Anda di halaman 1dari 116

SKRIPSI

KEBIASAAN MAKAN PAGI DAN KONSUMSI TEH DENGAN


KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA
PAWYATAN DAHA KOTA KEDIRI

Oleh :
SUCI DEWI FEBRIANA
NIM:1231B0045

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA
KEDIRI 2021

i
SKRIPSI

KEBIASAAN MAKAN PAGI DAN KONSUMSI TEH DENGAN


KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA
PAWYATAN DAHA KOTA KEDIRI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam


Program Studi DIII Kebidanan STIKes Surya Mitra Husada Kediri

OLEH :
SUCI DEWI FEBRIANA
NIM:1231B0045

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA
KEDIRI 2021

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan belum

pernah dikumpulkan oleh orang lainuntuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang

pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

Kediri, September 2015

Yang menyatakan

MATRAI 10000

SUCI DEWI FEBRIANA


NIM. 1231B0045

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

KEBIASAAN MAKAN PAGI DAN KONSUMSI TEH DENGAN


KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA
PAWYATAN DAHA KOTA KEDIRI

Diajukan Oleh :

SUCI DEWI FEBRIANA


NIM. 1231B0045

KARYA TULIS ILLMIAH INI TELAH DISETUJUI

Pada tanggal, September 2015


Pembimbing

Erma Retnaningtyas, SST, SKM, M.Kes


NIDN. 0726038204

Mengetahui
Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. Agusta Dian Elia..S.Kep,.Ns,.M.Kep


NIDN. 0720088503

iv
HALAMAN PENGESAHAN

KEBIASAAN MAKAN PAGI DAN KONSUMSI TEH DENGAN


KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA
PAWYATAN DAHA KOTA KEDIRI

Oleh :

SUCI DEWI FEBRIANA


NIM. 1231B0045

Skripsi ini telah disetujui dan dinilai


Oleh Panitia Penguji
Pada Program Studi DIV Kebidanan
Pada hari, Tanggal 2015

PANITIA PENGUJI

Ketua : Candra wahyuni, SST, Bd,.M.Kes (.....……….……….)

Anggota : 1. Miftakhur rohmah,. SST,.Bd,.M.Ke.Bd,. (.....……….……….)

2. Erma Retnaningtyas, SST, SKM, M.Kes (.....……….……….)

Mengetahui
Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. Agusta Dian Elia..S.Kep,.Ns,.M.Kep


NIDN. 0720088503

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji syukur kepada TYME yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga Skripsi yang berjudul “KEBIASAAN MAKAN PAGI

DAN KONSUMSI TEH DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA

PUTRI DI SMA PAWYATAN DAHA KOTA KEDIRI “ dapat diselesaikan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meneruskan jenjang penelitian pada

Program Studi D4 Kebidanan di IIK STRADA Indonesia

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr Sentot Imam Suprapto.,MM,. selaku Rektor IIK STRADA Indonesia yang

telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kebidanan.

2. Dr Byba Melda Suhita,.S.Kep,.Ns,.M.Kes selaku Dekan Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan IIK STRADA Indonesia

3. Riza Tsalatsatul Mufida,.SST,.Bd,.M.Keb selaku Kaprodi S1 Kebidanan

4. Erma Retnaningtyas, SST.Bd,.SKM, M.Kes selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan pada penyusunan Usulan Penelitian

ini.

5. ……… selaku Kepala Puskesmas………… yang telah memberikan Ijin

untuk peneliti menyelesaikan kegiatan penelitian.

6. Orang tua tersayang, adikku, keluargaku tercinta yang selalu mendo’akanku

serta orang yang aku sayangi terima kasih atas semua do’a, dukungan serta

semangat yang telah diberikan kepada peneliti.

vi
7. Pihak-pihak yang membantu, mendukung dan memotivasi dalam

penyelesaian penyusunan Skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu segala kritik dan saran dari semua pihak sangatlah kami

butuhkan demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca dan penulis khususnya. Amin.

Kediri, September 2015

Peneliti

vii
ABSTRAK

KEBIASAAN MAKAN PAGI DAN KONSUMSI TEH DENGAN


KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA
PAWYATAN DAHA KOTA KEDIRI

Suci Dewi Febriana, Erma Retnaningtyas


Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Suci.dewi15@gmail.com erma.retna26@gmail.com

Kejadian anemia yang banyak diderita wanita dan remaja putri khusunya
akibat remaja putri setiap bulan mengalami menstruasi, sering tidak makan pagi,
masukan gizi yang tidak seimbang serta faktor engkonsumsi teh setiap pagi dan
setelah makan juga salah satu pemicunya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh dengan kejadian
anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Analitik Observasional
dengan pendekatan cross sectional. Dengan tehnik purposive sampling didapatkan
sampel sebanyak 30 responden, variabel independen kebiasaan makan dan
konsumsi teh menggunakan kuesioner dan variabel dependen kejadian anemia
dengan observasi. Digunakan uji statistik Chi-Square untuk mengetahui hubungan
kedua variabel.
Hasil penelitian dari 30 responden didapat sebagian besar responden
kriteria terbiasa makan pagi sebanyak 23 responden (76,7%), sebagian besar
responden konsumsi teh > 3 jam setelah makan yaitu sebanyak 22 responden
(73,3%). Dan didapatkan sebagian besar responden kriteria tidak anemia yaitu
sebanyak 21 responden (70%).
Analisis menggunakan uji statistik Chi-Square didapatkan hasil p = 0,000
< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan kebiasaan
makan pagi dan konsumsi teh dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA
Pawyatan Daha Kota Kediri.
Kebiasaan minum teh bersamaan dengan saat makan pagi merupakan
kekeliruan gizi yang harus diubah. Perubahan pola minum teh harus dilakukan
dengan cara mengurangi konsumsi teh menjadi tidak setiap hari atau minum < 3
jam setelah makan dan membiasakan selalu melakukan sarapan pagi.

Kata kunci : Kebiasaan makan pagi, Konsumsi teh, Kejadian anemia

viii
ABSTRACT

HABIT OF BREAKFAST AND TEA CONSUMPTION WITH THE


INCIDENCE OF ANEMIA AMONG ADOLESCENT GIRLS
IN SMA PAWYATAN DAHA KEDIRI.

Suci Dewi Febriana, Erma Retnaningtyas


Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Suci.dewi15@gmail.com erma.retna26@gmail.com

By : Suci Dewi Febriana

Anemia that affects many women and girls especially due to young women
menstruate every month, often do not eat breakfast, unbalanced nutrient inputs
and factors engkonsumsi tea every morning and after meals is also one of the
trigger. This reseach aims to determine the relationship habit of breakfast and tea
consumption with the incidence of anemia among adolescent girls in SMA
Pawyatan Daha Kediri.
Design of this reseach Analytical observational study with cross sectional
approach. By purposive sampling technique obtained a sample of 30 respondents,
independent variables eating habits and consumption of tea using a questionnaire
and the dependent variable anemia with observation. Used statistical tests chi-
square to determine the relationship between the two variables.
Results of the 30 respondents obtained most respondents criteria used to
eat breakfast as much as 23 respondents (76.7%), most respondents tea
consumption> 3 hours after eating as many as 22 respondents (73.3%). And
found most respondents criteria are not anemic as many as 21 respondents (70%).
Analyzes using Chi-Square statistical test showed p = 0.000 <0.05 then
H0 is rejected and H1 accepted which means no relationship habit of breakfast
and tea consumption with the incidence of anemia among adolescent girls in SMA
Pawyatan Daha Kediri.
The habit of drinking tea at breakfast along with a nutritional mistake that
must be changed. Changes in patterns of drinking tea should be done by reducing
the consumption of tea becomes every day or drink <3 hours after eating and
getting used to always perform a full breakfast.

Keywords: breakfast eating habits, consumption of tea, incidence of anemia

ix
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul.................................................................................................. i
Surat Pernyataan............................................................................................... ii
Halaman Persetujuan........................................................................................ iii
Halaman Penetapan Panitia Penguji................................................................. iv
Ucapan Terima Kasih....................................................................................... v
Abstrak.............................................................................................................. vi
Abstract ............................................................................................................ vii
Daftar Isi........................................................................................................... viii
Daftar Gambar.................................................................................................. x
Daftar Tabel...................................................................................................... xi
Daftar Lampiran................................................................................................ xii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 6
1. Manfaat teoritis.......................................................................................... 6
2. Manfaat praktis.......................................................................................... 7
E. Keaslian Penelitian......................................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori............................................................................................... 9
1. Konsep Dasar Kebiasaan Makan Pagi....................................................... 9
2. Konsep Konsumsi Teh............................................................................... 16
3. Konsep Anemia......................................................................................... 18
4. Konsep Remaja.......................................................................................... 36
5. Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dengan Anemia................................... 36
B. Kerangka Konsep........................................................................................... 38
C. Hipotesis......................................................................................................... 39

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian............................................................................................ 40
B. Kerangka Kerja............................................................................................... 41
C. Populasi, Sampel, dan Sampling.................................................................... 42
1. Populasi ..................................................................................................... 42
2. Sampel ..................................................................................................... 42
3. Sampling ................................................................................................... 43
D. Variabel Penelitian ........................................................................................ 43
E. Definisi Operasional....................................................................................... 44
F. Lokasi Penelitian............................................................................................ 45

x
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 45
H. Analisis Data.................................................................................................. 47
I. Etika penelitian............................................................................................... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................................ 49
B. Hasil Penelitian............................................................................................... 52
1. Karakteristik Responden............................................................................ 52
2. Karakteristik Variabel................................................................................ 54
3. Analisis Hasil Uji Statistik Penelitian........................................................ 59

BAB V PEMBAHASAN
A. Indentifikasi Kebiasaan Makan Pagi ............................................................ 61
B. Identifikasi Konsumsi Teh............................................................................ 63
C. Identifikasi Identifikasi Kejadian Anemia ................................................... 64
D. Analisis hubungan kebiasaan Makan pagi Dan Konsumsi Teh Dengan
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri............................................................
65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................................. 70
B. Saran....................................................................................................... 71 68

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 72


LAMPIRAN ...................................................................................................... 74

xi
DAFTAR GAMBAR

HALAMAN
Gambar 2.1 Metabolisme Zat Besi................................................................ 27

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Kebiasaan Makan pagi Dan


Konsumsi Teh dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
Di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri........................................ 38

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Kebiasaan Makan Pagi


Dan Konsumsi Teh dengan Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri................................ 41

Gambar 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Responden


di SMA Pawyatan Daha Kediri Pada Tanggal 8 September
2015............................................................................................ 52

Gambar 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit


Responden di SMA Pawyatan Daha Kediri Pada Tanggal 8
September 2015.......................................................................... 53

xii
DAFTAR TABEL

HALAMAN
Tabel 2.1 Batasan Frekuensi Hemoglobin.................................................... 25

Tabel 2.2 Angka kecukupan besi rata-rata yang dianjurkan......................... 29

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Kebiasaan Makan Pagi Dan


Konsumsi Teh dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
SMA Pawyatan Daha Kota Kediri................................................ 44

Tabel 4.1 Karakteristik Variabel Berdasarkan Kebiasaan Makan Pagi


di SMA Pawyatan Daha Kediri Pada Tanggal 8 September
2015.............................................................................................. 54

Tabel 4.2 Karakteristik Variabel Berdasarkan Konsumsi Teh di SMA


Pawyatan Daha Kediri Pada Tanggal 8 September 2015............. 54

Tabel 4.3 Karakteristik Variabel Berdasarkan Kejadian Anemia di SMA


Pawyatan Daha Kediri Pada Tanggal 8 September 2015............. 55

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Berdasarkan Umur dengan Kebiasaan Makan


Pada Remaja Putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri Pada
Tanggal 8 September 2015........................................................... 55

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Berdasarkan Umur dengan Konsumsi Teh Pada
Remaja Putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri Pada
Tanggal 8 September 2015........................................................... 56

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Berdasarkan Umur dengan Kejadian Anemia


Pada Remaja Putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri Pada
Tanggal 8 September 2015........................................................... 56

Tabel 4.7 Tabulasi Silang Berdasarkan Kebiasaan Makan Pagi dan


Konsumsi Teh dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
SMA Pawyatan Daha Kota Kediri Pada Tanggal 8 September
2015.............................................................................................. 57

Tabel 4.8 Hasil Analisis Menggunakan Chi-Square Hubungan Kebiasaan


Makan Pagi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
SMA Pawyatan Daha Kota Kediri Pada Tanggal 8 September
2015.............................................................................................. 58
Tabel 4.9 Hasil Analisis Menggunakan Chi-Square Hubungan Konsumsi
Teh Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA
Pawyatan Daha Kota Kediri Pada Tanggal 8 September 2015.... 59

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Data Awal............................................ 74


Lampiran 2 Surat Balasan Ijin Pengambilan Data Awal ............................. 75
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian................................................................... 76
Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian ........................................................... 77
Lampiran 5 Lembar Informasi Penelitian (Inform consent)........................ 78
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden................................. 76
Lampiran 7 Kisi-Kisi Kuesioner.................................................................. 80
Lampiran 8 Lembar Kuesioner.................................................................... 81
Lampiran 9 Uji Validitas dan Reliabilitas Kusioner.................................... 84
Lampiran 10 Rekapitulasi Hasil Penelitian Data Demografi Responden....... 92
Lampiran 11 Rekapitulasi Hasil Penelitian.................................................... 93
Lampiran 12 Hasil Penelitian Analisis SPSS................................................. 97
Lampiran 13 Lembar Konsultasi.................................................................... 107

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dalam berbagai hal, baik

mental, emosional, sosial dan fisik. Banyak faktor yang mempengaruhi

tumbuh kembang remaja diantaranya faktor genetik dan faktor lingkungan.

Faktor gizi termasuk bagian dari faktor lingkungan yang mempengarui

tumbuh kembang remaja (Permaesih, 2005).

Kondisi hormonal pada usia remaja menyebabkan aktivitas fisiknya

makin meningkat sehingga kebutuhan energi juga meningkat dan akan

mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Permasalahan yang sering muncul

dan berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi remaja adalah Pola

konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi,

dan sama sekali tidak makan siang. Salah satu masalah gizi utama yang

terjadi pada remaja di Indonesia adalah anemia gizi (Yayuk dkk, 2004).

Anemia pada remaja adalah suatu keadaan kadar hemoglobin dalam

darah lebih rendah dari nilai normal. Kebiasaan yang sering dilakukan oleh

masyarakat Indonesia pada umumnya adalah mengkonsumsi teh setiap pagi

dan setelah makan. Kejadian anemia yang banyak diderita wanita dan remaja

putri khusunya adalah akibat remaja putri setiap bulan mengalami haid atau

menstruasi, masukan gizi yang tidak seimbang yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan tubuh dan pola makan atau perilaku makan yang salah.

1
Kriteria makan yang tidak sehat terutama adalah pola mengkonsumsi makanan

yang tidak mengandung gizi seimbang. Bagi remaja putri kebutuhan zat gizi

pada makanan terutama digunakan untuk pertumbuhan fisik serta

menggantikan zat gizi yang hilang pada saat menstruasi. Faktor lain yang

berpengaruh terhadap kejadian anemia antara lain gaya hidup seperti

merokok, minum minuman keras, kebiasaan sarapan pagi, sosial ekonomi

dan demografi, pendidikan, jenis kelamin, umur dan wilayah. selain itu ada

faktor lain yaitu gangguan penyerapan zat besi yang berasal dari kebiasaan

minum teh. Berdasarkan penelitian Besral dkk (2007) bahwa 49% responden

memiliki kebiasaan minum teh tiap hari sehingga beresiko menderita anemia.

Anemia menduduki urutan keempat dalam sepuluh besar penyakit di

Indonesia.Adapun dalam dua puluh lima besar penyakit yang banyak diderita

perempuan anemia juga brada pada urutan keempat (Depkes,2006). Hal ini

didukung oleh Mulyawati (2005) yang dalam penelitiannya mengungkapkan

prevalensi anemia pada wanita lebih besar dibandingkan pria. Dalam

penelitian tersebut ditemukan hampir enam puluh orang dari tujuh puluh dua

responden wanita, menderita anemia dengan rentan usia 15 sampai dengan 35

tahun.

