Anda di halaman 1dari 126

SKRIPSI

EFEKTIFITAS DURASI WAKTU PEMBERIAN PIJAT OKSITOSIN


TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU POST PARTUM
DI RSUD KOTA MADIUN

Oleh :

DELLA SEKAR YUVENTHIA


NIM : 201402065

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018

i
SKRIPSI

EFEKTIFITAS DURASI WAKTU PEMBERIAN PIJAT OKSITOSIN


TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU POST PARTUM
DI RSUD KOTA MADIUN

Diajukan untuk memenuhi


Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :
DELLA SEKAR YUVENTHIA
NIM : 201402065

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018

ii
PERSETUJUAN

Laporan Skripsi ini telah disetujui


oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang

SKRIPSI

EFEKTIFITAS DURASI WAKTU PEMBERIAN PIJAT


OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU
POST PARTUM DI RSUD KOTA MADIUN

Menyetujui, Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Sesaria Betty M.,S.Kep.,Ns.,M.Kes) (Riska Ratnawati.,S.KM.,M.Kes)


NIS.20150124 NIS.20070040

Mengetahui,

Ketua Program Studi Keperawatan

(Mega Arianti Putri. S.Kep.,Ns., M.Kep)


NIS.20130092

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (Skripsi) dan

dinyatakan telah memenuhi syarat gelar (S.Kep)

Pada Tanggal : Agustus 2018

Dewan Penguji :

1. Ketua Dewan Penguji

Mertisa Dwi Klevina, S.ST.,M.Kes : ........................................

2. Penguji 1

Sesaria Betty Mulyati, S.Kep.,Ners.,M.Kes : .......................................

3. Penguji 2

Riska Ratnawati, S.KM. M.Kes : .......................................

Mengesahkan

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Ketua,

Zainal Abidin, SKM.,M.Kes (Epid)

NIS. 20160130

iv
PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim........

 Puji syukurku panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan

Kekuatan dan Kesabaran dalam menyelesaikan tugas akhir ini (SKRIPSI)

Karya kecil ini saya persembahkan untuk :

 Kepada kedua orang tua kuBpk.Yussak Krismanto dan Ibu Henny, mbak

Debi, dek Derry, dek Tiara yang tak pernah lelah menyayangiku,

menasehatiku, mendukungku dan selalu memberi motivasi untuk tetap

bersemangat dalam masa-masa kuliah yang ku tempuh.

 Dosen pembimbing dan penguji Ibu Mertisa Dwi Klevina S.ST.,M.Kes,

Ibu Sesaria Betty Mulyati S.Kep.,Ners.,M.Kes, Ibu Riska Ratnawati

S.KM., M.Kes. Terimakasih banyak untuk waktu, nasehat dan arahan yang

kalian berikan kepada saya hingga selesainya Skripsi ini.

 Untuk teman-teman STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

yang tersayang dan tercinta, khususnya Ermi S.Kep, Binti S.Kep, Wenda

S.Kep, Herlina S.Kep, Indah Budi S.Kep, Aprillia S.Kep, Frida S.Kep, dan

teman-teman keperawatan 8B dan 8A terimakasih atas segala dukungan

dan semangat yang telah kalian berikan.

v
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Della Sekar Yuventhia

NIM : 201402065

Judul : Efektifitas Durasi Waktu Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap

Kelancaran ASI Pada Ibu Post Partum di RSUD Kota Madiun.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini berdasarkan pemikiran

dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain, saya akan

mencantumkan sumber yang jelas.

Demikian pernyataan itu saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan dari ketidakbenaran dalam pernyataan

ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik dan sanksi lain sesuai dengan

peraturan yang berlaku di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan

dari pihak manapun.

Madiun, 25 Juli 2018

Della Sekar Yuventhia

201402065

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Della Sekar Yuventhia


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 01 Juni 1996
Agama : Islam
Email : dellayuventhia01@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. Lulus Dari Pendidikan TK Taman Indria Kota Madiun Tahun 2002
2. Lulus Dari Sekolah Dasar Negeri 01 Winongo Kota Madiun Tahun 2008
3. Lulus Dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Kota Madiun Tahun
2011
4. Lulus Dari Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Kota Madiun Tahun 2014
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun 2014-
sekarang

vii
ABSTRAK

EFEKTIFITAS DURASI WAKTU PEMBERIAN PIJAT OKSITOSIN


TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU POST PARTUM
DI RSUD KOTA MADIUN

Della Sekar Yuventhia

105 Halaman+ 13 Tabel+ 13 Lampiran

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah bagi bayi dengan kandungan gizi
paling sesuai untuk pertumbuhan optimal. Namunpada sebagian ibu tidak dapat
memberikan ASI eksklusif karena alasan ASI tidak keluar atau hanya keluar sedikit.
Salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran ASI pada ibu post partumdengan
pemberian pijat oksitosin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui waktu yang tepat untuk
mempercepat pengeluaran produksi ASI pada ibu post partum di RSUD Kota Madiun.
Jenis penelitian ini menggunakan Quasy Eksperiment dengan two group pre-post
test design. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 46responden,masing-masing kelompok
sebanyak 23 ibu post partum. Tehnik sampling menggunakan Purposive Sampling.
Pengumpulan data menggunakan Lembar Observasi, analisa data menggunakan
ujiWilcoxon dan Mann Whitney.
Hasil analisa statistik uji Wilcoxon pada kelompok waktu 3 dan 5 menit di
dapatkannilaiρ-value = 0,000 < ɑ = 0,05 yang berarti ada pengaruh terhadap pemberian
pijat oksitosin terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum,.Berdasarkan uji Mann
Whitney kedua kelompok di peroleh ρ-value 0,000< ɑ 0,05 dan di dapatkan selisih rata-
rata posttest pijat oksitosin selama 3 menit 277.00 sedangkan pemberian pijat oksitosin
selama 5 menit 804.00, ini menunjukkan bahwa pemberian pijat oksitosin selama 5 menit
lebih efektif.
Dengan hal ini pemberian pijat oksitosin dengan waktu 5 menit lebih efektif dan
untuk melancarkan ASI dibandingkan pemberian pijat oksitosin dengan waktu 3 menit,
karena pemijatan dengan waktu yang lama ibu akan semakin merasa rileks sehingga
hormon oksitosin bekerja dengan optimal. Dari hasil penelitian ini pijat oksitosin dengan
waktu 5 menit dapat di jadikan solusi untuk ibu postpartum yang mengalami masalah
ketidaklancaran ASI.

Kata Kunci : ASI, Pijat Oksitosin, Ibu Post Partum

viii
ABSTRACT

EFFECTIVENESS OF THE DURATION THE OXYTOCIN MASSAGE TO THE


SMOOTNESS OF BREAST MILK IN POST PARTUM MOTHERSIN RSUD
MADIUN CITY

Della Sekar Yuventhia

105 Page+ 13 Table+ 13 Appendix

Breast milk (ASI) displaces natural nutrients for infants with the most
appropriate nutrional concent for optimal growth. However in some mothers can’t give
exclusive breast milk for reasons of breat milk not out or just a little out.One of the
solutions to overcome breast milk is not smooth on post partum mother with the giving of
the Oxytocin Massage. The purpose of this research to determine the right time to
accelerate the production of breast milk in post partum mothers in RSUD Madiun City.
This type of research used Quasy Experiment with Two Group PrePost Test
design. Samples in this research were 46 respondents each group 23 post partum
mothers. Sampling technique using Purposive Sampling, data collection using
Observation Sheets. Data analysis using Wilcoxon and Mann Whitney test.
The result of statistical analysis of Wilcoxon test in time group of 3 minutes and 5
minutes got ρ-value = 0,000 < ɑ = 0,05 which means there is influene to the smootness
of breast milk in post partum mothers. Based on Mann Whitney test both groups obtained
ρ-value = 0,000 < ɑ = 0,05 and got difference of posttest average of oxytocin massage
for 3 minutes 277,00 while giving the oxytocin massage for 5 minutes is more effective.
With this massage of oxytocin with a time of 5 minutes is more effective and to
launch breast milk than a massage with oxytocin with 3 minutes, because massage with a
long time the mother will feel more relaxed so that the hormone oxytocin works optimally.
From the results of this research, oxytocin massage with a time of 5 minutes can be made
a solution for post partum mothers who experience problems of breast milk insufficiency.

Keywords : Breast Milk, Oxytocin Massage, Post Partum Mothers

ix
DAFTAR ISI

Sampul Depan .................................................................................................... i


Sampul Dalam .................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................ iii
Lembar Pengesahan ............................................................................................ iv
Persembahan ....................................................................................................... v
Pernyataan ........................................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vii
Abstrak ................................................................................................................ viii
Abstract ............................................................................................................... ix
Daftar Isi.............................................................................................................. x
Daftar Tabel ........................................................................................................ xiii
Daftar Gambar ..................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran .................................................................................................. xv
Daftar Singkatan.................................................................................................. xvi
Daftar Istilah........................................................................................................ xvii
Kata Pengantar .................................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pijat Oksitosin
2.1.1 Pengertian Pijat Oksitosin ......................................................... 9
2.1.2 Refleks Yang Mempengaruhi Kerja ASI .................................. 9
2.1.3 Cara Melakukan Pijat Oksitosin................................................ 12
2.2 Konsep ASI (Air Susu Ibu)
2.2.1 Pengertian ASI (Air Susu Ibu) .................................................. 15
2.2.2 Fisiologi Laktasi ........................................................................ 16
2.2.3 Proses Pembentukan Laktogen ................................................. 17
2.2.4 Manfaat ASI .............................................................................. 19
2.2.5 Komposisi ASI .......................................................................... 24
2.2.6 Jenis ASI Berdasarkan Stadium Laktasi ................................... 28
2.2.7 Volume Produksi ASI ............................................................... 29
2.2.8 Lama Dan Frekwensi Menyusui ............................................... 29
2.3 Konsep PostPartum( Masa Nifas)
2.3.1 Pengertian PostPartumdan Masa Nifas .................................... 30
2.3.2 Tahapan Masa Nifas .................................................................. 31
2.3.3 Proses Laktasi ........................................................................... 32

x
2.3.4 Perubahan Fisiologi Masa Nifas..................... .......................... 34
2.3.5 Perubahan Psikis Masa Nifas .................................................... 38
2.3.6 Kebutuhan Dasar Masa Nifas ................................................... 39

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN


3.1 Kerangka Konseptual .............................................................................. 46
3.2 Hipotesa Penelitian .................................................................................. 47
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 48
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi ..................................................................................... 49
4.2.2 Sampel ....................................................................................... 49
4.2.3 Kriteria Sampel ......................................................................... 51
4.3 Teknik Sampling ..................................................................................... 52
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ...................................................................... 53
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Indentifikasi Variabel ................................................................ 54
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ................................................... 54
4.6 Instrumen Penelitian
4.6.1 Jenis Instrumen ......................................................................... 55
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................... 55
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 56
4.9 Pengolahan dan Analisa Data
4.9.1 Pengolahan Data .......................................................................... 57
4.9.2 Analisa Data ................................................................................ 58
4.10 Etika Penelitian ..................................................................................... 60
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian ........................................................... 62
5.2 Karakteristik Responden ......................................................................... 63
5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................... 63
5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ................... 64
5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ....................... 64
5.3 Data Khusus ............................................................................................ 65
5.3.1 Tingkat Produksi Volume ASI Sebelum Diberikan Terapi
Pijat Oksitosin Selama 3 Menit ................................................. 65
5.3.2 Tingkat Produksi Volume ASI Sesudah Diberikan Terapi
Pijat Oksitosin Selama 3 Menit ................................................... 66
5.3.3 Tingkat Produksi Volume ASI Sebelum Diberikan Terapi
PijatOksitosin Selama 5 Menit .................................................... 66
5.3.4 Tingkat Produksi Volume ASI Sesudah Diberikan Terapi
PijatOksitosin Selama 5 Menit .................................................... 67
5.3.5 Pengaruh Sesudah Pemberian Pijat Oksitosin Pada Ibu
PostPartum Selama 3 Menit dan 5 Menit Terhadap Volume
ASI............................................................................................... 68

xi
5.4 Pembahasan ............................................................................................. 70
5.4.1 Tingkat Produksi ASI Sebelum Diberikan Terapi
PijatOksitosin Selama 3 Menit Dan 5 Menit Pada Ibu Post
Partum Di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun ........... 70
5.4.2 Tingkat Produksi ASI Setelah Diberikan Terapi Pijat Oksitosin
Selama 3 Menit Dan 5 Menit Pada Ibu Post Partum Di Ruang
Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun ......................................... 73
5.4.3 Pengaruh Waktu Pemberian Terapi Pijat Oksitosin Pada Ibu
Post Partum Di Ruang Nifas/Bougenville Di RSUD Kota
Madiun ........................................................................................... 74
5.5 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 76
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 77
6.2 Saran ......................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80
LAMPIRAN ...................................................................................................... 82

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel2.1 Tabel Tinggi FundusUteri dan Berat Uterus..............................35


Tabel 4.1 Skema Penelitian .......................................................................48
Tabel 4.2 Definisi Operasional..................................................................54
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarakan Usia Ibu Post
Partum di RSUD Kota Madiun……………………………… 63
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Ibu Post Partum di RSUD Kota Madiun…………………….. 64
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Ibu Post Partum di RSUD Kota Madiun……………………… 64
Tabel 5.4 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat Produksi ASI pada ibu
Post Partum sebelum diberikan terapi pijat 3 menit…………… 65
Tabel 5.5 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat Produksi ASI pada ibu
Post Partum sesudah diberikan terapi pijat 3 menit…………… 66
Tabel 5.6 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat Produksi ASI pada ibu
Post Partum sebelum diberikan terapi pijat 5 menit……………. 66
Tabel 5.7 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat Produksi ASI pada ibu
Post Partum sesudah diberikan terapi pijat 5 menit…………….. 67
Tabel 5.8 Analisa Efektifitas waktu pemberian Pijat Oksitosin Terhadap
Kelancaran ASI Pada Ibu post partum…………………………. 68
Tabel 5.9 Analisa rata-rata tingkat produksi ASI sebelum dan sesudah
Dilakukan Pijat Oksitosin 3 menit dan 5 menit………………… 69
Tabel 5.10 Analisa selisih waktu pijat oksitosin antara 2 kelompok terapi
Pijat Oksitosin………………………………………………….. 69

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Refleks Prolaktin ............................................................... 10


Gambar 2.2 Refleks Oksitosin............................................................... 11
Gambar 2.3 Posisi Telungkup di Meja .................................................. 12
Gambar 2.4 Posisi Telungkup di Kursi ................................................. 13
Gambar 2.5 Posisi Tangan 1 Pada Pijat Oksitosin ................................ 14
Gambar 2.6 Posisi Tangan 2 Pada Pijat Oksitosin ................................ 14
Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................. 46
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ................................................. 53

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Pencarian Data Awal dari STIKES


