Oleh :
i
SKRIPSI
Oleh :
DELLA SEKAR YUVENTHIA
NIM : 201402065
ii
PERSETUJUAN
SKRIPSI
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji :
2. Penguji 1
3. Penguji 2
Mengesahkan
Ketua,
NIS. 20160130
iv
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim........
Kepada kedua orang tua kuBpk.Yussak Krismanto dan Ibu Henny, mbak
Debi, dek Derry, dek Tiara yang tak pernah lelah menyayangiku,
S.KM., M.Kes. Terimakasih banyak untuk waktu, nasehat dan arahan yang
yang tersayang dan tercinta, khususnya Ermi S.Kep, Binti S.Kep, Wenda
S.Kep, Herlina S.Kep, Indah Budi S.Kep, Aprillia S.Kep, Frida S.Kep, dan
v
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : 201402065
dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain, saya akan
ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik dan sanksi lain sesuai dengan
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan
201402065
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
ABSTRAK
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah bagi bayi dengan kandungan gizi
paling sesuai untuk pertumbuhan optimal. Namunpada sebagian ibu tidak dapat
memberikan ASI eksklusif karena alasan ASI tidak keluar atau hanya keluar sedikit.
Salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran ASI pada ibu post partumdengan
pemberian pijat oksitosin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui waktu yang tepat untuk
mempercepat pengeluaran produksi ASI pada ibu post partum di RSUD Kota Madiun.
Jenis penelitian ini menggunakan Quasy Eksperiment dengan two group pre-post
test design. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 46responden,masing-masing kelompok
sebanyak 23 ibu post partum. Tehnik sampling menggunakan Purposive Sampling.
Pengumpulan data menggunakan Lembar Observasi, analisa data menggunakan
ujiWilcoxon dan Mann Whitney.
Hasil analisa statistik uji Wilcoxon pada kelompok waktu 3 dan 5 menit di
dapatkannilaiρ-value = 0,000 < ɑ = 0,05 yang berarti ada pengaruh terhadap pemberian
pijat oksitosin terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum,.Berdasarkan uji Mann
Whitney kedua kelompok di peroleh ρ-value 0,000< ɑ 0,05 dan di dapatkan selisih rata-
rata posttest pijat oksitosin selama 3 menit 277.00 sedangkan pemberian pijat oksitosin
selama 5 menit 804.00, ini menunjukkan bahwa pemberian pijat oksitosin selama 5 menit
lebih efektif.
Dengan hal ini pemberian pijat oksitosin dengan waktu 5 menit lebih efektif dan
untuk melancarkan ASI dibandingkan pemberian pijat oksitosin dengan waktu 3 menit,
karena pemijatan dengan waktu yang lama ibu akan semakin merasa rileks sehingga
hormon oksitosin bekerja dengan optimal. Dari hasil penelitian ini pijat oksitosin dengan
waktu 5 menit dapat di jadikan solusi untuk ibu postpartum yang mengalami masalah
ketidaklancaran ASI.
viii
ABSTRACT
Breast milk (ASI) displaces natural nutrients for infants with the most
appropriate nutrional concent for optimal growth. However in some mothers can’t give
exclusive breast milk for reasons of breat milk not out or just a little out.One of the
solutions to overcome breast milk is not smooth on post partum mother with the giving of
the Oxytocin Massage. The purpose of this research to determine the right time to
accelerate the production of breast milk in post partum mothers in RSUD Madiun City.
This type of research used Quasy Experiment with Two Group PrePost Test
design. Samples in this research were 46 respondents each group 23 post partum
mothers. Sampling technique using Purposive Sampling, data collection using
Observation Sheets. Data analysis using Wilcoxon and Mann Whitney test.
The result of statistical analysis of Wilcoxon test in time group of 3 minutes and 5
minutes got ρ-value = 0,000 < ɑ = 0,05 which means there is influene to the smootness
of breast milk in post partum mothers. Based on Mann Whitney test both groups obtained
ρ-value = 0,000 < ɑ = 0,05 and got difference of posttest average of oxytocin massage
for 3 minutes 277,00 while giving the oxytocin massage for 5 minutes is more effective.
With this massage of oxytocin with a time of 5 minutes is more effective and to
launch breast milk than a massage with oxytocin with 3 minutes, because massage with a
long time the mother will feel more relaxed so that the hormone oxytocin works optimally.
From the results of this research, oxytocin massage with a time of 5 minutes can be made
a solution for post partum mothers who experience problems of breast milk insufficiency.
ix
DAFTAR ISI
x
2.3.4 Perubahan Fisiologi Masa Nifas..................... .......................... 34
2.3.5 Perubahan Psikis Masa Nifas .................................................... 38
2.3.6 Kebutuhan Dasar Masa Nifas ................................................... 39
xi
5.4 Pembahasan ............................................................................................. 70
5.4.1 Tingkat Produksi ASI Sebelum Diberikan Terapi
PijatOksitosin Selama 3 Menit Dan 5 Menit Pada Ibu Post
Partum Di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun ........... 70
5.4.2 Tingkat Produksi ASI Setelah Diberikan Terapi Pijat Oksitosin
Selama 3 Menit Dan 5 Menit Pada Ibu Post Partum Di Ruang
Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun ......................................... 73
5.4.3 Pengaruh Waktu Pemberian Terapi Pijat Oksitosin Pada Ibu
Post Partum Di Ruang Nifas/Bougenville Di RSUD Kota
Madiun ........................................................................................... 74
5.5 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 76
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 77
6.2 Saran ......................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80
LAMPIRAN ...................................................................................................... 82
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR SINGKATAN
AA :ArachidonicAcid
ASI :Air Susu Ibu
DINKES :Dinas Kesehatan
DHA :DocosahexaenoicAcid
EQ :EmotionalQuotient
IMD :Inisiasi Menyusui Dini
IQ :IntelligenceQuotient
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SQ :Spiritual Quotient
WHO :World HealthOrganization
xvi
DAFTAR ISTILAH
xvii
PostPartum : Masa setelah melahirkan
Puerpenium : Masa pemulihan setelah melahirkan
Septicemia : Peradangan seluruh tubuh karena infeksi
Staphylococci : Bakteri yang menyerang tulang dan otot
Steroid : Senyawa organik lemak sterol
Umbilikus : Tali pusat
Uretra : Lubang kemih
Vagus : Saraf untuk berbicara dan menelan
Vertebrae : Tulang Punggung
xviii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Efektifitas Durasi Waktu Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap
Kelancaran ASI Pada Ibu PostPartumdi RSUD Kota Madiun” dengan baik.
Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan
moral kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Zaenal Abidin, SKM.,M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami
untuk mengikuti dan menyelesaikan proposal ini.
2. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Mertisa Dwi Klevina, SST.M.Kesselaku Dewan Penguji dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Sesaria Betty Mulyati, S.Kep.,Ns.M.Kesselaku dosen pembimbing 1 yang
telah sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
serta memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan saran yang sangat berguna
bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.
5. Riska Ratnawati, S.KM.M.Kesselaku dosen pembimbing 2 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan dalam memberikan
saran, arahan, motivasi, yang sangat berguna bagi penulis selama penyusunan
skripsi ini.
6. Semua dosen dan para staf administrasi maupun non administrasi STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah membantu penulis dalam proses
belajar selama menempuh pendidikan.
7. Seluruh Staf dan Karyawan RSUD Kota Madiunkhusunya Kepala Ruang
Nifas/Bougenvilleyang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk
melakukan penelitian.
xix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. AamiinyaaRobbalAllamin.
