Anda di halaman 1dari 79

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY “S” USIA 30 TAHUN P2002


DENGAN AKSEPTOR KB IMPLAN
DI PMB SRI UTAMI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Dosen Pembimbing :
Ibu Tarsikah,S.SiT.,M.Keb.

DISUSUN OLEH:
1. Gita Purwitasari (1602450054)
2. Riski Eka Putri (1602450055)
3. Dela Dwi Indriani (1602450056)
4. Meinanda Wahyu D L (1602450057)
5. Findi Fitalia A (1602450058)
6. Dea Airinne Pratyta (1602450076)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D IV KEBIDANAN MALANG
2018

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny “S” Usia 30 Tahun P2002
Dengan Akseptor Kb Implan Di PMB Sri Utami ” dengan baik dan lancar.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penyusun menyampaikan terima kasih kepada :
1) Ibu Herawati, SST, M.Pd.,M.Psi sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
2) Ibu Naimah, SKM.,M.Kes sebagai Ketua Prodi D-IV Kebidanan Malang
3) Tarsikah, S.Si.T.,M.Keb sebagai dosen pembimbing.
4) Teman-teman yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Semoga segala amal baiknya senantiasa mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyempurnakan
penyusunan makalah ini. Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”,
bagaimanapun juga penyusun sadari dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritikan
yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan penyusunan
makalah berikutnya. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kami sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Kepada Allah SWT, penyusun menyandarkan segala harapan dan hanya
kepada-Nya penyusun mengharapkan jalan yang terbaik di dunia dan akhirat.

Malang,12 Februari 2018

Penyusun

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 2


DAFTAR ISI

Kata Pengantar………........................................................................…i
Daftar Isi...............................................................................................…ii
Pokok Bahasan…………………………………………………………...iii
BAB I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...........................................................................…1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................…3
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................…3
BAB II. Pembahasan
2.1 Konsep Kontrasepsi Hormonal……………………………… …..4
2.1.1 Kontrasepsi Kombinasi………………………….........4
2.1.2 Kontrasepsi Progestin………………………………..16
2.2 Konsep Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB implant………..49
2.2.1 Langkah 1: Pengkajian Data…………………………...49
2.2.2 Langkah 2 : Interpretasi Data…………………………..55
2.2.3 Langkah 3 : Diagnosa atau Masalah Potensial………...57
2.2.4 Langkah 4 : Antisipasi Masalah atau Tindakan Segera..57
2.2.5 Langkah 5 : Perencanaan……………………………….57
2.2.6 Langkah 6 : Pelaksanaan……………………………….57
2.2.7 Langkah 7 : Evaluasi……………………………………58
BAB III. Tinjauan Kasus
3.1 Pengkajian Data..........................................................................…59
3.2 Intepretasi Data…………………………………………………..64
3.3 Diagnosa Potensial………………………………………………..65
3.4 Tindakan Segera………………………………………………….65
3.5 Perencanaan………………………………………………………65
3.6 Penatalaksanaan…………………………………………………..65
3.7 Evaluasi…………………………………………………………...66
BAB IV. Pembahasan…………………………………………………..68

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 3


POKOK BAHASAN

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 4


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup tinggi yaitu 1,38% pertahun.


Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah tingginya
angka kelahiran yang berkaitan erat dengan usia perkawinan pertama.
Keadaan ini merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga
memerlukan kebijakan kependudukan. Kebijakan kependudukan tersebut
dilakukan dengan menurunkan tingkat pertumbuhan serendah-rendahnya.
Cara efektif untuk menurunkan angka pertumbuhan penduduk dengan jalan
mengikuti program Keluarga Berencana (Arum & Sujiyatini, 2009).
Keluarga Berencana (KB) juga merupakan salah satu pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Program
keluarga berencana nasional merupakan salah satu komponen pembangunan
nasional terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia,
kesehatan, dan kesejahteraan keluarga. Secara umum, tujuan keluarga
berencana adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan
angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan
reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas
(Noviawati, 2009).
Dampak apabila masih banyak pasangan usia subur tidak menggunakan
kontrasepsi yaitu jumlah penduduk semakin besar dan semakin meningkat,
kekurangan pangan dan gizi sehingga menyebabkan kesehatan masyarakat
yang buruk, pendidikan rendah, kurangnya lapangan pekerjaan, tingkat
kelahiran dan kematian yang tinggi khususnya di negara berkembang
(Wiknjosastro, 2005).
Saat ini tersedia berbagai metode atau alat kontrasepsi seperti IUD,
suntik, pil, implant, kontrasepsi mantap (kontap), dan kondom. Salah satu
metode kontrasepsi yang menjadi pilihan akseptor adalah KB Implant.
Implant adalah bentuk kontrasepsi yang efektif, hampir 100% mencegah