BHAKTI HUSADA MULIA Madiun ke Dinkes .............. 82
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian dari STIKES BHAKTI
HUISADA MULIA Madiun ke BANKESBANGPOL ..... 83
Lampiran 3 Surat pengantar penelitiann dari BANKESBANGPOL
ke RSUD Kota Madiun ..................................................... 84
Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian dari RSUD Kota Madiun ........... 85
Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden ........................ 86
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden .......................... 87
Lampiran 7 Standart Operasional Prosedur (SOP) ............................... 88
Lampiran 8 Lembar Observasi .............................................................. 90
Lampiran 9 Hasil Tabulasi Data ........................................................... 91
Lampiran 10 Hasil Uji Statistik .............................................................. 94
Lampiran 11 Jadwal Kegiatan ................................................................ 101
Lampiran 12 Dokumentasi ...................................................................... 102
Lampiran 13 Lembar Bimbingan Skripsi................................................ 103

xv
DAFTAR SINGKATAN

AA :ArachidonicAcid
ASI :Air Susu Ibu
DINKES :Dinas Kesehatan
DHA :DocosahexaenoicAcid
EQ :EmotionalQuotient
IMD :Inisiasi Menyusui Dini
IQ :IntelligenceQuotient
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SQ :Spiritual Quotient
WHO :World HealthOrganization

xvi
DAFTAR ISTILAH

Alfa Laktabumin : Protein yang terkandung dalam ASI


Alveoli : Kantung kecil di dalam paru-paru
Clitoris : Organ seksual wanita
Colin : Zat gizi/Nutrisi
DocosahexaenoicAcid : Asam lemak
E. Colli : Spesies utama bakteri
Engorgement : Payudara Membengkak
Epitel : Selaput lendir
Fagosit : Penggolongan sel darah putih
Galaktoda : Gula alami yang terdapat pada susu
Hipofisis : Kalenjar penghasil hormon
Immunoglobin : Protein dalam cairan darah
Lactobacillus : Bakteri dalam usus/vagina manusia
Laktoferin : Protein pada susu
Laktoperoksidae : Enzim pada susu
Laktosa : Kandungan dalam susu
LetDown Refleks : Reflek yang membantu pengeluaran
Limfosit Makrofag : Bagian dari darah putih
Lochea : Gumpalan darah nifas
Lysozyme : Antiseptik kimia
Mioephithel : Sel kalenjar
Mucus : Dahak/lendir
Muskular : Jaringan otot
Nekrotik : Jaringan mati
Neorotransmitter : Saraf pembawa pesan ke otak
Polisakarida : Karbohidrat yang terbuat dari gula

xvii
PostPartum : Masa setelah melahirkan
Puerpenium : Masa pemulihan setelah melahirkan
Septicemia : Peradangan seluruh tubuh karena infeksi
Staphylococci : Bakteri yang menyerang tulang dan otot
Steroid : Senyawa organik lemak sterol
Umbilikus : Tali pusat
Uretra : Lubang kemih
Vagus : Saraf untuk berbicara dan menelan
Vertebrae : Tulang Punggung

xviii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Efektifitas Durasi Waktu Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap
Kelancaran ASI Pada Ibu PostPartumdi RSUD Kota Madiun” dengan baik.
Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan
moral kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Zaenal Abidin, SKM.,M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami
untuk mengikuti dan menyelesaikan proposal ini.
2. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Mertisa Dwi Klevina, SST.M.Kesselaku Dewan Penguji dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Sesaria Betty Mulyati, S.Kep.,Ns.M.Kesselaku dosen pembimbing 1 yang
telah sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
serta memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan saran yang sangat berguna
bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.
5. Riska Ratnawati, S.KM.M.Kesselaku dosen pembimbing 2 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan dalam memberikan
saran, arahan, motivasi, yang sangat berguna bagi penulis selama penyusunan
skripsi ini.
6. Semua dosen dan para staf administrasi maupun non administrasi STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah membantu penulis dalam proses
belajar selama menempuh pendidikan.
7. Seluruh Staf dan Karyawan RSUD Kota Madiunkhusunya Kepala Ruang
Nifas/Bougenvilleyang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk
melakukan penelitian.

xix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. AamiinyaaRobbalAllamin.
WassalamualaikumWr.Wb

Madiun, 25 Juli 2018

Peneliti

Della Sekar Yuventhia


NIM. 201402065

xx
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Modal dasar pembentukan manusia berkualitas di mulai sejak bayi dalam

kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama

pemberian ASI eksklusif. Menyusui telah di kenal dengan baik sebagai cara untuk

melindungi, meningkatkan dan mendukung kesehatan bayi dan anak usia dini.

ASImemelihara pertumbuhan perkembangan otak bayi, sistem kekebalan,

fisiologi tubuh secara optimal, dan merupakan faktor vital untuk mencegah

penyakit terutama diare dan infeksi saluran nafas. ASI adalah makanan terbaik

dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan suatu proses alamiah,namun sering

ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini sebelum

usia bayi enam bulan (Soetjiningsih, 2008).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah bagi bayi dengan

kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal (Hegar, 2008). Oleh

karena itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar setiap

bayi baru lahir mendapatakan ASI secara eksklusif selama enam bulan, namun

pada sebagian ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena alasan ASI nya tidak

keluar atau hanya keluar sedikit sehingga tidak memenuhi kebutuhan bayinya.

Besarnya manfaat ASI tidak diimbangi oleh peningkatan perilaku pemberian ASI

dengan baik. Beberapa faktor diduga menjadi penyebab bayi tidak mendapatakan

ASI dengan baik salah satunya adalah faktor pengetahuan ibu, keengganan ibu

untuk menyusui karena rasa sakit saat menyusui, kelelahan saat menyusui, serta

1
kekhawatiran ibu mengenani perubahan payudara setelah menyusui. Faktor social

budaya, kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan sekitar dalam proses

menyusui juga sangat berpengaruh terhadap kelancaran ASI. Kurangnya

pendidikan kesehatan mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan produksi

ASI turut mempengaruhi pengetahuan ibu primipara yang dapat menyebabkan

kurangnya volume ASI (Lubis, 2013).

Menurut WHO, bagi bayi yang di beri susu selain ASI, mempunyai resiko

17 kali lebih terkena diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena

ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI. Oleh karena itu ibu

memerlukan bantuan agar proses menyusui ASI eksklusif berhasil. Banyak

permasalahan yang di temukan pada ibu menyusui antara lain : ibu merasa bahwa

ASI nya tidak cukup bagi bayi nya dan ASI tidak keluar lancar pada hari pertama

kelahiran bayi, sehingga sekarang ini semakin banyak ibu menyusui memberikan

susu botol yang sebenarnya merugikan mereka sebagian ibu juga mungkin saja

terjadi kesulitan pengeluaran ASI karena lebih banyak ibu terpengaruh mitos

sehingga ibu tidak yakin bisa memberikan ASI pada bayinya.

Menurut data WHO tahun 2016 masih menunjukkan rata-rata angka

pemberian ASI eksklusif didunia baru berkisar (38%). Di Indonesia meskipun

sejumlah besar perempuan, mereka menyusui bayinya hanya (42%) yang berusia

dibawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Berdasarkan hasil Riskesdas

tahun 2013 menunjukkan bahwa bayi yang tidak di beri ASI eksklusif yaitu

sebesar(65,5%) dari 3 tahun sebelumnya yaitu 2010 sebesar (53,3%). Menurut

Kemenkes 2014 cakupan bayi yg tidak di beri ASI eksklusifsebesar

2
(52,3%).Menurut provinsi hanya terdapat satu provinsi yang berhasil mencapai

target tertinggi yaitu provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar (84,7%) berhasil

memberikan ASI eksklusif untuk bayinya, sedangkan yang terendah berada di

provinsi Jawa Barat sebesar (21,8%), di provinsi Jawa Timur sendiri menempati

peringkat ke 4 cakupan pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar (74,5%). Hasil data

Kemenkes pada tahun 2015 cakupan bayi yang tidak di beri ASI secara eksklusif

usia kurang dari 6 bulan sebesar (50,5%) ini mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya. Di provinsi Jawa Timur sendiri ada sebesar (45,8%) bayi yang tidak

di berikan ASI secara eksklusif. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Madiun

cakupan bayi yang tidak di beri ASI secara eksklusif pada tahun 2014 yaitu

sebesar (47,16%) untuk tahun berikutnya yaitu tahun 2015 cakupan bayi yang

tidak di beri ASI eksklusif sebesar (30,39%). Sedangkan pada tahun 2016

cakupan bayi yang tidak mendapatkanASI eksklusif yaitu sebesar (55,80%).

Hasil study pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kota Madiun ada

sebanyak 80 orang ibu yang melahirkan secara normal pada bulan Februari 2018

dan ada sekitar 45 orang ibu postpartum mengalami masalah ASI nya susah

keluar pada hari-hari pertama setelah melahirkan. Ibu-ibu tersebut sempat bingung

dan mereka memberikan bayi nya susu formula terlebih dahulu karena ASI

mereka belum keluar. Mereka meminta solusi kepada petugas ruang nifas agar

ASI nya dapat keluar dengan lancar, dari study pendahuluan ini peneliti ingin

meneliti “Efektifitas Durasi Waktu Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap

Kelancaran ASI Pada Ibu PostPartum di RSUD Kota Madiun”.

3
Untuk mendukung ibu menyusui secara eksklusif, Pemerintah mengatur

tentang pemberian ASI dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2012 tentang

pemberiaan ASI secara eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk

menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia enam bulan. Upaya

pemerintah ini lantas mendapat sambutan positif dari dunia internasional, tetapi

kenyataannya realisasi dari peraturan pemerintah tersebut masih kurang.

Faktor masalah dalam pemberian ASI dapat berupa faktor psikologis

setelah melahirkan terkadang ibu mengalami perubahan fisik dan psikologi yang

mengakibatkan perubahan pada psikisnya. Kondisi ini dapat mempengaruhi

proses laktasi. Fakta menunjukkan bahwa cara kerja hormone oksitosin di

pengaruhi oleh kondisi psikologis. Persiapan ibu secara psikologis sebelum

menyusui merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan dalam

menyusui. Tidak semua ibu yang baru melahirkan langsung bisa mengeluarkan

ASI karena pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang komplek atara

rangsangan mekanik dan saraf. Produksi ASI dapat di pengaruhi oleh hormon

prolaktin sedangkan pengeluaran di pengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon

oksitosin akan keluar melalui rangsangan putting susu melalui isapan bayi atau

yang disebut Inisiasi Menyusui Dini (Waba, 2009).

Saat ini seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan beberapa

metode dikembangkan untuk mengatasi masalah ketidaklancaran pengeluaran ASI

yaitu mulai dari cara tradisional sampai modern. Cara tradisional yaitu dengan

merebus daun katuk, merebus kunyit lalu di peras sarinya untuk dijadikan jamu,

atau dengan memakan berbagai macam jenis kedelai, kedelai di percaya

4
mempunyai kandungan protein yang tinggi sehingga dapat melancarkan ASI,

sedangkan cara modern sekarang sudah banyak diterapkan yaitu dengan

Breastcare (pijat payudara), Hypno-Breastfeeding (Motivasi pikiran bawah sadar

dengan cara membayangkan bahwa seolah-olah ASI keluar deras), dan ada juga

Pijat oksitosin (Pemijatan sekitar tulang belakang), pijat oksitosin ini adalah salah

satu intervensi keperawatan untuk solusi bagi ibu postpartum yang mengalami

ketidaklancaran pengeluaran ASI.Metode pijatan ini dapat memicu langsung kerja

hormonoksitosin yaitu hormon yang berperan untuk mengeluarkan atau

mengalirkan ASI untuk siap dihisap oleh bayi. Pijat oksitosin adalah pijat yang di

lakukan untuk merangsang reflek let down (pengaliran atau pelepasan ASI), selain

untuk merangsang reflek let down manfaat pijat oksitosin adalah untuk memberi

rasa nyaman pada ibu.Pemijatan dilakukan pada sepanjang tulang belakang

(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam, hal ini akan mempercepat kerja

saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang

sehingga hormone oksitosin keluar. Saat terjadi stimulasi hormon oksitosin, sel-

sel alveoli di kalenjar payudara berkontraksi dengan adanya kontraksi

menyebabkan air susu keluar lalu mengalir dalam saluran kecil payudara sehingga

keluarlah tetesan air susu dari puting. Proses inilah yang di sebut reflek let

down(Depkes RI, 2009). Pijat Oksitosin dapat dilakukan oleh ayah bayi atau

nenek bayi dilakukan selama 2 kali sehari selama kurang lebih 3menit, efek

pemijatan dapat dilihat reaksinya setelah 6 sampai 12 jam pemijatan (Yohmi dan

Rusli, 2009).

5
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di

kota Madiun tepatnya di RSUD Kota Madiun khususnya kepada ibu post partum

yang mengalami masalah ketidaklancaran ASI untuk di berikan kepada bayi nya

yang baru lahir.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana efektifitas durasi waktu pemberian pijat oksitosin terhadap kelancaran

ASI pada ibu post partum di RSUD Kota Madiun

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi pengaruh durasi waktu pemberian pijat oksitosin

terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum di RSUD Kota Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi rerata produksi ASI pada ibu post partumsebelum

di lalukan pijat oksitosin selama 3 menit pada ibu post partum di RSUD

Kota Madiun.

2. Untuk mengidentifikasi rerata produksi ASI pada ibu post partum sesudah

di lakukan pijat oksitosin dengan durasi waktu selama 3 menit di RSUD

Kota Madiun.

6
3. Untuk mengidentifikasi rerata produksi ASI pada ibu post partumsebelum

di lakukan pijat oksitosin dengan durasi waktu selama 5menit di RSUD

Kota Madiun.

4. Untuk mengidentifikasi rerata produksi ASI pada ibu post partum sesudah

di lakukan pijat oksitosin dengan durasi waktu selama 5menit di RSUD

Kota Madiun.

5. Untuk menganalisa efektifitas waktu pemberian pijat oksitosin sebelum

dan sesudah dilakukan intervensi dengan durasi waktu yang berbeda yaitu

3 menit dan 5 menit

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan pengetahuan

tentangpengaruh pijat oksitosin terhadap kelancaran produksi ASI.

2. Sebagai masukan terhadap pengembangan pengetahuaan yang

terkaitdengan pengaruh pijat oksitosin terhadap kelancaran ASI.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Mengaplikasikan ilmu yang di peroleh dalam perkuliahan khususnya di

bidang aplikasi penelitian serta memberi bahan masukan dan perbandingan

bagi pengaplikasian lanjut yang serupa, penulis di harapkan mampu

memberikan tambahan data baru yang relevan terkait dengan pijat

oksitosin terhadap kelancaran ASI sehingga dapat meningkatkan

7
pengetahuan penulis tentang produksi ASI pada ibu dan penggunaan pijat

ASI.

2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini di harapkan mampu memberikan informasi kepada tenaga

kesehatan dan instansi kesehatan lainnya sebagai alah satu bekal dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya produksi ASI pada

ibu, dengan memberikan pijat ASI.

3. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi institusi untuk pengembangan pendidikan di

masa yang akan datang dan menambah literatur perpustakaan.

4. Bagi Responden

Menjadi sumber informasi dan wawasan baru terhadap solusi pada

permasalahanmengenai pengeluaran ASI. Selain itu juga, ibu diharapkan

mampu menerapkan pijat oksitosin di rumah dengan bantuan ayah bayi

atau orang lain secara rutin jika ASI sulit untuk keluar.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pijat Oksitosin

2.1.1 Pengertian

Pijat Oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari

daricostae 5-6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis

untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar

(Hamranani, 2013)

Pijat Oksitosin merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mempercepat

dan memperlancar ASI yaitu dengan pemijatan sepanjang tulang belakang

(vertebrae) sampai tulang costaeke 5-6. Pijat ini akan memberi rasa nyaman pada

bu setelah mengalami proses persalinan sehinggatidak menghambat sekresi

hormon prolaktin dan oksitosin (Roesli dan Ummah,2014).

Pijat Oksitosin adalah pemijatan yang dilakukan pada tuang belakang ibu

untuk meperlancar ASI. Pijat Oksitosin dapat ddilakukan oleh ayah bayi, setiap

hari sebanyak 2x.

2.1.2 Reflek Yang Mempengaruhi Kerja ASI

Reflek Prolaktin

Reflek pembentukan atau produsi ASI. Rangsangan isapan bayi melalui

serabut saraf akan memacu hipofis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin

ke dalam aliran darah.Prolaktin memacu sel kalenjar untuk seresi ASI. Semakin

serig bayi menghisap makin banyak prolaktin di lepas oleh hipofise, makin

banyak pula ASI yang di produksi oleh sel kalenjar, sebaliknya berkurang isapan

9
bayi menyebabkan produsi ASI berkurang. Mekanisme ini di sebut

“supplyenddemand”. Efek lain dari prolaktin yang juga penting adalah menekan

fungsi indung telur (Ovarium). Efek penekanan ini pada ibu menyusui secara

eksklusif adalah memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Dengan

kata lain, memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat menunda kehamilan

(Depkes RI, 2008).