WassalamualaikumWr.Wb
Peneliti
xx
BAB I
PENDAHULUAN
kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama
pemberian ASI eksklusif. Menyusui telah di kenal dengan baik sebagai cara untuk
melindungi, meningkatkan dan mendukung kesehatan bayi dan anak usia dini.
fisiologi tubuh secara optimal, dan merupakan faktor vital untuk mencegah
penyakit terutama diare dan infeksi saluran nafas. ASI adalah makanan terbaik
dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan suatu proses alamiah,namun sering
ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini sebelum
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah bagi bayi dengan
kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal (Hegar, 2008). Oleh
bayi baru lahir mendapatakan ASI secara eksklusif selama enam bulan, namun
pada sebagian ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena alasan ASI nya tidak
keluar atau hanya keluar sedikit sehingga tidak memenuhi kebutuhan bayinya.
Besarnya manfaat ASI tidak diimbangi oleh peningkatan perilaku pemberian ASI
dengan baik. Beberapa faktor diduga menjadi penyebab bayi tidak mendapatakan
ASI dengan baik salah satunya adalah faktor pengetahuan ibu, keengganan ibu
untuk menyusui karena rasa sakit saat menyusui, kelelahan saat menyusui, serta
1
kekhawatiran ibu mengenani perubahan payudara setelah menyusui. Faktor social
Menurut WHO, bagi bayi yang di beri susu selain ASI, mempunyai resiko
17 kali lebih terkena diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena
ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI. Oleh karena itu ibu
permasalahan yang di temukan pada ibu menyusui antara lain : ibu merasa bahwa
ASI nya tidak cukup bagi bayi nya dan ASI tidak keluar lancar pada hari pertama
kelahiran bayi, sehingga sekarang ini semakin banyak ibu menyusui memberikan
susu botol yang sebenarnya merugikan mereka sebagian ibu juga mungkin saja
terjadi kesulitan pengeluaran ASI karena lebih banyak ibu terpengaruh mitos
sejumlah besar perempuan, mereka menyusui bayinya hanya (42%) yang berusia
tahun 2013 menunjukkan bahwa bayi yang tidak di beri ASI eksklusif yaitu
2
(52,3%).Menurut provinsi hanya terdapat satu provinsi yang berhasil mencapai
target tertinggi yaitu provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar (84,7%) berhasil
provinsi Jawa Barat sebesar (21,8%), di provinsi Jawa Timur sendiri menempati
peringkat ke 4 cakupan pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar (74,5%). Hasil data
Kemenkes pada tahun 2015 cakupan bayi yang tidak di beri ASI secara eksklusif
usia kurang dari 6 bulan sebesar (50,5%) ini mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya. Di provinsi Jawa Timur sendiri ada sebesar (45,8%) bayi yang tidak
di berikan ASI secara eksklusif. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Madiun
cakupan bayi yang tidak di beri ASI secara eksklusif pada tahun 2014 yaitu
sebesar (47,16%) untuk tahun berikutnya yaitu tahun 2015 cakupan bayi yang
tidak di beri ASI eksklusif sebesar (30,39%). Sedangkan pada tahun 2016
sebanyak 80 orang ibu yang melahirkan secara normal pada bulan Februari 2018
dan ada sekitar 45 orang ibu postpartum mengalami masalah ASI nya susah
keluar pada hari-hari pertama setelah melahirkan. Ibu-ibu tersebut sempat bingung
dan mereka memberikan bayi nya susu formula terlebih dahulu karena ASI
mereka belum keluar. Mereka meminta solusi kepada petugas ruang nifas agar
ASI nya dapat keluar dengan lancar, dari study pendahuluan ini peneliti ingin
3
Untuk mendukung ibu menyusui secara eksklusif, Pemerintah mengatur
pemberiaan ASI secara eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk
menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia enam bulan. Upaya
pemerintah ini lantas mendapat sambutan positif dari dunia internasional, tetapi
setelah melahirkan terkadang ibu mengalami perubahan fisik dan psikologi yang
menyusui. Tidak semua ibu yang baru melahirkan langsung bisa mengeluarkan
ASI karena pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang komplek atara
rangsangan mekanik dan saraf. Produksi ASI dapat di pengaruhi oleh hormon
oksitosin akan keluar melalui rangsangan putting susu melalui isapan bayi atau
yaitu mulai dari cara tradisional sampai modern. Cara tradisional yaitu dengan
merebus daun katuk, merebus kunyit lalu di peras sarinya untuk dijadikan jamu,
4
mempunyai kandungan protein yang tinggi sehingga dapat melancarkan ASI,
dengan cara membayangkan bahwa seolah-olah ASI keluar deras), dan ada juga
Pijat oksitosin (Pemijatan sekitar tulang belakang), pijat oksitosin ini adalah salah
satu intervensi keperawatan untuk solusi bagi ibu postpartum yang mengalami
mengalirkan ASI untuk siap dihisap oleh bayi. Pijat oksitosin adalah pijat yang di
lakukan untuk merangsang reflek let down (pengaliran atau pelepasan ASI), selain
untuk merangsang reflek let down manfaat pijat oksitosin adalah untuk memberi
(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam, hal ini akan mempercepat kerja
sehingga hormone oksitosin keluar. Saat terjadi stimulasi hormon oksitosin, sel-
menyebabkan air susu keluar lalu mengalir dalam saluran kecil payudara sehingga
keluarlah tetesan air susu dari puting. Proses inilah yang di sebut reflek let
down(Depkes RI, 2009). Pijat Oksitosin dapat dilakukan oleh ayah bayi atau
nenek bayi dilakukan selama 2 kali sehari selama kurang lebih 3menit, efek
pemijatan dapat dilihat reaksinya setelah 6 sampai 12 jam pemijatan (Yohmi dan
Rusli, 2009).
5
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
kota Madiun tepatnya di RSUD Kota Madiun khususnya kepada ibu post partum
yang mengalami masalah ketidaklancaran ASI untuk di berikan kepada bayi nya
terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum di RSUD Kota Madiun.
di lalukan pijat oksitosin selama 3 menit pada ibu post partum di RSUD
Kota Madiun.
2. Untuk mengidentifikasi rerata produksi ASI pada ibu post partum sesudah
Kota Madiun.
6
3. Untuk mengidentifikasi rerata produksi ASI pada ibu post partumsebelum
Kota Madiun.
4. Untuk mengidentifikasi rerata produksi ASI pada ibu post partum sesudah
Kota Madiun.
dan sesudah dilakukan intervensi dengan durasi waktu yang berbeda yaitu
1. Bagi Peneliti
7
pengetahuan penulis tentang produksi ASI pada ibu dan penggunaan pijat
ASI.
