Anda di halaman 1dari 302

ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE

PADA IBU S UMUR 36 TAHUN, GIIIP2002


DI PMB SEHATI TENGGARONG

Oleh :

DEWI SUSANTI
NIM. P07224320035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu S


GIIIP2002 di Praktik Mandiri Bidan Sehati
Tenggarong Tahun 2021
Nama : Dewi Susanti
NIM : PO7224320035
Jurusan : Kebidanan
Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan kelas Kutai Kartanegara

Laporan Continuity Of Care ini telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan


Tim Penguji Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur
Jurusan Kebidanan Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

Samarinda, 08 Maret 2021

Menyetujui,
Pembimbing Institusi

Dwi Hendriani, M. Kes


NIP. 19810715 200812 2 002

Pembimbing Klinik

Eliyana Prima Agustina, S.Tr.Keb


N1P. 19740828 199803 2 004

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Dewi Susanti


NIM : PO7224320035
Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan
Angkatan : 2020/2021
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan dan

penyusunan laporan asuhan Kebidanan komprehensif saya yang berjudul :

“Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif Continuity Of Care Pada Ibu S

Di Praktik Mandiri Bidan Sehati Tahun 2021”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Samarinda 08 Maret 2021


,

Dewi Susanti
NIM. PO7224320035

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

iii
Identitas Diri
Nama : Dewi Susanti
Tempat / Tanggal Lahir : Samarinda, 05 Oktober 1984
Alamat : Jalan Gunung Triyu 2 Kecamatan Tenggarong
Kabupaten Kutai kartanegara
Status Keluarga : Menikah , 3 Anak
Alamat Instansi : Jalan Ratu Agung No. 1, Tenggarong Seberang
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 024 Samarinda Lulus Tahun 1996
2. SMP Negeri 10 Samarinda Lulus Tahun 1999
3. SPK Yarsi Samarinda Lulus Tahun 2002
4. Poltekkes Samarinda Jurusan Kebidanan Lulus Tahun 2005
Balikpapan

Riwayat Pekerjaan
1. RSUD AM Parikesit Tenggarong ( Tahun 2005 s/d sekarang )

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkah, hidayah dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan dengan

judul “Asuhan Kebidanan Continuity Of Care pada Ibu S Umur 36 tahun GIIIP2002

di PMB Sehati”. Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

iv
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Terapan Kebidanan pada Program Studi

Sarjana Terapan Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

Penulis menyadari bahwa laporan ini dapat diselesaikan karena adanya

bimbingan, pengarahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang tidak

bisa disebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Supriadi B,S.Kp,M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kalimantan Timur

2. Ibu Inda Corniawati, M. Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kalimantan Timur.

3. Ibu Nursari Abdul Syukur, M. Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana

Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia Kalimantan Timur.

4. Ibu Dwi Hendriani, M. Kes selaku pembimbing institusi yang selalu

meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, masukan serta dukungan

kepada saya dalam menyelesaikan tugas ini

5. Ibu Eliyana Prima Agt, S.Tr.Keb selaku pembimbing klinik yang selalu

meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, masukan serta dukungan

kepada saya dalam menyelesaikan tugas ini

6. Dosen dan Staff Pendidikan yang memberikan bimbingan dan pembelajaran

selama menjalani studi di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan.

v
7. Kepala PMB Sehati beserta staff yang telah memberikan ijin dan dukungan

selama proses pelayanan asuhan kebidanan yang di lakukan di PMB Sehati.

8. Kedua Orangtua dan adek – adekku , terima kasih atas doa dan dukungan

yang luar biasa yang selalu diberikan

9. Suami dan anak-anakku tercinta, terima kasih sudah memberikan cinta,

dukungan, semangat dan pengertian yang luar biasa selama proses

pendidikan ini

10. Ibu S dan keluarga yang bersedia dan kooperatif selama penulis memberikan

asuhan kebidanan komprehensif

11. Rekan-rekan mahasiswi Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kaltim

angkatan 2020-2021 yang membantu serta memberikan dukungan dan

motivasi dalam proses penyusunan hingga penyelesaian laporan ini

12. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa saya sebutkan satu per

satu

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa

dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan. Penulis berharap adanya

saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan yang akan datang.

Semoga tugas Akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Samarinda, 08 Maret 2021


Penulis

vi
Dewi Susanti

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP v

vii
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5
D. Manfaat 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
A. KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF 8
1. Konsep Dasar Teori Kehamilan Fisiologis Trimester III 8
2. Konsep Dasar Teori Persalinan Fisiologis 50
3. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir Fisiologis 67
4. Konsep Dasar Teori Nifas Fisiologis 81
5. Konsep Dasar Teori Kontrasepsi96
B. KONSEP DASAR MANAJEMEN 101
1. Konsep Dasar Manajemen Kehamilan Fisiologis Trimester III 101
2. Konsep Dasar Manajemen Persalinan Fisiologis115
3. Konsep Dasar Manajemen Bayi Baru Lahir Fisiologis 138
4. Konsep Dasar Manajemen Nifas Fisiologis 150
5. Konsep Dasar Manajemen Neonatus Fisiologis 168
6. Konsep Dasar Manajemen Kontrasepsi 177
BAB III TINJAUAN KASUS 184
A. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis Trimester III 184
B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan Fisiologis 193
C. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Fisiologis 206
D. Asuhan Kebidanan pada Nifas Fisiologis 226
E. Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Pil Progestin Tunggal 243
BAB IV PEMBAHASAN 250
A. Asuhan Kebidanan Kehamilan 250
B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan (Intranatal) 255

viii
C. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir 259
D. Asuhan Kebidanan pada Nifas (Postnatal Care) 262
E. Asuhan Kebidanan pada Neonatus 266
F. Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Pil Progestin Tunggal 268
BAB V PENUTUP 277
A. Kesimpulan 277
B. Saran 279
DAFTAR PUSTAKA 281
DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kenaikakan BB Berdasarkan IMT........................................... 13

Tabel 2.2 Interval Pemberian Imnunisasi TT .......................................... 40

Tabel 2.3 Penilain APGAR Score ........................................................... 68

ix
Tabel 2.4 Penilaian Tanda Gawat darurat Bayi ...................................... 78

Tabel 2.5 Keuntungan dan Kerugian Metode Amenore Laktasi ........... 98

Tabel 2.6 Keuntungan dan Keterbatasan Pil Progestin............................ 99

Tabel 2.7 Pola Fungsional Kesehatan Neonatus....................................... 169

Tabel 2.8 Jadwal Pelaksanaan COC........................................................ 183

Tabel 2.9 Pembahasan.............................................................................. 270

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Komprehensif

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Klien

Lampiran 3 Skor Dr. Pudji Roechajati

x
Lampiran 4 Partograf

Lampiran 5 Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Lampiran 6 SAP dan Leafleat Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester III

Lampiran 7 SAP dan Leafleat Persiapan Persalinan

Lampiran 8 SAP dan Leafleat Tanda-tanda Persalinan

Lampiran 9 SAP dan Leafleat Tanda Bahaya Nifas

Lampiran 10 SAP dan Leafleat Nutrisi Ibu Menyusui

Lampiran 11 SAP dan Leafleat ASI Eksklusif

Lampiran 12 SAP dan Leafleat Cara Menyusui yang Benar

Lampiran 13 SAP dan Leafleat Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir

Lampiran 14 SAP dan Leafleat Perawatan Tali Pusat

Lampiran 15 SAP dan Leafleat Memandikan Bayi

Lampiran 16 SAP dan Leafleat Imunisasi

Lampiran 17 SAP dan Leafleat Keluarga Berencana (KB )

Lampiran 18 Dokumentasi

Lampiran 19 Daftar Hadir Kunjungan COC

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesejahteraan suatu bangsa di pengaruhi oleh kesejahteraan ibu

dan anak, dimana ibu akan mengalami proses kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender international.Setelah 40 minggu kehamilan, seorang wanita

akan merasakan proses selanjutnya yaitu persalinan (Prawirohardjo, 2016).

Persalinan merupakan serangkaian proses lahirnya hasil konsepsi atau janin ke

dunia beserta plasenta dan amnion, Sedangkan, pasca salin (nifas) dan

juga pada saat pemakaian alat kontrasepsi, Proses tersebut akan

menentukan kualitas sumber daya manusia yang akan datang. Pelayanan

kesehatan maternal neonatal merupakan salah satu unsur penentu

status kesehatan ibu dan anak (Saifuddin, 2013)

Sustainable Development Goals (SDG’s) merupakan kelanjutan dari

target–target MDGs dalam hal bagaimana mewujudkan pembangunan

manusia. Keempat sasaran yang belum selesai yaitu penurunan angka

kematian ibu dan balita, penurunan angka AIDS/HIV dan cakupan air minum

dan sanitasi, tidak dapat dilupakan dan diabaikan begitu saja, karena sasaran–

sasaran tersebut juga termuat ke dalam beberapa Tujuan dan Sasaran SDGs.

Target SDG’s untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak

yang harus dicapai pada tahun 2030 yaitu Angka Kematian Ibu (AKI)

diturunkan hingga 70 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi

1
2

(AKB) diturunkan hingga 12 per 1000 kelahiran hidup. AKI dan AKB

merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. AKI

dan AKB juga mengindikasikan kemampuan dan kualitas pelayanan

kesehatan (SDGs, 2016).

Tercatat AKI dalam kehamilan dan persalinan di dunia yaitu 216 per

100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di Asia Tenggara tercatat AKI 164 per

100.000 kelahiran hidup. Di Indonesia sendiri tercatat AKI masih tergolong

tinggi yaitu mencapai 126 jiwa per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2016).

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kalimantan Timur 2017 AKI di

Kalimantan Timur pada tahun 2016 total mencapai 95 jiwa per 69.372

kelahiran hidup, kemudian pada tahun 2017 meningkat mencapai 110 jiwa

per 69.674 kelahiran hidup. Sebagian besar meninggalnya ibu terjadi pada

masa kehamilan, bersalin dan pada masa nifas. Sedangkan AKB pada tahun

2016 mencapai mencapai angka 644 per 69.372 kelahiran hidup, pada tahun

2017 mencapai 619 per 69.674 kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan

Kalimantan Timur, 2017).

Berdasarkan Data Kabupaten Kutai Kartanegara AKI tahun 2018

mencapai 22 per 13.928 Kelahiran Hidup, tahun 2019 meningkat menjadi 24

per 13.469 kelahiran hidup, Angka AKB pada tahun 2018 sebesar 78 per

13.928, sedangkan tahun 2019 meningkat sebesar 197 per 13.469 kelahiran

hidup (Profil Dinas Kesehatan Kutai Kartanegara, 2019).

Berdasarkan data tersebut, AKI dan AKB di Kabupaten Kutai

Kartanegara pada tahun 2019 dapat menjadi pemicu untuk lebih


3

meningkatnya program-program kesehatan yang sudah dijalankan baik itu

secara promotif maupun preventif.

Salah satu faktor yang melatar belakangi kematian ibu adalah kondisi

tiga terlambat, yakni (1)terlambat dalam memeriksakan kehamilan, mengenal

tanda bahaya dan mengambil keputusan, (2)terlambat dalam memperoleh

pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, (3)terlambat sampai di fasilitas

kesehatan pada saat dalam keadaan emergency,gizi,penyakit menular dan

penyakit lainnya (Kemenkes RI,2011)(Mardela, 2012) .

Dampak yang terjadi pada masalah diatas adalah adanya kesenjangan

antara cakupan K1 dan K4 bisa diartikan karena masih banyak ibu hamil yang

telah melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal tidak meneruskan

hingga kunjungan 4 kali, sehingga kehamilan lepas dari pemantauan petugas

kesehatan. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan bayi

yang dikandungnya. Adapun penyebab dari ibu tidak rutin melakukan

kunjungan ANC yaitu kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya

memeriksakan kehamilan, masalah ekonomi, kepercayaan yang salah atau

masih percaya pada mitos, dan kurangnya dukungan dari suami maupun

keluarga, dapat terjadi apabila kehamilan, persalinan, nifas, BBL dan KB

tidak dilakukan asuhan kebidanan dengan baik maka akan menimbulkan

berbagai komplikasi (Saifudin, 2009).

Komplikasi pada kehamilan antara lain hiperemesis gravidarum (mual

muntah berlebihan), preeklamsia dan eklamsia, kelainan dalam lamanya

kehamilan, kehamilan ektopik, penyakit serta kelainan plasenta dan selaput


4

janin, perdarahan antepartum, kehamilan kembar. Komplikasi pada persalinan

antara lain, distosia karena kelainan tenaga (kelainan his), distosia karena

letak dan bentuk janin, distosia karena kelainan panggul, distosia karena

traktus genetalis, gangguan dalam kala III persalinan, perlukaan atau

peristiwa lain pada persalinan, syok dalam kebidanan (Wiknjosastro, 2009).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 28 tahun 2017

Pasal 18 yakni bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk

memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan

kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.

Kebijakan Kementerian Kesehatan bertujuan mempercepat penurunan AKI

dan AKB dengan mengupayakan agar setiap persalinan ditolong atau

didampingi oleh bidan dan pelayanan obstetrik sedekat mungkin kepada ibu

hamil (Permenkes RI, 2017).

Asuhan Continuity of Care (COC) merupakan asuhan secara

berkesinambungan dari hamil sampai dengan Keluarga Berencana (KB)

sebagai upaya penurunan AKI & AKB. Kematian ibu dan bayi merupakan

ukuran terpenting dalam menilai indikator keberhasilan pelayananan

kesehatan di Indonesia, namun pada kenyataannya ada juga persalinan yang

mengalami komplikasi sehingga mengakibatkan kematian ibu dan bayi

(Maryunani, 2011;105).

Dalam filosofi dasar profesi kebidanan terdapat salah satu filosofi yang

menyebutkan bahwa bidan melakukan asuhan Continuity Of Care. Asuhan

tersebut berupa asuhan komprehensif yang diberikan kepada klien mulai dari
5

kehamilan hingga pelayanan kontrasepsi.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif atau secara berkelanjutan

Continuity of Care (COC) pada Ny.S agar dapat menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). . Berdasarkan

Karakteristik kehamilan bahwa ibu S adalah ibu hamil GIIIP2002 usia 36 tahun,

saat ini hamil anak ketiga usia kehamilan saat ini 41 minggu dan tidak

memiliki penyakit yang dapat memperberat atau diperberat oleh

kehamilannya, menurut Kartu Skor Poedji Rochjati Ibu S adalah bernilai 6

yaitu ibu hamil trimester III dengan kategori kehamilan normal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data di atas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai

berikut: “Bagaimana pelaksanaan pemberian asuhan kebidanan pada masa

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, dan cara pemilihan

metode kontrasepsi pada Perempuan S GIIIP2002 di Praktik Mandiri Bidan

Sehati di Tenggarong ?”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan Continuity of Care (COC) pada
Ny.S mulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
6

2. Tujuan Khusus
Dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif atau
Continuity of Care (COC) penulis mampu :
a. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
b. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
c. Melakukan asuhan kebidanan BBL melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney.
d. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
e. Melakukan asuhan kebidanan pada neonatus melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney
f. Melakukan asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan ilmu pengetahuan terutama ilmu yang dapat
bermanfaat dalam perkembangan ilmu kebidanan pada kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonates dan pelayanan kontrasepsi,
serta dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan ilmu kebidanan
sesuai dengan pendekatan manajemen kebidanan dan evidence based
dalam praktik asuhan kebidanan.
2. Manfaat Praktik
a. Bagi penulis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam mengaplikasikan langsung ilmu yang dipelajari
selama kuliah.
7

b. Bagi klien dan keluarga


Diharapkan klien dan keluarga dapat menambah pengalaman

tentang asuhan kebidanan komprehensif yang diberikan dan dapat

menerapkan di dalam keluarga. Klien dan keluarga memperoleh

asuhan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan

memperoleh informasi yang lebih banyak tentang kehamilan,

persalinan hingga pelayanan kontrasepsi.

c. Bagi lahan praktik


Diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan secara
komprehensif sesuai dengan pendekatan manajemen kebidanan
d. Bagi profesi
Dapat mempercepat penurunan AKI DAN AKB.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Komprehensif

1. Konsep Dasar Teori Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir

selalu terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya

sperma dan ovum, tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama

259 hari atau 37 minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho dan Utama,

2014).

Kehamilan adalah proses dan mulainya ovulasi sampai partus

yaitu kira-kira 280 hari (40 minggu) juga disebut kehamilan mature

(cukup bulan) lebih dari 43 minggu disebut postmature dan kehamilan

antara 28 minggu sampai 36 minggu disebut kehamilan premature

(Prawirohardjo, 2009).

Periode ini terbagi menjadi tiga trimester, yang masing – masing

terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan menurut hitungan

kalender.Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang

mempertimbangkan bahwa lama kehamilan diperkirakan kurang lebih

9 bulan sejak hari pertama haid terakhir (HPHT).

Trimester pertama secara umum dipertimbangkan berlangsung

pada minggu pertama hingga ke-12 (12 minggu), trimester kedua pada

minggu ke-13 hingga minggu ke-27 (15 minggu) dan trimester ketiga

8
9

pada minggu ke-28 minggu hingga ke-42 minggu (13 minggu)

(Manuaba, 2010).

Kehamilan trimester III merupakan kehamilan dengan usia 28-

40 minggu dimana merupakan waktu mempersiapkan kelahiran dan

kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada

kehadiran bayi, sehingga disebut juga sebagai periode penantian

(Vivian, 2011:118).

b. Perubahan anatomi dan Fisiologi Kehamilan

Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara

sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Waktu ovulasi sel telur

masih diselimuti oleh corona radiata tetapi spermatozoa dapat

menembus dinding sel telur karena mempunyai enzim gyalurodinase

yang dapat mencairkan corona radiata tersebut. Setelah persenyawaan

antara sel telur dan sel mani yang biasanya terjadi dalam ampula tuba

maka sel telur disebut zygote. Zygote adalah ovum yang telah

dibuahi.

1) Perubahan rahim atau uterus

Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertropi menjadi

lebih lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena

pertumbuhan janin, pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk

rahim seperti buah alpukat, pada kehamilan 4 bulan berbentuk

bulat, dan akhir kehamilan seperti bujur telur.


10

a) Pada ukuran 16 minggu, kavum uteri sepenuhnya diisi oleh

amnion. Tingginya rahim setengah dari jarak simpisis dan pusat

placenta sudah terbentuk sepenuhnya.

b) Pada ukuran 20 minggu, fundus rahim terletak 2 jari dibawah

pusat sedangkan pada ukuran 24 minggu tepat ditepi atas puast.

c) Pada ukuran 28 minggu, TFU sekitar 3 jari diatas pusat atau

sepertiga jarak antara pusat dan prosesus xifoideus.

d) Pada ukuran 32 minggu TFU setengah jarak prosesus xifoideus

dan pusat

e) Pada ukuran 36 minggu TFU satu jari di bawah prosesus

xifodeus kepala janin belum masuk PAP

f) Pada ukuran 40 minggu TFU turun setinggi 3 jari dibawah

prosesus xifoideus karena kepala janin sudah mulai masuk PAP

2) Indung telur (ovarium)

a) Ovulasi terhenti.

b) Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya

uri yang

mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesterone

(Mochtar, 2008).

3) Vagina

Akibat vaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah

atau kebiruan. Warna livid pada vagina dan porsio serviks disebut

tanda Chadwick (Mochtar, 2008).


11

4) Payudara

Fungsi hormon mempersiapkan untuk pemberian ASI,

dijabarkan sebagai berikut :

a) Estrogen berfungsi :

(1) Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.

(2) Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam

sehingga payudara tampak makin membesar.

(3) Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air, dan

garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.

b) Progesteron

(1) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.

(2) Menambah jumlah sel asinus.

c) Somatomammotropin berfungsi :

(1) Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,

laktabumin dan laktoglobulin.

(2) Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.

(3) Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan.

Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari putting susu dapat

keluar cairan berwarna putih agak jernih, disebut

kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar

asinus yang mulai bersekresi (Mochtar, 2008).


12

5) Sistem imunologi

Terjadi pembentukan placenta dan peningkatan estrogen dan

progesteron (Manuaba, 2008).

6) Sistem endokrin

Peningkatan estrogen menyebabkan hati memproduksi lebih

banyak tiroksin yang mengikat globulin.Enzim T4 (tiroksin)

menjadi terhambat dalam plasma, mendorong tiroid kembali ke

tingkat tiroksin bebas dan normal (Manuaba, 2008).

7) Sistem perkemihan

Vesika urinaria akan tertekan oleh pembesaran uterus

sehingga menyebabkan perasaan yang tidak tertahankan untuk

buang air kecil meski tersisa sedikit urine di vesika urinaria

(Sarwono, 2008).

8) Sistem muskuloskeletal

Struktur ligamentum dan otot tulang belakang bagian tengah

dan bawah mendapat tekanan berat.Perubahan ini seringkali

menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri pada muskuloskeletal

(Bobak, 2008).

9) Sistem integument

Karena adanya peregangan kapiler halus di bawah kulit

menyebabkan timbul garis-garis di perut pada bulan ke 6-7, antara

lain:
13

a) Linea alba : Garis hitam yang terbentang dari atas symphisis

sampai pusat.

b) Linea nigra : Lebih hitam didaerah pusat ke atas.

c) Striae lividae : Garis warna biru pada perut.

d) Striae albicans : Garis warna putih pada perut (Sarwono, 2008)

10) Sistem metabolisme

a) Berat badan

Kenaikan berat badan wanita hamil sekurang-kurangnya 9

kg terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu

terakhir.Kebutuhan kalori pun meningkat selama kehamilan

dan laktasi (Kusmiyati, 2008).

Kenaikan BB: Rekomendasi penambahan berat badan selama

kehamilan berdasarkan indeks massa tubuh

Tabel 2.1
Kenaikan BB Berdasarkan BMT
Kategori IMT Rekomendasi
Rendah < 19,8 12,5-18
Normal 19,8 – 26 11,5-16
Tinggi 26 – 29 7-11,5
Obesitas >29 ≥7
Gemelli 16-20,5
(Dikutip dari Prawirohardjo, 2008)

b) Curah jantung

Tetap tinggi, curah jantung saat istirahat diukur pada posisi

tidur miring akan meningkat cukup besar. Curah jantung pada


14

kehamilan lebih tinggi dari pada tidur miring jika wanita

tersebut berada pada posisi terlentang.

c) Kalori

Kebutuhan kalori meningkat dalam kehamilan dan

laktasi.Diperoleh terutama dari pembakaran hidrat arang,

khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke atas.

d) Hidrat Arang

Seorang wanita hamil sering haus, nafsu makannnya besar,

sering kencing, kadang-kadang memperlihatkan pada

glukosaria, sehingga menyerupai diabetes mellitus (Sarwono,

2008).

11) Sistem pernafasan

Perubahan pernafasan pada ibu hamil ini masih lazim terjadi

untuk pembesaran penerimaan oksigen pada kandungan dan

menyediakan saluran pembuangan karbon dioksida yang efektif

bagi ibu dan janin (Varney, 2008).

Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara

sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Waktu ovulasi sel telur

masih diselimuti oleh corona radiata tetapi spermatozoa dapat

menembus dinding sel telur karena mempunyai enzim gyalurodinase

yang dapat mencairkan corona radiata tersebut. Setelah persenyawaan

antara sel telur dan sel mani yang biasanya terjadi dalam ampula tuba
15

maka sel telur disebut zygote. Zygote adalah ovum yang telah

dibuahi.

Ibu hamil umumnya mengandung selama 9 bulan, atau jika

dihitung per minggu kurang lebih sekitar 40 minggu. Nah, sepanjang

9 bulan tersebut usia kehamilan Ibu akan terbagi dalam tiga trimester

kehamilan, trimester pertama usia kandungan 1-14 minggu, trimester

kedua 14-27 minggu, dan trimester ketiga 27-40 minggu sampai

menjelang persalinan. Pada umumnya setiap trimester

kehamilan berlangsung antara 12-14 minggu, atau per tiga bulan. 

Trimester kehamilan pertama terhitung sejak di minggu ke-1 Ibu

hamil hingga minggu ke-13. Perhitungan hari pertama kehamilan

sudah dimulai pada hari pertama haid terakhir Ibu. Sejak saat itu

sampai hari menstruasi yang terakhir, Ibu sudah terhitung satu minggu

hamil.

Perubahan tubuh ibu di trimester pertama kehamilan trimester

kehamilan fase ini, Ibu mungkin belum kelihatan hamil, tapi tubuh

sedang mengalami perombakan fungsi besar-besaran untuk

mempersiapkan tumbuh kembang janin. Peningkatan hormon

kehamilan HCG akan memengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh.

Selama trimester kehamilan pertama, ada berbagai perubahan

tubuh ibu yang menibukan ciri-ciri hamil muda, seperti:

1) Badan cepat lelah

2) Sakit perut seperti sembelit dan mulas


16

3) Mual dan muntah (morning sickness)

4) Mood atau suasana hati berubah

5) Payudara nyeri dan bengkak

6) Berat badan bertambah

7) Sakit kepala

8) Mengidam atau tidak menyukai makanan tertentu

9) Mimpi aneh

Namun ada juga beberapa ibu hamil muda yang tidak merasakan

gejala-gejala ini sama sekali saat trimester kehamilan. Perkembangan

janin pada trimester pertama kehamilan. Pada hari pertama kehamilan

yang juga hari pertama menstruasi terakhir Ibu, belum ada janin di

dalam rahim. Pembuahan yang menciptakan cikal bakal janin baru

akan terjadi sekitar 10 hingga 14 hari setelahnya. Seiring waktu, janin

baru mulai terbentuk perlahan.

Perkembangan janin di trimester kehamilan minggu ke-1 sampai

12 dimulai dari otak, sumsum tulang belakang, dan organ-organ vital

lain, termasuk jantung yang mulai berdetak. Sementara lengan dan

kaki mulai terbentuk di trimester kehamilan usia kehamilan 2 minggu

sampai ke-8. Pada akhir trimester pertama, organ kelamin bayi telah

terbentuk meski belum sempurna. Idealnya, berat bayi sekitar 28 gram

dengan panjang sekitar 2,5 cm pada akhir trimester satu kehamilan.

Tes kesehatan di trimester pertama kehamilan, segera setelah

tahu ibu positif hamil, sebaiknya langsung periksakan diri ke dokter


17

kandungan. Sepanjang trimester pertama kehamilan, dokter akan

melakukan tes skrining, meliputi:

1) USG untuk menentukan ukuran dan posisi bayi, juga membantu

memprediksi risiko janin cacat lahir.

2) Pap smear.

3) Cek tekanan darah.

4) Tes darah untuk mendeteksi kelainan kromosom.

5) Tes darah TORCH untuk menentukan risiko penyakit menular

pada bayi.

6) Tes infeksi menular seksual, seperti HIV dan hepatitis.

7) Menghitung usia kehamilan dan hari perkiraan lahir.

8) Memeriksa kadar tiroid.

9) Tes genetik lewat nuchal translucency (NT).

Penting bagi ibu hamil untuk tetap sehat di trimester pertama

kehamilan untuk memastikan janin dalam kandungan juga tetap

sehat. Berikut yang bisa dilakukan:Makan makanan sehat


18

Ibu hamil muda harus mulai memperhatikan apa saja yang

dimakan sehari-hari. Ibu juga harus mengetahui apa saja asupan

nutrisi yang penting di awal trimester kehamilan untuk mendukung

tumbuh kembang janin ke depannya. Pastikan memenuhi asam folat,

protein, vitamin A, kalsium dan vitamin D, serta zat besi dengan

memvariasikan menu makan yang sehat dan seimbang. Cuci bersih

dan masak setiap bahan makanan sampai matang sempurna. Hindari

makanan yang kurang steril, setengah matang, atau mentah

seperti karedok dan sushi karena potensi kontaminasi bakterinya bisa

membahayakan janin. Hindari juga mengonsumsi susu yang tidak

dipasteurisasi dan jeroan hewan. Selain itu, di trimester kehamilan

awal ini ibu harus mulai cukup minum air putih untuk mencegah

dehidrasi.

1) Minum vitamin hamil

Setelah mengetahui Ibu hamil, baiknya mulai konsumsi vitamin

prenatal. Vitamin hamil penting untuk membantu mencukupi

kebutuhan nutrisi kehamilan di trimester pertama seperti asam folat,

kalsium, dan zinc. Kekurangan nutrisi saat hamil bisa berisiko

mengalami bayi cacat lahir.

2) Berhenti merokok dan minum alcohol


19

Jika Ibu terbiasa merokok dan minum alkohol sebelum hamil,

segeralah berhenti mulai di trimester kehamilan ini.

Merokok dan minum alkohol saat hamil membuat Ibu berisiko lebih

tinggi mengalami keguguran, kehamilan ektopik, dan persalinan

prematur. Asap dari rokok Ibu hirup juga dapat memengaruhi

pertumbuhan bayi yang belum lahir, sehingga berisiko bayi lahir

dengan berat rendah.


20

Trimester kedua berlangsung dari akhir minggu ke-13 hingga

minggu ke-27 kehamilan. Kehamilan di trimester kedua ini

merupakan momen yang paling nyaman bagi sebagian besar calon

ibu. Pasalnya, tubuh sudah berhasil menyesuaikan diri dengan

perubahan besar yang terjadi selama 3 bulan sebelumnya. Perubahan

tubuh ibu di trimester kedua kehamilan, sebagian besar tanda awal

kehamilan secara bertahap mulai mereda. Frekuensi mual dan muntah

sudah jauh berkurang, dan ibu hamil kembali mendapatkan energi

yang sempat hilang di trimester pertama kehamilan. Perut ibu hamil

juga sudah mulai terlihat jelas sehingga mungkin membutuhkan baju

hamil yang lebih nyaman. Secara garis besar, di trimester dua

kehamilan ini perut ibu hamil sudah mulai kelihatan bentuknya.

Rahim akan tumbuh semakin besar dan kemungkinan ibu hamil butuh

pakaian yang lebih besar agar tetap nyaman. Di trimester kehamilan

ini, banyak wanita yang merasakan bahwa rasa mual dan ingin

muntah mereka berkurang. Selain itu, ada beberapa perubahan lainnya

yang terjadi pada ibu hamil di trimester kedua kehamilan ini, yakni:

1) Perut mulai membesar karena rahim berkembang.

2) Mudah pusing karena tekanan darah rendah.

3) Mulai merasakan gerakan janin di dalam perut

4) Badan pegal-pegal

5) Nafsu makan meningkat


21

6) Mulai muncul stretch mark pada perut, payudara, paha, atau

bokong

7) Ada beberapa bagian kulit yang menggelap, contohnya di puting

8) Badan gatal-gatal

9) Pergelangan kaki atau tangan bengkak

Perkembangan janin di trimester kedua kehamilan, selama

trimester kehamilan ini, hampir seluruh organ janin diharapkan sudah

berkembang sempurna. Janin juga mulai dapat mendengar dan

menelan makanan yang masuk ke perut ibu. Selain itu, sudah mulai

tumbuh rambut-rambut kecil di tubuh janin yang biasa disebut lanugo.

Menurut American Pregnancy Association, pada akhir trimester kedua

panjang janin diharapkan mencapai sekitar 10 cm dan beratnya lebih

dari 1 kilogram.

Tes kesehatan di trimester kedua kehamilan, bukan cuma di tiga

bulan pertama kehamilan, calon ibu harus tetap rutin berkunjung ke

dokter setiap dua sampai empat minggu selama trimester kedua

kehamilan. Tes yang mungkin dilakukan dokter selama kunjungan

pada trimester kedua kehamilan, meliputi:

1) Mengukur tekanan darah

2) Memeriksa perubahan berat badan saat hamil

3) USG, khususnya untuk menentukan jenis kelamin, memeriksa

kondisi plasenta, dan memantau pertumbuhan janin secara

keseluruhan
22

4) Skrining diabetes dengan tes darah

Tips sehat di trimester kedua kehamilan, di trimester kedua

kehamilan, Anda tentu masih tetap harus menjaga pola makan sehat,

menghindari rokok, alkohol, dan jangan beraktivitas fisik terlalu berat.

Selain itu, ada beberapa hal lain yang bisa dilakukan agar tetap sehat

selama hamil diantaranya adalah :


23

1) Minum air mineral cukup

Selama masa kehamilan, termasuk pada trimester kedua,

tubuh Anda harus terhidrasi dengan baik. Untuk itu, idealnya

minum 8 gelas atau 1,5 liter air dalam satu hari. Air membantu

membawa nutrisi yang Anda makan lewat darah menuju ke

janin. Minum air putih yang cukup juga dapat membantu

mencegah infeksi saluran kemih, dan sembelit selama hamil

2) Olahraga saat hamil

Jika Anda sudah rajin berolahraga sejak trimester pertama

kehamilan, lanjutkan kebiasaan sehat ini. Namun berhubung

ukuran perut makin besar, sebaiknya konsultasi dulu ke dokter

untuk mencari olahraga apa yang aman dan sesuai dengan kondisi

kehamilan Anda di trimester kedua kehamilan. Umumnya,

berenang dan yoga termasuk olahraga yang disarankan untuk ibu

hamil. Keduanya adalah olahraga santai yang tetap bisa menjaga

tubuh tetap bugar dan aktif. Selain itu, yoga dan berenang juga

bagus untuk mendukung berat badan dan fleksibilitas anggota

gerak.

c. Perubahan Anatomis pada Kehamilan Trimester III

1) Uterus

Uterus bertambah besar dari yang semula 70 gr dengan volume 10

ml menjadi 100 gram dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm,

dan ukuran muka belakang 22 cm serta volume 5-20 liter.


24

Pembesaran disebabkan oleh hypertrofi otot rahim, tapi pada

kehamilan muda terbentuk juga sel baru. Pada trimester II,

pembesaran uterus terjadi karena decidua kesularis menempel pada

decidua vera dan rongga rahim tidak ada lagi. Mulai sekarang

pertumbuhan rahim diregang oleh isinya dan disebut pertumbuhan

pasif (Prawirohardjo, 2010).

1) Vagina

Perubahan vagina yang berupa penipisan mukosa dan hilangnya

jaringan serta hipertrofi otot polos merupakan persiapan untuk

persalinan. Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya

dinding vagina. Papilla mukosa juga mengalami hipertrofi dengan

gambaran seperti paku payung (Prawirohardjo, 2010).

2) Serviks

Terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi kolagen.

Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang relatif

dilusi dalam keadaan menyebar dan ter-remodel menjadi serat.

3) Dinding Perut

Umumnya muncul garis kemerahan yang sedikit yang sedikit

mencekung pada kulit abdomen dan kadang kala pada payudara

dan paha. Kadang kala otot dinding abdomen tidak dapat menahan

tegangan yang diberikan kepadanya dan otot rektus terpisah dari

garis tengah sehingga membentuk diastasis rektis dengan lebar

bervariasi (UNPAD, 2010).


25

4) Kulit

Tetap terdapat hyperpigmentasi pada wajah, payudara dan dinding

abdomen sama seperti trimester II (UNPAD, 2010).

5) Payudara

Pembesaran payudara masih terjadi sebagai perkembangan dari

trimester sebelumnya (Prawirohardjo, 2010). Buah dada ibu

mengeluarkan cairan apabila dipijat, mulai kehamilan 16 minggu

cairan yang dikeluarkan jernih, pada kehamilan 16-32 minggu

warna cairan itu agak putih seperti air susu yang encer sekali, dari

kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang lebih keluar

lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak

yang dibebut kolostrum (Wiknjosastro, 2010).

d. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan Trimester III

1) Payudara

Kadar hormon luteal dan plasenta meningkatkan proliferasi duktus

laktiferus dan jaringan lobulus-alveolar sehingga pada palpasi

payudara teraba penyebaran nodul kasar. Peningkatan jaringan

galdular menggagntikan jaringan ikat, akibatnya jaringan menajdi

lebih lunak dan lebih jarang (Bobak, 2010).

2) Kardiovaskules/Hemodinamik

Denyut nadi meningkat ± 15 x/menit dan menetap hingga aterm

(Bobak, 2010). Volume darah ibu meningkat dengan kecepatan


26

yang lebih pelan dibanding pada trimester II untuk mencapai

kondisi plat (UNPAD, 2010).

3) Ginjal

Filtrasi glomerulus meningkat hingga usia aterm sedangkan aliran

plasma ginjal menurun pada trimester ini (UNPAD, 2010). Ginjal

mengalami peningkatan ukuran dan pelebaran kaliks dan pelvis

ginjal serta ureter yang meningkatkan resiko infeksi (Varney,

2010).

4) Paru-paru

Perubahan pulmonal dipengaruhi oleh hormonal dan mekanis.

Perubahan mekanis meilputi elevasi posisi istirahat ± 4 cm,

peningkatan 2 cm pada diameter transversal saat sudut subkostal

dan iga bagian bawah melebar, serta lingkar toraks membesar ± 6

cm. Perubahan ini disebabkan oleh tekanan ke atas akibat

pembesaran uterus (Varney, 2010). Meskipus fungsi paru tidak

berubah selama kehamilan namun penyakit pernafasan dapat

diperburuk (UNPAD, 2010).

5) Pencernaan

Estrogen menyebabkan peningkatan aliran darah ke mulut

sehingga gusi menjadi rapuh dan dapat menimbulkan gingivitis.

Saliva menjadi lebih asam (Varney, 2010). Tonus sfingter

esophagus bagian bawah melemah menyebabkan relaksasi otot

polos dibawah pengaruh progesteron. Pergeseran diafragma dan


27

penekanan akibat pembesaran uterus yang diperburuk oleh

hilangnya tonus sfingter ani menyebabkan refluks dan nyeri ulu

hati. Kerja progesteron pada otot polos menyebabkan hipotonus

yang disertai motilitas dan waktu pengosongan yang memanjang.

Efek progesteron menjadi lebih jelas seiring kemajuan persalinan.

Pada usus halus berefek memperpanjang absorbsi nutrisi, mineral,

dan obat. Pada usus besar menyebabkan konstipasi karena waktu

transit yang melambat membuang air semakin banyak diabsorpsi

dan menyebabkan peningkatan flatulen karena usus mengalami

pergeseran akibat pembesaran uterus. Usus buntu dan hati juga

bergeser karena pembesaran uterus (Varney, 2010).

e. Penyesuaian Psikologis pada Kehamilan Trimester III

Sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan.

Wanita mulai aktif dalam mempersiapkan kelahiran bayinya. Wanita

akan merasa cemas dengan kehidupan bayi dan dirinya sendiri.

Wanita juga kembali mengalami ketidaknyamanan fisik yang semakin

kuat menjelang akhir kehamilan. Pada pertengahan trimester III libido

akan kembali menurun karena abdomen yang semakin besar (Varney,

2010).

f. Ketidaknyamanan pada Kehamilan Trimester III

Beberapa ketidaknyamanan yang dialami pada trimester III

yaitu hiverventilasi dan sesak nafas (nonpatologis), pusing dan


28

mengantuk, sering kencing dan kebocoran air kencing, kaki dan jari

bengkak, dyspepsia, kram, dan ruam (Varney, 2010).

Menurut Romauli (2011:149) Ketidaknyamanan ibu hamil pada

Trimester III, adalah sebagai berikut :

1) Peningkatan Frekuensi berkemih

Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun

ke pintu atas panggul, keluhan itu akan kembali (Prawiohardjo,

2011). Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada ibu hamil

trimester III dengan keluhan sering kencing yaitu KIE tentang

penyebab sering kencing, kosongkan kandung kemih ketika ada

dorongan, perbanyak minum pada siang hari dan kurangi minum

di malam hari jika mengganggu tidur, hindari minum kopi atau teh

sebagai diuresis, berbaring miring kiri saat tidur untuk

meningkatkan diuresis dan tidak perlu menggunakan obat

farmakologis (Hani, 2011 : 59).

2) Leukorea

Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar dengan

konsistensi kental atau cair bersifat asam akibat pengubahan

sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam

laktat oleh basil doderlein. Upaya mengatasinya adalah dengan

memperhatikan kebersihan tubuh pada area tersebut dan

mengganti panty berbahan katun dengan sering. Sebaiknya tidak


29

melakukan douch atau menggunakan semprot untuk menjaga

kebersihan genetalia (Varney, 2010).

3) Pegal pada perut bagian bawah

Terjadi pada lumbosakral yang biasanya meningkat seiring

pertambahan usia kehamilan karena disebabkan pergeseran pusat

gravitasi wanita dan postur tubuhnya. Peningkatan lordosis yang

kurang diperhatikan menyebabkan otot punggung meregang dan

menimbulkan rasa sakit atau nyeri (Varney, 2010).