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 5


kehamilan. Akseptor KB Implant menunjukkan bahwa pada tahun pertama
dan kedua terjadi kehamilan sebanyak 0,2 kehamilan per 100 akseptor KB
Implant. Pada tahun ke-3, angka kehamilan pada akseptor implant adalah 0,9
per 100 wanita, pada tahun ke-4 angka kehamilan 0,5 per 100 wanita, dan
pada tahun ke-5 sebanyak 1,1 per 100 wanita selama tahun pemakaian
(Everett, 2007).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia tahun
2009, jumlah pemakai KB menurut Survey Sosial Ekonomi Nasional Tahun
2008 sebesar 56,62%, tidak banyak mengalami perkembangan sejak tahun
2004. Berdasarkan data BKKBN, pada tahun 2009 peserta KB aktif sebesar
75,70%. Provinsi dengan persentase peserta KB aktif tertinggi adalah
Bengkulu (85,5%), Bali (85,1%), dan DKI Jakarta (82%). Sedangkan peserta
KB aktif terendah adalah Papua (33,9%), Maluku Utara (59,5%), dan
Kepulauan Riau (64,3%). Persentase peserta KB aktif menurut kontrasepsi
yang paling banyak diminati adalah suntikan dan Pil KB yaitu masing-masing
sebesar 50,2% dan 28,3% sedangkan KB implant sebanyak 23,4%, sebaliknya
MOP (Metode Operasi Pria) dan MOW (Metode Operasi Wanita) merupakan
metode kontrasepsi yang terendah diminati oleh para akseptor KB (Profil
Kesehatan Indonesia, 2009).
Kontrasepsi Implant hampir 100% efektif mencegah kehamilan.
Implanon mempunyai keuntungan memiliki efektivitas tinggi karena tidak
memiliki angka kegagalan pada pengguna, tidak perlu mengingat minum pil
atau memasang diafragma. Permasalahan yang terjadi masih rendah akseptor
yang menggunakan KB implant. Hal ini dikarenakan KB implant
menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi (Brahm, 2006).
Penelitian Maharani (2007), yang melakukan penelitian hubungan lama
pemakaian KB implant dengan keluhan akseptor menunjukkan bahwa
keluhan yang dirasakan 73% tidak teratur siklus menstruasinya dan 27%
teratur siklus menstruasinya. Amenorea terjadi pada 30-40% wanita pada
akhir tahun pertama pemakaian; perdarahan tidak teratur terjadi pada sekitar
50% wanita pada 3 bulan pertama, tetapi menurun hingga 30% pada bulan ke-
6; perdarahan memanjang paling banyak dialami pada 3 bulan pertama.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 6


Pada makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai jenis, cara kerja,
efektifitas, keuntungan, kerugian, ketentuan penggunaan, dan hal-hal yang
perlu disampaikan kepada klien, pada akseptor KB hormonal. Selain itu juga
terdapat contoh kasus pengguna KB hormonal khususnya akseptor KB
implant.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan konsep kontrasepsi hormonal?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan konsep asuhan kebidanan pada akseptor
KB hormonal?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep kontrasepsi
hormonal.
1.3.2 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep asuhan
kebidanan pada akseptor KB hormonal.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 7


