jawab terhadap pekerjaan (tugas pokok dan
3
di luar tugas pokok) yang telah dibebankan kepada saya
4 Saya merasa senang dan menikmati pekerjaan saya
Rumah sakit mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan
5
pengetahuan dan keterampilan saya
9 Hubungan kerja sesama tim perawat di ruang kerja saya adalah erat
4) Sikap
Petunjuk pengisian pada kolom tanggapan.
• STS = Sangat Tidak Setuju
• TS = Tidak Setuju
• RR = Ragu Ragu
• S = Setuju
• SS = Sangat Setuju
No. Pernyataan STS TS RR S SS
1 Saya menyukai atau senang dengan tugas pokok dan fungsi
perawat yang menjadi tanggung jawab saya saat ini
I Pengkajian
II Diagnosis
6 Diagnosis keperawatan sesuai dengan masalah yang telah
dirumuskan
7 Diagnosis keperawatan terdiri atas PE/PES
IV Tindakan
16 Tindakan yang dilaksanakan mengacu pada perencanaan
keperawatan
V Evaluasi
21 Bekerja sama dengan keluarga klien dalam memodifikasikan rencana
asuhan keperawatan
22 Evaluasi mengacu pada tujuan
23 Hasil evaluasi dicatat dan memodifikasi perencanaan
24 Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar
25 Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat membubuhkan paraf/
nama jelas, tanggal, dan jam dilakukan tindakan
4 KECEPATAN RESPONS
Saya dalam memberikan pelayanan selalu cepat dan tepat.
Kecepatan saya dalam memberikan pelayanan membutuhkan waktu
tunggu yang pendek.
5 COURTESY
Saya sopan terhadap pasien, keluarga pasien, tim sejawat perawat
dan tim kesehatan lain.
Saya menghargai pasien, keluarga pasien, tim sejawat perawat, dan
tim kesehatan lain.
6 SINCERETY
Saya jujur antara pikiran dan tindakan.
Saya bertanggung jawab atas tindakan dan menjaga kerahasian
pasien.
3) Kepuasan Perawat
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda √ pada kolom pilihan, yang sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam
pertanyaan/pernyataan hal
STP = Sangat Tidak Puas TP
= Tidak Puas
CP = Cukup Puas
P = Puas
SP = Sangat Puas
No PERNYATAAN STP TP CP P SP
Gaji
1 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan yang
Saudara lakukan saat ini
2 Sistem penggajian yang dilakukan institusi tempat Saudara
bekerja
3 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pendidikan Saudara
4 Pemberian insentif tambahan atas suatu prestasi atau kerja
ekstra
Fasilitas
5 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung
pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat
parkir, dan kantin
7 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi
udara, kebersihan, dan kebisingan
8 Adanya jaminan atas kesehatan/keselamatan kerja
9 Perhatian institusi rumah sakit terhadap Saudara
Hubungan Kerja
10 Hubungan antarkaryawan dalam kelompok kerja
11 Kemampuan dalam bekerja sama antarkaryawan
12 Sikap teman-teman sekerja terhadap Saudara
Kesesuaian Kerja
13 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan
Saudara
14 Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan
penugasan yang diberikan
Pengawasan
15 Kemampuan supervisi/pengawas dalam membuat keputusan
16 Perlakuan atasan selama saya bekerja di sini
17 Kebebasan melakukan suatu metode sendiri dalam
menyelesaikan pekerjaan
Promosi
18 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui
pelatihan atau pendidikan tambahan
19 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi
20 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapatkan
kenaikan pangkat
Nama : ………………………………………………….……..
Umur............................................................................................................................tahun
Jenis kelamin :……………………………..…………..………………
Diagnosis medis :…………………………………………..……….…….
PETUNJUK PENGISIAN
VALUE JUDGMENT (PENILAIAN) KEPUASAN
1. Sangat tidak setuju (STS) 1. Sangat tidak puas (STP)
2. Tidak setuju (TS) 2. Tidak puas (TP)
3. Setuju (S) 3. Puas (P)
4. Sangat setuju (SS) 4. Sangat puas (SP)
S TS S SS S TP P SP
T T
S P
1. Caring
Perawat mudah dihubungi dan selalu memberikan
perhatian kepada klien, memerhatikan keluhan pasien
(sebagai mahkluk individu dan sosial keluarga dan
masyarakat)
a. Perawat siap tanggap bila pasien membutuhkan dan
perawat mudah dihubungi perawat
S TS S SS S TP P SP
T T
S P
3 Kecepatan
keinginan untuk membantu dan menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan dengan segera. Indikatornya adalah kecepatan
dilayani bila pasien membutuhkan, waktu tunggu yang
pendek untuk mendapatkan pelayanan.
a. Perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien
penuh perhatian sesuai dengan kebutuhan/harapan
pasien.
4 Empati
pemberian layanan secara individual dengan penuh perhatian
dan sesuai kebutuhan/harapan pasien. Petugas mau
mendengarkan keluhan, memerhatikan dan membantu
menyelesaikan; petugas acuh dan acuh tak acuh.
a. Perawat dalam memberikan pelayanan cepat dan tepat.
5 Courtesy
Perilaku perawat yang sopan dengan menghargai pasien,
tenaga kesehatan lain dan sesama perawat.
a. Perawat sopan terhadap pasien, keluarga pasien, tim
sejawat perawat dan tim kesehatan lain.
6 Sincerity Kondisi
kualitas perawat yang didasarkan pada kejujuran antara
pikiran dan tindakannya.
a. Perawat jujur antara pikiran dan tindakannya.
IKLIM ORGANISASI
Petunjuk: berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia di sebelah kanan pada masing-masing butir pernyataan
dengan pilihan sebagai berikut.
Kode: STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
KS = Kurang Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
IKLIM ORGANISASI
No PERNYATAAN STS TS KS S SS SKOR
1. STRUKTUR
A. TINDAKAN PRODUKTIF
1. Tindakan Langsung
No Tindakan Keperawatan Langsung Waktu Frekuensi Rerata waktu
(Jam) tindakan (Jam)
Nama : ……………………………………………………..
Umur..............................................................................................tahun
Jenis kelamin :……………………………..………………………
Diagnosis Medis :……………………………………………….…….
PETUNJUK PENGISIAN
VALUE JUDGMENT (PENILAIAN) KEPUASAN
1. Sangat tidak setuju (STS) 1. Sangat tidak puas (STP)
2. Tidak setuju (TS) 2. Tidak puas (TP)
3. Setuju (S) 3. Puas (P)
4. Sangat setuju (SS) 4. Sangat puas (SP)
2. Kolaborasi
Perawat memotivasi, bersama-sama menyelesaikan masalah
pasien
a. Perawat bekerja sama dengan pasien dan keluarganya
dalam menyelesaikan masalah
b. Perawat bekerja sama dengan tim sejawat perawat, dan
tim medis dalam menyelesaikan masalah pasien.
3 Kecepatan
keinginan untuk membantu dan menyediakan pelayanan
yang dibutuhkan dengan segera. Indikatornya adalah
kecepatan dilayani bila pasien membutuhkan, waktu tunggu
yang pendek untuk mendapatkan pelayanan.
a. Perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien
penuh perhatian sesuai dengan kebutuhan/harapan
pasien.
b. Perawat selalu mendengarkan keluhan pasien dan
perawat tidak acuh tak acuh.
No Pernyataan Penilaian Kepuasan
STS TS S SS STP TP P SP
4 Empati
pemberian layanan secara individual dengan penuh
perhatian dan sesuai kebutuhan/harapan pasien. Petugas
mau mendengarkan keluhan, memerhatikan dan membantu
menyelesaikan; petugas acuh dan acuh tak acuh.
Perawat dalam memberikan pelayanan selalu cepat dan
tepat.
Kecepatan perawat dalam memberikan pelayanan
membutukan waktu tunggu yang pendek.
5 Courtesy
Perilaku perawat yang sopan dengan menghargai pasien,
tenaga kesehatan lain dan sesama perawat.
Perawat selalu sopan terhadap pasien, keluarga pasien, tim
sejawat perawat dan tim kesehatan lain.
Perawat selalu menggargai pasien, keluarga pasien, tim
sejawat perawat dan tim kesehatan lain.
6 Sincerity
Kondisi kualitas perawat yang didasarkan pada kejujuran
antara pikiran dan tindakannya.
1. Data Demografi
Nama : ……………………………………………
Umur.................................................................thn
Jenis kelamin :
Laki-laki
Perempuan
Agama :
Islam
Kristen
Katolik
Hindu
Budha
Tempat tinggal di Surabaya : Rumah (bersama orang tua)
Kos (tinggal sendiri)
2. Kepribadian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dari saya ini dengan “ya” bila sesuai dengan Saudara, atau “tidak” bila tidak sesuai
dengan Saudara (kosongi kolom kode)!
3. Harapan
Berilah tanda (√) pada jawaban yang Anda kehendaki (Kosongi kolom kode) STD
= sangat tidak diinginkan D = diinginkan
TD = tidak diinginkan SD = sangat diinginkan
BS = biasa saja
1. Beban kerja
Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan apa yang Anda pikirkan (kosongi kolom kode) SM
= sangat membebani TM = tidak membebani
M = membebani STM = sangat tidak membebani
2. Penghargaan
Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan pemikiran Anda (kosongi kolom kode)
No. Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
Kelelahan Emosional
1. Saya merasa, pengalaman profesi itu menguras emosi (saat
jam praktik & saat mengerjakan tugas)
2. Saya merasa saat berada di klinik/lapangan, saya
didayagunakan secara berlebihan di akhir jam praktik
(waktunya pulang masih disuruh-suruh oleh pembimbing klinik)
Depersonalisasi
4. Saya tidak peduli dengan apa yang dialami pasien dan hanya
menjalankan tugas saya seperlunya saja
NO PERTANYAAN JAWABAN
Keterangan:
Kesalahan 0–2 : kemampuan mengingat baik
Kesalahan 3–4 : gangguan mengingat ringan
Kesalahan 5–7 : gangguan mengingat sedang
Kesalahan 8–10 : gangguan mengingat berat
DAFTAR PUSTAKA
Pfeiffer. 1975. A short portable mental status questionnaire for the assessment of organic brain deficit in
elderly patients. Journal of American Geriatrics Society. Vol. 23, hlm. 433–41.
CONTOH 32
A. Restrukturasi Kerja
NO. PERTANYAAN Jawaban
SS S TS STS
B. Sistem Imbalan
NO. PERTANYAAN Jawaban
SS S TS STS
SS S TS STS
SS S TS STS
DAFTAR PUSTAKA
Kuesioner ini diadaptasi dari:
Cascio Wayne F. 1992. Managing Human Resource, Productivity, Quality of Work Life, Propits, ed.
Graduate School of Bussiness University of Colorado. Denver. Singapura: McGraw Hill.
CONTOH 32
Petunjuk :
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia di sebelah kanan pada masing-masing pernyataan, sesuai
dengan yang Anda rasakan, dengan kategori pilihan sebagai berikut.
STS = Sangat tidak setuju
TS = Tidak setuju
R = Ragu-ragu
S = Setuju
SS = Sangat setuju
No Pernyataan Tanggapan
a. Work Life-Home Life Dimensions STS TS R S SS
1. Saya mampu menyeimbangkan pekerjaan dengan kebutuhan keluarga
saya.
2. Saya mampu mengatur perawatan anak meskipun saya bekerja.
3. Saya memiliki energi yang tersisa setelah bekerja.
4. Saya merasa bahwa jadwal sif jaga membawa dampak sehingga
mempengaruhi hidup saya (UF).
5. Kebijakan organisasi saya untuk waktu cuti bersama keluarga sudah
memadai.
6. Saya mampu untuk mengatur penitipan merawat orang tua yang sudah
tua.
7. Saya mampu mengatur perawatan sehari-hari untuk anak saya ketika
sakit.
b. Work Design Dimensions STS TS R S SS
1. Saya menerima bantuan dan dukungan yang cukup dari perawat yang
memenuhi syarat.
2. Saya puas dengan pekerjaan saya.
3. Beban pekerjaan saya rasakan terlalu berat (UF: Unfavourable).
4. Saya memiliki otonomi untuk membuat keputusan perawatan pasien.
5. Saya melakukan banyak tugas nonkeperawatan (UF).
6. Saya mengalami banyak interupsi dalam tugas rutinitas pekerjaan saya
sehari-hari (UF).
7. Saya memiliki cukup waktu untuk melakukan pekerjaan saya dengan
baik.
8. Saya mampu memberikan kualitas perawatan pasien dengan baik.
9. Saya menerima bantuan dan dukungan dari perawat yang berkualitas.
c. Work Context Dimensions STS TS R S SS
1. Saya mampu berkomunikasi dengan baik dengan perawat manajer atau
supervisor saya.
2. Saya memiliki persediaan peralatan yang memadai untuk perawatan
pasien.
3. Perawat manajer atau supervisor saya memberikan pengawasan yang
memadai.
4. Persahabatan dengan rekan kerja, penting bagi saya.
5. Pengaturan pekerjaan saya memberikan peluang kemajuan karier.
6. Saya merasa perlu ada kerja sama tim dalam pengaturan pekerjaan.
7. Saya merasa senang bekerja, seperti dalam keluarga.
8. Saya mampu berkomunikasi dengan terapis atau tenaga kesehatan
lainnya.
9. Saya menerima umpan balik atas kinerja saya dari perawat manager
atau supervisor saya.
10. Saya dapat berpartisipasi dalam keputusan yang dibuat oleh perawat
manajer atau supervisor saya
11. Saya merasa dihormati oleh dokter dan tim kesehatan lain dalam
pekerjaan saya.