Kurangnya hemoglobin berarti minimnya oksigen di dalam tubuh.

Apabila oksigen berkurang tubuh akan menjadi lemah, lesu, dan tidak

bergairah. Wanita lebih rentan mengalami anemia, terutama pada masa

remaja. Hal ini terlihat dari masih tingginya prevalensi kejadian anemia gizi

besi pada remaja putri. Prevalensi Anemia untuk perempuan dewasa (≥15

2
tahun) secara global menurut data WHO (2008) adalah sekitar 30,2% atau

sekitar 468,6 juta orang, sedangkan prevalensi anemia di Asia Tenggara

adalah sekitar 45,7% atau 182 juta orang. Di negara yang sedang

berkembang, sekitar 27% remaja lelaki dan 26% wanita menderita anemia,

sementara di negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan

7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di negara berkembang (10

negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia mengalami anemia kekurangan

besi). Sedangkan dari laporan hasil Riskesdas tahun 2007, diketahui bahwa di

440 kota/kabupaten di 33 provinsi di Indonesia prevalensi anemia di

perkotaan mencapai 14,8%.

Pada penelitian yang dilakukan Tandirerung, dkk (2013) diketahui

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan pagi

dengan kejadian anemia pada murid SD Negeri 3 Manado. Hasil dari

penelitian tersebut menyatakan bahwa murid Sekolah Dasar Negeri 3 Manado

sebesar 65,1% memiliki kebiasaan makan pagi. Dan berdasarkan pemeriksaan

kadar hemoglobin, sebagian besar murid Sekolah Dasar Negeri 3 Manado

berada pada kategori normal atau tidak anemia (89,2%).

Penelitian lain yang dilakukan Izah pada tahun 2011 terhadap siswa

kelas V dan VI di MI Negeri 02 Cempaka Putih, Tanggerang juga

menunjukan hasil yang sama. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa

responden yang berstatus anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden

yang tidak memiliki kebiasaan sarapan (100.0%). Reponden yang berstatus

anemia sendiri dan memiliki kebiasaan sarapan adalah sebesar 78.4%.

3
Sedangkan responden yang tidak memiliki kebiasaan sarapan dan berstatus

tidak anemia sebesar 0.0%, dan responden yang memiliki kebiasaan sarapan

dan berstatus tidak anemia sebesar 21.6%.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 21 Mei

2015 di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri dari 14 remaja putri didapatkan 4

remaja selalu makan pagi dan mengkonsumsi teh setelah makan pagi.

Hasilnya 3 diantaranya mengalami anemia dengan Hb 10,5 g/dl, 11 g/dl, 11,5

g/dl.

Menurut Soekirman (2005) anemia pada remaja dapat menimbulkan

berbagai dampak antara lain menurunnya konsentrasi belajar dan menurunnya

stamina dan produktivitas kerja (Hardiansyah dkk, 2007). Disamping itu

remaja yang menderita anemia kebugarannya juga menurun. Pada

Kusumawati (2005) tingginya anemia pada remaja ini akan berdampak pada

prestasi belajar siswi karena anemia pada remaja putri akan menyebabkan

daya konsentrasi menurun sehingga akan mengakibatkan menurunnya

prestasi belajar.

Zat besi sangat diperlukan dalam pembentukan darah yaitu untuk

mensintesis hemoglobin. Kelebihan zat besi disimpan sebagai protein feritin

dan hemosiderin di dalam hati, sumsum tulang belakang, dan selebihnya di

simpan dalam limfa dan otot. Kekurangan zat besi akan menyebabkan

terjadinya penurunan kadar feritin yang diikuti dengan penurunan kejenuhan

transferin atau peningkatan protoporfirin. Keadaan yang terus berlanjut akan

menyebabkan anemia defisiensi besi, dimana kadar hemoglobin turun di

bawah nilai normal (Almatsier, 2011).

4
Angka kejadian anemia pada remaja dapat diturunkan melalui 3

langkah utama yaitu 1) perubahan pola minum teh, 2) meningkatkan asupan

lauk (protein hewani), dan 3) meningkatkan asupan pauk (protein nabati).

Perubahan pola minum teh dapat dilakukan dengan cara mengurangi

konsumsi teh menjadi tidak setiap hari atau minum < 3 jam setelah makan

pagi seperti yang dianjurkan oleh Alsuhendra (2005). Kita mempunyai

kebiasaan minum teh bersamaan dengan saat makan pagi. Ini kekeliruan gizi

yang harus diubah. Seperti telah dijelaskan, teh mengandung tanin yang dapat

mengikat mineral. Serta melakukan penyuluhan Komunikasi Informasi dan

Edukasi (KIE) dalam mata pelajaran Penjaskes (Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan) untuk memberikan pengetahuan gizi pada remaja mengenai

kebiasaan makan pagi.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan

Kebiasaan Makan Pagi dan Konsumsi Teh dengan Kejadian Anemia Pada

Remaja Putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan

masalahnya, yaitu : Adakah hubungan kebiasaan makan pagi dan konsumsi

teh dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota

Kediri.

5
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk Mengetahui hubungan kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh

dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota

Kediri.

2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kebiasaan makan pagi pada remaja putri di SMA

Pawyatan Daha Kota Kediri.

2. Mengidentifikasi konsumsi teh pada remaja putri di SMA Pawyatan

Daha Kota Kediri.

3. Mengidentifikasi kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan

Daha Kota Kediri.

4. Menganalisis hubungan kebiasaan makan pagi dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.

5. Menganalisis hubungan Konsumsi The dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat dipakai sebagai dasar dan dijadikan bahan

perbandingan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya,

6
khususnya mengenai kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh terhadap

kejadian anemia pada remaja putri.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaatnya oleh

semua pihak, khusunya :

a. Bagi Remaja

Memberikan informasi tentang penyakit anemia,sehingga remaja

dapat melakukan upaya pencegahan penyakit anemia dan mengurangi

penyakit anemia.

b. Bagi Lahan Peneliti

Memberikan informasi bagi instansi terkait khususnya SMA

Pawyatan Daha Kota Kediri mengenai penyakit anemia, apa penyebab

kejadian anemia sehingga dapat dijadikan pengambilan kebijakan dan

penanggulangan penyakit ini.

c. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dasar dan

acuan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan pengembangan

penelitian mengenai anemia.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai kebiasaan sarapan dan konsumsi teh dengan

kejadian anemia pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu :

7
8
No Nama Peneliti, Judul Nama Jurnal Variabel Metode Desain Sampling Hasil
Tahun Independen Dependen Penelitian
1 Ummi Kalsum, Kebiasaan Sarapan Jurnal Penelitian Kebisaan Kejadian Desain Sampel adalah siswa- Hasil analisis chi-square, ada
2016 Pagi Berhubungan Universitas Jambi Sarapan Anemia penelitian cross siswi kelas 10 yang hubungan antara kebiasaan
Dengan Kejadian Seri Sains. Pagi sectional berumur antara 14 – sarapan dengan kejadian anem
Anemia Pada Remaja Volume 18, 18 tahun sebanyak 180 (P-value = 0,03; OR= 2,05; 95
di SMA Negri Muaro Nomor 1, Hal.09- orang. Penarikan CI = 1,11-3,78).
Jambi 19 ISSN:0852- sampel dilakukan
8349 Januari Juni dengan metode total
2016 sampling
2 Desri Suryani, Analisis Pola Makan Jurnal Kesehatan Pola Makan Kejadian Penelitian Populasi seluruh Tidak terdapat hubungan anta
2015 Dan Pengetahuan Masyarakat Dan Anemia dengan remaja putri SMP dan pengetahuan tentang anem
Terhadap Kejadian Andalas |Oktober Pengetahua rancangan cross SMA di Kota dengan kejadian anemia da
Anemia Gizi Besi 2015 - Maret 2016 n sectional Bengkulu, dengan tidak terdapat hubungan anta
Pada Remaja Putri | Vol. 10, No. 1, sampel sebanyak 1200 pola makan dengan kejadia
Kota Bengkulu Hal. 11-18 remaja putri. Analisis anemia (p value > 0,05).
data menggunakan uji
chi-square
3 Sri Hastuty, Dkk, Hubungan Kebiasaan Jurnal ilmiah Kebiasaan Status Penelitian Jumlah sampel 148 Terdapat hubungan anta
2016 Sarapan Dan Kesehatan Sarapan Hemoglob dengan siswi Remaja Putri di kebiasaan sarapan dengan statu
Konsumsi Suplemen Masyarakat | Dan in rancangan cross SMAN 10 Makassar haemoglobin dan terdap
Dengan Status Februari 2016 - Konsumsi sectional dan menggunakan uji hubungan antara konsum
Hemoglobin Pada Maret 2016 | Vol. Suplemen chi square suplemen dengan statu
Remaja Putri di 3, No. 1, Hal. 21- hemoglobin (p value > 0,05).
SMAN 10 Makassar 28

1
1. Penelitian dengan judul Hubungan Kebiasaan Sarapan Dan Konsumsi

Suplemen Dengan Status Hemoglobin Pada Remaja Putri di SMAN 10

Makassar, oleh Sry Hastuti Amrin, Rahayu Indriasari, Ulfah Najamuddin

tahun 2014 Jumlah sampel 148 siswi dan menggunakan uji chi square.

2. Penelitian dengan judul Hubungan Konsumsi Teh dengan kadar

Hemoglobin di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar, oleh

Setiyarno, Titik Anggraeni, Mustaan tahun 2012 jumlah sampel 71 orang

dan menggunakan uji chi square.

Namun memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu :

a. Variabel dalam penelitian sebelumnya adalah pada penelitian pertama

Kebiasaan Sarapan dan Konsumsi Suplemen dengan Status

Hemoglobin, penelitian kedua Konsumsi Teh dengan kadar

Hemoglobin, sedangkan dalam penelitian ini adalah Kebiasaan makan

pagi dan Konsumsi Teh dengan Kejadian Anemia.

b. Penelitian sebelumnya dilakukan di SMAN 10 Makassar dan

Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar, sedangkan dalam

penelitian ini dilakukan di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Dasar Kebiasaan Makan Pagi

a. Pengertian

sarapan atau makan pagi adalah Kegiatan makan/minum pada

pagi hari dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 10.00 pagi

yang diukur selama satu minggu. (Jetvig, 2010).

Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam

makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi

kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel

tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan

(Almatsier, 2011).

b. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

Menurut Almatsier (2011), PUGS disusun untuk mencapai dan

memelihara kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being)

semua yang merupakan prasyarat untuk pembangunan sumber daya

manusia. Dalam PUGS, susunan makanan yang dianjurkan adalah yang

menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan

mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat

saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya. PUGS

merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 Sehat 5 Sempurna

yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik

10
masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih. Pengelompokan

makanan didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sumber

zat energi/tenaga yang dapat berupa padi-padian, tepung-tepungan,

umbi-umbian, sagu, dan pisang yang dibeberapa bagian di Indonesia

jugadimakan sebagai makanan pokok. Sebagai sumber zat pembangun

berupa sayuran danbuah, serta sumber zat pengatur berupa ikan, ayam,

telur, daging, susu, kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti

tempe, tahu dan oncom. Untuk mencapai gizi seimbang hendaknya

susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan

makanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih salah satu atau lebih jenis

bahan makanansesuai dengan ketersediaan bahan makanan tersebut di

pasar, keadaan sosial ekonomi,nilai gizi, dan kebiasaan makanan.

Menurut Baliwati (2004), PUGS memuat tiga belas pesan dasar

yang diharapkan dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman

praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman

guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang

optimal. Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Makanlah aneka ragam makanan.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan

energi.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari

kebutuhan energi.

11
5. Gunakan garam beryodium.

6. Makanlah makanan sumber zat besi.

7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.

8. Biasakan makan pagi.

9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.

10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.

11. Hindari minum minuman beralkohol.

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.

Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) merupakan

respon seseorangterhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi

kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan

praktek terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung

didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan sebagainya

sehubungan kebutuhan tubuh kita (Notoatmodjo, 2005).

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa

anak menuju masa dewasa. Pada masa ini, individu mengalami berbagai

pertumbuhan baik fisik maupun psikis (Agustiani, 2006). Para remaja

memerlukan makanan bernutrisi tinggi karenatubuh mereka sedang

mengalami perubahan besar (Weekes, 2008).

Pada usia remaja, fisik seseorang terus berkembang, demikian

pula aspek sosial maupun psikologisnya. Perubahan ini membuat

seorang remaja mengalami banyakragam gaya hidup, perilaku, tidak

12
terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan

dikonsumsi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi keadaan gizi

seorang remaja. Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah

membuat seorang remaja sering dipengaruhi oleh rekan sebayanya.

Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan padakandungan gizi tetapi

sekedar bersosialisasi dan untuk kesenangan. Aspek pemilihan makanan

pada remaja penting diperhatikan karena remaja sudah menginjak tahap

independensi yaitu kebiasaan memilih makanan yang disukai

(Khomsan, 2009).

Menurut Weekes (2008), masa remaja seringkali merupakan masa

pertamakalinya orang-orang mempertimbangkan untuk mengikuti diet

dalam rangka mengubah bentuk tubuh mereka. Diet ketat biasanya

menghilangkan makanan-makanan tertentu misalnya karbohidrat. Hal

ini tidak sehat bagi remaja yang sedang tumbuh dan memerlukan

berbagai jenis makanan. Anak remaja yang sudah duduk di bangku

SLTA umumnya menghabiskan waktu tujuh jam sehari di sekolahnya.

Ini berarti hampir sepertiga dari waktunya setiap hari dilewatkan remaja

di sekolah.

Menurut Khomsan (2009), anak sekolah memiliki banyak

kegiatan yang harus dilakukan dalam sehari. Mulai dari aktifitas di

sekolah, yang dilanjutkan dengan berbagai kursus, mengerjakan PR dan

mempersiapkan pelajaran untuk keesokan harinya. Dengan aktivitas

tinggi seperti itu, stamina anak akan cepat loyo kalau tidak ditunjang

13
dengan intake pangan dan gizi yang cukup serta berkualitas. Agar

stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan ekstra

kurikuler, maka sarana utama dari segigizi adalah sarapan pagi.Sarapan

pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting mengingat waktu sekolah

dengan aktifitas penuh yang membutuhkan energi dan kalori yang

cukup besar (Judarwanto, 2008). Bagi anak-anak sekolah,

meninggalkan sarapan pagi membawa dampak yang kurang

menguntungkan. Konsentrasi di kelas bisa buyar karena tubuh tidak

memperoleh masukan gizi yang cukup. Banyak alasan yang

menyebabkan anak sekolah tidak sarapan pagi, seperti waktuyang

sangat terbatas karena jarak sekolah yang cukup jauh, terlambat bangun

pagi, atautidak ada selera untuk sarapan pagi (Yusuf, dkk, 2008).

Menurut Daniel dalam Arisman (2007), hampir 50% remaja

terutama remaja yanglebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain

membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini kalau sarapan

memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur hanya

60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih

memilih kudapan yang bukan saja hampa kalori, tetapi juga sedikit

sekali mengandung zat gizi dan dapat mengganggu nafsu makan.

Padahal konsumsi makanan yang salah bisa membuat tubuh kekurangan

nutrisi-nutrisivital yang diperlukan agar tubuh dapat bekerja dengan

baik (Weekes, 2008).

14
Sarapan pagi pada anak sekolah bertujuan untuk mencukupi

kebutuhan energi selama beraktivitas di sekolah serta dapat

meningkatkan konsentrasi dan daya ingat anak. Kebiasaan sarapan juga

termasuk dalam salah satu dalam 13 pesan dasar gizi seimbang.

(Depkes RI, 2005). Sarapan memberi kontribusi besar kepada energi

harian dan asupan nutrisi. Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan yang

penting sebelum melakukan aktifitas fisik pada hari itu karena sarapan

pagi menyumbang gizi sekitar 25 % dari angka kebutuhan gizi sehari,

dimana jumlah tersebut cukup signifikan. Dengan demikian, kebutuhan

zat besi pada hari itu didapatkan pada waktu sarapan pagi. Bagi anak

sekolah makan pagi atau sarapan dapat meningkatkan konsentrasi

belajar dan memudakan penyerapan pelajaran, sehingga prestasi belajar

menjadi lebih baik (Izah, 2011).