Cara untuk mengatasi ketidaknyamanan ini antara lain:

a) Hindari membungkuk berlebihan, mengangkat beban, dan

berjalan tanpa istirahat

b) Gunakan sepatu bertumit rendah

c) Jika masalah bertambah parah, pergunakan penyokong

penyokong abdomen eksternal dianjurkan (contoh korset

maternal atau belly band yang elastik)

d) Pijatan/usapan pada punggung

e) Untuk istirahat atau tidur; gunakan kasur yang menyokong

atau gunakan bantal dibawah punggung untuk meluruskan

punggung dan meringankan tarikan dan regangan.

4) Konstipasi

Pada kehamilan trimester III kadar progesteron tinggi.

Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus

bagian bawah sehingga terjadi konstipasi. Konstipasi semakin


30

berat karena gerakan otot dalam usus diperlambat oleh tingginya

kadar progesterone (Romauli, 2011). Perencanaan yang dapat

diberikan pada ibu hamil dengan keluhan konstipasi adalah

tingkatkan intake cairan minimum 8 gelas air putih setiap hari dan

serat dalam diet misalnya buah, sayuran dan minum air hangat,

istirahat yang cukup, melakukan olahraga ringan ataupun senam

hamil, buang air besar secara teratus dan segera setelah ada

dorongan (Hani, 2011 : 55).

5) Terasa ada gas dalam perut dan gembung (flatulen)

Terjadi akibat peningkatan progesterone yang merelaksasi

otot halus dan akibat pergeseran serta penekanan usus halus

karena pembesaran uterus pada kehamilan yang lanjut (Varney,

2010). Untuk mengurangi flatulen adalah dengan pola defekasi

yang teratur serta menghindari makanan yang mengandung gas

(Varney, 2010).

6) Sakit kepala

Umumnya terjadi pada kehamilan muda dan akan

berkurang atau menghilang pada pertengahan kehamilan (Varney,

2010).

7) Tersumbatnya saluran hidung

Disebabkan kadar esterogen yang meningkatkan aliran

darah ke membran selaput lendir hidung sehingga selaput menjadi


31

lebih lembut dan membengkak. Atasi dengan mengkonsumsi

cukup cairan dan vitamin C 250 mg.

8) Kram kaki

Kram kaki diperkirakan karena asupan kalsium atau

ketidakseimbangan rasio kalsium dan fosfor tubuh. Salah satu

dugaan lain ialah uterus yang membesar memberi tekanan pada

pembuluh darah panggul sehingga menggangu sirkulasi. Dapat

diatasi dengan meluruskan kaki yang kram dan menekan

tumit,mempertahankan postur tubuh yang baik, anjurkan diet

kalsium dan fosfor, serta melakukan elevasi kaki secara teratur

(Varney, 2010).

9) Sakit punggung

Tekanan rahim yang membesar menyebabkan saraf pinggul

terasa linu sehingga pinggang, bokong dan tungkai terasa sakit.

Istirahat dan kompres air hangat akan membantu mengurangi sakit

punggung (Varney, 2010).

10) Varices vagina dan kaki

Varices diakibatkan gangguan sirkulasi vena dan

peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bawah. Perubahan ini

diakibatkan penekanan uterus yang membesar. Biasa terdapat pada

kaki atau vulva. Dapat diatasi dengan hindari pakaian yang

ketat,hindari berdiri lama, naikkan kaki ke atas, silangkan tungkai


32

saat duduk, pertahankan postur tubuh, mandi air hangat dan

lakukan latihan yang membantu sirkulasi (Varney, 2010).

11) Edema dependen

Terjadi pada kaki akibat tekanan uterus yang membesar

pada vena panggul saat duduk atau telentang. Hal ini berbeda

dengan edema karena pre-eklampsi (Varney, 2010). Adapun cara

penangaannya adalah hindari menggunakan pakaian ketat, elevasi

kaki secara teratur sepanjang hari, posisi menghadap kesamping

saat berbaring, penggunaan penyokong atau korset pada abdomen

maternal yang dapat melonggarkan vena-vena panggul (putri,

2012).

12) Nafas pendek

Difragma mengalami elevasi 4 cm sehingga terjadi

pelebaran diameter transversal namun masih kurang untuk

mengompensasi elevasi difragma sehingga mengakibatkan sesak

nafas. Tubuh merespon dengan bernafas cepat. Penanganan dapat

dengan mengajarkan untuk berdiri dan meregangkan lengan di

atas kepala, menganjurkan mempertahankan postur tubuh dan

ajarkan pernafasan interkosta (Varney, 2010).

13) Insomnia

Insomnia pada wanita yang hamil maupun tidak dapat

disebabkan oleh kekhawatiran, kecemasan dan terlalu gembira

menyambut acara esok hari. Wanita hamil memiliki tambahan


33

diantaranya uterus yang membesar, ketidanyamanan selama

kehamilan, terutama jika janin bergerak aktif. Beberapa

penanganannya ialah mandi air hangat, minum air hangat dan

ambil posisi relaksasi (Varney, 2010).

14) Kontraksi Braxton hicks

Kontraksi ini akan melatih rahim untuk bersalin. Kontraksi

tidak terasa sakit, pergerakannya mulai dari atas lalu ke bawah

hingga akhirnya memudar dan terjadi selama 30 detik atau 2

menit. Akan semakin sering dan kuat seiring bertambahnya usia

kehamilan (Prawirohardjo, 2010).

g. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

Kehamilan Trimester III adalah kehamilan  pada usia 29-42

minggu atau 7-10 bulan. Pada umumnya 80-90% kehamilan

berlangsung normal dan hanya 10-12% kehamilan yang disertai dengan

penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis (Prawirohardjo,

2011).

Berikut adalah Tanda-Tanda bahaya kehamilan trimester III:

1) Perdarahan Antepartum

2) Sakit Kepala yang Berat

3) Pengelihatan kabur

4) Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan

5) Keluar cairan pervaginam

6) Gerakan janin tidak terasa


34

7) Nyeri perut yang hebat

h. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III

1) Kebutuhan nutrisi, kebutuhan makanan sehari-hari untuk ibu hamil

yaitu kalori : 2500 Kkal, protein : 85 g, kalsium (ca) : 1,5 g, zat

besi (fe) : 15 mg, vitamin a : 6000 iu, vitamin b: 1,8 mg, vitamin

c : 100 mg, riboflavin : 2,5 mg, as nicotin : 18 mg, vitamin d : 400-

800 iu.

2) Kebutuhan eliminasi menurut Sarwono (2010), pada bulan pertama

kehamilan kandung kemih akan tertahan oleh uterus yang mulai

membesar hingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan

hilang dengan makin tua nya kehamilan bila uterus keluar dari

rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah

mulai turun kepintu atas panggul, keluhan ini akan timbul kembali.

3) Kebutuhan seksual pada kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang

persalinan perlu dihindari hubungan seksual karena dapat

membahayakan. Bisa terjadi bila kurang higienis, ketuban pecah

dini, dan persalinan bisa terangsang karena sperma mengandung

prostaglandin. Perlu diketahui keinginan seksual ibu hamil tua

sudah berkurang karena berat perut yang makin membesar dan

tekniknya pun sudah sulit dilakukan.

4) Kebutuhan mobilisasi, ibu hamil harus mengetahui bagaimana

caranya memperlakukan diri dengan baik dan kiat berdiri duduk


35

dan mengangkat tanpa menjadi tegang. Sikap tubuh yang baik

diinstruksikan kepada wanita hamil karena diperlukan untuk

membentuk aktivitas sehari-hari yang aman dan nyaman selama

kehamilan. Karena sikap tubuh seorang wanita yang kurang baik

dapat mengakibatkan sakit pinggang.

5) Kebutuhan istirahat wanita hamil harus mengurangi semua

kegiatan yang melelahkan. Wanita hamil juga harus menghindari

posisi duduk, berdiri dalam waktu yang sangat lama. Ibu hamil

harus mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang mendukung

kesehatan sendiri, maupun kesehatan bayinya. Kebiasaan tidur

larut malam dan kegiatan-kegiatan malam hari harus

dipertimbangkan dan kalau mungkin dikurangi hingga seminimal

mungkin. Tidur malam sekitar 8 jam/ istirahat/ tidur siang ± 1 jam.

6) Imunisasi harus diberikan pada wanita hamil hanya imunisasi TT

untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum. Imunisasi TT

harus diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak waktu TT1 dan TT2

minimal 1bulan, dan ibu hamil harus sudah diimunisasi lengkap

pada umur kehamilan 8 bulan.

i. Ante Natal Care (ANC)

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.


36

Menurut Prawirohardjo (2014) ada 6 alasan penting untuk mendapatkan

asuhan antenatal, yaitu :

1) Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang

dikandungnya

3) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan

kehamilannya

4) Mengidentisikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi

5) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga

kualitas kehamilan dan merawat bayi

6) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan

membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang

dikandungnya

(Prawirohardjo, 2014)

j. Standar Pelayanan Ante Natal Care (ANC)

1) STandar 3 : Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rurnah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong

ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara

teratur.

2) STandar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal


37

Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal.

Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin

dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung

normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan,

khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS (Penyakit

Menular Seksual) / infeksi HIV (Human Immuno Deficiency

Virus)memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan

kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh

Puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap

kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu

mengambil tindakan yang diperlukan dan rnerujuknya untuk

tindakan selanjutnya.

3) STandar 5 : Palpasi Abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan

melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila

umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah

janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk

mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

4) STandar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan

dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

5) STandar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan


38

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali Tanda serta gejala preeklamsi lainnya,

serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

6) STandar 8 : Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta

keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa

persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang

menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping

persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba

terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan

kunjungan rumah untuk hal ini.

Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan

dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan

kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan

akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin

dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Dalam pelayanan antenatal terpadu,

tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan

berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit

yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga

ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal. Setiap kehamilan,

dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau

komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan

secara rutin, sesuai sTandar dan terpadu untuk pelayanan antenatal


39

yang berkualitas. Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan

kesehatan komprehensif dan berkualitas yang dilakukan melalui :

a. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk

stimulasidan gizi agar kehamilan berlangsung sehat dan janinnya

lahir sehat dan cerdas.

b. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan

c. Penyiapan persalinan yang bersih dan aman

d. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan

rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi.

e. Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila

diperlukan.

f. Melibatkan ibu hamil, suami dan keluarganya dalam menjaga

kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan

kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi.

Menurut Kementerian Kesehatan RI Nomor 97 Tahun 2014

tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,

Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan

Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual, Dalam

melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan

pelayanan yang berkualitas sesuai sTandar terdiri dari 10 T yaitu :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.


40

Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama

kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya

menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran

tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk

menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu

hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya

CPD (Cephalo Pelvic Disproportion).

2) Ukur Tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah =

140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi

disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau

proteinuria).

3) Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas /LiLA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh

tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko

KEK. Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang

mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa

bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan

KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

4) Ukur Tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak


41

dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan

umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.

Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah

kehamilan 24 minggu.

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini

dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III

bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk

ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada

masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang

dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit

menunjukkan adanya gawat janin.

6) Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil

harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil

diskrining status imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada

ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu

hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan

perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status

imunisasi T5 (TT Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT


42

lagi. Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal,

hanya terdapat interval minimal.


43

Tabel 2.2 Interval Pemberian Imunisasi TT

Lama %
Antigen Interval
perlindungan Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan - -

antenatal pertama

TT 2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80

TT 3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95

TT 4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99

TT 5 1 tahun setelah TT4 25 99

tahun/seumur

hidup
7) Beri Tablet tambah darah (tablet besi)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus

mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi)dan Asam Folat

minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak

pertama.

8) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah

pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan

laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus

dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin


44

darah, dan pemeriksaan spesifik daerah endemis/epidemi (malaria,

HIV, dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah

pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada

ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal. Pemeriksaan

laboratorium dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi:

a) Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk

mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk

mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu

diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

b) Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan

minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada

trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui

ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama

kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi

proses tumbuh kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan

kadar hemoglobin darah ibu hamil pada trimester kedua

dilakukan atas indikasi.

c) Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada

trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini

ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu


45

hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya

pre-eklampsia pada ibu hamil.

d) Pemeriksaan kadar gula darah.

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus

dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya

minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester

kedua, dan sekali pada trimester ketiga.

e) Pemeriksaan darah Malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan

pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak

pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan

pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.

f) Pemeriksaan tes Sifilis

Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko

tinggi dan ibu hamil yang diduga menderita sifilis.

Pemeriksaaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada

kehamilan.

g) Pemeriksaan HIV

Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga

kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan

tes HIVkepada semua ibu hamil secara inklusif pada

pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan

antenatal atau menjelang persalinan. Di daerah epidemi HIV


46

rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan

diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara

inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat

pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan Teknik

penawaran ini disebut Provider Initiated Testing and

Councelling (PITC)atau Tes HIV atas Inisiatif Pemberi

Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK).

h) Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai

menderita tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi

tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain

pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat

dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.

Mengingat kasus perdarahan dan preeklamsi/eklamsi

merupakan penyebab utama kematian ibu, maka diperlukan

pemeriksaan dengan menggunakan alat deteksi risiko ibu

hamil oleh bidan termasuk bidan desa meliputi alat

pemeriksaan laboratorium rutin (golongan darah, Hb), alat

pemeriksaan laboratorium khusus (gluko-protein urin), dan tes

hamil.

9) Tatalaksana/penanganan Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada


47

ibu hamil harus ditangani sesuai dengan sTandar dan kewenangan

tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk

sesuai dengan sistem rujukan.

10) Temu wicara (konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan

antenatal yang meliputi :

a) Kesehatan ibu

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan

kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan

menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama

kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja

berat.

b) Perilaku hidup bersih dan sehat

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan

selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan,

mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok

gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan

olahraga ringan.

c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan

Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga

terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau

masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan


48

bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini

penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan

nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta

kesiapan menghadapi komplikasi

Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal Tanda-Tanda bahaya

baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya

perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan

berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal Tanda-Tanda

bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan

ke tenaga kesehtan kesehatan.

e) Asupan gizi seimbang

Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan

makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena

hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat

kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet

tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia pada

kehamilannya.

f) Gejala penyakit menular dan tidak menular.

Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit

menular dan penyakit tidak menular karena dapat

mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.

g) Penawaran untuk melakukan tes HIV dan Konseling di daerah


49

Epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS

dan TB di daerah epidemic rendah. Setiap ibu hamil

ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera diberikan

informasi mengenai resiko penularan HIV dari ibu ke

janinnya. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka

dilakukan konseling Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke

Anak (PPIA). Bagi ibu hamil yang negatif diberikan

penjelasan untuk menjaga tetap HIV negatif diberikan

penjelasan untuk menjaga HIV negative selama hamil,

menyusui dan seterusnya.

h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada

bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat

kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi.

Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.

i) KB pasca persalinan

Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB

setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu

punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan

keluarga.

j) Imunisasi

Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi (T) yang

masih memberikan perlindungan untuk mencegah ibu dan bayi


50

mengalami tetanus neonatorum. Setiap ibu hamil minimal

mempunyai status imunisasi T2 agar terlindungi terhadap

infeksi tetanus.

k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain

booster)

Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan

dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi

auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain

booster)

k. Kunjungan ANC

Menurut Prawirohardjo (2010), disebutkan bahwa wanita hamil

memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode

antenatal, yaitu:

1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14

minggu).

2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28).

3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36

dan sesudah minggu ke 36).

Menurut Muchtar (2010), pelayanan Antenatal meliputi:

a) Trimester I: ibu memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada 3

bulan pertama usia kehamilan dengan mendapatkan pelayanan 5T

(timbang berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi


51

fundus uteri, pemberian imunisasi TT dan pemberian tablet zat

besi) disebut juga K1 (kunjungan pertama ibu hamil).

b) Trimester II: ibu memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada

umur kehamilan 4-6 bulan dengan mendapatkan pelayanan 5T 

(timbang berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi

fundus uteri, pemberian imunisasi TT dan pemberian tablet zat

besi).

c) Trimseter III: ibu memeriksakan kehamilannya minimal 2 kali

pada umur kehamilan 7-9 bulan dengan mendapatkan pelayanan 5T

(timbang berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi

fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet zat

besi), disebut juga K4 (kunjungan ibu hamil ke empat).

Menurut Depkes RI (2010), kunjungan ibu hamil adalah kontak

antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan

pelayanan antenatal sTandar untuk mendapatkan pemeriksaan

kehamilan. Istilah kunjungan kehamilan disini dapat diartikan ibu

hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya

petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau

posyandu.

Kunjungan ibu hamil dlakukan secara berkala yang dibagi

menjadi beberapa tahap, yaitu:

1) Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)


52

Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan

petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan

pelayanan kesehatan trimester I dimana usia kehamilan 1 sampai

12 minggu, meliputi identitas/biodata, riwayat kehamilan, riwayat

kebidanan, riwayat kesehatan, riwayat sosial ekonomi,

pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, penyuluhan dan

konsultasi.

2) Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)

Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih

dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemerisaan

kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia

kehamilan >32 minggu, meliputi anamnese, pemeriksaan

kehamilan dan pelayanan kesehatan, pemeriksaan psikologis,

pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi/diperlukan, diagnosis

akhir (kehamilan normal, terdapat penyakit, terjadi komplikasi,

atau tergolong kehamilan risiko tinggi), sikap dan rencana tindakan

(persiapan persalinan dan rujukan).

l. Kewenangan Bidan dalam Memberikan Asuhan Kehamilan

Kewenangan bidan dalam peraturan menteri kesehatan nomor

28 tahun 2017 BAB III mengenai penyelenggaraan keprofesian

kebidanan pasal 19 ayat 3 Dalam memberikan pelayanan kesehatan

ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang

melakukan:
53

1) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

2) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil

3) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu

eksklusif

4) Penyuluhan dan konseling

5) Bimbingan pada kelompok ibu hamil

2. Konsep Dasar Teori Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar, melalui jalan lahir atau jalan

lain (Mochtar, 2013).

Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal,

namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi

abnormal (Mufdillah dkk, 2009). Persalinan adalah suatu proses

terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup

bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari

tubuh ibu (Mitayani, 2009).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan


54

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2010).

b. Jenis Persalinan

1. Klasifikasi Persalinan menurut bentuk persalinan sebagai berikut:

a) Persalinan spontan

Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan

melalui jalan lahir.

b) Persalinan bantuan

Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya

ekstraksi dengan forceps atau dilakukan operasi sectio Caesar

c) Persalinan anjuran

Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan

dari luar dengan jalan rangsangan misalnya dengan pemberian

pitocin, prostaglandin atau pemecahan ketuban.

2. Klasifikasi Persalinan Menurut Berat Janin dan Umur Kehamilan

a) Abortus

Pengeluaran hasil konsepsi pada umur kehamilan kurang dari

22 minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram.

b) Persalinan immature

Hasil konsepsi dikeluarkan pada umur kehamilan 22-27

minggu dengan berat janin 500-999 gram.

c) Persalinan premature
55

Persalinan dengan umur kehamilan 28-36 minggu dengan

berat janin antara 1000-2500 gram.

d) Persalinan aterm

Persalinan antara umur kehamilan 37-42 minggu dengan berat

janin diatas 2500 gram.

e) Persalinan serotinus

Persalinan lebih dari 42 minggu atau persalinan yang terjadi 2

minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir.

c. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan (5P)

Menurut Manuaba (2010) menyatakan bahwa, persalinan

ditentukan oleh 5 faktor “P” utama yaitu:

1. Power (Tenaga atau kekuatan), yaitu his (kontraksi otot rahim),

kontraksi otot dinding perut atau kekuatan meneran, ketegangan

kontraksi ligamentum rotundum.

2. Passenger, yaitu keadaan janin (letak, presentasi, ukuran / berat

janin, ada/tidak kelainan) dan plasenta.

3. Passage, yaitu keadaan jalan lahir yang terdiri dari bagian keras

tulang panggul dan bagian lunak yaitu otot-otot jaringan dan

ligament-ligament.

4. Psikologi, yaitu psikis ibu mempengaruhi proses persalinan dimana

psikis sangat mempengaruhi keadaan emosional ibu dalam proses

persalinan.
56

5. Penolong, yaitu penolong mempengaruhi proses persalinan dimana

persalinan yang ditolong oleh dokter/bidan yang profesional.

d. Perubahan Fisiologis Persalinan

1. Tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistolik rata-

rata naik, darah kembali normal pada level sebelum pesalinan. Rasa

sakit, takut dan cemas juga akan meningkat tekanan darah).

2. Metabolisme

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara

berangsur disebabkan karena kecemasan dan aktifitas otot skeletal.

Peningkatan ini diTandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh,

denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang.

3. Suhu tubuh

Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh sedikit

meningkat selama persalinan, terutama selama dan segera setelah

persalinan. Peningkatan ini jangan melebihi 0,50C sampai dengan

10C.

4. Detak jantung

Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara

dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung

sedikit meningkat dibandingkan sebelum persalinan.

5. Pernafasan
57

Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka sedikit terjadi

peningkatan tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.

6. Perubahan pada ginjal

Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh

peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerullus dan

aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit di anggap biasa dalam

persalinan.

7. Perubahan gastro intestinal

Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara substansial

berkurang banyak sekali selama pesalinan. Selain itu, pengeluaran

getah lambung berkurang, menyebabkan aktifitas pencernaan hampir

berhenti, dan pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan

tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa.

Mual dan muntah biasa terjadi sampai ibu mencapai akhir kala.

8. Perubahan hematologi

Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100 ml selama persalinan

dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari

setelah paska bersalin kecuali ada perdarahan postpartum (Salmah,

2010).

e. Tanda-Tanda Mulainya Persalinan

Sebelum terjadi persalinan beberapa minggu sebelumnya wanita

memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala

pendahuluan ini memberikan Tanda-Tanda sebagai berikut:


58

1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki

pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak

begitu kentara.

2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena

kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-

kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor

pains”.

5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah

bisa bercampur (bloody show).

f. Tanda Masuknya Persalinan

1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan

teratur.

2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pada pemeriksaan

dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

g. Perubahan Psikologi Persalinan

1. Kala I

Pada ibu primi bahkan multi terkadang bereaksi berlebihan

terhadap persalinan awal dengan terlalu banyak memberi perhatian

pada kontraksi, menjadi tegang, timbul kecemasan atau perasaan


59

aneh terhadap tubuh. Sebagian besar wanita mengalami perasaan

tidak enak atau gelisah (ketidakmampuan untuk merasa nyaman

dalam posisi apa pun dalam waktu lama).

Pada tahap laten, semangat ibu cukup tinggi; pada tahap aktif,

ibu menjadi serius, diam dan sibuk dengan kontraksi. Seorang

wanita bahkan mungkin akan merasa terjebak dalam persalinan saat

menyadari tidak ada jalan keluar selain menuntaskan persalinan.

Kesadaran ini kadang disebut “saat menerima kebenaran yang

mencerminkan semacam krisis, dimana ibu menyadari tidak dapat

mengendalikan proses persalinan (Penny, Dkk, 2010: 187-196).

2. Kala II

Pada fase peralihan dari kala I ke kala II diTandai dengan

sensasi yang kuat dan kebingungan mengenai apa yang harus

dilakukan. Untuk beberapa wanita desakan mengejan merupakan

salah satu aspek memuaskan sedangkan untuk yang lainnya

merasakan desakan mengejan dirasa mengganggu dan menyakitkan.

Setelah terlepas dari sensasi peralihan kala I diTandai dengan rasa

nyeri berkurang, perasaan menjadi tenang, dapat berpikir jernih

kembali, beristirahat, kembali bersemangat, dan mengenali orang-

orang disekitarnya. Selama kala II, ibu bekerja sama dengan

persalinannya melalui gerak menekan secara sadar dan bergerak ke

posisi yang membantu pelahiran (Penny, Dkk, 2010: 204).

3. Kala III
60

Sesudah bayi lahir, akan ada masa tenang yang singkat;

kemudian rahim kembali berkontraksi sehingga ibu perlu

melanjutkan relaksasi dan penapasan terpola karena rahim kadang-

kadang mengalami kram yang hebat atau sebaliknya, perhatian ibu

tercurah seluruhnya pada bayi sehingga hampir tidak menyadari

terjadinya tahap ketiga ini (Penny, Dkk, 2010: 211-212).

4. Kala IV

Saat-saat ini adalah saat jatuh cinta dan merupakan tahapan

yang penting dalam membentuk keterikatan. Pada tahap ini ibu akan

merasakan bahagia, lega, atau bahkan euforia dengan bayi dan rasa

terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu. Sebaliknya

ibu membutuhkan sedikit waktu untuk menyesuaikan diri terhadap

kenyataan bahwa dia tidak lagi dalam persalinan, keadaan tidak

hamil dan sudah menjadi seorang ibu (Penny, Dkk, 2010: 215).

h. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang

mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting

untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus

menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul.

Diameter-diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan dengan

diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk

melalui panggul untuk dilahirkan.

1. Diameter kepala janin


61

a) Diameter biparietal yang merupakan diameter melintang terbesar

dari kepala janin, dipakai di dalam definisi penguncian

(enggagment).

b) Diameter suboksipitobregmantika ialah jarak antara batas leher

dengan oksiput ke anterior fontanel; ini adalah diameter yang

berpengaruh membentuk presentasi kepala.

c) Diameter oksipitomental yang merupakan diameter terbesar dari

kepala janin; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk

presentasi dahi.

2. Gerakan utama anak dalam kelahiran

a) Masuknya kepala dalan PAP

Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada

primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi

pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.

Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan

sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Apabila

sutura sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat diantara

symphysis dan promotorium, maka dikatakan kepala dalam

keadaan synclitismus. Pada synclitismus os parietale depan dan

belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan

mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati p-

romotorium, maka dikatakan asynclitismus. Dikatakan

asynclitismus posterior, ialah kalau sutura sagitalis mendekati


62

symphysis dan os parietale belakang lebih rendah dari os

parietale depan dan dikatakan asynclitismus anterior ialah kalau

sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale

depan lebih rendah dari os parietale belakang. Pada pintu atas

panggul biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang

ringan.

b) Majunya kepala

Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala

masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada

kala II. Pada multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya

kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya kepala

ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu: fleksi,

putaran paksi dalam dan ekstensi.

c) Fleksi

Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga

ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.

Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala

yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito

bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito

frontalis (11 cm). Fleksi ini disebabkan karena anak didorong

maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas

panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat

dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena momen yang


63

menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan

defleksi.

d) Putaran paksi dalam

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan

sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan

memutar ke depan ke bawah symphisis. Pada presentasi

belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun

kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan dan ke

bawah symphysis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk

kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha

untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir

khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.

Putaran paksi dalam bersamaan dengan majunya kepala dan

tidak terjadi sebelum kepala sampai Hodge III, kadang-kadang

baru setelah kepala sampai di dasar panggul. Sebab-sebab

terjadinya putaran paksi dalam adalah:

(1) Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian

terendah dari kepala.

(2) Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling

sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus

genitalis antara levator ani kiri dan kanan.

(3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter

anteroposterior.
64

e) Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar

panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini

disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul

mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan

ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi kepala

akan tertekan pada perineum dan menembusnya. Pada kepala

bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah dan

satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke

atas. Result efeknya ialah kekuatan ke arah depan atas. Setelah

suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju

karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan

suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas

perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya

dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat

pemutaran disebut hypomochlion.

f) Putaran paksi luar

Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali

ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher

yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut

putaran restitusi (putaran balasan). Selanjutnya putaran

dilanjutkan hingga ke belakang kepala berhadapan dengan tuber

ischiadicum sepihak (di sisi kiri). Gerakan yang terakhir ini


65

adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan

karena ukuran bahu (diameter biacromial) menempatkan diri

dalam diameter antero posterior dari pintu bawah panggul.

g) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah

symphysis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu

belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya

seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

i. Tahapan Persalinan

1. Kala I (Kala Pembukaan)

Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

berakhir dengan lahirnya placenta secara lengkap ibu belum inpartu

jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks. Tanda

dan gejala inpartu meliputi:

a. Penipisan dan pembukaan serviks

b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks

c. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina

Kala I persalinan dimulai sejak kontraksi. Kala I persalinan

dibagi menjadi 2 fase yaitu:

a) Fase laten

1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan secara bertahap.


66

2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.

3) Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8

jam

4) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih antara 20-30

detik.

b) Fase aktif

Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu:

1) Fase akselarasi (fase percepatan): Dari pembukaan 3-4 cm

yang dicapai dalam 2 jam.

2) Fase Dilatasi maksimal: Dari pembukaan 4-9 cm yang

dicapai dalam 2 jam.

3) Fase deselerasi: Dari pembukaan 9-10 cm selama 2 jam.

Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam

sedangkan pada multigravida berlangsung kira-kira 8 jam.

2. Kala II

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga

disebut sebagian kala pengeluaran bayi. Gejala dan Tanda kala II

persalinan yaitu:

a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.
67

b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan

atau vaginanya.

c. Perineum menonjol.

d. Vulva, vagina dan spingter ani membuka.

e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam

yang hasilnya adalah:

a. Pembukaan serviks telah lengkap.

b. Terlihatnya bagian kepala bayi.

Pada saat kepala janin tampak dalam vulva, seorang

penolong persalinan harus menahan perineum dengan kain

sedangkan tangan satunya menahan keluarnya kepala supaya tidak

terjadi expulsi berlebihan. Dengan adanya his dan kekuatan

mengejan yang baik, maximal kepala janin dilahirkan dengan sub

uccipito dibawah symphisis. Kemudian dahi, muka dan dagu

melewati perineum. Setelah istirahat his muncul lagi untuk

mengeluarkan tubuh bayi. Pada primigravida kala II berlangsung

maksimal sampai dengan 2 jam sedangkan pada multigravida

maksimal sampai 1 jam.

3. Kala III (Pengeluaran Uri)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

Tanda-Tanda klinis dari pelepasan plasenta, yaitu:


68

a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,

uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di

bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta

terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah

pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.

b) Tali pusat memanjang

Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (Tanda

Ahfeld).

c) Semburan darah mendadak dan singkat

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu

mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi.

Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang

di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta

melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar

dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang-kadang

terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya

dalam 5 menit.

4. Kala IV (Kala Pemantauan)

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2

jam setelah itu. Pada kala IV dilakukan observasi sebagai berikut:

a) Tanda-Tanda vital ibu

b) Pemeriksaan perdarahan pada ibu


69

c) Pemantauan kontraksi uterus

d) Dokumentasi asuhan yang telah dilakukan

e) Perdarahan pada ibu dianggap normal jika < 500 cc

j. Partograf

Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan

membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan saat

pelaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif).

Partograf dimulai atau dibuat untuk setiap ibu bersalin, tanpa

menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan

komplikasi.

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partus lama.

3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,

membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang

diberikan.

k. Kewenangan Bidan dalam Memberikan Asuhan Persalinan


70

Kewenangan bidan dalam peraturan menteri kesehatan nomor

28 tahun 2017 BAB III mengenai penyelenggaraan keprofesian

kebidanan pasal 19 ayat 3 Dalam memberikan pelayanan kesehatan

ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang

melakukan:

1) Episiotomi

2) Pertolongan persalinan normal

3) penjahitan luka jalan lahir tingkat i dan ii

4) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

5) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu

eksklusif

6) pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum

7) Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

3. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir


71

Menurut Depkes RI (2010), Bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan

berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.

Menurut Saifuddin (2010), Bayi baru lahir adalah bayi yang baru

lahir selama satu jam pertama kelahiran. Sedangkan menurut Wong

(2012), Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu.

Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38–42 minggu.

Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya

yang terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan

perawatan dari orang lain. Neonatus mengalami masa perubahan dari

kehidupan di dalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi

kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang

paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir

meliputi semua system organ dan yang terpenting adalah system

pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar.

Bayi Baru Lahir adalah masa yang dimulai ketika bayi keluar dari

perut ibu hingga bulan pertama kehidupan (Varney, 2010). Penilaian

bayi baru lahir terhadap asfiksia dengan menilai APGAR Skor,

meliputi:
72

Tabel 2.3

Penilaian APGAR Skor

Tanda 0 1 2
Frekuensi Jantung Tidak ada Lambat dibawah 100 Diatas 100
Menangis dengan
Usaha Nafas Tidak ada Lambat tidak teratur
baik
Beberapa fleksi
Tonus otot Tidak ada Gerakan aktif
ekstremitas
Refleks Tidak ada Menyeringai Menangis kuat
Tubuh merah muda, Merah muda
Warna kulit Biru pucat
ekstremitas biru seluruhnya

Sumber :Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetrik Willliams. Jakarta:EGC.

Interpretasi:

1) Nilai 0-3 asfiksia berat

2) Nilai 4-6 asfiksia sedang

3) Nilai 7-9 asfiksia ringan

4) bayi normal dengan APGAR 10 (Varney, 2010).

b. Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal :

1. Berat badan :  2500-4000 gram

2. Panjang badan :  48-52 cm

3. Lingkar kepala :  33-35 cm

4. Lingkar dada :  30-38 cm

5. Masa kehamilan :  37-42 minggu


73

6. Denyut jantung    :  120-180x/mnt

7. Respirasi             :  40-80x/mnt

8. Kulit kemerahan licin

9. Kuku agak panjang dan lemas

10. Genitalia

a) Wanita       :  Labia mayora sudah menutupi labia minora

b) Laki-laki   :  Testis sudah turun

11. Refleks hisap dan menelan, refleks morro, graft refleks sudah

baik

12. Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam

pertama

13. Suhu              :  36,5-37º C

(Asuhan Bayi Baru Lahir, 2010).

c. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

1. Perubahan pernafasan/pada sistem pernafasan 

Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari

pertukaran gas melalui placenta. Setelah bayi lahir harus melalui

paru-paru bayi pernafasan pertama pada BBL terjadi normal

dalam waktu 30 detik. Setelah kelahiran tekanan rongga dada

bayi pada saat melalui jalan lahir pervagina mengakibatkan

cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya 80-100 ml).

kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut sehingga cairan yang

hilang ini diganti dengan udara.


74

Pernafasan pada neonatus terutama pernafasan

diafragmatik dan abdominal dan biasanya masih tidak teratur

frekuensi dan dalamnya pernafasan. Bayi itu umumnya segera

menangis sekeluarnya dari jalan lahir. Tindakan yang

menimbulkan pernafasan yang pertama, dikemukakan:

a) Rangsangan pada kulit bayi.

b) Tekanan pada thorax sebelum bayi lahir.

c) Penimbunan CO2 : Setelah anak lahir kadar CO2 dalam darah

anak naik dan ini merupakan rangsangan pernafasan.

d) Kekurangan O2

e) Pernafasan intrautrin : Anak sudah mengadakan pergerakan

pernafasan dalam rahim, malahan sudah menangis dalam

rahim. Pernafasan di luar hanya merupakan lanjutan dari

gerakan pernafasan di dalam rahim.

f) Pemeriksaan bayi : Kebanyakan anak akan mulai bernafas

dalam beberapa detik setelah lahir dan menangis dalam

setengah menit.

2. Perubahan metabolisme karbohidrat/glukosa

Fungsi otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.

Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat

lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa

darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir glukosa darah akan
75

turun dalam waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan gula

darah dapat terjadi dengan 3 cara:

a) Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus

didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah

lahir).

b) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis).

c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak

(glukoneogenesis).

3. Perubahan suhu tubuh

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,

sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan-

perubahan lingkungan. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas

melalui:

a) Evaporasi       : cairan menguap pada kulit yang basah.     

b) Konduksi       : kehilangan panas oleh karena kulit bayi

berhubungan langsung dengan benda/alat yang suhunya

lebih dingin.

c) Konveksi       : terjadi bila bayi telanjang di ruang yang

relatif dingin (25oC atau kurang)

d) Radiasi adalah kehilangan panas karena tubuh bayi yang

lebih panas menyentuh permukaan yang lebih dingin.

4. Perubahan pada sistem kardiovaskuler


76

Pada sistem kardiovaskuler harus terjadi 2 perubahan besar,

yaitu:

a) Penutupan foramen ovale atrium jantung.

b) Penutupan duktus afteriosus antara arteri paru dan aorta.

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh:

a) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah

meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan

atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke

atrium kanan yang mengurangi volume dan selanjutnya

tekanannya. Kedua kejadian ini membantu darah dengan

kandungan oksigen sedikit mengatur ke paru-paru untuk

mengalami proses oksigenasi ulang.

b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh paru

dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada

pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan

terbakarnya sistem pembuluh baru. Dengan peningkatan

tekanan pada atrium kiri foramen ovale secara fungsi akan

menutup.Perubahan sistem gastrointestinal, ginjal

5. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan

mencerna makanan masih terbatas, juga hubungan antara

esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang

mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan bayi muda.

Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas kurang dari 30 cc.


77

Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau,

substansi yang kental disebut mekonium. Faeces ini mengandung

sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan,

empedu, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Pengeluaran ini akan

berlangsung sampai hari ke 2-pada hari ke 4-5 warna tinja

menjadi coklat kehijauan. Air kencing Bila kandung kencing

belum kosong pada waktu lahir, air kencing akan keluar dalam

waktu 24 jam yang harus dicatat adalah kencing pertama,

frekuensi kencing berikutnya, serta warnanya bila tidak

kencing/menetes/perubahan warna kencing yang berlebihan.

6. Perubahan berat badan

Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh

karena pengeluaran (meconium, urine, keringat) dan masuknya

cairan belum mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dari

10%. Berat badan akan naik lagi pada hari ke 4 sampai hari ke

10. Cairan yang diberikan pada hari 1 sebanyak 60 ml/kg BB

setiap hari ditambah sehingga pada hari ke 14 dicapai 200 ml/kg

BB sehari.

7. Sistem skeletal

Tulang-tulang neonatus lunak karena tulang tersebut

sebagian besar terdiri dari kartilago yang hanya mengandung

sejumlah kecil kalsium.

8. Sistem neoromuskular
78

Pada saat lahir otot bayi lambat dan lentur, otot-otot

tersebut memiliki tonus kemampuan untuk berkontraksi ketika

dirangsang, tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan untuk

mengontrolnya. Sistem persarafan bayi cukup berkembang untuk

bertahan hidup tetapi belum terintegrasi secara sempurna

(Anonim, 2014).

c. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir

Kebutuhan dasar menurut Varney (2010) terdiri dari:

1) Kebutuhan Fisik meliputi :

a) O2 (zat asam atau udara segar)

Setelah bayi lahir, kebutuhan O2 dipenuh oleh pemasukan

(intake) paru-parunya sendiri. Bila bayi baru lahir tidak

langsung menangis dan terlihat warna kulit bayi

membiru/pucat segera bebaskan jalan nafas bayi sambil

menilai APGAR menit I.

b) Gizi

Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik untuk

menjamin kesehatan dan pertumbuhan bayi/ anak, diberikan

pada usia 0-2 tahun. ASI adalah makanan bayi yang terbaik.

c) Eliminasi

Bayi baru lahir harus sudah buang air kecil dalam waktu 24

jam setelah lahir, selanjutnya buang air kecil 6-8 x/hari. Feses

bayi baru lahir berwarna hijau (mekonium), dan bayi baru


79

lahir harus sudah buang air besar dalam 24 jam.

d) Istirahat dan tidur

Sangat bermanfaat jika bayi diletakkan di tempat tidur yang

hangat, tempat tidur seharusnya diletakkan dekat tempat tidur

ibu sehingga bisa dihangatkan dan bisa diberikan ASI saat

bayi menginginkannya.

e) Kebersihan (personal hygiene)

Perawatan untuk menjaga kebersihan bayi adalah seperti

memandikan bayi, memakaikan pakaian hangat pada bayi,

merawat tali pusat, dan mengganti popok bayi.

d. Penanganan Bayi Baru Lahir

Menurut Prawirohardjo (2010), tujuan utama perawatan bayi

segera sesudah lahir, adalah :

a) Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila

bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan

jalan nafas dengan cara sebagai berikut :

(1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras

dan hangat.

(2) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang

(3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi

dengan jari tangan yang dibungkus kasa steril.

(4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok
80

kulit bayi dengan kain.

b) Memotong dan Merawat Tali Pusat

Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir

tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi,

kecuali pada bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari

dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan

pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat

ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan

alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril.

Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali

basah/kotor. Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa

talipusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya

perdarahan, membungkus ujung potongan tali pusat adalah kerja

tambahan.

c) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk

membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus

hangat.

d) Memberi Vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir

normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1


81

mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi

vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M.

e) Memberi Obat Tetes/Salep Mata

Dibeberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara

hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic

neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi,

setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi

lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%

dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia

(penyakit menular seksual).

f) Identifikasi Bayi

(1) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di

tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang

rawat bayi.