12. Ruang istirahat atau ruang ganti perawat saya nyaman.
13. Saya memiliki akses ke program pendidikan melalui pengaturan
pekerjaan saya.
14. Saya menerima dukungan dalam layanan dan program pendidikan
berkelanjutan.
15. Saya dapat dengan mudah berkomunikasi dengan dokter dalam
pekerjaan saya.
16. Kemampuan dan prestasi saya diakui oleh manajer atau supervisor saya.
17. Kebijakan keperawatan dan prosedur tindakan memfasilitasi pekerjaan
saya.
18. Saya merasa rumah sakit menyediakan lingkungan yang aman.
19. Saya merasa aman dari bahaya pribadi (fisik, emosi, maupun lisan) di
tempat kerja.
20. Saya merasa bahwa manajemen tingkat atas memiliki rasa hormat
terhadap keperawatan.
d. Work World Dimensions STS TS R S SS
1. Saya percaya bahwa, umumnya, masyarakat memiliki gambaran yang
benar tentang profesi perawat.
2. Gaji saya saat ini sudah cukup memadai bila dibandingkan dengan
kondisi pekerjaan perawat saat ini.
3. Saya dapat menemukan pekerjaan yang sama di organisasi lain dengan
gaji dan manfaat yang sama.
4. Saya merasa profesi pekerjaan perawat sebagai profesi yang aman.
5. Saya percaya, pekerjaan ini memengaruhi dan bermanfaat bagi
kehidupan pasien/keluarga.
CONTOH 33
Cara pengisian
Isilah kolom kosong dari setiap pertanyaan dengan angka antara 0 sampai dengan 100 yang menurut Anda sesuai
dengan keadaan Anda. 0 berarti “tidak ada”; 100 berarti “seluruhnya”.
0 50 100
1. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda memahami tubuh Anda dan bagaimana tubuh
Anda bekerja?
2. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang pola makan sehubungan dengan
kesehatan Anda?
3. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang olahraga sehubungan dengan
kesehatan Anda?
4. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang kecukupan tidur dan istirahat sehubungan
dengan kesehatan Anda?
5. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang merokok sehubungan dengan
kesehatan Anda?
6. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang stres sehubungan dengan kesehatan
Anda?
7. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang kekuatan diri Anda sendiri?
Pertanyaan di bawah ini sedikit berubah dibanding sebelumnya; isilah kolom kosong dari tiap pertanyaan dengan
angka 0 sampai dengan 100. 0 berarti “tidak sama sekali”; 100 berarti “seluruhnya”.
8. Pada skala 0 sampai dengan 100, sesadar apa Anda tentang seksualitas Anda?
9. Pada skala 0 sampai dengan 100, sesadar apa Anda tentang perasaan Anda?
10. Pada skala 0 sampai dengan 100, semampu apa Anda menggambarkan berbagai perasaan yang sudah
Anda alami?
11. Pada skala 0 sampai dengan 100, semampu apa Anda membicarakan tentang perasaan Anda?
12. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa pengalaman Anda mengambil keputusan tentang
kesehatan Anda?
13. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda menilai kesehatan Anda?
14. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa keluarga Anda menilai kesehatan mereka?
15. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa teman Anda menilai kesehatan mereka?
Untuk pertanyaan selanjutnya, isilah kolom kosong dari tiap pertanyaan dengan persentase dari 0% sampai dengan
100%. 0% berarti “tidak ada”; 100% berarti “seluruhnya”.
0 50 100
% 16. Berapa persen dari waktu Anda, bahwa Anda membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan
Anda?
% 17. Berapa persen dari waktu Anda, Anda berpikir jelas dan logis tentang kesehatan Anda?
% 18. Berapa persen dari waktu Anda, Anda terlibat dengan apa yang terjadi dengan kesehatan Anda?
% 19. Berapa persen dari waktu Anda, Anda berpikir tentang kesehatan Anda?
% 20. Berapa persen dari waktu Anda, bahwa kurangnya informasi terkait dengan bagaimana Anda merawat
kesehatan Anda?
% 21. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa terlalu lelah untuk merawat kesehatan Anda sendiri?
% 22. Berapa persen dari waktu Anda, Anda mempunyai firasat baik tentang kesehatan Anda?
% 23. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa bangga bahwa Anda telah melakukan suatu hal dengan
benar?
% 24. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa badan Anda baik?
% 25. Berapa persen dari waktu Anda, Anda mempunyai kontrol terhadap kesehatan Anda?
% 26. Berapa persen dari waktu Anda, Anda berpikir tentang bagaimana kesehatan Anda di masa yang akan
datang?
% 27. Berapa persen dari waktu Anda, teman Anda mengatakan atau melakukan hal yang membuat Anda
bersemangat merawat kesehatan Anda?
% 28. Berapa persen dari waktu Anda, keluarga Anda mengatakan atau melakukan hal yang membuat Anda
bersemangat merawat kesehatan Anda?
% 29. Ketika Anda membutuhkan informasi, berapa persen dari waktu Anda disediakan untuk mencari
informasi tersebut?
% 30. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa tidak berdaya merawat kesehatan Anda?
% 31. Berapa persen dari waktu Anda, sebaya Anda menekan Anda untuk melakukan hal yang tidak baik
bagi kesehatan Anda?
% 32. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa nyaman tentang diri Anda?
% 33. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa nyaman karena melakukan sesuatu dengan baik?
% 34. Berapa persen dari waktu Anda, Anda membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan Anda?
Petunjuk Skoring
Skala 3: Pengetahuan tentang kesehatan dan kemampuan mengambil keputusan (Health knowledge and
decision-making capability)
Berilah tanda centang (🗸) pada salah satu kolom untuk setiap jawaban yang paling sesuai.
Nomor Responden :
Hari nifas ke :
No Perawatan diri ibu nifas
A Kebutuhan dalam memenuhi nutrisi ibu postpartum atau menyusui YA TIDAK
Penyediaan menu gizi seimbang yang terdiri
1. Memilih jenis makanan untuk ibu menyusui/nifas (bobot 2)
a. Memilih sayur yang berwana hijau tua dan buah yang segar
b. Mengurangi makanan yang manis-manis dan berlemak
2. Menyediakan menu gizi seimbang (bobot 6)
a. Makanan pokok
b. Lauk pauk (daging/ikan/ayam, kacang-kacangan/tahu/tempe )
c. Sayuran dan buah berwarna hijau (bayam, kangkung, pepaya,
pisang, jeruk, dan lain-lain)
d. Snacking padat kalori (bubur kacang hijau
e. Susu atau 2 butir telur.
f. Minum 3 liter/8−10 gelas perhari
3. Mengolah makanan (bobot 2)
a. Sayuran atau buah dicuci dulu baru di potong
b. Mengupayakan makanan selalu segar
4. Mengonsumsi kebutuhan nutrisi yang diperlukan (bobot 1)
a. Mampu makan dan minum sendiri
5. Kemampuan mengontrol makanan yang dilarang selama menyusui (bobot 3)
a. Tidak boleh merokok, minum-minuman keras, dan diet yang terlalu
ketat
b. Mengurangi minum kopi dan minuman bersoda
c. Mengurangi makanan atau minuman yang terlalu manis
SKOR
B Aktivitas (bergerak) YA TIDAK
1. Bergerak yang dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan miring kanan
atau kiri, duduk kemudian berjalan
2. Bangun dari tempat tidur 24−48 jam setelah melahirkan
SKOR
C Cara memenuhi kebutuhan kebersihan diri YA TIDAK
Pelaksanaan kebersihan diri yang terdiri atas:
1. Mandi 2 kali sehari
2. Mampu membersihkan mulut (gosok gigi sendiri)
3. Menyediakan air bersih untuk mandi
4. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur.
5. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia
SKOR
Minum Obat
1.
2.
ANC
D Perawatan Perineum YA TIDAK
No Perawatan diri ibu nifas
Pelaksanaan perawatan perineum yang terdiri atas:
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan perineum/kemaluan
2. Mengganti pembalut setiap 4−6 jam atau setiap selesai BAB/BAK
3. Memasang pembalut dari muka ke belakang
4. Mengalirkan/membilas perineum setiap selesai BAB/BAB dan
mengeringkan
5. Melakukan rendam duduk jika takut memegang daerah kemaluan
6. Mengoleskan salep jika ada indikasi
7. Berbaring pada sisi tubuh untuk menghindari tekanan/hindari duduk/
berdiri lama
SKOR
E Perawatan payudara YA TIDAK
1. Cuci tangan sebelum masase. Lalu tuangkan minyak kedua belah telapak
tangan secukupnya. Pengurutan dimulai dengan ujung jari, caraya:
2. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan
dua atau tiga jari tangan kanan. Mulai dari pangkal payudara dan berakhir
dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.
3. Selanjutnya buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal
payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara.
Lakukan gerakan seperti ini pada payudara kanan
4. Gerakan selanjutnya letakkan kedua kelompok tangan di antara dua
payudara. Urutlah dari tengan ke atas sambil mengangkat kedua payudara
dan lepaskan keduanya berlahan. lalukan gerakan ini ± 30 kali
5. Lalu cobalah posisi tangan pararel. Sangga payudara dengan satu tangan,
sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari
arah pangkal payudara ke arah puting susu. lakukan gerakan ini sekitar
30 kali. Setelah itu, letakkan satu tangan disebelah atas dan satu lagi di
bawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke arah
puting susu dengan cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai
semua bagian payudara terkena urutan.
SKOR
Catatan
NILAI YANG DIPEROLEH Skor Terendah 10
Skor pelaksanaan memenuhi nutrisi = Skor Tertinggi 38
skor pelaksanaan mobilisasi =
skor pelaksanaan kebersihan diri = Akan dikategori menjadi:
skor pelaksanaan perawatan perineum = Mandiri : Skor: 30−38
skor pelaksanaan perawatan payudara = Memerlukan Bantuan : Skor: 20−29
skor pelaksanaan eliminasi BAK = Tergantung : Skor: 10−19
skor pelaksanaan eliminasi BAB = +
TOTAL
CONTOH 35
All rights reserved. Publications of the World Health Organization can be obtained from
Marketing and Dissemination, World Health Organization, 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27,
Switzerland (tel: +41 22 791 2476; fax: +41 22 791 4857; email: bookorders@who.int).
Requests for permission to reproduce or translate WHO publications—whether for sale or for
noncommercial distribution—should be addressed to Publications, at the above address (fax:
+41 22 791 4806; email: permissions@who.int).
The designations employed and the presentation of the material in this publication do not
imply the expression of any opinion whatsoever on the part of the World Health Organization
concerning the legal status of any country, territory, city or area or of its authorities, or
concerning the delimitation of its frontiers or boundaries. Dotted lines on maps represent
approximate border lines for which there may not yet be full agreement.
The mention of specific companies or of certain manufacturers’ products does not imply that
they are endorsed or recommended by the World Health Organization in preference to others
of a similar nature that are not mentioned. Errors and omissions excepted, the names of
proprietary products are distinguished by initial capital letters.
The World Health Organization does not warrant that the information contained in this
publication is complete and correct and shall not be liable for any damages incurred as a
result of its use.
Acknowledgements
Translation of this document was performed on behalf of the World Health Organization by Dr Ratna
Mardiati; Satya Joewana, Catholic University Atma Jaya, Jakarta; Dr Hartati Kurniadi; Isfandari,
Indonesia Ministry of Health and Riza Sarasvita, Fatmawati Drug Dependence Hospital, Jakarta.
WHOQOL-BREF
Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup, kesehatan dan hal-
hal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan setiap pertanyaan kepada anda, bersamaan
dengan pilihan jawaban. Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai. Jika anda
tidak yakin tentang jawaban yang akan anda berikan terhadap pertanyaan yang diberikan,
pikiran pertama yang muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang terbaik.
Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian anda.
Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan anda pada empat minggu
terakhir.
Sangat
Sangat buruk Buruk Biasa-biasa saja Baik
baik
Sangat
Sangat tdk Tdk Memuas-
Biasa-biasa saja memuas-
memuaskan memuaskan kan
kan
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal berikut ini
dalam empat minggu terakhir.
Tdk sama Dlm jumlah Sangat Dlm jumlah
Sedikit
sekali sedang sering berlebihan
Biasa-biasa
Sangat buruk Buruk saja Baik Sangat baik
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-hal
berikut dalam empat minggu terakhir.
Transformed scores*
Equations for computing domain scores Raw score
4-20 0-100
27. Domain 1 (6-Q3) + (6-Q4) + Q10 + Q15 + Q16 + Q17 + Q18
a. = b: c:
+ + + + + +
28. Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + (6-Q26)
a. = b: c:
+++ + +
29. Domain 3 Q20 + Q21 + Q22
a. = b: c:
+ +
30. Domain 4 Q8 + Q9 + Q12 + Q13 + Q14 + Q23 + Q24 + Q25
a. = b: c:
+++ + + + +
CONTOH 36
Petunjuk:
Berilah tanda centang (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban Saudara.
A. Data Demografi
1. Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
2. Pendidikan
Sekolah Perawat Kesehatan
D-3 Keperawatan/D-4 Keperawatan
S-1 Keperawatan
S-2 Keperawatan
3. Usia
21–30 tahun
31–40 tahun
41–50 tahun
>50 tahun
B. Pengetahuan
C. Sikap
D. Norma Subjektif
E. Intensi
Kuesioner Pengetahuan
Petunjuk: berilah tanda (×) pada pernyataan yang diangap benar pada kotak di depan pernyataan.
Jawaban boleh lebih dari satu.