kesehatan dan instansi kesehatan lainnya sebagai alah satu bekal dalam
4. Bagi Responden
atau orang lain secara rutin jika ASI sulit untuk keluar.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Pijat Oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari
daricostae 5-6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis
(Hamranani, 2013)
Pijat Oksitosin merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mempercepat
(vertebrae) sampai tulang costaeke 5-6. Pijat ini akan memberi rasa nyaman pada
Pijat Oksitosin adalah pemijatan yang dilakukan pada tuang belakang ibu
untuk meperlancar ASI. Pijat Oksitosin dapat ddilakukan oleh ayah bayi, setiap
Reflek Prolaktin
serabut saraf akan memacu hipofis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin
ke dalam aliran darah.Prolaktin memacu sel kalenjar untuk seresi ASI. Semakin
serig bayi menghisap makin banyak prolaktin di lepas oleh hipofise, makin
banyak pula ASI yang di produksi oleh sel kalenjar, sebaliknya berkurang isapan
9
bayi menyebabkan produsi ASI berkurang. Mekanisme ini di sebut
“supplyenddemand”. Efek lain dari prolaktin yang juga penting adalah menekan
fungsi indung telur (Ovarium). Efek penekanan ini pada ibu menyusui secara
kata lain, memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat menunda kehamilan
ReflekOksitosin
produksi oleh sumber pembuat susu, ASI akan di keluarkan dari sumber pembuat
susu dan dialirkan ke saluran susu. Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot
Rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf memacu hipofise posterior untuk
melepas hormon oksitosin dalam darah. Oksitoin memacu sel-sel mioepithel yang
mengelilingi alveoli dan duktus menuju sin dan puting. Dengan demikian sering
10
menyusui penting untuk pengosongan payudara agar tiak terjadi engorgement
adalah bahwa bayi tidak mendapatkan ASI cukup bila hanya mengandalkan reflek
Hormon ini akan menyebabkan sel-sel otot yang mengelilingi saluran pembuat
susu mengerut atau berkontraksi sehingga ASI terdorong keluar dari saluran
produksi ASI dan siap untuk di hisap oleh bayi, pijat oksitosin merupakan solusi
merangsang let down reflek. Manfaat pijat oksitosin juga memberi kenyamanan
11
2.1.3 Cara Melakukan Pijat Oksitosin
2. Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan erasaan baik tentang bayinya
1. Handuk bersih
4. Baby oil
12
Gambar 2.4 Posisi Telungkup di Kursi (www.slidesharenet.com)
2. Setelah itu di area tulang belakang pada leher, cari daerah dengan
kranglebi 1-2 jari dari titik tersebut, setelah itu bergeser ke kanan dan
perlahan ke arah bawah sampai ke batas garis bra ibu. Posisi jari
13
Gambar 2.5 Posisi tangan 1 pada saat pemijatan
(www.slidesharenet.com)
(Gambar 2.6)
(www.slidesharenet.com)
Menurut (Marmi, 2010) Pijat Oksitosin dapat diberikan pada saat minimal
2 jam setelah ibu ost partus atau pasca persalinan karena dengan dilakkan
cepat keluar.
14
Waktu pelaksanaan yang tepat untuk pijat oksitosin adalah sebelum
menyusui atau memerah ASI, lebih di sarankan. Saat pikiran ibu sedang pusing,
badan pegal-pegal pijat oksitosin dapat di lakukan kurang lebih 5 pemijatan saja
Oksitosin dapat dilakukan oleh ayah bayi atau nenek bayi dilakukan selama 2 kali
sehari pagi dan sore hari selama kurang lebih 3 menit efek pemijatan dapat dilihat
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan kompisi yang
tatalaksana menyusui yang benar. ASI sebgai bahan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan dan ketika
diberikan makanan padat dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih
(Soetjiningsih, 2008).
ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan oleh
kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik
bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung komposisi
nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi setiap saat, siap
disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi ( Wiji, R. N, 2013)
15
ASI merupakan makanan terbak bagi bayi, baik untuk kesehatan dan
tumbuh kembang bayi. ASI mempunyai komposisi yang kaya aa nutrisi seperti
kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen
ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI. Produksi prolaktin
menyebabakan kontraksi sel – sel myoepithel. Proses ini disebut juga sebagai
“refleks prolaktin” atau milk production reflect yang membuat ASI tersedia bagi
bayi. Dalam hari – hari dini, laktasi refleks ini tidak dipengaruhi oleh keadaan
emosi ibu.Nantinya, refleks ini dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ia
merasa takut, lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bila mersakan nyeri. Hisapan
bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus kesinus
khusus (sel – sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus
lactiferus. Kontraksi sel – sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli
melalui duktus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap,
16
ASI di dalam sinus tertekan keluar, kemulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini
dinamakan let down refleks atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down refleks
dapat dipacu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasaan dapat terjadi bila ibu
penting sekali bagi pemberian ASI yang baik. Tanpa pelepasan, bayi dapat
menghisap terus – menerus, tetapi hanya memperoleh sebagian dari ASI yang
tersedia dan tersimpan di dalam payudara. Bila pelepasaan gagal terjadi berulang
kali dan payudara berulang kali tidak dikosongkan pada waktu pemberian ASI,
refleks ini akan berhenti berfungsi dan laktasi akan berhenti. Cairan pertama yang
diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan adalah kolostrum yang mengandung
campuran yang kaya akan protein, mineral, dan antibodi, daripada ASI yang telah
“matur”. ASI mulai ada kira – kira pada hari yang ke – 3 atau ke – 4 setelah
kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI yang matur kira – kira 15 hari
sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah byi lahir dan bayi diperolehkan
sering menyusu maka proses produksi ASI akan meningkat (Sulistyawati, 2009).
1. Laktogenesis I
kental yang berwarna kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang
tinggi mencegah produksi ASI yang sebenarnya. Namun, hal ini bukan
17
sebelum bayinya lahir, hal ini bukan merupakan indikasi sedikit atau
2. Laktogenesis II
level prolaktin dalam darah akan meningkat dan memuncak dalam periode
memproduksi ASI.
3. Laktogenesis III
ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan
laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak di keluarkan payudara
18
2.2.4 Manfaat ASI
adalah:
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera
setelah bayi lahir. Badan bayi baru membuat zat kekebalan cukup
Kesenjangan akan berkurang bila bayi di beri ASI, karena ASI adalah
bayi dari berbagai penyakit infeksi dan diare. Zat kekebalan itu terdapat
dalam kolostrum.
19
c. ASI meningkatkan kecerdasan
Kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak maka jelas bahwa faktor
1) Taurin : suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat dalam ASI
pertumbuhan otak
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan
1) Bagi Ibu
20
Ini karena pada saat ibu menyusui terjadi peningkatan kadar
c) Menjarangkan kehamilan
Hal ini terjadi karena hisapan mulut bayi pada putting susu ibu
ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan
d) Mengecilkan rahim
sebelumnya.
21
g) Memberi kepuasan bagi ibu
2) Bagi keluarga
a) Aspek ekonomi
b) Aspek psikologi
c) Aspek kemudahan
dan kapan saja. Keluarga atau ibu tidak perlu repot menyiapkan
3) Bagi negara
menurun.
22
b) Menghemat devisa negara
bangsa.
karet. ASI bersuhu alami, segar bebas bakteri, maka tak perlu
bakar.
23
2.2.5 Komposisi ASI
Komposisi ASI ternyata tidak sama dan tidak konstan dari waktu ke
keadaan nutrisi dan diit ibu. Adapun zat gizi yang terdapat dalam ASI adalah :
1. Karbohidrat
diperlukan bagi pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi pada masa
bayi.
2. Protein
Protein utama dalam ASI adalah air dadih. Mudah dicerna, air dadih
menjadi kerak lembut dan siap diserap ke dalam aliran darah bayi.
3. Lemak
Lemak dalam ASI merupakan sumber kalori yang utama bagi bayi. Salah
perkembangan normal sistem saraf bayi yang meliputi otak. Asam lemak
24
otak dan syaraf yang sehat. Asam lemak poli tak jenuh, seperti docosa
4. Vitamin
a. Vitamin A
pertumbuhan.
b. Vitamin D
c. Vitamin E
merah.
d. Vitamin K
Vitamin yang larut dalam air yang terdapat dalam ASI adalah vitamin
25
5. Mineral
Mineral yang terdapat dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan
yang terdapat dalam ASI antara lain kalsium, kalium, natrium dari asam
6. Air
Air merupakan bahan pokok terbesar dari ASI sekitar 88%. Air
a. Faktor Bifidus
saluran cerna.
b. Immunoglobulin
26
dan Ig E. Ig A merupakan immunoglobulin utama dalam ASI, yang
dalam ASI dalam jumlah 300 kali lipat daripada yang terdapat dalam
d. Aktivitas limfosit-makrofag
di dalam bayi.
27
2.2.6 Jenis ASI Berdasarkan Stadium Laktasi
1. Kolostrum
ASI yang matur. Disekresi pada hari ke-4 sampai hari ke-10 dari
masa laktasi. Pada masa ini, kadar karbohidrat dan lemak yang tinggi
28
3. Air susu matur
sama setiap waktu. Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila pengisapan
puting susu cukup adekuat, maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI.