(2) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang

halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak

mudah lepas.

(3) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi,

nyonya) tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama

lengkap ibu.

(4) Di setiap tempat tidur harus diberi Tanda dengan

mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.

g) Pemantauan Bayi Baru Lahir


82

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk

mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi

masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian

keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas

kesehatan. 2 jam pertama sesudah lahir meliputi :

(1) Kemampuan menghisap kuat atau lemah

(2) Bayi tampak aktif atau lunglai

(3) Bayi kemerahan atau biru

Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan

bayinya. Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan

penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang

memerlukan tindak lanjut seperti :

(1) Hipotermia

(2) Infeksi

(3) Cacat bawaan dan trauma lahir

e. Penilaian Bayi untuk Tanda-Tanda Kegawatan

Tabel 2.4 Penilaian Tanda Gawat Darurat Bayi

Bayi baru lahir dinyatakan Tanda-Tanda bayi sakit berat

sakit

a) Sesak nafas a) Sulit minum

b) Frekuensi pernapasan b) Sianosis sentral (lidah biru)

60x/mnt c) Perut kembung


83

c) Gerak retraksi di dada d) Periode Apnea

d) Malas minum e) Kejang/periode kejang-kejang

e) Panas atau suhu bayi kecil

rendah f) Merintih

f) Kurang aktif g) Perdarahan

g) Berat lahir rendah h) Sangat kuning

(1500-2500 gram) i) Berat badan lahir < 1500 gr

dengan kesulitan

minum

f. Reflek-Reflek untuk Menilai Keadaan Bayi

1) Reflek Moro

Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap

rangsangan mendadak. Refleksnya simetris dan terjadi pada 8

minggu pertama setelah lahir. Tidak adanya refleks moro

menibukan terjadinya kerusakan atau ketidakmatangan otak.

2) Refleks Rooting/Refleks Dasar

Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi

mulut, bayi akan menoleh ke arah sumber rangsangan dan

membuka mulutnya siap untuk menghisap.

3) Refleks Menyedot dan Menelan/Refleks Sucking

Berkembang dengan baik pada bayi normal dan

dikoordinasikan dengan pernafasan. Ini penting untuk

pemberian makan yang aman dan gizi yang memadai.


84

4) Refleks Mengedip dan Refleks Mata

Melindungi mata dari trauma.

5) Refleks Graphs/Plantar

Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau

pensil di dalam telapak tangan bayi yang akan menggenggam

dengan erat. Reaksi yang sama dapat ditunjukkan dengan

membelai bagian bawah tumit (genggam telapak kaki).

6) Refleks Walking/Berjalan dan Melangkah

Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh permukaan

yang rata, bayi akan terangsang untuk berjalan.

7) Refleks Tonik Neck

Pada posisi terlentang lengan disamping tubuh tempat kepala

menoleh kearah itu terulur sedangkan lengan sebelah terkulai.

8) Refleks Tarik

Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai

ke belakang lalu bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya

tertunduk ke arah depan (Asuhan Bayi Baru Lahir, 2010).

g. Kewenangan Bidan dalam Memberikan Asuhan Bayi Baru Lahir

Kewenangan Bidan dalam PMK nomor 28 tahun 2017 Bab III

mengenai penyelenggara praktik kebidanan pasal 20 ayat 3 dan 4

dikatakan bahwa bidan dalam melakukan perawatan bayi baru lahir

meliputi;
85

1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi

vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28

hari), dan perawatan tali pusat

2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

3) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

4) Pemberian surat keterangan kelahiran

5) Pemberian surat keterangan kematian.

4. Konsep Dasar Teori Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa nifas (Puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-

kira 6 minggu (Sulistyawati, 2011).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta

sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara

normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari

(Ambarwati, 2010).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan

masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69%

kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50%

kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Sarwono, 2010).


86

b. Tahapan Masa nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha adalah

sebagai berikut:

1) Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.

Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan

karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia,

tekanan darah dan suhu.

2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan

normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak

demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu

dapat menyusui dengan baik.

3) Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu):

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2009).

c. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari perawatan masa nifas adalah :

1. Memulihkan kesehatan umum penderita

a) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan

b) Mengatasi anemia
87

c) Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan

sterilisasi

d) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot

untuk memperlancar peredaran darah

2. Mempertahankan kesehatan psikologis

3. Mencegah infeksi dan komplikasi

4. Memperlancar pembentukan ASI

5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai

masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga

bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

normal (Bahiyatun, 2009).

d. Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan

vagina selama masa nifas. Akibat involusi uterus, lapisan luar desidua

yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang

mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara

darah dan desidua inilah yang dinamakan lochea. Lochea mengalami

perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lochea dibagi menjadi :

1) Lochea Rubra (cruenta), muncul pada hari 1-2 pasca persalinan,

berwarna merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban,

jaringan dari desidua, verniks caseosa, lanugo, mekonium

2) Lochea Sanguinolenta, muncul pada hari ke 3-7 pasca persalinan,

berwarna merah kuning dan berisi darah lendir


88

3) Lochea Serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan, berwarna

kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit darah,

juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta

4) Lochea Alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna

putih kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan

serabut jaringan yang mati

5) Lochea Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan

berbau busuk

6) Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya (Rukiyah dkk,

2010).

e. Perawatan Post Partum

1) Mobilisasi

Dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini setelah 2 jam

postpartum. Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan :

a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi

puerperium.

b) Mempercepat involusi alat kandungan.

c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan.

d) Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga

mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat, tidur

terlentang selama 2 jam postpartum kemudian boleh miring-miring

kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan


89

tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3

jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 diperbolehkan pulang.

Mobilisasi bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan

sembuhnya luka-luka.

2) Diet makanan

Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya

makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-

sayuran dan buah-buahan.

3) Miksi

Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-

kadang wanita mengalami sulit kencing, dikarenakan sfingter

urethra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi

muskulus sphingter ani selama persalinan Jika kandung kemih ibu

post partum penuh dan mengalami kesulitan untuk BAK, maka

dapat dilakukan kateterisasi.

4) Defekasi

BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Jika mengalami

kesulitan dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika

masih belum bisa dilakukan klisma.

5) Perawatan Payudara

Perawatan payudara hendaknya telah dimulai sejak wanita hamil

supaya putting susu lemas, tidak keras dan tidak kering sebagai

persiapan menyusui bayinya. Dianjurkan kepada ibu untuk


90

menyusui bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.

Bila bayi meninggal laktasi harus segera dihentikan dengan cara:

a) Pembalutan mammae sampai tertekan.

b) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet

lynoral dan perlodel

6) Laktasi

a) Pengertian laktasi

Menurut Wiknjosastro (2010) sejak kehamilan muda,

sudah terdapat persiapan pada kelenjar mamae untuk

menghadapi masa laktasi ini perubahan yang terdapat pada

kedua mamae antara lain Proliferasi jaringan, terutama

kelenjar dan alveolus mamae dari lemak. Pada duktus

laktiverus terdapat cairan yangkadang-kadang di keluarkan

berwarna kuning (kolostrum). Hepervaskulerisasi terdapat

pada permukaan maupun pada bagian mamae. Setelah

persalinan, pengaruh oksitosin mengakibatkan miopitelium

kelenjar susu berkontraksi, sehingga keluar air susu.

Menurut Marmi (2011), laktasi mempunyai dua

pengertian, yaitu: produksi dan pengeluaran Air Susu Ibu

(ASI). Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron

menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap

tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin

dan estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu segera keluar.
91

Biasanya, pengeluaran air susu dimulai pada hari kedua atau

ketiga setelah kelahiran. Setelah persalinan, segera susu-kan

bayi karena akan memacu lepasnya prolaktin dari hipofise

sehingga pengeluaran air susu bertambah lancar. Ada

beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran

laktasi, yaitu refleks prolaktin, refleks aliran (let down reflex),

reflex menangkap (rooting reflex), reflex mengisap (sucking

reflex), reflex menelan (swallowing reflex) sebagai berikut:

1) Refleks prolactin

Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat

pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh

serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu

dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang

memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah.

Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar

memproduksi air susu. Jadi, semakin sering bayi menyusu,

semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise,

sehingga semakin banyak air susu yang diproduksi oleh sel

kelenjar.

2) Refleks aliran

Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar

sampai bagian belakang kelenjar hipofise yang akan

melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah.


92

Oksitosin akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi

alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga memeras air susu

dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.

Keluarnya air susu karena kontraksi otot polos tersebut

disebut refleks aliran. Dengan seringnya menyusui,

penciutan rahim akan semakin cepat dan makin baik.

3) Refleks menangkap (rooting reflex)

Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan.

Jika bibirnya dirangsang atau disentuh, bayi akan

membuka mulut dan berusaha mencari puting untuk

menyusu. Keadaan tersebut dikenal dengan istilah refleks

menangkap.

4) Refleks mengisap (sucking reflex)

Refleks mengisap pada bayi akan timbul jika putting

merangsang langit-langit (palatum) dalam mulutnya. Oleh

karena itu, sebagian besar areola harus tertangkap oleh

mulut bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus yang berada

di bawah areola akan tertekan oleh gusi, lidah, serta langit-

langit sehingga air susu diperas secara sempurna ke dalam

mulut bayi.

5) Refleks menelan (swallowing reflex)

Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan putting

susu dan areola untuk mengisi rongga mulut. Oleh karena


93

itu, sebagian besar areola harus ikut ke dalam mulut. Lidah

bayi akan menekan ASI keluar dari sinus laktiferus yang

berada di bawah areola

f. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa

nifas, maka ibu nifas membutuhkan pendidikan kesehatan/health

education seperti personal hygiene, istirahat dan tidur, pendidikan pola

seksual dan latihan senam nifas.

1) Kebersihan Diri

a) Pakaian

Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah

menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak.

Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan

ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di

daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering.

Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi

(lecet) pada daerah sekitarnya akibat lokia.

b) Kebersihan Rambut

Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan

rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga

keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal.


94

Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu

wanita dengan wanita yang lain. Meskipun demikian,

kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut

dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang

lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.

c) Kebersihan kulit

Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat

hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat

untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis,

dan tangan ibu. oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama

setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang

lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan

jaga agar kulit tetap kering.

d) Kebersihan Vulva dan Perineum

Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara

membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan

ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.

Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar. Cairan sabun

atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air kecil atau

buang air besar. Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal

sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu caranya mengganti

pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh

tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4


95

kali sehari. Ibu diberitahu tentang jumlah, warna, dan bau lokia

sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini.

Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum

dan sesudah membersihkan daerah kemaluannya. Apabila ibu

mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu

untuk menghindari menyentuh daerah luka (Ambarwati, 2010).

Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah

dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau

disetrika. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

2) Istirahat dan tidur

Setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan saat melahirkan,

usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi

sedang tidur. Kebutuhan istirahat dan tidur harus lebih diutamakan

daripada tugas-tugas rumah tangga yang kurang penting. Jangan

sungkan untuk meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa

lelah. Istirahat juga memberi ibu energi untuk memenuhi kebutuhan

makan dan perawatan bayi sering dapat tidak terduga. Pasang dan

dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan bayi beristirahat untuk

menghilangkan rasa tegang dan lelah. Ibu nifas memerlukan istirahat

yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam

pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.


96

3)Seksual

Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat rupture perineum dan

penurunan hormon steroid setelah persalinan. Keinginan seksual ibu

menurun karena kadar hormone rendah, adaptasi peran baru,

keletihan (kurang istirahat dan tidur). Penggunaan kontrasepsi

(ovulasi terjadi pada kurang lebih 6 minggu) di perlukan karena

kembalinya masa subur yang tidak dapat diprediksi. Pada prinsipnya,

tidak ada masalah untuk melakukan hubungan seksual setelah selesai

masa nifas 40 hari. Hormon prolaktin tidak akan membuat ibu

kehilangan gairah seksual. Sebagian pria dan wanita menginginkan

hubungan seks secepat mungkin setelah melahirkan, sebagian lagi

mungkin lebih suka menunggu atau bahkan mungkin merasa takut

(Hasselquist, 2010). Banyak wanita setelah melahirkan, merasa

cemas atau takut untuk berhubungan seksual lagi dengan 

pasangannnya.

Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual

kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu

didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat

persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas section cesarean

(SC) biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan di

pastikan tidak ada luka atau perobekan jaringan, hubungan seks

bahkan telah boteh dilakukan 3-4 minggu setelah proses melahirkan

itu.
97

g. Tanda-Tanda Bahaya yang harus Diwaspadai Oleh Ibu Nifas

1) Pendarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah

banyak (lebih dari pendarahan haid biasa atau biasa atau bila

menemukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah jam).

2) Pengeluaran pevaginam yang baunya menusuk.

3) Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.

4) Sakit kepala yang terus menerus.nyeri epigastrik,atau masalah

penglihatan.

5) Pembengkakkan di wajah atau ditangan.

6) Demam, muntah,rasa sakit saat BAK atau jikamerasa tidak enak

badan.

7) Payudara yang berubah menjadi merah,panas,dan/atau terasa sakit.

8) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.

9) Rasa sakit, merah, lunak atau pembengkakan pada kaki

10) Merasa sedih karena tidak dapat mengasuh sendiri bayinya atau

diri sendiri.

11) Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.

h. Jadwal Kunjungan Pemeriksaan

1) Kunjungan I  6-48 jam setelah persalinan

Tujuan :

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri


98

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut

c) Memberikan konseling pada ibu dan salah satu anggota keluarga

d) Pemberian ASI awal

e) Melaksanakan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadinya

hipotermi

2) Kunjungan II  3-7 hari setelah persalinan

Tujuan :

a) Memastikan involusi uterus berjalan: uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

b) Menilai Tanda-Tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan Tanda-Tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat dan menjaga bayi agar tetap hangat.

3) Kunjungan III 8 -28 hari setelah persalinan

Tujuan :

a) Memastikan involusi uterus berjalan: uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan


99

b) Menilai Tanda-Tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidakk

memperlihatkan Tanda-Tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat dan menjaga bayi agar tetap hangat.

4) Kunjungan IV  29-42 setelah persalinan

Tujuan :

a) Menanyakan tentang penyulit yang ibu dan bayi alami

b) Memberikan konseling untuk kontrasepsi secara dini

Pemeriksaan pasca persalinan dilakukan pada 6 jam pasca

persalinan, hari ketiga, kedelapan & minggu keenam. Pemeriksan

pasca persalinan meliputi:

a) Pemeriksaan Umum : Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu,

keluhan yang dirasakan.

b) Keadaan Umum : Kesadaran, keadaan emosi, selera makan,

dll.

c) Payudara : Keadaan puting susu, pengeluaran ASI.

d) Perut : Dinding perut

e) Perineum, kandung kemih, rectum : Sekret yang keluar

(Lokia, flour albus)


100

f) Keadaan alat-alat kandungan : Perdarahan yang mungkin

terjadi dalam masa 40 hari ini biasanya disebabkan oleh adanya

subinvolusi uteri (Prawirohardjo, 2010).

i. Kunjungan Masa Nifas dan Kewenangan Bidan dalam

Memberikan Asuhan Masa Nifas

Kewenangan Bidan dalam PMK nomor 28 tahun 2017 Bab III

mengenai penyelenggara praktik kebidanan pasal 10 ayat 2 (d)

pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

pelayanan ibu nifas normal.

5. Konsep Dasar Teori Kontrasepsi

a. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

“melawan” atau “mencegah” sedangkan konsepsi adalah pertemuan

antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan

kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel

sperma (Wiknjosastro, 2011).

b. Manfaat Program Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai banyak

keuntungan. Salah satunya adalah merencanakan kehamilan yang aman,

sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya

menurunkan angka kematian maternal (Wiknjosastro, 2011).


101

Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang

nyata, salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya

kanker uterus dan ovarium, penggunaan kondom dapat mencegah

penularan penyakit menular seksual, seperti HIV. Meskipun

penggunaan alat/ obat kontrasepsi mempunyai efek samping dan risiko

yang kadang-kadang merugikan kesehatan, namun demikian

keuntungan penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut akan lebih besar

dibanding tidak menggunakan kontrasepsi yang memberikan risiko

kesakitan dan kematian maternal (Wiknjosastro, 2011).

c. Jenis Alat Kontrasepsi

1) Kontrasepsi non hormonal

a) Metode Amenorrhea Laktasi (MAL)

(1) Pengertian

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang

mengibulkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif,

artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau pun

minuman apapun lainnya

(2) Syarat

Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila

pemberian lebih dari 8 kali sehari.

(3) Cara kerja

Penundaan/Penekanan ovulasi (BKKBN, 2012)


102

Tabel 2.5

Keuntungan dan Kerugian Metode Amenore Laktasi (MAL)

Keuntungan Kontrasepsi Keuntungan nonkontrasepsi

1. Efektivitas tinggi Untuk Bayi:

(keberhasilan 98% pada 1. Mendapatkan kekebalan pasif

enam bulan pasca (mendapatkan anti bodi

persalinan). perlindungan lewat ASI).

2. Segera efektif. 2. Sumber asupan gizi yang terbaik

3. Tidak mengganggu dan sempurna untuk tumbuh

senggama. kembang bayi yang optimal.

4. Tidak ada efek samping 3. Terhindar dari keterpaparan

secara sistemik. terhadap kontaminasi dari air, susu

5. Tidak perlu pengawasan lain atau formula, atau alat minum


103

medis. yang dipakai.

6. Tidak perlu obat atau alat Untuk Ibu:

dan biaya. 1. Mengurangi perdarahan

pascapersalinan

2. Mengurangi risiko anemia

3. Meningkatkan hubungan psikologik

ibu dan bayi.


Sumber: Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi Ketiga

2011

2) Kontrasepsi Hormonal

a) Pil dan Injeksi Hormon Progestin

(1)Pengertian

Pil dan Injeksi Progestin adalah metode kontrasepsi dengan

menggunakan progestin.

(2) Cara Kerja

Menekan ovulasi, mencegah terjadinya implantasi,

mengentalkan lendir serviks, mengganggu pergerakan tuba

sehingga sperma sulit membuahi ovum.

(3) Keuntungan dan Keterbatasan

Tabel 2.6

Keuntungan dan keterbatasan pil progestin

Keuntungan Keterbatasan
104

1. Efektif jika diminum setiap 1. Harus digunakan setiap

hari di waktu yang sama hari dan pada waktu yang

(0,05-5 kehamilan/100 sama

perempuan dalam 1 tahun 2. Bila lupa satu pil saja,

pertama) kegagalan menjadi lebih

2. Tidak diperlukan besar

pemeriksaan panggul 3. Risiko kehamilan

3. Tidak mempengaruhi ASI ektopik, tetapi risiko ini

lebih rendah
4. Tidak mengganggu 7. jika dibandingkan dengan

hubungan seksual perempuan yang tidak

5. Kembalinya fertilitas menggunakan minipil

segera jika pemakaian 8. Efektifitas menjadi

dihentikan rendah bila digunakan

6. Mudah digunakan dan bersamaan dengan obat

nyaman tuberkulosis atau obat

Efek samping kecil epilepsi

9. Tidak mencegah IMS


Sumber: Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan

di Fasilitas Kesehatan (BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012).

d. Wewenang Bidan dalam Memberikan Pelayanan Kontrasepsi

Kewenangan Bidan menurut Permenkes RI Nomor 28 tahun 2017

Bab III mengenai Penyelenggaraan Praktik Kebidanan pasal 13 ayat 1


105

(a) yakni Bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang

melakukan pelayanan kesehatan meliputi pemberian alat kontrasepsi

suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim dan memberikan pelayanan alat

kontrasepsi bawah kulit. Dan pasal 12 (b) Bidan dalam memberikan

pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

berwenang untuk memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif

1. Konsep Dasar Kehamilan Trimester III Kunjungan Awal

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subyektif

1) Identitas

Identitas yang mempengaruhi masa kehamilan terdiri dari umur jika

<16 atau >35 tahun akan membuat wanita rentan terhadap sejumlah

komplikasi (Varney, 2010). Agama, suku/bangsa, pendidikan dimana

akan berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui

sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat

memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya, serta pekerjaan

yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial

ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien

tersebut (Ambarwati, 2009).


106

2) Alasan Datang Periksa

Alasan datang periksa yaitu tujuan utama suatu kunjungan untuk

melihat kebutuhan utama pasien.

3) Keluhan Utama

Keluhan utama yang terdiri dari hiverventilasi dan sesak nafas,

pusing dan mengantuk, sering kencing dean kebocoran air kencing,

kaki dan jari bengkak, dyspepsia, keram, nyeri punggung (Varney,

2010).

4) Riwayat Kesehatan Klien

Menurut Prawirohardjo (2010), Riwayat kesehatan klien

meliputi riwayat kesehatan yang lalu saat ini yang dikaji untuk

mendeteksi komplikasi penyakit penyerta kehamilan seperti

penyakit kardiovaskuler, 1-4% dari kehamilan akan terjadi penyakit

jantung yang tanpa gejala kelainan jantung sebelumnya, penyakit

endokrin yaitu meliputi diabetes mellitus meningkatkan risiko

terjadinya preeklampsia saat persalinan, sectio cesaria, dan

makrosomia dengan komplikasi utama yang mungkin terjadi adalah

trauma kelahiran seperti distosia bahu, fraktur tulang, dan injuri

plekus brakialis, penyakit infeksi yaitu wanita hamil dengan infeksi

saluran kemih berat dengan gejalanya nausea, vomitus, takikardia,

pireksia, nyeri pinggang, urin berbau busuk dan mengandung

protein akan berisiko anemia, preeklampsia, pielonefritis kronis dan


107

kerusakan ginjal serta janin berisiko prematur dan retardasi

pertumbuhan.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga terdiri dari riwayat keluarga

yang pernah menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan

riwayat cacat kongenital (Syafrudin, 2009). Keluarga dengan

riwayat penyakit diabetes menunjukkan data terkuat makrosomia

janin dan seksio sesarea. Pada jangka waktu lebih lama terlihat

adanya hubungan peningkatan kadar glukosa inutero dengan

obesitas. Terdapat beberapaa perkiraan epilepsi disebabkan oleh

komponen genetik yang padaa situasi tertentu menyebabkan

seseorang mengalami kejang epilepsi.

6) Riwayat Menstruasi

Riwayat menstruasi terdiri dari hari pertama haid terakhir

(HPHT) yang merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan

dan perkiraan tafsiran partus (Varney, 2010), taksiran persalinan dan

usia kehamilan merupakan data dasar dalam mengevaluasi ukuran

kandungan, apakah persalinan cukup bulan atau prematur, dan

kemungkinan komplikasi untuk jumlah minggu kehamilan, siklus:

28 ± 2 hari, lama: 3-8 hari (Mochtar, 2011).

7) Riwayat Obstetri

Riwayat Obstetri terdiri dari :

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


No
Suami An U Pen Jns Pnl Tmp Peny J BB H M Abn Laktas Peny
108

/P orma
k K y g t K i
B l
1
2

Berikut ini adalah beberapa faktor risiko pada ibu hamil:

(1) Menurut Skor Puji Rochyati dalam Manuaba (2010), kehamilan

berisiko tinggi adalah sebagai berikut:

(a) Primipara sekunder dengan usia anak terkecil lebih dari 10

tahun. Ibu dengan primi para sekunder berisiko terjadinya

pesalinan tidak lancar, pendarahan post partum dan risiko

penyakit penyerta seperti hipertensi. Grandemultipara yaitu

pernah melahirkan 4 kali atau lebih. Ibu dengan

grandemultipara berisiko terjadinya kelainan letak, ruptur

uteri, persalinan lama, dan pendarahan post partum serta

makin tinggi risiko terjadinya preeklamsi.

(b) Riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran, pernah

persalinan prematur, bayi lahir mati, riwayat persalinan

dengan tindakan ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, seksio

sesaria,preeklampsia/eklampsia, gravida serotinus,

kehamilan dengan perdarahan antepartum).

(c) Riwayat melahirkan berat bayi lahir rendah, prematur, bayi

makrosomia berisiko terjadi berulang di kehamilan

selanjutnya dan potensi ruptur uteri. Riwayat nifas dengan

retensio plasenta, hemoragik post partum(HPP) dapat

berulang di nifas berikutnya.


109

(d) Kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi

kehamilan.

(2) Sedangkan kehamilan berisiko menurut Syafrudin (2010) adalah

sebagai berikut:

(a) Anak lebih dari 3

(b) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang > 2

tahun

(c) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang

belakang panggul.

8) Riwayat Kontrasepsi

Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi

yang pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara

pemakaian terakhir dengan kehamilan.

9) Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat kehamilan sekarang yang dikaji untuk mendeteksi

komplikasi kapan hari pertama haid terakhir, kapan pergerakan anak

pertama kali (Quickening), apa keluhan dan ketidaknyamanan yang

dirasakan, pendidikan kesehatan apa saja yang telah didapat, apakah

sudah melakukan imunisasi selama hamil (Varney, 2010).

10) Riwayat Ginekologi

Riwayat ginekologi yaitu terdiri dari mioma risiko abortus

akan meningkat dan menghalangi jalan lahir, kista akan

menyebabkan risiko ruptur uteri meningkat saat kehamilan,


110

kehamilan ektopik tidak mungkin bertahan sampai kala II, pada

molahidatidosa tidak mungkin bertahan sampai kala II, HPV (Kutil

Veneral) dapat membesar sehingga perlu SC (Prawihardjo , 2010).

Radang panggul berhubungan dengan peningkatan kehamilan

ektopik, hidramnion merupakan faktor risiko predisposisi persalinan

premature, herpes simpleks tipe II dapat menyebabkan kerusakan

neurologi berat bahkan kematian bayi, dan gameli dapat

menyebabkan kelahiran prematur sebanyak 10% (Varney, 2010).

11) Pola Fungsional Kesehatan

Pola fungsional kesehatan meliputi nutrisi yang terdiri dari

makanan yaitu semua wanita hamil harus menerima suplemen zat

besi dalam bentuk zat besi ferro 30 mg per hari (150 mg ferro sulfat,

300 mg ferro glukonat, atau 100 mg ferro fumaret) selama trimester

kedua dan ketiga (Varney, 2007 : 547) untuk pola eliminasi pada

trimester III, karena terjadi pembesaran uterus yang menurunkan

kapasitas kandung kemih sehinggga mengakibatkan sering BAK,

untuk pola istirahat pada wanita hamil untuk tidur siang sebaiknya 1

sampai 2 jam setiap hari, 8 jam setiap tidur malam (Doenges, 2011).

Pada pola aktivitas saat hamil, ibu akan mudah lelah karena

menurunnya basal metabolic rate sehingga wanita hamil boleh

melakukan pekerjaannya sehari-hari asal bersifat ringan

(Prawihardjo , 2010).

Pola personal hygiene ibu hamil sebaiknya tetap menjaga


111

kebersihan badannya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

infeksi, perawatan gigi diperlukan dalam kehamilan karena gigi

yang baik menjamin pencernaan yang sempurna, sementara untuk

pola kebiasaan meliputi kebiasaan minum alkohol, jamu-jamuan,

obat-obatan, perokok aktif maupun pasif, merupakan salah satu

pencetus gangguan kehamilan yang memperlukan pengawasan

antenatal tambahan (Myles, 2009).

Pola seksualitas yaitu saat memasuki trimester ketiga, janin

sudah semakin besar dan bobot janin semakin berat, membuat tidak

nyaman untuk melakukan hubungan intim tetapi apabila sudah

memasuki 38-42 minggu belum ada Tanda-Tanda kehamilan,

dianjurkan untuk melakukan hubungan intim, karena sperma yang

mengandung prostalglandin ini akan dapat membantu rahim untuk

berkontraksi.

12) Riwayat Psikososiokultural Spiritual

Menurut Sulistyawati (2011):

Psikologi : Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ke tiga.

Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan

bayi dan kehidupannya sendiri.

Sosial : Adanya respon yang positif dari keluarga terhadap

kelahiran bayi akan mempercepat proses adaptasi

ibu menerima perannya.


112

Kultural : Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan

sekijtar. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan

keluarga maupun lingkungan masyarakat yang

dapat merugikan atau memberikan pengaruh

negative pada kehamilan ibu.

Spiritual : Berdoa telah ditemukan sebagi sumber yang

efektif bagi seseorang untuk mengatsi nyeri, stress,

dan distress. Seringkali berdoa menyebabkan

seseorang merasakan perbaikan suasana hati dan

merasakan kedamaian dan ketenangan.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum yang meliputi kesadaran yaitu

composmentis, Tanda vital yang terdiri dari tekanan darah yaitu

lebih dari 140/90 mmHg dan dapat berlanjut menjadi pre

eklampsi dan eklampsi jika tidak segera ditangani. Pada

pemeriksaan suhu jika didapatkan keadaan ibu hamil dengan

demam tinggi (lebih dari 38,70C) merupakan Tanda bahaya

kehamilan (Varney, 2010)..

Pemeriksaan antropometri terdiri dari berat badan sebelum

hamil dan berat badan saat ini, dimana berat badan ditimbang

untuk memperoleh kenaikan berat badan total selama kehamilan

(Varney, 2010)., pertambahan berat badan lebih dari 15 kg dapat


113

diindikasikan bahwa ibu mengalami preeklampsia berat, diabetes

melitus dan janin mengalami makrosomia, untuk tinggi badan

yaitu >145 cm, bila kurang dicurigai terjadi kesempitan panggul

(Varney, 2010)., ukuran lila kurang dari 23,5 cm, bila kurang

berarti status gizi buruk yang dapat menyebabkan terjadinya

pertumbuhan janin terhambat.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan head to toe yang

dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Pemeriksaan inspeksi, oedem pada wajah adalah Tanda klasik

preeklampsi, untuk pemeriksaan mata konjunctiva yang berwarna

putih, atau pucat Tanda anemia (Varney, 2010), untuk

pemeriksaan mulut dalam kehamilan sering timbul stomatitis dan

gingivitis yang mengandung pembuluh darah dan mudah

berdarah, maka perlu perawatan mulut agar selalu bersih. Sering

tampak lidah kotor dan gusi epulis yang merupakan akibat mual-

mual atau hipersalivasi. Adanya karies atau keropos yang

menibukan ibu kekurangan kalsium. Saat hamil terjadi karies

yang berkaitan dengan emesis, hiperemesis gravidarum, adanya

kerusakan gigi dapat menjadi sumber infeksi (Varney, 2010).,

untuk pemeriksaan anus didapatkan hasiltampak adanya

hemoroid dikarenakan penurunan motilitas gastrointestinal dan

perubahan usus serta tekanan pada sistem pembuluh darah oleh


114

pembesaran uterus (Varney, 2010), serta untuk pemeriksaan

ektremitas edema tungkai yang merupakan salah satu Tanda

kemungkinan terjadinya pre-eklamsia (Manuaba, 2009).

Pada palpasi terdiri dari pemeriksaan abdomen didapatkan

hasil untuk mengetahui besarnya rahim dan dengan ini

menentukan tuanya kehamilan, menentukan letak janin dalam

rahim, pada palpasi leopold terdiri dari leopold I-IV dimana hasil

leopold I yaitu pada fundus teraba bagian lunak, kurang bulat dan

kurang melenting, leopold II yaitu teraba bagian panjang dan

keras seperti papan pada sebelah kanan/kiri ibu dan dibagian

sebaliknya teraba bagian kecil janin, leopold III yaitu pada

segmen bawah rahim teraba bagian keras, bulat dan melenting

yang sudah tidak dapat digoyangkan, leopold IV yaitu sudah

masuk pintu atas panggul (divergen) atau belum masuk pintu atas

panggul (konvergen), tafsiran berat janin (TBJ) yaitu (TFU-

(11/12) x 155) (Mochtar, 2011), untuk pemeriksaan ektremitas

didapatkan Edema tungkai merupakan salah satu Tanda

kemungkinan terjadinya tromboflebitis. Pemeriksaan refleks

tendon sebaiknya dilakukan karena hiperefleksi menibukan

adanya komplikasi kehamilan preeklamsia (Manuaba, 2007).

Pada pemeriksaan auskultasi untuk pemeriksaan abdomen

didapatkan hasil bising peristaltik usus orang dewasa <5 kali

permenit menyebabkan konstipasi,>35 kali permenit ciri-ciri


115

obstipasi, nilai normal denyut jantung janin kurang atau lebih dari

120 -160 dpm Tanda-Tanda janin mengalami fetal distress

(Varney, 2010).

Pemeriksaan perkusi reflek patella negatif menunjukan

Tanda-Tanda pre-eklamsi dan refleks homan positif dapat

menunjukkan tromboflebitis (Varney, 2010).

3) Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus saat ibu memasuki kehamilan 36

minggu saat bayi mulai turun ke tulang panggul lebih dalam

sehingga timbul desakan di kandung kemih, panggul dan vagina

lalu saat inilah muncul kontraksi sungguhan (Varney, 2010).

4) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan urine

yaitu jika ditemukan hasil pemeriksaan urin positif maka

mengindikasikan adanya preeklampsi, serta pemeriksaan darah

lengkap untuk menentukan Hb, sekali dalam 3 bulan karena saat

hamil dapat timbul anemia akibat defisiensi Fe lalu menentukan

jenis golongan darah agar dapat cepat mencari darah yang cocok

jika membutuhkan tranfusi darah. Selanjutnya pemeriksaan

USG memberikan informasi tentang pertumbuhan janin dengan

menggunakan pengukuran kepala sampai kaki, panjang femur,

dan diameter biparietal, untuk memastikan usia gestasi,


116

menentukan ukuran maupun lokasi plasenta dan untuk

mendeteksi beberapa abnormalitas pada janin (Varney, 2010).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Interpretasi data dasar terdiri dari diagnosis dan masalah.

Diagnosis : G... PAPAH usia kehamilan 36 minggu + 5 hari janin tunggal

hidup, intrauterin

Dimana G adalah gravida, P adalah para, a adalah aterm, p adalah

premature, a adalah abortus, h adalah hidup (Varney, 2010). Intrauterin

hanya boleh ditulis jika ada pemeriksaan penunjang berupa USG atau

dilakukan pemeriksaan khusus (VT) dan diyakini kehamilan merupakan

kehamilan intrauterin dengan pemeriksaan USG dan pemeriksaan dalam.

Masalah : Berupa ketidaknyamanan yang dirasakan seperti edema,

keletihan, leukorea, nyeri bawah perut, peningkatan frekuensi berkemih,

konstipasi, nyeri ulu hati, kram tungkai, insomnia,hemoroid

(Prawihardjo, 2010).

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual

yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut

tidak terjadi.
117

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang

harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini

mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi,

atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu

Rasional :Informasi yang jelas dapat mempermudah

komunikasipetugas dan klien untuk tindakan selanjutnya

b. Berikan KIE tentang ketidaknyamanan yang terjadi pada trimester III

dan cara mengatasinya.

Rasional :Dapat mengurangi kekhawatiran yang berlebih pada ibu

dan membantu ibu mengatasi ketidaknyamanan yang terjadi

pada trimester III (Varney, 2010).

c. Berikan KIE mengenai nutrisi ibu hamil.

Rasional :Karena dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh

mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan

nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin (Manuaba,

2009).

d. Berikan KIE kepada ibu dan keluarga tentang persiapan persalinan

Rasional :Persiapan persalinan yang matang menggambarkan

kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan

e. Anjurkan klien untuk tidur posisi miring ke kiri


118

Rasional :Posisi ini menurunkan kemungkinan terjadinya penekanan

pada vena cava inferior (Doenges, 2011)

f. Berikan KIE tentang Tanda bahaya pada kehamilan

Rasional :Mengetahui Tanda bahaya pada kehamilan membuat ibu

mampu mendeteksi dini Tanda yang dapat membahayakan

keselamatan ibu dan janinnya (Doenges, 2011).

g. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan menghindari duduk atau

berdiri terlalu lama.

Rasional :Istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolik berkenaan

dengan pertumbuhan jaringan ibu dan janin (Varney, 2010).

h. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.

Rasional :Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan

ibu dan tumbuh kembang janin, menemukan secara dini

adanya masalah/gangguan dan kemungkinan komplikasi

yang terjadi selama kehamilan (Fatimah, 2017)

i. Berikan KIE kepada ibu tentang keluarga berencana.

Rasional :Keluarga Berencana dapat menekan jumlah penduduk yang

terus meningkat,melahirkan anak-anak yang berkualitas,

karena adanya waktu yang cukup unuk mengasuh anak,

mempersiapkan pendidikan, menciptakan keluarga yang

sejahtera, dan mengurangi bahaya yang berhubungan

dengan kehamilan yang terlalu dekat jaraknya atau pada


119

wanita yang pernah mengalami banyak kehamilan.

(Marmi,2016).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilibun keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan.Evaluasi didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

2. Konsep Dasar Manajemen Persalinan Normal

Kala I

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

1) Keluhan Utama
120

Keluhan utama yang sering dirasakan oleh ibu adalah nyeri

akibat dari kontraksi uterus, pengeluaran lendir darah & cairan

ketuban. Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar

kedepan, kekuatan kontraksi semakin bertambah. Pinggang terasa

sakit menjalar ke depan, nyeri semakin hebat bila untuk aktivitas

jalan (Manuaba, 2007).

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan keluarga terdiri dari riwayat keluarga

yang pernah menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan

riwayat cacat kongenital (Syafrudin, 2009). Keluarga dengan riwayat

penyakit diabetes menunjukan data terkuat makrosomia janin dan

seksio sesarea. Pada jangka waktu lebih lama terlihat adanya

hubungan peningkatan kadar glukosa inutero dengan

obesitas.Terdapat beberapaa perkiraan epilepsi disebabkan oleh

komponen genetik yang padaa situasi tertentu menyebabkan

seseorang mengalami kejang epilepsi. Prevalensi epilepsi pada

populasi umum adalah 1 dari 200 dan terjadi pada 0,3-0,5% wanita

hamil, 9 wanita meninggal karena epilepsi (Myles, 2009).

3) Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat kehamilan sekarang yang dikaji untuk mendeteksi

komplikasi kapan hari pertama haid terakhir, kapan pergerakan anak

pertama kali (Quickening), apa keluhan dan ketidaknyamanan yang


121

dirasakan, pendidikan kesehatan apa saja yang telah didapat, apakah

sudah melakukan imunisasi selama hamil (Varney, 2010).

Hal yang perlu di tanyakan seperti kapan mulai kontraksi,

apakah kontraksi teratur dan seberapa sering kontraksi terjadi,

apakah ibu masih merasakan gerakan bayi, apakah selaput ketuban

sudah pecah? jika ya, apa warna cairan ketuban, apakah kental atau

encer, kapan saat selaput ketuban pecah, apakah keluar cairan

bercampur darah dari vagina ibu, apakah berupa bercak atau darah

segar per vaginam? (JPNK-KR, 2017).

4) Pola Fungsional Kesehatan

Pola fungsional kesehatan meliputi nutrisi antara lain

sebagian ibu masih ingin makan pada masa fase laten persalinan

tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya menginginkan

cairan saja (JPNK-KR, 2017). Pola eliminasi meliputi pada kala I,

sering buang air kecil akibat rasa tertekan di area pelvis dan pada

kala II, adanya desakan mengejan seperti dorongan ingin buang air

besar (Varney, 2010).

Pada primi ataupun multi akan memberika perhatian

padakontraksi, timbul kecemasan, tegang,perasaan tidak enak atau

gelisah. Personal hygiene Ibu hamil selalu mandi dan menggunakan

baju yang bersih selama persalinan (Mochtar, 2011).

5) Riwayat Psikososiokultural Spiritual


122

Psikososiokultural spiritual berisi riwayat pernikahan

meliputi pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan

sah/tidak. Respon klien dan keluarga terhadap persalinan.Lalu

kondisi psikis ibu mengahadapi persalinan, pada kala I, ibu primi

bahkan multi terkadang bereaksi berlebihan terhadap persalinan

awal dengan terlalu banyak memberi perhatian pada kontraksi,

menjadi tegang, timbul kecemasan, perasaan tidak enak atau gelisah

(Simkin, 2008), selain itu adat istiadat pernikahan termasuk

peristiwa yang sacral dalam kehidupan masyarakat di Indonesia,

yang masih tetap menjunjung tinggi nilai adat dan agama yang

beraneka ragam (Manuaba, 2010).

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Umum meliputi kesadaran dan Tanda vital.

Kriteria hasil pemeriksaan kesadaran adalah composmentis, ekspresi

wajah meringis. Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada

ibu hamil dengan usia kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan

di Tandai dengan meningkatnya tekanan darah menjadi 140/90

mmHg (Sitomorang dkk, 2016). Pada saat persalinan peningkatan

sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata 10 mmHg

(Varney, 2010)..Nadi pada ibu bersalin berkisar antara 60-100

x/menit. Suhu tubuh peningkatannya jangan melebihi 0,50C sampai

dengan 10C (Varney, 2010). dan pernapasan16-20 x/menit.