Gambar 2.1 Refleks Prolaktin (www.slidplayerinfo.com)

ReflekOksitosin

Reflek pengaliran atau pelepasan ASI (LetDownReflek). Setelah di

produksi oleh sumber pembuat susu, ASI akan di keluarkan dari sumber pembuat

susu dan dialirkan ke saluran susu. Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot

halus disekitarkalenjar payudara mengerut sehinga memeras ASI untuk keluar.

Penyebab otot-otot itu mengerut adalah suat hormon yang dinamaanoksitosin.

Rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf memacu hipofise posterior untuk

melepas hormon oksitosin dalam darah. Oksitoin memacu sel-sel mioepithel yang

mengelilingi alveoli dan duktus menuju sin dan puting. Dengan demikian sering

10
menyusui penting untuk pengosongan payudara agar tiak terjadi engorgement

(payudara bengkak), tetapi justru memeperlancar pengeluaran ASI.Selain itu

oksitosin berperan juga memacu kontraksi otot rahim, sehingga mempercepat

keluarnya plasenta dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. Hal penting

adalah bahwa bayi tidak mendapatkan ASI cukup bila hanya mengandalkan reflek

pembentukan ASI. Reflekoksitosin lebih rumit dibanding reflekprolaktin.

Perasaan ibu dapat meningkatkan dan juga menghambat pengeluranoksitosin.

Hormon ini akan menyebabkan sel-sel otot yang mengelilingi saluran pembuat

susu mengerut atau berkontraksi sehingga ASI terdorong keluar dari saluran

produksi ASI dan siap untuk di hisap oleh bayi, pijat oksitosin merupakan solusi

untuk mengatasi ketidaklancaran ASI. Pijat oksitosin ini dilakukan untuk

merangsang let down reflek. Manfaat pijat oksitosin juga memberi kenyamanan

pada ibu (Depkes RI, 2008).

Gambar 2.2 Refleks Oksitosin(www.slideplayerinfo.com)

11
2.1.3 Cara Melakukan Pijat Oksitosin

Persiapan Ibu Sebelum Dilakukan Pijat Oksitosin :

1. Bangkitkan rasa percaya diri ibu

2. Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan erasaan baik tentang bayinya

Alat-alat yang digunakan :

1. Handuk bersih

2. Air hangat dan air dingin dalam baskom

3. Washlap atau sapu tangan dari handuk

4. Baby oil

Langkah-langkah di lakukan pemijatan Oksitosin :

1. Ada 2 posisi Alternatif, yaitu telungkup di meja (Gambar 2.6) dan

telungkup di sandaran kursi

Gambar 2.3 Posisi Telungkup di Meja (www.slidesharenet.com)

12
Gambar 2.4 Posisi Telungkup di Kursi (www.slidesharenet.com)

2. Setelah itu di area tulang belakang pada leher, cari daerah dengan

tulang yang paling menonjol

3. Dari titik penonjolan tulang tersebut, lalu menurn sedikit ke bawah

kranglebi 1-2 jari dari titik tersebut, setelah itu bergeser ke kanan dan

kiri masing-masing 1-2 jari. Mulai pemijatan dengan gerakan memutar

perlahan ke arah bawah sampai ke batas garis bra ibu. Posisi jari

seperti pada (Gambar 2.5)

13
Gambar 2.5 Posisi tangan 1 pada saat pemijatan

(www.slidesharenet.com)

4. Lakukan pemijatan seperti berikut di ulang sampai 3 kali

5. Jika si ibu menginginkan tekanan lebih, bisa memposisikan jari seperti

(Gambar 2.6)

Gambar 2.6 Posisi tangan 2 pada saat pemijatan

(www.slidesharenet.com)

Menurut (Marmi, 2010) Pijat Oksitosin dapat diberikan pada saat minimal

2 jam setelah ibu ost partus atau pasca persalinan karena dengan dilakkan

pemijatan dapat mempercepat produksi ASI. Otak bagian belakang akan

menyampaikan perintah ke saraf parasimpatis sehingga hormon okitosin dapat

cepat keluar.

14
Waktu pelaksanaan yang tepat untuk pijat oksitosin adalah sebelum

menyusui atau memerah ASI, lebih di sarankan. Saat pikiran ibu sedang pusing,

badan pegal-pegal pijat oksitosin dapat di lakukan kurang lebih 5 pemijatan saja

persesidengan mengulangi pemijatan hingga 3 kali (Depkes RI, 2008). Pijat

Oksitosin dapat dilakukan oleh ayah bayi atau nenek bayi dilakukan selama 2 kali

sehari pagi dan sore hari selama kurang lebih 3 menit efek pemijatan dapat dilihat

reaksinya setelah 6 sampai 12 jam pemijatan (Yohmi dan Rusli, 2009).

2.2 Air Susu Ibu (ASI)

2.2.1 Pengertian ASI

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan kompisi yang

seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah

makanan yang sempurna baik secara kualitas maupun kuantitasnya dengan

tatalaksana menyusui yang benar. ASI sebgai bahan tunggal akan cukup

memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan dan ketika

diberikan makanan padat dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih

(Soetjiningsih, 2008).

ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan oleh

kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik

bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung komposisi

nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi setiap saat, siap

disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi ( Wiji, R. N, 2013)

15
ASI merupakan makanan terbak bagi bayi, baik untuk kesehatan dan

tumbuh kembang bayi. ASI mempunyai komposisi yang kaya aa nutrisi seperti

protein, laktosa/gula serta garam

2.2.2 Fisiologi Laktasi

Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi

perkembangan alveoli dan duktus lactiferous di dalam payudara, serta merangsang

produksi kolostrum. Produksi ASI tidak berlangsung sampai masa sesudah

kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen

ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI. Produksi prolaktin

yang berkesinambungan disebabkan oleh menyusunya bayi pada payudara ibu.

Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro – endokrin. Rangsangan sentuhan

pada payudara (bayi menghisap) akan merangsang produksi oksitoksin yang

menyebabakan kontraksi sel – sel myoepithel. Proses ini disebut juga sebagai

“refleks prolaktin” atau milk production reflect yang membuat ASI tersedia bagi

bayi. Dalam hari – hari dini, laktasi refleks ini tidak dipengaruhi oleh keadaan

emosi ibu.Nantinya, refleks ini dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ia

merasa takut, lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bila mersakan nyeri. Hisapan

bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus kesinus

lactiferous. Hisapan merangsang produksi okstoksin oleh kelenjar hypofisis

posterior. Oksitsoksin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel – sel

khusus (sel – sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus

lactiferus. Kontraksi sel – sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli

melalui duktus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap,

16
ASI di dalam sinus tertekan keluar, kemulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini

dinamakan let down refleks atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down refleks

dapat dipacu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasaan dapat terjadi bila ibu

mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya. Pelepasan

penting sekali bagi pemberian ASI yang baik. Tanpa pelepasan, bayi dapat

menghisap terus – menerus, tetapi hanya memperoleh sebagian dari ASI yang

tersedia dan tersimpan di dalam payudara. Bila pelepasaan gagal terjadi berulang

kali dan payudara berulang kali tidak dikosongkan pada waktu pemberian ASI,

refleks ini akan berhenti berfungsi dan laktasi akan berhenti. Cairan pertama yang

diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan adalah kolostrum yang mengandung

campuran yang kaya akan protein, mineral, dan antibodi, daripada ASI yang telah

“matur”. ASI mulai ada kira – kira pada hari yang ke – 3 atau ke – 4 setelah

kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI yang matur kira – kira 15 hari

sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah byi lahir dan bayi diperolehkan

sering menyusu maka proses produksi ASI akan meningkat (Sulistyawati, 2009).

2.2.3 Proses Pembentukan Laktogen

1. Laktogenesis I

Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase

laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu cairan

kental yang berwarna kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang

tinggi mencegah produksi ASI yang sebenarnya. Namun, hal ini bukan

merupakan masalah medis. Apabila ibu hamil mengeluarkan kolostrum

17
sebelum bayinya lahir, hal ini bukan merupakan indikasi sedikit atau

banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.

2. Laktogenesis II

Saat melahirakan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat

hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon

prolaktin tetap tinggi. Hal in menyebabkan produksi ASI besar-besaran

yang dikenal dengan fase laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang,

level prolaktin dalam darah akan meningkat dan memuncak dalam periode

45 menit kemudian kembali ke level sebelum rangsangan 3 jam kemudian.

Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dala alveoli untuk

memproduksi ASI.

3. Laktogenesis III

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama

kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi

ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan

laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak di keluarkan payudara

akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Dengan demikian, produksi

ASI banyak juga di keluarkan. Dengan begitu produksi ASI sangat

dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, juga

seberapa sering payudara dikosongkan.

18
2.2.4 Manfaat ASI

1. Manfaat Pemberian ASI Bagi bayi

Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang dapat

dirasakan. Menurut Roesli (2008), manfaatnya antara lain bagi bayi

adalah:

a. ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang

seimbang dan disesuaiakan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI

adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun

kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai

makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi

normal sampai usia 6 bulan.

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin dari ibunya

melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera

setelah bayi lahir. Badan bayi baru membuat zat kekebalan cukup

banyak pada waktu usia 9 sampai 12 bulan. Pada saat kekebalan

bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum

mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi.

Kesenjangan akan berkurang bila bayi di beri ASI, karena ASI adalah

cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi

bayi dari berbagai penyakit infeksi dan diare. Zat kekebalan itu terdapat

dalam kolostrum.

19
c. ASI meningkatkan kecerdasan

Kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak maka jelas bahwa faktor

utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah

pertumbuhan otak. Sementara itu, pertumbuhan otak dipengaruhi oleh

nutrisi yang diberikan. Nutrisi yang terdapat dalam ASI adalah

1) Taurin : suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat dalam ASI

untuk neurotransmitterinhibittor dan stabilisator membran

2) Laktosa : merupakan hidrat arang utama dari ASI untuk

pertumbuhan otak

3) Asam lemak ikatan panjang, seperti :

a) DHA dan AA untuk pertumbuhan otak dan retina

b) Kolesterol untuk mielinisasi jaringan syaraf

c) Kolin untuk meningkatkan memori

d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan

merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan

tenteram. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi

dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang

percaya diri dan dasar spritual yang baik

1) Bagi Ibu

Menurut Roesli (2008) beberapa keuntungan bagi ibu antara lain :

a) Mengurangi pendarahan setelah melahirkan

20
Ini karena pada saat ibu menyusui terjadi peningkatan kadar

oksitosin yang berguna untuk penutupan pembuluh darah

sehingga perdarahan akan berhenti.

b) Mengurangi terjadinya anemia

c) Menjarangkan kehamilan

Hal ini terjadi karena hisapan mulut bayi pada putting susu ibu

merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofise

mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur,

menekan produksi estrogren akibatnya tidak ada ovulasi. Selama

ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan

hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan.

d) Mengecilkan rahim

Kadar oksitoksin ibu menyusui akan membantu rahim untuk

kembali ke ukuran sebelum hamil.

e) Lebih cepat langsing

Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan

mengambilnya dari lemak yang tertimbun selam hamil. Dengan

demikian berat badan ibu akan cepat kembali ke berat badan

sebelumnya.

f) Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Pada ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif

kemungkinan akan mengurangi menderita kanker payudara dan

kanker indung telur.

21
g) Memberi kepuasan bagi ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan

kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang mendalam.

2) Bagi keluarga

Menurut Wiji, R. N ( 2013), manfaat ASI bagi keluarga adalah :

a) Aspek ekonomi

Memberikan ASI kepada bayi, dapat mengurangi pengeluaran

keluarga. ASI tidak perlu dibeli, sehingga dapat menghemat.

b) Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang,

suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan

bayi dengan keluarga

c) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja

dan kapan saja. Keluarga atau ibu tidak perlu repot menyiapkan

air masak, botol susu dan dot untuk dibersihkan.

3) Bagi negara

a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI

menjamin status gizi baik serta kesakitan dan kematian anak

menurun.

22
b) Menghemat devisa negara

ASI dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu

menyusui, diperkirakan dapat menghemat devisa negara yang

seharusnya membeli susu formula.

c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat dirumah sakit

untuk perawatan anak sakit.

d) Peningkatan kualitas generasi penerus

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara

optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan

terjamin. Anak yang di beri ASI memiliki IQ, EQ dan SQ yang

baik yang merupakan kualitas yang baik sebagai penerus

bangsa.

e) Bagi bumi, menyukseskan perlindungan alam

Air susu ibu akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi

udara. Dengan memberi ASI, manusia tidak memerlukan botol

plastik, karton dan kertas pembungkus, kaleng susu dan dot

karet. ASI bersuhu alami, segar bebas bakteri, maka tak perlu

dipanaskan dan disteril untuk mengurangi pemborosan bahan

bakar.

23
2.2.5 Komposisi ASI

Komposisi ASI ternyata tidak sama dan tidak konstan dari waktu ke

waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah : stadium laktasi,

keadaan nutrisi dan diit ibu. Adapun zat gizi yang terdapat dalam ASI adalah :

1. Karbohidrat

Laktosa (gula susu) merupakan bentuk utama karbohidrat dalam ASI

dimana keberadaannya secara proporsional lebih besar jumlahnya dari

susu sapi. Laktosa membantu bayi menyerap kalsium dan mudah

bermetabolismemenjadi dua gula biasa (galaktoda dan glukosa) yang

diperlukan bagi pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi pada masa

bayi.

2. Protein

Protein utama dalam ASI adalah air dadih. Mudah dicerna, air dadih

menjadi kerak lembut dan siap diserap ke dalam aliran darah bayi.

Sebaliknya, kasein merupakan protein utama dalam susu sapi. Kasein

tidak mudah dicerna, sehingga bisa menyebabkan obstipasi. ASI

mengandung alfa-laktalbuminyang memainkan peranan penting dalam

melindungi bayi dari penyakit infeksi.

3. Lemak

Lemak dalam ASI merupakan sumber kalori yang utama bagi bayi. Salah

satu dari lemak tersebut adalah kolesterol yang diperlukan bagi

perkembangan normal sistem saraf bayi yang meliputi otak. Asam lemak

yang cukup kaya dalam ASI, memberikan kontribusi bagi pertumbuhan

24
otak dan syaraf yang sehat. Asam lemak poli tak jenuh, seperti docosa

hexanoic acid (DHA) membantu perkembangan penglihatan.

4. Vitamin

a. Vitamin A

ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup tinggi untuk

kesehatn mata, mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan

pertumbuhan.

b. Vitamin D

ASI hanya mengandung sedikit vitamin D, sehingga dengan

pemberian ASI eksklusif ditambah dengan paparan sinar matahari

pagi, hal ini mencegah bayi dari penyakit tulang.

c. Vitamin E

Vitamin E yang tinggi terdapat pada stadium kolostrum dan ASI

transisi awal. Fungsi Vitamin E untuk ketahanan dinding sel darah

merah.

d. Vitamin K

Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit. Vitamin K berfungsi

sebagai faktor pembekuan darah.

e. Vitamin yang larut dalam air

Vitamin yang larut dalam air yang terdapat dalam ASI adalah vitamin

B, vitamin C dan asam folat.

25
5. Mineral

Mineral yang terdapat dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan

mudah diserap dibandingkan dengan mineral dalam susu sapi. Mineral

yang terdapat dalam ASI antara lain kalsium, kalium, natrium dari asam

klorida dan fosfat.

6. Air

Air merupakan bahan pokok terbesar dari ASI sekitar 88%. Air

membantu bayi memelihara suhu tubuh mereka. Air berguna untuk

melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya. Air yang relatif tinggi

dalam ASI akan meredakan rangsangan haus dari bayi.

7. Faktor-faktor daya tahan tubuh

ASI mengandung faktor-faktor daya tahan tubuh yang penting untuk

memeliha kesehatan bayi.

a. Faktor Bifidus

Faktor bifidus merupakan ikatan polisakarida yang mengandung

nitrogen, yang menguntungkan pertumbuhan

lactobacillusbifidusdalam saluran cerna bagian bawah.