Skor
1. Pengertian dokumentasi asuhan keperawatan adalah:
Catatan yang dapat dibuktikan kebenaranya secara hukum
Kumpulan informasi yang dikumpulkan oleh perawat sebagai pertanggung
jawaban terhadap pelayanan yang telah diberikan
Catatan yang memuat seluruh informasi untuk mengukur diagnosis,
menyusun rencana, melaksanakan, dan mengevaluasi
2. Dokumentasi merupakan hal yang penting dalam kaitannya pada pemberian asuhan
keperawatan karena:
Total skor
KUESIONER SIKAP
BAGIAN 1
Berikut ini akan diberikan beberapa pernyataan. Anda diminta untuk memberikan penilaian
sesuai dengan apa yang Anda pikirkan/rasakan, dengan mengisi titik-titik dengan pilihan jawaban
yang disediakan. Pilihan jawabannya adalah sebagai berikut.
Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang ada di
sebelah kanan pernyataan.
Misal:
No N Pernyataan SBu Bu B SB
1 Bagi saya, olahraga adalah kegiatan yang…….……… X
Jawaban di atas berarti: Menurut Anda, olahraga adalah kegiatan yang sangat baik.
Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan teliti.
Mohon Bantuan untuk Mengerjakan dengan Cermat dan Teliti
No Pernyataan Sangat Buruk Baik Sangat
Buruk Baik
1 Bagi saya, penulisan asuhan keperawatan adalah
tindakan yang …...........
2 Bagi saya, tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
adalah sesuatu hal yang …...........
3 Bagi saya, menghabiskan banyak waktu untuk sampai
tujuan adalah suatu hal yang …...........
4 Bagi saya, memberikan perlindungan hukum kepada
perawat adalah hal yang …...........
5 Bagi saya, melakukan monitoring terhadap
perkembangan pasien adalah suatu hal yang …...........
6 Bagi saya, melakukan perawatan yang berfokus dan
sesuai dengan kondisi pasien adalah suatu hal yang
…...........
7 Bagi saya, menambah beban kerja untuk sampai tujuan
adalah suatu hal yang …...........
8 Bagi saya, membuat bukti tertulis tindakan yang telah
perawat lakukan adalah suatu hal yang …...........
9 Bagi saya, komunikasi antara perawat dengan perawat
dan tim kesehatan lain adalah suatu hal yang …...........
10 Bagi saya, membuat bukti fisik penilaian angka kredit
adalah tindakan yang …...........
11 Bagi saya, menghabiskan banyak form untuk mencapai
tujuan adalah tindakan yang …...........
12 Bagi saya, memudahkan penghitungan tarif adalah hal
yang …...........
13 Bagi saya, menyediakan sumber data untuk penelitian
adalah hal yang …...........
Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang ada di
sebelah kanan pernyataan.
Misal:
No Pernyataan STS TS S SS
1 Olahraga adalah kegiatan yang menyehatkan X
Jawaban di atas berarti: Anda sangat setuju bahwa olahraga adalah kegiatan yang
menyehatkan.
Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan
teliti.
Mohon Bantuan untuk Mengerjakan dengan Cermat dan Teliti
Berikut ini akan diberikan beberapa pernyataan. Anda diminta untuk memberikan penilaian
sesuai dengan apa yang Anda pikirkan/rasakan. Pilihan jawabannya adalah sebagai berikut.
Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang ada di
sebelah kanan pernyataan.
BAGIAN 1
Misal:
No Pernyataan STS TS S SS
1 Biasanya, saya akan mengikuti apa yang disarankan oleh X
orang tua saya
Jawaban di atas berarti: Anda setuju untuk mengikuti saran yang disampaikan oleh orang tua
Anda
Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan
teliti.
No Pernyataan STS TS S SS
1 Biasanya, saya akan mengikuti apa yang disampaikan oleh komite
keperawatan
2 Biasanya, saya akan melakukan hal yang dianjurkan oleh kepala
bidang keperawatan
3 Biasanya, saya akan mengikuti apa yang disampaikan oleh kepala
Instalasi Rawat Inap
4 Biasanya, saya akan melakukan hal yang dianjurkan oleh kepala
ruangan
5 Biasanya, saya akan melakukan hal yang disarankan oleh rekan
sejawat saya
6 Biasanya, saya akan melakukan hal yang disarankan oleh tim
kesehatan lain (salah satunya dokter)
Jawaban di atas berarti: Anda setuju bahwa orang tua Anda mendukung Anda untuk bekerja
sebagai seorang perawat.
Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan
teliti.
No Pernyataan STS TS S SS
BAGIAN 1
Berikut ini terdapat dua bagian kuesioner (bagian 1 dan 2) yang masing-masing berisi
beberapa pernyataan. Anda diminta untuk memberikan penilaian sesuai dengan apa yang Anda
pikirkan/rasakan. Pilihan jawabannya adalah sebagai berikut.
Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang ada di
sebelah kanan pernyataan.
BAGIAN 1
Misal:
No Pernyataan STS TS S SS
1 Malas dapat menjadi hambatan untuk berolahraga X
Jawaban di atas berarti: Anda setuju bahwa malas dapat menjadi faktor penghambat untuk
berolahraga.
Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan
teliti.
Mohon Bantuan untuk Mengerjakan dengan Cermat dan Teliti
No Pernyataan STS TS S SS
1 Peraturan RS merupakan faktor pendorong untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
2 Kesadaran akan pentingnya bukti legal etik pelayanan kepada klien
menjadi faktor pndorong untuk melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan.
3 Motivasi untuk menjalankan kewajiban, tanggung jawab perawat
menjadi faktor pendukung untuk melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan.
4 Kondisi ruangan yang sibuk dengan Bed Occupation Rate (BOR)
yang tinggi dan rutinitas ruangan merupakan hambatan untuk
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
5 Adanya supervisi dari atasan merupakan faktor pendorong untuk
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
6 Kebutuhan akreditasi RS atau evaluasi mutu merupakan faktor
pendorong untuk melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan.
7 Kebutuhan akan ada media komunikasi tertulis antar perawat dan
dengan tim kesehatan lain menjadi pendorong untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
8 Belum ada pedoman baku dan format tidak sesuai dengan standar
akreditasi menjadi hambatan untuk melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan.
9 Faktor pengetahuan perawat tentang pentingnya pendokumentasian
asuhan keperawatan merupakan faktor pendorong untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
10 Faktor malas dan ribet merupakan faktor penghambat untuk saya
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
11 Tersedianya sarana dan prasarana (format, petunjuk teknis dan lain-
lain) menjadi faktor pendukung untuk melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan.
12 Kondisi pasien yang gawat menjadi faktor penghambat untuk
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
13 Faktor beban kerja merupakan penghambat untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
14 Faktor waktu merupakan penghambat untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
15 Minimumnya reward merupakan penghambat untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
Berikut ini akan diberikan beberapa pernyataan. Anda diminta untuk memberikan penilaian
sesuai dengan apa yang Anda pikirkan/rasakan. Pilihan jawabannya adalah sebagai berikut.
SK = Sangat Kecil
K = Kecil
B = Besar
SB = Sangat Besar
Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang ada di
sebelah kanan pernyataan.
BAGIAN 1
Misal:
No Pernyataan SK K B SB
1 Bagi saya malas menjadi faktor penghambat yang................Untuk X
berolahraga
Jawaban di atas berarti: Bagi Anda, faktor malas menjadi penghambat yang besar untuk
berolahraga.
Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan
teliti!
Mohon Bantuan untuk Mengerjakan dengan Cermat dan Teliti
Petunjuk Pengisian
Jawablah sesuai dengan apa yang pikirkan/inginkan saat ini:
Jawaban 1 = sangat tidak setuju, pilih bila menurut persepsi/niat Anda sangat tidak
sesuai dengan pernyataan dalam kalimat.
Jawaban 2 = tidak setuju, pilih bila menurut persepsi/niat Anda tidak sesuai dengan
pernyataan dalam kalimat.
Jawaban 3 = setuju, pilih bila menurut persepsi/niat Anda sesuai dengan pernyataan dalam
kalimat.
Jawaban 4 = sangat setuju, pilih bila menurut persepsi/niat Anda sangat sesuai dengan
pernyataan dalam kalimat.
Pertanyaan
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
5. Saya memiliki keinginan untuk mendokumentasikan evalusi yang telah saya lakukan
terhadap klien, dengan menggunakan pendekatan SOAP dan mengacu kepada tujuan dan
kriteria hasil.
1 2 3 4
6. Saya memiliki keinginan untuk melakukan dokumentasi asuhan keperawatan dengan jelas,
ringkas dan memiliki istilah baku dan benar, selalu mencantumkan paraf, nama, tanggal
dan jam tindakan dilakukan dan menyimpan berkas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
1 2 3 4
LEMBAR OBSERVASI: PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN
Pertama, lingkarilah angka (0-10) yang paling tepat untuk Kedua, perhaatikan jika salah satu dari hal dibawah ini menjadi masalah bagi anda Salama minggu
Menggambarkan seberapa besar distres yang anda alami pada minggu ini ini, termasuk hari ini. Pastikan memberikan tanda check (√)
termasuk hari ini. Pada jawaban YA atau TIDAK pada setiap hal.
Masalah Praktis
Perawatan Anak Penampilan
Perawatan rumah Mandi/Berpakaian
Keuangan Bernapas
Distres Berat Transportasi Perubahan pola berkemih
Sekolah/pekerjaan Konstipas/sembelit
Diare
Masalah Keluarga Makan
Menghadapi anak Menghadapi Lelah
suami Menghadapi Bengkak
teman/saudara dekat Demam
Gelisah
Masalah Emosi Gangguan pencernaan
Depresi Ingatan/Konsentrasi
Ketakutan Gugup Sariawan
Sedih Mual
Khawatir Hidung kering/ buntu
Hilang keinginan untuk Nyeri
Ba
Tidak Distres melakukan kegiatan seperti Gangguan seksual
biasa Kulit kering/Gatal gia
Tidur n 4:
Kesemutan di tangan/kaki Co
nto
Spiritual/Reliji Masalah Lainnya:
h
Pen
C
yus
O una
N n
T Inst
ru
O me
H
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 359
CONTOH 38
Rekomendasi dari orang lain, kebutuhan customer, dan pengalaman masa lalu dimodifikasi dari instrument of
SERVQUAL
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda (√) pada kotak jawaban yang menurut Anda paling benar, tepat, dan sesuai (kami menjamin jawaban yang
diberikan akan sangat dirahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja).
Nilai
No. Atribut
1 2 3 4 5 6 7
1. Anda mendengar dari orang lain (teman, kerabat, tetangga, dan
lain-lain) bahwa puskesmas memiliki peralatan perawatan dan
pemeriksaan yang terkini (up to date)
2. Anda mendengar dari orang lain (teman, kerabat, tetangga, dan
lain-lain) bahwa fasilitas fisik di puskesmas lengkap dan menarik
perhatian
3. Banyak yang membicarakan pelayanan di puskesmas ramah dan
menyenangkan
4. Anda mendengar dari orang lain bahwa fasilitas yang tersedia sesuai
dengan jenis pelayanan yang diberikan
5. Banyak yang membicarakan keterampilan dan keahlian perawat di
puskesmas dalam menangani kondisi pasien
6. Banyak yang menceritakan kebaikan hati perawat di puskesmas yang
murah senyum dan selalu siap membantu pelanggan
Kuesioner Kebutuhan Customer
Nilai
No. Atribut
1 2 3 4 5 6 7
1. Anda membutuhkan pelayanan di puskesmas yang dapat dipercaya/
diandalkan
2. Anda ingin dilayani sesuai waktu yang dijanjikan
3. Pendokumentasian hasil pemeriksaan harus ditulis dengan akurat
4. Anda harus mengetahui semua prosedur tindakan pemeriksaan yang
akan dilakukan oleh perawat di puskesmas kepada Anda
5. Anda harus mendapatkan pelayanan yang cepat dan tanggap dari
puskesmas sesuai keinginan Anda
6. Anda tidak harus selalu mendapat bantuan dari perawat ketika
memerlukan pertolongan
7. Anda langsung menyalahkan perawat jika perawat terlalu sibuk dan
tidak segera membantu keperluan Anda
Kuesioner Pengalaman Masa Lalu
Tidak pernah : skor 1
Hampir tidak pernah : skor 2
Jarang : skor 3
Biasanya : skor 4
Kadang-kadang : skor 5
Hampir selalu : skor 6
Selalu : skor 7
Nilai
No. Atribut
1 2 3 4 5 6 7
1. Anda dapat mempercayai sepenuhnya tindakan pemeriksaan dan
perawatan di puskesmas
2. Anda merasa sangat aman saat berinteraksi dengan perawat di
puskesmas
3. Perawat di puskesmas bersikap ramah dan sopan santun terhadap
Anda
4. Perawat di puskesmas tidak pernah terlihat marah dan cemberut saat
melakukan pelayanan karena ditunjang fasilitas yang memadai dari
puskesmas
5. Perawat di puskesmas memberikan perhatian khusus pada Anda
dengan berbicara dari hati ke hati
6. Perawat tidak bisa memberikan pilihan solusi atas masalah Anda
7. Perawat puskesmas tidak tahu dan tidak berusaha memahami apa
yang Anda butuhkan
8. Puskesmas ini adalah pilihan pertama Anda untuk mencari
pengobatan
9. Jam kerja puskesmas sangat pendek sehingga Anda tidak pernah
sempat berobat ke puskesmas setiap kali Anda sakit
CONTOH 39
RISIKO JATUH
Keterangan:
Tingkat risik:
Skor >51 risiko tinggi, lakukan intervensi jatuh risiko tinggi
Skor 25–50 risiko rendah, lakukan intervensi jatuh standar
Skor 0–24 tidak berisiko, perawatan yang baik
PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN ANAK SKALA HUMPTY DUMPTY
KETERANGAN:
Tingkat Risiko dan Tindakan
Skor 7−11: Risiko Rendah untuk Jatuh
Skor ≥12: Risiko Tinggi untuk Jatuh
Skor minimal: 7
Skor maksimal : 23
PENILAIAN RISIKO JATUH PADA PASIEN GERIATRI
Keterangan:
Tingkat risiko:
Risiko Rendah bila skor 1−3 : Lakukan intervensi risiko rendah
Risiko Tinggi bila skor > 4: Lakukan intervensi risiko tinggi
CONTOH 40
INSTRUMEN NYERI
A. PENGKAJIAN NYERI PADA NEONATUS-NEONATAL (NIPS)
B. PENGKAJIAN NYERI PADA BAYI USIA 0−1 TAHUN FLACC PAIN SCALE
C. PENGKAJIAN NYERI PADA PASIEN DEWASA (VISUAL AID SCALE)
D. PENGKAJIAN NYERI PADA PASIEN TIDAK SADAR (BEHAVIOURAL PAIN SCALE/BPS)
A. NYERI PADA
NEONATUS−NEONATAL (NIPS)
Keterangan:
Skala Nyeri Intervensi
1. 0−2 = Nyeri ringan tidak nyeri Tidak ada
: Intervensi tanpa obat, dievaluasi selama 30 menit
2. 3−4 = Nyeri sedang- Nyeri ringan : Intervensi tanpa obat, bila masih nyeri bisa diberikan
3. > 4 = Nyeri hebat analgesik dan dievaluasi selama 30 menit
:
FLACC PAIN SCALE
Keterangan:
0= Relaks dan nyaman (relaxed and comfortable)
1−3= Sedikit tidak nyaman (mild discomfort)
4−6= Nyeri sedang (moderate pain)
7−10 = Sangat tidak nyaman/nyeri hebat (severe discomfort/pain)
C. NYERI
PADA PASIEN
DEWASA
No Skala Nyeri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skor Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... .....