Sarapan sebaiknya mengandung sumber karbohidrat, protein,

tinggi serat rendah lemak. Melewatkan sarapan dapat beresiko untuk

menjadi obesitas dan memiliki gangguan kesehatan. Obesitas dapat

terjadi karena ketika anak tersebut melewatkan sarapan dan merasa

lapar maka mereka akan mengkonsumsi makanan berkalori tinggi yang

didapatkan dari makanan jajanan. (Latifah M Al Boudi, Pakistan Jurnal

Of Nutrition, 2010).

Selain itu, apabila dilihat dari rata-rata sarapan yang dikonsumsi

responden berdasarkan International Food Information Council

Fondation tahun 2008 yang menyatakan bahwa sarapan yang baik

15
adalah jika memenuhi asupan dari 20 – 35% AKG, diketahui bahwa

rata rata sarapan responden kurang dari kebutuhan seharusnya. Hal

tersebut hampir sama dengan hasil Survey yang dilakukan Pergizi

Pangan Indonesia tahun 2010 pada 35 ribu anak usia sekolah dasar

menunjukkan 44,6% anak yang sarapan kurang dari 15%

kebutuhannya. Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-

orang yang mengkonsumsi bahan makananan yang kurang beragam

dengan menu makanan yang terdiri dari nasi, kacang kacangan dan

sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi.

Gangguan defisiensi besi sering terjadi karena susunan makanan yang

salah baik jumlah maupun kualitasnya yang disebabkan oleh kurangnya

penyediaan pangan, distribusi makanan yang kurang baik, kebiasaan

makan yang salah, kemiskinan dan ketidaktahuan (Masrizal, 2007).

Kebutuhan zat besi bila dilihat dari banyaknya zat besi yang

diserap saja sebetulnya sangat rendah. Masalahnya ialah bahwa

banyaknya zat besi yang dapat diserap tubuh dari bahan makanan

umumnya sangat rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

prosentasi zat besi yang dapat diserap untuk beras 1%, kedelai 6%,

jagung 3%, ikan 11% dan hati 13%18. Faktor yang menghambat

penyerapan zat besi antara lain bentuk zat besi (nonheme dan ferri),

phytat, oxalat; sedang faktor yang mempermudah penyerapan zat besi

antara lain protein hewani, vitamin C, sistein, besi haem dan besi

bentuk ferro. Kekurangan zat besi dapat disebabkan oleh karena

16
banyaknya zat besi dalam bahan makanan rendah atau karena

penyerapan besi oIeh tubuh sangat rendah. Karena menu rata-rata orang

Indonesia protein hewaninya rendah maka absorpsi zat besi akan rendah

puIa. Apalagi makanan pokok yang dipakai umumnya beras yang

banyak mengandung phitat yang dengan sendirinya sangat

mempengaruhi absorpsi zat besi tersebut (BioMed Central Public

Health, 2010).

Selain itu Remaja laki-laki maupun perempuan dalam masa pertumbuhan

membutuhkan energi, protein dan zat-zat gizi lainnya yang lebih banyak

dibanding dengan kelompok umur lain. Pematangan seksual pada

remaja menyebabkan kebutuhan zat besi meningkat. Kebutuhan zat besi

remaja perempuan lebih tinggi dibanding remaja laki-laki, karena

dibutuhkan untuk mengganti zat besi yang hilang pada saat menstruasi

(Masrizal, 2007).

2. Konsep Konsumsi Teh

Konsumsi adalah cara sesorang untuk memenuhi kebutuhannya

dalam hal makanan atau minuman. Contoh dari konsumsi misalnya,

konsumsi sayur, konsumsi teh, konsumsi buah-buahan dan lain-lain.Teh

adalah sebuah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang

dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang

dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas.

Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan

tersendiri dari teh. Teh merupakan minuman yang sudah dikenal dengan

17
luas di Indonesia dan di dunia. Aromanya yang harum serta rasanya yang

khas membuat minuman ini banyak dikonsumsi. Untuk jenis teh yang

diminum juga lebih banyak menggunakan teh celup ketika kita minum teh,

jarang sekali kita memperhatikan kebiasaan saat meminumnya. Kebiasaan

yang selama ini kita anggap benar dan aman-aman saja, ternyata kita perlu

mengubahnya.

Salah satu jenis minuman yang paling sering diminum setelah makan

selain air putih adalah teh. Terlebih lagi setelah makan siang paling enak

mengkonsumsi es teh manis. Tapi ternyata meminum teh setelah makan

tidak dianjurkan oleh ahli kesehatan. Sebaiknya kita menghindari

kebiasaan meminum teh setelah makan.

Seperti dikutip dari health.liputan6.com, penelitian yang dilakukan

oleh Cornell University dan the USDA’s Agricultural Research Service

(ARS), Ithaca, New York, Amerika Serikat menyatakan bahwa kandungan

tannin dan polifenol dalam teh dapat menghambat penyerapan zat besi

dalam saluran cerna. Minum teh dengan selang waktu yang cepat setelah

makan jika dilakukan secara terus menerus bisa menyebabkan penyerapan

zat besi dalam darah akan terganggu.

Hal inilah yang dapat memicu anemia atau penyakit kurang

darah.Karena zat tannin yang terdapat pada teh mengikat zat besi pada

makanan yang dicerna, sehingga membuat penyerapan zat besi yang

dilakukan oleh sel darah merah berkurang. Selain itu, minum teh setelah

makan dapat mempengaruhi protein yang ada dalam makanan yang masuk

18
ke saluran pencernaan. Sehingga dapat menyebabkan makanan menjadi

keras dan sulit dicerna. Teh yang sangat kental juga memiliki sifat diuretik

yang bisa menyebabkan dehidrasi.

Ada zat yang terkandung dalam teh yang berakibat kurang baik

untuk tubuh, zat itu adalah tenin. Tenin pada teh (tehine) dapat

menyebabkan proses penyerapan makanan menjadi terhambat (Hertog,

dalam Besral, dkk, 2007). Walaupun teh mempunyai banyak manfaat

kesehatan, namun ternyata teh juga diketahui menghambat penyerapan zat

besi yang bersumber darnibukan hem (non-heme iron).

Tanin ini dapat mengikat beberapa logam seperti zat besi, kalsium,

dan aluminium, lalu membentuk ikatan kompleks secara kimiawi. Karena

dalam posisi terikat terus, maka senyawa besi dan kalsium yang terdapat

pada makanan sulit diserap tubuh sehingga menyebabkan penurunan zat

besi (Fe) (Imam, 2010). Menurut Alsuhendra (2005) konsumsi teh

sebauknya dilakukan > 3 jam setelah makan.

3. Konsep Anemia

a. Pengertian

Anemia merupakan keadaan yang ditandai dengan rendahnya

kadar hemoglobin atau berkurangnya jumlah dan mutu sel darah merah,

yang berfungsi sebagai sarana transportasi zat gizi serta oksigen untuk

proses fisiologis dan biokimia jaringan tubuh. Diagnosis anemia

ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala yang muncul serta dengan

melihat kadar hemoglobin dalam darah (Lutter, 2008). Nilai Anemia

19
berbeda-beda untuk kelompok umur dan jenis kelamin sebagaimana

ditetapkan oleh WHO (2005) yaitu umur 1-4 tahun 11 g/dl, 5-11 tahun

11,5 g/dl, 12-14 tahun 12 g/dl, laki-laki (>15 tahun) 13 g/dl, wanita

(>15 tahun) 12 g/dl, wanita hamil 11 g/dl.

b. Faktor yang menyebabkan anemia

Secara umum, terdapat dua faktor yang menyebabkan anemia gizi

yaitu faktor gizi dan non-gizi. Adapun faktor non gizi adalah sebagai

berikut:

1. Banyak kehilangan darah. Pendarahan mengakibatkan tubuh

kehilangan banyak sel darah merah. Pendarahan ada 2 jenis, yakni

pendarahan eksternal (pendarahan yang terjadi secara mendadak dan

dalam jumlah banyak) dan pendarahan kronis (pendarahan yang

terjadi sedikit demi sedikit, tetapi berlangsung secara terus-menerus).

Contoh pendarahan adalah investasi cacing tambang, kecelakaan,

atau menstruasi. Wanita mengalami kehilangan darah sebanyak 40-

50 ml setiap bulannya akibat menstruasi.

2. Rusaknya sel darah merah. Perusakan sel dapat berlangsung di dalam

pembuluh darah akibat penyakit, seperti malaria atau thalasemia 3.

Kurangnya produksi sel darah merah. Hal ini dapat disebabkan

karena makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi,

terutama besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C, dan zat gizi

lainnya

20
Selanjutnya faktor gizi yang menjadi penyebab anemia antara lain:

1. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang disebabkan karena

kekurangan zat besi. Zat besi dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin

dalam pembentukan sel darah merah (Allen & Sabel 2005). Anemia

defisiensi besi ditandai dengan pengecilan ukuran sel darah merah

(microcytic) dan penurunan kadar Hb (hypochromic).

2. Anemia akibat defisiensi asam folat. Folat atau vitamin B9

merupakan zat gizi yang ditemukan terutama pada buah-buahan

citrus dan sayuran berdaun hijau. Bila secara lama kurang

mengkosumsi pangan jenis tersebut maka dapat mengalami

defisiensi asam folat. Ketidakmampuan menyerap asam folat dari

pangan juga dapat mengalami defisiensi asam folat. Kekurangan

asam folat dapat menyebabkan terjadinya anemia megaloblastic,

yaitu sel darah merah lebih besar dari normal dan memiliki nukleus

yang belum terdiferensiasi secara sempurna (megaloblasts) (Allen &

Sabel 2005).

3. Anemia akibat defisiensi vitamin B12. Penyebab anemia karena

kekurangan konsumsi pangan sumber vitamin B12 (daging, telur,

dan susu) jarang terjadi, namun sering terjadi karena usus halus tidak

dapat menyerap vitamin ini. Hal ini dikarenakan adanya pembedahan

perut atau usus halus. Kekurangan karena vitamin ini juga dapat

menyebabkan terjadinya anemia megaloblastic, yakni sel darah

merah lebih besar dari normal dan memiliki nukleus yang belum

terdiferensiasi secara sempurna (megaloblasts) (Wirakusumah,

2005).

21
4. Anemia akibat defisiensi vitamin C. Kekurangan konsumsi vitamin C

juga dapat menyebabkan anemia. Tubuh memerlukan vitamin C

untuk menghasilkan sel darah merah. Vitamin ini juga membantu

tubuh menyerap zat besi yang penting sebagai pembangun blokade

sel-sel darah merah (Almatsier 2011). Selain itu, vitamin ini

berperan dalam penyerapan besi sebagai reducing agent yang

mengubah bentuk feri menjadi fero dan chelating agent yang

mengikat besi sehingga daya larut besi meningkat (Allen & Sabel

2005).

c. Tanda-tanda Anemia

1. Lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5L)

2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.

3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan

telapak tangan menjadi pucat.

Penyebab utama anemia disebabkan karena konsumsi zat besi

yang tidak cukup dan absorbsi zat besi yang rendah dari kebiasaan

makanan yang sebagian besar terdiri dari nasi, dan menu yang kurang

beraneka ragam. Konsumsi zat besi dari makanan sering lebih rendah

dari dua pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan, dan

susunan menu makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan

yang rendah absorbsi zat besinya (Michael,2008).

Bahan makanan sumber energi diperoleh dari karbohidrat. Energi

merupakan sumber pembentukkan eritrosit, sedangkan hemoglobin

22
adalah bagian dari eritrosit sehingga apabila asupan energi kurang akan

menyebabkan penurunan pembentukkan eritrosit dan mengakibatkan

kadar Hb menurun (Soediatama, 2010). Sumber protein hewani

merupakan sumber zat besi heme. Sumber zat besi heme lebih mudah

penyerapannya dibandingkan dengan sumber zat besi non

heme(Khomsan dan Anwar, 2009).

Tingkat konsumsi protein perlu diperhatikan karena semakin

rendah tingkat konsumsiprotein maka semakin cenderung untuk

menderita anemia. Hemoglobin pigmen darah yangberwarna merah dan

berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan karbon dioksida adalah

ikatan protein. Protein juga berperan dalam proses pengangkutan zat-zat

gizi termasuk besi dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke

jaringan dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sehingga apabila

kekurangan protein akan menyebabkan gangguan pada absorbsi dan

transportasi (Linder, 2005).

Sayuran hijau dan buah-buahan yang mengandung vitamin C

tinggi sangat baik sebagai sumber zat besi. Vitamin C dapat

meningkatkan absorpsi besi non-heme hingga 4 kali lipat. Vitamin C

dan besi membentuk senyawa kompleks askorbat besi sehingga lebih

mudah diserap oleh usus (Khomsan dan Anwar, 2009). Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yenni (2004),

menyatakan bahwa ada hubungan antara kejadian anemia dengan

kebiasaan makan yang meliputi jenis makanan yang paling sering

23
dikonsumsi. Herman (2001), menyatakan bahwa ada hubungan kejadian

anemia remaja putri dengan kebiasaan makan yang meliputi diet,

kebiasaan makan sumber protein hewani dan kebiasaan minum teh.

d. Dampak Anemia

a) Pada anak-anak

1. Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar.

2. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan

otak.

3. Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya

tahan tubuh menurun.

b) Pada wanita

1. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.

2. Menurunkan produktivitas kerja.

3. Menurunkan kebugaran.

c) Pada remaja putri

1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

2. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai

optimal.

3. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.

4. Mengakibatkan muka pucat.

d) Ibu hamil

1. Menimbulkan pendarahan sebelum atau sesudah persalinan.

24
2. Meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir

Rendah atau BBLR (<2,5 Kg).

3. Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan

ataubayinya (Depkes RI,2006).

e. Patofisiologi anemia

Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya

simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang

digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi. Pada

tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi,

berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin

yang diubah menjadi heme dan akan diikuti dengan menurunnya kadar

feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu

rendahnya kadar Hb (Arlinda Sari, 2004).

f. Hemoglobin

1. Pengertian Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin merupakan suatu protein yang kompleks, yang

tersusun dari protein globin dan suatu senyawa bukan protein yang

dinamai hem (Mohamad Sadikin, 2005)

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas

untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa

pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur

secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai

indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.Kandungan

25
hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia

(I Dewa Nyoman S, 2005.)

2. Fungsi Hemoglobin

Dalam sel darah merah hemoglobin berfungsi untuk

mengikat oksigen (O2). Dengan adanya Hb dalam sel darah merah,

pasokan oksigen tersebar keberbagai tempat di seluruh tubuh,

bahkan yang paling terpencil dan terisolasi sekalipun akan tercapai.

(Mohamad Sadikin, 2005).

Klasifikasi Batasan Hemoglobin


Normal 12 g/dl-14 g/dl
Ringan 11 g/dl-11,9 g/dl
Sedang 8 g/dl-10 g/dl
Berat 5 g/dl-7,9 g/dl
Sangat Berat <5 g/dl
Tabel 2. 1 Batasan frekuensi hemoglobin menurut peters dkk, (2008)

g. Zat Besi (Fe)

Zat besi merupakan microelemen yang esensial bagi tubuh. Zat

ini terutama diperlukan dalam hemopobesis (pembentukan darah), yaitu

dalam sintesa hemoglobin (Hb) (Achmad Djaeni, 2005).

Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata 4-5 gram, lebih kurang

65 persennya dijumpai dalam bentuk hemoglobin. Sekitar 4 persennya

dalam bentuk mioglobin, 1 persen dalam bentuk macam-macam

senyawa heme yang meningkatkan oksidasi intraseluler, 0,1 persen

bergabung dengan protein transferin dalam plasma darah dan 15-30

persen terutama disimpan dalam sistem retikuloendotelial dan sel

parenkim hati, khususnya dalam bentuk feritin.