Lactobacillusbifidus melindungi bayi dari organisme patogen di

saluran cerna.

b. Immunoglobulin

Immunoglobulin adalah protein yang disintesis oleh limfosit dan sel-

sel plasma, yang mempunyai sifat antibodi tertentu. Di dalam ASI

terdapat berbagai jenis immunoglobulin seperti, Ig A, Ag D, Ig G,

26
dan Ig E. Ig A merupakan immunoglobulin utama dalam ASI, yang

terdapat dalam jumlah besar dalam kolostrum. Immnunoglobulin

dalam ASI merupakan faktor daya tahan utama terhadap

mikroorganisme saluran cerna, terutama E. colli dan virus-virus

saluran cerna. Umumnya dapat dikatakan bahwa ASI melindungi

tubuh terhadap septicemia (keracunan darah oleh bakteri-bakteri

patogen dan zat-zat yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut).

c. Faktor daya tahan tubuh lain

Lisozim (lysozyme) adalah suatu enzim antimikroba yang terdapat

dalam ASI dalam jumlah 300 kali lipat daripada yang terdapat dalam

susu sapi. Laktoferin menghalangi pertumbuhan staphylococcidan E.

Colli dengan cara mengikat besi yang dibutuhkan bakteri tersebut

untuk berkembang.Laktoperoksidaedengan zat-zat lain melawan

pertumbuhan streptococci; prostagladintertentu melindungi

integritas epitel saluran cerna dari bahan-bahan merusak.

d. Aktivitas limfosit-makrofag

Limfosit dalam ASI memproduksi bahan-bahan antivirus. Kolostrum

mengandung lebih banyak limfosit daripada ASI peralihan. Jumlah

ini menurun secara berarti selama delapan minggu berikutnya. ASI

juga mengandung makrofag berupa fagosit-fagosit besar yang dapat

memproduksi laktoferin, lisozim, dan faktor-faktor lain. Makrofag

mempunyai fungsi melindungi, baik dalam laktea payudara maupun

di dalam bayi.

27
2.2.6 Jenis ASI Berdasarkan Stadium Laktasi

Jika dilihat dari waktu produksinya, ASI dapat di bedakan menjadi 3 :

1. Kolostrum

Merupakan ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari

ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum mengandung tissue debris dan

residual material. Kolostrum adalah susu pertama yang dihasilkan

oleh payudara ibu berbentuk cairan berwarna kekuningan atau sirup

bening yang mengandung protein tinggi dan sedikit lemak daripada

susu matur. Komposisi kolostrum selalu berubah dari hari ke hari.

Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam. Kolostrum berkhasiat:

a. Sebagai pembersih selaput usus bayi baru lahir sehingga saluran

pencernaan siap untuk menerima makanan

b. mengandung kadar protein yang tinggi terutama imunoglobulin

sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi

dan mencegah terjadinya alergi.

2. Air susu masa transisi/peralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi

ASI yang matur. Disekresi pada hari ke-4 sampai hari ke-10 dari

masa laktasi. Pada masa ini, kadar karbohidrat dan lemak yang tinggi

dan protein yang lebih rendah. Volume ASI makin meningkat.

28
3. Air susu matur

Merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai

seterusnya. Merupakan cairan berwarna putih kekuning-kuningan

dan mengandung lebih banyak karbohidrat dibanding dengan susu

kolostrum atau transisi.

2.2.7 Volume Produksi ASI

Produksi ASI yang dihasilkan ibu pada kelenjar payudaranya tidaklah

sama setiap waktu. Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila pengisapan

puting susu cukup adekuat, maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI.

Produksi ASI akan optimal setelah hari ke 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan

mengkomsumsi 700-800 ml/hari. Produksi ASI mulai 500-700 ml/hari pada 6

bulan pertama karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi

kebutuhan gizi bayi. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu akan menurun

sekitar 400-600 ml/hari dan akan menjadi 300-500 ml pada usia setelah satu tahun

usia bayi sehingga kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan

harus mendapat makanan tambahan.Dalam keadaan produksi ASI telah normal,

volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penghisapan

oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Konsumsi ASI selama satu

kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran

payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi,

meskipun umumnya payudara berukuran kecil (Soetjiningsih, 2008).

2.2.8 Lama dan Frekwensi Menyusui

29
Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan

menentukan sendiri kebutuhannya. Cara ini dinamakan menyusu atas permintaan

sendiri atau self demand feeding. Pemberian ASI yang tidak dibatasi ini akan

merangsang produksi ASI dan membantu mencegah pembekakan payudara. Ibu

harus menyusui bayinya bila bayinya menangis bukan karena sebab lain atau ibu

sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu

payudara sekitar 5-7 menit. Rata-rata bayi menyusu selama 5-15 menit, walaupun

terkadang lebih dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.

Rentang yang optimal dalam menyusu adalah antara 8 hingga 12 kali setiap hari.

Tiap kali menyusu, bayi hendaknya menyusu pada kedua payudara secara

bergantian. Memberikan ASI dengan frekwensi tidak terbatas meningkatkan

produksi ASI. Dengan demikian bayi bisa tumbuh optimal, masalah putting susu

dan payudara berkurang, durasi menyusui pun bertambah panjang. Ibu perlu

memahami bahwa dengan semakin bertambahnya umur bayi, jarak antara waktu

menyusui dengan sendirinya akan bertambah panjang (Soetjiningsih, 2008)

2.3 Post Partum (Masa Nifas)

2.3.1 Pengertian

Postpartumadalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas

(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya

kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Postpartumadalah masa 6

minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke

keadaan normal sebelum hamil (Hegar, 2013).

30
Masa Nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah

kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara

4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks

dibandingkan dengan kehamilan, nfas di tandai dengan banyak perubahan

fisiologis karena persalinan (Saleha, 2010)

Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan,

penyembuhan dan pengembalian alat-alat kandungan seperti sebelum hamil.

Lamanya masa nifas berkisar antar 6-8 minggu.

2.3.2 Tahapan Masa Nifas

Tahapan mas nifas adalah sebagai berikut :

1. Puerpenium Dini

Kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah

40 hari.

2. Puerpenium Intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3. Puerpenium Remote

Waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila

selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu

untuk sehat sempurna memakan waktu bisa berhari-hari atau

mingguan (Ambarwati, 2010).

4. Periode Immediate Post Partum

31
Fase ini terjadi mulai dari plasenta lahir hingga 24 jam. Pada masa ini,

anda akan mengalami banyak masalah, seperti perdarahan karena

antonia arteri. Dengan begitu, ahli kesehatan atau bidan harus

melakuian pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan

darah, dan sushu teratur.

5. Periode Early Post Partum

Fase ini berlansung antara 24 jam – seminggu. Pada tahap ini, ahli

kesehatan atau bidan akan memastikan involusi uteri dalam keadan

normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau, tidak demam,

makanan dan cairan ibu tercukupi.

4. Periode Late Post Partum

Fase ini berlangsung selam satu sampai lima minggu. Pada periode

ini ahli kesehatan atau bidan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaan secara teratur serta konseling Keluarga Berencana (KB).

2.3.3 Proses Laktasi

Menyusui merupakan gabungan kerja hormon, refleks dan perilaku yang

dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktor-faktor berikut ini (Sinclair,

2009) :

1. Laktogenesis

Laktogenesis, yaitu permulaaan produksi susu dimulai pada tahap

akhir kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-sel alveola

oleh laktogen plasenta, yaitu suatu substansi yang menyurapai

32
prolaktin. Produksi susu berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses

otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara.

2. Produksi susu

Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan jumlah produksi

hormon prolaktin yang cukup dihipofisis anterior dan pengeluran susu

yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan merupakan faktor

yang mempengaruhi jumlah dan kualitas susu.

3. Ejeksi susu

Pergerakan susu di alveoli ke mulut bayi merupakan proses yang aktif

di dalam payudara. Proses ini tergantung pada refleks let-down atau

refleks ejeksi susu. Refleks let-down secara primer merupakan respon

terhadap isapan bayi. Isapan menstimulasi kelenjar hipofisis posterior

untuk menyekresi oksitosin. Di bawah produksi oksitosin, sel-sel

disekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui sistem

duktus ke dalam mulut bayi.

4. Kolostrum

Kolostrum berwarna kuning kental berfungsi untuk kebutuhan bayi

baru lahir. Kolostrum mengandung antibody vital dan nutrisi padat

dalam volume kecil, sesuai sekali untuk makanan awal bayi.

Menyusui dini yang efisien berkorelasi dengan penurunan kadar

33
bilirubin darah. Kolostrum secara bertahap berubah menjadi susu ibu

antara hari ketiga dan kelima masa nifas.

5. Susu ibu

Air susu ibu yng lebih awal keluar mengandung lebih sedikit lemak

dan mengalir lebih cepat daripada susu yang keluar pada bagian akhir

menyusui. Air susu ibu pada saat menjelang akhir pemberian makan,

susu ini lebih putih dan mengandung lebih banyak lemak. Kandungan

lemak yang lebih tinggi ini memberikan rasa puas pada bayi.

Menyusui dengan cukup lama, membuat satu payudara menjadi lebih

lunak, memberi cukup kalori yang dibutuhkan untuk meningkatkan

berat badan, menjarangkan jarak antar menyusui dan mengurangi

pembentukan gas dan kerewelan bayi karena kandungan lemak yang

lebih tinggi akan dicerna lebih lama..

Bayi baru lahir yang cukup bulan dan sehat memiliki tiga refleks yang

diperlukan agar proses menyusui berhasil yaitu :

1. refleks rooting, refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk

menemukanputing susu apabila diletakkan di payudara.

2. refleks mengisap yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu

ataupengganti puting susu sampai ke langit keras dan punggung lidah.

Refleks inimelibatkan rahang , lidah dan pipi.

3. refleks menelan yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menelan areola,

sehinggarefleks ini merangsang pembentukan rahang bayi (Saleha, 2009).

2.3.4 Perubahan Fisiologi Masa Nifas

34
Menurut (Wiknjosastro, 2009) Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi

umtuk menyesuaikan dengan kondisi post partum. Organ-organ tubuh ibu yang

mengalami perubahan setelah melahirkan antara lain :

1. Perubahan Sistem Reproduksi

a. Involusi Uterus

Involusi Uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus pada

kondisi sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan

melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi

Fundus Uteri).

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Hari

Kondisi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi Pusat 1000 gr
Uri lahir Dua jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat-symphisis 500 gr
2 minggu Tak teraba diatas symphisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr
Sumber : Widyasih, Hesty. 2012. Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta

b. Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea

berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap

wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.

Lochea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses

involusi. Lochea di bedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan

waktu keluarnya. Adapun sebagai berikut :

1) Lochea Rubra

35
Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke 4 masa post

partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah

segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak nayi,

lanungo (rambut bayi), dan mekonium.

2) Lochea Sanguinolenta

Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta

berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7post partum.

3) Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,

leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke 7

sampai hari ke 14 post partum.

4) Lochea Alba

Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput

lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini

berlangsung selama 2-6 minggu post partum.

c. Perubahan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan. Dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.

Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali dalam keadaan tidak hamil

36
dan rugae dalam vagina berangsur-angsur akan muncul kembali,

sementara labia lebih menonjol

d. Perubahan Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post

natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian

tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum

hamil.

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan. Hal ini disebabkan

karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang

menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebih

pada saat persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid, dan kurangnya

aktivitas tubuh.

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang

air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat

spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setlah mengalami

kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan

berlangsung. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan

mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut di sebut diuresis.

4. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

37
Setelah melahirkan volume darah akan bertambah, sehingga akan

menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini

dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya

hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali ke sedia kala.

5. Perubahan Tanda-Tanda Vital

Pada masa nifas tanda tanda vital yang harus di kaji adalah :

a. Suhu badan

Dalam 1 hari post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5ºC -

38ºC) akibat dari kerja keras saat melahirkan. Biasanya pada hari ke 2

suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan ASI. Bila suhu

tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut

nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang

melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi,

infeksi atau perdarahan post partum.

c. Tekanan Darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah

alkan sedikit lebih rendah setelah ibu melahirkan karna ada

perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum menandakan

preeklamsi post partum.

38
2.3.5 Perubahan Psikis Masa Nifas

Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga memerlukan penyesuaina bagi

ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani,

perubahan tersebut berupa perubahan emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini

menjadi periode kerentanan pada ibu post partum, karena periode ini

membutuhkan peran profesional kesehatan dan keluarga (Varney, 2008). Proses

penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri atas 3 fase yaitu :

1. Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari

hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada

dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.

Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka

jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini

adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.

2. Fase Taking Hold

Fase ini berlansung 3-10 hari hari setelah melahirkan, pada fase ini ibu

timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggng jawabnya

untuk merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga

mudah tersinggung dan gampang marah. Dukungan moril sangat

diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu

3. Fase Letting Go

39
Fase ini yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya.

Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

menyesuaikan diri dengan dengan ketergantungan bayinya, ibu memahami

bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi

kebutuhan bayinya. Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan

oleh ibu, ibu juga memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan

kondisi fisi yang bagus untuk dapat merawat bayinya.

2.3.6 Kebutuhan Dasar Masa Nifas

1. Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama

kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat

kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh

kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi

akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, serta kebiasaan makan

yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur

nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan

air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan bayinya.Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi

akan sangat mempegaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan

status gizi baik rata –rata memproduksi ASI sekitar 800 cc yang

mengandung 600 kal, sedangkan ibu yang status gizi nya kurang biasanya

40
akan sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah penting, karena

bayi akna tumbuh sempurna sebagai manusia yang sehat dan pintar, sebab

ASI mengandung DHA (Asrinah dkk, 2010).

2. Energi

Penambahan kalori sepanjang 3 buln pertama pasca post partum

mencapai 500 kalori. Rata-rata produksi ASIsehari 800 cc yang

mengandung kal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk

menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kal. Jika laktasi berlangsung

selama lebih dari 3 bulan,selama itu pula berat badan ibu akan menurun,

yang berarti jumlah kalori tambahan harus ditingkatkan.Sesungguhnya,

tambahan kalori terebut, sebesar 700 kal sementara sisanya ( sekitar 200

kal) diambil dari cadagan indogen yaitu timbunan lemak selama hamil.

Mengingatkan efesiensi kofersi energi hanya 80-90% maka energi dari

makanaan yang dianjurkan (500 kal) hanya akan menjadi energi ASI

sebesar 500 kal. Untuk menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan energi 680

sampai 807 kal energi.maka dapat disimpulkan bahwa dengan

memberikan ASI, berat badan ibu akan kembali normal dengan cepat.

3. Kalori

Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air

susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding

selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan

nutrisibaik adalah 70 kal atau 100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh

ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-

41
kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan

kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus

mengkonsumsi 2300-2700 kal ketika menyusui. Makanan yang

dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,

cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri

yang akan dikonsumsi bayinya untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Makanan yang dikonsumsi juga harus memenuhi syarat, seperti :

susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin,

pedas atau berlemak, serta tidak mengandung alkohol, nikotin, bahan

pengawet, dan pewarna.

4. Karbohidrat

Makanan yang dikonsumsi dianjurkan mengandung 50-60%

karbohidrat. Laktosa (gula susu) adalah bentuk utama dari karbohidrat

yang ada dalam jumlah lebih besar dibandingkan dalam susu sapi. Laktosa

membantu bayi menyerap kalsium dan mudah di metabolisme menjadi dua

gula sederhana (galaktosa dan glukosa) yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi selama masa bayi.

5. Protein

Ibu memerlukan tambahan 20gr protein diatas kebutuhan normal

ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500kal yang

dianjurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel

yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani

dan protein nabati. Protein hewani antara lain : telur, daging, ikan, udang,

42
kerang, susu, dan keju. Sementara itu, protein nabati banyak terkandung

dalam : tahu, kacang-kacangan, dll.

6. Cairan

Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu

menyusui dianjurkan minum 2-3 liter/hari dalam bentuk air putih, susu,

dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Mineral,

air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit

dan mengatur kelancaran metabolisme didalam tubuh. Sumber zat

pengatur hal tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-

buahan segar. Selain itu nutrisi ibu membutuhkan banyak cairan seperti air

minum. Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam ).