Produksi ASI akan optimal setelah hari ke 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan
bulan pertama karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu akan menurun
sekitar 400-600 ml/hari dan akan menjadi 300-500 ml pada usia setelah satu tahun
usia bayi sehingga kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan
volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penghisapan
oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Konsumsi ASI selama satu
kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran
payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi,
29
Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan
sendiri atau self demand feeding. Pemberian ASI yang tidak dibatasi ini akan
harus menyusui bayinya bila bayinya menangis bukan karena sebab lain atau ibu
sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu
payudara sekitar 5-7 menit. Rata-rata bayi menyusu selama 5-15 menit, walaupun
terkadang lebih dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.
Rentang yang optimal dalam menyusu adalah antara 8 hingga 12 kali setiap hari.
Tiap kali menyusu, bayi hendaknya menyusu pada kedua payudara secara
produksi ASI. Dengan demikian bayi bisa tumbuh optimal, masalah putting susu
dan payudara berkurang, durasi menyusui pun bertambah panjang. Ibu perlu
memahami bahwa dengan semakin bertambahnya umur bayi, jarak antara waktu
2.3.1 Pengertian
30
Masa Nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara
1. Puerpenium Dini
Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah
40 hari.
2. Puerpenium Intermedial
3. Puerpenium Remote
Waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
31
Fase ini terjadi mulai dari plasenta lahir hingga 24 jam. Pada masa ini,
Fase ini berlansung antara 24 jam – seminggu. Pada tahap ini, ahli
Fase ini berlangsung selam satu sampai lima minggu. Pada periode
dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktor-faktor berikut ini (Sinclair,
2009) :
1. Laktogenesis
32
prolaktin. Produksi susu berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses
2. Produksi susu
3. Ejeksi susu
4. Kolostrum
33
bilirubin darah. Kolostrum secara bertahap berubah menjadi susu ibu
5. Susu ibu
Air susu ibu yng lebih awal keluar mengandung lebih sedikit lemak
dan mengalir lebih cepat daripada susu yang keluar pada bagian akhir
menyusui. Air susu ibu pada saat menjelang akhir pemberian makan,
susu ini lebih putih dan mengandung lebih banyak lemak. Kandungan
lemak yang lebih tinggi ini memberikan rasa puas pada bayi.
Bayi baru lahir yang cukup bulan dan sehat memiliki tiga refleks yang
2. refleks mengisap yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu
3. refleks menelan yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menelan areola,
34
Menurut (Wiknjosastro, 2009) Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi
umtuk menyesuaikan dengan kondisi post partum. Organ-organ tubuh ibu yang
a. Involusi Uterus
Fundus Uteri).
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Hari
b. Lochea
berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap
1) Lochea Rubra
35
Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke 4 masa post
2) Lochea Sanguinolenta
3) Lochea Serosa
4) Lochea Alba
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini
c. Perubahan Vagina
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali dalam keadaan tidak hamil
36
dan rugae dalam vagina berangsur-angsur akan muncul kembali,
d. Perubahan Perineum
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post
hamil.
aktivitas tubuh.
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang
air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan
37
Setelah melahirkan volume darah akan bertambah, sehingga akan
Pada masa nifas tanda tanda vital yang harus di kaji adalah :
a. Suhu badan
Dalam 1 hari post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5ºC -
38ºC) akibat dari kerja keras saat melahirkan. Biasanya pada hari ke 2
suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan ASI. Bila suhu
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut
nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang
c. Tekanan Darah
38
2.3.5 Perubahan Psikis Masa Nifas
ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani,
perubahan tersebut berupa perubahan emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini
menjadi periode kerentanan pada ibu post partum, karena periode ini
penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri atas 3 fase yaitu :
1. Fase Taking In
hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada
Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka
jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini
Fase ini berlansung 3-10 hari hari setelah melahirkan, pada fase ini ibu
3. Fase Letting Go
39
Fase ini yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya.
oleh ibu, ibu juga memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan
kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat
kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh
kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi
akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, serta kebiasaan makan
air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
status gizi baik rata –rata memproduksi ASI sekitar 800 cc yang
mengandung 600 kal, sedangkan ibu yang status gizi nya kurang biasanya
40
akan sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah penting, karena
bayi akna tumbuh sempurna sebagai manusia yang sehat dan pintar, sebab
2. Energi
menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kal. Jika laktasi berlangsung
selama lebih dari 3 bulan,selama itu pula berat badan ibu akan menurun,
tambahan kalori terebut, sebesar 700 kal sementara sisanya ( sekitar 200
kal) diambil dari cadagan indogen yaitu timbunan lemak selama hamil.
makanaan yang dianjurkan (500 kal) hanya akan menjadi energi ASI
sebesar 500 kal. Untuk menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan energi 680
memberikan ASI, berat badan ibu akan kembali normal dengan cepat.
3. Kalori
susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding
selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan
nutrisibaik adalah 70 kal atau 100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh
ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-
41
kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan
cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri
susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin,
4. Karbohidrat
yang ada dalam jumlah lebih besar dibandingkan dalam susu sapi. Laktosa
5. Protein
ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500kal yang
yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani
dan protein nabati. Protein hewani antara lain : telur, daging, ikan, udang,
42
kerang, susu, dan keju. Sementara itu, protein nabati banyak terkandung
6. Cairan
Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu
menyusui dianjurkan minum 2-3 liter/hari dalam bentuk air putih, susu,
dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Mineral,
air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit
pengatur hal tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-
buahan segar. Selain itu nutrisi ibu membutuhkan banyak cairan seperti air
minum. Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam ).
7. Zat besi
Pil zat besi (fe) harus diminum, untuk menambahkan zat gizi
8. Lemak
metabolisme tubuh. Beberapa vitamin dan mineral yang ada pada air susu
43
menurun kandungannya dalam makanan adalah Vit B6, As.folat, kalsium,
seng, dan magnesium. Kadar Vit B6, tiamin dan As.folat dalam air susu
dalam tubuh ibu dan mempengaruhi kesehatan ibu maupun bayi. Sumber
10. Ambulasi
mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya
ibu post partum terlentang ditempat tidurnya selama 7-14 jam setelah
melahirkan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-48 jam post partum. Ambulasi perlu dilakukan agar tidak terjadi
diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke wc dengan dibantu, satu atau dua
jam setelah melahirkan secara normal. Sebelum waktu ini, Ibu diminta
untuk melakukan latihan menarik nafas yang dalam serta latihan tungkai
yang sederhana dan harus duduk serta mengayunkan tungkainya dari tepi
44
sensibilitas yang total harus dilakukan dahulu sebelum ambulasi dimulai.
Setelah itu Ibu bisa pergi ke kamar mandi. Dengan begitu sirkulasi darah
bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari
kedua Ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga Ibu telah dapat
Ibu boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada
c. Kondisi tubuh akan cepat pulih jika Ibu melakukan mobilisasi dengan
benar dan tepat. Tidak cuma itu, sistem sirkulasi di dalam tubuh pun
45
d. Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena bisa
membebani jantung.
46
BAB III
variabel baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti. (Nursalam, 2013).
Post Partum
Faktor-Faktor yang
Refleks pembentukan dan pengeluaran ASI
mempengaruhi produksi
ASI:
1. Anatomis payudara Reflek prolaktin & Let down refleks
2. Psikologis
3. Pola istirahat
Produksi ASI
4. Faktor isapan bayi
5. Inisiasi Menyusui Dini
6. Konsumsi rokok dan
alkohol
LANCAR Keluar sedikit/ TIDAK LANCAR (tidak
(keluarbanyak) Merembes keluar sama sekali)
1. ASI lancar
2. Jumlah volume ASI meningkat
Pijat Oksitosin
3 MENIT
5 MENIT
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Pengaruh
Gambar 3.1 : Kerangka konseptual pengaruh waktu pemberian pijat Oksitosin terhadap
kelancaran ASI pada ibu post partum.