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kontrasepsi Hormonal


Menurut (Hanafi.2004) Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang
mengandung estrogen dan progesterone.
2.1.1 Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen Dan Progesteron)
Kelaikan Medik Kontrasepsi Hormonal Kombinasi
 Kategori WHO 1 (Aman dan Bermanfaat)
- Bertambahnya resiko IMS
- HIV-positif atau sedang berisiko terinfeksi HIV atau AIDS
- Tumor jinak payudara
- Riwayat kanker payudara, kanker endometrial atau ovarium
- Cervical ektropion
- Carrier virus hepatitis
- Mioma uteri
- Pernah mengalami kehamilan ektopik
- Obesitas
- Kondisi Tiroid
 Kategori WHO 2 (Manfaat di atas Risiko)
- Sefalgia berat setelah inisiasi Pil Kontrasepsi Oral
- Diabetes Mellitus
- Bedah major dengan imobilisasi yang lebih lama
- Penyakit Sickle Sel, penyakit hemoglobin C
- Tekanan darah 140/100 sampai 159/109 mmHg
- Massa payudara yang belum terdiagnosa
- Kanker Serviks
- Usia > 50 tahun
- Kondisi yang mengarah pada ketidakpatuhan medik
- Riwayat anomali kandungan lipid darah
- Riwayat imfark miokardium prematur
 Kategori WHO 3 (Pertimbangkan Manfaat terhadap Risiko)

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 8


- Postpartum < 21 hari
- Laktasi (6 minggu hingga 6 bulan)
- Pendarahan uterus atau vagina yang tak terdiagnosa
- Usia > 35 tahun dan merokok kurang dari 20 batang rokok
perhari
- Riwayat Ca Mammae tapi tidak kambuh kembali 5 tahun
belakangan
- Interaksi obat
- Penyakit kantung empedu

 Kategori WHO 4 (Risiko Lebih Besar dari Manfaat)


- Tromboemboli vena
- Cerebrovacular Disease atau penyakit arteri koroner
- Penyakit katup jantung (struktural)
- Diabetes dengan komplilasi
- Kanker payudara
- Kehamilan
- Laktasi (< 6 minggu dari postpartum)
- Penyakit hati
- Sakit kepala dengan simptom neurologis fokal
- Bedah major dengan imobilisasi yang lebih lama
- Usia > 35 tahun dan merokok 20 batang atau lebih perhari
- Hipertensi (TD > 160/100 mmHg disertai gangguan
vaskuler progresif)

Kelaikan Medik Kontrasepsi Progestin

 Kategori WHO 1 (Aman dan Bermanfaat)


- Dalam usia reproduksi dan semua paritas termasuk nulipara
- Menghendaki kontrasepsi sangat efektif, jangka panjang
tetapi belum ingin menghentikan fertilisasi (kontap)
- Belum ingin hamil dan sedang memberikan ASI (pascanifas
6 minggu)

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 9


- Pasca persalinan dan tidak memberikan ASI atau pasca
keguguran
- Dengan sejarah KET
- Hipertensi < 180/110, masalah pembekuan darah, anemia
bulan sabit
- Mengalami kram menstruasi sedang atau berat
- Perokok (tanpa batas usia dan jumlah batang rokok)
- Yang tidak ingin atau tidak boleh menggunakan estrogen
- Pelupa atau seringkali lupa minum pil setiap hari

 Kategori WHO 2 (Manfaat di atas Risiko)


- Penyakit diabetes mellitus (tanpa komplikasi atau < 20
tahun lamanya)
- Penyakit hepatitis (asimptomatik dan pembawa)
- Hipertensi (< 180/110)
- Riwayat preeklampsia
- Perokok (tanpa batasan usia atau jumlah batang rokok)
- Penyakit yangmemerlukan tindakan pembedahan (dengan
atau tanpa istirahat lama diranjang)
- Penyakit katup jantung (termasuk yang asimptomatik)
- Penyakit tromboemboli vena (darah beku)

 Kategori WHO 3 (Pertimbangan Manfaat terhadap Risiko)


Tidak dianjurkan kecuali apabila metode lain tidak ada atau
tidak sesuai dengan kondisi klien yang mengalami :
- Ikterus (aktif simptomatik)
- Penyakit jantung iskemik (riwayat atau sedang)
- Kanker payudara
- Neoplasia hati (baru berupa hipotesis)
- Pemakaian obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau
tuberkulosis (rifampisan)
 Kategori WHO 4 (Risiko Lebih Besar dari Manfaat)