7. Zat besi

Pil zat besi (fe) harus diminum, untuk menambahkan zat gizi

setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.

8. Lemak

Lemak 25-35% dari total makanan. Lemak menghasilkan kira-kira

setengah kalori yang diproduksi oleh air susu ibu.

9. Vitamin dan Mineral

Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk melancarkan

metabolisme tubuh. Beberapa vitamin dan mineral yang ada pada air susu

ibu perlu mendapat perhatian khusus karena jumlahnya kurang

mencukupi, tidak mampu memenuhi kebutuhan bayi sewaktu bayi

bertumbuh dan berkembang.Vitamin dan mineral yang paling mudah

43
menurun kandungannya dalam makanan adalah Vit B6, As.folat, kalsium,

seng, dan magnesium. Kadar Vit B6, tiamin dan As.folat dalam air susu

langsung berkaitan dengan diet atau asupan suplemen yang dikonsumsi

ibu. Asupan vitamin yang tidak memadai akan mengurangi cadangan

dalam tubuh ibu dan mempengaruhi kesehatan ibu maupun bayi. Sumber

vitamin : hewani dan nabati sedangkan Sumber mineral : ikan, daging

banyak mengandung kalsium, fosfor, zat besi, seng dan yodium.

10. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat

mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya

dan membimbing ibu untuk cepat berjalan.Sekarang tidak perlu menahan

ibu post partum terlentang ditempat tidurnya selama 7-14 jam setelah

melahirkan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur

dalam 24-48 jam post partum. Ambulasi perlu dilakukan agar tidak terjadi

pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah Ibu. Pada persalinan

normal, jika gerakannya tidak terhalang oleh pemasangan infuse atau

kateter dan tanda-tanda vitalnya juga memuaskan, biasanya Ibu

diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke wc dengan dibantu, satu atau dua

jam setelah melahirkan secara normal. Sebelum waktu ini, Ibu diminta

untuk melakukan latihan menarik nafas yang dalam serta latihan tungkai

yang sederhana dan harus duduk serta mengayunkan tungkainya dari tepi

ranjang. Pasien Sectio Caesarea biasanya mulai „ambulasi‟ 24-36 jam

sesudah melahirkan. Jika Pasien menjalani analgesia epidural, pemuiihan

44
sensibilitas yang total harus dilakukan dahulu sebelum ambulasi dimulai.

Setelah itu Ibu bisa pergi ke kamar mandi. Dengan begitu sirkulasi darah

di dalam tubuh akan berjalan dengan baik. Gangguan yang tidak

diinginkan pun bisa dihindari.Mobilisasi hendaknya dilakukan secara

bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari

kedua Ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga Ibu telah dapat

menggerakkan kaki yakni dengan jalan-jalan. Hari keempat dan kelima,

Ibu boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada

adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Terkait dengan

mobilisasi, Ibu sebaiknya mencermati faktor-faktor berikut ini:

a. Mobiliasi jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan Ibu

terjatuh. Khususnya jika kondisi Ibu masih lemah atau memiliki

penyakit jantung. Meski begitu, mobilisasi yang terlambat dilakukan

juga sama buruknya, karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ

tubuh, aliran darah tersumbat, teranggunya fungsi otot dan lain-lain.

b. Yakinlah Ibu bisa melakukan gerakan-gerakan di atas secara bertahap.

c. Kondisi tubuh akan cepat pulih jika Ibu melakukan mobilisasi dengan

benar dan tepat. Tidak cuma itu, sistem sirkulasi di dalam tubuh pun

bisa bcrfungsi normal kembali akibat mobilisasi. Bahkan penelitian

menyebutkan early ambulation (gerakan sesegera mungkin) bisa

mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah bisa

menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam atau DVT (Deep Vein

Thrombosis) dan bisa menyebabkan infeksi.

45
d. Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena bisa

membebani jantung.

e. Latihan postnatal dilakukan pada hari pertama dan dilakukan sehari

sekali dengan pengawasan Bidan. Pada beberapa Rumah Sakit,

fisioterapis menyelenggarakan kelas-kelas latihan postnatal pada hari-

hari tertentu setiap minggu.

f. Tujuan latihan dijelaskan pada lbu sehingga la menyadari pentingnya

meluangkan waktu untuk mengikuti latihan ketika di Rumah Sakit dan

akan melanjutkannya setelah di rumah nanti. Latihan membantu

menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan

bentuk tubuh yang baik, mengencangkan dasar panggul sehingga

mencegah atau memperbaiki stres inkontinensia, dan membantu

memperbaiki sirkulasi darah di seluruh tubuh.

46
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teoriyang menjelaskan ketertarikan antar

variabel baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti. (Nursalam, 2013).

Post Partum

Faktor-Faktor yang
Refleks pembentukan dan pengeluaran ASI
mempengaruhi produksi
ASI:
1. Anatomis payudara Reflek prolaktin & Let down refleks
2. Psikologis
3. Pola istirahat
Produksi ASI
4. Faktor isapan bayi
5. Inisiasi Menyusui Dini
6. Konsumsi rokok dan
alkohol
LANCAR Keluar sedikit/ TIDAK LANCAR (tidak
(keluarbanyak) Merembes keluar sama sekali)

1. ASI lancar
2. Jumlah volume ASI meningkat

Pijat Oksitosin
3 MENIT
5 MENIT

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Pengaruh

Gambar 3.1 : Kerangka konseptual pengaruh waktu pemberian pijat Oksitosin terhadap
kelancaran ASI pada ibu post partum.

46
Pada ibu post partum terjadi pelepasan hormon yaitu hormon Oksitosin

dan Prolaktin, kedua hormon tersebut berfungsi untuk pembentukan dan

pengaliran ASI. Let Down Refleks (Pengaliran Susu)sedangkan Prolaktinadalah

hormon yang dikeluarkan oleh kalenjar hipofise yang menyebabkan kalenjar susu

di payudara menghasilkan ASI. Kedua hormon tersebut sangat mempengaruhi

pengeluaran ASI pada ibu post partum, tetapi tidak semua ibu post partum dapat

lancar dalam memproduksi ASI. Dalam masalah yang saya ambil ada beberapa

faktor yang mempengaruhi produksi ASI yaitu Anatomis payudara, Psikologis,

Pola istirahat, Faktor isapan bayi, Inisiasi Menyusui Dini, Konsumsi rokok dan

alkohol. Ada beberapa ibu post partum yang tidak lancar dalam pemberian ASI ,

klien akan di berikan pijatan untuk merangsang pengeluaran ASI yaitu dengan

pijat Oksitosin. Dengan waktu yang berikan yaitu 3 menit dan 5 menit dengan

diberikannya durasi waktu yang berbeda, peneliti ingin mengetahui pengaruh

waktu tercepat yang dapat memperlancar ASI dan dapat menghasilkan jumlah

volume ASI yang banyak.

3.2 Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2008). Berdasarkan konsep teori yang ada, maka hipotesis yang

muncul dalam penelitian ini adalah :

H1 : Ada pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Kelancaran ASI pada ibu post

partum.

47
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis

penelitian Quasy eksperimental. Desain yang digunakan dalam penelitian ini

adalah two group pre-post test design without control group, dimana pada

penelitian ini membandingkan kelompok eksperimen yang sampelnya di observasi

terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan kemudian setelah diberikan perlakuan

sampel tersebut diobservasi kembali untuk mengetahui perbandingan pada

masing-masing kelompok intervensi.

Bentuk rancangan ini sebagai berikut :

Tabel 4.1 Skema Penelitian Two grup pre-posttestdesign

Kelompok PreTest Intervensi PostTest


Intervensi A1 A A1 a
Intervensi A2 B A2 b

Keterangan :

a : subjek di berikan intervensi pijat oksitosin 3 menit

b : subjek di berikan intervensi pijat oksitosin 5 menit

A1 : post partum hari ke- 2 sebelum diberikan pijat oksitosin 3 menit

A1 a : post partum hari ke-2 sesudah diberikan pijat oksitosin 3 menit

A2 : post partum hari ke-2 sebelum diberikan pijat oksitosin 5 menit

A2 b : post partum hari ke-2 sesudah diberikan pijat oksitosin 5 menit

48
4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien post partum normal

diruang nifas RSUD Kota Madiun. Rerata pasien postpartumdiruangbersalin

RSUD kota Madiun sebanyak 225 pada 1 bulan terakhir yaitu bulan Februari 2018

dan yang melakukan partus normal sebanyak 87 orang, sedangkan yang

mengalami permasalahan ASI tidak lancar pada ibu postpartum normal sekitar 45

orang.

4.2.2 Sampel

Keterangan :

n : besar sampel

N : besar populasi

d : tingkat signifikan atau tingkat kesalahan

yang dipilih (d=0,05)

Dari rumus di atas di peroleh jumlah sampel sebagai berikut :

49
= 42 orang

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 42 orang yang dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu 21 responden untuk masing-masing kelompok.

Untuk menghindari Drop Out dalam penelitian, maka perlu

penambahan jumlah sampel agar besar sampel tetap terpenuhi dengan rumus

berikut :

n’ =

= 23

Keterangan :

n’ = ukuran sampel mengantisipasi drop out

n = ukuran sampel asli

1–f = perkiraan proporsi Drop Out, yang diperkirakan 10% (f = 0,1)

Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel akhir yang dibutuhkan

dalam penelitian ini adalah 23 responden unuk masing-masing kelompok.

50
4.2.3 Kriteria Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu post partus yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling.

1. Kriteria inklusi

a. Ibu postpartumnormal

b. Ibu post partum normal yang belum mendapatkan pijat oksitosin

pada hari ke-2 pasca persalinan.

c. Ibu postpartumyang tidak sedang mengkonsumsi obat untuk

memperlancar pengeluaran ASI.

d. Ibu post partum normal yang ASI nya tidak keluar sama sekali

pada hari ke-2 pasca persalinan.

e. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria Ekslusi

a. Responden tidak menyelesaikan intervensi.

b. Ibu postpartum yang mengalami komplikasi.

c. Ibupost sectio caesaria.

d. Ibu post partum normal yang sudah mengkonsumsi obat untuk

memperlancar ASI nya.

51
4.3 Tehnik Sampling

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dilakukan dengan

metode purposive sampling disebut juga judgement sampling yaitu suatu teknik

penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang

dikehendaki peneliti (tujuan / masalah yang akan diteliti), sehingga sampel

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya

(Nursalam, 2016).

52
4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rencana kegiatan

penelitian yang akan dilakukan.

Populasi:
Seluruh ibu post partum normal yang mengalami ketidaklancaran ASI di ruang Nifas
RSUD Kota Madiun yang berjumlah 46 responden

Sampel:
Ibu post partum normal di ruangNifas RSUD Kota Madiun yang memenuhi kriteria
inklusi berjumlah 23 responden untuk masing-masing kelompok intervensi

Sampling:
Purposive sampling

Desain Penelitian:
Quasi Eksperimen dengan rancangan
“Two Group Pretest dan Posttest”

Pengumpulan data :

Lembar Observasi

Pengumpulan data sebelum Pemberian Pijat Oksitosin Pengumpulan data setelah


diberikan Pijat Oksitosin diberikan Pijat Oksitosin

Pengolahan data :

Editing, Coding, Entry, Cleaning, Tabulating

Analisa Data:
Uji Wilcoxon & Mann Whitney U Test

Hasil dan Kesimpulan Penyajian


Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian Efektifitaswaktu pemberian pijat
oksitosinterhadap kelancaran ASI pada ibu postpartumdi RSUD
Kota Madiun

53
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu :

1. Variabel bebas (variable independent)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi Pijat Oksitosin.

Merupakan suatu tindakan yang diberikan sebagai intervensi untuk

memperoleh suatu efek tertentu.

2. Variabel terikat (variable dependent)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelancaran ASI pada ibu

postpartum.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Tabel 4.2 Definisi OperasionalVariable Independent dan Dependent

Skala
Variabel Definisi Operasional Parameter Cara Ukur Alat Ukur
Data
Skor
Independent: tindakan pemijatan Memberikan Responden diberi SOP - -
Pijat tulang belakang terapi pijat Terapi Pijat
Oksitosin mulai dari dari costae oksitosin Oksitosin dengan
5-6 sampai scapula terhadap ibu waktu yang berbeda
yang akan post partum yaitu
mempercepat kerja 1. Melakukan 3 menit dan 5 menit
saraf parasimpatis pemijatan
untuk menyampaikan sepanjang
perintah ke otak tulang
bagian belakang. belakang.
2. Tekan dengan
kuat
membentuk
gerakan
lingkaran
kecil dengan
kedua ibu jari

Dependent: Banyaknya ASI yang Jumlah cc/ml Responden memijat Gelas Rasio Pengel
Pengeluaran di keluarkan ibu ASI ibu payudara sampai ukur/dot uaran
ASI Postpartum postpartumyang ASI terlihat keluar bayi ukuran ASI per
di keluarkan dan memasukkan kecil dan cc/ml
ke dot kecil untuk Lembar
dilihat ml/cc nya Observasi

54
4.6 Instrumen Penelitian

4.6.1 Jenis Instrumen

Pada variabel terapi Pijat Oksitosin menggunakan SOP (Standart

Operasional Prosedur). Terapi Pijat Oksitosin diberikan masing-masing pada

kelompok dengan waktu 3 menit pemijatan dan 5 pemijatan. Bahan/Alat yang di

gunakan dalam dalam penelitian ini adalah Baby Oil dan handuk kecil/washlap

untuk Pijat Oksitosin, sedangkan alat yang di gunakan untuk mengukur

pengeluaran ASI, Gelas ukur/dot bayi ukuran kecil, dan lembar observasi

pengeluaran ASI. Sebelum di lakukan pijat oksitosin ibu di lakukan pijat ASI

terlebih dahulu untuk mengetahuli berapa cc/ml ASI yang keluar, setelah itu

masing-masing kelompok di lakukan terapi Pijat Oksitosin sesuai waktu, setelah

selesai dilakukan pijat oksitosin ASI dipijat-pijat kembali untuk melihat

pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI dihitung pengeluaraanya sampai payudara

terasa kosong dan di bandingkan dengan hasil sebelum di lakukan terapi Pijat

Oksitosin.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Madiun Kota Madiun

2. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulanMei– Juni 2018

55
4.8 Proses Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang ditetapkan sebagai berikut :

1. Mengurus surat penelitian dengan membawa surat dari Stikes Bhakti

Husada Mulia Madiun kepada Badan Kesatuan Bangsa Politik

(BANKESBANGPOL) dan Perlindungan Masyarakat Kota Madiun,

2. Mengurus surat ijin penelitian di RSUD Kota Madiun,

3. Meminta surat ijin kepada Kepala Ruang Nifas RSUD Kota Madiun

4. Memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan, manfaat dan

prosedur Pijat Oksitosin

5. Memberikan lembar informed consent sebagai bentuk persetujuan dan

mengikuti atau bersedia menjadi responden penelitian dan meminta tanda

tanggan pada lembar persetujuan,

6. Melakukan pengecekan tingkat kelancaran pengeluaran ASI

7. Memberikan Pijat Oksitosin pada ibu post partum hari ke-2 dengan waktu

berbeda selama 3 menit dan ada juga yang di berikan pijatan 5 menit,

pijatan di berikan sehari 2x pada pagi hari dan sore hari kemudian di

observasi selama 2 hari berturut-turut agar hasil optimal.

8. Mengobservasi jumlah volume ASI sebelum dan sesudah di lakukan pijat

Oksitosin pada masing-masing kelompok waktu

9. Peneliti menulis hasil observasi tingkat rerata pengeluaran ASI yang di

observasi selama 2 hari berturut-turut pagi dan sore lalu di data di lembar

observasi pengeluaran ASI.

10. Peneliti melakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisa data.

56
4.9 Tehnik Analisa Data

4.9.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses dan

dianalisis secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut di tabulasi dan

dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Langkah-langkah

pengolahandata :

1. Editing

Editing adalah data yang terkumpul, baik data kualitatif maupun data

kuantitatif harus dibaca sekali lagi untuk memastikan apakah data tersebut

dijadikan bahan analisis atau tidak (Nasehudin,dkk, 2012).