1 Tidak Nyeri 0
2 Minor
Nyeri Sangat ringan 1
Nyeri Tidak nyaman 2
Nyeri Dapat ditoleransi 3
3 Sedang
Menyusahkan 4
Sangat menyusahkan 5
Nyeri hebat 6
4 Berat
Sangat hebat 7
Sangat menyiksa 8
Tak tertahankan 9
Tak dapat diungkapkan 10
TOTAL SKOR
0 2 4 6 8 10
Tidak Sakit Sedikit Sedikit Lebih Nyeri Sangat Sangat
Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Sekali
D. NYERI PADA
PASIEN TIDAK SADAR
Keterangan:
0= Tidak nyeri (No pain)
1−3 = Nyeri ringan (Mild pain)
4−6 = Nyeri sedang (Moderate pain)
≥ 6 = Nyeri yang tidak terkendali (Uncontrolled pain)
CONTOH 41
A. FLEBITIS
B. DEKUBITUS
C. PNEUMONIA
D. INFEKSI LUKA OPERASI (ILO)
E. INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK
A. FLEBITIS
Keterangan:
Skala Nyeri Intervensi
1. 0 = Tidak ada tanda flebitis 1. Observasi kanul
2. 1–2 = Tahap Awal flebitis 2. Resite kanul
3. 3–4 = Awal Tromboflebitis 3. Resite kanul dan pertimbangkan perawatan
4. 5 = Stadium lanjut Tromboflebitis 4. Memulai perawatan
B. DEKUBITUS
NORTON SCALE
Interpretasi:
Nilai maksimum 20
Nilai minimum 5
Pasien berisiko dekubitus jika nilai < 14
C. PNEUMONIA
Lembar 1
Untuk memastikan diagnosa ISK, harus ada minimal 1 dari 4 kriteria di bawah ini.
KUESIONER KEPRIBADIAN
BIG FIVE PERSONALITY
(John OP, Robins RW & Pervin, 2008; dlm buku: Handbook of Personality: Theory
and Research 3rd. New York: Guilford Press)
Petunjuk pengisian :
1. Jawablah pernyataan berikut dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang tersedia.
2. Di dalam pernyataan tidak ada salah dan benar. Pernyataan berikut merupakan persepsi Anda tentang
diri Anda dalam berbagai situasi. Jawaban menunjukkan kecenderungan kekuatan terhadap pernyataan.
Jawablah sesuai dengan pilihan berikut.
STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju
TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju R
= Ragu-Ragu
KUESIONER KOMITMEN
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia di sebelah kanan pada masing-masing pernyataan, sesuai
dengan yang Anda rasakan, dengan kategori pilihan sebagai berikut.
STS = Sangat tidak setuju
TS = Tidak setuju
R = Ragu-ragu
S = Setuju
SS = Sangat setuju
Pernyataan Tanggapan
Komitmen Afektif STS TS R S SS
1. Saya akan sangat senang untuk menghabiskan sisa karier saya di
(INSTITUSI)
2. Saya senang membicarakan tentang (INSTITUSI) dengan orang lain
3. Saya merasa bahwa masalah (INSTITUSI) juga merupakan masalah saya
4. Saya dapat dengan mudah menyatu dengan tempat kerja yang lain
seperti saya menyatu dengan (INSTITUSI)
5. Saya tidak merasa menjadi bagian dari keluarga besar (INSTITUSI)
6. Saya tidak merasa terikat secara emosional dengan (INSTITUSI)
7. (INSTITUSI) memiliki makna yang besar bagi diri saya
8. Saya mempunyai rasa memiliki yang kuat terhadap (INSTITUSI)
Komitmen Kontinuan STS TS R S SS
1. Saya tidak takut dengan apa yang mungkin terjadi jika saya keluar dari
pekerjaan saya dan putus hubungan dengan (INSTITUSI) – (UF)
2. Saya merasa berat untuk meninggalkan (INSTITUSI) sekarang, bahkan
saya merasa ingin tetap.
3. Akan terjadi banyak masalah dalam hidup saya jika saya keluar dari
(INSTITUSI)
4. Saya tidak akan merasa rugi jika meninggalkan (INSTITUSI) dalam waktu
dekat (UF)
5. Saat ini, bekerja di (INSTITUSI) adalah suatu keharusan bagi saya
6. Saya tidak memiliki cukup alasan untuk meninggalkan (INSTITUSI)
7. Saya tidak keluar dari (INSTITUSI) karena sulit untuk mendapatkan
alternatif pekerjaan di tempat lain
8. Salah satu alasan utama saya melanjutkan bekerja di (INSTITUSI) adalah
karena jika keluar akan lebih merugikan saya; Rumah sakit lain mungkin
tidak memberikan keuntungan yang sama seperti yang saya dapat di
(INSTITUSI).
9. Jika saja saya belum memberikan banyak kontribusi pada (INSTITUSI),
saya mungkin akan mempertimbangkan untuk berkerja ke tempat lain
(UF)
Pernyataan Tanggapan
Komitmen Normatif STS TS R S SS
1. Saya merasa tidak ada keharusan untuk tetap bekerja pada institusi (UF)
2. Saya merasa tidak dibenarkan jika saya keluar dari (INSTITUSI),
meskipun itu menguntungkan saya
3. Saya merasa bersalah jika saya keluar dari (INSTITUSI)
4. (INSTITUSI) pantas mendapatkan loyalitas saya
5. Saya tidak akan keluar dari (INSTITUSI) karena saya merasa berutang
pada seseorang di (INSTITUSI)
6. Saya berhutang banyak pada (INSTITUSI)
Bagian 5
PEDOMAN PENULISAN
USULAN PENELITIAN DAN
SKRIPSI
• Pendahuluan
• Pedoman Penulisan
• Pedoman Penulisan Usulan Penelitian (Proposal)
• Pedoman Penulisan Skripsi dan Tesis
• Penulisan Daftar Pustaka
• Lampiran-lampiran
390 Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang No. 20/2003 Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 60/1999
– LN Tahun 1999 yang dijabarkan ke dalam Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia I
(KIPNI I) No. 129/1999, Program Pendidikan Ners merupakan salah satu lembaga
Pendidikan Universitas yang menyelenggarakan program pendidikan akademik dan
profesional. Pada Program Akademik diarahkan untuk mendidik ilmuwan keperawatan yang
mampu meningkatkan perannya dalam keilmuan. Sehingga mereka yang menempuh Program
Pendidikan Ners dituntut untuk dapat meningkatkan keilmuan melalui jalur penelitian dan
pengembangannya.
Penelitian yang dilakukan untuk menyusun skripsi adalah kegiatan akademik ilmiah yang
menggunakan penalaran empiris atau non-empiris dan memenuhi syarat metodologi disiplin ilmu
keperawatan, dilaksanakan berdasarkan usulan penelitian yang telah disetujui oleh pembimbing
dan panitia penilai usulan penelitian.
Skripsi merupakan karya akademik hasil penelitian mendalam yang dilakukan oleh
mahasiswa Program Pendidikan Ners secara mandiri dan berisi sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, merupakan karya ilmiah yang 1)
Disusun menurut format skripsi yang ditetapkan; 2) Menunjukkan kesahihan metodologi,
ketajaman penalaran, dan kedalaman penguasaan teori; 3) Menunjukkan keruntutan
pemikiran, kecermatan, perumusan masalah, batasan penelitian, dan kesimpulan.
Sebagai karya ilmiah, isi dan cara penulisan skripsi dapat bervariasi, namun demikian tetap
dipandang perlu adanya suatu pedoman umum.
Pedoman ini berlaku bagi Program Pendidikan Ners Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran. Dalam batas tertentu keterbatasan tetap diberikan kepada
program studi, terutama karena alasan kekhususan bidang ilmu pada program studi yang
bersangkutan, namun harus tetap taat pada asas penulisan karya ilmiah penelitian.
TUJUAN
Buku pedoman penyusunan proposal dan skripsi ini digunakan sebagai pedoman:
1. Peserta Program Pendidikan Ners Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga dalam penyusunan proposal dan skripsi.
2. Pembimbing untuk proses pembimbingan kepada peserta didik.
PEDOMAN PENULISAN
1. Bahasa yang digunakan
1) Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar
2) Bila diperlukan atau belum ada istilah yang tepat dalam bahasa Indonesia, boleh
menggunakan bahasa aslinya dengan memperhatikan tata cara penulisan bahasa asing.
2. Kertas dan sampul
1) Kertas sampul: Bufallo atau Linnen
2) Kertas sampul untuk Program Pendidikan Ners warna biru dan DIV-Perawat
Pendidik berwarna hitam.
3) Format sampul lihat contoh Lampiran 1a dan 1b
3. Kertas untuk materi:
Kertas HVS berat 70 gram atau 80 gram, ukuran kuarto (21,5 x 29,7) warna putih
4. Tabel dan gambar disajikan di kertas untuk materi, kecuali dalam keadaan tertentu dapat
menggunakan kertas dan ukuran yang berbeda.
5. Pengetikan naskah
1. Naskah diketik dengan mesin ketik standar IBM atau menggunakan komputer
dengan jenis huruf Times New Roman
2. Jarak 2 (dua) spasi, kecuali pada grafik dan tabel 1 (satu) spasi
3. Seluruh naskah mulai dari halaman sampul sampai dengan daftar pustaka
menggunakan huruf yang berukuran sama (12pt), kecuali kata asing dicetak
miring (Italic)
4. Awal paragraf dimulai pada ketukan ke-5 atau 6 dari tepi kiri ( atau TAB pada
Komputer)
5. Setiap bab diberi nomor urut sampai pada lampiran, sesuai dengan tata cara yang
dipilih
6. Jarak tepi
1. 3 cm atau 1 inci dari tepi atas
2. 3 cm atau 1 inci dari tepi bawah
3. 4 cm atau 1,5 inci dari tepi kiri
4. 3 cm atau 1 inci dari tepi kanan
7. Nomor halaman
1. Halaman untuk bagian awal diberi nomor dengan huruf Romawi kecil
(i,ii,iii,iv,v,dst), ditulis di bagian bawah tengah, empat spasi di bawah teks.
2. Halaman sampul depan tidak dihitung tetapi halaman sampul dalam dihitung tetapi
tidak diberi nomor.
3. Bab pendahuluan dan seterusnya diberi nomor dengan angka Arab (1,2,3,dst) pada
pojok kanan atas.
4. Pada halaman dengan judul bab, nomor halaman ditulis di bawah tengah (empat spasi
di bawah teks)
5. Pada halaman lain, nomor halaman ditulis di kanan atas (1,5 cm dari teks)
8. Tabel dan gambar
1) Tabel diberi nomor dengan angka Arab, sesuai dengan nomor bab tempat tabel
dicantumkan, diikuti dengan nomor urut tabel dengan angka Arab. Contoh
penulisan nomor tabel : Tabel 2.1 (Tabel ini berada di Bab 2 merupakan tabel
pertama).
2) Tabel diberi judul di atas tabel, berjarak 1 spasi.
3) Gambar diberi nomor urut dengan angka Arab, sesuai dengan nomor urut gambar
tersebut pada setiap bab. Nomor bab ditulis di depan nomor urut gambar dengan angka
Arab. Contoh penulisan nomor gambar: Gambar 2.1 (Gambar ini berada di Bab 2 dan
merupakan gambar pertama).
4) Gambar diberi judul di bawah gambar, berjarak 1 spasi.
5) Tabel dan gambar yang digunakan disajikan di lembar yang lebih luas, dapat
dilipat, disesuaikan dengan luas halaman materi.