26
Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi, sebagian besi

dalam bentuk feri direduksi menjadi fero. Hal ini terjadi dalam suasana

asam di dalam lambung dengan adanya HCl dan vitamin C yang

terdapat dalam makanan (Sunita Almatsier, 2005).

h. Zat Besi Dalam Tubuh

1. Definisi

Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu yang

fungsional dan yang reserve (simpanan). Zat besi yang fungsional

sebagian besar dalam bentuk hemoglobin (Hb), sebagian kecil dalam

bentuk myoglobin dan jumlah yang sangat kecil tetapi vital adalah

hem enzim dan non hem enzim. Zat besi yang ada dalam bentuk

reserve tidak mempunyai fungsi fisiologi selain daripada sebagai

buffer yaitu menyediakan zat besi kalau dibutuhkan untuk

kompartmen fungsional. Apabila zat besi cukup dalam bentuk

simpanan, maka kebutuhan akan eritropobesis (pembentukan sel

darah merah) dalam sumsum tulang akan selalu terpenuhi. Dalam

keadaan normal, jumlah zat besi dalambentuk reserve ini adalah

kurang lebih seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh.

Zat besi yang disimpan sebagai reserve ini, berbentuk feritin dan

hemosiderin, terdapat dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada

keadaan tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, misalnya

pada anak yang sedang tumbuh (balita), wanita menstruasi dan

wanita hamil, jumlah reserve biasanya rendah. Pada bayi, anak dan

27
remaja yang mengalami masa pertumbuhan, maka kebutuhan zat

besi untuk pertumbuhan perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi

yang dikeluarkan lewat basal.

2. Metabolisme Zat Besi

Untuk menjaga badan supaya tidak anemia, maka

keseimbangan zat besi di dalam tubuh perlu dipertahankan.

Keseimbangan disini diartikan bahwa jumlah zat besi yang

dikeluarkan dari badan sama dengan jumlah besi yang diperoleh

tubuh dari makanan. Suatu skema metabolisme zat besi untuk

mempertahankan zat besi di dalam tubuh, dapat dilihat pada skema

berikut :

Makanan Usus halus 1 mg Tinja 9 mg Fe


10 mg Fe
Fe dalam darah Hati disimpan sebagai feritrin,1mg
(turn over 35 mg)

Sumsum tulang 34 mg Seluruh jaringan

Hemoglobin Sel-sel mati

Hilang bersama menstruasi Dikeluarkan melalui Kulit,pencernaan dan

Seni 1mg

Gambar 2.2 Metabolisme zat besi

Setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35 mg, tetapi tidak

semuanya harus didapatkan dari makanan. Sebagian besar yaitu

28
sebanyak 34 mg didapat dari penghancuran sel-sel darah merah tua,

yang kemudian disaring oleh tubuh untuk dapat dipergunakan lagi

oleh sumsum tulang untuk pembentukan sel-sel darah merah baru.

Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran sel-sel darah merah tua yang

dikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, saluran pencernaan dan air

kencing. Jumlah zat besi yang hilang lewat jalur ini disebut sebagai

kehilangan basal (iron basal losses).

3. Fungsi Zat besi

a) Metabolisme energi

Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein

pengangkut elektron, yang berperan dalam langkah-langkah

akhirmetabolisme energi.

b) Kemampuan belajar

Pollitt pada tahun 1970-an terkenal akan penelitiannya yang

menunjukan perbedaan antara keberhasilan belajar anak-anak

yang menderita anemia gizi besi dan anak-anak yang sehat.

Penelitian di Indonesia oleh Soemantri (1985) dan Almatsier

(1989) menunjukan peningkatan prestasi belajar pada anak-anak

sekolah dasar bila diberikan suplemen besi. Hubungan defisiensi

besi dengan fungsi otak dijelaskan oleh Lozoff dan Youdim pada

tahun 1988. Kadar besi dalam darah meningkat selama

pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi yang kurang pada masa

pertumbuhan tidak dapat diganti setelah dewasa. Defisiensi besi

29
berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap

fungsisistem neurotransmitter (pengantar saraf). Daya

konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu,

ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan

kemampuan mengatur suhu tubuh menurun.

c) Sistem kekebalan tubuh

Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh.

d) Pelarut obat-obatan

Obat-obatan tidak larut air oleh enzim yang mengandung besi dapat

dilarutkan hingga dapat dikeluarkan dari tubuh.

Angka kecukupan besi yang dianjurkan :

Golongan Berat Badan Tinggi badan Besi (mg)


umur wanita (kg) (cm)
13-15 46 153 19
16-19 50 154 25
Gambar 2.3 Angka kecukupan besi rata-rata yang dianjurkan (per
orang per hari)

4. Asupan Zat Besi

Tubuh mendapatkan zat besi melalui makanan. Kandungan

zat besi dalam makanan berbeda-beda, dimana makanan yang kaya

akan kandungan zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani

(seperti ikan, daging, hati dan ayam). Makanan nabati (seperti

sayuran hijau tua) walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit

yang bisa diserap dengan baik oleh usus.Rendahnya asupan zat besi

ke dalam tubuh yang berasal dari konsumsi zat besi dari makanan

30
sehari-hari merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia (Mary

E. Beck, 2005).

Asupan zat besi kedalam tubuh remaja putri dipengaruhi

Konsumsi Zat Besi. Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu

besi heme (40%) dan besi non hem. Besi non hem merupakan

sumber utama zat besi dalam makanan. Terdapat dalam semua jenis

sayuran misalnya sayuran hijau, kacang-kacangan, kentang dan

serealia serta beberapa jenis buah-buahan. Sedangkan besi hem

hampir semua terdapat dalam makanan hewani antara lain daging,

ikan, ayam, hati dan organ – organ lain (Sunita Almatsier, 2011).

Sebagian besar penduduk di negara yang (belum) sedang

berkembang tidak (belum) mampu menghadirkan bahan kaya Fe di

meja makan (Arisman, 2007).

5. Penyerapan Zat Besi

Banyaknya zat besi yang ada dalam makanan yang kita

makan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh kita tergantung pada

tingkat absorbsinya. Diperkirakan hanya 5-15% besi makanan

diabsorbsi oleh orang dewasa yang berada dalam status besi baik.

Dalam keadaan defisiensi besi absorbsi dapat mencapai 50%.

Penyerapan zat besi di dalam usus yang kurang baik (terganggu)

juga merupakan penyebab terjadinya anemia. (Mary E. Beck, 2005).

Zat besi dari pangan hewani lebih mudah diserap, yaitu

antara 10-20 persen, sedangkan dari pangan nabati hanya sekitar 1-5

31
persen. Oleh karena itu, mengkonsumsi zat besi dari pangan hewani

jauh lebih baik daripada pangan nabati.

Besi-hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan

mioglobin yang terdapat dalam daging hewan dapat diserap oleh

tubuh dua kali lipat dari pada besi-nonhem. Penyerapan zat besi

dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :

1) Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang

dibutuhkan. Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi

akan meningkat.

2) Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat

menurunkan penyerapan. Asam klorida akan mereduksi Fe3+

menjadi Fe2+ yang lebih mudah diserap oleh mukosa usus.

3) Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur

dapat meningkatkan absorbsi karena dapat mereduksi besi dalam

bentuk ferrimenjadi ferro. Vitamin C dapat meningkatkan

absorbsi besi dari makanan melalui pembentukan kompleks ferro

askorbat. Kombinasi 200 mg asam askorbat dengan garam besi

dapat meningkatkan penyerapan besi sebesar 25 –50 persen.

4) Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentuknya

kompleks besi, fosfat yang tidak dapat diserap.

5) Adanya fitat dan oksalat dalam sayuran, serta tanin dalam teh

juga akan menurunkan ketersediaan Fe.

6) Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe.

32
7) Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan

penyerapan Fe.

8) Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe.

6. Keanekaragaman Makanan

Keanekaragaman makanan dapat dilihat dalam susunan menu

makanan yang dikonsumsi. Keanekaragaman makanan dalam jumlah

dan proporsi yang sesuai dapat dijumpai dalam susunan menu yng

seimbang, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna

pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta

pertumbuhan dan perkembangan. Kehadiran atau ketidakhadiran

suatu zat gizi esensial dapat mempengaruhi ketersediaan, absorbsi

metabolisme atau kebutuhan zat gizi lain. Adanya saling keterkaitan

antar zat-zat gizi ini menekankan keanekaragaman makanan dalam

menu sehari-hari.

Menu yang beranekaragam antara lain terdiri dari makanan

pokok, lauk hewani dan nabati, sayur dan buah-buahan. (Sunita

Almatsier, 2005). Makan besi-hem dan dan nonhem secara

bersamaan dapat meningkatkan penyerapan besi-nonhem. Makanan

atau minuman tertentu dapat mengganggu penyerapan zat besi di

dalam tubuh. Asam fitat dan faktor lain di dalam serat serealia dan

asam oksalat di dalam sayuran menghambat penyerapan besi. Asam

fitat dan asam oksalat yang terkandung dalam sayuran akan

mengikat zat besi, sehingga mengurangi penyerapan zat besi. Karena

33
hal inilah, bayam meski tinggi kandungan zat besinya bukan

merupakan sumber zat besi yang baik. Oleh karena itu, jika hendak

mengonsumsi bayam dan sayuran lain, sebaiknya disertai dengan

mengonsumsi buah-buahan yang tinggi kandungan vitamin C nya,

seperti jambu biji, jeruk dan nanas. Namun lebih dianjurkan untuk

meminumnya dalam bentuk jus. Sebab jika dalam bentuk buah segar,

yang kandungan seratnya masih tinggi, juga akan menghambat

penyerapan zat besi (Etisa Adi. M, 2006).

7. Kebutuhan Zat Besi

Kebutuhan zat besi pada remaja putri dipengaruhi oleh:

1) Pertumbuhan Fisik

Pada usia remaja tumbuh kembang tubuh berlangsung

lambat bahkan akan berhenti menjelang usia 18 tahun, tidak

berarti faktor gizi pada usia ini tidak memerlukan perhatian

lagi.Selain itu keterlambatan tumbuh kembang tubuh pada usia

sebelumnya akan dikejar pada usia ini. Ini berarti pemenuhan

kecukupan gizi sangat penting agar tumbuh kembang tubuh

berlangsung dengan sempurna (Sjahmien Moeji, 2005).

Taraf gizi seseorang, dimana makin tinggi kebutuhan akan

zat besi, misalnya pada masa pertumbuhan, kehamilan dan

penderita anemia (Mary E.Beck, 2005).

2) Aktivitas Fisik

34
Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktivitas

tubuh meningkat sehingga kebutuhan zat gizinya juga meningkat

(Sjahmien Moeji, 2003)

8. Kehilangan Zat Besi

Pendarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia (Depkes

RI, 2006), misalnya pada peristiwa:

1) Pendarahan

Pendarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan

anemia.Setelah mengalami pendarahan yang cepat, maka tubuh

akan mengganti cairan plasma dalam waktu 1 sampai 3 hari,

namun hal ini akan menyebabkan konsentrasi sel darah merah

menjadi rendah. Bila tidak terjadi pendarahan yang kedua, maka

konsentrasi sel darah merah biasanya kembali normal dalam

waktu 3 sampai 6 minggu.

Pada kehilangan darah yang kronis, penderita sering kali

tidak dapat mengabsorbsi cukup besi dari usus halus untuk

membentuk hemoglobin secepat darah yang hilang. Kemudian

terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit sekali

hemoglobin, sehingga menimbulkan keadaan anemia.

2) Menstruasi

Menstruasi adalah runtuhnya jaringan epitel endometrium

akibat pengaruh perubahan siklik keseimbangan hormonal

reproduksi wanita.

Ciri-ciri menstruasi normal:

35
a) Lama siklus antara 21-35 hari (28+7 hari)

b) Lama perdarahan 2-7 hari

c) Perdarahan 20-80 cc per siklus (50+30 cc)

d) Tidak disertai rasa nyeri

e) Darah warna merah segar dan tidak bergumpal

Pada remaja putri mulai terjadi menarche dan mensis yang

disertai pembuangan sejumlah zat besi (Achmad Djaeni, 2005).

3) Cacingan

Kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi

parasit seperti cacing tambang (Ancilostoma dan Necator),

Scistosoma dan mungkin Trichuris trichiura.

Darah yang hilang akibat infestasi cacing tambang

bervariasi antara 2-100 cc/hari, tergantung pada beratnya

infestasi. Kisaran jumlah darah yang dihisap oleh Necator

americanus ialah 0,031±0,015 cc per ekor. Perkiraan jumlah

cacing pada setiap orang yang terinfestasi rata-rata 350 ekor. Jika

jumlah zat besi dihitung berdasarkan banyaknya telur cacing yang

terdapat dalam tinja, jumlah zat besi yang hilang perseribu telur

adalah sekitar 0,8 mg (untuk Necator americanus) sampai 1,2 mg

(untuk Ancylostoma duodenale) sehari (Arisman, 2007).

4. Konsep Remaja

Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu ke waktu

sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan

36
yang cukup mencolok terjadi ketika anak perempuan dan laki-laki

memasuki usia antara 9-15 tahun. Pada saat itu mereka tidak hanya

tumbuh menjadi lebih lebih tinggi dan lebih besar, tetapi juga terjadi

perubahan-perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk

bereproduksi. Masa inilah yang disebut dengan masa pubertas atau masa

remaja.

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescere” yang

berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence yang

berasal dari bahasa Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas

mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Sedangkan

menurut Piaget mengatakan bahwa masa remaja adalah usia dimana

individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Individu tidaklagi

merasa dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan berada dalam

tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Menurut

undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan Anak, remaja

adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.

Namun, menurut undang-undang perbaruan, anak dianggap remaja apabila

telah mencpai usia 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai

tempat tinggal. Menurut undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974

anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu

usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.

Menurut WHO, disebut remaja apabila telah mencapai usia 10-18 tahun.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut masa remaja umumnya berumur

16-19 tahun dan merupakan masa peralihan menuju kematangan (dewasa).

37
Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan

masa dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dariawal pubertas sampai

tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 tahun pada pria dan

usia 12 tahun pada wanita. Transisi ke masa dewasa memang bervariasi,

namun secara umum didefinisikan sebgai waktu dimana individu mulai

bertindak terlepas dari orangtua mereka. Masa remaja atau masa puber,

merupakan masa penghubung antara masa anak-anak dengan dewasa.

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik

maupun psikologis. Perkembangan pesat ini berlangsung pada usia 11-16

tahun pada laki-laki 10-15 tahun pada perempuan. Anak perempuan lebih

cepat dewasa dibandingkan anak laki-laki. Pada masa pubertas mulai ada

rasa tertarik terhadap lawan jenisnya.

Dalam masa remaja, khususnya remaja putri sering sangat sadar

akan bentuk tubuhnya, sehingga banyak yang membatasi konsumsi

makanannya. Bahkan banyak yang berdiit tanpa nasehat atau pengawasan

seorang ahli kesehatan dan gizi, sehingga pola konsumsinya sangat

menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi. Banyak pantang atau tabu yang

ditentukan sendiri berdasarkan pendengaran dari kawannya yang tidak

kompeten dalam soal gizi dan kesehatan,sehingga terjadi berbagai gejala

dan keluhan yang sebenarnya merupakan gejala kelainan gizi (Achman

Djaeni, 2005).

5. Konsep Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dan Konsumsi Teh dengan

Anemia

38
Sarapan pagi dapat memenuhi kebutuhan zat besi, kalori, vitamin,

asam folat, dan kolesterol dalam tubuh. Dengan demikian sintesis

hemoglobin dalam darah dapat berlangsung dengan baik. Dalam sintesis

hemoglobin dibutuhkan vitamin B12, asam folat dan zat besi. Struktur

heme tersusun dari sebuah struktur cincin porfirin sebagi tempat

melekatnya zat besi, sedangkan globin tersusun dari protein yang terdiri

dari dua pasang rantai amino yang disebut alfa da non alfa. Karena sintesis

hemoglobin dapat berlangsung dengan baik maka tubuh akan terhindar

dari anemia atau penurunan kadar hemoglobin yang menyebabkan

menurunnya tingkat konsentrasi, lemah, letih, lesu dan lunglai. Untuk

siswa yang mempunyai kebiasaan tidak sarapan pagi cenderung memiliki

kadar hemoglobin rendah, karena tidak sarapan pagi dapat mempengaruhi

proses sintesis hemoglobin. Sintesis hemoglobin membutuhkan zat besi

dan protein, kedua nutrisi ini salah satunya bisa didapat dari pola makan

teratur khususnya sarapan pagi. Mempunyai kebiasaan tidak sarapan pagi

dapat mempengaruhi proses sintesis hemoglobin. Itulah salah satu faktor

yang dapat menyebabkan anemia atau tubuh mengalami penurunan sel

darah merah atau rendahnya kadar hemoglobin dalam sel darah merah.

Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang

dewasa,sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan

daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi

anak sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan

39
memudahkan penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik

(Khomsan, 2010).

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian-

penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini

kerangka konsepnya adalah sebagai berikut :

Kebiasaan 1.Terbiasa :
Pola makan skor > 9 (>50%)
makan pagi 2.Tidak terbiasa :
skor < 9 (<50%)

Pedoman mengatur makanan


sehari-hari :
- Makanlah aneka ragam makanan
- Makanlah memenuhi kecukupan energi
- Makanlah sumber karbohidrat
- Batasi konsumsi lemak dan minyak
-Kebiasaan minumberyodium
Gunakan garam 1.Konsumsi teh ≤ 3 jam :
-1.Makanlah
Minum air putih sumber zat besi
makanan Kebias Skor = 8
2. Minum teh
- Biasakan makan pagi 2.Konsumsi teh > 3 jam :
aan
-3.Makanlah
Minum jus buah aman bagi kesehatan
makanan Skor < 8
-4.Bacalah
Minumlabel
kopi makanan yang dikemas Kon

Remaja Putri An
Pola Minum 1. Anemia (jika Hb <12 g/dl)
e 2. Tidak anemia (jika Hb ≥ 12 g/dl)

Kebiasaan minum
1. Minum air putih 1. Konsumsi teh ≤ 3 jam :
Kebiasaan
2. Minum teh Konsumsi teh
Skor = 8
3. Minum jus buah 2. Konsumsi teh > 3 jam :
4. Minum kopi Skor < 8

Anemia 1. Anemia (jika Hb <12 g/dl)


2. Tidak anemia (jika Hb ≥ 12 g/dl) 40
Faktor yang menyebabkan anemia : 2. Faktor gizi
1. Faktor non gizi: - Anemia defisiensi besi (fe)
- Banyak kehilangan darah. - Anemia akibat defisiensi asam folat.
- Rusaknya sel darah merah. - Anemia akibat defisiensi vitamin B12
- Anemia akibat defisiensi vitamin C

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka konsep Hubungan Kebiasaan Makan pagi Dan


Konsumsi Teh Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di
SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.

Setelah melalui pembuktian hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau

salah, dapat diterima atau ditolak (Notoadmodjo,2010)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ada hubungan kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh dengan kejadian

anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.

41
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu urutan langkah dalam melakukan

penelitian. Pada bagian ini akan diuraikan tentang metode yang digunakan dalam

penelitian, meliputi desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel dan

sampling, identifikasi variabel, definisi operasional, lokasi dan waktu penelitian,

prosedur pengambilan dan pengumpulan data, cara analisis data, masalah etika,

serta keterbatasan penelitian (Hidayat, 2011).

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan strategi dalam mengidentifikasi

permasalahan sebelum perancangan akhir pengumpulan data (Nursalam, 2011).

42
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analitik Observasional, yaitu

Rancangan penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan sebab

akibat antara dua variabel secara observasional, dimana bentuk hubungan

dapat: perbedaan, hubungan atau pengaruh hanya dilakukan sekali untuk

masing-masing variabel penelitian dimana peneliti hanya melakukan observasi,

tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti (Notoatmodjo,

2010).

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penenlitian ini adalah

pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang variabel bebas dan variabel

terikatnya diukur secara bersamaan dan dilakukan sesaat atau sekali

(Nursalam,2009).

B. Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah bagian kerja terhadap rancangan kegiatan yang

akan dilakukan (Hidayat,2010).

Populasi
Seluruh siswi kelas XI SMA Pawyatan Daha Kota Kediri
sebanyak 47 siswi

Purposive sampling

Sampel
Sebagian siswi kelas XI SMA Pawyatan Daha Kota Kediri
yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 30 Responden

Pengumpulan Data

Variabel Independent Variabel Independen Variabel Dependent


Kebiasaan makan pagi Konsumsi Teh Kejadian anemia
(kuesioner) (kuesioner) (observasi)
43
Pengolahan data
Editing, Coding, Tabulating

Analisa data
menggunakan uji statistik Chi-Square

Hasil

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Kebiasaan Makan Pagi Dan
Konsumsi Teh Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.

C. Populasi, Sampel, dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wasis, 2008).

Dalam penelitian ini adalah Seluruh siswi kelas XI SMA Pawyatan Daha Kota

Kediri sebanyak 47 siswi.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karateristiknya kita ukur

dan yang nantinya kita pakai untuk menduga karakteristik dari populasi

(Hastono, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswi kelas XI

SMA Pawyatan Daha Kota Kediri yang memenuhi kriteria inklusi.

Ada dua kreteia sampel yaitu inklusi dan kreteria eksklusi. Penentuan

kreteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil penelitiaan yang bias.

44
Kreteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Sedangkan yang dimaksud dengan kreteria eksklusi adalah

menghilangkan/mengeluarkan subyek yang memenuhi kreteria inklusi dari

peneliti kerena sebab-sebab tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Kriteria Inklusi : 1. Tidak sedang menstruasi

2. Bersedia menjadi responden

Kriteria Eksklusi : 1. Mempunyai riwayat penyakit( Thalasemia, cacingan)

2. Siswa laki-laki

3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi posisi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi (Nursalam, 2011). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive

sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang bertujuan untuk

mendapatkan sampel penelitian yang memiliki karakteristik tertentu, sehingga

data yang diperoleh dapat dianalisis dengan baik (Notoatmodjo, 2008).

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010).

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2011). Variabel Independen pada penelitian ini

adalah Kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh.

45
2. Variabel Dependen

Variabel Dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel

lain (Nursalam, 2011). Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah

Kejadian anemia.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang dapat diamati dari suatu yang didefinisikan

tersebut yang memungkinkan peneliti untuk melakukan secara cermat terhadap

obyek atau fenomena (Nursalam, 2011).

46
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter / Alat Ukur Skala Data Kategori


Indikator
Bebas : Kebiasaan makan dan minum yang Frekuensi Kuesioner Ordinal Skor jawaban :
Kebiasaan dikonsumsi pada waktu pagi hari Sarapan Pagi 3 :Selalu (5-7 kali eminggu)
Makan Pagi secara rutin untuk mencukupi 2 : sering (3-4 kali aeminggu)
kebutuhan energi dan gizi 1 : Jarang atau tidak pernah (0-2 kali seminggu
(SUYONO,2017)
Pengkatagorian
2 = Terbiasa Sarapan jika selalu sarapan pagi
(Apabila pertanyaan dijawab dengan benar 50-
100% dengan Interval 4-6 pertanyaan)
1 = Tidak Terbiasa, Jika tidak selalu atau tidak
pernah sarapan pagi (Apabila pertanyaan
dijawab benar < 50% dengan Interval 1-3
pertanyaan)
Bebas : Kebiasaan mengkonsumsi Teh Kebiasaan Kuesioner Ordinal Iya = (Apabila minum teh setelah sarapan atau
Konsumsi Teh setelah sarapan Pagi setelah 3 jam Konsumsi Teh sebelum 3 jam)
sarapan pagi Tidak = (Apabila tidak minum teh setelah sarapan
(Sukidjo,2018) pagi atau lebih dari 3 jam)

Pengkatagorian :
2 = konsumsi teh setelah sarapan > 3 jam
1 = konsumsi teh ≤ 3 jam setelah saranan

Terikat : suatu keadaan dimana kadar Pemeriksaan HB Observasi Nominal 1 = Tidak Anemia
Kejadian Anemia hemoglobin ( Hb) dalam darah dari (Apabila jika Hb lebih dari 11 g/dl)
11 gr/dl yang diukur dengan 0 = Anemia
menggunakan metode HB Sahli (Apabila jika Hb kurang atau sama dengan 11
(Depkes,2016) g/dl)
(Peters dkk, 2008)

1
F. Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 17-19 Juni 2015

G. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan peneliti pada waktu

penelitian menggunakan suatu metode (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini

data yang digunakan adalah jenis data primer. Jenis data primer diperoleh dari

pengukuran gaya hidup dengan menggunakan kuesioner dan kejadian anemia

dengan lembar observasi.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Meminta ijin kepada Kepala Sekolah SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.

2. Memberikan informed consent kepada responden dan menerangkan maksud

dan tujuan penelitian.

3. Jika disetujui dilakukan pemberian kuesioner kepada responden.

4. Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan

berikut :

a. Editing

Editing adalah mengkaji dan meneliti kembali data yang akan

dipakai apakah sudah baik dan dipersiapkan untuk proses berikutnya.

b. Coding

47
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden dan

menurut macamnya dengan memberi kode pada masing-masing jawaban.

Adapun pengkodean variabel meliputi :

Variabel Kebiasaan Makan Pagi

1. Selalu (5-7 kali seminggu) (3)

2. Kadang-kadang (3-4 kali seminggu) (2)

3. Jarang atau tidak pernah (0-2 kali seminggu) ( 1 )

Variabel konsumsi Teh

1. Konsumsi teh ≤ 3 jam setelah makan pagi (2)

2. Konsumsi teh > 3 jam setelah makan pagi (1)

Variabel Anemia

1. Tidak anemia (2)

2. Anemia (1)

c. Scoring

Setelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan dengan

pemberian skor penelitian (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini

terdapat 3 pertanyaan untuk kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh.

Dimana setiap item memiliki skor yang berbeda-beda. Setelah skor tiap

pertanyaan didapatkan kemudian dilakukan penjumlahan skor dari

seluruh item pertanyaan, dimana nilai tertinggi adalah 3 dan terendah 1

pada kuesioner kebiasaan makan pagi sedangkan pada kuesioner

konsumsi teh nilai tertinggi 2 dan terendah 1. Dari skor yang didapatkan

kemudian dilakukan klasifikasi dalam bentuk presentase dengan rumus :

Sp
N= =X 100%
Sm

48
Keterangan :

N = nilai yang didapat

Sp = skor yang didapat

Sm = skor maksimal.

d. Tabulating

Tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk table

H. Analisis Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai

tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian

yang mengungkap fenomena (Nursalam, 2011). Pada penelitian setelah data

terkumpul maka dilakukan tabulasi data.

Untuk mengetahui hubungan antara variabel, dilakukan uji statistik

Chi-Square menggunakan Statistical Product and Solution Service (SPSS)

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu variabel

bebas dan variabel tergantung yang berskala nominal (Sugiyono, 2009).

dengan derajat kemaknaan ditentukan α = 0,05 artinya jika hasil uji statistik

menunjukkan p ≤ α maka ada hubungan signifikan antar variabel.

I. Etika penelitian

1. Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada subyek yang akan diteliti.

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilakukan serta dampak

yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika calon

49
responden bersedia untuk diteliti, maka ,mereka harus menandatangani

lembar tersebut. Jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti

tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak-haknya (Hidayat, 2011).

2. Anomnity

Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak akan

menentukan nama responden pada lembar pengumpulan data. Cukup

dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut (Hidayat, 2011).

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden terjamin oleh peneliti karena hanya

kelompok data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

riset (Hidayat, 2011)

50
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian akan diuraikan pada bab ini yaitu tentang hubungan kebiasaan

makan pagi dan konsumsi teh dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA

Pawyatan Daha Kota Kediri yang dilaksanakan pada 8 September 2015 dengan

jumlah responden sebanyak 30 responden. Hasil penelitian disajikan dalam 3

bagian yaitu karakteristik lokasi penelitian, data umum yang meliputi: umur,

riwayat penyakit dan data khusus meliputi: kebiasaan makan pagi, konsumsi teh,

kejadian anemia serta analisis hubungan kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh

dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kediri .

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Pawyatan Daha Kediri terletak di Jl. Balowerti II / 37 A Kediri-

Jatim-Indonesia dengan Profil sebagai berikut :

1. Nama : SMA Pawyatan Daha Kediri

2. Alamat : Jl. Balowerti II / 37 A Kediri

3. Telp : Telepon (0354) 687065

4. Status : Terakriditasi A

5. Email : smapawyatandaha@gmail.com

6. Website : info@smadahakediri.sch.id,

smapawyatandahakdr.wordpress.com

7. Jumlah SDM : 45 orang

Karyawan : 15 (TU, Satpam, penjaga malam, tenaga kebersihan)

51
Guru : 30

SMA Pawyatan Daha Kediri mempunyai Visi, misi, sasaran dan

tujuan sebagai berikut :

1. Visi

Insan beriman, berprestasi dan berbudaya dengan indikator :

a. Unggul dalam prestasi akademik

b. Unggul dalam proses pembelajaran

c. Unggul dalam kegiatan keagamaan

d. Unggul dakam kegiatan ekstra kurikuler

e. Memiliki watak disiplin dikehidupan beragama, berbangsa, bernegara

dan bermasyarakat

f. Memiliki lingkungan sekolah yang nyaman dan kondusif untuk belajar

g. Unggul dalam kepedulian sosial

2. Misi

a. Meningkatkan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga

setiap siswa dapat berkembang sesuai potensi yang dimiliki selaras

perkembangan IPTEK

b. Membina keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

dalam penghayatan dan pengamalan

c. Menciptakan sumber daya manusia yang profesional yang memiliki

kualitas akademik dan non akademik

d. Membentuk generasi yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

serta kecakapan hidup yang handal

e. Membentuk generasi yang mandiri, mampu berkarya dan bersaing

di masyarakat

52
f. Menerapkan management partisipatif dengan melibatkan seluruh

warga sekolah dan Komite Sekolah

g. Meningkatkan sistim administrasi sekolah melalui komputerisasi

Fasilitas di SMA Pawyatan Daha Kediri ada bermacam-macan

sebagai berikut :

1. Tenaga Pendidik

Tenaga pendidik (S1 dan S2 yang profesional) sesuai dengan standar

pelayanan pendidikan.

2. Fasilitas Penunjang

a. Tempat belajar yang representatif, tenang dan strategis

b. Ruang kelas Multimedia ber-AC dilengkapi dengan Audio, CD, DVD,

LCD Pembelajaran

c. Lab. Komputer dan IPA (Fisika, Kimia, Biologi)

d. Sarana Perpustakaan yang memadai

e. Sarana olah raga, Seni dan lain- lain

f. Kegiatan ekstra kurikuler yang menarik antara lain band, bahasa

Mandarin, bahasa Jerman dan lain- lain.

g. Proses Penilaian Ulangan / Ujian menggunakan LJK (Komputerisasi)

3. Sarana Ibadah

a. Masjid yang representatif untuk pembinaan intra / ekstra kurikuler.

b. Disiapkan pembina agama yang profesional (Islam, Katolik, Kristen

Hindu, Budha)

B. Hasil Penelitian

53
1. Karakteristik Responden

a. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur yang dilakukan di

SMA Pawyatan Daha Kediri dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Responden


di SMA Pawyatan Daha Kediri Pada Tanggal 8 September
2015
Umur Frekuens Persen (%)
i
16 Tahun 16 53,3
17 Tahun 11 36,7
18 Tahun 3 10,0
Jumlah 30 100
Sumber : Kuesioner penelitian Suci Dewi Febriana, tanggal 8 September 2015

Berdasarkan gambar 4.1 diatas diketahui bahwa dari 30 responden

didapatkan lebih dari setengah responden berusia 16 tahun yaitu sebanyak

16 responden (53,3%).

b. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat

Penyakit

Karakteristik responden berdasarkan riwayat penyakit yang

dilakukan di SMA Pawyatan Daha Kediri dapat dilihat pada table

berikut ini:

Gambar 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit


Responden di SMA Pawyatan Daha Kediri Pada Tanggal 8
September 2015

Riwayat Penyakit Frekuens Persen (%)


i
Ada Riwayat 30 100

54
Tidak Ada riwayat 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Kuesioner penelitian Suci Dewi Febriana, tanggal 8 September 2015

Berdasarkan gambar 4.1 diatas diketahui bahwa dari 30 responden

didapatkan seluruh responden tidak ada riwayat penyakit yaitu 30

responden 100%.