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 10


Perempuan dengan kondisi sebagai berikut :
- Hamil (dipastikan atau kemungkinan)
- Mengalami pendarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya atau diduga mempunyai masalah serius pada
organ ginekologi
- Mengidap karsinoma payudara

A. Pil Kombinasi

Profil

 Efektif dan reversibel


 Harus diminum setiap hari
 Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual
dan pendarahan bercak yang tidak berbahaya dan
segera akan hilang
 Efek samping serius sangat jarang terjadi
 Dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik
yang sudah mempunyai anak atau belum
 Dapat mulai diminum setiap saat bila yakin sedang
tidak hamil
 Tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui
 Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat

Jenis

 Monofasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet


mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P)
dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif
 Bifasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P)
dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 11


 Trifasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P)
dengan tigadosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif

Cara Kerja

 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh
sperma
 Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur
dengan sendirinya akan terganggu pula

Manfaat

 Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai


efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1
kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama
penggunaan)
 Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid
berkurang (mencegah anemia ), tidak terjadi nyeri haid
 Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan
masih ingin menggunakannya untuk mencegah
kehamilan
 Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause
 Mudah dihentikan setiap saat
 Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil
dihentikan
 Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
 Membantu mencegah :
- Kehamilan ektopik

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 12


- Kanker ovarium
- Kanker endometrium
- Kista ovarium
- Penyakit radang panggul
- Kelainan jinak pada payudara
- Disminore
- Akne

Keterbatasan

 Mahal dan membosankan karena harus menggunakan


setiap hari
 Mual, terutama pada 3 bulan pertama
 Pendarahan bercak atau pendarahan sela terutama 3
bulan pertama
 Pusing
 Nyeri payudara
 Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan
tertentu kenaikan justru memiliki dampak positif
 Berhenti haid (amenorea), jarang pada pil kombinasi
 Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui
(mengurangi ASI)
 Pada sebagian kecil perempuan dapat depresi, dan
perubahan suasana hati , sehingga kinginan untuk
melakukan hubungan seks berkurang
 Dapat meingkatkan tekanan darah dan retensi cairan,
sehingga resiki stroke, dan gangguan pembekuan darah
pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan
usia > 35 tahun dan merokok perlu hati-hati
 Tidak mencegah IMS , HBV , HIV/AIDS

Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi

 Usia reproduksi

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 13


 Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki
anak
 Gemuk atau kurus
 Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas
tinggi
 Setelah melahirkandan tidak menyusui
 Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan
ASI ekslusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang
dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut
 Pasca keguguran
 Anemia karena haid berlebihan
 Nyeri haid hebat
 Siklus haid tidak teratur
 Riwayat kehamilan ektopik
 Kelainan payudara jinak
 Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh
darah, mata dan saraf
 Penyakit tiroid, penyakit radang panggul,
endometriosis, atau tumor ovarium jinak
 Menderita tuberkulosis (kecuali yang sedang
menggunakan rifampisin)
 Varises vena

Yang Tidak Boleh Menggunakan Pil Kombinasi

 Hamil atau dicurigai hamil


 Menyusui ekslusif
 Pendarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya
 Penyakit hati akut (hepatitis)
 Perokok dengan usia > 35 tahun

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 14


 Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >
180/110mmHg
 Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau
kencing manis > 20 tahun
 Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
 Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat
epilepsi)
 Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari

Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi

 Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau


perepuan tersebut tidak hamil
 Hari pertama sampai hari terakhir ke 7 siklus haid
 Boleh menggunakan pada hari ke 8 , tetapi perlu
menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom)
mulai hari ke 8 sampai hari ke 14 atau tidak melakukan
hubungan kontrasepsi sampai anda telah menghabiskan
paket pil tersebut
 Setelah melahirkan :
- Setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif
- Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
- Pascakeguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
 Bila berhenti menggunakan kotrasepsi injeksi, dan
ingin menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat
segera diberikan tanpa perlu menunggu haid