123

2) Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan inspeksi, oedem pada wajah adalah Tanda klasik

preeklampsi (Varney, 2010)., untuk pemeriksaan mata konjunctiva

yang berwarna putih, atau pucat Tanda anemia, untuk pemeriksaan

mulut dalam kehamilan sering timbul stomatitis dan gingivitis yang

mengandung pembuluh darah dan mudah berdarah, maka perlu

perawatan mulut agar selalu bersih. Sering tampak lidah kotor dan

gusi epulis yang merupakan akibat mual-mual atau hipersalivasi.

Adanya karies atau keropos yang menibukan ibu kekurangan

kalsium. Saat hamil terjadi karies yang berkaitan dengan emesis,

hiperemesis gravidarum, adanya kerusakan gigi dapat menjadi

sumber infeksi (Varney, 2010)., untuk pemeriksaan anus

didapatkan hasil tampak adanya hemoroid dikarenakan penurunan

motilitas gastrointestinal dan perubahan usus serta tekanan pada

sistem pembuluh darah oleh pembesaran uterus (Varney, 2010).,

serta untuk pemeriksaan ektremitas edema tungkai yang

merupakan salah satu Tanda kemungkinan terjadinya pre eklamsia

(Manuaba, 2009).

b) Pada palpasi pemeriksaan abdomen didapatkan hasil untuk

mengetahui besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya

kehamilan, menentukan letak janin dalam rahim, pada usia

kehamilan 28 minggu didapatkan TFU 26 cm, pada usia kehamilan

32 minggu didapatkan TFU 30 cm, pada usia kehamilan 36 minggu


124

didapatkan TFU 33 cm, pada palpasi leopold terdiri dari leopold I-

IV dimanaleopold I yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk

menentukan bagian apa yang berada dibagian fundus normalnya

pada fundus teraba bagian lunak, kurang bulat dan kurang

melenting yaitu bokong, leopold II yaitu pemeriksaan yang

dilakukan untuk menentukan bagian apa yang berada di sisi kanan

dan kiri ibu normalnya teraba bagian panjang dan keras seperti

papan pada sebelah kanan/kiri ibu dan dibagian sebaliknya teraba

bagian kecil janin, leopold III yaitu pemeriksaan yang dilakukan

untuk menentukan bagian apa yang berada dibagian segmen bawah

rahim normalnya yaitu pada segmen bawah rahim teraba bagian

keras, bulat dan melenting yaitu kepala, leopold IV yaitu

pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan bagian terendah

janin atau belum. Sudah masuk pintu atas panggul (divergen) atau

belum masuk pintu atas panggul (konvergen), tafsiran berat janin

(TBJ) yaitu ((TFU-(11/12) x 155) (Mochtar, 2011).

c) Pada pemeriksaan auskultasi terdiri dari pemeriksaan dada untuk

mendengarkan suara nafas biasanya pada 90% hingga 95% wanita

hamil akan terdengar murmur sistolik pendek yang semakin jelas

terdengar selama inspirasi maupun ekspirasi (Varney, 2010). untuk

pemeriksaan abdomen denyut jantung janin yaitu <120 atau >160

dpm, Tanda adanya fetal distress(Varney, 2010).

d) Pemeriksaan perkusi refleks homan positif dapat menunjukkan


125

tromboflebitis (Varney, 2010).

3) Pemeriksaan Khusus

Dilakukan pemeriksaan dalam kemudian catat tanggal, jam

dan nama pemeriksa. Tentukann pembukaan jika 0-3cm berarti fase

laten, 3-4 cm fase aktif akselerasi, 4-9 cm fase aktif, dilatasi

maksimal, 9-10 cm fase aktif deselearasi. Presentasi normalnya

belakang kepala. Denominator normalnya UUK (oksiput) dan Posisi

nya UUK kiri depan (LOA) atau UUK kanan depan (ROA).

Pemeriksaan ketuban dan catat dalam partograf. U jika

selaput ketuban masih utuh (belum pecah), J jika selaput ketuban

sudah pecah dan air ketuban jernih, M jika selaput ketuban sudah

pecah dan air ketuban bercampur mekonium, D jika selaput ketuban

sudah pecah dan air ketuban bercampur darah, K jika selaput

ketuban sudah pecah tetapi air ketuban sudah tidak mengalir lagi

(kering) (JNPK-KR, 2017).

Tentukan sejauh mana bagian terbawah janin turun. Hodge I

sama dengan 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas

simfisis pubis, 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah

memasuki pintu atas panggul. Hodge II sama dengan 3/5 jika

sebagian (2/5) bagian terbawah janin memasuki rongga panggul.

Hodge III sama dengan 2/5 jika hanya sebagian dari bagian

terbawah janin masih berada diatas simfisis dan (3/5) bagian telah

turun melewati bidang tengah rongga panggul (tidak dapat


126

digerakan) dan hodge IV sama dengan 1/5 jika hanya 1 dan 5 jari

masih dapat teraba bagian terbawah janin yang berada diatas

sympisis dan 4/5 bagian telah masuk kedalam rongga panggul. 0/5

jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari

pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk

kedalam rongga panggul (JNPK-KR, 2017).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : G PAPAH, usia kehamilan ….. minggu + …..hari, kala

I fase laten/aktif persalinan normal

janin tunggal, hidup, intrauterin

Masalah : masalah yang biasa terjadi pada persalinan kala I adalah

Nyeri pada perut yang menjalar ke punggung

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Jelaskan hasil pemeriksaan

Rasional : Mengetahui hasil pemeriksaan merupakan hak klien

b. Beri dukungan emosional pada ibu

Rasional :Dengan adanya suami dan anggota keluaarga yang

berperan aktif dalam mendukung ibu dapat sangat

membantu memberi kenyamanan ibu (JNPK-KR, 2017).


127

c. Lakukan observasi kala I

1) Tiap 30 menit yaitu detak jantung janin, nadi ibu dan kontraksi uterus.

Rasional :Denyut jantung janin dan nadi ibu perlu diperiksa

untuk memastikan kondisi ibu dan janinnya. Kontraksi

uterus baik jika durasi > 40 detik, frekuensi 4-5

kali dalam 10 menit selama 30 menit sehingga

memudahkan petugas dalam pengambilan tindakan

selanjutnya (JNPK-KR, 2017).

2) Tiap 2 jam yaitu suhu tubuh ibu dan volume urin ibu

Rasional :Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5o-37,5o C

merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

keadaan umum ibu. Urin ibu diobservasi sebagai upaya

pengosongan kandung kemih sehingga tidak menahan

penurunan kepala. Karena kandung kemih yang penuh

berpotensi memperlambat proses persalinan (Varney,

2010).

3) Tiap 4 jam yaitu pembukaan serviks, penurunan kepala, keadaan

ketuban, molase, dan tekanan darah ibu.

Rasional :Untuk mengetahui kemajuan persalinan dengan

mengobservasi pembukaan serviks dan penurunan

kepala, kondisi janin dapat pula dilihat dari keadaan air ketuban,

dan molase atau penyusupan kepala janin, dan tekanan

darah ibu untuk mengetahui keadaan ibu, sehingga dapat


128

memudahkan kita dalam pengambilan tindakan

selanjutnya (JNPK-KR, 2017).

d. Lakukan pencegahan infeksi sesuai Standar Pencegahan infeksi

Rasional : PI adalah bagian yang esensial dari semua asuhan

yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir

karena dapat menurunkan kesakitan dan kematian

ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan

keterampilan untuk melaksanakan prosedur PI

secara baik dan benar juga dapat melindungi

penolong persalinan terhadap risiko infeksi (JNPK-

KR, 2017).

e. Anjurkan ibu untuk miring kiri dan tidak berbaring terlentang lebih dari

10 menit.

Rasional : Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan

isinya akan menekan vena cava inferior, hal ini

akan mengakibatkan turunnya aliran darah dari

sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat

menyebabkan hipoksia atau kekurangan oksigen

pada janin. Selain itu, posisi terlentang

berhubungan dengan gangguan terhadap proses

persalinan karena menyebabkan lambatnya

penurunan bagian terbawah janin (Varney,

2010).
129

f. Ajarkan ibu napas dalam terutama saat terjadi kontraksi

Rasional :Latihan napas dalam dapat mengurangi ketegangan dan

rasa nyeri terutama saat terjadi kontraksi (Varney,

2010).

g. Siapkan alat dan bahan untuk pertolongan persalinan serta obat-obatan

essensial untuk menolong persalinan sesuai dengan APN

Rasional :Untuk memeriksa kelengkapan alat pada proses

pertolongan persalinan serta sebagai alat pelindung diri

(JNPK-KR, 2017).

h. Berikan KIE kepada ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan

minum air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi

Rasional : Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup

selama persalinan akan memberi lebih banyak

energy dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa

memperlambat kontraksi dan/atau membuat

kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif

(JNPK-KR, 2017).

i. KIE ibu tentang proses persalinan

Rasional :Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat

mengugah emosi dengan memberikan pengertian tentang proses

persalinan ibu akan berupaya mengatasi gangguan emosionalnya(JNPK-

KR, 2017).

j. Dokumentasi hasil pemantauan kala satu pada partograf


130

Rasional :Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan

kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan kllinik,

dokumentasi dengan patograf memudahkan untuk pengambilan

keputusan dan rencana asuhan selanjutnya (JNPK-KR, 2017).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

KALA II

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subjektif

1) Keluhan utama

Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. Ibu

merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau vaginanya.

a. Data objektf

1) Pemeriksaan Umum :

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : compos mentis


131

Tanda vital :

2) Pemeriksaan fisik

Adanya Tanda dan Gejala Kala II Persalinan. Pada inspeksi

tampak perineum menonjol, vulva vagina dan spingter ani

membuka, meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

3) Pemeriksaan Khusus

1) Pemeriksaan Dalam :

Tanggal : jam : oleh:

Pada pemeriksaan vulva dan vagina tampak membuka.

Pengeluaran pervaginam lendir darah, cairan ketuban.

Dinding vagina tidak oedema. Pembukaan 10 cm.

Effacement yaitu 100%. Ketuban jernih/utuh. Presentasi

adalah belakang kepala. Denominator teraba UUK. Tidak

teraba bagian terkecil janin. Hodge berada di Hodde III/IV.

Hodge III yaitu 2/5 jika hanya sebagian dari bagian

terbawah janin masih berada diatas symphisis dan 3/5

bagian telah turun melewati bagian tengah rongga panggul

(tidak dapat digoyangan) sedangkan Hodge IV yaitu 1/5

jika hanya 1 dari 5 jari dapat meraba bagian terbawah janin

yang berada diatas symphisis dan 4/5 bagian telah masuk

kedalam rongga panggul. 0/5 jika bagian terbawah janin

sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh


132

terbawah janin sudah masuk kedalam rongga panggul

(JNPK-KR, 2017).

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : G PAPAH kala II Persalinan Normal

Masalah :

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/masalah potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

1) Anjurkan keluarga pendamping untuk melakukan stimulasi puting susu

bila kontraksi tidak baik

Rasional :Stimulasi puting susu berfungsi untuk menstimulasi

produktivitas oksitosin ibu, yang berperan dalam proses

persalinan mengejan (Doenges, 2011).

2) Lakukan prosedur asuhan persalinan normal :

a) Lakukan persiapan pertolongan persalinan

Rasional :Untuk memeriksa kelengkapan alat dan bahan,

serta obat-obatan essensial pada proses pertolongan

persalinan serta sebagai alat pelindung diri

(Doengoes, 2011).

b) Lakukan amniotomi jika selaput ketuban belum pecah


133

Rasional :Ketika pembukaan lengkap perlu dilakukan

amniotomi agar mengetahui warna ketuban yang

keluar. Jika berwarna mekonium pada air ketuban

maka lakukan persiapan pertolongan bayi setalah

lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya

hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan

(JNPK-KR, 2017).

c) Lakukan periksaan denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

Rasional :Mendeteksi bradikardia janin dan hipoksia

berkenaan dengan penurunan sirkulasi maternal

dan penurunan perfusi plasenta (Doenges, 2011).

d) Beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan telah lengkap

Rasional :Agar ibu dapat segera bersiap-siap untuk mengejan

(Doenges, 2011).

e) Anjurkan ibu untuk minum-minuman yang manis saat his berkurang

Rasional : Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup

selama persalinan akan memberi lebih

banyak energi dan mencegah dehidrasi.

Dehidrasi bisa memperlambat kontrasksi

dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur

dan kurang efektif (JNPK-KR, 2017).

f) Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman bagi dirinya untuk
134

meneran kecuali posisi berbaring terlentang

Rasional : Saat ibu merasa nyaman, maka ibu dapat

berkonsentrasi untuk mengejan (Doenges, 2011),

jika berbaring terlentang maka berat uterus dan

isinya akan menekan vena cava inferi, hal ini akan

mengakibatkan turunnya aliran darah dari sirkulasi

utero-plesenter sehingga akan menyebabkan

hipoksia pada janin. Berbaring terlentang juga akan

memperlambat persalinan dan menyulitkan ibu untuk

meneran secara efektif (APN, 2008).

g) Lakukan bimbingan untuk meneran dengan baik dan benar.

Rasional : Meneran yang baik dan benar dapat mengurangi

resiko kelelahan yang berlebih pada ibu, serta

sebagai salah satu indikator kemajuan dalam proses

persalinan (Doenges, 2011).

h) Lahirkan kepala setelah kepala bayi membuka vulva 5-6 cm dengan

cara lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain

bersih dan kering, tangan yang lain menahan puncak kepala agar tidak

terjadi fleksi yang terlalu cepat dan membantu lahirnya kepala.

Rasional :Dengan melakukan penahanan perineum untuk

melindungi perineum dan mengendalikan

keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati


135

dapat mengurangi regangan berlebihan (robekan)

pada vagina dan perineum (JNPK-KR, 2017).

i) Periksa lilitan tali pusat pada leher bayi.

Rasional :Lilitan tali pusat dapat menghambat kelahiran bahu

sehingga bisa terjadi asfiksia pada bayi bila tidak

dilepaskan (JNPK-KR, 2017).

j) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Rasional :Putaran paksi luar yang sempurna menjadikan kepala

janin searah dengan punggungnya sehinngga

memudahkan kelahiran bayi (JNPK-KR, 2017).

k) Lahirkan bahu secara biparietal.

Rasional :Melahirkan bahu secara biparietal dapat mengurangi

atau mencegah terjadinya rupture (JNPK-KR, 2017).

l) Melahirkan badan bayi dengan tangan kanan menyanggah kepala,

lengan dan siku sebelah bawah dan gunakan tangan kiri untuk

memegang lengan dan siku atas.

Rasional :Untuk memudahkan proses persalinan dan mencegah

laserasi (JNPK-KR, 2017).

m) Lahirkan seluruh tungkai bayi dengan tangan kiri

menelusuripunggung hingga tungkai.

Rasional :Menelusuri punggung sampai tungkai untuk

memudahkan proses kelahiran (JNPK-KR, 2017).

n) Lakukan penilaian tangisan bayi, pernapasan, pergerakan dan warna


136

kulit bayi dan letakkan bayi diatas perut ibu.

Rasional : Untuk mengetahui apakah bayi menangis kuat

atau bernapas megap-megap, gerakan bayi aktif

atau tidak serta wana kulit bayi kemerahan atau

sianosis sehingga memudahkan petugas dalam

pengambilan tindakan selanjutnya (JNPK-KR,

2017).

o) Keringkan bayi diatas perut ibu.

Rasional : Untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi.

Hipotermi mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya

dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan

dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan

yang relatif hangat (JNPK-KR, 2017).

Kala III

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subjektif

Keluhan utama

Wanita merasa gembira, bangga pada dirinya, lega, dan sangat lelah.

Selain itu juga ibu merasakan mules pada perutnya (Varney, 2010).

b. Data objektif

1) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum perlu dikaji lebih lanjut yaitu kesadaran dan

nadi.
137

2) Pemeriksaan fisik

Pada Inspeksi di genetalia tampak tali pusat memanjang, tampak

semburan darah mendadak dan singkat. Pada Palpasi di abdomen

teraba tinggi fundus berada diatas pusat (JNPK- KR, 2017).

3) Data bayi

Bayi lahir tanggal dan jam berapa, jenis kelaminnya apa. Catat hasil

penilaian selintas apakah bayi cukup bulan, apakah air ketuban

jernihtidak bercampur mekonium, apakah bayi menangis kuat dan

atau bernafas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak dengan aktif

(JNPK-KR, 2017).

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : G PAPAH kala III persalinan normal

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/masalah potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

a. Cek kehamilan tunggal

Rasional : Mengecek adanya janin yang kedua, setelah mengecek

dan tidak ada janin kedua maka bisa dilakukan prosedur

lainnya (JNPK-KR, 2017).

b. Pemberian suntik oksitosin


138

Rasional : Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat

dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta

dan mengurangi kehilangan darah (JNPK-KR, 2017).

c. Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat

Rasional : Setelah pemotongan dan pengikatan tali pusat bisa dilakukan

perawatan tali pusat dan bayi pun bisa melakukan kontak

kulit kepada ibunya (JNPK-KR, 2017).

d. Lakukan IMD

Rasional : Kontak kulit dengan kulit merupakan salah satu cara

untuk mengoptimalisasi hormonal ibu dan bayi, karena di

kulit ibu terdapat kuman yang aman di dalam perut bayi

sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi, selain

itu akan mendorong keterampilan bayi untuk menyusu

yang lebih cepat dan efektif (JNPK-KR, 2017).

e. Lakukan Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)

Rasional : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah

avulsi. Segera melepaskan plasenta yang telah terpisah dari

dinding uterus akan mencegah kehilangan darah yang tidak

perlu (JNPK-KR, 2017).

f. Lahirkan plasenta

Rasional : Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati akan

membantu mencegah tertinggalnya sisa plasenta dan

selaput ketuban dijalan lahir (JNPK-KR, 2017).


139

g. Lakukan masase fundus uteri selama 15 detik

Rasional : Perdarahan segera setelah melahirkan dapat dicegah

dengan masase fundus uteri karena dapat merangsang

kontraksi uterus (JNPK-KR, 2017).

h. Periksa kelengkapan plasenta

Rasional : Adanya sisa plasenta di dalam uterus dapat

mengakibatkan perdarahan sehingga plasenta harus

dikeluarkan secara lengkap (JNPK-KR, 2017).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

Kala IV

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subjektif

Keluhan utama
140

Ibu merasakan mules pada perutnya akibat adanya kontraksi setelah

pengeluaran plasenta berakhir (Varney, 2010).

b. Data objektf

1) Pemeriksaan umum

Kesadaran normalnya ialah composmentis, tekanan darah, nadi dan

pernapasan harus menjadi stabil pada level prapersalinan selam jam

pertama pasca partus. Pemantauan tekanan darah dan nadi yang rutin

selama interval ini adalah satu sarana mendeteksi syok akibat kehilangan

darah berlebihan. Suhu ibu berlanjut sedikit meningkat, tetapi biasanya

dibawah 380C (Varney, 2010).

2) Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi abdomen tampak mengecil, pada genetalia ada atau tidak

ada laserasi, tidak ada memar ataupun hematoma. Pada palpasi abdomen

teraba uterus di tengah-tengah abdomen, teraba membulat keras (Varney,

2010).

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : PAPAH kala IV persalinan normal

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/masalah potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi


141

a) Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum!

Rasional : Laserasi pada vagina dan perineum dapat

mengakibatkan perdarahan (JNPK-KR, 2017).

b) Lakukan penjahitan jika terdapat laserasi yang mengakibatkan perdarahan!

Rasional : Penjahitan laserasi merupakan suatu upaya untuk

mendekatkan jaringan-jaringan dalam proses

penyembuhan dan juga untuk menghentikan perdarahan.

c) Lakukan pemantauan kala IV yaitu periksa kembali Tanda-Tanda vital dan

kandung kemih ibu tiap 15 menit pada jam pertama dan tiap 30 menit pada

jam kedua!

Rasional : Perubahan keadaan tubuh ibu dari saat hamil,

mempengaruhi KU dan TTV ibu yang menggambarkan

kondisi ibu, pemantauan kontraksi uterus untuk menghindari

terjadinya perdarahan postpartum (Varney, 2010). Kandung

kemih yang penuh dapat mempengaruhi kontraksi uterus dan

akan menyebabkan perdarahan pascapersalinan (JNPK-KR,

2017).

d) Ajarkan pada ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi uterus!

Rasional : Dengan memberikan rangsangan taktil pada uterus

mencegah terjadiya perdarahan dan ibu dapat melakukan

sendiri masase uterus dan menilai kontraksi uterus

(Varney, 2010).
142

e) Lakukan pencegahan infeksi sesuai sTandar PI!

(1) Tempatkan semua peralatan bekas pakai di dalam larutan klorin

0,5%, rendam selama 10 menit. Cuci dan bilas setelah

dekontaminasi!

(2) Buang benda-benda yang terkontaminasi kedalam tempat sampah

yang sesuai!

(3) Bersihkan ibu dengan air DTT dan mengganti pakaian ibu dengan

pakaian bersih dan kering!

(4) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5% dan

mencucinya dengan air DTT!

(5) Celupkan sarung tangan yang kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan

merendamnya secara terbalik!

(6) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan

keringkan!

Rasional : Pencegahan infeksi akibat kontaminasi bakteri dengan

peralatan bekas pakai akibat dan darah pada saat

persalinan serta mencegah terjadinya infeksi silang

(JNPK-KR, 2017).

f) Pastikan ibu merasa nyaman dan anjurkan suami untuk memberikan

makanan dan minuman yang diinginkan!

Rasional : Setelah persalinan ibu banyak kehilangan tenaga dan

merasa lapar mengembalikan energi dan dehidrasi


143

yang digunakan selama proses persalinan (Doenges,

2011).

g) Lengkapi partograf!

Rasional : Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan

kala satu persalinan dan informasi untuk membuat

keputusan klinik (JNPK-KR, 2008)

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

3. Konsep Dasar Manajemen Bayi Baru Lahir

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

1) Riwayat Kehamilan sekarang


144

Usia gestasi bayi terdahulu karena kelahiran preterm

cenderung berulang (Wheeler, 2004), ibu dengan riwayat ikterus

pada anak sebelumnya, infeksi maternal, ketuban pecah dini, trauma

persalinan, asfiksia, dapat menyebabkan ikterus (Departemen

Kesehatan, 2005).

b. Data Objektif

1) Keadaan Bayi Saat Lahir

Hal pertama yang perlu bidan kaji adalah waktu kelahiran

yang terdiri dari tanggal dan jam. Hal ini perlu dikaji untuk

menentukan usia bayi baru lahir. Selain itu, jenis kelamin dan apgar

skor pun perlu di kaji (Varney, 2010).

Pada pengkajian plasenta normalnya berat ±500 gr, ukuran

diameter 15-20 cm, tebal plasenta 2-3cm, dan tidak terdapat

kelainan. Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan

diperhatikan apakah ada perkapuran, nekrosis, dan sebagainya.

Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegarannya,

ada tidaknya simpul, dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena

yang dimana pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi adanya

kelainan congenital terutama pada system pencernaan, urogenital,

respiratorik, atau kardiovaskuler.

Tindakan resusitasi terdiri dari langkah awal, ventilasi,

kompresi dada, intubasi endotrakeal, pemberian oksigen. Pada bayi

normal hanya dilakukan resusitasi pada tahap awal saja yang terdiri
145

dari menghangatkan bayi dengan kain, memposisikan kepala bayi,

menghisap lendir pada mulut dan hidung bayi, mengeringkan bayi

dengan kain kering dan melakukan rangsang taktil, serta

memposisikan kembali kepala bayi dan melakukan penilaian pada

bayi (JNPK-KR, 2017). Jika bayi tidak cukup bulan dan atau air

ketuban bercampur mekonium dan atau tidak menangis atau tidak

bernapas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan

langkah resusitasi (JNPK-KR, 2017).

2) Pemeriksaan Umum

Pada pemeriksaan umum yang dapat dikaji adalah keadaan

umum normalnya baik dan pada pemeriksaan TTV, tekanan darah

dipantau hanya bila ada indikasi. Nadi dapat dipantau di semua titik

nadi perifer (Saifuddin, 2010). Frekuensi jantung pada bayi baru

lahir 120-160 x/menit (Sitiava, 2012) untuk pernapasan normal,

perut dan dada bergerak hampir bersaman tanpa adanya retraksi,

tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi maupun ekspirasi.

Gerakan pernapasan 30–50 kali permenit (Saifuddin, 2010).

Pernapasan bayi baru lahir diTandai dengan bayi segera menangis

kuat (Dewi, 2011). Sedangkan untuk suhu normal bayi adalah 36,5-

37,5 oC. Pengukuran suhu tubuh bayi dapat melalui anus atau ketiak

bayi (Saifuddin, 2010).


146

Pengukuran antropometri terdiri dari berat badan, panjang

badan, lingkar kepala, dan lingkar dada. Berat badan bayi baru lahir

normal adalah 2500-4000 gram,panjang badan bayi 48-52 cm

(Sitiava, 2012). Sedangkan normalnya lingkar kepala lebih besar

daripada lingkar dada. Pengukuran lingkar kepala terdiri dari

circumferentia sub occipito bregmatica (lingkaran kecil kepala) 32

cm, circumferenrtia fronto occipitalis (lingkaran sedang kepala) 34

cm, dan circumferentia mento oksipitalis (lingkaran besar kepala) 35

cm (Varney, 2010). dan untuk pengukuran lingkar dada normalnya

30-38 cm (Prawihardjo , 2010).

3) Pemeriksaan Fisik

Kepala terdiri kontur kepala yaitu molding hampir selalu

terjadi pada persalinan pervaginam, tampak lebih oval biasanya jelas

terlihat pada hari ke 1 dan 2, sutura teraba seperti retakan antara

tulang-tulang kepala teraba seperti ruang-ruang lunak yang luas pada

sambungan sutura, tidak ada massa atau tonjolan tidak lazim seperti

kaput sauchedaneum dan cepal hematoma, untuk ubun-ubun teraba

ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil, teraba seperti ruang-ruang

lunak yang luas pada sambungan sutura, normalnya teraba datar,

keras dan berbatas tegas terhadap sisi-sisi tulang tengkorak, sering

terjadi pulsasi pada ubun-ubun besar (Wong, 2009). Distribusi

rambut dipuncak kepala, dengan lembaran-lembaran tunggal yang


147

tidak dapat diidentifikasi. Tidak ada massa atau area yang lunak di

tulang tengkorak (Varney, 2010).

Fontanel anterior terbuka sampai 12-18 bulan, berbentuk

wajik 5x4 cm sepanjang sutura korona dan sutura sagitalis. Fontanel

posterior bentuk segitiga, sangat kecil 1x1 cm sepanjang garis sutura

lambdoidalis dan sagitalis menutup pada saat lahir (Varney, 2010).

Pada pemeriksaan mata tampak simetris, tidak tampak

kotoran dan perdarahan, sklera jernih, konjungtiva jernih, iris

berwarna merata dan bilateral, pupil sama bilateral dan reaktif

terhadap cahaya (pemeriksaan dilakukan di ruang genap dengan

pena senter/senter, jika dilakukan pada bayi baru lahir pada

inkubator atau diruang rawat bayi, lindungi mata bayi semaksimal

mungkin), kornea jernih, retina transparan (Varney, 2010). Selama

periode reaktivitas pertama setelah lahir, mata bayi baru lahir

terbuka dan bayi memperlihatkan perilaku terjaga. Mata segaris

dengan telinga (Varney, 2010).

Pada pemeriksaan hidung tampak simetris, tidak tampak

pernafasan cuping hidung, tidak tampak sekret dan hidung di garis

tengah (Varney, 2010).

Pada telinga tampak simetris, tidak tampak sekret/serumen,

telinga lembut dan fleksibel (Stright, 2010). Posisi telinga berada

pada garis lurus dengan mata, kulit telinga tidak kendur,


148

pembentukan tulang rawan pinna terbentuk dengan baik, kokoh,

tulang rawan kaku, kembali kebentuk semula dengan cepat.

Pada pemeriksaan mulut tampak simetris, tidak tampak labio

palato skhizis dan labio skhizis dan gigi, bibir tidak tampak pucat,

mukosa mulut lembab, bayi menangis kuat, refleks isap baik, sekresi

lendir tidak berlebihan.

Mulut berada digaris tengah wajah dan simetris. Bentuk dan

ukuran proporsional dengan wajah, membrane mukosa lembap dan

berwarna merah muda, bibir tebentuk penuh, berwarna merah muda,

palatum tidak membentu arkus, lidah ukuran proporsional dengan

mulut (Varney, 2010).

Pada pemeriksaan leher didapatkan pergerakan leher baik,

simetris, kepala menengok dari sisi ke sisi secara seimbang, rentang

pergerakan sendi bebas, bentuknya pendek tidak ada kelebihan kulit,

tiroid berada pada garis tengah, tidak ada massa, nadi karotis

frekuensinya kuat dan teratur (Varney, 2010). Pada pemeriksaan

dada tampak simetris, tidak tampak retraksi dinding dada, tidak

terdengar suara nafas tambahan, puting susu menonjol, bunyi

jantung teratur (120-160 x/menit) (Saifuddin, 2010).

Amati pola pernapasan, dalam keadaan normal tidak

dijumpai pernapasan cuping hidung, merintih, ataupun retraksi

dinding dada. Semua bayi baru lahir bernapas dengan diafragma,


149

sehingga pada waktu inspirasi bagian dada tertarik ke dalam dan

pada saat yang sama perut bayi membuncit.

Pada pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir

bersaman tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu

inspirasi maupun ekspirasi. Gerakan pernapasan 30-50 kali permenit

(Saifuddin, 2010).

Suara nafas jernih, sama dikedua sisi pada sisi anterior dan posterior,

beberapa kali ronkhi basah muncul beberapa jam setelah bayi lahir

akibat cairan yang tersisa di paru janin, tidak ada perubahan warna

atau sianosis yang menyertai temuan ini. Hal ini mengartikan bahwa

lapang paru bayi jernih (Varney, 2010).

Frekuensi jantung 100-160 x/menit, teratur tanpa murmur

(awalnya mungkin terdengar mirmur sampai duktus arteriosus

menutup). Hal ini mengartikan irama jantung normal tanpa

abnormalitas yang bermakna.

Payudara jarak antar putting berada pada garis sejajar tanpa

ada putting tambahan, areola tegak dan tidak ada rabas (Varney,

2010).. Tali pusat tampak 2 arteri dan 1 vena, tali pusat tampak

berwarna putih, tidak tampak perdarahan tali pusat (Varney, 2010).

Dinding perut BBL lebih datar daripada dinding dada. Pada

pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersaman tanpa

adanya retraksi (Saifuddin, 2010).


150

Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm

dibawah batas kanan iga karena hati besar dan menempati sekitar

40% rongga abdomen. Abdomen bundar, memiliki kontur, otot

abdomen, simetris, lunak, dan tidak nyeri tekan tanpa massa

(Varney, 2010). Pemeriksaan punggung didapatkan tampak simetris,

tidak tampak pilonidal dimple, tidak ada kelainan fleksibilitas tulang

punggung, tidak tampak spina bifida (Kosim, 2012).

Pada genetalia untuk perempuan tampak klitoris, tidak

tampak pengeluaran, labia minora tertutup labia mayora (Sitiava,

2012), labia dan klitoris biasanya adema, meatus uretra dibelakang

klitoris, verniks caseosa diantara labia (Wong, 2009). Pada genetalia

laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada (Sitiava, 2012). Laki-

Laki tidak tampak hipospadius dan epispadius, testis tampak sudah

turun (Sitiava, 2012), testis teraba dalam setiap skrotum, skrotum

biasanya besar, adema, menggantung dan ditutupi rugae (Wong,

2009) dan anus terdapat lubang anus paten, keluar mekonium dalam

48 jam (Wong,2009).

Lanugo tampak terlihat maupun tidak, biasanya tidak terlihat

karna rambut kepala terlihat sempurna, verniks terdapat verniks

caseosa pada lipatan-lipatan (Wong,2009).

Ekstremitas atas panjang proporsional terhadap satu sama

lain, rentang pergerakan sendi penuh (meliputi abduksi, aduksi,

rotasi eksternal dan internal, fleksi, ekstensi seperti yang dapat


151

diterapkan pada sendi, fleksi penuh pada ekstremitas atas muncul

seiring maturitas). Jari-jari lengkap 10 jari dan tanpa berselaput,

jarak antar jari sama, karpal dan metacarpal ada dan sama dinkedua

sisi. Kuku panjang melebihi bantalan kuku, cavilla reffil kembali < 2

detik (Varney, 2010).

Ekstremitas bawah panjang proporsional dengan tubuh dan

sama di kedua sisi, ekstremitas lurus. Sepuluh jari kaki dan tanpa

selaput, jarak antar jari sama. Kuku panjang sampai melewati

bantalan kuku, bantalan kuku merah muda, pengisian kapiler cepat

(tiga detik). Rentang pergerakan sendi penuh (meliputi abduksi,

aduksi, internal, dan rotasi eksternal, fleksi dan ekstensi seperti yang

dapat diaplikasikan pada masing-masing sendi tungkai, lutut,

pergelangan, kaki, tumit, jari kaki) (Varney, 2010).

Pada pemeriksaan neurologis terdiri dari refleks morro,

rooting, sucking, swallowing, babinski, grasping, dan grasp.

Morro adalah gerakan lengan dan kaki yang terjadi ketika

bayi yang baru lahir dikejutkan oleh suara atau gerakan keras.

Rooting merupakan Gerakan bayi baru lahir akan menoleh kearah

dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya

apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk mengisap benda yang

disentuhkan tersebut (APN, 2008). Refleks rooting muncul ketika

pipi diusap, bayi menengok kearah usapan (Varney, 2010).


152

Sucking merupakan rangsangan puting susu pada langit-

langit bayi menimbulkan refleks mengisap. Isapan ini akan

menyebabkan areola dan puting susu ibu tertekan gusi, lidah dan

langit-langit bayi, sehingga sinus laktiferus dibawah areola dan ASI

terpancar keluar (APN, 2008). Reflek menghisap ada dan kuat ketika

disentuh dengan putting (Varney, 2010). Reflek swallowing

merupakan kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot

di daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks menelan dan

mendorong ASI ke dalam lambung bayi (APN, 2008).

Refleks babinski ditimbulkan dengan stimulus gesekan

pada telapak kaki, yang menghasilkan dorsofleksi jari besar dan

pengembangan jari-jari yang lebih kecil. Biasanya stimulus

semacam itu menyebabkan semua  jari-jari kaki  menekuk  ke

bawah.  Disebut juga Babinski’s toe sign (APN, 2008).

Grasping bila jari menyentuh telapak tangan bayi maka jari

jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat (APN, 2008).

Refeks graps atau menggenggam sudah baik (Sitiava, 2012).

Refleks Gag ada (refleks yang umumnya muncul dari kepala sampai

jari-jari kaki selama gestasi) (Varney, 2010).

4) Pemeriksaan Penunjang

Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, hematokrit dan Sel

darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa.


153

Hemoglobin bayi baru lahir berkisar antara 14,5 sampai 22,5 g/dl

(Varney, 2010).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : NKB/NCB/NLB, KMK/SMK/BMK usia…… Hari

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Intervensi

a. Jaga kehangatan tubuh bayi

Rasional : Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat

stress karena perubahan suhu lingkungan (Varney, 2010).

b. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Rasional : Kontak kulit dengan kulit membuat bayi lebih tenang

sehinggadidapat pola tidur yang lebih baik. Selain itu dapat

menstabilisasikan pernapasan, mengendalikan suhu tubuh

bayi, menjaga kolonisasi kuman (Prawirohardjo, 2010).

c. Lakukan perawatan tali pusat

Rasional : Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat

dalam minggu pertama secara bermakna mengurangi

insiden infeksi pada neonatus (Prawirohardjo, 2010).

d. Berikan profilaksis mata dalam bentuk salep tetrasiklin 1% kira-kira 1


154

jam setelah kelahiran (setelah masa interaksi orangtua bayi).

Rasional : Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama

pada bayi dengan ibu yang menderita penyakit menular

seksual seperti gonore dan klamidiasis. Sebagian besar

konjungtivitis muncul pada dua minggu pertama kelahiran

(Prawirohardjo, 2010).

e. Berikan Neo K (Phytomenadione) dengan dosis 1mg atau 0,5cc secara

IM (pada paha sebelah kiri)

Rasional : Bayi baru lahir cenderung mengalami kekurangan

VitaminK karena cadangan vitamin K dalam hati relatif

masih rendah. Vitamin K dihasilkan di saluran pencernaan

segera setelah mikroorganisme masuk ke dalam tubuh.

Pada hari ke-8, bayi baru lahir normal sudah mampu

menghasilkan vitamin K. Kekurangan vitamin K berisiko

tinggi bagi bayi untuk mengalami perdarahan yang disebut

juga perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK)

(Prawirohardjo, 2010).

f. Berikan imunisasi Hb 0 atau vaksin Hepatitis B

Rasional : Tindakan ini memberikan perlindungan terhadap bayi baru

lahir yang ibunya memiliki antigen permukaan hepatitis B

yang tidak terdiagnosis pada saat pelahiran, dengan

pemajanan selanjutnya pada bayi baru lahir. Vaksin hepatitis


155

B ini efektif untuk mencegah penularan perinatal pada

banyak bayi baru lahir (Varney, 2010).

g. Tunda untuk memandikan bayi 6-12 jam

Rasional :Memandikan bayi segera setelah lahir yang dapat

mengakibatkan hipotermi(Prawirohardjo, 2008). Kulit bayi

baru lahir sangat rentan untuk mengering sehingga

meningkatkan risiko terjadinya hipotermi.

h. Catat waktu dan karakteristik urine serta feses yang pertama kali keluar

Rasional : Pengeluaran mekonium dan adanya bising usus adalah

bukti pasti integritas saluran cerna. Bayi baru lahir yang

belum berkemih selama 24 jam pertama harus dirujuk ke

tenaga kesehatan pediatric(Varney, 2010).

i. Lakukan rawat gabung

Rasional : Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina sejak

dari kamar bersalin seharusnya tetap dipertahankan dengan

merawat bayi bersama ibunya (rawat gabung) (Varney,

2010).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi
156

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

4. Konsep Dasar Manajemen Nifas

Kunjungan Awal (6 Jam – 3 hari post partum)

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

1) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering dirasakan ibu nifas adalah mules,

sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum

(Ambarwati, 2009)

2) Riwayat Kesehatan Klien

a) Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat kehamilan sekarang yang dikaji untuk mendeteksi

komplikasi kapan hari pertama haid terakhir, kapan pergerakan

anak pertama kali (Quickening), apa keluhan dan ketidaknyamanan

yang dirasakan, pendidikan kesehatan apa saja yang telah didapat,

apakah sudah melakukan imunisasi selama hamil (Varney, 2010)..

b) Riwayat Persalinan Sekarang

Meliputi jenis persalinan yakni spontan pervaginam dan

sectio caesarea, komplikasi persalinan distosia bahu dapat

menyebabkan fraktur pada humerus atau klavikula, cedera pada


157

pleksus brakialis, asfiksia pada bayi (Sinclair, 2010), distosia dan

persalinan dengan tindakan forceps dapat menyebabkan trauma

persalinan (cedera serebral) yang dapat berdampak pada bayi yaitu

perdarahan intrakranial (Wong, 2008), ibu dengan diabetes mellitus

dapat beresiko untuk melahirkan bayi dengan makrosomia dan

beresiko untuk mengalami distosia bahu pada saat persalinan, hal

ini dapat berdampak asfiksia pada bayi (Manuaba, 2007), jika

ketuban pecah dini dapat menyebabkan terjadinya ikterus.

3) Pola Fungsional Kesehatan

Pola fungsional kesehatan terdiri dari pola nutisi makanan harus

bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang

mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan,

pola eliminasi diuresis terjadi berhubungan dengan pengurangan

volume darah, hal ini berlangsung sampai 2-3 hari post partum setelah

plasenta lahir estrogen ambilasi, istirahat karena lelah sehabis bersalin

ibu harus beristirahat, tidur terlentang selama 2 jam postpartum

kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah

terjadinya trombosis dan tromboemboli, personal hygiene pada masa

postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi oleh karena

itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.

Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat

penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009), kebiasaan, sedangkan

seksualitas ibu post partum secara fisik, aman untuk melakukan


158

hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat

memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri,

banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan

seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu

setelah kelahiran, keputusan bergantung pada pasangan yang

bersangkutan (Sulistyawati, 2009).

4) Riwayat Psikososiokultural Spiritual

Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk

bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu

memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah

(Damaiyanti, 2011).