2. Coding

Codingadalahpeng”kodean” atau “coding”, yaitu mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau bilangan. Data

demografi,Jenis kelamin meliputi : Umur, Hari Nifas, Persalinan ke,

Pendidikan, Pekerjaan, Pengeluaran ASI

a) Umur

1 : <20 tahun

2 : 20 – 35 tahun

3 : >35 tahun

b) Hari Nifas

1 : Hari Nifas Pertama

2 : Hari Nifas Kedua

57
c) Persalinan Keberapa

1 : Persalinan ke- 1

2 : Persalinan ke-2

d) Pendidikan

1 : Pendidikan Dasar ( SD – SMP )

2 : Pendidikan Menengah ( SMA/SLTA SEDERAJAT)

3 : Perguruan Tinggi ( DIPLOMA/SARJANA)

e) Pekerjaan

1 : Bekerja

2 : Tidak Bekerja

3. Tabulating

Tabulatingadalah membuat tabel – tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan peneliti (Notoatmodjo, 2010). Langkah

terakhir dari penelitian ini adalah melakukan analisa data. Selanjutnya data

dimasukkan ke komputer dan dianalisa secara statistik.

4.9.2 Analisa Data

Untuk melakukan hipotesis, teknik analisa data untuk penelitian ini

menggunakan analisis statik menggunakan program SPSS 16,0. Nursalam (2016)

berpendapat bahwa analisis statik inferensial bertujuan untuk mengetahui lebih

efektif mana antara pemberian pijat oksitosin selama 3 – 5 menit dan 5 – 10 menit

terhadap kelancaran ASI pada ibu postpartum. Analisa data dalam penelitian ini

meliputi :

58
1. Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan antara pemberian

pijat oksitosin selama 3 menit dan 5 menit terhadap kelancaran ASI

pada ibu postpartum. Penyajian dalam bentuk distribusi dan

prosentase dari setiap variabel. Semua karakteristik responden dalam

penelitian ini yaitu : usia, pekerjaan, hari nifas ke, persalinan ke dan

tingkat pendidikan berbentuk kategori yang dianalisis menggunakan

analisa proporsi dan dituangkan dalam tabel disrtribusi frekuensi.

2. Analisa Bivariat

Didalam penelitian ini analisa bivariat digunakan untuk

menganalisis keefektifan waktu pemberian pijat oksitosin terhadap

kelancaran ASI pada ibu post partum di RSUD Kota Madiun. Skala

data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data Rasio.

Data yang diperoleh adalah data pretest dan posttest serta dianalisis

menggunakan uji t-Test menggunakan SPSS 16.0 dengan nilai

kesalahan α 0,05.

Digunakan uji Paired t-Test apabila sampel yang digunakan saling

berhubungan, artinya satu sampel akan menghasilkan dua data.

Rancangan ini paling umum di kenal dengan rancangan pre-post,

artinya membandingkan rata – rata nilai pretest dan rata – rata nilai

posttest dari satu sampel (Riwidikdo, 2013).

Pamungkas (2016) uji Paired t-Test ini adalah uji parametik yang

salah satu syaratnya adalah data harus berdistribusi normal. Uji

59
normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data yang kita miliki

berdistribusi normal sehingga dapat dipakai statistik parametrik yaitu

uji Paired t-Test, jika data tidak valid untuk digunakan, sehingga

disarankan untuk menggunakan uji non-parametrik data yang

berpasangan (Wilcoxon). Uji normalitas ini dapat dilihat dengan

menggunakan uji Kolmograv-Smirnov, dimana :

Jika Sig ≥ 0,05 maka data berdistrubusi normal

Jika Sig< 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

Untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara kelompok 1

dan 2 menggunakan uji Independent t-test dilihat nilai p value dari dua

kelompok. Jika nilai p < 0,05 maka terdapat perbedaan yang

signifikan, namun jika nilai p > 0,05 maka tidak ada perbedaan yang

signifikan. Apabila ketentuan Paired t-testdan Independent t-test di

atas tidak memenuhi syarat, maka harus diganti dengan ujiWilcoxon

dan Mann- whitney U test.

3.10 Etika Penelitian

Dalam kehidupan sehari – hari dilingkungan atau kelompok apapun,

manusia tidak terlepas dari etika atau nurani. Demikian juga dalam kegiatan

keilmuan yang berupa penelitian, manusia sebagai pelaku penelitian dengan

manusia lain sebagai objek penelitian yang tidak terlepas dari etika sopan santun.

Dalam hubungan dari kedua belah pihak masing – masing terikat dalam hak dan

kewajibannya. Pelaku penelitian atau penelitindalam menjalankan tugas meneliti

atau melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific

60
attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian meskipun mungkin

penelitian yang akan dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi

subjek penelitian (Nugroho, 2012).

1. Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak – hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang

berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang

lain. Oleh sebab itu peneliti tidak boleh menampilkan informasi

mengenai identitas subjek. Peneliti seyogyanya menggunakan coding

sebagai pengganti identitas responden (Nugroho, 2012).

2. Informed Consent

Informed Consent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden, peneliti memberikan lembar persetujuan (Aziz, 2014).

Peneliti menjamin hak-hak responden dengan cara menjamin kerahasiaan

identitas responden. Selain itu peneliti memberikan penjelasan tentang

tujuan, dan manfaat penelitian serta memberikan hak menolak dijadikan

responden penelitian.

61
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang berjudul “Efektifitas

Durasi Waktu Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Post

Partum di RSUD Kota Madiun” pada tanggal 23 Mei – 24 Juni 2018 dari jumlah

sampel dari penelitian ini sebanyak 46 responden.

5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

RSUD Kota Madiun merupakan salah satu layanan kesehatan milik

Pemerintah Kota Madiun yang terletak di Jl. Campursari No 12b Madiun. RSUD

Kota Madiun dibanggun pada tahun 2004 dan mulai beroperasi pada tahun 2005

yang tercatat sebagai rumah sakit negeri tipe C. Masyarakat madiun tentunya

sudah tidak asing dan menyebutnya dengan Rumah Sakit Sogaten karena terletak

di kelurahan Sogaten, Manguharjo Kota Madiun. RSUD Kota Madiun ini

memiliki 217 tempat tidur yang terdiri dari 14 tempat tidur VIP, 36 tempat tidur

kelas I, 32 tempat tidur kelas II,85 tempat tidur kelas III, 6 tempat tidur di ICU, 10

tempat tidur di HCU, 16 tempat tidur di IGD, 11 tempat tidur di kamar Bersalin, 5

tempat tidur di kamar operasi, 2 tempat tidur di ruang isolasi. Sedangkan jumlah

tenaga kesehatan di RSUD Kota Madiun terdapat71 perawat, 26 bidan, dan 33

dokter.

Didalam penelitian ini peneliti menggambil tempatpenelitian di ruang

Nifas RSUD Kota Madiunyang diberi nama Ruang Bougenville, Ruang

Nifas/Bougenville terdiri dari kelas I yang ada 2 ruangan, kelas II berisi 2 tempat

62
tidur, ruang kelas III berisi 13 tempt tidur dan ruang observasi berisi 8 tempat

tidur,1 ruang memandikan dan menimbang bayi, 20 keranjang tidur bayi, 2 lemari

obat – obatan, 2 brankat pasien, ruang bidan dan ruang dokter.

Peneliti mencari responden hanya memilih pasienyangpartus secara

normal dan ASI ibu yang tidak keluar ber jumlah 46 responden. Pertama – tama

peneliti menjelaskan bahwa pasien akan diberikan terapi pijat oksitosin yang

bertujuan untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI, setelah itu peneliti

memberikan lembar informed consent untuk menanyakan apakah pasien setuju

untuk diberikan terapi pijat oksitosin tersebut, lalu peneliti memijat payudara

responden agar dilihat volume ASI nya sebelum di lakukan pijat oksitosin, setelah

mengetahui volume ASI peneliti mulai melakukan pijat oksitosin terhadap ibu

post partus tersebut. Selesai pemijatan peneliti kembali memijat payudara ibu post

partus untuk melihat jumlah volume ASI lagi apakah ada pengaruh dan

peningkatan jumlah volume ASI.

5.2 Karakteristik Responden

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik usia responden ibu post partumdi RSUD Kota Madiun

adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Usia Ibu


PostPartum di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun Pada
Bulan Mei – Juni 2018.
Umur Ibu Bersalin F %
<20 TAHUN 5 10,9
20 – 35 TAHUN 39 84,8
>35 TAHUN 2 4,3
TOTAL 46 100,0
Sumber : Data Primer , Lembar Observasi Responden di RSUD Kota Madiun 2018

63
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa ibu post partum normal

sebagian besar berusia 20-35 tahun sebanyak 39 orang (84,8%) sedangkan

sebagian kecil berusia >35 tahun sebanyak 2 orang (4,3%).

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Karakteristik pendidikan responden ibu post partumdi RSUD Kota

Madiun adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan


Ibu post partum di ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun Pada
Bulan Mei – Juni 2018.
Pendidikan Ibu Bersalin F %
Pendidikan Dasar (SD – SMP ) 2 4,3
Pendidikan Menengah (SMA/SLTA
37 80,4
SEDERAJAT)
Perguruan Tinggi
7 15,2
(DIPLOMA/SARJANA)
Total 46 100,0
Sumber : Data Primer , Lembar Observasi Responden di RSUD Kota Madiun 2018

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa ibu post partum

sebagian besar berpendidikan menengah (SMA/SLTA SEDERAJAT) sebanyak

37 orang (80,4%), sedangkan sebagian kecil pendidikan terendah berpendidikan

dasar (SMP) sebanyak 2 orang (4,3%).

5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Prekerjaan

Karakteristik pekerjaan responden ibu post partum di RSUD Kota Madiun

adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan


Ibu post partum di ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun Pada
Bulan Mei – Juni 2018.
Pekerjaan Ibu Bersalin F %
Bekerja 19 41,3
Tidak Bekerja 27 58,7
Total 46 100,0
Sumber : Data Primer , Lembar Observasi Responden di RSUD Kota Madiun 2018

64
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa ibu post partumsebagian

besar yaitu Tidak bekerja sebanyak 27 orang (58,7%).

5.3 Data Khusus

Setelah mengetahui data umum dalam penelitian ini maka akan

ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data khusus yang meliputi

jumlah volume ASI sebelum diberikan pijat oksitosin selama 3 menit dan 5 menit,

dan jumlah volume ASI sesudah pemberian pijat oksitosin selama 3 menit dan 5

menit dan keefektifan pemberian pijat oksitosin terhadap ibu post partum di ruang

nifas/bougenville RSUD Kota Madiun. Hasil dari lembar observasi yang didata

oleh peneliti sebelum di berikan pijat oksitosin selama 3 menit dan 5 menit

didapatkan dari 46 responden rerata produksi ASI ibu post partum hanya sebesar

1 ml sebanyak 22 orang. Hasil uji normalitas ( Kolmogorov-Smirnov )

menunjukan sebelum dan sesudah dilakukan pijat oksitosin selama 3 menit dan 5

menit didapatakan hasil α < 0,05 atau nilai data tidak lebih dari 0,05 data yang

berarti data berdistribusi normal

5.3.1 Tingkat Produksi Volume ASI pada Ibu post partum Sebelum
Diberikan Terapi Pijat Oksitosin Selama 3 Menit

Tingkat produksi ASI pada Ibu post partum sebelum di berikan terapi pijat

oksitosin selama 3 menit. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.4 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat produksi volume ASIpada Ibu
post partum sebelum di berikan terapi pijat oksitosin selama 3 menit
di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun.
Volume ASI sebelum di Mean Median Modus Min Max Std. Deviasi
berikan terapi pijat
1,260 1,000 1,00 1,00 2,00 0,365
Oksitosin selam 3 menit
Sumber :Data primer, hasil olah data responden tahun 2018 menggunakan SPSS 16.0

65
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa tingkat rerata produksivolume

ASI sebelum diberikan terapi pijat oksitosin selama 3 menit pada ibu post

partumadalah sebesar 1,260 ml dengan nilai tengah 1,000 dan nilai yang sering

munculnya 1,00 sedangkan nilai tertinggi sebesar 2,00 dan nilai terendahnya 1,00.

Rentang nilai/ standart deviasi sebesar 0,365

5.3.2 Tingkat Produksi Volume ASI Pada Ibu post partum


SesudahDiberikan Terapi Pijat Oksitosin Selama 3 Menit

Tingkat produksi ASI pada Ibu post partum sesudah di berikan terapi pijat

oksitosin selama 3 menit. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.5 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat produksi volume ASIpada Ibu
post partum sesudah di berikan terapi pijat oksitosin selama 3 menit di
Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun.
Volume ASI sesudah di Mean Median Modus Min Max Std deviasi
berikan terapi pijat Oksitosin
6,934 7,000 7,00 5,00 9,00 1,121
selam 3 menit
Sumber :Data primer, hasil olah data responden tahun 2018 menggunakan SPSS 16.0

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan bahwa tingkat rerata produksi volume

ASI sesudah diberikan terapi pijat oksitosin selam 3 menit pada ibu post

partumadalah sebesar 6,934 dengan nilai tengah 7,000 dan nilai yang sering

munculnya 7,00 sedangkan nilai tertinggi sebesar 9,00 dan nilai terendahnya 5,00.

Rentang nilai/standart deviasi sebesar 1,121

5.3.3 Tingkat Produksi Volume ASI pada Ibu post partum Sebelum
Diberikan Terapi Pijat Oksitosin Selama 5 Menit

Tingkat produksi ASI pada Ibu post partum sebelum di berikan terapi pijat

oksitosin selama 5 menit. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

66
Tabel 5.6 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat produksi volume ASI pada Ibu
post partum sebelum di berikan terapi pijat oksitosin selama 5 menit
di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun.
Volume ASI sebelum di Std.
Mean Median Modus Min Max
berikan terapi pijat Deviasi
Oksitosin selam 5 menit 1,434 1,500 1,50 1,00 2,00 0,378
Sumber :Data primer, hasil olah data responden tahun 2018 menggunakan SPSS 16.0

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukan bahwa tingkat rerata produksi volume

ASI sesudah diberikan terapi pijat oksitosin selam 5 menit pada ibu post partum

adalah sebesar 1,434 dengan nilai tengah 1,500 dan nilai yang sering munculnya

1,50 sedangkan nilai tertinggi sebesar 2,00 dan nilai terendahnya 1,00. Rentang

nilai/standart deviasi sebesar 0,378.

5.3.4 Tingkat Produksi Volume ASI Pada Ibu post partum Sesudah
Diberikan Terapi Pijat Oksitosin Selama 5 Menit

Tingkat produksi ASI pada Ibu post partum sesudah di berikan terapi pijat

oksitosin selama 5 menit. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.7 Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat produksi volume ASIpada Ibu
post partum sesudah di berikan terapi pijat oksitosin selama 5 menit di
Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun.
Volume ASI sesudah di Mean Median Modus Min Max Std deviasi
berikan terapi pijat Oksitosin
9,913 10,000 9,00 8,50 12,00 1,062
selam 5 menit
Sumber :Data primer, hasil olah data responden tahun 2018 menggunakan SPSS 16.0

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukan bahwa tingkat rerata produksi volume

ASI sesudah diberikan terapi pijat oksitosin selam 5 menit pada ibu post partum

adalah sebesar 9,913 dengan nilai tengah 10,000 dan nilai yang sering munculnya

9,00 sedangkan nilai tertinggi sebesar 12,00 dan nilai terendahnya 8,50. Rentang

nilai/standart deviasi sebesar 1,062

67
5.3.5 Pengaruh Sesudah Pemberian Pijat Oksitosin Pada Ibu post partum
Selama 3 Menit dan 5 Menit Terhadap volume ASI

Pengaruh pemberian pijat oksitosin selama 3 menit dan 5 menitpada ibu

post partum di ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun. Dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 5.8 Analisa Pengaruh Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran ASI
Pada Ibu Post Partum di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota
Madiun.
Pemberian Mean Median Modus Min Max Std devisiasi Wilcoxon
sesudah terapi ρ – value
3 menit 6,934 7,000 7,00 5,00 9,00 1,121 0,000
5 menit 9,913 10,000 9,00 8,50 12,00 1,062 0,000
Mann – Whitney ρ – value = 0,000
Sumber : Hasil Olah Data Responden tahun 2018 Di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota
Madiun Menggunakan SPSS 16.0

Berdasarkan tabel 5.8 dijelaskan bahwa setelah pemberian pijat oksitosin

selama 3 menit mempunyai nilai rata – rata produksi ASI 6,934 dan mempunyai

nilai tertinggi 9,00 sedangkan nilai terkecil yaitu 5,00. Hasil uji statistik

mengunakan Wilcoxon diperoleh nilai ρ = (0,000) maka α < (0,05). Sedangkan

pemberian pijat oksitosin selama 5 menit mempunyai nilai rata – rata produksi

ASI 9,913 dan mempunyai nilai tertinggi 12,00 sedangkan nilai terkecil 8,50.