6) Tabel dan gambar yang dikutip dari buku lain harus dicantumkan sumbernya.
7) Judul tabel dan gambar mengandung unsur 3 W (What, Where, dan When)
9. Kutipan
1) Kutipan atau cuplikan ditulis sesuai naskah aslinya, sedangkan kutipan yang
berbahasa asing harus disertai terjemahannya.
2) Kutipan ditulis dengan jarak tepi kiri dan tepi kanan yang berbeda dengan teks yang
lain.
3) Ditulis dengan jarak 1 spasi, diawali dengan tanda petik (“) dan juga diakhiri
dengan tanda petik (“).
10. Tingkatan judul dan penomoran
Tingkatan judul dan penomoran perlu mendapat perhatian. Untuk penomoran yang berkaitan
dengan tingkatan judul dapat dilihat pada Lampiran 12.
11. Cara penulisan daftar pustaka
Penulisan daftar pustaka tidak memerlukan pencantum Bab, sebab daftar pustaka tidak
termasuk bagian inti karya dan ditulis sesuai dengan cara penulisan daftar pustaka yang
digunakan. Pedoman penulisan daftar pustaka menggunakan “HARVARD SYSTEM”
BAGIAN AWAL
Bagian awal usulan penelitian terdiri atas:
1. Halaman sampul depan
2. Halaman sampul dalam
3. Halaman persetujuan
4. Halaman penetapan panitia penguji
5. Halaman daftar isi
6. Halaman daftar tabel
7. Halaman daftar gambar
8. Halaman daftar lampiran
9. Daftar arti lambang, singkatan, dan istilah
BAGIAN INTI
Bagian inti usulan penelitian memuat hal sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Praktis
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN
BAGIAN AKHIR
Bagian akhir terdiri atas:
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran
1. Jadwal Kegiatan
2. Rincian Biaya
3. Penjelasan dan Informasi (Informed Consent)
4. Pernyataan Persetujuan
5. Instrumen
BAGIAN AWAL
Secara berurutan bagian awal terdiri atas 9 komponen seperti tersebut di bawah ini:
1. Halaman Sampul Depan
Halaman ini memuat berturut-turut: usulan penelitian (Proposal), judul, lambang
Universitas Airlangga, nama peserta NERS, kalimat: “Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dan tahun
Proposal diseminarkan.”
Halaman ini menggunakan kertas Buffalo atau Linen warna merah.
Contoh: Lihat lampiran 1
2. Halaman Sampul Dalam
Halaman ini berisi materi yang sama dengan halaman sampul depan, tetapi
menggunakan kertas putih sesuai dengan ketentuan Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
3. Halaman Persetujuan
Halaman ini memuat nama lengkap dan tanda tangan para pembimbing.
4. Halaman Penetapan Panitia Penguji
Halaman ini memuat tanggal, bulan, tahun pelaksanaan, tujuan, nama ketua, dan anggota
penguji Proposal.
5. Halaman Daftar Isi
Daftar ini memuat semua bagian dalam usulan penelitian termasuk urutan Bab, Sub Bab, dan
Anak Sub Bab dengan nomor halamannya.
6. Halaman Daftar Tabel
Daftar tabel memuat nomor urut tabel, judul tabel, dan nomor halaman.
7. Halaman Daftar Gambar
Daftar gambar memuat nomor urut gambar, judul gambar, dan nomor halaman.
8. Halaman Daftar Lampiran
Daftar lampiran memuat nomor urut lampiran, judul lampiran, dan nomor
halamannya.
9. Daftar Arti Lambang, Singkatan, dan Istilah
Daftar ini memuat arti lambang, singkatan, dan istilah yang digunakan dalam
penulisan proposal.
BAGIAN INTI
Penjelasan bagian inti sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Identifikasi masalah penelitian merupakan langkah awal seorang peneliti yang harus
dilaksanakan. Masalah kesehatan atau keperawatan terjadi apabila terdapat kesenjangan antara
apa yang seharusnya ada (teori) dengan kenyataan yang dijumpai di lapangan dan memerlukan
suatu pemecahan (Sastroasmoro & Ismael, 1995; Praktiknya, 1993; Abedo, 1974).
Contoh:
Sebagian besar klien yang akan dilakukan tindakan pembedahan mengalami stres. Salah satu
faktor yang berhubungan dengan stres pada klien yang menghadapi tindakan operasi antara lain
adalah pengetahuan dan sikap, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tanda-tanda vital
yang dapat memperburuk keadaan. Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang mengkaji
pengaruh penyuluhan terhadap penurunan stres dan perubahan tanda vital tersebut.
Latar belakang berisi uraian tentang apa yang menjadi masalah penelitian, alasan mengapa
masalah itu penting dan perlu diteliti. Masalah tersebut harus didukung oleh fakta empiris
(pemikiran induktif) sehingga jelas memang ada masalah yang perlu diteliti. Juga harus
ditunjukkan letak masalah yang akan diteliti dalam konteks teori (pemikiran deduktif) dengan
permasalahan yang lebih luas, serta peranan penelitian tersebut dalam
pemecahan permasalahan yang lebih luas. Dalam latar belakang ini ditulis secara berurutan
masalah penelitian, skala masalah, kronologi masalah, dan konsep solusi (MSKS):
1) Masalah penelitian berupa fenomena atau faktor yang ada dan teori atau referensi yang
mendukung.
2) Skala masalah berupa besarnya masalah dan pengaruh yang timbul terhadap kesehatan;
waktu terjadi pada saat ini (apakah semakin meningkat); tempat kejadian, karakteristik
masyarakat yang terkena.
3) Kronologis masalah berupa penyebab masalah dan dampak dari masalah serta kajian hasil-
hasil penelitian sebelumnya.
4) Solusi berupa konsep pemecahan yang sudah dan dan akan digunakan.
Contoh:
• Kejadian gangguan konsep diri pada klien pascamastektomi ……. secara umum
(Nasional) ……. di Surabaya (RSU Dr. Soetomo)
• Dampak dari gangguan konsep diri dan angka/insiden kejadian, waktu, tempat
• Kronologis (hasil penelitian sebelumnya) ……..
• Konsep solusi adalah ……
Contoh:
Menjelaskan pengaruh penyuluhan terhadap penurunan stres dan tanda-tanda vital pada klien
yang dilakukan tindakan pembedahan (ortopedi).
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan penjabaran atau pentahapan tujuan umum, sifatnya lebih
operasional dan spesifik, dapat dilihat pada kerangka konseptual. Bila semua tujuan khusus
tercapai, maka tujuan umum penelitian juga terpenuhi. Kata-kata operasional dalam tujuan
khusus adalah mengukur, mengidentifikasi, menganalisis, membandingkan, membuktikan dan
menilai. Tujuan khusus dapat ditulis sesuai dengan rumusan masalah (lebih dari dua).
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
Adalah manfaat penelitian terhadap perkembangan ilmu keperawatan.
Contoh:
Diketahuinya mekanisme peningkatan respons adaptasi (modulasi respons imun,
psikologisis dan sosial) setelah PAKAR psikososial digunakan sebagai dasar dalam
penelitian ilmu keperawatan dengan pendekatan Model Adaptasi dari Roy.
1.4.2 Praktis
Adalah manfaat penelitian yang dapat diterapkan secara langsung.
Contoh:
Model PAKAR dapat digunakan sebagai teknik alternatif untuk respons adaptif yang efektif dalam
mengatasi stres pada klien HIV.
Konseling
Proses Belajar
AIETA Persepsi + Koping Individu +
Kognisi
Emosi
H. P.
Stres A Axis
berkurang
Hipotalamus (CRF )
Katekolamin
Pituitari (ACTH )
BAGIAN AKHIR
Bagian akhir usulan penelitian meliputi:
1. Daftar pustaka (lihat cara penulisan kepustakaan)
2. Lampiran
Lampiran ini terdiri atas jadwal kegiatan, rincian biaya, dan bila ada penjelasan serta
informasi serta pernyataan persetujuan.
Catatan:
Nomor halaman bagian akhir merupakan kelanjutan nomor halaman bagian inti.
BAGIAN AWAL
Secara berurutan bagian awal terdiri atas 12 komponen seperti di bawah ini:
1. Halaman Sampul Depan
Halaman ini memuat berturut-turut: skripsi, judul, lambang Universitas Airlangga, nama
peserta program studi S1 ilmu keperawatan, kalimat: “Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya dan tahun skripsi diujikan.” Halaman ini
menggunakan kertas Buffalo atau Linen warna biru dongker.
Contoh: Lihat lampiran 2a.
2. Halaman Sampul Dalam
Halaman ini berisi materi yang sama dengan halaman sampul depan, tetapi
menggunakan kertas putih sesuai dengan ketentuan Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Universitas Airlangga.
Contoh: Lihat lampiran 2b.
3. Halaman Pernyataan
Halaman ini memuat pernyataan peneliti tentang keaslian Skripsi. Contoh:
Lihat lampiran 3.
4. Halaman Persetujuan
Halaman ini memuat nama lengkap dan tanda tangan para pembimbing atau promotor
dan kompromotor.
Contoh: Lihat lampiran 4.
5. Halaman Penetapan Panitia Penguji
Halaman ini memuat tanggal, bulan tahun pelaksanaan, ujian, nama ketua dan anggota
penguji skripsi.
Contoh: Lihat lampiran 5
6. Halaman Ucapan Terima Kasih
Halaman ini memuat pernyataan terima kasih mahasiswa kepada mereka yang telah
membantu dalam melakukan penelitian dan dalam penyusunan naskah, bantuan beberapa
pihak yang dianggap penting dan berperan penting dalam penyelesaian karya tulis.
Contoh: Lihat lampiran 6
7. Halaman Abstrak
Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dengan mengikuti kaidah IMRAD (Introduksi
masalah & tujuan, Metodologi, Hasil (Result), dan Diskusi (Discussion) dengan
disertai kata kunci (Keyword) di akhir halaman abstrak. Jumlah kata dalam abstrak paling
banyak 250 kata.
Contoh: Lihat lampiran 7
8. Halaman Daftar Isi
Daftar ini memuat semua bagian dalam skripsi, termasuk urutan Bab, Sub Bab, dan Anak
Sub Bab dengan nomor halamannya.
Contoh: Lihat lampiran 8
9. Halaman Daftar Isi
Daftar ini memuat semua bagian dalam usulan penelitian, skripsi, termasuk urutan bab, sub
bab, dan anak sub bab dengan nomor halamannya.
Contoh: Lihat lampiran 9
10. Halaman Daftar Gambar
Daftar gambar memuat nomor urut gambar, judul gambar, dan nomor halaman. Contoh:
Lihat lampiran 10
11. Halaman Daftar Lampiran
Daftar lampiran memuat nomor urut lampiran, judul lampiran, dan nomor
halamannya.
Contoh: Lihat lampiran 11
12. Daftar Arti Lambang, Singkatan, dan Istilah
Daftar ini memuat arti lambang, singkatan, dan istilah yang digunakan dalam
penulisan skripsi.
BAGIAN INTI
Penjelasan bagian inti sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Identifikasi masalah penelitian merupakan langkah awal seorang peneliti yang harus
dilaksanakan. Masalah kesehatan atau keperawatan terjadi apabila terdapat kesenjangan antara
apa yang seharusnya ada (teori) dengan kenyataan yang dijumpai di lapangan dan memerlukan
suatu pemecahan (Sastroasmoro & Ismael, 1995; Praktiknya, 1993; Abedo, 1974).
Contoh:
Sebagian besar klien yang akan dilakukan tindakan pembedahan mengalami stres. Salah satu
faktor yang berhubungan dengan stres pada klien yang menghadapi tindakan operasi antara lain
adalah pengetahuan dan sikap, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tanda-tanda vital
yang dapat memperburuk keadaan. Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang mengkaji
pengaruh penyuluhan terhadap penurunan stres dan perubahan tanda vital tersebut.
Latar belakang berisi uraian tentang apa yang menjadi masalah penelitian, alasan mengapa
masalah itu penting dan perlu diteliti. Masalah tersebut harus didukung oleh fakta empiris
(pemikiran induktif) sehingga jelas, memang ada masalah yang perlu diteliti. Juga harus
ditunjukkan letak masalah yang akan diteliti dalam konteks teori (pemikiran deduktif)
dengan permasalahan yang lebih luas, serta peranan penelitian tersebut dalam pemecahan
permasalahan yang lebih luas. Dalam latar belakang ini ditulis secara berurutan masalah
penelitian, skala masalah, kronologi masalah dan konsep solusi (MSKS):
1) Masalah penelitian berupa fenomena atau faktor yang ada dan teori atau referensi yang
mendukung.
2) Skala masalah berupa besarnya masalah dan pengaruh yang timbul terhadap kesehatan;
waktu terjadi pada saat ini (apakah semakin meningkat); tempat kejadian, karakteristik
masyarakat yang terkena.
3) Kronologis masalah berupa penyebab masalah dan dampak dari masalah.
4) Solusi berupa konsep pemecahan yang sudah dan yang akan digunakan.
Contoh:
• Kejadian gangguan konsep diri pada klien pascamastektomi ……. secara umum
(Nasional) ……. di Surabaya (RSU Dr. Soetomo)
• Dampak dari gangguan konsep diri dan angka / insiden kejadian, waktu, tempat
• Kronologis (hasil penelitian sebelumnya) ……..
• Konsep solusi adalah ……
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan secara konkret masalah yang ada, dalam bentuk
pertanyaan penelitian yang dilandasi oleh pemikiran teoritis yang kebenarannya perlu
dibuktikan. Rumusan masalah merupakan masalah-masalah yang memerlukan suatu
penyelesaian segera. Rumusan masalah setidaknya harus mengandung unsur (Q: Question–
pertanyaan; S: Specific; dan S: Separated).