46
Pada ibu post partum terjadi pelepasan hormon yaitu hormon Oksitosin
hormon yang dikeluarkan oleh kalenjar hipofise yang menyebabkan kalenjar susu
pengeluaran ASI pada ibu post partum, tetapi tidak semua ibu post partum dapat
lancar dalam memproduksi ASI. Dalam masalah yang saya ambil ada beberapa
Pola istirahat, Faktor isapan bayi, Inisiasi Menyusui Dini, Konsumsi rokok dan
alkohol. Ada beberapa ibu post partum yang tidak lancar dalam pemberian ASI ,
klien akan di berikan pijatan untuk merangsang pengeluaran ASI yaitu dengan
pijat Oksitosin. Dengan waktu yang berikan yaitu 3 menit dan 5 menit dengan
waktu tercepat yang dapat memperlancar ASI dan dapat menghasilkan jumlah
3.2 Hipotesis
(Arikunto, 2008). Berdasarkan konsep teori yang ada, maka hipotesis yang
H1 : Ada pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Kelancaran ASI pada ibu post
partum.
47
BAB 4
METODE PENELITIAN
adalah two group pre-post test design without control group, dimana pada
Keterangan :
48
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien post partum normal
RSUD kota Madiun sebanyak 225 pada 1 bulan terakhir yaitu bulan Februari 2018
mengalami permasalahan ASI tidak lancar pada ibu postpartum normal sekitar 45
orang.
4.2.2 Sampel
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
49
= 42 orang
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 42 orang yang dibagi
penambahan jumlah sampel agar besar sampel tetap terpenuhi dengan rumus
berikut :
n’ =
= 23
Keterangan :
50
4.2.3 Kriteria Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu post partus yang memenuhi
1. Kriteria inklusi
a. Ibu postpartumnormal
d. Ibu post partum normal yang ASI nya tidak keluar sama sekali
2. Kriteria Ekslusi
51
4.3 Tehnik Sampling
metode purposive sampling disebut juga judgement sampling yaitu suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang
(Nursalam, 2016).
52
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi:
Seluruh ibu post partum normal yang mengalami ketidaklancaran ASI di ruang Nifas
RSUD Kota Madiun yang berjumlah 46 responden
Sampel:
Ibu post partum normal di ruangNifas RSUD Kota Madiun yang memenuhi kriteria
inklusi berjumlah 23 responden untuk masing-masing kelompok intervensi
Sampling:
Purposive sampling
Desain Penelitian:
Quasi Eksperimen dengan rancangan
“Two Group Pretest dan Posttest”
Pengumpulan data :
Lembar Observasi
Pengolahan data :
Analisa Data:
Uji Wilcoxon & Mann Whitney U Test
53
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelancaran ASI pada ibu
postpartum.
Skala
Variabel Definisi Operasional Parameter Cara Ukur Alat Ukur
Data
Skor
Independent: tindakan pemijatan Memberikan Responden diberi SOP - -
Pijat tulang belakang terapi pijat Terapi Pijat
Oksitosin mulai dari dari costae oksitosin Oksitosin dengan
5-6 sampai scapula terhadap ibu waktu yang berbeda
yang akan post partum yaitu
mempercepat kerja 1. Melakukan 3 menit dan 5 menit
saraf parasimpatis pemijatan
untuk menyampaikan sepanjang
perintah ke otak tulang
bagian belakang. belakang.
2. Tekan dengan
kuat
membentuk
gerakan
lingkaran
kecil dengan
kedua ibu jari
Dependent: Banyaknya ASI yang Jumlah cc/ml Responden memijat Gelas Rasio Pengel
Pengeluaran di keluarkan ibu ASI ibu payudara sampai ukur/dot uaran
ASI Postpartum postpartumyang ASI terlihat keluar bayi ukuran ASI per
di keluarkan dan memasukkan kecil dan cc/ml
ke dot kecil untuk Lembar
dilihat ml/cc nya Observasi
54
4.6 Instrumen Penelitian
gunakan dalam dalam penelitian ini adalah Baby Oil dan handuk kecil/washlap
pengeluaran ASI, Gelas ukur/dot bayi ukuran kecil, dan lembar observasi
pengeluaran ASI. Sebelum di lakukan pijat oksitosin ibu di lakukan pijat ASI
terlebih dahulu untuk mengetahuli berapa cc/ml ASI yang keluar, setelah itu
terasa kosong dan di bandingkan dengan hasil sebelum di lakukan terapi Pijat
Oksitosin.
1. Lokasi penelitian
55
4.8 Proses Pengumpulan Data
3. Meminta surat ijin kepada Kepala Ruang Nifas RSUD Kota Madiun
7. Memberikan Pijat Oksitosin pada ibu post partum hari ke-2 dengan waktu
berbeda selama 3 menit dan ada juga yang di berikan pijatan 5 menit,
pijatan di berikan sehari 2x pada pagi hari dan sore hari kemudian di
observasi selama 2 hari berturut-turut pagi dan sore lalu di data di lembar
56
4.9 Tehnik Analisa Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses dan
dianalisis secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut di tabulasi dan
pengolahandata :
1. Editing
Editing adalah data yang terkumpul, baik data kualitatif maupun data
kuantitatif harus dibaca sekali lagi untuk memastikan apakah data tersebut
2. Coding
a) Umur
1 : <20 tahun
2 : 20 – 35 tahun
3 : >35 tahun
b) Hari Nifas
57
c) Persalinan Keberapa
1 : Persalinan ke- 1
2 : Persalinan ke-2
d) Pendidikan
e) Pekerjaan
1 : Bekerja
2 : Tidak Bekerja
3. Tabulating
terakhir dari penelitian ini adalah melakukan analisa data. Selanjutnya data
efektif mana antara pemberian pijat oksitosin selama 3 – 5 menit dan 5 – 10 menit
terhadap kelancaran ASI pada ibu postpartum. Analisa data dalam penelitian ini
meliputi :
58
1. Analisa Univariat
penelitian ini yaitu : usia, pekerjaan, hari nifas ke, persalinan ke dan
2. Analisa Bivariat
kelancaran ASI pada ibu post partum di RSUD Kota Madiun. Skala
Data yang diperoleh adalah data pretest dan posttest serta dianalisis
kesalahan α 0,05.
artinya membandingkan rata – rata nilai pretest dan rata – rata nilai
Pamungkas (2016) uji Paired t-Test ini adalah uji parametik yang
59
normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data yang kita miliki
uji Paired t-Test, jika data tidak valid untuk digunakan, sehingga
dan 2 menggunakan uji Independent t-test dilihat nilai p value dari dua
signifikan, namun jika nilai p > 0,05 maka tidak ada perbedaan yang
manusia tidak terlepas dari etika atau nurani. Demikian juga dalam kegiatan
manusia lain sebagai objek penelitian yang tidak terlepas dari etika sopan santun.
Dalam hubungan dari kedua belah pihak masing – masing terikat dalam hak dan
60
attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian meskipun mungkin
penelitian yang akan dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi
2. Informed Consent
responden penelitian.
61
BAB V
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang berjudul “Efektifitas
Durasi Waktu Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Post
Partum di RSUD Kota Madiun” pada tanggal 23 Mei – 24 Juni 2018 dari jumlah
Pemerintah Kota Madiun yang terletak di Jl. Campursari No 12b Madiun. RSUD
Kota Madiun dibanggun pada tahun 2004 dan mulai beroperasi pada tahun 2005
yang tercatat sebagai rumah sakit negeri tipe C. Masyarakat madiun tentunya
sudah tidak asing dan menyebutnya dengan Rumah Sakit Sogaten karena terletak
memiliki 217 tempat tidur yang terdiri dari 14 tempat tidur VIP, 36 tempat tidur
kelas I, 32 tempat tidur kelas II,85 tempat tidur kelas III, 6 tempat tidur di ICU, 10
tempat tidur di HCU, 16 tempat tidur di IGD, 11 tempat tidur di kamar Bersalin, 5
tempat tidur di kamar operasi, 2 tempat tidur di ruang isolasi. Sedangkan jumlah
dokter.