Adanya respon yang positif dari keluarga terhadap kelahiran

bayi akan mempercepat proses adaptasi ibu menerima perannya

(Sulistyawati, 2009).

Ibu nifas harus pantang makanan yang berasal dari daging, ikan,

telur, dan goreng-gorengan karena dipercaya akan menghambat

penyembuhan luka persalinan dan makanan ini akan membuat ASI

menjadi lebih amis. Adat ini akan merugikan pasien karena justru

pemulihan kesehatannya akan terhambat (Sulistyawati, 2009).

Berdoa telah ditemukan sebagi sumber yang efektif bagi

seseorang untuk mengatsi nyeri, stress, dan distress. Seringkali berdoa

menyebabkan seseorang merasakan perbaikan suasana hati dan

merasakan kedamaian dan ketenangan (Sulistyawati, 2009).


159

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan kesadaran untuk mendapatkan gambaran tentang

kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran

pasien dari keadaan compos mentis sampai dengan koma.

(Sulistyawati, 2009).

Tanda-Tanda vital perlu untuk dikaji agar mengetahui keadaan

klien. Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan

darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena adanya

perdarahan (Sulistyawati, 2009).

Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik

sedikit (37,50C-380C). Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik lagi

karena pembentukan ASI (Sulistyawati, 2009).

Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut

nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan

mengikutinya (Sulistyawati, 2009).

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan :

a) Pemeriksaan inspeksi, mata bentuk simetris, konjungtiva pucat

atau cukup merah sebagai gambaran tentang anemianya (kadar

hemoglobin) secara kasar, normal warna merah muda sclera

normal berwarna putih, bila kuning menibukan ibu mungkin


160

terinfeksi hepatitis, bila merah kekuningan adanya konjungtivitis,

kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya preeklamsia,

pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya trismus,

halitosis dan labioskisi, trismus yaitu kesukaran membuka mulut,

halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena personal hygine yang

kurang, labioskisis yaitu keadaan bibir tidak simetris, selanjutnya

dilakukan pemeriksaan pada gusi untuk menilai edema atau Tanda-

Tanda radang, leher teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan

palpasi, pembesaran kelanjar limfe dapat disebabkan oleh berbagai

penyaki, misalnya peradangan akut/ kronis, pembesaran limfe juga

terjadi dibeberapa kasus seperti tuberculosis atau sifilis, payudara

payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas

kecuali jika laktasi disupresi, payudara akan menjadi lebih besar,

lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi

terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi,

kolostrum merupakan ekskresi cairan dengan viskositas kental,

lengket dan berwarna kekuningan pada hari pertama sampai hari

keempat postpartum, ASI transisi yang keluar setelah kolostrum

sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari keempat sampai hari

kesepuluh, ASI matur disekresi pada hari kesepuluh dan

seterusnya, tampak berwarna putih, kandungannya relatif konstan,

mengkaji simetris atau tidak, konsistensi, ada pembengkakan atau

tidak, putting menonjol/tidak, dan lecet/tidak (Ambarwati dkk,


161

2009), pemeriksaan abdomen di dapatkan hasil abdomen Pada

nulipara tidak tampak striae, otot-otot biasanya kencang dan pada

multipara striae mungkin terdapat, otot-otot sering kendur, linea

nigra dapat terlihat sedangkan pemeriksaan genetalia untuk

mengetahui jenis lokhe\ yang keluar pada ibu. Jenis lokhia, lokhia

rubra (1-3 hari, kehitaman), lokhia sanguilenta (3-7 hari, putih

bercampur merah), lokhia serosa (7-14 hari,

kekuningan/kecoklatan) lokhia alba (>14 hari, putih).Lokhea

adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai

reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada

vagina normal (Varney, 2010)., pada pemeriksaan ekstremitas di

dapatkan hasil ekstremitas insfeksi untuk mengecek apakah ada

varices (Ambarwati dkk, 2009).

b) Pemeriksaan palpasi yang terdiri dari pemeriksaan palpasi pada

leher dilakukan untuk mengetahui keadaan dan lokasi kelenjar

limfe, kelenjar tyroi dan trakea, pembesaran kelanjar limfe dapat

disebabkan oleh berbagai penyaki, misalnya peradangan akut/

kronis, pembesaran limfe juga terjadi dibeberapa kasus seperti

tuberculosis atau sifilis, palpasi kelenjar tyroid dilakukan untuk

mengetahui adanya pembesaran kelenjar tyroid yang biasanya

disebabkan oleh kekurangan garam yodium (Priharjo,2006),

payudara mengkaji konsistensi, ada pembengkakan atau tidak,


162

putting menonjol/tidak, dan lecet/tidak (Ambarwati, 2009),

abdomen tinggi fundus uteri (TFU) setinggi pusat (bayi lahir, 2 jari

bawah pusat (uri lahir), pertengahan sympisis-pusat (1 minggu),

tidak teraba, diatas sympisis (2 minggu), tidak teraba/50 gram (6

minggu), sebesar normal (8 minggu), setelah janin lahir, uterus

secara berangsur-angsur akan menjadi kecil sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil, cek kontraksi uterus dan

konsistensinya, cekdiastasis rectis abdominalis, kandung kemih

bisa buangair/tidak bisa buang air (Ambarwati, 2009), genetalia

untuk mengecek apakah ada perbaikan luka episiotomy atau

jahitan, ekstremitas palpasi untuk mengecek apakah ada varices,

oedema, reflex patella.

b) Pada pemeriksaan auskultasi terdiri dari pemeriksaan abdomen

untuk menghitung bising usus, dan pemeriksaan perkusiuntuk

mengecek homan sign (Ambarwati, 2009).

3) Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan pada hari pertama

postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi

darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan

darah. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih

dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi

dalam beberapa hari postpartum. Jumlah sel darah tersebut masih

dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis


163

hail ini terjadi karena peningkatan kecepatan sedimentasi eritrosit

yang khas setelah melahirkan (Sulistyawati, 2009).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : PAPAH nifas normal 2 jam 0 hari

Masalah : Masalah yang sering terjadi pada masa nifas adalah takut

kencing karena luka jahitan perineum,cemas dengan

perubahan bentuk badan, dan merasa tidak percaya diri

untuk merawat bayinya (Sulistyawati, 2009).

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Observasi TTV, kandung kemih, kontraksi, TFU, KU, dan pengeluaran

pervaginam.

Rasional : memantau keadaan ibu untuk mendeteksi dini Tanda bahaya

yang dapat terjadi (Varney, 2010).

b. Beritahu ibu untuk melakukan ambulasi

Rasional : Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat, lalu

miring ke kanan dan ke kiri, duduk, jalan-jalan. Mobilisasi

mempunyai variasi tergantung pada adanya komplikasi

persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

c. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya


164

Rasional : Menyusui adalah metode efektif untuk meningkatkan tonus

uterus. hal ini berhubungan dengan kontraksi uterus yang

distimulasi oleh pelepasan pitosin sewaktu bayi menghisap

(Varney, 2010).

d. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygienenya termasuk perawatan

luka perineumnya

Rasional :Selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, kemampuan

ibu baru untuk secara aktif menyerap pengajaran formal

terbatas akibat fokus yang intens pada bayinya yang baru lahir

(Varney, 2010)..

e. Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C,

dan zat besi. Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan

sampai 2000 ml/hari

Rasional : Protein membantu meningkatkan penyembuhan dan

degenerasi jaringan baru. Zat besi perlu untuk sintesus

hemoglobin. Vitamin C memfasilitasi absorpsi besi dan perlu

untuk sintesis dinding sel. Peningkatan cairan membantu

mencegah statis urin dan masalah-masalah ginjal (Varney,

2010).

f. Berikan KIE mengenai Tanda bahaya pada masa nifas

Rasional : Agar ibu dan keluarga mengantisipasi hal yang mungkin

terjadi dan membahayakan ibu (Varney, 2010).

g. Lakukan bounding attachment terhadap ibu dan bayi


165

Rasional : Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina sejak dari

lahir sangat mempengaruhi perkembangan psikologi bayi

selanjutnya (Prawihardjo , 2010).

h. KIE tentang ketidaknyamanan pada masa nifas

Rasional : Rasa nyeri yang disebut juga after pain adalah manifestasi

dari pengembalian bentuk uterus ke keadaan seperti sebelum

hamil (Manuaba, 2012)

i. Anjurkan pemberian asupan nutrisi yang benar

Rasional : Mengkonsumsi nutrisi yang sesuai dengan dietnya serta

suplemen dapat mempercepat penyembuhan perineum

(Sinclair, 2010).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana asuhan

yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam

bentuk bentuk SOAP.

Kunjungan ke-2 (3 – 7 hari post partum)

Langkah 1 : Pengkajian
166

a. Data subjektif

1) Keluhan utama

Keluhan yang sering dirasakan ibu nifas adalah mules, sakit pada

jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati, 2009).

b. Data obyektif

1) Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital : (Tanda vital suhu tubuh yaitu >37,50C Tanda

adanya infeksi (Varney, 2010).

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pada payudara yaitu, ASI matang sejak hari

keempat sampai hari kesepuluh, air susu ibu (ASI) matur disekresi

pada hari kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna putih,

kandungannya relatif konstan, mengkaji simetris atau tidak,

konsistensi, ada pembengkakan atau tidak, putting menonjol/tidak,

dan lecet/tidak (Ambarwati dkk, 2009).

Pemeriksaan abdomen di dapatkan hasil abdomen pada

nulipara tidak tampak striae, otot-otot biasanya kencang dan pada

multipara striae mungkin terdapat, otot-otot sering kendur, linea nigra

dapat terlihat (Helen Farer, 2008). tinggi fundus uteri (TFU) setinggi

pusat (bayi lahir, 2 jari bawah pusat (uri lahir), pertengahan sympisis-

pusat (1 minggu), tidak teraba, diatas sympisis (2 minggu), tidak


167

teraba/50 gram (6 minggu), sebesar normal (8 minggu), setelah janin

lahir, uterus secara berangsur-angsur akan menjadi kecil sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil, cek kontraksi uterus dan

konsistensinya, cekdiastasis rectis abdominalis, kandung kemih bisa

buang air/tidak bisa buang air (Ambarwati, 2009)

Pemeriksaan genetalia untuk mengetahui jenis lokhia yang

keluar pada ibu.jenis lokhia yaitu, lokhia rubra (1-3 hari, kehitaman),

lokhia sanguilenta (3-7 hari, putih bercampur merah), lokhia serosa

(7-14 hari, kekuningan/kecoklatan) lokhia alba (>14 hari, putih).

mengecek apakah ada perbaikan luka episiotomi atau jahitan.

(Ambarwati, 2009). Pada pemeriksaan ekstremitas di dapatkan hasil

ekstremitas insfeksi untuk mengecek apakah ada varices, oedema dan

pemeriksaan perkusiuntuk mengecek reflex patella. (Ambarwati,

2009).

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : Papah Nifas Normal hari ke 4

Masalah : Masalah pada masa nifas adalah takut kencing karena

luka jahitan perineum, cemas dengan perubahan

bentuk badan dan merasa tidak percaya diri untuk

merawat bayinya

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/ masalah potensial

Tidak Ada
168

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

a. Memantau involusi uterus berjalan dengan normal dan mendeteksi

adanya perdarahan yang abnormal

Rasional : Setelah janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan

menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum

hamil. Kadar semua unsur darah kembali normal pada

keadaan tidak hamil pada akhir puerperium (Varney,

2010)..

b. Mendeteksi dan mengenali Tanda-Tanda infeksi masa nifas!

Rasional : Agar ibu dan keluarga mengantisipasi hal yang mungkin

terjadi dan membahayakan ibu (Varney, 2010).

c. Berikan KIE tentang ASI eksklusif!

Rasional : ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi

bayi yang bersifat alamiah.

f. Anjurkan ibu untuk melakukan senam nifas

Rasional : Senam nifas dapat membuat keadaan emosi lebih baik dan

mengurangi risiko perdarahan pasca partum (Sinclair,

2010).

Kunjungan ke-3 (8 - 28 hari post partum)

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subyektif
169

Keluhan utama yang sering dirasakan ibu nifas adalah mules, sakit

pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati,

2009).

b. Data obyektif

1) Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran :

Tanda-Tanda Vital :

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pada payudara yaitu, ASI matang sejak hari

keempat sampai hari kesepuluh, air susu ibu (ASI) matur disekresi

pada hari kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna putih,

kandungannya relatif konstan, mengkaji simetris atau tidak,

konsistensi, ada pembengkakan atau tidak, putting menonjol/tidak,

dan lecet/tidak (Ambarwati, 2009).

Pemeriksaan abdomen di dapatkan hasil abdomen pada

nulipara tidak tampak striae, otot-otot biasanya kencang dan pada

multipara striae mungkin terdapat, otot-otot sering kendur, linea nigra

dapat terlihat (Varney, 2010).. tinggi fundus uteri (TFU) setinggi

pusat (bayi lahir, 2 jari bawah pusat (uri lahir), pertengahan sympisis-

pusat (1 minggu), tidak teraba, diatas sympisis (2 minggu), tidak

teraba/ 50 gram (6 minggu), sebesar ukuran awal (8 minggu), setelah

janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan menjadi kecil


170

sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil, cek kontraksi

uterus dan konsistensinya, cekdiastasis rectus abdominalis, kandung

kemih bisa buang air/ tidak bisa buang air (Ambarwati, 2009).

Pemeriksaan genetalia untuk mengetahui jenis lokhia yang

keluar pada ibu.jenis lokhia yaitu, lokhia rubra (1-3 hari, kehitaman),

lokhia sanguilenta (3-7 hari, putih bercampur merah), lokhia serosa

(7-14 hari, kekuningan) lokhia alba (>14 hari, putih). Mengecek

apakah ada perbaikan luka episiotomi (Ambarwati, 2009). Pada

pemeriksaan ekstremitas di dapatkan hasil ekstremitas insfeksi untuk

mengecek apakah ada varices, oedema dan pemeriksaan perkusiuntuk

mengecek reflek patella (Ambarwati, 2009).

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : Papah Nifas Normal hari ke 14

Masalah : Masalah nifas adalah takut kencing karena luka jahitan

perineum, cemas dengan perubahan bentuk badan dan merasa

tidak percaya diri untuk merawat bayinya

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/ masalah potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

a. Pastikan involusi uterus berjalan dengan normal dan mendeteksi adanya

perdarahan yang abnormal!


171

Rasional :Setelah janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan

menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum

hamil. Kadar semua unsur darah kembali normal pada

keadaan tidak hamil pada akhir puerperium(Varney, 2010)..

b. Deteksi dan kenali Tanda-Tanda infeksi masa nifas!

Rasional : Mendeteksi secara dini Tanda-Tanda infeksi dapat

mengantisipasi hal yang mungkin terjadi dan

membahayakan ibu (Varney, 2010).

c. Anjurkan pemberian asupan nutrisi yang benar!

Rasional : Mengkonsumsi nutrisi yang sesuai dengan dietnya serta

suplemen dapat mempercepat penyembuhan perineum

(Sinclair, 2010)

d. Berikan KIE mengenai posisi menyusui yang baik dan benar!

Rasional : Salah satu faktor lecet atau ketidaknyamanan pada puting

susu adalah akibat cara menyusui yang tidak benar (Varney,

2010).

Kunjungan ke-4 ( 29 - 42 hari post partum)

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subyektif

Keluhan utama yang sering dirasakan ibu nifas adalah mules, sakit

pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati,

2009).

b. Data obyektif
172

1) Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran :

Tanda-Tanda Vital :

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pada payudara yaitu, ASI matang sejak hari

keempat sampai hari kesepuluh, air susu ibu (ASI) matur disekresi

pada hari kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna putih,

kandungannya relatif konstan, mengkaji simetris atau tidak,

konsistensi, ada pembengkakan atau tidak, putting menonjol/tidak,

dan lecet/tidak (Ambarwati, 2009).

Pemeriksaan abdomen di dapatkan hasil abdomen pada

nulipara tidak tampak striae, otot-otot biasanya kencang dan pada

multipara striae mungkin terdapat, otot-otot sering kendur, linea nigra

dapat terlihat (Varney, 2010).. tinggi fundus uteri (TFU) setinggi

pusat (bayi lahir, 2 jari bawah pusat (uri lahir), pertengahan sympisis-

pusat (1 minggu), tidak teraba, diatas sympisis (2 minggu), tidak

teraba/ 50 gram (6 minggu), sebesar ukuran awal (8 minggu), setelah

janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan menjadi kecil

sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil, cek kontraksi

uterus dan konsistensinya, cekdiastasis rectus abdominalis, kandung

kemih bisa buang air/ tidak bisa buang air (Ambarwati, 2009).
173

Pemeriksaan genetalia untuk mengetahui jenis lokhia yang

keluar pada ibu.jenis lokhia yaitu, lokhia rubra (1-3 hari, kehitaman),

lokhia sanguilenta (3-7 hari, putih bercampur merah), lokhia serosa

(7-14 hari, kekuningan) lokhia alba (>14 hari, putih). Mengecek

apakah ada perbaikan luka episiotomi (Ambarwati, 2009). Pada

pemeriksaan ekstremitas di dapatkan hasil ekstremitas insfeksi untuk

mengecek apakah ada varices, oedema dan pemeriksaan perkusiuntuk

mengecek reflek patella (Ambarwati, 2009).

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : Papah Nifas Normal hari ke 32

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/ masalah potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

a. Pastikan involusi uterus berjalan dengan normal dan mendeteksi

adanya perdarahan yang abnormal!

Rasional :Setelah janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan

menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum

hamil. Kadar semua unsur darah kembali normal pada

keadaan tidak hamil pada akhir puerperium(Varney, 2010)..

b. Deteksi dan kenali Tanda-Tanda infeksi masa nifas!


174

Rasional : Mendeteksi secara dini Tanda-Tanda infeksi dapat

mengantisipasi hal yang mungkin terjadi dan

membahayakan ibu (Varney, 2010).

c. Anjurkan pemberian asupan nutrisi yang benar!

Rasional : Mengkonsumsi nutrisi yang sesuai dengan dietnya serta

suplemen dapat mempercepat penyembuhan perineum

(Sinclair, 2010)

d. Berikan KIE mengenai posisi menyusui yang baik dan benar!

Rasional : Salah satu faktor lecet atau ketidaknyamanan pada puting

susu adalah akibat cara menyusui yang tidak benar (Varney,

2010).

5. Konsep Dasar Manajemen Neonatus Normal

Kunjungan Neonatus 1 (6-48 Jam)

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

1) Keluhan utama

2) Pola Fungsional Kesehatan

Tabel 2.7 Pola Fungsional Kesehatan Neonatus


175

Kebutuhan
Keterangan
Dasar

Nutrisi Produksi ASI akan optimal setelah hari 10–14 usia

bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700–800 ml

ASI per hari (kisaran 600–1000 ml) untuk tumbuh

kembang bayi (JNPK-KR, 2017).


Eliminasi BAK dalam 24 jam pertama 15-60 ml dengan

frekuensi lebih dari 20 kali dan untuk BAB turun 5-

13% pada hari ke 4-5 diakibatkan karena intake

minimal dan metabolisme meningkat


Istirahat Bayi tampak semi-koma saat tidur dalam; meringis

atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan

mata cepat (REM); tidur sehari rata-rata 20 jam

(Varney, 2010)..
Personal hygiene Neonatus perlu mandi setiap hari. Kepala dan

popok neonatus perlu di bersihkan/diganti setiap

kali area tersebut kotor dan perawatan tali pusat

yang sesuai dapat mencegah infeksi neonatorum

(Varney, 2010)..

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum

Kesadaran :

Tanda-Tanda vital :

2) Pemeriksaan Fisik
176

- Palpasi

Pemeriksaan pada rectum tidak mempunyai lubang (atresia rekti)

(Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita, 2010).

- Auskultasi

Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil frekuensi peristaltik usus

kurang dari 3 kali/ menit menibukan konstipasi, dan lebih dari 5

kali/menit menimbukan obstipasi.

- Perkusi

Pada pemeriksaan perkusi pada pemeriksaan abdomen didapatkan

hasil terdengar hipertimpani abdomen adanya kembung

- Pemeriksaan Neurologis atau Refleks

Pemeriksaan neurologis atau refleks meliputi refleks morro

didapatkan hasil positif, terkejut saat ada suara, refleks rooting

didapatkan hasil positif, membuka mulut jika ada yang menyentuh

bibir (JNPK-KR,2008).

Refleks sucking didapatkan hasil positif, dapat menghisap

putting susu, refleks swallowing dengan hasil positif, dapat menelan

(JNPK-KR,2008), refleks babinsky didapatkan hasil positif, jari kaki

menekuk ke bawah (Sitiava, 2012), dan refleks graft didapatkan hasil

positif, kaki seakan – akan berjalan ketika bayi diangkat.

3) Pemeriksaan Penunjang
177

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium

yang nilai rata-rata hemoglobin, hematokrit dan Sel Darah Merah

lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa (Varney, 2010).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : NKB/NCB/NLB,KMK/SMK/BMK usia 1 jam 0 hari

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Jaga kehangatan bayi

Rasional : Pusat pengaturan panas tubuh bayi belum berfungsi

sempurna sehingga bayi lebih mudah mengalami

perubahan suhu tubuh(Saifuddin, 2007).

b. Jelaskan ibu cara pencegahaninfeksi

Rasional : Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal

yang harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi

sangat rentan terhadap infeksi, segala bentuk infeksi

yang terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih

berbahaya dibandingkan dengan infeksi pada anak atau

dewasa (Saifuddin, 2007).

c. Jelaskan ibu cara perawatan tali pusat.


178

Rasional : Perawatan tali pusat dapat mencegah terjadinya

tetanus pada bayi baru lahir dan kuman – kuman tidak

masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat

(Saifuddin, 2007).

d. Perhatikan Tanda-Tanda stres dingin (misalnya, peka rangsang, pucat,

belang, distres pernapasan, tremor, letargi dan kulit dingin)

Rasional : Hipotermia, yang meningkatkan laju penggunaan

oksigen dan glukosa, sering disertai dengan

hipoglikemia dan distres pernapasan. Pendinginan juga

mengakibatkan vasokonstriksi perifer, dengan

penurunan suhu kulit yang terlihat menjadi pucat atau

belang. Iritabilitas dan apnea yang dihubungkan

dengan hipoksia.

e. Posisikan bayi miring dengan gulungan handuk untuk menyokong

punggung

Rasional : Memudahkan drainase mukus

f. Jelaskan kepada orang tua untuk tidak meninggalkan bayi di dalam

ruangan sendirian dan ruangan yang datar tanpa penghalang.

Rasional : Menurunkan risiko cidera karena regurgitasi yang tidak

terdeteksi atau jatuh.

g. Demonstrasikan dan awasi aktivitas perawatan bayi yang berhubungan

dengan memberi makan, mandi, memasang popok, dan pakaian dan

perawatan putung umbilikal


179

Rasional : Meningkatkan pemahaman dengan prinsip-prinsip dan

teknik perawatan neonatus, membantu mengembangkan

keterampilan orangtua sebagai pemberi perawatan.

h. Jelaskan ibu cara perawatan tali pusat.

Rasional : Perawatan tali pusat dapat mencegah terjadinya tetanus

pada bayi baru lahir dan kuman-kuman tidak masuk

sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat(Saifuddin,

2007).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

Kunjungan Neonatus 2 (3-7 hari)

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

Data subjektif terfokus pada data fungsional kesehatan

b. Data Objektif
180

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Umum terfokus pada pemeriksaan keadaan umum dan

Tanda - Tanda vital

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terfokus pada warna kulit, pemeriksaan mata,

khususnya konjungtiva dan sklera, dada dan abdomen.

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : NKB/NCB/NLB,KMK/SMK/BMK usia 4 hari

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

a.Jaga kehangatan bayi

Rasional : Pusat pengaturan panas tubuh bayi belum berfungsi

sempurna sehigga bayi lebihmudah mengalami perubahan

suhu tubuh (Saifuddin, 2007).

b. Berikan KIE tentang memandikan bayi!

Rasional : Memandikan bayi merupakan saat-saat menyenangkan

untuk membangun hubungan yang sangat erat antara ibu

dan anak (Iskarina, 2008).

c. Jelaskan ibu cara pencegahan infeksi


181

Rasional : Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang

harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi sangat

rentan terhadap infeksi, segala bentuk infeksi yang terjadi

pada bayi merupakan hal yang lebih berbahaya dibandingkan

dengan infeksi pada anak atau dewasa (Saifuddin, 2007).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

Kunjungan Neonatus 3 (8-28 hari)

Langkah 1 : Pengkajian

Umur/Tanggal lahir : Ikterus sering di jumpai pada bayi dalam satu

minggu pertama kehidupannya terutama pada hari

kedua dan ketiga. (Vivian Nanny Lia Dewi, 2010)

Jenis kelamin : Faktor risiko terjadi hiperbilirubin berat pada ras

asia timur ialah jenis kelamin laki-laki (Depkes RI,

2001).
182

a. Data Subjektif

1) Keluhan Utama

Pada kasus ikterik keluhan utama adalah Kulit tampak berwarna

kuning terang sampai jingga (pada bayi dengan bilirubin indirek),

konjungtiva tampak pucat, terdapat petike di bagian ekstermitas atas

(tangan), berat badan menurun, bayi kurang reflex terhadap

rangsangan/reflex sucking, nafas cepat. (Vivian Nanny Lia Dewi,

2010).

2) Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Umum terfokus pada pemeriksaan keadaan umum

dan Tanda - Tanda vital

2) Pemeriksaan Fisik

Kulit :Tampak berwarna kuning hingga berubah menjadi

jingga serta Petekiae (bintik merah di kulit).

(Ngastiyah, 2008).

Mata : Pada kasus ikterik konjungtiva bayi tampak

berwarna pucat dan sklera tampak bewarna kuning

(Salman, 2006).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : NKB/NCB/NLB,KMK/SMK/BMK usia 26 hari

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial


183

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

1. KIE tentang pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa memberikan

PASI

Rasional : Pemberian ASI eksklusif memberikan antibody dan

memberikan asupan makanan yang tepat untuk bayi

2. KIE untuk menjaga pola personal hygiene pada bayi

Rasional : Menjaga kebersihan kulit bayi untuk mencegah terjadinya

alergi ataupun ruam-ruam pada bayi.

6. Konsep Dasar Manajemen Kontrasepsi (Akseptor KB)

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subyektif

1) Keluhan utama atau alasan datang periksa, klien datang karena ingin

berkonsultasi tentang alat KB yang cocok untuk ibu pasca melahirkan

dan menyusui.

2) Riwayat kesehatan klien yang terdiri dari riwayat kesehatan yang

lalu dan riwayat kesehatan sekarang. Riwayat kesehatan yang lalu

meliputi penyakit/ kelainan reproduksi antara lain: penyakjika ibu

sedang mengalami infeksi alat genital (vaginitis dan servisitis) radang

panggul tidak diperbolehkan, menderita infeksi alat genital,


184

perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya tidak boleh

mengunakan metode KB AKDR, untuk penyakit kardiovaskuler yaitu

riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi

(>180/110 mmHg), kelainan tromboemboli, kelaianan pembuluh

darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain tidak boleh

mengunakan KB suntikan progestin, untuk penyakit endokrin diabetes

mellitus disertai komplikasi tidak boleh menggunakan metode

suntikan progestin dan ganguan toleransi glukosa (DM).

3) Riwayat menstruasi dimana riwayat menstruasi yang dikaji adalah

siklus, lama haid, banyaknya, warna, nyeri haid, keluhan waktu haid,

dan amenore, pada kasus ini ibu yang mengalami anemia karna haid

berlebihan boleh menggunakan metode KB PIL.

4) Pola Fungsional Kesehatan

5) Pada pola personal hygiene diperlukan kebiasaan menjaga

kebersihan vagina yang lebih sering pada penggunaan AKDR.

(BPPPK, 2011), untuk pola kebiasaan merokok dan mengkonsumsi

obat tertentu (epilepsy dan tuberculosis) dapat mempengaruhi

penetapan pemilihan metode kontrasepsi (BPPPK, 2011), serta pola

seksualitas metode Kontrasepsi Kondom tidak melindungi dari

penyakit menularseksual (PMS)/HIV (BPPPKi, 2011).

6) Riwayat psikososiokultural spiritual dimana masih kuatnya

kepercayaan di kalangan masyarakat muslim bahwa setiap mahluk

yang diciptakan tuhan pasti diberi rezeki untuk itu tidak khawatir
185

memiliki jumlah anak yang banyak (Prawirohardjo, 2010).

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum meliputi metode kontrasepsi non hormonal

merupakan pilihan yang lebih baik (buku panduan praktis pelayanan

KB hal : MK-31), untuk tekanan darah tinggi selama < 180/110

mmHg ibu boleh menggunakan KB PIL dan suntikan progestin, untuk

tekanan darah tinggi boleh menggunakan metode KB AKDR, pada

nadi jika didapatkan hasil > 100 x/menit dengan nyeri dada

hebat, batuk, napas pendek merupakan keadaan yang perlu

mendapatkan perhatian dimana memungkinkan masalah yang

mungkin terjadi seperti serangan jantung atau bekuan darah di dalam

paru.

2) Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan inspeksi dari

conjungtiva berwarna merah muda/pucat karena jika sklera berwarna

kuning menibukan kemungkinan indikasi adanya penyakit hati

pemilihan alat kontrasepsi non-hormonal lebih diutamakan sedangkan

pada ibu yang mengalami anemia karna haid berlebihan boleh

menggunakan metode kb pil, pada payudara dimana penderita tumor

jinak atau kanker payudara boleh menggunakan metode AKDR, untuk

abdomen jika terdapat nyeri abdomen hebat menibukan penyakit

kandung empedu, bekuan darah, pankreatitis ( PIL KB), untuk

genitalia jika ditemukan perdarahan vagina yang tidak diketahui

sampai dapat dievaluasi tidak boleh mengunakan metode AKDR,


186

untuk ekstermitas didapatkan hasil simetris, tidak tampak varises,

tidak nyeri dan tidak tampak oedema karena pada penggunaan suntik

kombinasi, varises, rasa sakit dan kaki bengkak menibukan indikasi

risiko tinggi penggumpalan darah pada tungkai, jika tampak adanya

varises pada tungkai boleh menngunakan metode AKDR dan bila ibu

mengalami edema dan nyeri tungkai, dada dan paha perlu dilakukan

tindakan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan penggunaan alat

kontrasepsi AKBK.

3) Selanjutnya pemeriksaan palpasi yang meliputi pemeriksaan

payudara jika terabanya benjolan yang dapat menibukan adanya

kemungkinan akseptor menderita tumor jinak atau kanker payudara

boleh menggunakan metode AKDR.

4) Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan PP test untuk

memastikan ibu sedang hamil atau tidak.

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : Papah calon akseptor alat kontrasepsi suntik

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/masalah potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

1) Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu


187

Rasional :Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi

petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya.

2) Berikan KIE mengenai kontrasepsi

Rasional : Banyak pasangan suami istri memilih memulai hubungan

seksual segera setelah lokhia ibu menghilang.

3) KIE tentang jenis-jenis KB untuk menyusui

Rasional : Klien dapat mengetahui jenis-jenis KB yang tepat pada

masa menyusui

4) Bantu ibu memilih keputusan dalam penggunaan KB brsama suami

Rasional : Klien lebih tepat dan siap dalam memilih alat kontrasepsi

yang sesuai dengan klien dan suami.

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.
183

Tabel 2.8 Jadwal Pelaksanaan COC


2020 2021
No. Kegiatan
Nov Des Jan Feb Mar

1. Persiapan COC

a. Perizinan COC

2. Tahap Pelaksanaan COC

a. ANC I / II 1212 Januari 2021

b. INC 1212 Januari 2021

c. BBL 1212 Januari 2021

d. KF 1 1213 Januari 2021

e. KN 1 1213 Januari 2021

f. KF 2 1216 Januari 2021

g. KN 2 1216 Januari 2021

h. KF 3 07 Februari 2021

i. KN3 07 Februari 2021

j. KF 4 KB 13 Februari 2021

3. Tahap Penyusunan Laporan


COC
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis Trimester III


Tanggal Pengkajian : Selasa, 12 Januari 2021
Waktu : 08.02 WITA
Tempat : RS AMP
Oleh : Dewi Susanti
S:
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn.A
Umur : 36 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : POLRI
Alamat : Perjiwa

2. Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama


Ibu merasakan perut mules sejak pukul 04.00 wita dan keluar
lendir dan darah pervagina sejak jam 07.00 wita.
3. Riwayat Kesehatan Klien
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit Hipertensi, Diabetes,
Hepatitis, Jantung, Ginjal, Asma, TBC, dan penyakit lain yang kronis
yang dapat memperberat atau diperberat oleh kehamilan, menular
ataupun berpotensi menurun.
Ibu riwayat terpapar Covid-19 dari hasil pemeriksaan Swab PCR
( reaktif ) pada tgl 19/12/2020. Dan Telah selesai menjalani Isolasi
mandiri selama 10 hari sampai dengan tanggal 29/12/2020 oleh PKM.
serta pemeriksaan Rapid antigent tgl 12/01/2012 ibu dinyatakan
negative.

184
185

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Didalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang
sedang/memiliki riwayat penyakit hepatitis, jantung, asma, tekanan
darah tinggi, operasi, TBC, ginjal dan penyakit lain yang menular, dan
keluarga tidak ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.

5. Riwayat Menstruasi
HPHT : 28-03-20
TP : 05-01-21
Ibu mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada usia 15
tahun, siklus menstruasi teratur 28 hari, lama menstruasi 5-7 hari, ganti
pembalut sebanyak 3-4 kali sehari, warna darah merah encer kadang
disertai gumpalan dan tanpa ada keluhan.

6. Riwayat Obstetrik
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No Abnor Lakta
Suami Ank UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Peny
malitas si
1. Tn. A 1 Aterm Tdk PN Bidan BPM Tdk L 3900/50 14 - Tdk Tdk 2
ada ada tah ada ada tahun
un
2 Tn. A 2 Aterm Tdk PN Bidan BPM Tdk P 3500/49 8 - Tdk Tdk 2
ada ada tah ada ada tahun
un
3. Hamil Ini

7. Riwayat Kehamilan Saat Ini


Ibu mengatakan pada trimester I mengalami mual muntah,
kemudian pada trimester II tidak mengalami keluhan dan pada
trimester III ini ibu mengeluh nyeri pinggang dan sering buang air
kecil. Ibu merasakan pergerakan janinnya pada usia kehamilan sekitar
4 bulan. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya sebanyak 10 kali
dipelayanan kesehatan seperti bidan praktik, puskesmas. Ibu sudah
186

mendapatkan pendidikan kesehatan persiapan persalinan. Ibu rutin


minum tablet penambah darah setiap hari. Status imunisasi ibu adalah
TT 5.

8. Riwayat Kontrasepsi
Ibu pernah menggunakan metode kontrasepsi KB Suntik 3 bulan
namun selama 3 bulan merasa tidak cocok dikarenakan Haid menjadi
tidak teratur, kemudian ibu beralih menggunakan Pil KB kombinasi
selama ± 6 tahun sampai sekarang.

9. Pola Fungsional Kesehatan

Keterangan
Pola
Sebelum hamil Saat ini
Makan 3 kali/hari dengan porsi Makan 2-3 kali/hari dengan
makan nasi sepiring, sayur dan porsi makan nasi sepiring,
lauk pauk, air putih 5-6 lauk pauk dan lebih banyak
gelas/hari. Tidak ada keluhan sayur, air putih 6 - 7
Nutrisi
dalam pemenuhan nutrisi. Nafsu gelas/hari. Tidak ada keluhan
makan baik. dalam pemenuhan nutrisi.
Nafsu makan baik.

BAK : 4-5 kali/hari, berwarna BAK : 5-6 kali/hari, berwarna


kuning jernih, konsistensi cair, kuning jernih, konsistensi cair,
tidak ada keluhan. tidak ada keluhan.
BAB : 1 kali/hari, berwarna BAB : kadang 1 kali/hari,
Eliminasi coklat, konsistensi padat lunak, berwarna coklat, konsistensi
tidak ada keluhan. padat lunak, tidak ada
keluhan.

Pola Keterangan
187

Sebelum hamil Saat ini


Tidur siang :jarang Ibu tidak bisa beristirahat
Istirahat
Tidur malam: 6-7 jam/hari dikarenakan kontraksi yang
Tidak ada gangguan pola tidur dirasakannya
Kegiatan ibu sehari-hari Ibu hanya duduk,berjalan-
dirumah adalah istirahat, jalan kecil disamping tempat
melakukan pekerjaan rumah tidur dan berbaring miring ke
Aktivitas
tangga dari memasak, mencuci, kiri jika sakit yang ibu rasakan
hingga bersih, mengurus anak tidak tertahankan.
dan paginya ibu tidak bekerja
Mandi 2 kali/hari Selama kehamilan ibu mandi
Personal Ganti baju 2-3 kali/hari 2 kali perhari. Ibu ganti baju
Hygiene Ganti celana dalam 2-3 kali/hari 2-3 kali/hari, dan mengganti
celana dalam 3 kali/hari.
Ibu tidak memiliki kebiasaan Selama akhir kehamilan ini
buruk seperti merokok, minum- ibu rutin jalan-jalan pagi
minuman beralkohol dan disekitar lingkungan rumah
memelihara hewan peliharaan. selama 30 menit – 1 jam
Kebiasaan perhari. Ibu tidak memiliki
kebiasaan buruk seperti
merokok, minum-minuman
beralkohol dan memelihara
hewan peliharaan.
Seksualitas 2-3 kali/minggu Tidak ada

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologi : Ibu merasa senang atas kehamilan ini.
b. Sosial : ini merupakan pernikahan pertama, usia pertama
saat menikah 20 tahun, lama menikah ± 16
tahun, status pernikahan sah. Kehamilan ini
adalah direncanakan oleh ibu dan suami sehingga
188

ibu, suami, dan keluarga menerima kehamilan ini


dengan senang hati.
c. Kultural : tidak ada kebudayaan maupun kebiasaan khusus
yang dapat mempengaruhi kesehatan kehamilan
ibu.
d. Spiritual : tidak ada kegiatan keagamaan maupun kebiasaan
khusus yang dapat mempengaruhi kesehatan
kehamilan ibu.
O :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Keesadaran : Composmentis
Ekspresi Wajah : Bahagia / senang
Antropometri
Berat badan sebelum hamil : 70 kg
Berat badan sekarang : 85 kg
Tinggi badan : 155 cm
LILA : 34 cm
Tanda – Tanda Vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 87 kali/menit
Suhu : 36,6oC
Pernafasan : 20 kali/menit

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam,
distribusi rambut merata, kebersihan rambut baik,
tidak terdapat nyeri tekan, dan tidak teraba benjolan
abnormal.
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, terdapat
cloasma gravidarum, tidak teraba oedema.
189

Mata : simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera


berwarna putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran,
palpebra tidak oedema
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan cukup, tidak ada polip dan peradangan
Telinga : simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau
serumen berlebihan
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak
terdapat caries dentis, lidah tremor, berwarna merah
muda, tidak terdapat pembengkakan pada tonsil,
tidak ada tanda peradangan.
Leher : tidak terdapat hiperpigmentasi pada leher ibu, tidak
terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan
pada vena jugularis.
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada saat ibu
bernafas, suara nafas terdengar vesikuler, tidak
terdengar suara nafas tambahan, bunyi jantung I dan
II teratur yaitu lup dan dup.
Payudara : simetris, kedua payudara terlihat bersih, puting susu
menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada areolla
mammae, tidak teraba benjolan abnormal pada
payudara, konsistensi payudara berisi dan tegang,
sudah terdapat pengeluaran ASI, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe
Abdomen : Tidak terdapat striae dan terdapat linea nigra,
pembesaran pada uterus sesuai usia kehamilan, tidak
terdapat luka bekas operasi. His 1x dalam 10 menit
lamanya 10 – 15 detik
TFU : 37 cm
190

Leopold I : bagian fundus ibu teraba bagian kurang bulat,


kurang melenting, dan agak lunak yaitu bokong
janin.
Leopold II : teraba bagian panjang, keras, seperti papan pada
abdomen ibu sebelah kiri yaitu punggung dan teraba
bagian kecil pada abdomen sebelah kanan ibu yaitu
ekstremitas janin.
Leopold III : teraba bagian keras, bulat, dan melenting pada
segmen bagian bawah rahim yaitu kepala janin.
Bagian terendah sudah masuk PAP.
Leopold IV : Divergen, bagian terendah janin sudah masuk pintu
atas panggul.
DJJ : 132 kali/menit
TBJ : (37 - 11) x 155 = 4030 gram
Genitalia : bersih, tidak ada pengeluaran, dan tidak terdapat
varises, edema, kondiloma
Anus : tidak ada haemorroid
Ekstremitas :
Atas : simetris, tidak oedem, CRT kembali <2 detik,
refleks bisep (+), refleks trisep (+)
Bawah : simetris, tidak oedema, tidak ada varices, CRT
kembali <2 detik, refleks Babinski (-), reflek patella
(+)
191

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 12 Januari 2021
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Pemeriksaan
1 Hemoglobin ≥ 11 gram / dl 10,2 gram / dl
2 Leukosit 5000 - 10000 9400/mm3
3 Glukosa Sewaktu 60 - 150 106 mg/dl
3 Rapid Antigen Non Reaktif Non Reaktif
4 HIV Non Reaktif Non Reaktif
5 HbSAg Negatif Negatif
6 Protein Urine Negatif Negatif

A:
Diagnosis : GIIIP2002 usia kehamilan 41 minggu
Janin tunggal, hidup
Masalah : tidak ada
Diagnosis Potensial : tidak ada
Masalah Potensial : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada

P:
Tanggal/Jam Paraf
No Pelaksanaan
Pelaksana
1 12 Januari Menjelaskan hasil pemeriksaaan Mahasiswa
2021 kepada ibu bahwa keadaan ibu dan
08.15 WITA janin baik
; ibu mengerti saat dijelaskan tentang
kondisi dirinya dan bayi yang
dikandungnya.
Tanggal/Jam Paraf
No Pelaksanaan
Pelaksana
2 08.20 WITA Menjelaskan kepada ibu bahwa Mahasiswa
192

keluhan ibu yaitu mules-mules,


keluar lendir darah, dan perutnya
kencang-kencang merupakan tanda-
tanda persalinan
; Ibu mengerti dengan penjelasan
yang diberikan

3 08.25 WITA Memberikan KIE kepada ibu tentang Mahasiswa


persiapan persalinan mulai dari
mempersiapkan baju bayi, baju ganti
ibu, dan sebagainya
; Ibu mengerti dan sudah
mempersiapkannya

4 08.30 WITA Menganjurkan ibu agar tetap makan Mahasiswa


dan minum untuk menyiapkan
tenaga selama proses persalinan.
; Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya

B. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Fisiologis


Tanggal Pengkajian : Selasa, 12 Januari 2021
Waktu : 09.30 WITA
Tempat : RS AMP
193

Oleh : Dewi Susanti

Pengkajian Kala I Persalinan


S :
1. Alasan Datang Periksa/ Keluhan Utama
Ibu dipindahkan keruang VK Maternitas setelah pembukaan 4 cm
pukul 09.30 wita

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan keluar air-air /vagina jam 08.30 wita. Ibu merasakan
kencang-kencang dan kontraksi berlangsung 3 kali dalam 10 menit.
Pergerakan janin semakin aktif. Ibu sudah makan dan minum terakhir tadi
pagi. Ibu sering BAK tanpa keluhan. Selanjutnya, ibu dilakukan
pemeriksaan umum dan pemeriksaan dalam dengan hasil ada keluar lendir
darah, pembukaan ∅ 4 cm, dan ketuban merembes warna hijau.
.
3. Pola Fungsional Kesehatan
Keterangan
Pola
Dirumah Di Rumah Sakit

Ibu terakhir makan pada Sejak berada di RS ibu


pagi hari dengan porsi belum makan, minum air
Nutrisi nasi sepiring, ayam dan putih ¼ gelas dan minum
sayur. minum air putih ± air teh. Tidak ada keluhan
4-5 gelas. dalam pemenuhan nutrisi.