Contoh:
Jika dibuat satu rumusan masalah:
1. Apakah ada pengaruh penyuluhan terhadap perubahan tanda-tanda vital pada klien dilakukan
pembedahan (ortopedi)?
Atau lebih dari dua masalah:
1. Apakah ada pengaruh A terhadap B (penurunan stres)
2. Apakah ada pengaruh A terhadap C (penurunan tanda-tanda vital)
3. Apakah ada pengaruh A terhadap D (...........................................................)
1.3 Tujuan
Bagian ini mengemukakan tujuan yang ingin dicapai melalui proses penelitian. Tujuan
penelitian harus jelas dan tegas. Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi: (1) Tujuan umum dan
(2) Tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum merupakan tujuan penelitian secara keseluruhan yang ingin dicapai melalui
penelitian. Rumus dalam pembuatan tujuan adalah:
Taxonomi Bloom (C2-C6) + Tujuan penelitian + (V + Variabel)
• Perbedaan
• Hubungan
• Pengaruh
Contoh:
Menjelaskan pengaruh konseling prabedah terhadap penurunan stres dan tanda-tanda vital pada
klien yang dilakukan tindakan pembedahan (ortopedi).
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan penjabaran atau pentahapan tujuan umum, sifatnya lebih
operasional dan spesifik. Bila semua tujuan khusus tercapai, maka tujuan umum penelitian
juga terpenuhi. Kata-kata operasional dalam tujuan khusus adalah mengukur, mengidentifikasi,
menganalisis, membandingkan, membuktikan, dan menilai. Tujuan khusus dapat ditulis
sesuai dengan rumusan masalah (lebih dari dua).
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
Adalah manfaat penelitian terhadap perkembangan ilmu keperawatan.
Contoh:
Diketahuinya mekanisme peningkatan respons adaptasi (modulasi respons imun, psikologis,
dan sosial) setelah PAKAR NERSososial digunakan sebagai dasar dalam penelitian ilmu
keperawatan dengan pendekatan Model Adaptasi dari Roy.
1.4.2 Praktis
Adalah manfaat penelitian yang dapat diterapkan secara langsung.
Contoh:
Model PAKAR dapat digunakan sebagai teknik alternatif untuk respons adaptif yang efektif dalam
mengatasi stres pada klien HIV.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka memuat uraian yang sistematik tentang teori dasar yang relevan, fakta, hasil
penelitian sebelumnya, yang berasal dari pustaka mutakhir yang memuat teori, proposisi,
konsep, atau pendekatan terbaru yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Teori
dan fakta yang digunakan seharusnya diambil dari sumber primer serta mencantumkan nama
sumbernya. Tata cara penulisan kepustakaan harus sesuai dengan ketentuan pada pedoman
yang digunakan.
Konseling
Proses Belajar
AIETA
Kognisi
Persepsi + Koping Individu +
Emosi
Stres berkurang
H. P. A Axis
Hipotalamus (CRF )
Katekolamin
Pituitari (ACTH )
Ob - Ob1
Contoh:
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional untuk menentukan hubungan antara faktor
demografi dan gangguan konsep diri pada klien ……………….
Populasi
:
sampling
Sampel
:
Pengumpulan Data
(Instumen)
Analisis
(Uji ….)
Hasil
N.z2 p.q
n = d (N-1) + z2 . p.q
2
= 42,7 = 43 Responsden
Keterangan:
n = Perkiraan besar sampel
N = Perkiraan besar populasi
z = Nilai standar normal untuk a = 0,05 (1,96)
p = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50% q =
1 – p (100% – p)
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)
N
N =
1 + N (d) 2
Atau
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat signifikansi (p)
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili suatu
populasi.
Contoh:
Populasi:
Penelitian ini adalah semua klien pascamastektomi yang dirawat di Ruang Bedah RSU Dr.
Soetomo Surabaya
Sampel:
Klien Pasca Mastektomi yang memenuhi kriteria inklusi...................(misal: telah mendapatkan
informasi pembedahan, pasien yang telah berusia di atas 30 tahun; pendidikan terakhir SLTA;
belum pernah dirawat di Rumah sakit dengan kasus yang sama…........................................).
Jumlah sampel: 50 klien
Sampling:
Stratified random sampling, simple random sampling, dll.
Identifikasi Variabel
Variabel adalah karakteristik yang dimiliki oleh subjek (orang, benda, situasi) yang berbeda
dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Semua variabel yang diteliti harus diidentifikasi,
mana yang termasuk variabel bebas (independent variable), variabel terikat (dependent variable),
dan variabel pengontrol, serta variabel perancu. Untuk itu rancang bangun penelitian atau
diagram kerangka konsep sangat membantu dalam identifikasi variabel. Identifikasi variabel
merupakan hal yang sangat penting yang menyangkut seluruh bagian penelitian, terutama dalam
manajemen dan analisa data.
Contoh:
Variabel bebas : Demografi, informasi praoperasi …………………………
Variabel tergantung : Gangguan konsep diri ……………………..
Definisi Operasional
Menjelaskan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara
operasional, sehingga mempermudah pembaca/penguji dalam mengartikan makna penelitian.
Contoh:
Informasi praoperasi adalah semua informasi yang diberikan sebelum pembedahan, yang meliputi:
tujuan operasi, risiko, manfaat, obat yang digunakan, dll ………)
(Definisi operasional secara lengkap pada bagian definisi operasional)
Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor
Oprasional
Independen: Tingkat o Pengertian penyakit SAP
konseling pengetahuan o Tujuan operasi
klien yang o Manfaat
akan dilakukan o Persiapan
tindakan operasi o Prosedur
o Paska operasi
o Risiko/komplikasi
Dependen Respons emosi Manifestasi tubuh terhadap stres Kuesioner Ordinal Penilaian
Stres klien yang menurut Kozier: - < 3 tidak stres
akan dilakukan 4 - 10 stres ringan
tindakan operasi 1. Reaksi Fisiologis: 10 - 14 stres sedang
o Pupil melebar 14 - 18 stres berat
o Keringat meningkat
o Denyut nadi meningkat
o Kulit dingin
o Tekanan darah meningkat
o Frekwensi dan kedalaman
meningkat
o Pengeluaran urine menurun
o Mulut kering
o Peristaltik menurun
o Ketegangan otot
o Gula darah meningkat
2. Reaksi Psikologis:
o Menyangkal
o Menyalahkan
o Tergantung
o Kebencian
o Isolasi
o Supresi
o Menangis
o Tertawa
o Teriak
o Memukul dan menyepak
o Menggenggam dan meremas
o Mencerca
Dependen: Penilaian Peningkatan tanda-tanda vital: Observasi Rasio Penilaian peningkatan
Peningkatan peningkatan o Suhu tanda-tanda vital:
tanda-tanda tanda-tanda o Nadi Stres ringan:
vital vital terhadap o Tekanan Sistolik T: 130/85 -139/95mmHg
persepsi dan o Tekanan Diastolik N: 80 x/ menit
kesiapan RR: 20 - 24 x / menit
diri dalam S: 36,5 - 37,5oC
menghadapi Stres sedang:
operasi T: 140/90 -159/99
mmHg
N: 80 - 90 x/ menit
RR: 24 - 25 x/ menit
S: 36,5 - 37,5oC
Stres berat:
T: > 160/100 mmHg
N: > 100 x/ menit
RR: > 25 x/ menit
S: > 37,5oC
PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
Bahan Penelitian (jika ada, misalnya urine, feses, darah, dll)
Instrumen
Pada bagian ini disebutkan secara ringkas jenis instrumen pengumpulan data, misalnya: kuesioner,
wawancara, observasi, atau pengukuran fisiologis (in vivo & in vitro).
Contoh:
Pengumpulan data pada penelitian ini melalui observasi dan kuesioner pada responsden yang
diteliti. …… Instrumen yang digunakan adalah instrumen dari ……
Lokasi
Adalah lokasi penelitian dilaksanakan. Contoh:
Lokasi penelitian adalah di Bagian Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya ……………
Prosedur
Adalah penjelasan prosedur yang dilakukan dalam penelitian.
Contoh:
Responsden yang diintervensi untuk melakukan latihan atau exercise (kegle exercise),
sebelumnya di observasi mengenai ketegangan kandung kemih, diwawancarai tentang frekuensi
berkemih dalam 24 jam serta sensasi rangsangan untuk berkemih. Setelah siap kemudian diberi
intervensi latihan terutama latihan kandung kemih dan sfingter uretra (kegle exercise) yang
diberikan langsung oleh peneliti. Setelah latihan selama 4 minggu, responsden kemudian
diobservasi dan diwawancarai mengenai frekuensi berkemih, jumlah urine dalam 24 jam dan,
sensasi rangsangan untuk berkemih.
Cara Analisis Data
Pada penelitian kuantitatif perlu disebutkan analisa statistik yang akan digunakan (jika
menggunakan) dan sebutkan macam datanya (misal; Kategorikal: nominal dan ordinal; Numerik:
interval & Rasio). Apabila ada beberapa variabel yang akan dianalisis, dirinci cara analisis
yang akan dicapai untuk setiap variabel. Data yang terkumpul dalam penelitian keperawatan
biasanya dianalisis secara deskriptif dengan menyajikan data secara tabulasi silang dan atau
penghitungan sederhana (misal uji Chi-Kuadrat untuk mengetahui prosentase distribusi antar
variabel) serta untuk mengetahui hubungan atau perbedaan variabel independen dan
dependen.
Pedoman pemilihan uji statistik didasarkan pada (TSSV):
1. Tujuan penelitian
2. Skala data (ordinal, nominal, interval dan ratio)
3. Sampel (bebas/berpasangan)
4. Variabel (Independen dan Dependen)
Contoh:
Data yang telah disunting kemudian diolah yang meliputi: identifikasi masalah penelitian,
pengujian masalah penelitian, dengan uji “Wilcoxon Signed Rank Test“ untuk mengetahui
perbedaan variabel dependen sebelum dan setelah perlakuan dengan tingkat kemaknaan á < 0,05.
Selanjutnya dibandingkan, frekuensi berkemih, jumlah urine selama 24 jam, dan sensasi atau
rangsangan untuk berkemih sebelum dan sesudah dilakukan latihan atau exercise. Tujuan
dari analisis uji diatas adalah untuk mengetahui signifikasi pengaruh latihan kegel terhadap
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, analisis ini menggunakan versi terbaru SPSS 13 PS.
Masalah Etik (Ethical Clearance)
Penelitian apapun, khususnya yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh
bertentangan dengan etika. Oleh karena itu, setiap penelitian yang menggunakan subjek manusia
harus tidak bertentangan dengan etika. Oleh karena itu setiap penelitian yang menggunakan
subjek manusia harus mendapatkan persetujuan dari Komisi Etika Medis/ Keperawatan setempat.
Beberapa prinsip dalam pertimbangan etika meliputi; bebas dari exploitasi, bebas dari
penderitaan, kerahasiaan, bebas menolak menjadi responsden, perlu surat persetujuan (informed
consent) dan mempunyai hak untuk mendapatkan pengobatan yang sama jika klien telah
menolak menjadi responsden.
Yang perlu dituliskan pada penelitian meliputi:
1. Surat persetujuan (Informed consent)
2. Tanpa nama (Anonimity)
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Keterbatasan
Keterbatasan mengenai penulisan karya tulis atau riset perlu disebutkan pada bagian ini atau
bagian pembahasan. Misalnya, keterbatasan dalam pengambilan sampel, jumlah sampel yang
diteliti, instrumen pengumpulan data, keterbatasan waktu atau peneliti dan lainnya yang
dipandang perlu.
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian
Penulisan hasil penelitian merupakan hal yang penting dilakukan oleh peneliti, diajukan sebagai
karya tulis ilmiah atau penelitian ilmiah. Pada bab ini disajikan secara ringkas format
laporan penelitian berdasarkan rancangan penelitian yang sudah dibuat dan dijelaskan tiap–
tiap tabel atau gambaran hasil penelitian serta mengacu pada tujuan khusus dan
mencantumkan angka yang paling menonjol sesuai hasil penelitian (dapat menggunakan kata-
kata mayoritas, sebagian besar). Oleh karena penulisan karya tulis dilaporkan kepada masyarakat
ilmiah dan dipertanggungjawabkan kepada tim penguji, format penulisan dan berbagai segi
lainnya disesuaikan dengan aturan yang berlaku di akademik atau sekolah setempat. Perlu
diingat bahwa pada bagian ini peneliti tidak diperbolehkan memberi suatu tanggapan, ulasan, dan
komentar terhadap permasalahan yang timbul, karena akan diuraikan secara detail pada bagian
berikutnya (pembahasan).
Bagian ini memuat data penelitian yang relevan dengan tujuan dan hipotesisnya. Penyajian
data hasil penelitian dapat berupa tabel, grafik, gambar, bagan, foto atau bentuk penyajian data
yang lain. Tata cara penyajian tabel, grafik, gambar, bagan, foto harus sesuai dengan ketentuan.
Isi dari hasil penelitian meliputi:
1. Pengantar
2. Gambaran umum lokasi penelitian
3. Penyajian karakteristik data umum
4. Penyajian hasil yang diukur.
Catatan:
1. Format untuk Bab 5 (Hasil Penelitian dan Pembahasan) dapat ditulis dengan
menggunakan model buku teks ilmiah.