Nifas/Bougenville terdiri dari kelas I yang ada 2 ruangan, kelas II berisi 2 tempat
62
tidur, ruang kelas III berisi 13 tempt tidur dan ruang observasi berisi 8 tempat
tidur,1 ruang memandikan dan menimbang bayi, 20 keranjang tidur bayi, 2 lemari
normal dan ASI ibu yang tidak keluar ber jumlah 46 responden. Pertama – tama
peneliti menjelaskan bahwa pasien akan diberikan terapi pijat oksitosin yang
untuk diberikan terapi pijat oksitosin tersebut, lalu peneliti memijat payudara
responden agar dilihat volume ASI nya sebelum di lakukan pijat oksitosin, setelah
mengetahui volume ASI peneliti mulai melakukan pijat oksitosin terhadap ibu
post partus tersebut. Selesai pemijatan peneliti kembali memijat payudara ibu post
partus untuk melihat jumlah volume ASI lagi apakah ada pengaruh dan
63
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa ibu post partum normal
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa ibu post partum
64
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa ibu post partumsebagian
ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data khusus yang meliputi
jumlah volume ASI sebelum diberikan pijat oksitosin selama 3 menit dan 5 menit,
dan jumlah volume ASI sesudah pemberian pijat oksitosin selama 3 menit dan 5
menit dan keefektifan pemberian pijat oksitosin terhadap ibu post partum di ruang
nifas/bougenville RSUD Kota Madiun. Hasil dari lembar observasi yang didata
oleh peneliti sebelum di berikan pijat oksitosin selama 3 menit dan 5 menit
didapatkan dari 46 responden rerata produksi ASI ibu post partum hanya sebesar
menunjukan sebelum dan sesudah dilakukan pijat oksitosin selama 3 menit dan 5
menit didapatakan hasil α < 0,05 atau nilai data tidak lebih dari 0,05 data yang
5.3.1 Tingkat Produksi Volume ASI pada Ibu post partum Sebelum
Diberikan Terapi Pijat Oksitosin Selama 3 Menit
Tingkat produksi ASI pada Ibu post partum sebelum di berikan terapi pijat
Tabel 5.4 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat produksi volume ASIpada Ibu
post partum sebelum di berikan terapi pijat oksitosin selama 3 menit
di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun.
Volume ASI sebelum di Mean Median Modus Min Max Std. Deviasi
berikan terapi pijat
1,260 1,000 1,00 1,00 2,00 0,365
Oksitosin selam 3 menit
Sumber :Data primer, hasil olah data responden tahun 2018 menggunakan SPSS 16.0
65
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa tingkat rerata produksivolume
ASI sebelum diberikan terapi pijat oksitosin selama 3 menit pada ibu post
partumadalah sebesar 1,260 ml dengan nilai tengah 1,000 dan nilai yang sering
munculnya 1,00 sedangkan nilai tertinggi sebesar 2,00 dan nilai terendahnya 1,00.
Tingkat produksi ASI pada Ibu post partum sesudah di berikan terapi pijat
Tabel 5.5 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat produksi volume ASIpada Ibu
post partum sesudah di berikan terapi pijat oksitosin selama 3 menit di
Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun.
Volume ASI sesudah di Mean Median Modus Min Max Std deviasi
berikan terapi pijat Oksitosin
6,934 7,000 7,00 5,00 9,00 1,121
selam 3 menit
Sumber :Data primer, hasil olah data responden tahun 2018 menggunakan SPSS 16.0
ASI sesudah diberikan terapi pijat oksitosin selam 3 menit pada ibu post
partumadalah sebesar 6,934 dengan nilai tengah 7,000 dan nilai yang sering
munculnya 7,00 sedangkan nilai tertinggi sebesar 9,00 dan nilai terendahnya 5,00.
5.3.3 Tingkat Produksi Volume ASI pada Ibu post partum Sebelum
Diberikan Terapi Pijat Oksitosin Selama 5 Menit
Tingkat produksi ASI pada Ibu post partum sebelum di berikan terapi pijat
66
Tabel 5.6 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat produksi volume ASI pada Ibu
post partum sebelum di berikan terapi pijat oksitosin selama 5 menit
di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun.
Volume ASI sebelum di Std.
Mean Median Modus Min Max
berikan terapi pijat Deviasi
Oksitosin selam 5 menit 1,434 1,500 1,50 1,00 2,00 0,378
Sumber :Data primer, hasil olah data responden tahun 2018 menggunakan SPSS 16.0
ASI sesudah diberikan terapi pijat oksitosin selam 5 menit pada ibu post partum
adalah sebesar 1,434 dengan nilai tengah 1,500 dan nilai yang sering munculnya
1,50 sedangkan nilai tertinggi sebesar 2,00 dan nilai terendahnya 1,00. Rentang
5.3.4 Tingkat Produksi Volume ASI Pada Ibu post partum Sesudah
Diberikan Terapi Pijat Oksitosin Selama 5 Menit
Tingkat produksi ASI pada Ibu post partum sesudah di berikan terapi pijat
Tabel 5.7 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat produksi volume ASIpada Ibu
post partum sesudah di berikan terapi pijat oksitosin selama 5 menit di
Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun.
Volume ASI sesudah di Mean Median Modus Min Max Std deviasi
berikan terapi pijat Oksitosin
9,913 10,000 9,00 8,50 12,00 1,062
selam 5 menit
Sumber :Data primer, hasil olah data responden tahun 2018 menggunakan SPSS 16.0
ASI sesudah diberikan terapi pijat oksitosin selam 5 menit pada ibu post partum
adalah sebesar 9,913 dengan nilai tengah 10,000 dan nilai yang sering munculnya
9,00 sedangkan nilai tertinggi sebesar 12,00 dan nilai terendahnya 8,50. Rentang
67
5.3.5 Pengaruh Sesudah Pemberian Pijat Oksitosin Pada Ibu post partum
Selama 3 Menit dan 5 Menit Terhadap volume ASI
post partum di ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun. Dapat dilihat pada
Tabel 5.8 Analisa Pengaruh Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran ASI
Pada Ibu Post Partum di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota
Madiun.
Pemberian Mean Median Modus Min Max Std devisiasi Wilcoxon
sesudah terapi ρ – value
3 menit 6,934 7,000 7,00 5,00 9,00 1,121 0,000
5 menit 9,913 10,000 9,00 8,50 12,00 1,062 0,000
Mann – Whitney ρ – value = 0,000
Sumber : Hasil Olah Data Responden tahun 2018 Di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota
Madiun Menggunakan SPSS 16.0
selama 3 menit mempunyai nilai rata – rata produksi ASI 6,934 dan mempunyai
nilai tertinggi 9,00 sedangkan nilai terkecil yaitu 5,00. Hasil uji statistik
pemberian pijat oksitosin selama 5 menit mempunyai nilai rata – rata produksi
ASI 9,913 dan mempunyai nilai tertinggi 12,00 sedangkan nilai terkecil 8,50.
Hasil uji statistik mengunakan Wilcoxon diperoleh nilai ρ=(0,000) α < (0,05). Hal
ini secara statistik H1 diterima dan H0 ditolak, yang berarti ada pengaruh antara
jumlah volume ASI pada ibu post partum di Ruang Nifas/Bougenville RSUD
Kota Madiun.
68
Tabel 5.9 Analisa Pengaruh Pemberian Pijat Oksitosin
TerhadapKelancaran ASI Pada Ibu Post Partum di Ruang
Nifas/BougenvilleRSUD Kota Madiun.