Keterangan
Pola
Dirumah Di Rumah Sakit
Eliminasi BAK : 5 – 6 kali, BAK : 2 kali, warna kuning
berwarna kuning jernih, jernih, konsistensi cair
konsistensi cair, tidak ada BAB : selama berada di
keluhan. Rumah Sakit ibu belum
194

BAB : 1 kali berwarna ada BAB


kecoklatan, konsistensi
lunak.
Tidur siang : 1/2 jam/hari Ibu tidak bisa beristirahat
Tidur malam: 5-6 jam dikarenakan menahan sakit
Istirahat
karena perut ibu sakit kontraksi yang
dirasakannya
Kegiatan ibu dirumah Ibu hanya berbaring miring
adalah istirahat dan ke kiri jika sakit yang ibu
memasak untuk suami rasakan tidak tertahankan.
Aktivitas
dan anak ibu. Dan saat
pagi hari ibu masih bisa
untuk jalan pagi.
Mandi 1 kali Ibu sudah mandi pagi dan
Personal
Ganti baju 1 kali tidak menggunakan pakaian
Hygiene
Ganti celana dalam 2 kali dalam
Ibu tidak ada meminum Ibu tetap berdoa selama
Kebiasaan
jamu – jamuan. berada di Rumah Sakit
Tidak ada melakukan Ibu tidak melakukan
Seksualitas
hubungan seksual hubungan seksual

4. Riwayat Psikososial Kultural Spiritual


a. Psikologis : Ibu mengatakan merasa cemas dan khawatir
terhadap keadaannya saat ini akibat nyeri kontraksi
yang semakin lama semakin sering dan semakin
sakit.
b. Sosial : selama persalinan ibu ditemani oleh suaminya
c. Kultural : tidak ada kebudayaan maupun kebiasaan khusus
yang dapat membahayakan proses persalinan ibu.
d. Spiritual : tidak ada kegiatan keagamaan maupun kebiasaan
khusus yang dapat membahayakan proses persalinan
ibu.
195

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Ekspresi wajah : Cemas
Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernafasan : 19 kali/menit
Suhu : 36,7oC
2. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : Tidak terdapat striae alba dan terdapat linea nigra,
pembesaran pada uterus sesuai usia kehamilan, Tidak
terdapat luka bekas operasi. TFU :37 cm
Leopold I : teraba bagian kurang bulat, kurang melenting, dan agak
lunak yaitu bokong pada TFU ibu.
Leopold II : teraba bagian panjang, keras, seperti papan pada
abdomen ibu sebelah kiri yaitu punggung dan teraba
bagian kecil pada abdomen sebelah kanan ibu yaitu
ekstremitas janin.
Leopold III : teraba bagian keras, bulat, dan melenting pada segmen
bagian bawah rahim yaitu kepala bayi. Bagian terendah
sudah tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV : Divergen, sebagian besar bagian terendah janin sudah
masuk pintu atas panggul.
TBJ : (37 - 11) x 155 = 4030 gram
DJJ : 139 kali/menit
HIS : 3 x dalam 10 menit durasi 15-20 detik
Genitalia : ada pengeluaran lendir dan air ketuban warna hijau,
tidak ada varices, tidak ada oedema, tidak ada
196

condilomalata/acuminate, tidak terdapat hemoroid pada


anus

3. Pemeriksaan Khusus
Tanggal : 12 Januari 2021
Jam : 09.30 WITA
Hasil VT :
Tampak pengeluaran lendir, tidak ada oedema, portio tipis lunak,
pembukaan ∅ 4 cm, ketuban merembes warna hijau, presentasi kepala
dengan UUK kiri depan, tidak teraba bagian terkecil janin, penurunan
kepala di Hodge I.

A:
Diagnosis : GIIIP2002, hamil 41 minggu inpartu kala I
fase aktif, Janin tunggal hidup
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada

P:
No Jam Pelaksanaan TTD
1. 09.33 Menjelaskan hasil pemeriksaan secara umum
Mahasiswa
bahwa dalam keadaan baik.
197

; ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan


2. 09.36 Menganjurkan ibu agar tetap makan dan minum
untuk menyiapkan tenaga selama proses
Mahasiswa
persalinan.
; ibu mengerti dan telah minum teh
4. 09.45 Menganjurkan ibu mengosongkan kandung
kemihnya. Mahasiswa
; ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan
5. 09.50 Melakukan observasi DJJ, HIS setiap 30 menit dan
pemeriksaan dalam setiap 4 jam Mahasiswa
; terlampir di partograf
6. 09.55 Menyiapkan partus set, APD dan kelengkapan
lainnya
Mahasiswa
; partus set, heating set, APD dan larutan klorin
telah disiapkan
7. 10.00 Menyiapkan asuhan bayi baru lahir atau resusitasi
; tempat dan alat resusitasi serta kain telah Mahasiswa
disiapkan
8. 10.10 Menganjurkan ibu untuk jongkok dan berjalan
sambil didampingi Mahasiswa
; ibu bersedia dengan anjuran yang diberikan
9 10.20 Memberikan support mental dan dukungan
psikologis pada ibu untuk menghadapi proses
persalinan
; ibu merasa senang dengan semangat yang Mahasiswa
diberikan

No Jam Pelaksanaan TTD


10 11.30 Observasi DJJ, HIS, dan Nadi setiap 30 menit
Mahasiswa
; terlampir di partograf
11 11.54 Observasi DJJ, HIS dan nadi serta melakukan Bidan dan
pemeriksaan dalam. Mahasiswa
; DJJ : 141x/menit, HIS : 5x10’40-45’’, N :
198

81x/menit
TD : 110/80mmHg.
Hasil VT: ada pengeluaran lendir darah, tidak
teraba oedema, portio tidak teraba, pembukaan ∅
10 cm, ketuban sudah pecah warna Hijau ,
presentasi kepala, denominator UUK, hodge IV
12 11.55 Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah
lengkap dan ibu siap untuk dipimpin meneran
; ibu mengerti dan mengikuti instruksi penolong Mahasiswa
dan dapat melakukan teknik meneran dengan
benar sesuai yang telah diajarkan

Kala II
S:
Ibu mengatakan ingin meneran dan mules seperti ingin BAB.

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.

2. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : kandung kemih kosong, DJJ terdengar jelas, teratur,
frekuensi 141x/menit, kontraksi uterus frekuensi : 5
x10’ dengan durasi : 40 – 45 detik intensitas kuat.
Genetalia : meningkatnya pengeluaran lendir darah, adanya
tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan
spingter ani membuka

3. Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 12 Januari 2021
Jam :11.54 WITA
199

Hasil VT: ada pengeluaran lendir darah, tidak teraba oedema, portio
tidak teraba, pembukaan ∅ 10 cm, effacement 100%, ketuban sudah
pecah warna hijau, presentasi kepala, denominator UUK, hodge IV

A:
Diagnosis : GIIIP2002 usia kehamilan 41 minggu kala II
persalinan normal.
Janin tunggal hidup
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada

P:
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 12 Januari Memakai APD dan mencuci tangan
Bidan dan
2021 ; APD telah digunakan.
Mahasiswa
11.54
2. 11.55 Meminta keluarga membantu menyiapkan
posisi meneran saat kontraksi kuat atau ibu
Bidan dan
ingin meneran. Membimbing meneran,
Mahasiswa
memberi semangat, memperbaiki cara
meneran, mengambil posisi yang nyaman,

No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD

menganjurkan istirahat dan minum diantara


kontraksi.
; ibu meneran dengan benar dalam posisi
yang nyaman, ibu istirahat diantara
kontraksi dan keluarga memberi dukung
3. 11.56 Mempersiapkan persalinan Bidan dan
; telah diletakkan handuk diperut ibu, kain Mahasiswa
200

bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong


ibu, membuka partus set dan memakai
handscoon steril
4. 12.01 Menahan perineum ibu dengan 1 tangan dan
dilapisi kain, ketika kepala bayi membuka
vulva 5-6 cm dan tangan lain menahan
belakang kepala untuk mempertahankan
posisi defleksi dan membantu lahirnya Bidan dan
kepala, menganjurkan ibu meneran Mahasiswa
efektif( perlahan sambil bernafas cepat dan
dangkal)
; tangan kanan melindungi perineum dan
kepala telah lahir
5. 12.03 Memeriksa kemungkinan lilitan tali pusat. Bidan dan
; tidak ada lilitan tali pusat Mahasiswa
6. 12.04 Menunggu putaran paksi luar, memegang
kepala bayi secara biparietal, anjuran
meneran saat kontraksi kemudian dengan
gerakan lembut dan hati-hati menggerakkan Bidan dan
kepala bayi curam ke bawah untuk Mahasiswa
melahirkan bahu anterior dan curam ke atas
untuk melahirkan bahu posterior
; putaran paksi luar terjadi spontan dan
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
kedua bahu telah lahir

7. 12.05 Menggeser tangan ke bawah untuk Bidan dan


menopang kepala dan bahu untuk Mahasiswa
menelusuri dan memegang tangan dan siku
atas untuk melahirkan badan dan tungkai
kemudian melanjutkan penelusuran ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki hingga
201

seluruh badan lahir


; badan, tungkai hingga seluruh badan telah
lahir
8. 12.06 Memastikan ada tidaknya kehamilan ganda Bidan dan
; kehamilan tunggal Mahasiswa

Kala III Persalinan


S:
Ibu mengatakan perutnya terasa mules
O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
2. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : TFU 1 jari atas pusat, kontraksi baik dan kandung
kemih kosong
Genitalia : tali pusat terlihat memanjang dan ada semburan
darah secara tiba – tiba
A:
Diagnosis : GIIIP2002 Kala III Persalinan Normal
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada

P:
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 12.06 Memberitahu ibu bahwa akan disuntikan
oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik
Mahasiswa
kemudian menyuntikkan oksitosin 1 ampul 10
unit secara IM pada sepertiga bagian paha luar.
; Ibu bersedia dan telah disuntik oksitosin.
2. 12.07 Memindahkan klem tali pusat dengan jarak 5 cm Mahasiswa
202

dari vulva dan meletakkan satu tangan diatas


diperut bawah ibu untuk mendeteksi kontraksi
dan satu tangan lain melakukkan PTT.
; klem telah dipindahkan, uterus berkontraksi
baik dan telah dilakukan PTT
3. 12.08 Melakukan pengecekan tanda-tanda pelepasan
plasenta
Mahasiswa
; Kontraksi rahim bulat,keras dan terdorong
keatas,Tali pusat bertambah panjang,ada
semburan darah
4. 12.09 Melakukan PTT dengan memegang tali pusat
sambil tangan lain mendorong uterus kearah atas
(dorso-kranial) hingga plasenta muncul di
introitus vagina.Melahirkan plasenta dengan
kedua tangan .memengang dan memutar plasenta Mahasiswa
hingga selpaut ketuban terpilin kemudian lahir
palsenta serta menempatkan plasenta pada
wadah yang telah disediakan.
; Plasenta telah dilahirkan.

No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD


5. 12.14 Melakukan massage uterus segera setelah
plasenta lahir selama 15 detik atau setelah uterus
teraba keras. Mahasiswa
; massase uterus telah dilakukan dan uterus
berkontraksi dengan baik, uterus, teraba bulat
dan keras.
6. 12.15 Memeriksa kelengkapan plasenta.
; Plasenta lahir lengkap, selaput ketuban utuh , Mahasiswa
kotiledon ± 20 buah ,terdapat 2 arteri 1 vena,
insersi tali pusat sentralis.
203

Kala IV Persalinan
S:
Ibu mengatakan masih merasa mules dan nyeri pada jalan lahir.
O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis

Tanda – Tanda Vital :


Tekanan darah :120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC.
2. Pemeriksaan Fisik
Payudara : puting susu menonjol, sudah ada pengeluaran, dan
konsistensi payudara ibu agak keras.
Abdomen : mengecil, uterus teraba bulat dan keras, kontraksi
uterus baik, TFU sepusat, kandung kemih kosong.
Genetalia : Tampak perdarahan ±300 cc, tidak tampak laserasi
A:
Diagnosis : P3003 kala IV Persalinan Normal
Masalah : Tidak ada
Diagnosa Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada

P:
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 12.16 Mengevaluasi laserasi.
Bidan
; tidak terdapat laserasi jalan lahir
204

2 12.17 Mengobservasi kontraksi uterus.


Mahasiswa
; uterus berkontraksi dengan baik
3 12.18 Mengajarkan ibu cara menilai kontraksi dan cara
melakukan massase uterus.
Mahasiswa
; ibu mengerti dan dapat menilai kontraksi serta
dapat melakukan massase dengan benar
4. 12.19 Menilai jumlah perdarahan yang keluar.
Mahasiswa
; jumlah darah yang keluar ± 200 cc.
5. 12.20 Mendekontaminasi semua alat persalinan
dilarutan klorin dan mencuci alat.
; alat telah direndam dilarutan klorin selama 15
Mahasiswa
menit lalu dicuci dengan sikat menggunakan
sabun dan dibilas dengan air yang mengalir
kemudian dikeringkan
6. 12.25 Membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu
; ibu telah diseka dan diganti pakaiannya Mahasiswa

7 12.30 Mendekontaminasi tempat persalinan dengan air


klorin dan DTT, membuang bahan-bahan yang Mahasiswa

No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD


terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai,
kemudian melepas skort dan mencuci tangan.
; tempat persalinan telah dibersihkan, dan bahan-
bahan telah dibuang dan telah membersihkan diri
8 12.30 Mengobservasi kala IV setiap 15 menit pada 1
jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua. Mahasiswa
; terlampir di partograf
9 14.00 Melengkapi partograf
Mahasiswa
; partograf telah dilengkapi
10 14.10 Memberikan KIE tentang : Mahasiswa
- Mobilisasi, dengan menganjurkan ibu
menggerakkan tubuh secara bertahap
- Nutrisi, dengan menganjurkan ibu
mengkonsumsi makanan yang kaya akan
205

protein untuk mempercepat proses


penyembuhan luka jalan lahir pada ibu serta
menganjurkan ibu memberikan ASI Eklusif
pada bayi
- Mengajarkan cara menyusui yang benar
kepada ibu
; ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran
yang diberikan

C. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Fisiologis


Tanggal Pengkajian : 12 Januari 2021
Waktu : 13.05 WITA
Tempat : RS AMP
Oleh : Dewi Susanti
S :
1. Identitas
Nama Bayi : By. Ny. S
Umur/Tanggal Lahir : 1 jam / 12 Januari 2021
Jenis Kelamin : Laki-laki

2. Riwayat Antenatal Care


Selama hamil ibu rutin melakukan pemeriksaan kehamilan dan
mendapatkan tablet Fe oleh bidan.
a. Riwayat Intranatal Care
206

1) Jenis Persalinan : Spontan


2) Lama Persalinan
a) Kala I : ± 5 jam
b) Kala II : 11 menit
c) Kala III : 9 menit
d) Kala IV : 2 jam
3) Komplikasi saat persalinan : Tidak ada
4) Kondisi Ketuban : warna Hijau

3. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Bayi langsung melakukan IMD

Pola Keterangan

Eliminasi BAB : 1x berwarna hijau kehitaman dengan


konsistensi lunak.
BAK : bayi ada BAK 1x

Istirahat Bayi lebih sering tertidur

Personal Bayi belum dimandikan


Hygiene

O :
1. Keadaan Bayi Saat Lahir
Bayi lahir tanggal 12 Januari 2021 pukul 12.05 WITA, jenis
kelamin laki-laki, ketuban hijau, keadaan tali pusat baik dan tidak ada
perdarahan, bayi tidak sianosis, tonus otot bergerak aktif, dan bayi
menangis kuat. Dilakukan langkah awal yakni menjaga kehangatan
207

bayi, mengatur posisi bayi untuk dilakukan penilaian dan melakukan


IMD diatas dada ibu.

2. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Tanda vital :
Nadi : 150 kali/menit
Suhu : 37oC
Pernafasan : 45 kali/menit
Antropometri
Berat badan : 4000 gram
Panjang badan : 52 cm
Lingkar kepala :
- Circum ferensia Suboccipito Bregmatica : 34 cm
- Circum ferensia Oksipito frontalis : 35 cm
- Circum ferensia Mento Oksipitasilis : 36 cm
Lingkar dada : 35 cm
Lingkar perut : 33 cm
LILA : 12 cm

3. Pemeriksaan Fisik
Kepala : bentuk kepala bulat, tidak terdapat caput
succadaneum, cephal hematoma, dan kelainan
konginetal lainnya pada kepala bayi.
Wajah : kulit kemerahan, tidak ada oedema
Mata : simetris, bersih, sklera putih, konjungtiva merah
muda, tidak ada oedema palpebra, tidak ada kotoran
atau perdarahan
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada pengeluaran cairan dari lubang hidung
208

Telinga : simetris, terdapat lubang telinga, tidak terdapat


pengeluaran cairan dari lubang telinga, daun telinga
tidak kaku
Mulut : simetris, bayi menangis kuat, tidak sianosis, tidak
terdapat kelainan konginetal pada mulut seperti
labioskizis dan labiopalatoskizis
Leher : pergerakan leher aktif
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, bunyi
jantung normal, BJ I dan BJ II terdengar teratur
yaitu lup dan dup, terdengar 150x/menit, suara nafas
teratur, tidak terdengar suara nafas tambahan seperti
bronchi, wheezing, ronchi.
Abdomen : simetris, tidak teraba massa atau benjolan abnormal,
pada tali pusat terdapat 2 arteri dan 1 vena, tali pusat
berwarna putih segar, suara perut hipertimpani.
Punggung : simetris, tidak terdapat kelainan konginetal pada
punggung seperti spina bifida, terdapat lanugo dan
verniks
Genetalia : testis telah turun di skrotum
Anus : terdapat lubang anus
Lanugo : terdapat lanugo pada bahu bayi
Verniks : terdapat verniks caseosa pada ketiak dan lipatan
pangkal paha bayi.
Ekstremitas : jari tangan dan jari kaki bayi lengkap, tidak terdapat
kelainan seperti polidaktili, garis telapak tangan dan
kaki jelas, pergerakan ekstremitas aktif.

4. Pemeriksaan Neurologis
a. Babinski : Positif. Ketika telapak kaki digesek, jari-jari kaki
bayi menekuk kebawah
b. Swallowing : Positif. Bayi dapat menelan ASI ketika menyusu.
209

c. Sucking : Positif. Bayi dapat menghisap dengan baik pada


saat menyusu.
d. Morro : Positif, Bayi tampak terkejut ketika dikejutkan
dengan suara
e. Rooting : Positif. Bayi tampak menoleh kearah sentuhan
ketika pipi bayi disentuh
f. Grasping : Positif. Ketika telapak tangan bayi disentuh, jari-
jari bayi menggenggam dengan kuat.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 12 Januari 2021
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Pemeriksaan
1 Hemoglobin 13-16 gram / dl 16,2 gram / dl
2 Leukosit 5000 – 10000/mm3 13000/mm3
3 Hematokrit 40-43 % 49 Vol %
4 Granulosit 50-70 % 54,7 %
5 Limfosit 20-40 % 35,6 %
6 Monosit 2-8 % 9,7 %
7 Glukosa Sewaktu 60 - 150 65 mg/dl

6. Data Rekam Medis


a. Riwayat Intranatal Care
1) Waktu kelahiran : 12.05 WITA
Tanggal : 12 Februari 2021
2) Jenis kelamin : Laki-laki
210

3) Apgar Score : 8/9


4) Jenis Persalinan : Spontan
5) Lama Persalinan
a) Kala I : ±5 jam
b) Kala II : 11 menit
c) Kala III : 9 menit
d) Kala IV : 2 jam
6) Komplikasi saat persalinan : Tidak ada
7) Kondisi Ketuban : Hijau Meconium
b. Terapi yang telah diberikan
1) Vit K 1 mg (0,5 cc)
2) Salep mata Gentamicin
3) Cek Darah Lengkap
A :
Diagnosis : NCB SMK usia 1 jam
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada

P :
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 12.05 Melakukan penilaian sepintas pada bayi.
; bayi telah lahir dengan cukup bulan, menangis Bidan dan
kuat, tonus otot bergerak dengan jenik kelamin Mahasiswa
laki-laki
2. 12.06 Mengeringkan tubuh bayi kecuali telapak
tangan, mengganti handuk basah dengan
Bidan dan
handuk kering.
Mahasiswa
; tubuh bayi telah dikeringkan dan handuk telah
diganti
3. 12.07 Menjepit tali pusat dan memotong tali pusat Mahasiswa
211

diantara 2 klem
; Tali pusat telah terpotong dan diikat dengan
benang steril
4. 12.08 Melakukan pengambilan sampel darah untuk
Pemeriksaan Darah Lengkap pada bayi melalui
tali pusat bayi dikarenakan riwayat ketuban
warna hijau kemudian mengikat tali pusat bayi, Bidan dan
Tali pusat dibalut dengan kassa steril. Mahasiswa
; Pengambilan sampel darah untuk cek darah
lengkap melalui tali pusat bayi sudah
dilakukan dan Tali pusat diikat dengan benang
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
steril

5. 12.09 Melakukan IMD dan menyelimuti bayi


; Bayi berada diatas perut ibu dalam posisi Mahasiswa
tengkurap. Bayi diselimuti dan bayi dipakaikan
topi.
6. 13.10 Membersihkan bayi dan menjelaskan hasil
pemeriksaan kepada orangtua bayi
Mahasiswa
; Badan bayi telah dibersihkan dan orangtua
telah mengetahui keadaan bayinya
7. 13.13 Memberikan Vit K dengan dosis 1 mg atau 0,5
cc secara IM pada paha kiri bayi.
; Vit K telah diberikan pada 1/3 paha kiri bayi Mahasiswa
bagian luar secara IM dan tidak tampak
perdarahan
8. 13.14 Memberikan salep mata Gentamicin pada
kedua mata bayi.
; Salep mata telah diberikan untuk masing- Mahasiswa
masing mata dan tidak tampak kemerahan pada
kedua mata bayi
9. 13.16 Memakaikan baju, topi dan bedong bayi. Mahasiswa
212

; Bayi telah mengenakan baju, topi, sarung


tangan dan kaki serta telah dibedong.
10. 13.20 Menyusukan bayi pada ibunya dan
mengajarkan cara menyusui yang benar serta
memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan
bayinya. Mahasiswa
; Ibu telah menyusui bayinya dan dapat
menyusui bayinya dengan benar sehingga bayi
merasa nyaman dan tertidur

CATATAN PERKEMBANGAN
(Kunjungan Neonatus Ke-1)

Tanggal Pengkajian : Kamis, 14 Januari 2021


Waktu : 16.00 WITA
Tempat : Rumah Ny.S
Oleh : Dewi Susanti

S :
1. Identitas
Nama Bayi : By. Ny. S
Umur/Tanggal Lahir : 1 hari / 13 Januari 2021
Jenis Kelamin : Laki-laki

2. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan

Nutrisi Bayi sudah mendapatkan nutrisi ASI oleh ibunya setiap


2 jam

Eliminasi BAB : 1 kali, berwarna kekuningan, konsitensi lunak


BAK : 4 kali dengan warna jernih

Istirahat Bayi sering tidur ± 16 jam dan bangun saat haus atau jika
213

popoknya basah

Personal Bayi dimandikan 1 x / hari, ganti baju 1 x atau setiap kali


Hygiene basah dan rutin diganti popoknya setiap kali BAK atau
BAB

O :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Tanda Vital :
Nadi : 135 kali/menit
Suhu : 37,1oC
Pernafasan : 51 kali/menit
Antropometri :
Berat Badan : 4000 gram
Panjang badan : 52 cm
Lingkar kepala:
- Circum ferensia Suboccipito Bregmatica : 34 cm
- Circum ferensia Oksipito frontalis : 35 cm
- Circum ferensia Mento Oksipitasilis : 36 cm
Lingkar dada : 35 cm
Lingkar perut : 33 cm
LILA : 12 cm.

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata, kebersihan rambut baik, dan tidak ada
benjolan abnormal.
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak teraba oedema
214

Mata : Simetris, bersih, tidak ada kotoran atau perdarahan,


sklera tidak ikterus
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan cukup, tidak ada polip
Telinga : simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau
serumen.
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak
terdapat kelainan konginetal pada mulut
Leher : Pergerakan leher baik
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, bunyi
jantung normal, BJ I dan BJ II terdengar teratur yaitu
lup dan dup, terdengar 135x/menit, suara nafas
teratur, tidak terdengar suara nafas tambahan seperti
bronchi, wheezing, ronchi.
Abdomen : tali pusat basah dan berwarna putih segar, tidak ada
perdarahan tali pusat, terdapat 2 arteri dan 1 vena,
pernapasan terdengar 51x/menit, bissing usus
2x/menit, tidak teraba massa atau benjolan abnormal,
tidak kembung.
Genetalia : testis telah turun di skrotum
Anus : terdapat lubang anus
Lanugo : terdapat lanugo pada bahu bayi
Verniks : terdapat verniks caseosa pada ketiak dan lipatan
pangkal paha bayi.
Ekstremitas : Pergerakan ekstremitas aktif, ketika telapak tangan
bayi disentuh, jari-jari bayi menggenggam dengan
kuat.

3. Pemeriksaan Neurologis
Tidak dilakukan
215

A :
Diagnosis : NCB, SMK usia 1 hari
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada

P :

No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD


1. 13 Januari Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
2021 bahwa bayi dalam keadaan normal dan
16.20 menjelaskan tanda-tanda vital bayi yang Mahasiswa
normal kepada ibu
; ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
2. 16.25 Menjaga kehangatan bayi
Mahasiswa
; bayi dibedong dengan menggunakan lampin
dan bayi dipakaikan topi
3. 16.30 Memberikan KIE tentang ASI Eksklusif dan
cara memandikan bayi yaitu ibu memberikan
ASI saja kepada bayinya selama 6 bulan dan
tanda bahaya pada bayi baru lahir
Mahasiswa
; ibu mengerti dan bersedia untuk memberikan
ASI saja selama 6 bulan kepada bayinya dan
ibu dan tanda-tanda bahaya pada bayi baru
lahir

4. 16.35 Menjelaskan kepada ibu agar tetap menyusui Mahasiswa


bayinya yaitu setiap 2-3 jam sekali dengan
hanya memberikan ASI saja pada bayi
216

sekaligus untuk merangsang ASI keluar.


; ibu mengerti dan bersedia untuk menyusui
bayinya

5. 16.40 Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar


; ibu mengerti tentang cara menyusui yang Mahasiswa
benar dan ibu mencoba melakukannya,

No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD


6. 17.10 Menjadwalkan untuk kunjungan ulang pada
tanggal 16 Januari 2021. Mahasiswa
; ibu mengerti dan bersedia melakukan
kunjungan sesuai jadwal yang ditentukan
217

CATATAN PERKEMBANGAN
(Kunjungan Neonatus Ke-2)

Tanggal Pengkajian : Sabtu, 16 Januari 2021


Waktu : 16.00 WITA
Tempat : Rumah Ny.S
Oleh : Dewi Susanti

S :
1. Identitas
Nama Bayi : By. Ny. S
Umur/Tanggal Lahir : 4 hari / 16 Januari 2021
Jenis Kelamin : Laki-laki

2. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan

Nutrisi Bayi hanya diberikan ASI setiap 2-3 jam sehari

Eliminasi BAB : 4-5 kali, berwarna kekuningan, konsitensi lunak


BAK : 5-6 kali dengan warna jernih

Istirahat Bayi sering tidur ± 16 jam dan bangun saat haus atau jika
popoknya basah

Personal Bayi dimandikan 2 x / hari, ganti baju setelah mandi atau


218

Hygiene setiap kali basah dan rutin diganti popoknya setiap kali
BAK atau BAB

O :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Tanda Vital :
Nadi : 125 kali/menit
Suhu : 36,6oC
Pernafasan : 42 kali/menit
Antropometri :
Berat Badan : 3900 gram
Panjang badan : 52 cm
LILA : 12 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata, kebersihan rambut baik, dan tidak ada
benjolan abnormal.
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak teraba oedema
Mata : Simetris, bersih, tidak ada kotoran atau perdarahan,
sklera tidak ikterus
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan cukup, tidak ada polip
Telinga : simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau
serumen.
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, bayi tampak menoleh
kearah sentuhan ketika pipi bayi disentuh
Leher : Pergerakan leher baik
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, bunyi
jantung normal, BJ I dan BJ II terdengar teratur yaitu
lup dan dup, terdengar 125x/menit, suara nafas
219

teratur, tidak terdengar suara nafas tambahan seperti


bronchi, wheezing, ronchi.
Abdomen : tali pusat sudah lepas, pernapasan terdengar
42x/menit, bissing usus 3x/menit, tidak teraba massa
atau benjolan abnormal, tidak kembung.
Genetalia : testis telah turun di skrotum
Anus : terdapat lubang anus
Ekstremitas : Pergerakan ekstremitas aktif, ketika telapak tangan
bayi disentuh, jari-jari bayi menggenggam dengan
kuat.

3. Pemeriksaan Neurologis
Tidak dilakukan

A :
Diagnosis : NCB, SMK usia 4 hari
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada

P :
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 16 Januari Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
2021 bahwa bayi dalam keadaan normal dan
16.30 menjelaskan tanda-tanda vital bayi yang Mahasiswa
normal kepada ibu
; ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
2. 16.35 Menjaga kehangatan bayi Mahasiswa
; bayi dibedong dengan menggunakan lampin
220

dan bayi dipakaikan topi


3. 16.40 Memberikan KIE tentang perawatan sehari-
hari seperti perawatan tali pusat dan tetap Mahasiswa
menjaga personal hygiene pada bayi,
mengganti popok saat basah dan lembab dan
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
cara memandikan serta membedong bayi;
; ibu mengerti dan dapat mempraktekkan cara
perawatan tali pusat,memandikan
bayi,memakaikan baju dan membedong
bayinya.
4. 17.00 Menjadwalkan kunjungan ulang pada hari ke
8-28 pasca lahir ( 7 Februari 2021 ) Mahasiswa
; ibu mengerti dan bersedia melakukan
kunjungan sesuai jadwal yang ditentukan
221

CATATAN PERKEMBANGAN
(Kunjungan Neonatus Ke-3)

Tanggal Pengkajian : Minggu, 07 Februari 2021


Waktu : 16.00 WITA
Tempat : Rumah Ny.S
Oleh : Dewi Susanti

S :
1. Identitas
Nama Bayi : By. Ny. S
Umur/Tanggal Lahir : 26 hari / 12 Februari 2021
Jenis Kelamin : Laki-laki

2. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan

Nutrisi Bayi hanya diberikan ASI setiap 2-3 jam sehari

Eliminasi BAB : 2-3 kali, berwarna kekuningan, konsitensi lunak


BAK : 5-6 kali dengan warna jernih

Istirahat Bayi sering tidur ±16 jam dan bangun saat haus atau jika
popoknya basah

Personal Bayi dimandikan 2 x / hari, ganti baju setelah mandi atau


Hygiene setiap kali basah dan rutin diganti popoknya setiap kali
BAK atau BAB
222

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Tanda Vital :
Nadi : 121 kali/menit
Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 48 kali/menit
Antropometri :
Berat Badan : 4800 gram
Panjang badan : 54 cm
LILA : 13 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata, kebersihan rambut baik, dan tidak
teraba benjolan abnormal.
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak teraba oedema
Mata : Simetris, bersih, tidak ada kotoran atau perdarahan,
sklera tidak ikterus
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan cukup, tidak ada polip
Telinga : simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau
serumen.
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, bayi tampak menoleh
kearah sentuhan ketika pipi bayi disentuh
Leher : Pergerakan leher baik
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, bunyi
jantung normal, BJ I dan BJ II terdengar teratur yaitu
lup dan dup, terdengar 121x/menit, suara nafas
223

teratur, tidak terdengar suara nafas tambahan seperti


bronchi, wheezing, ronchi.
Abdomen : tali pusat sudah lepas, pernapasan terdengar
48x/menit, bissing usus 3x/menit, tidak teraba massa
atau benjolan abnormal, tidak kembung.
Genetalia : testis telah turun di skrotum
Anus : terdapat lubang anus
Ekstremitas : Pergerakan ekstremitas aktif, ketika telapak tangan
bayi disentuh, jari-jari bayi menggenggam dengan
kuat.

3. Pemeriksaan Neurologis
Tidak dilakukan

A :
Diagnosis : NCB, SMK usia 26 hari
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada

P :
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 07 Januari Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
2021 bahwa keadaan bayi dalam keadaan normal
17.10 dan sehat Mahasiswa
; ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
2. 17.15 Memastikan tidak ada ruam popok pada bayi Mahasiswa
; Tidak ada ruam popok, kulit bayi bersih dari
ruam popok.
224

No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD


3. 17.20 Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga
personal hygiene pada bayi, mengganti popok
saat basah dan lembab Mahasiswa
; Ibu mengerti dan akan menjaga kebersihan
pada bayinya.
4. 17.25 Memberikan pendidikan kesehatan mengenai
Imunisasi Dasar dan mengingatkan ibu untuk
jadwal imunisasi bayinya yaitu imunisasi
BCG dan polio 1 pada hari Senin, 15 Februari
2021 di posyandu,tempat bidan atau
puskesmas dan membawa buku KIA untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan Mahasiswa
bayinya.
; Ibu dapat mengulang kembali jadwal
imunisasi dan akan rutin menimbang bayinya
setiap bulannya di pelayanan kesehatan serta
bersedia menerima imunisasi sesuai jadwal
imunisasi.
225

D. Asuhan Kebidanan pada Nifas Fisiologis.


Tanggal Pengkajian : Rabu, 13 Januari 2021
Waktu : 16.15 WITA
Tempat : Rumah Ny.S
Oleh : Dewi Susanti

S :
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan masih merasa nyeri pada jalan lahir.

2. Riwayat Persalinan
Pada tanggal 12 Januari 2021 pukul 08.02 WITA ibu datang ke RS,
dengan keluhan mules, perutnya kencang-kencang dan ada keluar
lendir dan darah sejak pukul 07.00 WITA, maka dilakukan
pemeriksaan dengan hasil UK 41 minggu, pembukaan 3 cm, portio
tipis lunak, ketuban warna hijau , presentasi kepala, tidak teraba bagian
terkecil disekitar presentasi janin, penurunan kepala HI, DJJ terdengar
jelas dan teratur, 138x/menit, HIS 3 kali dalam 10 menit dengan durasi
15-20 detik. Kemudian DJJ, HIS, dan Nadi ibu diobservasi setiap 30
menit dan setiap 4 jam dilakukan pemeriksaan dalam. Pada pukul
11.54 WITA terjadi kemajuan persalinan dengan hasil pembukaan 10
cm, portio tidak teraba, ketuban warna hijau ,presentasi kepala,
penurunan kepala pada Hodge IV. Hasil TTV dalam keadaan normal,
HIS 5 kali dalam 10 menit durasi 40-45 detik, DJJ 151x/menit. Pukul
12.05 WITA bayi lahir spontan dengan jenis kelamin laki-laki, segera
menangis kuat, tonus otot bergerak aktif, BB 4000 gr dan PB 52 cm.
Pukul 15.00 WITA ibu dipindahkan ke ruang nifas.
226

3. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No Abnor Lakta
Suami Ank UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Peny
malitas si
1. Tn. A 1 Aterm Tdk PN Bidan BPM Tdk L 3900/50 14 - Tdk Tdk 2
ada ada tah ada ada tahun
un
2 Tn. A 2 Aterm Tdk PN Bidan BPM Tdk P 3500/49 8 - Tdk Tdk 2
ada ada tah ada ada tahun
un
3 Tn. A 3 Aterm Tdk PN Bidan RS Tdk L 4000/52 0 - Tdk Tdk Ya
ada ada tah ada ada
un

4. Pola Fungsional Kesehatan


Keterangan
Pola
Sebelum Nifas Saat Ini
Ibu makan 3x/ hari Ibu sudah makan 1x dengan
dengan porsi nasi porsi nasi sepiring, ikan
Nutrisi sepiring, ikan dan sayur. dan sayur. minum air putih
minum air putih ± 6-7 ± 2 gelas. Nafsu makan ibu
gelas. bertambah

BAK : 5 – 6 kali, BAK : sudah 4 kali, warna


berwarna kuning jernih, kuning jernih, konsistensi
konsistensi cair, tidak ada cair
keluhan. BAB : ibu belum ada
Eliminasi BAB : kadang 1 kali BAB
dalam 2 hari, berwarna
kecoklatan, konsistensi
lunak.