2. Bagian ini memuat data penelitian. Jika digunakan analisis statistik hanya dimuat
tampilan akhir yang menunjukkan hasilnya, sedangkan perhitungan statistik dimuat
sebagai lampiran.
5.2 Pembahasan
Pada bagian ini peneliti perlu mengemukakan dan menganalisis makna penemuan penelitian
yang telah dinyatakan dalam hasil dan menghubungkannya dengan pertanyaan penelitian atau
hipotesis. Hal ini biasanya dilakukan dengan membandingkan penemuan tersebut dengan
penemuan sebelumnya, apakah ia memperkuat, berlawanan, atau yang sama sekali baru. Tiap
pernyataan harus jelas dan didukung oleh kepustakaan yang memadai.
Bagian ini merupakan bagian terpenting pada skripsi. Bagian ini menunjukkan tingkat
penguasaan peneliti terhadap perkembangan ilmu, paradigma, konsep dan teori, yang dipadukan
dengan hasil penelitian. Pembahasan mencakup bagaimana dan mengapa sekurang-kurangnya
mencakup hal berikut:
1. Penalaran hasil penelitian baik secara teoritis, empiris maupun non empiris, sehingga dapat
menjawab dengan menjelaskan rumusan masalah yang diajukan.
2. Perpaduan temuan penelitian dengan hasil penelitian sebelumnya dan konsekuensi serta
pengembangannya di masa yang akan datang.
3. Perumusan teori yang dihasilkan dari penelitian (khususnya untuk disertasi).
4. Pemahaman terhadap keterbatasan penelitian yang dilakukan sehingga dapat memberikan
saran bagi penelitian selanjutnya.
5. Semua dibahas per bagian tidak perlu per variabel.
Secara operasional, isi pembahasan meliputi:
1. Fakta berdasarkan hasil penelitian: perlu dijabarkan mengapa dan bagaimana (tidak
mengulang–ulang angka yang sudah dianalisa pada bagian hasil)
2. Teori: hasil penelitian dikaitkan dengan teori yang relevan (apakah memperkuat atau
bertentangan)
3. Opini: merupakan pendapat/pandangan peneliti terhadap komparasi fakta dan teori yang
ada termasuk keterbatasan penelitian yang dilakukan.
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Simpulan merupakan sintesis dari pembahasan, yang sekurang-kurangnya terdiri atas:
1. Jawaban terhadap rumusan masalah dan tujuan penelitian.
2. Hal baru yang ditemukan dan prospek temuan.
3. Pemaknaan teoritik dari hal baru yang ditemukan.
6.2 Saran
Saran merupakan implikasi hasil penelitian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan
penggunaan praktis. Sekurang-kurangnya memberi saran bagi penelitian selanjutnya, sebagai
hasil pemikiran penelitian atas keterbatasan penelitian yang dilakukan. Saran diharapkan
spesifik mengacu pada hasil penelitian dan operasional dalam pelaksanaannya (kapan, siapa,
dan dimana).
BAGIAN AKHIR
Bagian akhir Skripsi meliputi:
1. Daftar pustaka (lihat cara penulisan kepustakaan)
2. Lampiran merupakan bagian yang memuat keterangan atau data tambahan. Di
dalamnya dapat dihimpun cara penelitian, contoh penghitungan statistik dan sesuatu yang
dianggap dapat melengkapi penulisan skripsi.
1) Surat Izin Penelitian
2) Informed consent
3) Alat ukur/instrumen
4) SAP (satuan acara pembelajaran)
5) Data dasar
6) Hasil Analisis
Catatan:
Nomor halaman bagian akhir merupakan kelanjutan nomor halaman bagian inti.
Jumlah daftar pustaka minimal 25 (15 dari buku dan 10 dari jurnal atau internet).
Daftar pustaka disusun secara alfabetik berdasarkan nama penulis, dengan meletakkan nama
keluarga atau pengganti nama keluarga di depan. Penulisannya di dalam makalah dengan
mencantumkan tahun dalam tanda kurung di belakang nama (keluarga) penulis. Apabila nama
penulis lebih dari satu orang, maka di belakang tahun dibubuhkan tanda koma dan yang terakhir
dengan tanda (& / dan ) sebelum nama penulis berikutnya.
Contoh:
1. Jurnal: Nursalam, Armini N.K, Suarliah, I; Triharini M (2007). “Pengaruh senam
kebugaran terhadap peningkatan kebugaran pada wanita menopause”. Jurnal Ners. vol. 1,
No. 2 (Hlm.71–78)
2. Buku: Nursalam, (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
Jakarta: Salemba Medika. hlm.1–38.
3. Skripsi/Tesis/Disertasi: Nursalam. (1998). Development Nursing Research in
Indonesia. Unpublished Thesis for Honours Master of Nursing, University of
Wollongong, NSW, Australia
4. Internet: Ievut. (2002). Trends Nursing Practice. www//http: nurs.com.net.id. Tanggal
23 Mei 2007. Jam 16.00 WIB
5. Makalah: Nursalam, (2002). Peluang Riset Keperawatan di Masa Depan. Makalah
Seminar Nasional pada TELMIKI di UNIBRAW MALANG tidak dipublikasikan. 13
Februari 2002.
416 Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
LAMPIRAN
• Lampiran 1
• Lampiran 2
• Lampiran 3
• Lampiran 4
• Lampiran 5
• Lampiran 6
• Lampiran 7
• Lampiran 8
• Lampiran 9
• Lampiran 10
• Lampiran 11
• Lampiran 12
• Lampiran 13
L-2 Lampiran
LAMPIRAN 1
Halaman sampul depan Proposal
PROPOSAL
PENELITIAN PRA-EXPERIMENTAL
Oleh:
Nama :
NIM.
LAMPIRAN 2 A
Halaman sampul depan Skripsi
SKRIPSI
PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN Respons STRES
DAN TANDA-TANDA VITAL PADA PASIEN YANG DILAKUKAN
PEMBEDAHAN (ORTHOPEDI) DI RSU Dr. SOETOMO SURABAYA
PENELITIAN PRA-EXPERIMENTAL
Oleh:
Nama :
NIM.
LAMPIRAN 2 B
Halaman sampul dalam Skripsi
SKRIPSI
PENELITIAN PRA-EXPERIMENTAL
Oleh:
Nama :
NIM.
LAMPIRAN 3
Surat Pernyataan
SURAT PERNYATAAN
Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan
oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi
manapun
Surabaya,……………….
Yang Menyatakan
Nama
NIM
L-6 Lampiran
LAMPIRAN 4
Lembar Pengesahan
PERSETUJUAN SKRIPSI
Lembar Pengesahan
Oleh
Pembimbing Ketua
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi .......................
LAMPIRAN 5
Telah diuji
Pada tanggal,
PANITIA PENGUJI
Ketua : ……………………
Anggota : 1. ……………………
2. ……………………
Mengetahui
Ketua Program Studi ....................
LAMPIRAN 6
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya kami
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP
PENURUNAN Respons STRES DAN TANDA-TANDA VITAL PADA
PASIEN YANG DILAKUKAN PEMBEDAHAN (ORTHOPEDI) DI RSU Dr.
SOETOMO
SURABAYA”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
keperawatan (S.Kep) pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati
yang tulus kepada:
1. Nama Pejabat), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan.
2. Nama pejabat, selaku ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan yang telah memberikan
kesempatan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan.
3. Dan seterusnya.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kami sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi kami berharap skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.
Surabaya, ………………………..
Penulis,
Lampiran L-9
LAMPIRAN 7
ABSTRACT
By.: Name
Ventilator or mechanical ventilation is a device that may partially or totally take over the
function of pulmonary gas exchange for survival. Clients who use ventilator have higher risks of
barotraumas, oxygen distribution disorder, oxygen intoxication, infections, circulation
disorder, etc. In dealing with ventilator users, a nurse should have attentive attitude,
responsibility, as well as adequate knowledge and skill.
This study was aimed to investigate factors correlating with nurses’ role in Integrated
Central Operating Theater Dr. Soetomo Hospital, Surabaya.
Design used in this study was cross sectional design. The population was all nurses
working in ICU, Integrated Central Operating Theater, Dr. Soetomo Hospital, Surabaya, whom
deal directly with the clients. Total sampel was 30 responsdents, taken according to inclusion
criteria. The independent variabels were knowledge attitude, and skill in providing nursing
intervention for ventilator-aided respiratory failure clients. The dependent variabel was nurse’s
role in nursing intervention for those clients. Data were collected using structured
questionnaire and responsdent observation. Data were then analyzed using logistic regression test
with level of significance of ≤ 0,05.
Results showed that nurse’s knowledge in providing nursing intervention to those clients
had no correlation with nurse’s role (p = 0,106), nurse’s attitude in providing nursing
intervention did have correlation with their role (p = 0,052), and their skill in providing
nursing intervention to the clients had no correlation with the nurses’s role (p = 0,898). It can be
concluded that nurse’s role in providing nursing intervention to ventilator-aided respiratory
failure clients has correlation with their attitude, but has no correlation with their knowledge
and skill. Further studies should involve larger responsdents and better measurement tools to
obtain more accurate results.
LAMPIRAN 8
Halaman daftar isi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul dan Prasyarat Gelar i
Lembar Pernyataan ii
Lembar Persetujuan iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji iv
Ucapan Terima Kasih v
Abstract vii
Daftar Isi viii
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Bagan xi
Daftar Lampiran xii
Daftar Lambang, Singkatan dan Istilah xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.2.1 Identifikasi Masalah 3
1.2.2 Pertanyaan Masalah 3
1.3 Tujuan 4
1.3.1 Tujuan Umum 4
1.3.2 Tujuan Khusus 4
1.4 Manfaat 4
1.4.1 Teoritis 5
1.4.2 Praktis 5
Daftar Pustaka 71
Lampiran 1 74
L-12 Lampiran
LAMPIRAN 9
Halaman daftar tabel
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1*............................................................................................................52
Tabel 5.2..............................................................................................................53
Tabel 5.3..............................................................................................................54
Tabel 5.4..............................................................................................................55
Catatan*:
Angka 5 menunjukkan bahwa tabel berada pada Bab 5
Angka 1 menunjukkan bahwa tabel tersebut merupakan tabel ke-1
Lampiran L-13
LAMPIRAN 10
Halaman daftar gambar
DAFTAR GAMBAR
Catatan*:
Angka 5 menunjukkan bahwa gambar berada pada Bab 5
Angka 1 menunjukkan bahwa gambar tersebut merupakan gambar ke-1
L-14 Lampiran
LAMPIRAN 11
Halaman daftar lampiran
DAFTAR LAMPIRAN
Catatan:
Nomor halaman daftar pustaka dan lampiran merupakan kelanjutan dari nomor halaman
bagian inti
Lampiran L-15
LAMPIRAN 12
KERANGKA ISI
SKRIPSI
PADA
MAHASISWA PROGRAM STUDI .....................
============================================================
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN
HALAMAN PENGESAHAN
MOTO
KATA PENGANTAR
ABSTRAK (BAHASA INGGRIS: IMRAD – Introduksi, Metodologi, Result And
Discussion)
DAFTAR ISI, TABEL, GAMBAR, LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.6 Keterbatasan
1) Instrument
2) Sampling: populasi, sampel, besar sampel, dan sampling
3) Faktor F: feasibility (waktu, kemampuan peneliti, ketersediaan subjek, hambatan etik
dll)
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
SYSTEM) LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Izin PENELITIAN (Institusi tempat pengambilan data & Komisi Etik)
2. INFORMED CONSENT / ETHICAL CLEARANCE
3. INSTRUMEN
4. PENGOLAHAN DATA (RAW) DAN PRINT-OUT UJI STATISTIK
Lampiran L-17
LAMPIRAN 13
Nama Peserta :
…………………………………………………………
Nomor Induk Mahasiswa :
…………………………………………………………
Nama Penguji :
…………………………………………………………
Jumlah = .…….
Jumlah
Nilai rata-rata = = ....................
5
Surabaya,
………………………………………
…... Penguji,
NIP.
L-18 Lampiran
I. Penulisan Skripsi:
A. Penguasaan Penulisan:
1. Sistematika penulisan
2. Ketepatan penggunaan bahasa dan istilah
3. Kerapian penulisan
I PENULISAN
A. PENGUASAAN PENULISAN
1. Sistematika penulisan Sesuai tata urutan yang berlaku:
1. Bagian Pendahuluan: Halaman Judul,
Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar
Isi, Abstrak (IMRAD)
2. Bagian Isi: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka,
Metodologi, Hasil dan Pembahasan, Simpulan
dan Saran
3. Daftar Pustaka dan lampiran-lampiran
2. Ketepatan penggunaan bahasa 1. Pungtuasi (Penggunaan tanda baca yang
& istilah tepat)
2. Diksi (Pemilihan kata yang tepat)
II PENYAJIAN SKRIPSI
A. Kemampuan penyajian 1. Kemampuan mengemukakan konsep dan teori
2. Kemampuan berbicara dengan jelas
3. Kemampuan menyajikan materi secara
sistematis
4. Kemampuan dalam menekankan beberapa hal
yang penting
5. Kemampuan teknik penyajian secara
keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, H. (1994). Manajemen Upaya Kesehatan Lansia di Puskesmas. Makalah AKPER Dr.
Otten. Bandung tidak dipublikasikan.
Burns, N. & Grove,ndS. K. (1991). The Practice of Nursing Research: Conduct, Critques and
Utilisation. 2 ed. Philadelpia: W.B Saunders CO.
Bouchard, C. (1990). The Filed of The Phisical Activity Science. Champain: Human Konetics
Books.
Carpernito, L. J. (2000). Nursing Diagnosis; Application to Clinical Practice. Philadelphia:
Lippincott.