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Sebelum Pemberian pijat oksitosin 23 20,50 471,50
selama 3 menit
Pemberian pijat oksitosin 23 26,50 609,50
selama 5 menit
Total 46
Sesudah Pemberian pijat oksitosin 23 12,28 282,50
selama 3 menit
Pemberian pijat oksitosin 23 34,72 798,50
selama 5 menit
Total 46
Sumber : Hasil Olah Data Responden tahun 2018 Di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota
Madiun Menggunakan SPSS 16.0
3 menit. Hal ini dapat dilihat dari kolom Sum of Ranks yang menunjukkan setelah
Berdasarkan tabel 5.10 juga dapat dilihat, selisih waktu pemberian pijat
oksitosin pada ibu post partum nilai pada kolom Sum of Ranks yang terbesar
69
5.4 Pembahasan
Berdasarkan penelitian tabel 5.4 dan tabel 5.6 dijelaskan bahwa rerata
tingkat produksi ASI pada ibu post partum di ruang nifas/bougenville di Ruang
Bersalin RSUD Kota Madiun sebelum diberikan terapi pijat oksitosin selama 3
menit yaitu 1,260 ml sedangkan pasien yang akan diberikan terapi pijat oksitosin
selama 5 menit rerata produksi ASI sebesar 1,434. Hal ini disebabkan karena di
pengaruhi oleh kondisi psikis ibu dan makanan yang di konsumsinya serta
kurangnya ibu mendapatkan edukasi supaya jumlah ASI banyak. Oleh karena itu,
ibu tidak boleh merasa stress dan gelisah secara berlebihan. Keadaan ini sangat
berpengaruh terhadap jumlah volume ASI pada minggu pertama saat menyusui
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan kompisi yang
tatalaksana menyusui yang benar. ASI sebagai bahan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan dan ketika
diberikan makanan padat dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih
(Soetjiningsih, 2008).
Menurut Robbin (2011), Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi ibu
70
pemroduksi/pembuat ASI sedangkan pekerjaan mempengaruhi keefektifan waktu
pemberian ASI yang penting bagi bayi sedangkan dukungan keluarga akan
Sebagian besar ibu juga tidak tahu tentang cara agar ASI mereka bisa lancar
sebagian ibu merasa jika ASI mereka tidak keluar akan mengganti dengan susu
formula.
besar usia ibu post partum 20-35 tahun sebanyak 39 orang. Hal ini sejalan dengan
teori Johnson Ruth (2010) bahwa pada usia 20 tahun keatas produksi hormon
ASI) sedang bekerja dengan baik sehingga ibu post partum pada usia tersebut
dalam pengeluaran ASI nya dapat lancar jika mendapat rangsangan dengan baik.
responden. Hal ini sama dengan pendapat Notoadmojo (2010) bahwa tingkat
informasi terutama dalam hal yang berhubungan dengan kesehatan dan hal ini
Karakteristik pekerjaan responden pada tabel 5.3 diketahui pada ibu post
(2010), bahwa bekerja umumnya adalah kegiatan yang menyita waktu sehingga
ibu menyusuitidak bisa dengan efektif memberikan ASI kepada bayinya, sehingga
71
produksi ASI tidak lancar karena bayinya jarang menyusu yang mengakibatkan
Menurut asumsi peneliti bahwa rerata jumlah volume ASI ibu sedikit
sebelum diberikan terapi pijat oksitosin karena ada beberapa hal yang
mempengaruhi yaitu keadaan psikis ibu, stress dan gelisah hal ini akan
menghambat kerja hormon prolaktin dan oksitosin sehingga ASI hanya keluar
sedikit, maka dri itu ibu post partum yang mengalami ketidaklancaran ASI harus
mendapatkan intervensi agar ASI dapat keluar lancar. Ada beberapa faktor lain
yang menyebabkan ASI susah keluar yaitu usia, pendidikan serta dukungan
sebagian besar ibu post partum berusia 20-35 tahun pada usia tersebut produksi
hormon oksitosin dan prolaktin sedang bekerja dengan baik apabila ibu
semakin tinggi pendidikan ibu maka akan mempengaruhi informasi yang akan di
karena ibu akan lebih merasa nyaman dan senang jika suami ikut serta memberi
Berdasarkan penelitian tabel 5.5 dan 5.7 pada kolom setelah diberi terapi
pijat oksitosin dijelaskan bahwa produksi ASI ibu post partum setelah diberikan
terapi pijat oksitosin selama 3 menit yaitu rerata produksi ASI nya 6,934 ml.
72
Sedangkan rerata pengeluaran ASI setelah di berikan pijat oksitosin selama 5
menit 9,913 ml. Hal ini menunjukkan bahwa dengan di berikan pijat oksitosin
akan lebih memperlancar produksi ASI pada ibu post partum. Dengan di lakukan
pijat oksitosin pada punggung ibu memberikan kenyaman serta ketenangan pada
ibu. Secara fisiologis hal tersebut merangsang refleks oksitosin atau refleks let
ASI mengalir dari alveoli ke duktus melalui sinus dan puting kemudian siap di
hisap oleh bayi. Seperti yang di ungkapkan Mardyaningsih (2010) bahwa dengan
di lakukan pijat oksitosin ibu akan merasa rileks, lebih nyaman, kelelahan setelah
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan Rusdiati
(2014) dengan judul “Pengaruh Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas Terhadap
menggunakan SPSS 16.0 di temukan ρ - value 0,000 < α 0,05 atau (5%) yang
artinya adanya pengaruh pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap pengeluaran ASI.
waktu yang berbeda yaitu 3 menit dan 5 menit ibu post partum mengalami
peningkatan jumlah produksi ASI, karena dengan pemberian terapi pijat oksitosin
ibu akan merasa rileks dan merasa nyaman sehingga dapat merangsang hormon
oksitosin dan prolaktin bekerja dengan optimal, semakin sering ibu di lakukan
73
pijat oksitosin dan semakin sering si bayi menyusu pada ibu, maka produksi ASI
5.4.3 Pengaruh Waktu Pemberian Terapi Pijat Oksitosin Pada Ibu Post
Partum Di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun
pijat oksitosin selama 3 menit dan 5 menit pada ibu post partum di Ruang
Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun. Dari analisis data yang diperoleh oleh
peneliti pada 46 orang ibu post partum. Pada awal diberikan terapi pijat oksitosin
selama 3 menit rata – rata produksi ASI nya adalah 1,260 ml. Setelah diberikan
terapi pijat oksitosin selama 3 menit produksi ASI meningkat menjadi rata – rata
6,934 ml. Berdasarkan dari uji Wilcoxon pembanding keputusan dengan tingkat
kesalahan 0,05 diperoleh sig (0,000) ɑ < 0,05. Kesimpulan dari uji Wilcoxon
adalah terdapat pengaruh antara pemberian pijat oksitosin sebelum dan setelah
pada ibu post partum. Sedangkan pemberian terapi pijat oksitosin pada ibu post
berikan terapi pijat oksitosin 1,434 ml setelah di berikan terapi pijat oksitosin
pengeluaran ASI meningkat menjadi 9,913 ml. Berdasarkan dari uji Wilcoxon
pembanding keputusan dengan tingkat kesalahan 0,05 diperoleh sig (0,000) ɑ <
0,05. Kesimpulan dari uji Wilcoxon adalah terdapat pengaruh antara pemberian
pijat oksitosin pada ibu post partum terhadap tingkat produksi ASI.