Instruksi Kepada Klien

Catatan : Tunjukkan mengeluarkan pil dari kemasannya


dan pesankan untuk mengikuti panah yang menunjuk
deretan pil berikutnya

 Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat


yang sama setiap hari

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 15


 Pil yang pertama dimulai pada hari pertama dimulai
pada hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
 Sangat dianjurkan penggunaan nya padahari pertama
haid
 Pada paket 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo
sesuai dengan hari yang ada pada paket
 Beberapa paket pil mempuyai 28 pil, yang lain 21
pil, .bila paket 28 pil habis,
 Sebaiknya anda mulai minum pil dari paket yang baru.
Bila paket 21 habis sebaiknya tunggu 1 minggu baru
kemudian mulai minum pil dari paket yang baru
 Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan
pil, ambilah pil yang lain
 Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 24 jam,
maka bila keadaan memungkinkan dan tidak memburuk
keadaan anda, pil dapat diteruskan
 Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau
lebih, cara penggunaan pil mengikuti cara
menggunakan pil lupa
 Bila lupa minum 1 pil (hari ke 1-21) segera minum pil
setelah ingat boleh minum 2 pil pada hari yang sama,
tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain.
Bila lupa 2 pilatau lebih(hari 1- 21), sebaiknya minum
2 pil setiap hari sesuai jadwal yang ditetapkan. Juga
sebaiknya gunakan metode kontrasepsi yang lain atau
tidak melakukan hubungan seksual sampai telah
menghabiskan paket pil tersebut
 Bila tidak haid perlu segera ke klinik untuk tes
kehamilan

Informasi Lain yang Perlu Disampaikan

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 16


 Pada permulaan penggunaan pil kadang-kadang timbul
mual, pening atau sakit kepala, nyeri payudara, serta
pendarahan bercak (spotting) yang bisa hilang sendiri.
Keainan seperti ini muncul terutama pada 3 bulan
pertama penggunaan pil dan makin lama penggunaanya
kelainan tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Cobalah minum pil pada saat hendak tidur atau pada
saat makan malam. Bila tetap saja muncul keluhan,
silahkan berkonsultasi kembali kedokter.
 Beberapa jenis obat dapat mengurangi efektivitas
pil,seperti rifamsipin, fenitoin, barbiturat, griseofulvin,
trisiklik antidepresan, ampisilin dan penisilin
tetrasiklin. Klien yang memakai obat-obatan di atas
untuk jangka panjang sebaiknya menggunakan pil
kombinasi dengan dosis etinilestradiol 50 µg atau
dianjurkan menggunakan metode konrasepsi yang lain.

B. Suntikan Kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat
yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali (cyclofem), dan
50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberikan injeksi I.M. sebulan sekali.
Cara Kerja

 Menekan ovulasi
 Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga
penetrasi sperma terganggu
 Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga
implantasi terganggu
 Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Efektifitas

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 17


 Sangat efektif (0,1 – 0,4 kehamilan per 100
perempuan) selama tahun pertama penggunaan

Keuntungan Kontrasepsi

 Risiko terhadap kesehatan kecil


 Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
 Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
 Jangka panjang
 Efek samping sangat kecil
 Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

Keuntungan Nonkontrasepsi
 Mengurangi jumlah perdarahan
 Mengurangi nyerisaat haid
 Mencegah anemia
 Mencegah kehamilan ektopik
 Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit
radang panggul
Kerugian
 Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak
teratur, perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan
sela sampai 10hari
 Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan
keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan
kedua atauketiga
 Penambahan berat badan
 Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.
Klien harus kembali setiap 30 hari untuk
mendapatkan suntikan

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 18


 Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan
setelah penghentian pemakaian

Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi


 Usia reproduksi
 Anemia
 Nyeri haid hebat
 Haid teratur
 Riwayat kehamilan ektopik
 Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan
 Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas
yang tinggi

Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi


 Hamil atau diduga hamil
 Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan
 Penyakit hati akut (virus hepatitis)
 Usia > 35 tahun yang merokok
 Keganasan pada payudara
 Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan
tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg)

Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Kombinasi


 Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7
hari siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi
tambahan
 Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta
belum haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal
saja dapat dipastikan tidak hamil