Chandra, B. (1995). Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Darmojo dan Martono. (1999). Geriatri. Jakarta: Percetakan Yudistira.
Djojosugito. A.H.M. (2000). Wujud Nyata Pelayanan Individu dari Profesi Perawat.
Makalah disampaikan dalam Munas PPNI VI di Bandung tidak dipublikasikan. Depkes
RI. (1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Pusdiknakes. Ekosusilo dan
Bambang Triyanto. (1999). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Semarang:
Effhar.
Guyton, A. C. (1991). Textbook of Medical Physiologi. 8th Edition. London:WB.
Sounders.
Kozier. (1995). Fundamental of Nursing; Concepts, Process, and Practice. California:
Redwood City.
Laksman, T. Dkk. (1997), Kamus Kedokteran. Jakarta: Penerbit Djambatan. Lueckenotte.
(1998) (Alih Bahasa Maryunani). Pengkajian Gerentologi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Marselly, R.E. (1987). Informasi Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Penerbit Pusat
Komunikasi Pemuda.
Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nuryati, M. (1994). Proses Menua. Makalah AKPER Dr. Otten Bandung tidak
dipublikasikan.
Nurgiwiati, E. (1994). Perubahan-Perubahan NERSososial Pada Usia Lanjut. Makalah
AKPER Dr. Otten Bandung tidak dipublikasikan.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Russhall, BS. & Pyke FS. (1990). Training For Support and Fitness. Melbourne: Mc Millan
Co.
Sastroasmoro dan Sofyan Ismael. (1995). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Soedoso. (1995). Cedera Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Srikandi,
K. (1997). Pengantar Statistik. Surabaya: Citra Media.
Wolf and Weitzel. (1984). Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Gunung Agung.
Westcott, L. (1999). Kembali Bugar Setelah Lima Puluh. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Zainudin, M. (1998). Metodologi Penelitian. Surabaya: Impress.
__________ (2002). Pedoman Penulisan Tesis dan Desertasi Program Pasca Sarjana.
Surabaya: NERS
L-22 Lampiran
INDEKS
Gu 6
e
G 3
n
a c
r e
H
d , H
1 a
i
3
a 4 l
l g l
, o ,
a
1
l
0 r
1
4 e
, l 4
e 2
1 v
health
1 a k
6 n n
o
g c w
e e l
n , e
d
e 1 g
r 3 e
a 4
a
l g n
i o d
z a
d
e l e
d s c
e i
s
u t i
n t o
d i n
e n m
r g a
s k
t d -
a a i
n n n
d g
i M c
n B a
g O p
a
, , b
5 1 i
g 0 l
i
o 0 t
a g y
l r ,
o 5
c 7
o u h
n p e
g , m
a
r t
osp
ita
e
p e 2
l lis
oas ka d s ,
gi, su a
i,14 n i
3,
114 s a o 1
49 k s
5H u n 3
Hu o m
. s e 3
Em nt i l
. , r
Pan ro e
e 5 , a
pIn l,
l k 1 d
a te 1 r 8 e
ura i
, 6 t 4 r
1cti e
4 4 r , s
1on K i h
h a 1
i M eg i
pod e 8 p
o el k
t el, , s 5 ,
e l
si60 4 u ,
s, 0 s 1
3 i 1
, I ke , 0
4 8 1
9id pe 1
, ra 7 9 ,
5e 2
3 w k
hnt at , 1
i r
pit an i 1 2
o 1
t y, , t 9
e 8 e L
si98 0
s K r e
a id in i , n
lt a
e io g, 1 i
r gr n
n 1 i 9
a af 4 n g
tiik, 3
f, 2 k e
55 l r
3il k u L
hm o ,
i u, s L
p4 g i
o na a 7
t ,
e to 1 w 4
si 7 ,
s r, r
n 7, 2
o k a 7
l, 9
5 k u n 5
3
h o a ,
o c
l
li h e
s or i 1
ti t G 4
k t,
, 3 a r 2
1
4 7, s L
h e
o 1 e
m 6 h e v
e i n i
o 3
d k d , n
y o
n m u e
a pa 5
m ra p ,
i tif , 0
c , 8 1
s 1 ,
1 6 1 4
4 3 1
2 k k 2
h o 3
o ns L
u
i ric o m a
North t
k al- A , m
e ve m c 5 e
er a 0
r rif ic s t
e O
t ik an e
s ati N s r r
ur t
c f, se u g ,
a5 sD d
y a
l lo ia , 5
g n
e gi n 1 P
1ka os 6 a
is 5
9, 7 ( t r
1lo N A
o a
n a
, N k s
gi D o r
1 A l u
9s, ), o g r
3 g
06 0 i e a
li N , m
n MO t a
M 1
gasl
ac 4 ( n
h, V 5
k12
8−
13 o e ,
1 E
u n n
n L t 1
g , o d 0
a 3 l o 5
o
n 1 −
g t
, i e 1
8 O s 1
li o , r 6
t bj 1 i p
e 3
e ct a
o n
r iv e p s
a p e ) t
n
l erf ,
i o e 1 e
r n
n m d 7 x
e
c an d p
o c P e
e, q
n 1 u r
s 0 e p i
1, s
i 1 t a e
s 02 i n
o r
t o n c
n s a
e e- , e
n g d ,
r 1
c o 8 i
y up 9 1
g
, p o 0
9 e-
r r m 8
d
2 po i a p
n
l st a , e
o te st
l
, 3 n
g d c
e 2 ,
i si 0 e
c gn, 0 5 r
,
o 1 , n
- 65 2 9 a
0
e o 4 p a
n
m e O a n
p –s r ,
e h e r
1eli p n n u
4tia e d , l
5n r u a
ppr c k 1 r
e a- ei t 9 (
nek v i i I
e sp e f n M
lieri d , t )
tim b 5 e ,
a en e i r 1
ntal h n e 4
k, a s s 5
u16 vi t t i
a5 o i i n
npe r t n t
ting al u g r
t ka c t , a
a jia o i v
tin, nt o 3 e
f,66 r n 1 n
1Pe ol a i a
5pl , l n
5au 8 t (
p, 7, p e I
e 14 9 o r V
n1 2 w v )
i e a ,
p
l r l 1
e
, , 4
r
1 5
c
2 2 i
ei
7 0
v n
i 0
e t
n ,
d
p s r
o t 2 a
w r 0
v
e u 4
m i e
r,
8 e n n
7,123 n t t
, e
il m n r
m 1 r
u pl is 6 v i
ne
om a 8 e c
m si , n
oe u
t nt , 1 s
e 1 5 i l
ti as
k i, 4 5 , a
,6
5 4 i r
I 5, i n 6
m6
o m t 5
g 6, u e i p
e6
n 8, n r n r
e
M6 it d t e
9, a e r
K s
i 9 s, p a
n9 1 e m s
gi
, 4 n u u
6m
0 5 d s r
iu i e k
, 2
em f
137 1 n
(p 0 o
M 4 e
I li B r e
m
Vn I, o d
d
Pg 1 e a
3 l f
), 1 c
1 p h o
17 , r r
45 1 o i
m
o
4 2 s e
p
K8 i
v
o
Jk M k e
w
ar e e e
j r s m r
di e
oo c h e ,
a
bv e t n 1
as r, a 2
d n
k 1 , t 7
e ul 4 ,
7 ,
s ar 2 5 1
,
i M m 1 3
1 H o 2
g4 t 2 N
- i e
n4 S v 5 u
a m
, C t , a
i n
1 A o ,
, n
0 5 , 1 1
1 7 4
8 3 2
Model 8
, A
m 2 N
1 su o
u n l
0 ha l e
a
3 nK t
e J
J ep d .
i P
o e p f e
h ra n
l o d
n w e
a e r r
s t ,
o an
n P c a 7
5
, ro h f
1 f f n
o
e i o
4 - i l mi
2 si c i n
j on a
e a l
,
u al, , t
d 10 1 i 19
g 3m 8 o 9,
e od 9 n
, 2
m el 0
4
N
e ke 1 n
n 2 o
n se
e 6 m
t nj o
e , t
s an
d e
a ga 1 t
n 3 i
kb p p l e
, el e e a d
5 ie r r s i
, f s s
8 fs or o i p
7, m n , o
n8 a a s
o7 n l 1 i
c 5 n
nn e
n 5 g
bo a ,
e
e p e
, 5
r p
h r d 0
am a , 1 P
vi i 1 6 r
s 0 9
in a e
o l 8 p
o -
rg p p p e
e e u
c st r l x
aa f r a p
s s
ug o i e
r o
s m t r
e
e i n e i
a r
s1 n j m
g l a
,1 s n e
8 t g n
9 p k
0 ag t
n e o au a
o , w , l
n 11 e 1 ,
p 9 r 6 1
9
r p , , 0
o e 1 1 ,
b r 2 7 1
a e
k 7 0 6
b m P P 0
i i E re p
l h S c r
e
a , d
i n i
t , 3 e n
y 1 0 P s
p r
s 4 o i
a 5 o c
e p
Persatuan l e
m P
u d
p er k
l a l M e
w a o
i a d a
n tN s e d
i l
g a , i
, si o
t
8 l
1 n a 1 a
a r
7 l p n
4 In g r ,
e e
n d d 1
o on t i
c 9
r e , t 4
s 1 i
m i v p
a a— 6 e r
9 ,
t P i
i P N
p 5
2 n
v I, o s
1 p p
e 4 r i
1 u
p bl
e
mm
/r
a es
n po
fn
a s,
2
a2
t, p
1 si
ki
9 s,
41
prinsip 8
m
ep
n si
g
hk
a
r of
g ar
a
im
h
aa
kk
-
h a,
a1
k
s5
u
b2
-p
j
e
ku
,
1r
9
4p
p
ro
o
b si
a
bv
i
le
i
ts
y
sa
a
mm
p
lp
i
n li
g
,n
1
7g
3
p1
r
o7
b
l4
e
m
f
o
c
u
s
e
d
c
o
p
i
n
g
,
1
3
5
p
r
o
Indeks I-3
Q
quadriplegic, 36 Social Cognitive Theory, 120 timeline, 98, 167
Quality of Life, 82 social loafing, 19 training dan development, 101
quality surprise, 108 TRIAD, 63
quasy-experiment, 10, 37, 160, 166 sosial, 43 true-eksperimental, 10
quota sampling (judgement spider web, 30 true-experiment, 160, 167
sam- pling), 175
stimulus fokal, 20 trust-experiment, 37
stimulus kontekstual, 20, 173 tumbuh kembang, 143
R stimulus residual, 119
type of ego involvement, 135
rancangan penelitian, 155, 157, storming stage, 38
159, 160, 164, 165 stratified random sampling, 173
Rancangan Solomon, 167, 168
stres, 7, 51 U
stres hospitalisasi, 37
randomisasi, 10 uji kulit (skin test), 145
studi kasus, 71
rank order question, 189, 190 Sunrise Model, 59 uji mantoux (mantoux test), 145
rasio, 200, 201, 204 Supportif –Educative System, 142 unacceptable quality, 108
Swanson, 174
RATER, 108, 38, 133
rating question, 189 V
regulator, 7, 9 T
valid, 183, 184, 186
reinforcing, 50, 32 team work, 118, 120, 121 tekanan
vena sentral (CVP), 144 validitas (kesahihan), 183
reinforcing factors, 133 teori 14 kebutuhan dasar manusia, value & norm, 9, 10, 102
relational meaning, 38, 101 142 valuing of health, 57
teori adaptasi, 141 variabel, 5
relationship, 160 teori cultural shock diversity, 142 variabel dan parameter, 5
relevance, 52 teori—deduksi, 33 variabel dependen, 178
RELEVANT, 31 teori defisit perawatan diri, 142 teori variabel independen, 177
filosofi dan ilmu dalam kep- variabel kendali, 179
reliabilitas (keandalan), 183 erawatan, 142 variabel moderator (intervening),
replikasi, 33 teori hubungan antara ‘care, core, 178
dan cure’, 142
respect human dignity, 195 teori hubungan antarmanusia, 141 variabel penelitian, 155
review, 29 teori keperawatan klinik, 142 variabel perancu, 178, 179 variabel
reward system, 100 teori kesehatan lingkungan, 141 teori perancu (confounding),
right to justice, 195 konsep model untuk praktik 178
Rogers, 142 keperawatan, 142
teori menjadi ibu, 142 variabel random, 179
S teori model sistem perilaku, 142 V. Henderson, 142
teori motivasi, 125 Visual Analog Scale (VAS), 190
sampel, 169−175 teori prinsip ‘homeodynamics’, 142
teori structure caring, 142 vulva hygiene, 147
satisfactory quality, 108 terapi aktivitas kelompok (TAK),
152
SCDNT, 54, 141 terapi elektrokonvulsif, 152
SCI, 57 W
terapi okupasi, 152
S.C. Roy, 20, 141 water sealed drainase (WSD), 144
secondary appraisal, 135 terminologi partikular, 180 Watson, 142
selection, 20, 54, 101 terminologi singular, 180 WHOQOL-100, 83, 107
self-care, 20, 38, 54 WHOQOL-BREF, 84, 104, 116
terminologi universal, 180
self-care agency, 38, 54, 78 WOM, 101, 107
testability, 52
self care deficit, 50 Woodruff, 104
theoritical construction, 5
self efficacy, 20, 38, 77, 78 theory of reasoned action, 87
tidak signifikan/tidak bermakna, work schedule, 103
semantic differential, 191
signifikan/bermakna, 201 201
signs/symptom, 22 Z
simple random sampling, 173 Zeithaml, 105
simplicity, 52
skills, 75
I-4 Indeks