produksi ASI. Untuk melihat keefektifan waktu pijat oksitosin dapat dilihat dari
tabel 5.9 bahwa selisih antara kelompok 3 menit dan kelompok 5 menit
74
oksitosin selama 5 menit, nilai pada kelompok setelah di lakukan pijatan selama 5
pijat oksitosin selama 5 menit dapat meningkatkan produksi ASI lebih cepat pada
ibu post partum karena semakin lama durasi waktu pijatan ibu akan merasa
semakin rileks dan nyaman sehingga hormon prolaktin dan oksitosin akan bekerja
Hal ini telah di buktikan dalam penelitian di tahun 2000, Journal of the
Medical Association menjelasakan tentang hasil study pijat oksitosin bahwa ibu-
ibu post partum yang mengalami ketidaklancaran ASI lebih merasa rileks dan
nyaman saat dilakukan pijat oksitosin di bandingkan dengan di berikan terapi lain
mengeluarkan ASI. Pijat oksitosin dilakukan pada ibu setelah melahirkan juga
dapat meningkatkan produksi ASI lebih banyak karena semakin lama durasi
pemberian pijat oksitosin ibu post partum akan semakin rileks dan dapat dengan
cepat merangsang hormon oksitosin dan prolaktin sehingga ASI dapat keluar
75
dapat menjadi solusi dalam penyelesaian masalah ketidaklancaran ASI pada ibu
2. Ibu Muda yang kurang kooperative dan tidak bisa diajak kerjasama pada
menit jadi belum diketahui wajtu yang paling optimal untuk pijat oksitosin
76
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
ASI pada ibu post partum di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun
setelah dilakukan terapi Pijat Oksitosin selama 3 menit dan 5 menit dengan nilai
(p=0,000).
1. Reratatingkat produksi ASI ibu post partum sebelum di berikan terapi Pijat
2. Rerata tingkat produksi ASI ibu post partum sesudah di berikan terapi
Pijat Oksitosin dengan durasi waktu selama 3 menit yaitu sebesar 6,934
ml.
3. Rerata tingkat produksi ASI ibu post partum sebelum di berikan terapi
Pijat Oksitosin dengan durasi waktu selama 5 menit yaitu sebesar1,434 ml.
4. Rerata tingkat produksi ASI ibu post partum sesudah di berikan terapi
Pijat Oksitosin dengan durasi waktu selama 5 menit yaitu sebesar 9,913
ml.
77
6.2 Saran
Peneliti menyarankan pijat oksitosin dapat dijadikan solusi untuk ibu post
salah satu solusi untuk mengatasi masalah ASI yang tidak lancar .
lain dengan metode yang lain pada ibu post partum dari segi faktor yang
akan datang.
78
bidang maternitas, yaitu tentang pemberian intervensi pijat oksitosin
79
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Kota Madiun. 2014. Profil Kesehatan Kota Madiun. Madiun: Dinkes Kota
Madiun
________________. 2015. Profil Kesehatan Kota Madiun. Madiun: Dinkes Kota
Madiun
________________. 2016. Profil Kesehatan Kota Madiun. Madiun: Dinkes Kota
Madiun
Hegar, 2008. Bedah ASI Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia Balai Penerbit FKUI pp.
Hegar, 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (askeb 3). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Johnson, Ruth. 2010. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
80
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “PuerperiumCare”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Roesli, & Ummah, F. 2014. Pijat Oksitosin untuk Mempercepat Pengeluaran ASI
pada Ibu Pasca Salin Normal di Dusun Sono Seda Ketanen Kecamatan
Panceng Gresik. Vol.02. No XVII. Juni 2014. Diakses pada tanggal 20
Februari 2018
Varney, H., 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.
WABA, 2009. The firstHoer Save ONE MillionBabies, Action Folder. World
BreastfeedingWeek (WBW), www.waba.org. Diakses pada tanggal 15
Februari 2018
Wiji, R.N. 2013. Asi dan Panduan Ibu Menyusui: Yogyakarta. Nuha Medika.
Yohmi, E., & Roesli, U. 2009. Pijat Oksitosin Guna Kelancaran ASI pada Ibu
Menyusui. http://health.detik.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2018.
81
Lampiran 1
82
Lampiran 2
83
Lampiran 3
84
Lampiran 4
85
Lampiran 5
Kepada
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Progam Studi
kesediaan saudara untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan
saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan sangat kami jaga dan
86
Lampiran 6
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang diperlukan dengan sebenar-
keperluan.
Madiun, 2018
Peneliti Responden
Saksi
( )
87
Lampiran 7
“PIJAT OKSITOSIN”
Pre Interaksi
4. Cuci tangan
Tahap Orientasi
Interaksi
88
9. Jaga privasi responden. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
10. Anjurkan responden untuk membuka baju dan bra sebelum di lakukan
pijat
11. Pijat kedua sisi tulang belakang responden dengan Baby oil
menggunakan dua kepalan tangan dan ibu jari menunjuk kedepan
12. Tekan dengan kuat, membentuk gerakan lingkaran kecil dengan kedua
ibu jari
13. Gosok kearah bawah dua sisi tulang belakang, pada saat yang sama,
pijat dari leher kearah tulang belikat. Untuk waktu 3 menit pengulangan
sebanyak 4 kali dan untuk waktu 5 menit pengulangan sebanyak 8 kali
15. Jika responden merasa tekanan pada saat di lakukan pijat kurang kuat,
tekan lebih kuat punggung responden
Terminasi
Dokumentasi
89
Lampiran 8
LEMBAR OBSERVASI
A. Identitas Responden
1. No Responden :
2. Nama Responden :
3. Umur :
4. Hari Nifas ke :
5. Persalinan ke :
6. Pendidikan :
Pendidikan Menengah
(SMA/SLTA SEDERAJAT)
PERGURUAN TINGGI
(DIPLOMA/SARJANA)
7. Pekerjaan :
Bekerja
Tidak Bekerja
90
B. Observasi Pengeluaran ASI Menggunakan Gelas Ukur
Observasi dilakukan dengan melihat jumlah ASI yang keluar
menggunakan pompa ASI dan dilihat volume ASI nya Sebelum dan
Sesudah di lakukan Pijat Oksitosin.
Tanggal Pelaksanaan :
WAKTU HASIL
HARI
PIJAT
KE SEBELUM SESUDAH
OKSITOSIN
91
LAMPIRAN 9
95
HASIL TABULASI DATA PEMBERIAN PIJAT OKSITOSIN SELAMA 5 MENIT
93
LAMPIRAN 10
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Statistics
N Valid 46 46 46
Missing 0 0 0
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
94
2 39 84.8 84.8 95.7
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
95
HASIL ANALISA STATISTIK MENGGUNAKAN UJI WILCOXON DAN
MANN WHITNEY U- TEST
Statistics
N Valid 23 23 23 23
Missing 0 0 0 0
sebelum_terapi_3menit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
sesudah_terapi_3menit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
96
sebelum_terapi_5menit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
sesudah_terapi_5menit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Descriptive Statistics
Ranks
Total 23
97
sebelum_terapi_5menit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
c. sesudah_terapi_3menit = sebelum_terapi_3menit
b
Test Statistics
sesudah_terapi_
3menit -
sebelum_terapi_
3menit
a
Z -4.214
Descriptive Statistics
Ranks
Total 23
c. sesudah_terapi_5menit = sebelum_terapi_5menit
b
Test Statistics
98
sesudah_terapi_
5menit -
sebelum_terapi_
5menit
a
Z -4.222
Ranks
Total 46
Total 46
a
Test Statistics
sebelum_diberi_t sesudah_diberi_t
erapi erapi
Z -1.650 -5.697
Ranks
Total 46
a
Test Statistics
Selisih
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 277.000
Z -5.824
99
sebelum_terapi_5menit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
100
LAMPIRAN 11
JADWAL KEGIATAN
1. Pengajuan judul
3. Ujian proposal
4. Revisi proposal
5. Penelitian
7. Bimbingan skripsi
8. Ujian skripsi
101
Lampiran 12
DOKUMENTASI
102
Lampiran 13
103
104
105