Keterangan
Pola
227

Sebelum Nifas Saat Ini

Tidur siang : 1/2 jam/hari Jam tidur ibu tidak menentu

Istirahat Tidur malam: 5-6 jam karena mengurus dan


menyusui bayinya
Kegiatan ibu dirumah Selain mengurus pekerjaan
adalah istirahat dan rumah, ibu juga mengurus
memasak untuk suami bayinya
Aktivitas
dan anak ibu. Dan saat
pagi hari ibu masih bisa
untuk jalan pagi.
Mandi 1 kali Mandi 1 kali
Personal
Ganti baju 1 kali Ganti baju 1 kali
Hygiene
Ganti celana dalam 2 kali Ganti celana dalam 2 kali
Tidak ada melakukan Tidak ada melakukan
Seksualitas
hubungan seksual hubungan seksual

5. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


2. Psikologi : ibu mengaku merasa senang atas kelahiran anak
keduanya dan merasa lega keadaan bayinya sehat.
3. Sosial : ibu dan suami sangat senang atas kelahiran
bayinya dan akan merawat bayinya dengan baik.
4. Kultural : tidak ada kebudayaan maupun kebiasaan khusus
yang dapat mempengaruhi kesehatan masa nifas ibu.
5. Spiritual : tidak ada kegiatan keagamaan maupun kebiasaan
khusus yang dapat mempengaruhi kesehatan masa nifas ibu

O :
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tanda – Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
228

Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,5oC,
Pernafasan : 20 kali/menit
Antropometri :
Berat Badan saat ini : 80 kg
LILA : 34 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata, kebersihan rambut baik, tidak terdapat
nyeri tekan, dan tida teraba benjolan abnormal.
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, terdapat
cloasma gravidarum, tidak teraba oedema
Mata : simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera
berwarna putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran,
palpebra tidak oedema
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan cukup, tidak ada polip
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak
terdapat caries dentis, gigi geraham lengkap, lidah
tremor, tidak terdapat pembengkakan pada tonsil,
tidak ada tanda peradangan.
Telinga : simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau
serumen.
Leher : tidak terdapat hiperpigmentasi pada leher ibu, tidak
terdapat pemebesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan pada
vena jugularis.
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada saat ibu
bernafas, suara nafas terdengar vesikuler, tidak
terdengar suara nafas tambahan seperti bronchi,
229

wheezing, ronchi, BJ I dan BJ II teratur yaitu lup dan


dup.
Payudara : simetris, bersih, puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areolla mammae, tidak teraba
benjolan abnormal pada payudara, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe, belum ada pengeluaran
ASI.
Abdomen : tidak terdapat striae alba dan ada linea nigra, tidak
terdapat luka bekas operasi, bissing usus 3x/menit,
diastasis rektus abdominis ukurannya 13x3 cm, TFU 1
jari dibawah pusat, konsistensi keras, kontraksi baik,
kandung kemih kosong.
Genitalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices, tampak keluar
lochea rubra.
Anus : tidak terdapat hemoroid
Ekstremitas :
Atas : turgor kulit baik, capillary refill time kembali
<2 detik Reflek bisep (+), reflek trisep (+).
Bawah : tidak oedema, tidak ada varices, capillary refill
time kembali <2 detik, homan sign (-), refleks
Babinski (-), refleks patella (+)

3. Data Rekam Medik


e. Riwayat Pesalinan Sekarang
1) Jenis Persalinan : Spontan pervaginam
2) Komplikasi Persalinan : Tidak ada
3) Lama persalinan :
Kala I : ±5 jam
Kala II : 16 menit
Kala III : 9 menit
Kala IV : 2 jam
230

4) Tindakan khusus saat persalinan : Tidak ada


5) Air Ketuban : Hijau
f. Terapi
Cefadroxil 3 x 500mg
Paracetamol 3 x 500 mg
Folamil Genio 1 x 1 tablet
A :
Diagnosis : P3003 postpartum normal hari 1
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada
P :
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 13 Januari Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
2021 tentang perubahan fisiologis yang dialami
16.30 oleh ibu Mahasiswa
; ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
2. 16.35 Memberikan KIE tentang nutrisi ibu
menyusui, yaitu menganjurkan ibu makan
makanan yang tinggi protein seperti
ikan/daging, kacang-kacangan dan sayuran
Mahasiswa
hijau untuk membantu proses pemulihan ibu
dan meningkatkan produksi ASI
; ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan dapat mengulang kembali
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
3. 16.40 Memberikan KIE tentang personal hygine Mahasiswa
yaitu menganjurkan ibu agar tetap
memperhatikan dan menjaga kebersihan diri
terutama daerah genetalia serta payudara
231

untuk mencegah infeksi


; ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan dapat mengulang kembali
4. 16.45 Memberikan KIE tentang Tanda bahaya Nifas
cara menyusui yang baik dan benar.
Mahasiswa
; Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dengan baik.
5. 17.00 Menjadwalkan kunjungan ulang masa nifas
kedua pada 3-7 hari pasca persalinan atau
jika ibu ada keluhan Mahasiswa
; Ibu mengerti dan bersedia melakukan
kunjungan sesuai jadwal yang ditentukan

CATATAN PERKEMBANGAN
(PNC Pertemuan Ke-2)

Tanggal Pengkajian : Jumat, 16 Januari 2021


Waktu : 16.30 WITA
Tempat : Rumah Ny.S
232

Oleh : Dewi Susanti

S :
1. Alasan DatangPeriksa/ Keluhan Utama
Ibu mengeluh tangan kram - kram hilang timbul yang dirasakan
saat ini.
2. Pola Fungsional Kesehatan
Keterangan
Pola
Sebelum Nifas Saat Ini
Ibu makan 3x/ hari Ibu makan 3-4x/ hari
dengan porsi nasi dengan porsi nasi sepiring,
Nutrisi sepiring, ikan dan sayur. ikan dan sayur. minum air
minum air putih ± 6-7 putih ± 8-9 gelas. Nafsu
gelas. makan ibu baik.
BAK : 5 – 6 kali, BAK : 4-5 kali, warna
berwarna kuning jernih, kuning jernih, konsistensi
konsistensi cair, tidak ada cair
keluhan. BAB : 1 kali dalam sehari
Eliminasi
BAB : kadang 1 kali
dalam 2 hari, berwarna
kecoklatan, konsistensi
lunak.
Tidur siang : 1/2 jam/hari Jam tidur ibu tidak menentu

Istirahat Tidur malam: 5-6 jam karena mengurus dan


menyusui bayinya
Keterangan
Pola
Sebelum Nifas Saat Ini
Kegiatan ibu dirumah Selain mengurus pekerjaan
adalah istirahat dan rumah, ibu juga mengurus
memasak untuk suami bayinya
Aktivitas
dan anak ibu. Dan saat
pagi hari ibu masih bisa
untuk jalan pagi.
233

Mandi 1 kali Mandi 1 kali


Personal
Ganti baju 1 kali Ganti baju 1 kali
Hygiene
Ganti celana dalam 2 kali Ganti celana dalam 2 kali
Tidak ada melakukan Tidak ada melakukan
Seksualitas
hubungan seksual hubungan seksual

O :
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 20 kali/menit

Antropometri :
BB Saat Ini : 75kg
LILA : 34cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata, kebersihan rambut baik, tidak terdapat
nyeri tekan, dan tidak teraba benjolan abnormal.
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, tidak
terdapat cloasma gravidarum, tidak teraba oedema
Mata : simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera
berwarna putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran,
palpebra tidak oedema
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan cukup, tidak ada polip
234

Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak


terdapat caries dentis, gigi geraham lengkap, lidah
tremor, tidak terdapat pembengkakan pada tonsil,
tidak ada tanda peradangan.
Telinga : simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau
serumen.
Leher : tidak terdapat hiperpigmentasi pada leher ibu, tidak
terdapat pemebesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan pada
vena jugularis.
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada saat ibu
bernafas, suara nafas terdengar vesikuler, tidak
terdengar suara nafas tambahan seperti bronchi,
wheezing, ronchi, BJ I dan BJ II teratur yaitu lup dan
dup.
Payudara : simetris, bersih, puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areolla mammae, tidak teraba
benjolan abnormal pada payudara, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe, terdapat pengeluaran ASI.
Abdomen : tidak terdapat striae alba dan ada linea nigra,tidak
terdapat luka bekas operasi, bissing usus 7x/menit,
diastasis rektus abdominis ukurannya 12x3 cm, TFU 3
jari dibawah pusat, konsistensi keras, kontraksi baik,
kandung kemih kosong.
Genitalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices, tampak keluar
lochea sanguinolenta
Anus : tidak terdapat hemoroid
Ekstremitas :
Atas : turgor kulit baik, capillary refill time kembali
<2 detik Refleks bisep (+), refleks trisep (+).
235

Bawah : tidak oedema, tidak ada varices, capillary refill


time kembali <2 detik, homan sign (-), refleks
Babinski (+), refleks patella (+)
A :
Diagnosis : P3003, postpartum normal hari ke-4
Masalah : Tangan kram-kram
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada
P :
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 16 Januari Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada Mahasiswa
2021 ibu tentang perubahan fisiologis yang
16.45 dialami oleh ibu dan memastikan
involusi uterus berjalan normal
; ibu telah mengetahui keadaannya dan
merasa senang dengan hasil
pemeriksaannya
2. 16.50 Memberikan KIE tentang tanda Mahasiswa
bahaya masa nifas dan konsumsi
vitamin D dan kalsium
; ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan dapat mengulang
kembali tanda bahaya masa nifas serta
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
bersedia mengkonsumsi vitamin D dan
kalsium untuk mengurangi kram-kram
pada tangannya.
3. 16.55 Memberikan KIE tentang nutrisi ibu Mahasiswa
nifas
; ibu mengerti mengenai penjelasan
yang diberikan
4. 17.00 Memberikan KIE tentang ASI Mahasiswa
236

Ekslusif.
; ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
5. 17.05 Memberikan KIE tentang perawatan Mahasiswa
payudara.
; ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan dapat melakukannya
dengan baik
6. 17.10 Menjadwalkan kunjungan ulang masa Mahasiswa
nifas ketiga pada 08-28 hari pasca
persalinan atau segera jika ibu ada
keluhan
; ibu bersedia melakukan kunjugan
ulang sesuai jadwal yang disesuaikan

CATATAN PERKEMBANGAN
(PNC Pertemuan Ke-3)

Tanggal Pengkajian : Selasa, 7 Februari 2021


Waktu : 16.30 WITA
Tempat : Rumah Ny.S
Oleh : Dewi Susanti

S :
237

c) Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan saat ini.

2. Pola Fungsional Kesehatan


Keterangan
Pola
Sebelum Nifas Saat Ini
Ibu makan 3x/ hari Ibu makan 3-4x/ hari
dengan porsi nasi dengan porsi nasi sepiring,
Nutrisi sepiring, ikan dan sayur. ikan dan sayur. minum air
minum air putih ± 6-7 putih ± 8-9 gelas. Nafsu
gelas. makan ibu baik.
BAK : 5 – 6 kali, BAK : 4-5 kali, warna
berwarna kuning jernih, kuning jernih, konsistensi
konsistensi cair, tidak ada cair
keluhan. BAB : 1 kali dalam sehari
Eliminasi
BAB : kadang 1 kali
dalam 2 hari, berwarna
kecoklatan, konsistensi
lunak.
Tidur siang : 1/2 jam/hari Jam tidur ibu tidak menentu

Istirahat Tidur malam: 5-6 jam karena mengurus dan


menyusui bayinya
Keterangan
Pola
Sebelum Nifas Saat Ini
Kegiatan ibu dirumah Selain mengurus pekerjaan
adalah istirahat dan rumah, ibu juga mengurus
memasak untuk suami bayinya
Aktivitas
dan anak ibu. Dan saat
pagi hari ibu masih bisa
untuk jalan pagi.
Mandi 1 kali Mandi 1 kali
Personal
Ganti baju 1 kali Ganti baju 1 kali
Hygiene
Ganti celana dalam 2 kali Ganti celana dalam 2 kali
238

Tidak ada melakukan Tidak ada melakukan


Seksualitas
hubungan seksual hubungan seksual

O :
g) Pemeriksaan Umum
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Suhu : 36,5oC
Pernafasan : 21 kali/menit.
Antropometri :
Berat Badan saat ini : 75 kg
LILA : 34 cm

h) Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata, kebersihan rambut baik, tidak terdapat
nyeri tekan, dan tidak teraba benjolan abnormal.
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, terdapat
cloasma gravidarum, tidak teraba oedema
Mata : simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera
berwarna putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran,
palpebra tidak oedema
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan cukup, tidak ada polip
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak
terdapat caries dentis, gigi geraham lengkap, lidah
tremor, tidak terdapat pembengkakan pada tonsil,
tidak ada tanda peradangan.
239

Telinga : simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau


serumen.
Leher : tidak terdapat hiperpigmentasi pada leher ibu, tidak
terdapat pemebesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan pada
vena jugularis.
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada saat ibu
bernafas, suara nafas terdengar vesikuler, tidak
terdengar suara nafas tambahan seperti bronchi,
wheezing, ronchi, BJ I dan BJ II teratur yaitu lup dan
dup.
Payudara : simetris, bersih, puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areolla mammae, tidak teraba
benjolan abnormal pada payudara, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe, terdapat pengeluaran ASI.
Abdomen : tidak terdapat striae alba dan ada linea nigra, tidak
terdapat luka bekas operasi, bissing usus 9x/menit,
diastasis rektus abdominis 10x1 cm, TFU sudah tidak
teraba, kandung kemih kosong.
Genitalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices, tampak keluar
lochea alba.
Anus : tidak terdapat hemoroid

Ekstremitas :
Atas : turgor kulit baik, capillary refill time kembali
<2 detik Refleks bisep (+), refleks trisep (+).
Bawah : tidak oedema, tidak ada varices, capillary refill
time kembali <2 detik, homan sign (-), refleks
babinski (+), reflek spatella (+)
A :
Diagnosis : P3003, postpartum normal hari ke-26
240

Masalah : Tidak ada


Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada

P :
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 07 Februari Menjelaskan hasil pemeriksaan Mahasiswa
2021 kepada ibu tentang perubahan
17.15 fisiologis yang dialami oleh ibu
; ibu mengerti dengan penjelasan
yang diberikan
2. 17.20 Memberikan konseling tentang Mahasiswa
alat kontrasepsi seperti jenis,
keuntungan/kerugian,keterbatasan
, manfaat, cara penggunaan serta
efek sampingnya yang mungkin
timbul
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
selama pemakaian.
; ibu mengerti mengenai
penjelasan yang diberikan dan ibu
memilih menggunakan
kontrasepsi Pil Progestin tunggal
3. 17.25 Memberikan KIE tentang Mahasiswa
hubungan seksual pasca
persalinan.
; ibu mengerti dengan penjelasan
yang diberikan
4. 17.30 Menjadwalkan ibu untuk Mahasiswa
melakukan kunjungan ulang jika
ibu ada keluhan
; ibu bersedia dengan jadwal yang
241

telah direncanakan

E. Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Pil Progestin Tunggal


Tanggal Pengkajian : Sabtu, 13 Februari 2021
Waktu : 14.00 WITA
Tempat : Rumah Ny.S
Oleh : Dewi Susanti

S :
1. Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama
Alasan Datang : Ibu ingin menentukan pilihan dalam penggunaan
metode kontrasepsi yang akan digunakannya dan ibu memilih
kontrasepsi Pil Progestin Tunggal
Keluhan Utama : Saat ini ibu tidak memiliki keluhan apapun.

2. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
242

Ibu tidak memiliki penyakit kelainan reproduksi, penyakit


kardiovaskuler, penyakit darah, penyakit paru-paru, penyakit
saluran pencernaan, penyakit hati, penyakit ginjal dan saluran
kencing, penyakit endokrin, penyakit saraf, penyakit jiwa, penyakit
system imunologi, penyakit infeksi dan penyakit menular seksual.
Ibu memiliki riwayat covid 19 reaktif pada tgl 19/12/2020,ibu telah
selesai menjalani Isoman selama 10 hari sampai pada tanggal
29/12/2020 oleh PKM dan dinyatakan negative dengan
pemeriksaan Rapid Antigen tgl 12/01/2021.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 12 Januari 2021, melahirkan anak ketiganya dengan
jenis kelamin laki-laki dengan berat 4000 gram dan panjang 52 cm.
Selama masa nifas, ibu dan bayi tidak memiliki keluhan apapun.
Ibu menyusui bayinya secara rutin setiap ±2 jam.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Didalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang sedang/ memiliki
riwayat penyakit hepatitis, jantung, asma, tekanan darah tinggi,
operasi, TBC, ginjal dan penyakit lain yang menular, dan keluarga
tidak memiliki riwayat keturunan kembar.

4. Riwayat Menstruasi
5. HPHT : 28-03-2021
Ibu mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada usia 15 tahun,
siklus menstruasi teratur 28 hari, lama menstruasi 5-7 hari, ganti pembalut
sebanyak 3-4 kali sehari, warna darah merah encer kadang disertai
gumpalan dan tanpa ada keluhan.

6. Riwayat Obstetrik
243

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


No Abnor Lakt
Suami Ank UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Peny
malitas asi
1. Tn. A 1 Aterm Tdk PN Bidan BPM Tdk L 3900/50 14 - Tdk 2 Tdk
ada ada tah ada tahun ada
un
2 Tn. A 2 Aterm Tdk PN Bidan BPM Tdk P 3500/49 8 - Tdk 2 Tdk
ada ada tah ada tahun ada
un
3 Tn. A 3 Aterm Tdk PN Bidan RS Tdk L 4030/54 0 - Tdk Ya Tdk
ada ada tah ada ada
un

7. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi Kb Suntik 3 bulan
selama 3 bulan namun merasa tidak cocok dikarenakan Haid menjadi tidak
teratur kemudian ibu menggunakan Pil KB sejak ± 6 tahun yang lalu.

8. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Makan 3-4 kali/hari dengan porsi makan nasi seporsi, lauk pauk 1
potong, sayur dan buah pisang, air putih ±7-8 gelas/hari. Tidak ada
keluhan dalam pemenuhan nutrisi ibu. Nafsu makan baik.
Eliminasi BAK : 4-5 kali/hari, berwarna kuning jernih, konsistensi cair, tidak ada
keluhan
BAB : 1 kali/hari, waarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak
Istirahat Tidur siang selama ± 1 jam/ hari
Tidur malam ± 7-8 jam/ hari
Aktivitas Aktivitas ibu sehari-hari dirumah adalah melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti memasak, menyapu, mencuci, dan membersihkan rumah
selain itu ibu juga sibuk mengurus anak-anaknya.
Personal Ibu mandi 2 kali/hari dan ganti baju rutin setiap setelah mandi, serta
Hygiene ganti pembalut 3 kali dalam sehari
Kebiasaan Ibu tidak ada memiliki hewan peliharaan atau kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan ibu
Seksualitas Ibu belum ada melakukan hubungan seksual
244

9. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologi : Ibu mengaku merasa senang atas kelahiran anak
ketiganya ini
e. Sosial : ini merupakan pernikahan pertama, usia pertama
saat menikah 20 tahun, lama menikah ±16 tahun,
status pernikahan sah. Ibu, suami, dan keluarga
menerima kelahiran anaknya ketiganya ini
dengan senang hati
b. Kultural : tidak ada kebudayaan maupun kebiasaan khusus
yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi.
c. Spiritual : tidak ada kegiatann keagamaan maupun kebiasaan
khusus yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi
O :
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : compos mentis
Tanda – Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Suhu : 36,6oC
Pernafasan : 20 kali/menit

Antropometri :
Berat Badan saat ini : 75 kg
LILA : 33 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata, kebersihan rambut baik, tidak terdapat
nyeri tekan, dan tidak teraba benjolan abnormal.
245

Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, terdapat


cloasma gravidarum, tidak teraba oedema
Mata : simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera
berwarna putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran,
palpebra tidak oedema
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan cukup, tidak ada polip
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak
terdapat caries dentis, gigi geraham lengkap, lidah
tremor, tidak terdapat pembengkakan pada tonsil, tidak
ada tanda peradangan.
Telinga : simetris, tidak ada pengeluaran cairan atau serumen
berlebihan
Leher : tidak tampak hiperpigmentasi pada leher ibu, tidak
terdapat pemebesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan pada
vena jugularis.
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada saat ibu
bernafas, suara nafas terdengar vesikuler, tidak
terdengar suara nafas tambahan seperti bronchi,
wheezing, ronchi, BJ I dan BJ II teratur yaitu lup dan
dup.
Payudara : tidak teraba benjolan abnormal pada payudara, tidak
teraba pembesaran kelenjar limfe, terdapat pengeluaran
ASI.
Abdomen : tidak terdapat striae alba dan linea nigra, terdapat luka
bekas operasi, bissing usus 9x/menit, diastasis rektus
abdominis sudah tidak teraba, TFU sudah tidak
teraba, kandung kemih kosong.
Genitalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices, tampak keluar
lochea alba.
246

Anus : tidak terdapat hemoroid


Ekstremitas :
Atas : turgor kulit baik, capillary refill time kembali
<2 detik, Refleks bisep (+), refleks trisep (+).
Bawah : tidak oedema, tidak ada varices, capillary refill
time kembali <2 detik, homan sign (-), refleks
babinski (-), reflek patella (+)
A :
Diagnosis : P3003 calon akseptor alat kontrasepsi Pil Progestin
Tunggal
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada
P :
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 13 Februari Memberitahukan hasil pemeriksaan tanda-tanda
2021
vital dan pemeriksaan fisik kepada ibu bahwa
14.45
hasilnya semua normal tidak ada yang perlu

dikhawatirkan. Mahasiswa
; Ibu mengerti dan tidak merasa cemas setelah

mendapatkan penjelasan mengenai hasil

pemeriksaan

2. 14.50 Memberitahukan ibu mengenai efek samping Mahasiswa

dan keuntungan yang terjadi pada akseptor PIL

progestin Tunggal

; Ibu telah mengetahui dan mengerti apa saja

efek samping dan keuntungan dari kontrasepsi


247

Pil progestin tunggal untuk ibu menyusui

3. 14.55 Memberikan lembar informed consent kepada

ibu bahwa ibu bersedia menggunakan

kontrasepsi Pil Mahasiswa


; ibu bersedia dan telah menandatangani lembar

persetujuan tindakan

4. 15.00 Memberikan pelayanan metode kontrasepsi Pil

Progestin Tunggal:

- Memeriksa tanggal kadaluarsa alat

kontrasepsi

- Lakukan KIE tentang cara dan mulai


Bidan dan
penggunaan kontrasepsi Pil sesuai prosedur Mahasiswa

; Pil Progestin tunggal untuk ibu menyusui telah

diberikan kepada Ibu dan mulai digunakan oleh

ibu pada hari ke 40 pasca salin yaitu tgl

21/02/2021

5. 15.10 Mengingatkan kembali kepada ibu mengenai

kontrol ulang jika ibu ada keluhan


Mahasiswa
; ibu bersedia untuk kembali sesuai jadwal yang

ditentukan
248
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada studi kasus Continuity Of Care ini membahas tentang kesenjangan

antara teori dan hasil dari asuhan kebidanan komprehensif yang telah penulis

lakukan mulai dari ante natal care, intra natal care, bayi baru lahir, post natal

care, neonatus, dan pelayanan kontrasepsi pada Ibu S usia 36 tahun GIIIP2002, hari

pertama haid terakhir (HPHT) pada tanggal 28-03-2020 sehingga tafsiran

persalinan (TP) menurut rumus neagle adalah pada tanggal 05-01-2021. Kontak

pertama dimulai pada tanggal 12 Januari 2021 yaitu pada masa kehamilan 41

minggu dengan pembahasan sebagai berikut:

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan

Umur Ibu S pada kehamilan ini adalah 36 tahun. Berdasarkan umur jika

< 20 tahun atau > 35 tahun akan membuat wanita rentan terhadap sejumlah

komplikasi, ini memerlukan pengawasan antenatal tambahan (Varney, 2008).

Terdapat kesesuaian antara teori dan praktik yang terlaksana, bahwa klien

termasuk kategori usia yang dapat dikategorikan dalam kehamilan resiko

tinggi.

Pada kehamilan ini Ibu S telah melakukan pemeriksaan sebanyak 10

kali sejak dinyatakan hamil, ibu S melakukan pemeriksaan 2 kali pada

trimester I, pada trimester II ada 4 kali di Bidan, pada trimester III ada 4 kali

pemeriksaan yang dilakukan dibidan. Ibu S mulai memeriksakan

kehamilannya pada usia kehamilan 9 minggu. Ibu S mendapatkan tablet

250
251

tambah darah sebanyak 90 tablet Fe selama memeriksakan kehamilannya

dibidan. Kebijakan program pelayanan antenatal care menetapkan frekuensi

kunjungan pemeriksaan kehamilan untuk pemantauan dan pengawasan

kesejahteraan ibu dan janin minimal 4 kali selama kehamilan yaitu pada

kehamilan trimester I minimal 1 kali kunjungan, pada trimester II minimal 1

kali kunjungan, dan pada trimester ke III minimal 2 kali kunjungan

(Winkjosastro, 2010). Terdapat kesesuaian antara teori dan praktik yang

terlaksana, bahwa ibu S telah melakukan kunjungan kehamilan sesuai

program pelayanan antenatal care.

Selama pemeriksaan kehamilan ini ibu S mendapatkan pelayanan ANC

dengan standar 10 T, sehingga standar pelayanan yang dilakukan oleh ibu S

sesuai dengan teori yang menyatakan dari 10 T dilakukan pemeriksaan

pengukuran Tinggi Badan dan penimbangan berat badan, pengukuran

tekanan darah`, pengukuran lingkar lengan atas (LILA), pengukuran tinggi

fundus uteri atau tinggi rahim, penentuan letak janin (presentasi janin) dan

perhitungan denyut jantung janin, penentuan dan skrining status imunisasi

tetanus toxoid (TT), pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet,

pemeriksaan tes laboratorium baik rutin maupun khusus, mendapat konseling

atau ppenjelasan tentang hasil pemeriksaan kehamilannya, tata laksana kasus

jika mendapat masalah atau kelainan yang ditemukan atau mendapatkan

pengobatan oleh dokter jika memerlukan (Kemenkes RI, 2015).

Pemeriksaan kehamilan pada kunjungan pertama dilaksanakan pada

tanggal 12 Januari 2021 pada pukul 07.30 Wita, pada usia kehamilan 41
252

minggu. Dilakukan pemeriksaan kehamilan meliputi anamnesa dan

pemeriksaan fisik lengkap. Ibu S mengatakan tidak ada keluhan yang

mengkhawatirkan selama hamil tua, hanya saja ibu merasa sakit pinggang

dan sering buang air kecil. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada akhir

kehamilan jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul akan

meningkatkan frekuensi berkemih pada kehamilan trimester akhir dan

merupakan hal yang fisiologis terjadi (Romauli, 2011).

Keluhan yang Ibu S rasakan pada kehamilan trimester III terjadi

kesenjangan antara teori dengan kenyataan. Pada kunjungan ini didapatkan

berat badan ibu meningkat menjadi 85 kg dari sebelum hamil yaitu 70 kg. Ibu

S mengalami kenaikan berat badan 15 kg selama kehamilan ini. Terdapat

ketidaksesuaian kasus dengan teori yang menyatakan standar pertambahan

atau kenaikan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9-12 kg.

Bertambahnya berat karena hasil konsepsi yaitu janin, plasenta, dan cairan

ketuban. Selain itu alat-alat reproduksi ibu seperti rahim dan payudara yang

ikut membesar, volume darah bertambah selain lemak tubuh yang meningkat

(Kemenkes RI, 2010) didalam ( Badriah, 2011). Menurut Muwakhidah dan

Zulaikah menyatakan bahwa makin besar kenaikan berat badan ibu, makin

besar berat badan bayi yang dilahirkan namun pada penelitian ( Evi R et al ,

2018 ) tidak terdapat hubungan bermakna antara berat badan ibu pada akhir

kehamilan (trimester III) dengan berat badan bayi baru lahir pada ibu

Postpartum.
253

Lingkar lengan atas Ibu S adalah 34 cm yang artinya status gizi Ibu S

normal, untuk melihat status gizi ibu hamil dapat dilihat dari pengukuran

LILA. Ibu hamil dengan LILA < 23,5 cm berisiko kurang energi kronis

(KEK), kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami

kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana

ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah

(BBLR) (Kemenkes RI, 2010).

Pada pemeriksaan umum didapatkan hasil yaitu Tekanan Darah

120/80 mmHg, Nadi : 87 kali/ menit, Suhu tubuh : 36,6°C, Pernafasan : 20

kali/menit. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pemeriksaan

umum yang meliputi kesadaran composmentis, tanda vital yang terdiri dari

tekanan darah yaitu 120/80 mmHg atau < 140/90 mmHg, Nadi yaitu 60-100

kali/menit, suhu tubuh yaitu 36,5°C – 37,5°C, pernafasan yaitu 16-20

kali/menit (Varney, 2007).

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil bahwa pada payudara ibu S

telah terdapat pengeluaran kolostrum. Buah dada ibu akan mengeluarkan

cairan apabila dipijat, mulai kehamilan 20 minggu cairan yang dikeluarkan

jernih, pada kehamilan 16-32 minggu warna cairan itu agak putih seperti air

susu yang encer sekali, dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir cairan

yang keluar lebih kental berwarna kuning dan banyak mengandung lemak

yang disebut kolostrum (Winkjosastro, 2005).

Hasil pemeriksaan leopold pada tanggal 12 Januari 2021, didapatkan

hasil yaitu pada leopold IV dimana kepala sudah masuk PAP (Divergen).
254

Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah

terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru

terjadi pada permulaan persalinan (Cunningham, 2005). Dalam hal ini

keadaan ibu sesuai dengan teori sehingga tidak terjadi kesenjangan antara

teori dengan praktik.

Pada pemeriksaan fisik pada ekstremitas bawah tidak terjadi oedema

pada kaki ibu dan tidak tampak varises pada kedua kaki ibu, pada lengan juga

tidak tampak dan tidak teraba oedema. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

oedema fisiologis biasa timbul karena adanya gangguan sirkulasi vena dan

peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Gangguan

sirkulasi yang dapat terjadi dapat disebabkan oleh uterus yang membesar

menekan vena-vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan pada

vena kafa inferior saat ia berada dalam posisi terrlentang (Varney, 2007).

Pada pemeriksaan penunjang laboratorium Ibu S telah dilakukan

sebanyak tiga kali pemeriksaan selama kehamilan yaitu pada tanggal 28

Agustus 2020 usia kehamilan ibu 22 minggu masuk trimester II, kadar Hb

didapatkan hasil 12,5 gr/dl, Protein Urine Negatif, Golongan darah A, HIV

Negatif, HBsAg Negatif. Pada tanggal 17 Desember usia kehamilan 37 mgg

dilakukan pemeriksaan swab PCR didapatkan hasil Reaktif .Tanggal 12

Januari 2021 usia kehamilan ibu 41 mgg kadar Hb didapatkan hasil 10,2

gr/dl, Protein Urine Negatif,leukosit 9400/mm3, HIV Negatif, HBsAg

Negatif. Selain kadar Hb yang tidak sesuai dengan teori, pemeriksaan lainnya

tidak di temukan kesenjangan antara teori dan praktek, pada pemeriksaan


255

kadar Hb ibu terdapat kesenjangan antar teori dan praktik yaitu kadar Hb ibu

hamil < 11 gram/dl, seharusnya kadar HB ibu hamil > 11 gr/dl.

Dari hasil pemeriksaan kadar Hb penulis harus melakukan

pengawasan pada ibu hamil pada usia kehamilan memasuki trimester III, hasil

tersebut termasuk pada kategori anemia ringan yaitu Hb 8-11 gr/dl

(Manuaba, 2010). Untuk itu perlunya penanganan pemberian 60 mg/hari zat

besi dan 500 mg asam folat, serta pengawasan untuk ibu mengkonsumsi

makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup (Depkes,

2007). Ibu harus lebih banyak mengkonsumsi makan atau sayuran hijau dan

buah, hindari minuman kopi atau teh pada pagi hari agar membantu

peningkatan kadar hb sesuai yang ibu butuhkan selama kehamilan.

Dengan adanya asuhan ini, penulis dapat melakukan pengawasan

selama kehamilan ibu menjelang persalinan, sehingga penulis menyimpulkan

dalam proses kehamilan ibu S berjalan dengan baik dan normal tanpa adanya

kelainan dan komplikasi selama kehamilan.

B. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal)

Ibu S bersalin pada tanggal 12 Januari 2021 Pukul 12.05 Wita dengan

usia kehamilan 41 minggu. Persalinan normal adalah proses pengeluaran

janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 - 42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 8 jam,

tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
256

Teori ini sesuai dengan usia kehamilan Ibu S pada saat proses persalinan

yaitu 41 minggu.

Kala I pada kasus ini didasari dengan adanya keluar lendir dari jalan

lahir pukul 07.00 wita dan perutnya terasa kencang-kecang yang semakin

sering dan teratur mulai pukul 04.00 wita pada tanggal 12 Januari 2021.

Tanggal 12 Januari 2021 pukul 07.30 Wita ibu S dan suami tiba di Rumah

Sakit. Dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil frekuensi kontraksi 3 kali

dalam 10 menit dengan durasi 15-20 detik. Pada pemeriksaan dalam pukul

07.30 wita didapatkan hasil pembukaan 3 cm, tidak ada oedema vagina dan

vulva, porsio tebal lunak, presentasi kepala, ketuban utuh, kepala hodge I,

tidak teraba molase, ini termasuk dalam fase laten persalinan. Tanda dan

gejala inpartu meliputi penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus

yang mengakibatkan perubahan pada serviks, cairan lendir bercampur darah

(show) melalui vagina (JNPK-KR, 2008).

Pukul 09.30 wita, ibu mengatakan mules semakin sering disertai

perasaan ingin buang air besar, dilakukan Pemeriksaan dalam didapatkan

hasil pembukaan 4 cm, ketuban merembes warna hijau meconium, kepala

hodge II, tidak teraba molage, portio tipis lunak, ibu memasuki kala I fase

aktif, dan dilakukan pemantauan kemajuan persalinan, tanda-tanda vital,

penurunan kepala, kontraksi dan DJJ mengunakan lembar partograf.

Pukul 11.54 ibu S mengatakan merasa ingin mengejan dan BAB saat

bersamaan datangnya kontraksi, ketuban Meconium, dilakukan pemeriksaan

dengan inspeksi perineum tampak menonjol, vulva, vagina dan spinghter ani
257

membuka dan meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah, dilakukan

pemeriksaan dalam, pembukaan lengkap (10 cm), ibu S memasuki kala II,

kontraksi 4 kali dalam 10 menit durasi 40-45 detik dan intensitas teratur dan

kuat. Tanda dan gejala yang dialami ibu S sesuai dengan teori yang

menyebutkan bahwa ibu merasakan adanya dorongan meneran bersamaan

dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada

rectum, vaginanya, perineum menonjol, vulva dan spingter ani membuka dan

disertai pengeluaran lender bercampur darah yang semakin banyak (JNPK-

KR, 2008).

Kala II biasanya berlangsung selama 2 jam pada primigravida dan 1

jam pada multigravida (Yeyeh, 2009). Menurut Manuaba (2010) menyatakan

bahwa, persalinan ditentukan oleh 5 faktor “P” utama, yaitu power,

passenger, passage, psikologi, dan penolong. Pada proses persalinan ibu

dapat bekerjasama dengan baik sehingga proses kelahiran dapat terjadi

dengan lancar, bayi lahir pada pukul 12.05 WITA, sehingga lama kala II

berlangsung selama 11 menit, jadi hal ini sesuai antar teori dan praktik.

Frekuensi DJJ yang normal adalah 120-160 kali / menit. Berdasarkan

partograf WHO, denyut jantung kurang dari 120 kali/menit (bracicardi) atau

lebih dari 160 kali/menit (takikardi) saat ibu sedang tidak HIS menunjukkan

adanya kegawatadaruratan pada janin. Hasil pemeriksaan DJJ pada ibu N

normal yaitu 130-150 kali/mnit dan tidak terjadi kesenjangan antar teori dan

praktik.
258

Pada pukul 12.06 wita dimulaimya proses penatalaksanaan kala III

sesuai dengan teori saat ada tanda lepasnya plasenta seperti perubahan bentuk

dan tinggi uterus, tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan

singkat, penulis segera melakukan manajemen aktif kala III yang terdiri dari

langkah utama yaitu pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama bayi

baru lahir, melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus

uteri segera setelah palsenta lahir (JNPK-KR, 2008).

Berdasarkan teori menurut (Varney, 2008) tanda persalinan kala III

yaitu adanya tali pusat memanjang, semburan darah secara tiba – tiba, adanya

perubahan fundus uteri. Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktik. Proses Asuhan kala III klien berlangsung dengan baik dan

normal tanpa ada kesenjangan dengan teori, kala III berlangsung selama ± 9

menit. Sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa Kala III dimulai segera

setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari

30 menit (Saifuddin, 2008). Dari hasil pemeriksaan plasenta lahir spontan

lengkap pada pukul 12.09 wita dan tidak terdapat laserasi perineum.

Winkjosastro (2006),

Hasil pemantauan kala IV Ibu S masih dalam batas normal, dengan

hasil pemantauan kala IV tanda-tanda vital dalam batas normal, perdarahan ±

300 ml, kontraksi uterus baik, tinggi fundus sepusat, kandung kemih kosong.

Hal ini sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh (Saifuddin, 2010)

pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap

30 menit pada 1 jam ke dua pasca persalinan meliputi kontraksi uterus,


259

perdarahan pervaginam, tekanan darah, nadi, kandung kemih, TFU dan suhu

dilakukan sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan.

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua

jam setelah persalinan tersebut. Pemantauan kala IV dimaksudkan untuk

observasi perdarahan postpartum. Karena kasus perdarahan paling sering

terjadi pada dua jam pertama setelah melahirkan, hal penting yang perlu

diobservasi adalah tanda-tanda vital, kontraksi uterus, kandung kemih, dan

perdarahan. Perdarahan dikatakan normal jika jumlahnya tidak lebih dari 500

ml. Tekanan darah normal <140/90 mmHg, bila tekanan darah < 90/60

mmHg, Nadi > 100 x/m, kemungkinan demam atau perdarahan. Suhu tubuh >

38oC kemungkinan terjadi dehidrasi dan infeksi. Kontraksi tidak baik maka

uterus teraba lembek, dapat disebabkan oleh kandung kemih yang penuh

(Prawirohardjo, 2010). Pemantauan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta

dan berakhir dua jam setelah persalinan tersebut (JNPK-KR, 2008). Menurut

penulis tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik dan dengan hasil

pemeriksaan kala IV yang terjadi pada ibu S.

Setelah proses persalinan Ibu S selesai dan masih dalam pemantauan

selama 2 jam, penulis mengajarkan ibu untuk mobilisasi dini dan

menganjurkan suami untuk memenuhi asupan nutrisi pada ibu. Mobilisasi

sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi

dan nutrisi ibu nifas yang diperlukan untuk mempercepat proses

penyembuhan dan mempengaruhi kelancaran air susu. Proses persalinan dari

kala I sampai dengan kala IV berjalan dengan baik dan normal yaitu selama
260

± 8 jam, serta tidak ada penyulit yang dapat membahayakan ibu maupun

janinnya.

C. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Bayi Ibu S lahir pukul 12.05 wita, pada saat lahir penulis segera

melakukan penilaian selintas pada bayi Ibu S didapatkan hasil kulit bayi

berwarna kemerahan, bayi menangis kuat dan bergerak aktif. Bayi baru lahir

normal adalah bayi berat lahir antara 2500 sampai 4000 gram, cukup bulan,

lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital yang berat. Ciri-

ciri bayi baru lahir normal adalah 24 jam pertama setelah kelahiran, berat

badan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm,

lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung

120-160 x/menit, pernafasan ±40-60 x/menit, kulit kemerah-merahan dan

licin, kuku agak panjang dan lemas, gerak aktif. (Kosim, 2010).

Bila dilihat dari penilaian maturitas fisik menggunakan Ballard Score

yang meliputi penilaian kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata,

telinga, dan genitalia (Doenges,.2001) menunjukkan Bayi Ibu S lahir cukup

bulan. Kriteria yang dipenuhi Bayi Ibu S adalah vena pada kulit tidak terlihat,

lanugo jarang, garis telapak kaki tampak jelas, pada payudara areola

menonjol, telinga kaku, dan testis telah turun di skrotum.


261

Setelah bayi lahir kemudian dilakukan pemotongan tali pusat menurut

(Depkes RI, 2008) yaitu dengan cara ikat tali pusat 1 cm dari perut bayi

(pusat). Gunakan benang atau klem plastic DTT/ steril. Kunci ikatan tali

pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat. Kemudian

selimuti bayi dengan menggunakan kain yang bersih dan kering. Penulis

sependapat dengan teori diatas perawatan tali pusat sangat penting dilakukan

agar mencegah terjadinya infeksi pada potongan tali pusat yang tersisa pada

bayi. Apabila perawatan tali pusat dapat dilakukan dengan prinsip bersih dan

kering, maka tali pusat akan cepat kering dan terlepas dengan sendirinya.