2. Karakteristik Variabel

a. Distribusi Frekuensi Karakteristik Variabel Kebiasaan Makan Pagi

Tabel 4.1 Karakteristik Variabel Berdasarkan Kebiasaan Makan Pagi di


SMA Pawyatan Daha Kediri Pada Tanggal 8 September
2015.
Frekuens
Kriteria Persen (%)
i
Terbiasa 23 76,7
Tidak terbiasa 7 23,3
Jumlah 30 100
Sumber : Kuesioner penelitian Suci Dewi Febriana, tanggal 8 September 2015

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa kebiasaan makan

pagi didapatkan sebagian besar responden kriteria terbiasa yaitu

sebanyak 23 responden (76,7%).

b. Distribusi Frekuensi Karakteristik Variabel Konsumsi Teh

Tabel 4.2 Karakteristik Variabel Berdasarkan Konsumsi Teh di SMA


Pawyatan Daha Kediri Pada Tanggal 8 September 2015.
Frekuens
Kriteria Persen (%)
i
< 3 jam setelah makan 8 26,7
> 3 jam setelah makan 22 73,3
Jumlah 30 100
Sumber : Kuesioner penelitian Suci Dewi Febriana, tanggal 8 September 2015

55
Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa konsumsi teh

didapatkan sebagian besar responden konsumsi teh > 3 jam setelah

makan yaitu sebanyak 22 responden (73,3%).

c. Distribusi Frekuensi Karakteristik Variabel Kejadian Anemia

Tabel 4.3 Karakteristik Variabel Berdasarkan Kejadian Anemia di


SMA Pawyatan Daha Kediri Pada Tanggal 8 September
2015.
Frekuens
Kriteria Persen (%)
i
Anemia 9 30
Tidak anemia 21 70
Jumlah 30 100
Sumber : Kuesioner penelitian Suci Dewi Febriana, tanggal 8 September 2015

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa kejadian anemia

didapatkan sebagian besar responden kriteria tidak anemia yaitu

sebanyak 21 responden (70%).

d. Tabulasi Silang Karakteristik Responden dengan Karakteristik


Variabel

Tabulasi silang karakteristik responden berdasarkan umur dengan

karakteristik variabel berdasarkan kebiasaan makan pada remaja putri di

SMA Pawyatan Daha Kota Kediri dapat dilihat tabel silang berikut ini:

Table 4.4 Tabulasi Silang Berdasarkan Umur dengan Kebiasaan Makan


Pada Remaja Putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri Pada
Tanggal 8 September 2015.

56
kriteria kebiasaan makan pagi
terbiasa tidak terbiasa Total
umur 16 th Frekuensi 14 2 16
% 46.7% 6.7% 53.3%
17 th Frekuensi 7 4 11
% 23.3% 13.3% 36.7%
18 th Frekuensi 2 1 3
% 6.7% 3.3% 10.0%
Total Frekuensi 23 7 30
% of Total 76.7% 23.3% 100.0%
Sumber : Kuesioner penelitian Suci Dewi Febriana, tanggal 8 September 2015

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa responden yang

berumur 16 tahun paling banyak terbiasa makan pagi yaitu sebanyak 14

responden (46,7%).

Tabulasi silang karakteristik responden berdasarkan umur dengan

karakteristik variabel berdasarkan konsumsi teh pada remaja putri

di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri dapat dilihat pada tabel silang

berikut ini:

Table 4.5 Tabulasi Silang Berdasarkan Umur dengan Konsumsi Teh


Pada Remaja Putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri Pada
Tanggal 8 September 2015.

57
kriteria konsumsi teh
< 3 jam setelah >3 jam setelah
makan makan Total
umur 16 th Frekuensi 2 14 16
% 6.7% 46.7% 53.3%
17 th Frekuensi 6 5 11
% 20.0% 16.7% 36.7%
18 th Frekuensi 0 3 3
% .0% 10.0% 10.0%
Total Frekuensi 8 22 30
% 26.7% 73.3% 100.0%
Sumber : Kuesioner penelitian Suci Dewi Febriana, tanggal 8 September 2015

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa responden yang

berumur 16 tahun paling banyak konsumsi teh >3 jam setelah makan

yaitu sebanyak 14 responden (46,7%).

Tabulasi silang karakteristik responden berdasarkan umur dengan

karakteristik variabel berdasarkan kejadian anemia pada remaja putri

di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri dapat dilihat pada tabel silang

berikut ini:

Table 4.6 Tabulasi Silang Berdasarkan Umur dengan Kejadian Anemia


Pada Remaja Putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri Pada
Tanggal 8 September 2015.

kriteria kejadian anemia


anemia tidak anemia Total
umur 16 th Frekuensi 2 14 16
% 6.7% 46.7% 53.3%
17 th Frekuensi 6 5 11
% 20.0% 16.7% 36.7%
18 th Frekuensi 1 2 3
% 3.3% 6.7% 10.0%

58
Total Frekuensi 9 21 30
% 30.0% 70.0% 100.0%
Sumber : Kuesioner penelitian Suci Dewi Febriana, tanggal 8 September 2015

Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa responden yang

berumur 16 tahun paling banyak tidak mengalami kejadian anemia yaitu

sebanyak 14 responden (46,7%).

e. Tabulasi Silang Antar Variabel


Tabulasi silang kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh dengan

kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri

dapat dilihat pada tabel silang berikut ini:

Table 4.7 Tabulasi Silang Berdasarkan Kebiasaan Makan Pagi dan


Konsumsi Teh dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
SMA Pawyatan Daha Kota Kediri Pada Tanggal 8 September
2015.

kriteria kejadian
anemia
anemia tidak anemia Total
kriteria terbiasa Frekuensi 2 21 23
kebiasaan % 6.7% 70.0% 76.7%
makan pagi
tidak Frekuensi 7 0 7
terbiasa % 23.3% .0% 23.3%
Total Frekuensi 9 21 30
% 30.0% 70.0% 100.0%
kriteria <= 3 jam Frekuensi 8 0 8
konsumsi setelah %
teh makan 26.7% .0% 26.7%
>3 jam Frekuensi 1 21 22
setelah %
makan 3.3% 70.0% 73.3%

59
kriteria kejadian
anemia
anemia tidak anemia Total
kriteria terbiasa Frekuensi 2 21 23
kebiasaan % 6.7% 70.0% 76.7%
makan pagi
tidak Frekuensi 7 0 7
terbiasa % 23.3% .0% 23.3%
Total Frekuensi 9 21 30
Total Frekuensi 9 21 30
% 30.0% 70.0% 100.0%
Sumber : Kuesioner penelitian Suci Dewi Febriana, tanggal 8 September 2015

Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa responden yang

terbiasa makan pagi didapat kriteria tidak anemia yaitu sebanyak 21

responden (70%), sedangkan responden yang mengkonsumsi teh > 3 jam

setelah makan didapatkan kriteria tidak terjadi anemia yaitu sebanyak 21

responden (70%).

3. Analisis Hasil Uji Statistik Penelitian

Tabel 4.6 Hasil Analisis Menggunakan Chi-Square Hubungan Kebiasaan


Makan Pagi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
SMA Pawyatan Daha Kota Kediri Pada Tanggal 8 September
2015.

60
Chi-Square Tests
Asymp. Exact
Sig. (2- Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 21.304 1 .000
Continuity Correctionb 17.178 1 .000
Likelihood Ratio 23.062 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
20.594 1 .000
Association
N of Valid Casesb 30

Symmetric Measures
Approx.
Value Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .644 .000
N of Valid Cases 30

Hasil analisis penelitian tentang hubungan kebiasaan makan pagi

dengan kejadian anemia pada remaja putri berdasarkan uji statistik

menggunakan uji Chi-Square didapatkan hasil p = 0,000 < 0,05 maka H0

ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan kebiasaan makan pagi

dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota

Kediri. Dengan nilai correlation coefficient 0,644 yang artinya tingkat

hubungannya masuk kategori hubungan kuat, dimana rentang nilai korelasi

antara 0,60-0,799 termasuk dalam kategori hubungan kuat (Sugiyono, 2010).

Tabel 4.7 Hasil Analisis Menggunakan Chi-Square Hubungan Konsumsi


Teh Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA
Pawyatan Daha Kota Kediri Pada Tanggal 8 September 2015.

61
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 25.455a 1 .000
Continuity Correctionb 21.112 1 .000
Likelihood Ratio 28.516 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
24.606 1 .000
Association
N of Valid Casesb 30

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .678 .000
N of Valid Cases 30

Hasil analisis penelitian tentang hubungan konsumsi teh dengan

kejadian anemia pada remaja putri berdasarkan uji statistik menggunakan uji

Chi-Square didapatkan hasil p = 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1

diterima yang berarti ada hubungan konsumsi teh dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri. Dengan nilai

correlation coefficient 0,678 yang artinya tingkat hubungannya masuk

kategori hubungan kuat, dimana rentang nilai korelasi antara 0,60-0,799

termasuk dalam kategori hubungan kuat (Sugiyono, 2010).

BAB V

PEMBAHASAN

62
A. Indentifikasi Kebiasaan Makan Pagi

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa kebiasaan makan pagi

didapatkan sebagian besar responden kriteria terbiasa yaitu sebanyak 23

responden (76,7%).

Menurut Khomsan (2009), anak sekolah memiliki banyak kegiatan

yang harus dilakukan dalam sehari. Mulai dari aktifitas di sekolah, Agar

stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan ekstra

kurikuler, maka sarana utama dari segigizi adalah sarapan pagi. Sarapan

pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting mengingat waktu sekolah

dengan aktifitas penuh yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup

besar (Judarwanto, 2008). Bagi anak-anak sekolah, meninggalkan sarapan

pagi membawa dampak yang kurang menguntungkan. Konsentrasi di kelas

bisa buyar karena tubuhtidak memperoleh masukan gizi yang cukup.

Banyak alasan yang menyebabkan anak sekolah tidak sarapan pagi, seperti

waktu yang sangat terbatas karena jarak sekolah yang cukup jauh,

terlambat bangun pagi, atautidak ada selera untuk sarapan pagi (Yusuf,

dkk, 2008).

Kebiasaan makan pagi sangat penting bagi remaja mengingat

sarapan pagi dibutuhkan untuk menunjang aktivitas remaja disekolah,

dalam penelitian ini didapatkan sebagian besar responden terbiasa makan

pagi dan sedangkan kebiasaan makan pagi kriteria tidak terbiasa juga

terdapat dalam penelitian ini, adanya responden yang tidak terbiasa makan

pagi hal ini disebabkan adanya banyak faktor seperti waktu yang sangat

terbatas untuk melakukan makan pagi, jarak sekolah yang cukup jauh,

63
terlambat bangun pagi, atautidak ada selera untuk sarapan pagi, jika

kebiasaan tidak makan pagi terus dilakukan oleh remaja tidak menutup

kemungkinan akan membuat statmina menurun dan konsentrasi belajar

berkurang.

Sedangkan remaja yang terbiasa melakukan sarapan pagi dalam

penelitian ini sangat baik bagi dirinya sebab waktu sekolah dengan

aktifitas penuh yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar,

dengan sarapan pagi dapat menunjang hal tersebut. Hal lain yang tidak

kalah pentingnya bila remaja membiasakan melakukan sarapan pagi dapat

memberi kontribusi besar kepada energi harian dan asupan nutrisi dan

kosentrasi belajarnya. Dengan demikian, kebutuhan zat besi pada hari itu

didapatkan pada waktu sarapan pagi. Bagi anak sekolah makan pagi atau

sarapan dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudakan

penyerapan pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang

berumur 16 tahun paling banyak terbiasa makan pagi, hal ini memang

harus dilakukan oleh remaja dimana para remaja merupakan dalam masa

pertumbuhan, sebagaimana makan pagi untuk menopang kebutuhan

gizinya yang dapat bedampak pada konsentrasi belajar yang lebih baik.

Bagi remaja harus memperhatikan susunan makanan yang dianjurkan yang

dapat memenuhi keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan

mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat

saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya yang biasa

disebut dengan pedoman 4 Sehat 5 Sempurna dengan harapan dapat

64
digunakan mengatur makanan sehari-hari termasuk makan pagi yang

dilakukan remaja. Termasuk adanya konsumsi yang dilakukan responden

yang senantiasa rutin melakukan makan pagi bersama keluarga dengan

makanan menu lengkap makanan lengkap: Nasi, sayur, lauk dan buah dan

juga bila sarapan dengan konsumsi selalu berganti menu setiap hari.

B. Identifikasi Konsumsi Teh


Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa konsumsi teh didapatkan

sebagian besar responden konsumsi teh > 3 jam setelah makan yaitu

sebanyak 22 responden (73,3%), konsumsi teh < 3 jam setelah makan

sebanyak 8 responden (26,7%).

Kejadian anemia pada remaja dapat diturunkan melalui 3 langkah

utama yaitu 1) perubahan pola minum teh, 2) meningkatkan asupan lauk

(protein hewani), dan 3) meningkatkan asupan pauk (protein nabati).

Perubahan pola minum teh dapat dilakukan dengan cara mengurangi

konsumsi teh menjadi tidak setiap hari atau minum < 3 jam setelah makan

pagi seperti yang dianjurkan oleh Alsuhendra (2005). Kebiasaan minum

teh bersamaan dengan saat makan pagi. Ini kekeliruan gizi yang harus

diubah, teh mengandung tanin yang dapat mengikat mineral.

Adanya sebagian besar responden konsumsi teh > 3 jam setelah

makan dalam penelitian ini, menurut pendapat peneliti hal tersebut dapat

mengurangi efek kandungan tanin dalam mengikat beberapa logam seperti

zat besi, kalsium, dan aluminium. Dengan demikian bila konsumsi telah

65
selalu dilakukan > 3 jam setelah makan dapat menghindari adanya

penurunan zat besi (Fe) sehingga dampak anemia dapat diminimalisir.

Sedangkan konsumsi teh < 3 jam setelah makan yang dilakukan

remaja dapat menyebabkan penyerapan zat besi yang dilakukan oleh sel

darah merah berkurang sehingga dapat memicu anemia atau penyakit

kurang darah. Berkurangnya penyerapan zat besi pada remaja mengingat

adanya kebiasaan konsumsi teh < 3 jam setelah makan merupakan

kebiasaan yang tidak baik dan banyak remaja kurang pengetahuan dalam

hal ini, sebaiknya secepat mungkin dirubah kebiasaan ini agar zat tanin

dalam teh tidak mengikat zat yang ada pada makanan yang dikonsumsi.

Selain itu, minum teh setelah makan dapat mempengaruhi protein yang

ada dalam makanan yang masuk ke saluran pencernaan.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa responden yang berumur

16 tahun paling banyak konsumsi teh >3 jam setelah makan yaitu

sebanyak 14 responden (46,7%). Hal ini sudah baik dilakukan responden

mengingat konsumsi teh yang dilakukan >3 jam setelah makan dapat

menghindari adanya penurunan zat besi (Fe) sehingga dampak anemia

dapat dihindari dengan demikian remaja dalam penelitian ini sudah

seharusnya menjaga dan mempertahankan kebiasan konsumsi teh

setelahmakan yang sudah biasa dilakukan agar kejadian anemia tidak

terjadi mengingat remaja putri lebih rentan mengalami anemia ketimbang

remaja laki laki.

66
C. Identifikasi Identifikasi Kejadian Anemia
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kejadian anemia didapatkan

sebagian besar responden kriteria tidak anemia yaitu sebanyak 21 responden

(70%).