Hasil uji statistik mengunakan Wilcoxon diperoleh nilai ρ=(0,000) α < (0,05). Hal

ini secara statistik H1 diterima dan H0 ditolak, yang berarti ada pengaruh antara

pemberian pijat oksitosin selama 3 menit dan 5 menit terhadap pengeluaran

jumlah volume ASI pada ibu post partum di Ruang Nifas/Bougenville RSUD

Kota Madiun.

68
Tabel 5.9 Analisa Pengaruh Pemberian Pijat Oksitosin
TerhadapKelancaran ASI Pada Ibu Post Partum di Ruang
Nifas/BougenvilleRSUD Kota Madiun.
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Sebelum Pemberian pijat oksitosin 23 20,50 471,50
selama 3 menit
Pemberian pijat oksitosin 23 26,50 609,50
selama 5 menit
Total 46
Sesudah Pemberian pijat oksitosin 23 12,28 282,50
selama 3 menit
Pemberian pijat oksitosin 23 34,72 798,50
selama 5 menit
Total 46
Sumber : Hasil Olah Data Responden tahun 2018 Di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota
Madiun Menggunakan SPSS 16.0

Berdasarkan tabel 5.9 dijelaskan bahwa pemberian pijat oksitosin dengan

waktu 5 menit lebih efektif di bandingkan dengan pemberian pijat oksitosinselama

3 menit. Hal ini dapat dilihat dari kolom Sum of Ranks yang menunjukkan setelah

pemberian pijat oksitosin 3 menit nilainya sebesar 282,50 sedangkan setelah

pemberian pijat oksitosin selama 5 menit nilainya sebesar 798,50.

Tabel 5.10 Analisa Efektifitas Waktu Pemberian Pijat Oksitosin


TerhadapKelancaran ASI Pada Ibu Post Partum di Ruang
Nifas/BougenvilleRSUD Kota Madiun.
KELOMPOK N Mean Rank Sum of Ranks
SELISIH 1. 3 menit 23 12,04 277,00
2. 5 menit 23 34,96 804,00
Total 46
Sumber : Hasil Olah Data Responden tahun 2018 Di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota
Madiun Menggunakan SPSS 16.0

Berdasarkan tabel 5.10 juga dapat dilihat, selisih waktu pemberian pijat

oksitosin pada ibu post partum nilai pada kolom Sum of Ranks yang terbesar

adalah pada kelompok 5 menit.

69
5.4 Pembahasan

5.4.1 Tingkat Produksi ASI Sebelum Diberikan Terapi Pijat Oksitosin


Selama 3 Menit Dan 5 Menit Pada Ibu Post Partum Di Ruang
Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun

Berdasarkan penelitian tabel 5.4 dan tabel 5.6 dijelaskan bahwa rerata

tingkat produksi ASI pada ibu post partum di ruang nifas/bougenville di Ruang

Bersalin RSUD Kota Madiun sebelum diberikan terapi pijat oksitosin selama 3

menit yaitu 1,260 ml sedangkan pasien yang akan diberikan terapi pijat oksitosin

selama 5 menit rerata produksi ASI sebesar 1,434. Hal ini disebabkan karena di

pengaruhi oleh kondisi psikis ibu dan makanan yang di konsumsinya serta

kurangnya ibu mendapatkan edukasi supaya jumlah ASI banyak. Oleh karena itu,

ibu tidak boleh merasa stress dan gelisah secara berlebihan. Keadaan ini sangat

berpengaruh terhadap jumlah volume ASI pada minggu pertama saat menyusui

bayi (Deddy Muchtadi, 2010).

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan kompisi yang

seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah

makanan yang sempurna baik secara kualitas maupun kuantitasnya dengan

tatalaksana menyusui yang benar. ASI sebagai bahan tunggal akan cukup

memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan dan ketika

diberikan makanan padat dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih

(Soetjiningsih, 2008).

Menurut Robbin (2011), Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi ibu

post partum mengalami masalah ketidaklancaran ASI yaitu seperti usia,

pekerjaan, dukungan keluarga. Usia akan mempengaruhi kerja hormon

70
pemroduksi/pembuat ASI sedangkan pekerjaan mempengaruhi keefektifan waktu

pemberian ASI yang penting bagi bayi sedangkan dukungan keluarga akan

mempengaruhi kondisi psikologis ibu di saat ia memulai untuk menyusui bayinya.

Sebagian besar ibu juga tidak tahu tentang cara agar ASI mereka bisa lancar

sebagian ibu merasa jika ASI mereka tidak keluar akan mengganti dengan susu

formula.

Karakteristik usia responden pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian

besar usia ibu post partum 20-35 tahun sebanyak 39 orang. Hal ini sejalan dengan

teori Johnson Ruth (2010) bahwa pada usia 20 tahun keatas produksi hormon

prolaktin (hormon pengeluaran ASI) dan hormon oksitosin (hormon pembentuk

ASI) sedang bekerja dengan baik sehingga ibu post partum pada usia tersebut

dalam pengeluaran ASI nya dapat lancar jika mendapat rangsangan dengan baik.

Karakteristik pendidikan responden pada tabel 5.2 diketahui bahwa ibu

post partum berpendidikan rata – rata berpendidikan Menengah sebanyak 37

responden. Hal ini sama dengan pendapat Notoadmojo (2010) bahwa tingkat

pendidikan yang mempengaruhi seseorang, semakin tinggi pendidikan maka

semakin tinggi kualitas pengetahuan seseorang sehingga lebih mudah menerima

informasi terutama dalam hal yang berhubungan dengan kesehatan dan hal ini

akan berpengaruh pada perilaku seseorang tersebut.

Karakteristik pekerjaan responden pada tabel 5.3 diketahui pada ibu post

partumsebagian besar tidak bekerja sebanyak 27 responden. Menurut Notoadmojo

(2010), bahwa bekerja umumnya adalah kegiatan yang menyita waktu sehingga

ibu menyusuitidak bisa dengan efektif memberikan ASI kepada bayinya, sehingga

71
produksi ASI tidak lancar karena bayinya jarang menyusu yang mengakibatkan

hormon oksitosin dan prolaktin tidak bekerja dengan baik.

Menurut asumsi peneliti bahwa rerata jumlah volume ASI ibu sedikit

sebelum diberikan terapi pijat oksitosin karena ada beberapa hal yang

mempengaruhi yaitu keadaan psikis ibu, stress dan gelisah hal ini akan

menghambat kerja hormon prolaktin dan oksitosin sehingga ASI hanya keluar

sedikit, maka dri itu ibu post partum yang mengalami ketidaklancaran ASI harus

mendapatkan intervensi agar ASI dapat keluar lancar. Ada beberapa faktor lain

yang menyebabkan ASI susah keluar yaitu usia, pendidikan serta dukungan

keluaraga. Usia akan mempengaruhi kerja hormon pemroduksi/pembuat ASI

sebagian besar ibu post partum berusia 20-35 tahun pada usia tersebut produksi

hormon oksitosin dan prolaktin sedang bekerja dengan baik apabila ibu

mendapakan rangsangan seperti pijat oksitosin ini, sedangkan pendidikan, apabila

semakin tinggi pendidikan ibu maka akan mempengaruhi informasi yang akan di

berikan tentang bagaiman acara agar dapat mengatasi masalah dalam

ketidaklancaran ASI, dukungan keluarga pun sangat penting terutama suami

karena ibu akan lebih merasa nyaman dan senang jika suami ikut serta memberi

dukungan dan motivasi.

5.4.2 Tingkat Produksi ASI Setelah Diberikan Terapi Pijat Oksitosin


Selama 3 Menit Dan 5 Menit Pada Ibu Post Partum Di Ruang
Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun

Berdasarkan penelitian tabel 5.5 dan 5.7 pada kolom setelah diberi terapi

pijat oksitosin dijelaskan bahwa produksi ASI ibu post partum setelah diberikan

terapi pijat oksitosin selama 3 menit yaitu rerata produksi ASI nya 6,934 ml.

72
Sedangkan rerata pengeluaran ASI setelah di berikan pijat oksitosin selama 5

menit 9,913 ml. Hal ini menunjukkan bahwa dengan di berikan pijat oksitosin

akan lebih memperlancar produksi ASI pada ibu post partum. Dengan di lakukan

pijat oksitosin pada punggung ibu memberikan kenyaman serta ketenangan pada

ibu. Secara fisiologis hal tersebut merangsang refleks oksitosin atau refleks let

down untuk mensekresi hormon oksitosin ke dalam darah. Oksitosin ini

menyebabkan sel-sel myopitelium di sekitar alveoli berkontraksi dan membuat

ASI mengalir dari alveoli ke duktus melalui sinus dan puting kemudian siap di

hisap oleh bayi. Seperti yang di ungkapkan Mardyaningsih (2010) bahwa dengan

di lakukan pijat oksitosin ibu akan merasa rileks, lebih nyaman, kelelahan setelah

melahirkan akan hilang sehingga dengan di lakukan pemijatan akan merangsang

hormon oksitosin dan ASI pun akan cepat keluar.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan Rusdiati

(2014) dengan judul “Pengaruh Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas Terhadap

Pengeluaran ASI di Kabupaten Jember” berdasarkan hasil perhitungan

menggunakan SPSS 16.0 di temukan ρ - value 0,000 < α 0,05 atau (5%) yang

artinya adanya pengaruh pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap pengeluaran ASI.

Menurut asumsi peneliti bahwa setelah dilakukan pijat oksitosin dengan

waktu yang berbeda yaitu 3 menit dan 5 menit ibu post partum mengalami

peningkatan jumlah produksi ASI, karena dengan pemberian terapi pijat oksitosin

ibu akan merasa rileks dan merasa nyaman sehingga dapat merangsang hormon

oksitosin dan prolaktin bekerja dengan optimal, semakin sering ibu di lakukan

73
pijat oksitosin dan semakin sering si bayi menyusu pada ibu, maka produksi ASI

akan bertambah setiap harinya.

5.4.3 Pengaruh Waktu Pemberian Terapi Pijat Oksitosin Pada Ibu Post
Partum Di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun

Penelitian membuktikan bahwa adanya perbedaan antara pemberian terapi

pijat oksitosin selama 3 menit dan 5 menit pada ibu post partum di Ruang

Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun. Dari analisis data yang diperoleh oleh

peneliti pada 46 orang ibu post partum. Pada awal diberikan terapi pijat oksitosin

selama 3 menit rata – rata produksi ASI nya adalah 1,260 ml. Setelah diberikan

terapi pijat oksitosin selama 3 menit produksi ASI meningkat menjadi rata – rata

6,934 ml. Berdasarkan dari uji Wilcoxon pembanding keputusan dengan tingkat

kesalahan 0,05 diperoleh sig (0,000) ɑ < 0,05. Kesimpulan dari uji Wilcoxon

adalah terdapat pengaruh antara pemberian pijat oksitosin sebelum dan setelah

pada ibu post partum. Sedangkan pemberian terapi pijat oksitosin pada ibu post

partum selama 5 menit menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran ASI sebelum di

berikan terapi pijat oksitosin 1,434 ml setelah di berikan terapi pijat oksitosin

pengeluaran ASI meningkat menjadi 9,913 ml. Berdasarkan dari uji Wilcoxon

pembanding keputusan dengan tingkat kesalahan 0,05 diperoleh sig (0,000) ɑ <

0,05. Kesimpulan dari uji Wilcoxon adalah terdapat pengaruh antara pemberian

pijat oksitosin pada ibu post partum terhadap tingkat produksi ASI.

Setelah diketahui bahwa keduanya berpengaruh dapat meningkatkan

produksi ASI. Untuk melihat keefektifan waktu pijat oksitosin dapat dilihat dari

tabel 5.9 bahwa selisih antara kelompok 3 menit dan kelompok 5 menit

menunjukkan bahwa peningkatan produksi ASI di tunjukan pada terapi pijat

74
oksitosin selama 5 menit, nilai pada kelompok setelah di lakukan pijatan selama 5

menit lebih besar di bandingkan pada kelompok 3 menit pemijatan.Pemberian

pijat oksitosin selama 5 menit dapat meningkatkan produksi ASI lebih cepat pada

ibu post partum karena semakin lama durasi waktu pijatan ibu akan merasa

semakin rileks dan nyaman sehingga hormon prolaktin dan oksitosin akan bekerja

optimal dan dapat menghasilkan ASI yang banyak.

Hal ini telah di buktikan dalam penelitian di tahun 2000, Journal of the

Medical Association menjelasakan tentang hasil study pijat oksitosin bahwa ibu-

ibu post partum yang mengalami ketidaklancaran ASI lebih merasa rileks dan

nyaman saat dilakukan pijat oksitosin di bandingkan dengan di berikan terapi lain

seperti breastcare atau hypno-breastfeeding (terapi alam bawah sadar).

Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter

akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hypothalamus

di hypofise anterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga payudara

mengeluarkan ASI. Pijat oksitosin dilakukan pada ibu setelah melahirkan juga

dapat membantu kerja hormon oksitosin dalam pengeluaran ASI, juga

mempercepat saraf parasimpatis dan menyampaikan sinyal ke otak bagian

belakang (Ambarwati, 2009).

Menurut asumsi peneliti bahwa melakukan pijat oksitosin selama 5 menit

dapat meningkatkan produksi ASI lebih banyak karena semakin lama durasi

pemberian pijat oksitosin ibu post partum akan semakin rileks dan dapat dengan

cepat merangsang hormon oksitosin dan prolaktin sehingga ASI dapat keluar

dengan lancar dan produksinya banyak. Pemberian pijat oksitosin di harapkan

75
dapat menjadi solusi dalam penyelesaian masalah ketidaklancaran ASI pada ibu

post patum di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun.

5.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, penelitimengakui adanya beberapa

kelemahan dan kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum

optimal atau dapat dikatakan belum sempurna antara lain :

1. Keterbatasan tenaga yang membantu untuk memberikan intervensi

sehingga penelitian membutuhkan waktu yang lama.

2. Ibu Muda yang kurang kooperative dan tidak bisa diajak kerjasama pada

saat peneliti ingin memberikan solusi untuk masalah ketidaklancaran ASI

3. Waktu pemberian pijat oksitosin yang di gunakan hanya 3 menit dan 5

menit jadi belum diketahui wajtu yang paling optimal untuk pijat oksitosin

untuk melancarkan produksi ASI

4. Peneliti belum bisa menyamakan waktu pengulangan pijat oksitosin dalam

waktu 3 menit dan 5 menit

76
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan diatas

maka penulis dapat menyimpulkan bahwa adanya peningkatan dalam produksi

ASI pada ibu post partum di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun

setelah dilakukan terapi Pijat Oksitosin selama 3 menit dan 5 menit dengan nilai

(p=0,000).

1. Reratatingkat produksi ASI ibu post partum sebelum di berikan terapi Pijat

Oksitosin dengan durasi waktu selama 3 menit yaitu sebesar1,260 ml.

2. Rerata tingkat produksi ASI ibu post partum sesudah di berikan terapi

Pijat Oksitosin dengan durasi waktu selama 3 menit yaitu sebesar 6,934

ml.