Setelah dilakukan perawatan tali pusat kemudian bayi di berikan kepada ibu

untuk dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Segera setelah lahir bayi Ibu

S dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) selama ±1 jam, hal ini untuk

mencegah terjadinya hipotermi pada bayi serta membantu ibu melakukan

bounding attachment dengan bayinya (Varney, 2007). Menurut penulis tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan hasil pemeriksaan pada bayi Ibu S.

Bayi Ibu S dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil BB bayi 4000

gram, PB : 52 cm, LK : 35 cm, LD: 35 cm, caput (-), cepal (-), miksi (-),

defekasi (+), anus + ( terdapat meconeum pada anus), cacat tidak ditemukan,

reflek normal. Menurut (Depkes RI, 2008), Bayi lahir dengan usia kehamilan

41 minggu dengan jenis kelamin laki-laki, LILA 12 cm dan penanganan bayi

baru lahir yang dilakukan setelah bayi lahir yaitu melakukan perawatan tali

pusat, menjaga kehangatan tubuh bayi, menganjurkan ibu menyusui bayinya

(kontak kulit dengan bayinya), memberikan profilaksis mata, memberikan


262

suntikan Vitamin K 1 mg dengan dosis 0,5 cc pada paha kiri bayi secara

intramuscular dan memberikan suntikan vaksin Hepatitis B 0 uniject pada

paha kanan bayi secara intramuscular setalah 1 jam pemberian Viamin K 1

mg (Doenges, 2011). Setelah bayi lahir, bayi tidak langsung dimandikan, hal

ini sesuai dengan teori kepustakaan untuk tidak memandikan bayi minimal 6

jam setelah lahir untuk mencegah hipotermi (Prawirohardjo, 2010).

Pemberian vitamin K (Phyytomenadione) dengan dosis 1 mg atau 0,5

cc secara IM pada paha kiri, untuk mencegah kekurangan vitamin.

Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan resiko bayi mengalami

perdarahan yang disebut perdarahan akibat kekurangan vitamin K (PDVK).

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang

dapat berujung pada infeksi hati kronis. Penyakit ini tergolong dalam

penyakit menular, dan cukup banyak menyerang anak-anak. Penyebaran virus

hepatitis B terjadi melalui darah dan cairan tubuh lainnya. Pemberian vaksin

hepatitis B pun dinilai penting diberikan pada bayi baru lahir, karena bayi

memiliki risiko tinggi terkena penyakit hepatitis B dari ibu yang terinfeksi

virus, baik terlahir melalui persalinan normal maupun caesar. Menurut

Penulis tidak ada menemukan masalah antara teori dengan praktik karena

kondisi bayi yang stabil penulis dan bidan segera memberikan asuhan BBL

sebagai upaya untuk mencegah defisiensi vitamin K, memberikan kekebalan

tubuh pada bayi terhadap penyakit hepatitis B dan mencegah terjadinya

infeksi pada mata bayi.


263

Penulis berpendapat, hasil dari pemeriksaan fisik pada bayi ibu S dalam

batas normal dan sesuai dengan teori dan pemeriksaan fisik pada bayi baru

lahir dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah terdapat kelainan

atau tidak pada bayi serta memudahkan untuk menentukan tindakan lebih

lanjut.

D. Asuhan Kebidanan Nifas (Postnatal Care)

Ibu S mendapat asuhan kebidanan masa nifas sebanyak 4 kali yaitu saat

1 hari post partum, 4 hari post partum,26 hari post partum dan 32 hari post

partum. Hal ini sesuai dengan kebijakan program nasional masa nifas yaitu

kunjungan yang terbagi dalam Kunjungan Nifas I (KF1) 6-48 jam post

partum, Kunjungan Nifas II (KF2) yaitu 3-7 hari post partum, Kunjungan

Nifas III (KF3) yaitu 8-28 hari post partum ,Kunjungan Nifas IV (KF4) yaitu

29-42 hari post partum (Kemenkes RI,Buku KIA, 2020)

Pada setiap kunjungan dilakukan observasi KU, Kesadaran, status

emosional, TTV, ASI, involusi uterus dan lochea. Asuhan yang diberikan

pada Ibu S selama masa nifas meliputi KIE tentang nutrisi ibu nifas, ASI

ekslusif, tanda bahaya nifas teknik menyusui, senam nifas, cara perawatan

tali pusat, persiapan menggunakan alat kontrasepsi (KB).

Kunjungan pertama (KF I) dilakukan pada tanggal 13-01-2021 pada

hari ke 1 setelah persalinan, dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik

Tekanan Darah : 110/70mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Suhu 36,5oC,

Pernafasan: 20 kali/menit, diastasis rektus abdominis ukurannya 12 x3 cm


264

,tinggi fundus uteri 1 jari bawah pusat, kantung kemih kosong, dan

pendarahan pervaginam normal 3 kali ganti pembalut, Diastasis adalah

derajat pemisahan otot rectus abdomen (rektus abdominis) diukur dengan

menggunakan lebar jari dengan ukuran panjang 11-12 cm dan lebar 2-3 cm

(Varney, 2007), hal ini dikarenakan wanita tidak mempunyai waktu untuk

mengembalikan tonus ototnya (Varney, 2007). Mengajarkan ibu dan

keluarganya tentang tanda bahaya nifas,Gizi ibu meyusui, bagaimana menilai

tonus dan pendarahan uterus dan bagaimana melakukan pemijatan jika uterus

lembek dengan cara memijat atau memutar perut selama 15 kali,

menganjurkan ibu untuk segera memberikan asi pada bayinya, menjaga

kehangatan pada bayi dengan cara selimuti bayi, menganjurkan ibu untuk

segera memberikan asi pada bayinya, menganjurkan ibu untuk mobilisasi

dini, menganjurkan ibu untuk menempatkan bayinya di tempat tidur yang

sama.

Kunjungan kedua (KF II) dilakukan tanggal 16-01-2021 pada 4 hari

setelah persalinan dilakukan pemeriksaan dengan memantau tekanan darah,

nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kantung kemih dan pendarahan pervaginam,

memantau keadaan ibu suhu tubuh, menganjurkan ibu untuk makan-makanan

yang mengandung protein, banyak cairan, saturan dan buah-buahan dan

minuman sedikitnya 3 liter air setiap hari, menganjurkan ibu untuk menyusui

bayinya setiap 2 jam, siang malam dengan lama menyusui 10-15 menit di

setiap payudara, menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan, menganjurkan ibu untuk menjaga payudara tetap


265

bersih dan kering terutam puting susu, menganjurkan ibu untuk memakai bh

yang menyongkong payudara, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya

setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama menyusui 10-15 menit di

setiap payudaranya.

Kunjungan ketiga (KF III) dilakukan pada tanggal 07-02-2021 atau

pada 26 hari setelah persalinan, melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi,

suhu, tinggi fundus dan pengeluaran pervaginam. Ibu S tidak ada tanda-tanda

bendungan ASI, uterus tidak teraba, terdapat pengeluaran alba, Tidak terdapat

luka jahitan perineum.

Kunjungan ketiga (KF 4) dilakukan pada tanggal 13-02-2021 atau pada

32 hari setelah persalinan, melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu,

tinggi fundus dan pengeluaran pervaginam. Ibu S tidak ada tanda-tanda

bendungan ASI, uterus tidak teraba, terdapat pengeluaran alba, Tidak terdapat

luka jahitan perineum, memberitahukan pada ibu bahwa aman untuk memulai

hubungan suami istri setelah 42 hari dan sesudah menggunakan alat

kontrasepsi KB, menganjurkan ibu dan suami untuk memakai alat kontrasepsi

dan menjelaskan kelebihan, kekurangan, dan efek sampingnya.

Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun dengan

lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi

hambatan terhadap prolaktin dan estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu

segera keluar. Biasanya, pengeluaran air susu dimulai pada hari kedua atau

ketiga setelah kelahiran (Marmi, 2011). Sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dengan praktik.


266

Lochea Rubra muncul pada hari 1-2 pasca persalinan, berwarna merah

mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban, jaringan dari desidua,

verniks caseosa, lanugo, mekonium. Lochea sanguinolenta muncul sejak 3-7

hari pasca persalinan, berwarna merah kuning dan berisi darah lendir. Lochea

Alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna putih kekuningan

mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati

(Rukiyah, dkk, 2010). Sehingga pengeluaran dari gentalia yang dialami Ibu S

termasuk normal atau sesuai dengan teori.

Penulis berpendapat kunjungan nifas tersebut sangat penting dilakukan,

karena dengan adanya kunjungan nifas tersebut dapat mendeteksi adanya

penyulit saat masa nifas. Dari kunjungan pertama sampai dengan kunjungan

ketiga setelah persalinan tidak ditemukan adanya masalah, sehingga

kesimpulan pada nifas ibu S tidak ada kesenjangan antara praktek dan teori.

E. Asuhan Kebidanan Neonatus

Pelaksanaan pelayanan kesehatan pada neonatus dilakukan sebanyak 3

kali kunjungan yaitu pada hari ke 1, hari ke 4 dan hari ke 26. Hal ini sesuai

dengan teori yang ditetapkan oleh (Kemenkes RI,2020) yaitu kunjungan

neonatus dilakukan 3 kali yaitu KN 1 dilakukan 6 jam – 48 jam, KN 2

dilakukan 3 - 7 hari, KN 3 dilakukan 8 - 28 hari

Kunjungan pertama dilaksanakan tanggal 13-01-2021 hari I pasca

kelahiran, penulis melakukan pemantauan, keadaan umum neonatus baik,

nadi, pernafasan serta suhu tubuh neonatus dalam batas normal, neonatus
267

menangis kuat, tali pusat terbungkus kassa steril, neonatus mengkonsumsi

ASI dan neonatus sudah BAK dan BAB. BAK 3 kali berwarna kuning jernih,

BAB 1 kali berwarna masih kehitaman, konsitensi lunak.

Kunjungan neonatus 1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6 jam-3

hari setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan pernafasan, warna kulit,

gerakan aktif atau tidak, di timbang, ukur panjang badan, lingkar lengan,

lingkar kepala dan lingkar dada (Kemenkees RI,2020). Menurut penulis tidak

terjadi kesenjangan antara teori dengan hasil pemeriksaan pada bayi Ibu S.

Pada kunjungan ini pendidikan kesehatan yang diberikan kepada ibu yaitu

Cara menyusui yang baik dan benar, ASI Eksklusif, serta Tanda bahaya Pada

Bayi Baru Lahir.

Pada kunjungan kedua dilakukan pada tanggal 16-01-2021 atau 4 hari

setelah kelahiran penulis melakukan pemeriksaan pada neonatus, keadaan

umum nadi, pernafasan dan suhu dalam batas normal, dan nutrisi terpenuhi.

Bayi Ibu S dengan frekuensi BAB 4-5 kali/hari,dan melakukan perawatan tali

pusat. Pada kunjungan ini bidan memberitahu hasil pemeriksaan bahwa bayi

dalam keadaan baik. Bidan memberi pendidikan kesehatan kepada ibu

tentang cara perawatan tali pusat,cara memandikan,memakaikan baju bayi

dan cara membedong bayi dan untuk terus menyusui bayinya dan menjemur

bayi dibawah matahari +10-15 menit dibawah jam 10.00 WITA. Pada

kunjungan ini penulis juga memberikan pendidikan kesehatan untuk

melanjutkan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan. Menurut penulis tidak


268

terjadi kesenjangan antara teori dengan hasil pemeriksaan serta asuhan yang

telah diberikan pada bayi Ibu S.

Pada kunjungan ketiga yaitu tanggal 07-02-2021 pada 26 hari setelah

kelahiran. Hasil pemeriksaan keadaan umum baik, nadi, pernafasan serta

suhu tubuh neonatus dalam batas normal, eliminasi baik, dan nutrisi

terpenuhi. Tali pusat pada bayi juga telah kering dan lepas pada hari ke 7.

Penulis memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan bayi sehari-

hari, immunisasi dan memantau pertumbuhan bayi dengan rutin setiap bulan

membawa bayi ke posyandu.

Menurut penulis tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan hasil

pemeriksaan serta asuhan yang telah diberikan pada bayi Ibu S. Dari

kunjungan pertama sampai kunjungan ketiga neonatus dalam keadaan baik

dan normal.

F. Asuhan Kebidanan Pelayanan Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-

usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen Wiknjosastro

(2007).

Pemberian konseling mengenai alat kontrasepsi dimulai pada minggu

ke-2 masa nifas, konseling ini dimaksudkan untuk memberikan informasi

kepada klien tentang manfaat kontrasepsi dan alat kontrasepsi yang sesuai
269

dengan kebutuhan klien sehingga pelaksanaan manajemen kontrasepsi

berjalan dengan maksimal, seperti yang diungkapkan oleh Affandi Biran

(2011) bahwa konseling yang baik juga akan membantu klien dalam

menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.

Penulis memberikan konseling tentang persiapan ibu S dalam

menggunakan alat kontrasepsi yang akan di gunakan setelah berakhirnya masa

nifas. Konseling yang diberikan mengenai kontrasepsi yang aman untuk ibu

menyusui. Setelah konseling alat kontrasepsi Suntik 3 bulan, IUD, dan

Implant. Dalam pelaksanaan konseling, penulis menjelaskan beberapa metode

kontrasepsi salah satunya adalah AKDR. Namun klien mengatakan ingin lebih

rinci mendengarkan penjelasan mengenai AKDR dan PIL KB. Setelah

konseling kontrasepsi AKDR dan Pil KB dilaksanakan, Ny.S memutuskan

merundingkan dahulu dengan suami mengenai alat kontrasepsi yang akan

dipakai. Keputusan yang telah diambil oleh klien dan suami sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi klien. Dalam keluarga suami mempunyai peranan

sebagai kepala keluarga yang mempunyai peranan penting dan mempunyai

hak untuk mendukung atau tidak mendukung apa yang dilakukan istri

sehingga dukungan suami dalam penggunaan metode kontrasepsi IUD sangat

diperlukan. Dengan adanya dukungan suami mengenai kontrasepsi yang

dipakai oleh istri, menyebabkan pemakaian IUD dapat berlangsung terus-

menerus yang merupakan usaha untuk penurunan tingkat fertilitas. Seringkali

tidak adanya keterlibatan suami mengakibatkan kurangnya informasi yang


270

dimiliki seorang suami mengenai kesehatan reproduksi terutama alat

kontrasepsi (BKKBN, 2013).

Namun pada penerapannya Ny.S menggunakan kontrasepsi Pil

Progestin tunggal yang diperbolehkan untuk ibu Menyusui dikarenakan

keluarga dan suami tidak mendukung dalam penggunaan AKDR/IUD.

Klien akhirnya menetapkan ingin menggunakan kontrasepsi PIL

Menyusui (progestin-tunggal.) Sesuai dengan kontrak pada kunjungan 3

minggu postpartum. Ibu mendapatkan pelayanan kontrasepsi pada kunjungan

5 minggu postpartum. ibu dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi Pil

progestin tunggal tepat pada minggu ke-6 postpartum tepatnya pada tanggal

21 Februari 2021 yang sebelumnya setelah dilakukan pengkajian klien tidak

memiliki kontraindikasi (kahamilan, karsinoma payudara, perdarahan

genetalia abnormal, tumor hati dan penyakit hati akut) dalam penggunaan

kontrasepsi pil progestin-tunggal diperbolehkan untuk ibu menyusui (Varney,

2008).
270

Tabel 2.9 Pembahasan COC

NO HARI/TGL KUNJUNGA KATEGORI HASIL PEMERIKSAAN KESESUIAN PEMBAHASAN


N DENGAN
TEORI
SESUAI/TIDK
SESUAI
1 Selasa, ANC I Usia Usia Ibu 36 tahun Sesuai Berdasarkan umur jika < 20 tahun atau > 35 tahun akan
12/ 01/ 2021 membuat wanita rentan terhadap sejumlah komplikasi, ini
memerlukan pengawasan antenatal tambahan (Varney,
2008). Terdapat kesesuaian antara teori dan praktik yang
terlaksana, bahwa klien termasuk kategori usia yang dapat
dikategorikan dalam kehamilan resiko tinggi.

Keluhan Sakit Pinggang dan sering Sesuai Ibu S mengatakan tidak ada keluhan yang mengkhawatirkan
BAK selama hamil tua, hanya saja ibu merasa sakit pinggang dan
sering buang air kecil. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
pada akhir kehamilan jika kepala janin sudah mulai turun ke
pintu atas panggul akan meningkatkan frekuensi berkemih
pada kehamilan trimester akhir dan merupakan hal yang
fisiologis terjadi (Romauli, 2011).

Kunjungan ANC 10 Kali Kebijakan program pelayanan antenatal care menetapkan


frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan untuk
pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan janin
minimal 4 kali selama kehamilan yaitu pada kehamilan
trimester I minimal 1 kali kunjungan, pada trimester II
minimal 1 kali kunjungan, dan pada trimester ke III
minimal 2 kali kunjungan (Winkjosastro, 2010). Terdapat
kesesuaian antara teori dan praktik yang terlaksana, bahwa
ibu S telah melakukan kunjungan kehamilan sesuai
271

program pelayanan antenatal care.


Penambahan Berat Badan Kenaikan BB ( 15 kg ) Tidak Sesuai Ibu S mengalami kenaikan berat badan 15 kg selama
kehamilan ini. Terdapat ketidaksesuaian kasus dengan teori
yang menyatakan standar pertambahan atau kenaikan berat
badan ibu hamil yang normal adalah 9-12 kg.
Bertambahnya berat karena hasil konsepsi yaitu janin,
plasenta, dan cairan ketuban. Selain itu alat-alat reproduksi
ibu seperti rahim dan payudara yang ikut membesar,
volume darah bertambah selain lemak tubuh yang
meningkat (Kemenkes RI, 2010)
 Lila : 34 cm. Sesuai  Ibu hamil dengan LILA < 23,5 cm berisiko kurang
Pemeriksaan Umum dan Fisik  TD : 120/80 mmhg ,Nadi : energi kronis (KEK)
87x / mnt,Suhu tubuh :  Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
36,6 C,Pernafasan : 20 pemeriksaan umum yang meliputi kesadaran
x/mnt. composmentis, tanda vital yang terdiri dari tekanan
 Terdapat Pengeluaran darah yaitu 120/80 mmHg atau < 140/90 mmHg, Nadi
Colostrum Pada Payudara yaitu 60-100 kali/menit, suhu tubuh yaitu 36,5°C –
 Pemeriksaan Leopold IV 37,5°C, pernafasan yaitu 16-20 kali/menit (Varney,
kepala bayi sudah masuk 2007).
PAP ( Divergen )  ibu akan mengeluarkan cairan apabila dipijat, mulai
 Ektremitas atas dan bawah kehamilan 20 mgg cairan yang dikeluarkan jernih, pada
tidak ada oedema dan kehamilan 16-32 minggu warna cairan itu agak putih
varices seperti air susu yang encer sekali, dari kehamilan 32
minggu sampai anak lahir cairan yang keluar lebih
kental berwarna kuning dan banyak mengandung lemak
yang disebut kolostrum (Winkjosastro, 2005).
 Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada
primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir
kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi
pada permulaan persalinan (Cunningham, 2005). Dalam
hal ini keadaan ibu sesuai dengan teori sehingga tidak
terjadi kesenjangan antara teori dengan praktik.
 Hal ini sesuai dengan teori bahwa oedema fisiologis
272

biasa timbul karena adanya gangguan sirkulasi vena dan


peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian
bawah. Gangguan sirkulasi yang dapat terjadi dapat
disebabkan oleh uterus yang membesar menekan vena-
vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan
pada vena kafa inferior saat ia berada dalam posisi
terrlentang (Varney, 2007)

Pemeriksaan Penunjang Hb : 10,2 gr/dl Tidak sesuai Pada pemeriksaan kadar Hb ibu terdapat kesenjangan antar
teori dan praktik yaitu kadar Hb ibu hamil < 11 gram/dl,
seharusnya kadar HB ibu hamil > 11 gr/dl
2 Selasa, INC Usia Kehamilan Uk : 41 mgg Sesuai Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang
12 / 01/ 2021 terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 - 42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 8 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006). Teori ini sesuai
dengan usia kehamilan Ibu S pada saat proses persalinan
yaitu 41 minggu.
Penatalaksanaan Partus Normal ( APN ) Sesuai Proses persalinan dari kala I sampai dengan kala IV
berjalan dengan baik dan normal sesuai dengan teori dan
tidak ada kesenjangan yaitu selama ± 8 jam, serta tidak
ada penyulit yang dapat membahayakan ibu maupun
janinnya.

Bayi Baru Pemeriksaan Fisik BB : 4000 gr,PB : 52 Cm Sesuai Bila dilihat dari penilaian maturitas fisik menggunakan
Lahir LK : 35 cm , LD : 35 Cm, Ballard Score yang meliputi penilaian kulit, lanugo,
Lila : 12 cm ,Caput ( -), permukaan plantar, payudara, mata, telinga, dan genitalia
miksi (- ),defekasi (+),anus (Doenges,.2001) menunjukkan Bayi Ibu S lahir cukup
(+) gerak aktif,lanugo bulan
jarang,garis telapak kaki
jelas,testis telah turun
diskrotum
Penatalaksanaan : Perawatan tali Sesuai  Perawatan tali pusat sangat penting dilakukan agar
pusat,,IMD,Pemberian mencegah terjadinya infeksi pada potongan tali pusat yang
273

Therapi Vit K dan Vaksin tersisa pada bayi. Setelah dilakukan perawatan tali pusat
Hb0, memberikan profilaksis kemudian bayi di berikan kepada ibu untuk dilakukan
Mata Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Segera setelah lahir bayi
Ibu S dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) selama ±1
jam, hal ini untuk mencegah terjadinya hipotermi pada
bayi serta membantu ibu melakukan bounding attachment
dengan
 Pemberian vitamin K (Phyytomenadione) dengan dosis 1
mg atau 0,5 cc secara IM pada paha kiri, untuk mencegah
kekurangan vitamin. Kekurangan vitamin K dapat
menyebabkan resiko bayi mengalami perdarahan yang
disebut perdarahan akibat kekurangan vitamin K (PDVK).
 Penulis tidak menemukan masalah antara teori dengan
praktik karena kondisi bayi yang stabil penulis dan bidan
segera memberikan asuhan BBL sebagai upaya untuk
mencegah defisiensi vitamin K, memberikan kekebalan
tubuh pada bayi terhadap penyakit hepatitis B dan
mencegah terjadinya infeksi pada mata bayi.

3 POSTNATAL

KF 1 TTV Normal Sesuai Ibu S mendapat asuhan kebidanan masa nifas sebanyak 4
kali yaitu saat 1 hari post partum, 4 hari post partum,26
Produksi Asi baik Sesuai hari post partum dan 32 hari post partum. Hal ini sesuai
Rabu, Pengeluaran ASI dengan kebijakan program nasional masa nifas yaitu
13 /01/2021 TFU : 1jr dibawah pusat Sesuai kunjungan yang terbagi dalam Kunjungan Nifas I (KF1)
6-48 jam post partum, Kunjungan Nifas II (KF2) yaitu 3-
Involusi Uteri 7 hari post partum, Kunjungan Nifas III (KF3) yaitu 8-28
Lochea Rubra Sesuai hari post partum ,Kunjungan Nifas IV (KF4) yaitu 29-42
hari post partum (Kemenkes RI,Buku KIA, 2020)
Pada setiap kunjungan dilakukan observasi KU,
Kesadaran, status emosional, TTV, ASI, involusi uterus
274

dan lochea.
Terdapat kesesuaian antara kasus dengan teori letak TFU
kemudian, naik dalam beberapa jam (Varney, 2007). Pada
Ny. S juga dilakukan evaluasi pengukuran diastasis rectus
abdominis 12x3 cm. Diastasis adalah derajat pemisahan
otot rectus abdomen (rektus abdominis) diukur dengan
menggunakan lebar jari dengan ukuran panjang 11-12 cm
dan lebar 2-3 cm (Varney, 2007), hal ini dikarenakan
wanita tidak mempunyai waktu untuk mengembalikan
tonus ototnya (Varney, 2007).
Lochea Rubra muncul pada hari 1-2 pasca persalinan,
berwarna merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput
ketuban, jaringan dari desidua, verniks caseosa, lanugo,
mekonium

Sabtu, KF 2 TTV Normal Sesuai Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron
16/01/2021 menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin
Produksi Asi baik Sesuai tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap
Pengeluaran ASI prolaktin dan estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu
Involusi Uteri TFU : 3jr dibawah pusat Sesuai segera keluar. Biasanya, pengeluaran air susu dimulai
pada hari kedua atau ketiga setelah kelahiran (Marmi,
Lochea Sanguinolenta Sesuai 2011). Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori
dengan praktik.
Lochea sanguinolenta muncul sejak 3-7 hari pasca
persalinan, berwarna merah kuning dan berisi darah
lendir. Lochea Alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca
persalinan, berwarna putih kekuningan mengandung
leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang
mati (Rukiyah, dkk, 2010). Sehingga pengeluaran dari
gentalia yang dialami Ibu S termasuk normal atau sesuai
dengan teori
.

Sabtu, KF 3 TTV Normal Sesuai TFU pada ibu nifas hari ke 13 sudah tidak teraba lagi
275

07/02/2021 (Varney, 2007). Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan


Produksi Asi baik Sesuai TFU Ny. S.
Pengeluaran ASI Lochea Alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan,
Involusi Uteri TFU : tidak teraba Sesuai berwarna putih kekuningan mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati (Rukiyah,
Lochea Alba sesuai dkk, 2010)
Sabtu. KF 4 ( KB ) Keluhan Tidak ada Sesuai Hasil Pengkajian klien tidak memiliki kontraindikasi
13 /01 /2021 (kahamilan, karsinoma payudara, perdarahan genetalia
TTV TD : 110/70 mmhg,Nadi : 84 Sesuai abnormal, tumor hati dan penyakit hati akut) dalam
x/mnt, Suhu : 36,6 penggunaan kontrasepsi pil progestin-tunggal
C.Pernafasan : 20 x/mnt diperbolehkan untuk ibu menyusui (Varney, 2008).
Pemeriksaan Fisik Dalam batas Normal Sesuai
Penatalaksanaan Pemberian Pil progestin Sesuai
tunggal dan mulai
menggunakannya pada tgl
21/02/2021 atau hari 40
pasca salin
4. PRENATAL
Rabu, KN 1 TTV Nadi : 135x/mnt Sesuai Pelaksanaan pelayanan kesehatan pada neonatus dilakukan
13 /01/2021 Suhu : 37,1 C sebanyak 3 kali kunjungan yaitu pada hari ke 1, hari ke 4
Pernafasan : 51 x/mnt dan hari ke 26. Hal ini sesuai dengan teori yang ditetapkan
BB : 4000gr , Pb : 52cm Sesuai oleh (Kemenkes RI,2020) yaitu kunjungan neonatus
Antropometri Lk (Circum Forensia dilakukan 3 kali yaitu KN 1 dilakukan 6 jam – 48 jam, KN
Okcipito Frontalis : 35 cm 2 dilakukan 3 - 7 hari, KN 3 dilakukan 8 - 28 hari
L Dada : 35 cm Pada kunjungan Neonatus dilakukan pemeriksaan
L Perut : 33 cm pernafasan, warna kulit, gerakan aktif atau tidak, di
Lila :12 cm timbang, ukur panjang badan, lingkar lengan, lingkar
Pola Fungsional Normal Sesuai kepala dan lingkar dada (Kemenkees RI,2020).
Pemeriksaan Fisik Tidak ada masalah Sesuai
Sabtu, KN 2 TTV Nadi : 125x/mnt Sesuai
16/01/2021 Suhu : 36,6 C
Pernafasan : 42 x/mnt
Antropometri BB : 3900 gr , Pb : 52cm Sesuai
276

Lk (Circum Forensia
Okcipito Frontalis : 35 cm
L Dada : 35 cm
L Perut : 33 cm
Lila :12 cm
Pola Fungsional Normal
Pemeriksaan Fisik Tidak ada masalah Sesuai
Sabtu, KN3 TTV Nadi : 121x/mnt Sesuai
07/02/2021 Suhu : 36,7 C
Pernafasan : 48 x/mnt
BB : 4800gr , Pb : 54cm Sesuai
Antropometri Lk (Circum Forensia
Okcipito Frontalis : 37 cm
L Dada : 37 cm
L Perut : 35 cm
Lila :13 cm
Pola Fungsional Normal Sesuai
Pemeriksaan Fisik Tidak ada masalah Sesuai
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara

komprehensif melalui studi kasus continuity of care pada Ny.S mulai dari

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan pelayanan

kontrasepsi di Praktek Mandiri Bidan Sehati, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dalam pemberian asuhan kebidanan yang dimulai sejak

kehamilan hingga pelayanan kontrasepsi telah sesuai dengan teori dengan

melakukan pendekatan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah

Varney. Asuhan kebidanan secara komprehensif adalah sebagai deteksi

dini untuk mengurangi faktor-faktor resiko yang dapat terjadi selama

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan pelayanan

kontrasepsi.

1. Ante natal care

Pada masa kehamilan Ny.S berjalan dengan normal, Ny.S melakukan

pemeriksaan sebanyak 10 kali. Sesuai dengan referensi yang

menyatakan bahwa kunjungan 4 kali selama kehamilan. Dan pada

kehamilannya ini berjalan dengan baik, tidak ada keluhan yang

bersifat abnormal. Ibu sangat mengharapkan persalinannya yang

ketiga ini berjalan secara normal. Penambahan berat badan ibu selama

277
278

hamil pun telah lebih memenuhi standarisasi ibu hamil fisiologis dan

tidak ditemukan suatu masalah.

2. Intra natal care

Tidak ada penyulit selama proses persalinan Ny.S pada kala I sampai

kala IV. Hal ini disebabkan karena fisik dan psikis Ny.S telah

dipersiapkan dengan baik sebelum persalinan dan asuhan kebidanan

yang dilakukan saat proses persalinan menggunakan 60 langkah

asuhan persalinan normal.

3. Bayi baru lahir

Bayi Ny.S lahir sehat secara spontan tanpa kelainan konginental,

dengan berat badan dan panjang badan yang normal dan sesegera

mungkin dilakukan IMD karena banyak sekali manfaatnya, bukan

hanya untuk bayi namun untuk ibu juga. Bayi pun telah diberikan Vit.

K, Hb0, dan obat salep mata setelah lahir. Dan bayi tidak dalam

keadaan kegawatan ataupun tanda-tanda sakit berat.

4. Post natal care

Pada masa nifas tidak terjadi perdarahan dan infeksi yang ditandai

dengan tidak ada keluar lochea yang berlebihan dan tidak berbau.

Klien telah melakukan mobilisasi setelah melahirkan dengan cepat.

Yakni dengan miring kanan, miring kiri, bangun dari tempat tidur dan

pergi ke kamar mandi sendiri.

5. Neonatus
279

Keadaan umum baik, menangis kuat, refleks menghisap baik, tali

pusat dirawat dengan kasa steril, sudah BAK dan BAB lancar. Dan

pada hari kelima tali pusat bayi telah lepas dan kering. Bayi rutin

diberi ASI setiap 2 jam.

6. Pelayanan Kontrasepsi

Ibu telah mendapatkan konseling mengenai kontrasepsi, jenis,

keuntungan dan efek samping pada kontrasepsi yang sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan Ny.S. Asuhan kebidanan Ny. S dalam

pelayanan kontrasepsi terfokus pada kebutuhan dan keinginan klien.

Klien Ny. S pada minggu keenam postpartum menetapkan

menggunakan kontrasepsi Pil progestin-tunggal. Sehingga dalam hal

ini tidak mengganggu dalam proses menyusui.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Agar penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk

melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai standar profesi

kebidanan dan dapat mengatasi kesenjangan yang terkadang timbul

antara teori yang didapat diperkuliahan dengan praktik dan yang nyata

dilahan serta dapat mengaplikasikan teori yang didapat dengan

perkembangan ilmu kebidanan yang terbaru.

2. Bagi Lahan Praktik


280

Untuk Bidan maupun tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat

memberikan asuhan yang menyeluruh serta mendeteksi kelainan

secara dini dan mencegah terjadinya komplikasi dalam masa

kehamilan hingga pelayanan kontrasepsi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Agar Institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa

menerapkan pengetahuan yang telah didapat dengan mempraktekan

dan menerapkannya pada pasien atau klien secara langsung.

4. Bagi Klien

Agar ibu hamil dapat menambah informasi seputar kehamilannya,

mengetahui tanda bahaya kehamilan dan dapat dideteksi dan

mencegah terjadinya komplikasi, kemudian suami dan keluarga dapat

memberi dukungan dan semangat kepada ibu sehingga ibu dapat

menjalani kehamilan, persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir,

neonatus dan pelayanan kontrasepsi dengan baik dan aman.


DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 3 Cetakan


2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ambarwati (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika

Aprilia (2010), Hipnostetri: Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil dan
Melahirkan, Jakarta : Gagas Media

Asrinah, Shinta Siswoyo Putri, dkk. (2010). Konsep kebidanan. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Astuti, Asih. D. 2010. Hubungan Penerapan Program Perencanaan Persalinan


dan
Pencegahan Komplikasi (P4K)Oleh Ibu Hamil dengan Upaya
Pencegahan
Komplikasi Kehamilan Di Puskesmas Sidorejo Kidul Salatiga.
http://arc.ugm.ac.id.

Astutik, P., (2015). Perawatan Tali Pusat Dengan Teknik Kasa Kering Steril Dan
Kasa Alkohol 70% Terhadap Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir.
Jurnal Nusantara Medika Vol. 1 No. 1 (2016)

Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Perawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

Badriah, D. 2011. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung: Refika Aditam

Bare B.,G., Smeltzer, S.,C.,(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta: EGC

Bawono, Suryo (2009). Kesehatan Reproduksi.


https://mybabyprogram.com/2009/12/15/asi-di-mata-bisa-jadi-solusi/.

Bobak, L. 2005. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC

BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat


dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta

Cunningham, F.G. (2005). Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Dahlan A, Aminullah A. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid II. 11 th ed.
Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007.
Damayanti. (2009). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.Jakarta : Salemba Medika

Damayanti, Erni (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang


Resiko Tinggi Kehamilan Dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Di Rsud
Pandan Arang Boyolali. Surakarta : Skripsi Thesis Universitas Muhammadiyah

Depkes R.I., 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara. (2018). Profil Kesehatan Kab.


Kutai Kartanegara 2019.

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. (2017). Profil Kesehatan Tahun


2018.
https://www.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVI
NSI_2018/23_Kaltim

Dewi, Sunarsih. (2011). Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba


Medika

Doenges, M., E.,(2008). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta :
EGC

Evi R, Dyta NM, & Kurniati, D. (2018). Hubungan Berat Badan Ibu Hamil
Dengan Berat Bayi Baru Lahir Pada Ibu Postpartum DI Wilayah Kerja
Puskesmas Sidomulyo Kota Samarinda city. Mahakam Midwifery
Journal,Vol 2,No.3.
http://www.ejournalbidan.poltekkeskaltim.ac.id/ojs/index.php/midwifery/arti
cle/view/88

Fraser, Diane, M. dan Cooper, M. A. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta :
EGC.

Hastuti, Puji (2015). Perawatan Tali Pusat. https://www.kompasiana.com/pujih/


perawatan-tali-pusat

Henderson, C., Jones, K. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta. EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul, (2008), Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan Buku 2, Jakarta: Salemba Medika.

Holmes, dkk (2011). Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Indonesian Pediatric Society. Ikterus


:Availiable from www.idai.or.id
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Indonesian Pediatric Society. ASI.
Pemberian Susu Formula Pada Bayi Baru Lahir [internet. 2013;
Availiable from www.idai.or.id

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Indonesian Pediatric Society. Pengasuhan


Anak. Bayi Baru Lahir [internet. 2016]. Availiable from www.idai.or.id

JPNK-KR (2012). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jaringan Nasional


Pelatihan Klinik -Kesehatan Reproduksi. Jakarta: JNPK-KR.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI, Buku KIA , Cetakan tahun 2020

Kompas (2011). Risiko Melahirkan Terlalu Sering [internet. 2011]. Available


from archive. kaskus.co.id

Kostania Gita (2015). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Surakarta : Modul


Pembelajaran

Kosim, MS.dkk. 2010. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir
untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: EGC.

Leksani, Deffy (2016). Kenaikkan Berat Badan Bayi Satu Bulan.


https://www.meetdoctor.com/kenaikan-berat-badan-bayi-1-bulan.

Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetric Williams Panduan Ringkas. Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Buku Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida A.C, Manuaba Ida B.G.F, Manuaba Ida B.G. 2010. Ilmu Kebidanan
Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta:
EGC.

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryunani, (2012). Inisiasi Menyusu Dini, ASI Ekslusif dan Manajemen Laktasi.
Jakarta

Maryunanik, dkk. (2009). Asuhan Kegawatan Dan Penyulit Pada Neonatus.


Jakarta: Trans Info Medika

Mochtar, Rustam, 2011. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial.


Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Mochtar, Rustam. 2012. SinopsisObstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi
Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: EGC.

Mufdlilah. (2009). Antenatal Care Fokus. Yogyakarta: Nuha Medika

Muhlisin, Abi.(2012). Keperawatan Keluarga. Surakarta : Gosyem Publishing

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Fitramaya:
Yogyakarta

Olam, Samuel Josafat, Floratina, Rusmini (2013). Pemberian Imunisasi. Edukia,


Materi Pembelajaran Kesehatan Ibu dan Anak. World Health Organization
Country Office For Indonesia

Permenkes RI PMK No 28 Pasal 18,2017

Profil Kemenkes Republik Indonesia, 2016

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Ilmu Kebidanan Edisi 4, Cetakan 4. Jakarta:


PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Buku Ilmu Kebidanan Edisi 4, Cetakan 4. Jakarta:


PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

PUSDATIN, InfoDATIN. 2016. Jurnal Kesehatan Situasi Imunisasi di Indonesia.

Rochyati, P.,(2003). Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya : Pusat


safemotherhood

Riskesdas, Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.

Saifuddin, A.,B.(2009). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : EGC. 2009

Saifuddin, Bari, A. 2010. Buku panduan kontrasepsi, PT Bina pustaka sarwono


prawirohardjo, Jakarta

Saifuddin, Abdul B. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


& Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saleha, Siti, (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika

Salmah, dkk. 2006.  Asuhan Kebidanan Pada Antenatal. Jakarta: EGC.


Sarwono, 2010, Praktisi Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal
Yayasan Bina Pustaka : Jakarta

Sastrawinata, S., 2004. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, ed.2.


Jakarta: EGC.

SDKI 2012, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Badan Kependudukan


dan Keluarga Berencana Indonesia, Jakarta
Simkin, Penny (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi.
Jakarta : Arcan

Sinclair. (2010). Buku Saku kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Sondakh, Jenny J.S, (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta : Erlangga

Sujiyatini dkk. 2011. Catatan Asuhan Ibu Nifas. Yogyakarta: Nuha medika

Sulistyawati, A, Nugraheni, E., (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.


Jakarta : Salemba Medika

Sulistyowati, Soesanto Edy, Purwanti Indri Astuti, (2011). Hubungan Antara


Tingkat Stres Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil
Trimester I Di Bps Ny. Sayidah Kendal. Jurnal Kebidanan Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Syarifuddin, 2009, Maternal Neonatal Kesehatan, EGC : Jakarta

Tambunan, Eviana S.dkk. (2011). Panduan Pemeriksaan Fisik Bagi mahasiswa


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Varney, Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Vol.2 Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Wheeler, Linda (2004). Buku Saku Asuhan Pranatal dan Paskapartum. Jakarta :
EGC

WHO. Maternal Mortality : World Health Organization; 2016

Wiknjosastro, H.,(2010). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo
Wicaksono, I., A., (2009). Urgensi Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi [internet.
2009;] Availiable from
http:/imamuddin29.blogspot.co.id/2009/05/urgensi-deteksi-dini-ibu-hamil-
risiko.html?m=1

Widarta, G., D., Laksana, M., A., C., Sulistyono, A., Purnomo, W., (2015).
Deteksi Dini Risiko Ibu Hamil dengan Kartu Skor Poedji Rochyati dan
Pencegahan Empat Terlambat, Jurnal Majalah Obsetri dan Ginekologi
Vol. 23, No. I, Januari-April (2015)

Widyatun, Diah (2012). Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui Pada Masa Nifas.
http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/04/kebutuhangizi-ibu-
menyusui-kualitas-dan.html.

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume I.Alih bahasa
Agus Sutarna dkk. Jakarta : EGC

Yeyeh, Ai, Rukiyah dkk. Asuhan Kebidanan I ( Kehamilan ). Cetakan Pertama.


Jakarta: Trans Info Media; 2009.

Anda mungkin juga menyukai