Menurut Soekirman (2005), anemia pada remaja dapat menimbulkan

berbagai dampak antara lain menurunnya konsentrasi belajar dan menurunnya

stamina dan produktivitas kerja (Hardiansyah dkk,2007). Disamping itu

remaja yang menderita anemia kebugarannya juga menurun. Pada

Kusumawati (2005) tingginya anemia pada remaja ini akan berdampak pada

prestasi belajar siswi karena anemia pada remaja putri akan menyebabkan

daya konsentrasi menurun sehingga akan mengakibatkan menurunnya

prestasi belajar.

Dalam penelitian ini didapat sebagian besar responden kriteria tidak

anemia sebab remaja telah melakukan kebiasaan melakukan sarapan pagi dan

mengkonsumsi teh > 3 jam setelah makan sehingga kejadian anemia dapat

diminimalisir. Dan jika remaja tidak melakukan sarapan pagi maupun

melakukan konsumsi teh < 3 jam setelah makan kemungkinan besar dapat

terjadi anemia seperti masih adanya dalam penelitian ini remaja yang

mengalami kejadian anemia. Sebab kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh

yang salah sangat mungkin dapat memicu anemia yaitu dari segi konsumsi

teh terdapat zat tannin yang terdapat pada teh mengikat zat besi sehingga

membuat penyerapan zat besi berkurang dapat memicu anemia. Sedangkan

kebiasaan makan pagi untuk mencukupi kebutuhan energi selama beraktivitas

di sekolah serta dapat meningkatkan konsentrasi dan daya ingat anak dan juga

67
untuk mencukupi kebutuhan zat besi pada hari itu didapatkan pada waktu

sarapan pagi, bila sarapan pagi selalu dilakukan dapat mengurangi resiko

terjadinya anemia.

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang terbiasa makan

pagi didapat kriteria tidak anemia yaitu sebanyak 21 responden (70%),

sedangkan responden yang tidak terbiasa makan pagi didapat kriteria anemia

sebanyak 7 responden (23,3%)

Sarapan atau makan pagi adalah Kegiatan makan/minum pada pagi hari

dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 10.00 pagi yang diukur

selama satu minggu. (Jetvig, 2010). Perilaku terhadap makanan (nutrition

behavior) merupakan respon seseorangterhadap makanan sebagai kebutuhan

vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan

praktek terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya

(zat gizi), pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan kebutuhan

tubuh kita (Notoatmodjo, 2005).

Kebiasaan sarapan pagi dapat mengurangi adanya kejadian anemia

begitu pula sebaliknya jika tidak membiasakan melakukan sarapan pagi

kemungkinan dapat mengalami kejadian anemia. Hal ini merupakan adanya

berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi remaja adalah konsumsi

makanan sering tidak teratur, sering tidak makan pagi, mengingat pada

remaja memerlukan asupan gizi yang cukup agar anemia tidak terjadi.

Adanya anemia pada remaja karena keadaan kadar hemoglobin dalam darah

lebih rendah dari nilai normal. Dan juga adalah akibat remaja putri setiap

68
bulan mengalami haid atau menstruasi, masukan gizi yang tidak seimbang

yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan pola makan atau

perilaku makan yang salah. Kebiasaan makan pagi bagi remaja putri sangat

baik dilakukan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi pada makanan terutama

digunakan untuk pertumbuhan fisik serta menggantikan zat gizi yang hilang

pada saat menstruasi.

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang mengkonsumsi

teh < 3 jam setelah makan didapatkan kriteria terjadi anemia yaitu sebanyak 8

responden (26,7%). Sedangkan responden yang mengkonsumsi teh > 3 jam

setelah makan didapatkan kriteria tidak terjadi anemia yaitu sebanyak 21

responden (70%).

Tanin ini dapat mengikat beberapa logam seperti zat besi, kalsium, dan

aluminium, lalu membentuk ikatan kompleks secara kimiawi. Karena dalam

posisi terikat terus, maka senyawa besi dan kalsium yang terdapat pada

makanan sulit diserap tubuh sehingga menyebabkan penurunan zat besi (Fe)

(Imam, 2010). Menurut Alsuhendra (2005) konsumsi teh sebaiknya dilakukan

> 3 jam setelah makan

Terdapatnya remaja yang mengalami kejadian anemia salah satu faktor

pemicunya adalah minum teh dengan selang waktu yang cepat setelah makan

jika dilakukan secara terus menerus bisa menyebabkan penyerapan zat besi

dalam darah akan terganggu, hal inilah yang dapat memicu anemia karena zat

tannin yang terdapat pada teh mengikat zat besi sehingga membuat

69
penyerapan zat besi yang dilakukan oleh sel darah merah berkurang dan

terjadi anemia.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berumur

16 tahun paling banyak tidak mengalami kejadian anemia yaitu sebanyak 14

responden (46,7%). Hal ini merupakan efek dari kebiasaan responden yaitu

selalu melakukan sarapan pagi yang dapat menopang kebutuhan gizinya serta

sudah membiasakan konsumsi teh dilakukan > 3 jam setelah makan sehingga

kebiasaan ini benar benar berdampak pada tidak terjadinya anemia pada

responden. Hal lain yang memberikan kontribusi adalah kebiasaan jajan

disekolah juga cukup memberikan nilai tambah gizi bagi remaja.

D. Analisis Hubungan Kebiasaan Makan Pagi Dan Konsumsi Teh Dengan


Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA Pawyatan Daha Kota
Kediri
Hasil analisis penelitian tentang hubungan kebiasaan makan pagi dan

konsumsi teh dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan

Daha Kota Kediri, berdasarkan uji statistik menggunakan uji Chi-Square

didapatkan hasil p = 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang

berarti ada hubungan kebiasaan makan pagi dan konsumsi teh dengan

kejadian anemia pada remaja putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.

(kebiasaan makan pagi >< kejadian anemia) dengan nilai correlation

coefficient 0,644 dan (Konsumsi teh >< kejadian anemia) nilai correlation

coefficient 0,678 yang artinya tingkat hubungannya masuk kategori hubungan

kuat, dimana rentang nilai korelasi antara 0,60-0,799 termasuk dalam kategori

hubungan kuat (Sugiyono, 2010).

70
Menurut pendapat peneliti terdapatnya ada hubungan kebiasaan

makan pagi dan konsumsi teh dengan kejadian anemia pada remaja putri di

SMA Pawyatan Daha Kota Kediri dalam penelitian ini membuktikan bahwa

kebiasaan makan pagi dan konsumsi telah yang dilakukan remaja benar benar

berdampak pada kejadian anemia. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian

ini yaitu adanya hubungan kuat antara kebiasaan makan pagi dan konsumsi

telah pada kejadian anemia. Hal lain yang mendukung kebiasaan makan dan

konsumsi teh yang dilakukan responden yaitu adanya perilaku kebiasaan yang

baik dilakukan responden terhadap makanan sebagai kebutuhan hariannya

sebagaimana aktivitas disekolah membutuhkan energi yang lebih yang

didapat dari kebiasaan makan pagi yang dilakukan, begitu juga pada remaja

merupakan masa anak menuju masa dewasa yang mengalami berbagai

pertumbuhan baik fisik maupun psikis maka dari itu remaja memerlukan

makanan bernutrisi tinggi karena tubuh mereka sedang mengalami perubahan

besar, dengan melakukan rutin sarapan pagi sangat penting terlebih lagi jika

makanan didasarkan padakandungan gizi sebagai dasar pemilihan makanan

pada remaja penting diperhatikan.

71
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Pawyatan

Daha Kota Kediri pada 30 responden tentang hubungan kebiasaan makan

pagi dan konsumsi teh dengan kejadian anemia pada remaja putri maka

disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa kebiasaan makan pagi didapatkan

sebagian besar responden kriteria terbiasa yaitu sebanyak 23 responden

(76,7%).

2. Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa konsumsi teh didapatkan sebagian

besar responden konsumsi teh > 3 jam setelah makan yaitu sebanyak 22

responden (73,3%).

3. Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kejadian anemia didapatkan

sebagian besar responden kriteria tidak anemia yaitu sebanyak 21

responden (70%).

4. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji Chi-Square didapatkan hasil p =

0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan

kebiasaan makan pagi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA

Pawyatan Daha Kota Kediri. Dengan nilai correlation coefficient 0,644

72
yang artinya tingkat hubungannya masuk kategori hubungan kuat, dimana

rentang nilai korelasi antara 0,60-0,799 termasuk dalam kategori hubungan

kuat.

B. Saran

Saran yang peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Remaja

Diharapkan remaja selalu membiasakan melakukan makan pagi

pencegahan penyakit anemia dan mengurangi penyakit anemia dan bila

mengkonsumsi teh sebaliknya dilakukan >3 jam setelah makan.

2. Bagi Lahan Peneliti

Diharapkan dapat memberikan informasi bagi instansi terkait

khususnya SMA Pawyatan Daha Kota Kediri mengenai penyakit anemia,

apa penyebab kejadian anemia sehingga dapat dijadikan pengambilan

kebijakan dan penanggulangan penyakit ini misalnya dengan

menginformasikan kepada peserta didiknya untuk selalu melakukan

sarapan pagi sebelum berangkat sekolah serta mengkonsumsi teh

sebaliknya dilakukan >3 jam setelah makan.

3. Bagi peneliti lain

Hendaknya dapat dijadikan data dasar dan acuan bagi peneliti

selanjutnya untuk melakukan pengembangan penelitian mengenai anemia

yaitu dengan melakukan penggalian informasi yang lebih mendalam dan

lebih luas tentang anemia melalui buku-buku yang kompeten membahas

anemia.

73
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, D. 2005. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa Profesi Di Indonesia.Jakarta :

Dian Rakyat.

Allen, L.H and J.Casterline-Sabel. 2002 Prevalence and Causes of Nutritional


Anemias.

Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri M, editors. Gizi Seimbang dalam Daur


Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2011.

Arlinda, S. 2004. Anemia Defisiensi Besi Pada Balita

Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2007.

Alsuhendra. Makan Nasi, Jangan Minum Teh. Kompas, 2002


http://www.kompas.com/kesehatan/news/0204/18/080652.htm (Diunduh
pada tanggal 13-05-2015 pukul 15.00 WIB)

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan


RI.Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2013.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2013.

Baliwati, Y.F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Besral, LM, Junaiti, S. 2007. Pengaruh Minum The terhadap KejadianAnemia


pada Usila di Kota Bandung. MAKARA, Kesehatan, Vol. 11, No. 1.
Juni 2007.

Dep Kes RI, 2006. Pedoman penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri,
WUS danCatin

Etisa, A. 2006. Anemia Defisiensi Besi, Kekurangan Zat Besi.


http://www.suaramerdeka.com. (Diakses pada tanggal 15-05-2015
pukul 15.45 WIB)

Herman, I. 2001. Hubungan Anemia Dengan Kebiasaan Makan, Pola Haid,


Pengetahuan tentang Anemia dan Status Gizi Remaja Putri Di SMUN 1

74
Cibinong Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
UI: Jakarta.

I Dewa Nyoman. S. 2005. Penilaian Status Gizi.Jakarta : EGC.. Direktorat Bina


Gizi Masyarakat, Jakarta.

Izah, SN. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Anemia Defisiensi


Besi Anak Sekolah Kelas V Dan Vi Di MI Negeri 02 Cempaka Putih,
Ciputat Timur, Tangerang Selatan [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah; 2011.

Judarwanto, W. 2008. Perilaku Makan Anak Sekolah. http://ludruk.com


(Diakses pada tanggal 15-05-2015 pukul 16.45 WIB)

Khomsan, A dan Anwar, F. 2009. Makan Tepat Badan Sehat. Hikmah. Jakarta

Maria, C, Linder. 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme, Universitas Indonesia,


Jakarta.

Mary E. Beck. 2005. Ilmu Gizi dan Diet Hubungan dengan penyakit-penyakit
untukPerawat dan Dokter.Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.

Masrizal. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2007.

Michael J.G. 2008. Public Health Nutrition.EGC. Jakarta.

Mohamad, S. 2005. Biokimia Darah. Jakarta : Wydia Medika.

Moehji. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Penerbit Papas Sinar Siinanti.

Permaesih, D, Herman S. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia pada


Remaja.Bul Panel Kesehatan. 2005.

Soekirman. 2005. Ilmu Gizi dan aplikasinya.Direktorat Jendral Pendidikan


Nasional: Jakarta

Sunita Almatsier. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Tandirerung, UE, Mayulu N, Kawengian SES. Hubungan Kebiasaan Makan Pagi


dengan Kejadian Anemia pada Murid Sd Negeri 3 Manado. Jurnal e-
Biomedik (eBM). 2013.

Weekes, I. 2008. Sehat dan Bugar untuk Remaja : dari Diet hingga Bahaya
Narkoba. Penerbit Nuansa, Bandung.

WHO. 2008. Worldwide Prevalence Of Anemia 1993-2005. WHO Global


Database on Anemia

75
Wirakusumah. 2007. Jus Buah dan Sayuran. Jakarta : Swadaya

Yayuk, F, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi.Jakarta : Penebar Swadaya.

Lampiran 1
INFORMED CONSENT

Kepada Yth :
..........................................
Di tempat

Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas akhir program studi D IV


Kebidanan Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Nama : Suci Dewi Febriana
NIM : 1231B0045
Bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “Kebiasaan Makan
Pagi Dan Konsumsi Teh Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
SMA Pawyatan Daha Kota Kediri”, saya berharap waktu dan kesediaan saudara
sebagai responden.
Apabila saudara setuju terlibat menjadi responden dalam penelitian ini di
harapkan untuk mengisi lembar persetujuan yang telah disediakan . Atas
kesediaan saudara menjadi responden , peneliti mengucapkan terimakasih.

Kediri, September 2015


Hormat Saya,

Suci Dewi Febriana


1231B0045

76
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai “Kebiasaan Makan Pagi Dan


Konsumsi Teh Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA
Pawyatan Daha Kota Kediri”, dengan ini saya telah menyetujui untuk berperan
menjadi responden dalam penelitian tersebut secara sukarela dan tanpa paksaan
dari siapapun. Namun selama melakukan penelitian saya boleh mengundurkan diri
untuk tidak melanjutkan sebagai responden dalam penelitian saya boleh
mengundurkan diri untuk tidak melanjutkan sebagai responden dalam penelitian
tersebut diatas tanpa adanya sanksi atau kehilangan hak, bila penelitian ini
mengganggu ketenangan dan kenyamanan saya. Semua berkas yang
mencantumkan identitas saya hanya digunakan untuk mengolah data dan apabila
penelitian telah selesai semua data milik rsponden akan di musnahkan.

Jika saudara bersedia menjadi responden pada penelitian ini, silahkan


menandatangani lembar persetujuan ini.

Kediri, September 2015

Peneliti Responden

(Suci Dewi Febriana) (.........................................)

77
Lampiran 2

KISI KISI KUESIONER

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PAGI DAN KONSUMSI TEH


DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA
PAWYATAN DAHA KOTA KEDIRI

Jumlah Skor Skor


No Variabel Indikator
soal jawaban maksimal
Independent :

1. Kebiasaan Sarapan Pagi 6 3 18


Makan Pagi 2
1

2. Konsumsi Teh Kebiasaan 1 2 2


Konsumsi teh 1

78
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
Kebiasaan Makan Pagi Dan Konsumsi Teh Dengan Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri.

Petunjuk pengisian :
1. Isilah data sesuai dengan realita/kenyataan pada responden
2. Isilah pertanyaan dengan tanda (x) untuk jawaban yang anda anggap
benar.
3. Bila pada pengisian kuesioner kurang jelas, anda dapat bertanya pada
peneliti.

A. DATA UMUM
1. Nomor Responden : .................................................(Diisi peneliti)
2. Umur : .................tahun
3. Riwayat penyakit :.................................................

B. VARIABEL INDEPENDEN
Kuesioner Makan Pagi
No Pertanyaan Selalu Sering Tidak
Pernah

1 Saya selalu sarapan setiap hari

2 Kebiasaan sarapan yang saya


lakukan adalah setiap pagi
sebelum berangkat sekolah

79
3 Sarapan yang biasa saya
konsumsi terdiri dari menu
lengkap : Nasi, Sayur, Lauk

4 Jenis sarapan yang saya


konsumsi selalu berganti tiap hari

5 Jika tidak sempat sarapan saya


mengganti dengan sarapan di
sekolah

6 Jika tidak sempat sarapan


makanan yang sering saya beli
adalah jajanan di sekolah

Kuesioner Konsumsi Teh


No Peranyaan Iya Tidak

1 Apakah setelah makan pagi, anda mengkonsumsi


teh > 3 jam setelah makan?