3. Rerata tingkat produksi ASI ibu post partum sebelum di berikan terapi

Pijat Oksitosin dengan durasi waktu selama 5 menit yaitu sebesar1,434 ml.

4. Rerata tingkat produksi ASI ibu post partum sesudah di berikan terapi

Pijat Oksitosin dengan durasi waktu selama 5 menit yaitu sebesar 9,913

ml.

5. Pemberian terapi pijat oksitosin selama 3 menit dan 5 menit sam-sama

berpengaruh dapat meningkatkan dan memperlancar produksi ASI pada

Ibu Post Partum Di Ruang Nifas/Bougenville RSUD Kota Madiun.

Keefektifan dari pijat oksitosin pemberian selama 5 menit lebih efektif di

bandingkan dengan waktu pemberian pijat oksitosin 3 menit.

77
6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, maka peneliti ingin

menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Bidan/Perawat di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun

Peneliti menyarankan pijat oksitosin dapat dijadikan solusi untuk ibu post

partum yang mengalami masalah ketidaklancaran ASI dan dapat

mengedukasi ibu post partum tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif

pada bayi yang baru lahir.

2. Bagi Responden ( Ibu Post Partum )

Diharapkan ibu-ibu post partum dengan di bantu suami atau keluarga di

rumah dapat memberitahukan ke masyarakat sekitar sehingga menambah

pengetahuan serta wawasan untuk menerapkan pijat oksitosin sebagai

salah satu solusi untuk mengatasi masalah ASI yang tidak lancar .

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini belum sempurna karena keterbatasan peneliti,

diharapkan pada peneliti selanjutnya mampu mengembangkan penilitian

lain dengan metode yang lain pada ibu post partum dari segi faktor yang

berbeda agar dapat mengembangkan penelitian seperti ini di masa yang

akan datang.

4. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Diharapkan penelitian ini di jadikan referensi dan digunakan oleh

mahasiswa untuk menambah pengetahuan di bidang kesehatan dan di

78
bidang maternitas, yaitu tentang pemberian intervensi pijat oksitosin

terhadap ibu post partum yang mengalami masalah ketidaklancaran ASI.

79
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari, Saifudin. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,


Jakarta:Bina Pustaka

Ambarwati, E., 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta:


PustakaRihama.

Aziz, 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran, Yogyakarta:Bursa


Ilmu.

Depkes RI, 2009. Pelatihan Konseling Menyusui. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI, 2008. Permenkes nomor 1464/ Menkes/ PER/ X/ 2008.


http://www.gizikia.depkes.go.id/. Diakses pada tanggal 20 Februari 2018

Dinkes Kota Madiun. 2014. Profil Kesehatan Kota Madiun. Madiun: Dinkes Kota
Madiun
________________. 2015. Profil Kesehatan Kota Madiun. Madiun: Dinkes Kota
Madiun
________________. 2016. Profil Kesehatan Kota Madiun. Madiun: Dinkes Kota
Madiun

Hamranani, 2013. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu


PostPartum Di BPM Wilayah Kabupaten Klaten. Jurnal. Volume 2.
http://www.docs-engine.com/pdf/1/oksitosin.html. Diakses pada tanggal 20
Februari 2018

Hegar, 2008. Bedah ASI Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia Balai Penerbit FKUI pp.

Hegar, 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (askeb 3). Yogyakarta: Nuha
Medika.

Johnson, Ruth. 2010. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC

Lubis, 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI


Eksklusif Pada Ibu (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Manyaran
Kecamatan Semarang Barat).Jurnal. Semarang: Program Pendidikan
Sarjana Kedokteran. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.http://.docs-pemberianASI.com/pdf/1/ASI.html. Diakses pada
tanggal 22 Februari 2018.

80
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “PuerperiumCare”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Notoadmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, 2012. Metodologi Penelitian, Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Nursalam, 2016. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba


Medika.

Riskesdas, 2013. Data Cakupan ASI.


www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf.
Diakses pada tanggal 15 Februari 2018.

Riwidikdo, H, 2013, Statistik Kesehatan Dengan Aplikasi SPSS Dalam Prosedur


Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.

Roesli, & Ummah, F. 2014. Pijat Oksitosin untuk Mempercepat Pengeluaran ASI
pada Ibu Pasca Salin Normal di Dusun Sono Seda Ketanen Kecamatan
Panceng Gresik. Vol.02. No XVII. Juni 2014. Diakses pada tanggal 20
Februari 2018

Roesli, U. 2008. ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Soetjningsih, 2007. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan Cetakan Ketiga .


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Varney, H., 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.

WABA, 2009. The firstHoer Save ONE MillionBabies, Action Folder. World
BreastfeedingWeek (WBW), www.waba.org. Diakses pada tanggal 15
Februari 2018

Wiji, R.N. 2013. Asi dan Panduan Ibu Menyusui: Yogyakarta. Nuha Medika.

Wiknjosastro, 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

World HealthOrganization (WHO). Angka Kematian Bayi, WHO; 2013.


www.depkes.go.id/article/print/201204300001/jadilah-kartini-indonesia-
yang-tidak-mati-muda-pencanangan-kampanye-peduli-kesehatan-ibu-
2014.html. Diakses pada tanggal 15 Februari 2018

Yohmi, E., & Roesli, U. 2009. Pijat Oksitosin Guna Kelancaran ASI pada Ibu
Menyusui. http://health.detik.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2018.

81
Lampiran 1

82
Lampiran 2

83
Lampiran 3

84
Lampiran 4

85
Lampiran 5

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Calon Responden

Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Progam Studi

Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun,

Nama : Della Sekar Yuventhia


NIM : 201402065
Bermaksud melakukan penelitian tentang berjudul “Efektifitas Durasi

Waktu Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu

PostPartumDi RSUD Kota Madiun”. Sehubungan dengan ini, saya mohon

kesediaan saudara untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan

saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan sangat kami jaga dan

informasi yang akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya

ucapkan terima kasih.

Madiun, 22 Februari 2018


Peneliti

Della Sekar Yuventhia

86
Lampiran 6
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan

kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh

mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

yang bernama Della Sekar Yuventhia mengenai berjudul “Efektifitas Durasi

Waktu Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu

PostPartumDi RSUD Kota Madiun”. Saya mengetahui bahwa informasi yang

akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan di

Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang diperlukan dengan sebenar-

benarnya. Demikian penyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai

keperluan.

Madiun, 2018

Peneliti Responden

(Della Sekar Yuventhia) ( )

Saksi

( )

87
Lampiran 7

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

“PIJAT OKSITOSIN”

Pengertian : Pijat Oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang


belakang(vertebrae) sampai tulang costae kelima atau keenam
danmerupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin
danoksitosin setelah melahirkan
Tujuan : Untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapatmenenangkan
ibu, sehingga pengeluaran ASI menjadi lebih lancar
Alat – alat : Baby Oil, Handuk kecil/Washlap, Buku catatan dan alat tulis
Waktu : Pijatan diberikan 2x sehari pada pagi hari dan sore hari kemudian
di observasi selama 2hari berturut-turut.
NO PROSEDUR

Pre Interaksi

1. Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)

2. Siapkan alat-alat dan dekatkan ke responden

3. Jaga privasi responden dengan menutup gorden/pintu

4. Cuci tangan

Tahap Orientasi

5. Beri salam dan sapa responden dengan namanya

6. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada responden dan


keluarga pasien

Interaksi

7. Mengatur posisi responden dengan duduk di kursi/telungkup di kursi


dengan tangan dilipat dengan kepala responden di letatkkan di atas
lengannya dan posisi payudara menggantung

8. Tanyakan apakah responden ada keluhan atau tidak

88
9. Jaga privasi responden. Memulai kegiatan dengan cara yang baik

10. Anjurkan responden untuk membuka baju dan bra sebelum di lakukan
pijat

11. Pijat kedua sisi tulang belakang responden dengan Baby oil
menggunakan dua kepalan tangan dan ibu jari menunjuk kedepan

12. Tekan dengan kuat, membentuk gerakan lingkaran kecil dengan kedua
ibu jari

13. Gosok kearah bawah dua sisi tulang belakang, pada saat yang sama,
pijat dari leher kearah tulang belikat. Untuk waktu 3 menit pengulangan
sebanyak 4 kali dan untuk waktu 5 menit pengulangan sebanyak 8 kali

14. Amati respon responden saat di lakukan tindakan

15. Jika responden merasa tekanan pada saat di lakukan pijat kurang kuat,
tekan lebih kuat punggung responden

16. Bersihkan punggung responden dengan handuk kecil/washlap

17. Rapikan alat

Terminasi

18. Evaluasi perasaan responden/ kenyamanan responden

19. Simpulkan hasil kegiatan

20. Akhiri kegiatan dengan cara baik

21. Cuci tangan

Dokumentasi

22 Catat hasil kegiatan dalam catatan keperawatan

89
Lampiran 8

LEMBAR OBSERVASI

PENGELUARAN ASI DENGAN GELAS UKUR

A. Identitas Responden
1. No Responden :
2. Nama Responden :
3. Umur :
4. Hari Nifas ke :
5. Persalinan ke :
6. Pendidikan :

Pendidikan Dasar (SD - SMP)

Pendidikan Menengah

(SMA/SLTA SEDERAJAT)

PERGURUAN TINGGI

(DIPLOMA/SARJANA)

7. Pekerjaan :
Bekerja

Tidak Bekerja

90
B. Observasi Pengeluaran ASI Menggunakan Gelas Ukur
Observasi dilakukan dengan melihat jumlah ASI yang keluar
menggunakan pompa ASI dan dilihat volume ASI nya Sebelum dan
Sesudah di lakukan Pijat Oksitosin.

Tanggal Pelaksanaan :

WAKTU HASIL
HARI
PIJAT
KE SEBELUM SESUDAH
OKSITOSIN

PAGI cc/ml cc/ml


Hari
1 SORE cc/ml cc/ml

PAGI cc/ml cc/ml


Hari
2 SORE cc/ml cc/ml

91
LAMPIRAN 9

HASIL TABULASI DATA PEMBERIAN PIJAT OKSITOSIN SELAMA 3 MENIT

95
HASIL TABULASI DATA PEMBERIAN PIJAT OKSITOSIN SELAMA 5 MENIT

93
LAMPIRAN 10

HASIL UJI STATISTIK SPSS 16.0

HASIL UJI NORMALITAS

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

pre_3mnit .347 23 .000 .730 23 .000


*
post_3mnit .139 23 .200 .951 23 .312

pre_5mnit .222 23 .004 .809 23 .001

post_5mnit .196 23 .022 .903 23 .029

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Statistics

Umur pendidikan pekerjaan

N Valid 46 46 46

Missing 0 0 0

Mean 1.9348 3.1087 1.5870

Median 2.0000 3.0000 2.0000

Std. Deviation .38885 .43350 .49782

Maximum 3.00 4.00 2.00

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 5 10.9 10.9 10.9

94
2 39 84.8 84.8 95.7

3 2 4.3 4.3 100.0

Total 46 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMP 2 4.3 4.3 4.3

SMA 37 80.4 80.4 84.8

DIPLOMA/S1 7 15.2 15.2 100.0

Total 46 100.0 100.0

pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BEKERJA 19 41.3 41.3 41.3

TIDAK BEKERJA 27 58.7 58.7 100.0

Total 46 100.0 100.0

95
HASIL ANALISA STATISTIK MENGGUNAKAN UJI WILCOXON DAN
MANN WHITNEY U- TEST
Statistics

sebelum_terapi_ sesudah_terapi_ sebelum_terapi_ sesudah_terapi_


3menit 3menit 5menit 5menit

N Valid 23 23 23 23

Missing 0 0 0 0

Mean 1.2609 6.9348 1.4348 9.9130

Median 1.0000 7.0000 1.5000 10.0000


a
Mode 1.00 7.00 1.50 9.00

Std. Deviation .36524 1.12112 .37852 1.06229

Minimum 1.00 5.00 1.00 8.50

Maximum 2.00 9.00 2.00 12.00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

sebelum_terapi_3menit

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 14 60.9 60.9 60.9

1.5 6 26.1 26.1 87.0

2 3 13.0 13.0 100.0

Total 23 100.0 100.0

sesudah_terapi_3menit

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 5 2 8.7 8.7 8.7

5.5 2 8.7 8.7 17.4

6 3 13.0 13.0 30.4

6.5 2 8.7 8.7 39.1

7 5 21.7 21.7 60.9

7.5 2 8.7 8.7 69.6

8 5 21.7 21.7 91.3

8.5 1 4.3 4.3 95.7

9 1 4.3 4.3 100.0

Total 23 100.0 100.0

96
sebelum_terapi_5menit

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 8 34.8 34.8 34.8

1.5 10 43.5 43.5 78.3

2 5 21.7 21.7 100.0

Total 23 100.0 100.0

sesudah_terapi_5menit

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 8.5 2 8.7 8.7 8.7

9 7 30.4 30.4 39.1

9.5 2 8.7 8.7 47.8

10 5 21.7 21.7 69.6

10.5 1 4.3 4.3 73.9

11 2 8.7 8.7 82.6

11.5 3 13.0 13.0 95.7

12 1 4.3 4.3 100.0

Total 23 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

sebelum_terapi_3menit 23 1.2609 .36524 1.00 2.00

sesudah_terapi_3menit 23 6.9348 1.12112 5.00 9.00

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
sesudah_terapi_3menit - Negative Ranks 0 .00 .00
sebelum_terapi_3menit b
Positive Ranks 23 12.00 276.00
c
Ties 0

Total 23

a. sesudah_terapi_3menit < sebelum_terapi_3menit

97
sebelum_terapi_5menit

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 8 34.8 34.8 34.8

1.5 10 43.5 43.5 78.3

2 5 21.7 21.7 100.0

b. sesudah_terapi_3menit > sebelum_terapi_3menit

c. sesudah_terapi_3menit = sebelum_terapi_3menit
b
Test Statistics

sesudah_terapi_
3menit -
sebelum_terapi_
3menit
a
Z -4.214

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

sebelum_terapi_5menit 23 1.4348 .37852 1.00 2.00

sesudah_terapi_5menit 23 9.9130 1.06229 8.50 12.00

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
sesudah_terapi_5menit - Negative Ranks 0 .00 .00
sebelum_terapi_5menit b
Positive Ranks 23 12.00 276.00
c
Ties 0

Total 23

a. sesudah_terapi_5menit < sebelum_terapi_5menit

b. sesudah_terapi_5menit > sebelum_terapi_5menit

c. sesudah_terapi_5menit = sebelum_terapi_5menit
b
Test Statistics

98
sesudah_terapi_
5menit -
sebelum_terapi_
5menit
a
Z -4.222

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

sebelum_diberi_terapi terapi 3 menit 23 20.50 471.50

terapi 5 menit 23 26.50 609.50

Total 46

sesudah_diberi_terapi terapi 3 menit 23 12.28 282.50

terapi 5 menit 23 34.72 798.50

Total 46
a
Test Statistics

sebelum_diberi_t sesudah_diberi_t
erapi erapi

Mann-Whitney U 195.500 6.500

Wilcoxon W 471.500 282.500

Z -1.650 -5.697

Asymp. Sig. (2-tailed) .099 .000

a. Grouping Variable: kelompok

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

selisih terapi 3 menit 23 12.04 277.00

terapi 5 menit 23 34.96 804.00

Total 46
a
Test Statistics

Selisih

Mann-Whitney U 1.000

Wilcoxon W 277.000

Z -5.824

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

99
sebelum_terapi_5menit

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 8 34.8 34.8 34.8

1.5 10 43.5 43.5 78.3

2 5 21.7 21.7 100.0

a. Grouping Variable: kelompok

100
LAMPIRAN 11

JADWAL KEGIATAN

No Nama kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1. Pengajuan judul

2. Penyusunan dan konsultasi proposal

3. Ujian proposal

4. Revisi proposal

5. Penelitian

6. Proses penyusunan skripsi

7. Bimbingan skripsi

8. Ujian skripsi

101
Lampiran 12

DOKUMENTASI

102
Lampiran 13

103
104
105

Anda mungkin juga menyukai