C. VARIABEL DEPENDEN
Hasil Pemeriksaan Kadar HB ........................................................... g/dl
( Diisi Peneliti)
Keterangan hasil HB :
a. 12 g/dl - 14 g/dl (normal)
b. 11 g/dl - 11,9 g/dl (ringan)
c. 8 g/dl - 10 g/dl (sedang)

80
Lembar Observasi Pemeriksaan HB
Normal Ringan Sedang
Kadar
No (12 g/dl – 14 (11g/dl - 11,9 (8 g/dl - 10 Ket
HB
g/dl) g/dl) g/dl)

10

11

12

13

81
14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

Lampiran 4

SUMMARY EXECUTIVE

Judul : Hubungan Kebiasaan Makan Pagi Dan Konsumsi


Teh Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
di SMA Pawyatan Daha Kota Kediri

Waktu Pengambilan Data : 18 September 2019

82
Instansi Yang Terlibat : SMU PAWYATAN DAHA Kota Kediri

Kontribusi Kelilmuan : Pentingnya Makan Pagi khususnya untuk Remaja


Putri untuk mencegah Anemia dan sebaiknya
tidak bersamaan dengan mengkonsumsi The
karena dapat menghambat penyerapan Zat Besi

Hambatan Penelitian : Tidak Ada

Kelemahan Penelitian : 1. Faktor pendapatan keluarga dan Prilaku


2. Tidak semua sarapan mengandung zat besi
dalam jumlah yang sama

Jurnal Tujuan Publikasi : Sebutkan Tempat Publikasi Jurnal yg Ingin di


Tuju

Lampiran 5

IDENTITAS PENELITI

1 Nama :
2 NIM :
3 Tanggal Lahir :
4 No HP :
5 Alamat Email :
6 Status Perkawinan :
7 Alamat Rumah :

83
8 Alamat Instansi/Pekerjaan :

9 Riwayat Pendidikan : 1. SD
2. SMP
3. SMA
4. D3
5. D4
10 Riwayat Pekerjaan : 1. Tahun …..
2. Tahun …..
11 Riwayat Organisasi : 1. IBI
2. ….
12 Pelatihan Yang Pernah di Ikuti : 1. CTU
2. APN
13 MOTTO ;

Lampiran 6

INSTITUT ILMU KESEHATAN


STRADA INDONESIA
Jln. Manila . No.37 Sumberece Telp (0354) 7009713 Fax. (0354) 695139
Kota Kediri-Jawa Timur

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Suci Dewi Febriana


NIM : 1231B0045

84
Judul : Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dan Konsumsi The
Dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri di SMA Pawyatan Daha Kota
Kediri
Pembimbing : Erma Retnaningtyas, SST.,Bd,.SKM.,M.Kes

No Tanggal Uraian Tanda


Tangan
1 Sabtu, 24 Mei 2015 Konsul judul -> revisi

2 Rabu,28 Mei 2015 Konsul judul-> acc

3 Senin 2 juni 2015 Konsul BAB 1


Studi pendahuluan 10 orang
Tujuan penelitian
Keaslian penelitian

4 Kamis 27 juni 2015 Konsul BAB 1->Refisi


- Study pendahuan 10 orang
dijelaskan alasannya
Konsul BAB II -> Refisi
- Konsul teori
- Teori
- Hipotesis Lanjut BAB III

5 Selasa 02 juli 2015 Konsul BAB 1 -> Revisi


Acc BAB II
Refisi BAB III -> Kerangka
kerja
SOP

6 Senin 08 juli 2015 Acc Maju SEMPRO

7 Kamis, 31 Agustus - BAB IV: Revisi Tabel Data


2015 - BABV: Fokus FTO
(FAKTA, TEORI, OPINI)
dari kuisioner sebelum dan
sesudah

8 Rabu, 06 Agustus ACC BAB IV, V, VI


2015 Revisi abstrak & Lampiran

9 Senin, 11 September ACC maju ujian skripsi


2015

85
10 Selasa, 20 Ujian Skripsi
September 2015

11 Rabu, 28 September Acc Revisi


2015

Lampiran 7
SURAT PERMOHONAN IJIN

86
87
Lampiran 8
SURAT BALASAN

88
Lampiran 9
SURAT UJI ETIK

SERTIFIKAT
ETIK

89
Lampiran 10

DOKUMENTASI PENELITIAN

DOKUMENTASI DOKUMENTASI

Lokasi Penlitian Penyerahn Surat ijin Penelitian

DOKUMENTASI DOKUMENTASI

Inform Consent Dengan Responden Memberikan penjelasan Pada Responden

Pengisian Kuesioner Pengisian Kuesioner

Pengisian Kuesioner Pemberian Ucapan Trimakasih


Kepada Responden dan Lahan

90
Lampiran 11
MASTER SHEET

REKAPITULASI DATA UMUM HASIL PENELITIAN


(DATA DEMOGRAFI RESPONDEN)

No Umur Kode Riwayat Penyakit Kode


1 17 tahun 2 Tidak ada riwayat 1
2 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
3 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
4 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
5 18 tahun 3 Tidak ada riwayat 1
6 17 tahun 2 Tidak ada riwayat 1
7 17 tahun 2 Tidak ada riwayat 1
8 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
9 17 tahun 2 Tidak ada riwayat 1
10 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
11 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
12 17 tahun 2 Tidak ada riwayat 1
13 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
14 17 tahun 2 Tidak ada riwayat 1
15 17 tahun 2 Tidak ada riwayat 1
16 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
17 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
18 17 tahun 2 Tidak ada riwayat 1
19 18 tahun 3 Tidak ada riwayat 1
20 17 tahun 2 Tidak ada riwayat 1
21 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
22 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
23 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
24 17 tahun 2 Tidak ada riwayat 1
25 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
26 18 tahun 3 Tidak ada riwayat 1
27 17 tahun 2 Tidak ada riwayat 1
28 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
29 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1
30 16 tahun 1 Tidak ada riwayat 1

REKAPITULASI HASIL PENELITIAN

91
KEBIASAAN MAKAN PAGI

No. No soal Jml Skor Persen


Kategori Kode
Respd 1 2 3 4 5 6 Skor Mak (%)
1 2 1 1 1 2 1 8 18 44 Tidak terbiasa 2
2 3 1 2 2 1 1 10 18 56 Terbiasa 1
3 3 2 2 2 2 2 13 18 72 Terbiasa 1
4 3 2 3 2 2 3 15 18 83 Terbiasa 1
5 3 2 3 2 3 3 16 18 89 Terbiasa 1
6 2 1 1 2 1 1 8 18 44 Tidak terbiasa 2
7 3 2 3 2 3 2 15 18 83 Terbiasa 1
8 1 1 1 2 1 1 7 18 39 Tidak terbiasa 2
9 2 1 2 1 1 1 8 18 44 Tidak terbiasa 2
10 3 1 3 2 3 2 14 18 78 Terbiasa 1
11 3 2 2 2 2 3 14 18 78 Terbiasa 1
12 1 2 1 2 1 1 8 18 44 Tidak terbiasa 2
13 2 1 1 1 1 1 7 18 39 Tidak terbiasa 2
14 3 1 2 2 2 2 12 18 67 Terbiasa 1
15 3 2 2 2 2 3 14 18 78 Terbiasa 1
16 3 1 2 2 3 2 13 18 72 Terbiasa 1
17 3 2 3 2 3 3 16 18 89 Terbiasa 1
18 3 2 2 2 2 3 14 18 78 Terbiasa 1
19 1 2 1 2 1 1 8 18 44 Tidak terbiasa 2
20 3 2 3 2 3 2 15 18 83 Terbiasa 1
21 3 1 2 2 2 2 12 18 67 Terbiasa 1
22 3 2 2 2 2 3 14 18 78 Terbiasa 1
23 3 2 3 3 3 3 17 18 94 Terbiasa 1
24 3 2 2 2 2 2 13 18 72 Terbiasa 1
25 3 3 3 2 2 3 16 18 89 Terbiasa 1
26 3 2 3 2 3 2 15 18 83 Terbiasa 1
27 3 2 3 3 3 3 17 18 94 Terbiasa 1
28 3 2 2 2 2 3 14 18 78 Terbiasa 1
29 3 2 2 3 3 3 16 18 89 Terbiasa 1
30 3 2 3 3 3 2 16 18 89 Terbiasa 1
Total

92
REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN
KONSUMSI TEH

No. No soal Jumlah Kriteria Konsumsi


Kode
Respd 1 2 3 4 Skor teh
1 2 2 2 2 8 ≤ 3 jam setelah makan 1
2 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
3 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
4 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
5 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
6 2 2 2 2 8 ≤ 3 jam setelah makan 1
7 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
8 2 2 2 2 8 ≤ 3 jam setelah makan 1
9 2 2 2 2 8 ≤ 3 jam setelah makan 1
10 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
11 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
12 2 2 2 2 8 ≤ 3 jam setelah makan 1
13 2 2 2 2 8 ≤ 3 jam setelah makan 1
14 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
15 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
16 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
17 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
18 2 2 2 2 8 ≤ 3 jam setelah makan 1
19 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
20 2 2 2 2 8 ≤ 3 jam setelah makan 1
21 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
22 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
23 1 2 2 2 7 > 3 jam setelah makan 2
24 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
25 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
26 1 1 2 2 6 > 3 jam setelah makan 2
27 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
28 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
29 1 2 2 2 7 > 3 jam setelah makan 2
30 1 2 1 2 6 > 3 jam setelah makan 2
Total 35 26 49 20

REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN


KEJADIAN ANEMIA

77
No.
Hasil HB
Responde Kriteria Kode
(g/dL)
n
1 10 Anemia 1
2 12 Tidak Anemia 2
3 14 Tidak Anemia 2
4 12 Tidak Anemia 2
5 13 Tidak Anemia 2
6 10 Anemia 1
7 13 Tidak Anemia 2
8 9 Anemia 1
9 10 Anemia 1
10 12 Tidak Anemia 2
11 14 Tidak Anemia 2
12 11 Anemia 1
13 10 Anemia 1
14 14 Tidak Anemia 2
15 12 Tidak Anemia 2
16 12 Tidak Anemia 2
17 14 Tidak Anemia 2
18 10 Anemia 1
19 11 Anemia 1
20 11 Anemia 1
21 13 Tidak Anemia 2
22 14 Tidak Anemia 2
23 12 Tidak Anemia 2
24 14 Tidak Anemia 2
25 12 Tidak Anemia 2
26 12 Tidak Anemia 2
27 12 Tidak Anemia 2
28 14 Tidak Anemia 2
29 12 Tidak Anemia 2
30 13 Tidak Anemia 2
Lampiran 12
HASIL SPSS

78
Distribusi Frekuensi Data Hasil Penelitian

Frequency Table

umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 16 th 16 53.3 53.3 53.3
17 th 11 36.7 36.7 90.0
18 th 3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

riwayat penyakit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada riwayat 30 100.0 100.0 100.0

kriteria kebiasaan makan pagi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid terbiasa 23 76.7 76.7 76.7
tidak terbiasa 7 23.3 23.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

kriteria konsumsi teh


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 3 jam setelah makan 8 26.7 26.7 26.7
>3 jam setelah makan 22 73.3 73.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

kriteria kejadian anemia


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid anemia 9 30.0 30.0 30.0
tidak anemia 21 70.0 70.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

79
Tabulasi Silang Data Hasil Penelitian

Crosstabs
umur * kriteria kebiasaan makan pagi Crosstabulation

kriteria kebiasaan makan pagi

terbiasa tidak terbiasa Total


umur 16 th Count 14 2 16
% of Total 46.7% 6.7% 53.3%
17 th Count 7 4 11
% of Total 23.3% 13.3% 36.7%
18 th Count 2 1 3
% of Total 6.7% 3.3% 10.0%
Total Count 23 7 30
% of Total 76.7% 23.3% 100.0%

umur * kriteria konsumsi teh Crosstabulation

kriteria konsumsi teh


<= 3 jam setelah >3 jam setelah
makan makan Total
umur 16 th Count 2 14 16
% of Total 6.7% 46.7% 53.3%
17 th Count 6 5 11
% of Total 20.0% 16.7% 36.7%
18 th Count 0 3 3
% of Total .0% 10.0% 10.0%
Total Count 8 22 30
% of Total 26.7% 73.3% 100.0%

umur * kriteria kejadian anemia Crosstabulation

kriteria kejadian anemia

anemia tidak anemia Total


umur 16 th Count 2 14 16
% of Total 6.7% 46.7% 53.3%
17 th Count 6 5 11
% of Total 20.0% 16.7% 36.7%
18 th Count 1 2 3
% of Total 3.3% 6.7% 10.0%
Total Count 9 21 30
% of Total 30.0% 70.0% 100.0%

80
Crosstabs Variable
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kriteria kebiasaan makan pagi
30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
* kriteria kejadian anemia
kriteria konsumsi teh * kriteria
30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
kejadian anemia

kriteria kebiasaan makan pagi * kriteria kejadian anemia Crosstabulation

kriteria kejadian anemia

anemia tidak anemia Total


kriteria kebiasaan makan terbiasa Count 2 21 23
pagi
% of Total 6.7% 70.0% 76.7%
tidak terbiasa Count 7 0 7
% of Total 23.3% .0% 23.3%
Total Count 9 21 30
% of Total 30.0% 70.0% 100.0%

kriteria konsumsi teh * kriteria kejadian anemia Crosstabulation

kriteria kejadian anemia

anemia tidak anemia Total


kriteria konsumsi teh <= 3 jam setelah makan Count 8 0 8
% of Total 26.7% .0% 26.7%
>3 jam setelah makan Count 1 21 22
% of Total 3.3% 70.0% 73.3%
Total Count 9 21 30
% of Total 30.0% 70.0% 100.0%

Hasil Analisis Menggunakan Chi-Square dan Regresi Logistic

Chi-Square

Kebiasaan Makan Pagi >< Kejadian Anemia

81
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 21.304a 1 .000
b
Continuity Correction 17.178 1 .000
Likelihood Ratio 23.062 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 20.594 1 .000
b
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.10.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Nominal Contingency Coefficient .644 .000
N of Valid Cases 30

Konsumsi Teh >< Kejadian Anemia


Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 25.455a 1 .000
b
Continuity Correction 21.112 1 .000
Likelihood Ratio 28.516 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 24.606 1 .000
b
N of Valid Cases 30
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.40.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Nominal Contingency Coefficient .678 .000
N of Valid Cases 30

Logistic Regression

82
Kebiasaan Makan Pagi dan Konsumsi Teh >< Kejadian Anemia

Case Processing Summary


a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 30 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 30 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 30 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
anemia 0
tidak anemia 1

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 36.652 2 .000
Block 36.652 2 .000
Model 36.652 2 .000

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 .000a .705 1.000
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum
iterations has been reached. Final solution cannot be found.

83
Classification Tablea
Predicted
kriteria kejadian anemia
Percentage
Observed anemia tidak anemia Correct
Step 1 kriteria kejadian anemia anemia 9 0 100.0
tidak anemia 0 21 100.0
Overall Percentage 100.0
a. The cut value is .500
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 kebiasaan_makan_pagi 2.671 359.620 .000 1 .994 14.458
konsumsi_teh -53.334 8.209E3 .000 1 .995 .000
Constant 186.244 3.914E4 .000 1 .996 7.669E80
a. Variable(s) entered on step 1: kebiasaan_makan_pagi, konsumsi_teh.

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b
Predicted
kriteria kejadian anemia
Percentage
Observed anemia tidak anemia Correct
Step 0 kriteria kejadian anemia anemia 0 9 .0
tidak anemia 0 21 100.0
Overall Percentage 70.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant .847 .398 4.523 1 .033 2.333

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables kebiasaan_makan_pagi 16.623 1 .000
konsumsi_teh 23.062 1 .000
Overall Statistics 25.671 2 .000

84

Anda mungkin juga menyukai