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 19


 Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta
telah mendapat haid, maka suntikan pertama dapat
diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil
 Bila pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui,
jangan diberi suntikan kombinasi
 Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui,
suntikan kombinasi dpat diberi
 Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera
diberikan atau dalam waktu 7 hari

Intruksi untuk Klien


 Klien harus kembali ke dokter / klinik untuk
mendapatkan suntikan kembali setiap 4 minggu
 Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus
kembali ke dokter / klinik untuk memastikan hamil
atau tidak
 Apabila klien sedang menggunakan obat-obat
tuberkulosis atau obat epilepsi, obat-obat tersebut
dapat mengganggu efektivits kontrasepsi yang
sedang digunakan

Tanda-Tanda yang Harus Diwaspadai pada


Penggunaan Suntikan Kombinasi
 Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan
adanya bekuan darah di paru, atau serangan jantung
 Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan.
Kemungkinan terjadi stroke, hipertensi,atau migrain
 Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi
sumbatan pembuluh darahpada tungkai
 Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari
sebelum suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi
kehamilan

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 20


2.1.2 Kontrasepsi Progestin

A. Kontrasepsi Suntikan Progestin

Profil

 Sangat efektif
 Aman
 Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia
reproduksi
 Kembalinuya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4
bulan.
 Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan
produksi ASI

Jenis

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya


mengandung progestin, yaitu:

 Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera),


mengadung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3
bulan dengan cara disuntik intramuskuler (di daerah
bokong).
 Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang
mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan
setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskuler.

Cara kerja

 Mencegah ovulasi.
 Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma.
 Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 21


 Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Efektifitas

Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang


tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun,
asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal
yang telah ditentukan.

Keuntungan

 Sangat efektif.
 Pencegahan kehamilan jangka panjang.
 Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.
 Tidak mengandung estrogen sehingga tidak
berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan
gangguan pembekuan darah.
 Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
 Sedikit efek samping.
 Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
 Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun
sampai perimenopause.
 Membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik.
 Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
 Mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul.
 Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).

Keterbatasan

 Sering ditemukan gangguan haid.


- Siklus haid yang memendek atau memanjang.
- Perdarahan yang banyak atau sedikit,

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 22


- Perdarahan tidak teratur atau perdarahan
bercak (spotting),
- Tidak haid sama sekali.
 Klien sangat bergantung pada tempat sarana
pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
disuntikan).
 Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum
suntikan berikut.
 Permasalahan berat badan merupakan efek samping
tersering.
 Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan
infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau
infeksi virus HIV.
 Terlambatnya kembali kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
 Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena
terjadinya kerusakan/kelainan pada organ genitalia,
melainkan karena belum habisnya pelepasan obat
suntikan dari deponya (tempat suntikan).
 Terjadi perubahan pada lipid serum pada
penggunaan jangka panjang.
 Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit
menurunkan kepadatan tulang (densitas).
 Pada penggunaan jangka panjang dapat
menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan
libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,
nervositas, jerawat.

Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan


Progestin

 Usia reproduksi.
 Nilipara dan yang telah memiliki anak.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 23


 Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang
memiliki efektifitas tinggi,
 Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang
sesuai.
 Setelah abortus atau keguguran.
 Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki
tubektomi.
 Perokok.
 Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah
gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
 Menggunakan obat untuk epilepsi(fenitoin dan
barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin).
 Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung
estrogen.
 Sering lupa mengguanakn pil kontrasepsi.
 Anemia defisiensi besi.
 Mendekati usia menopause yang tidak mau atau
tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.

Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan


Progestin

 Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7


per 100.000 kelahiran).
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya.
 Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid,
terutama amenorea.
 Menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudra.
 Diabetes melitus disertai komplikasi.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 24


Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan
Progestin

 Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak


hamil.
 Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
 Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat
diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak
hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
 Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain
dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan.
Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal
sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak
hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan.
Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya
datang.
 Bila ibu sedang menggunakan jenis kontasepsi jenis
lain dan ingin menggantinya denga jenis kontrasepsi
suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang
akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi
suntikan yang sebelumnya.
 Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal
dan ingi menggantinya dengan kontrasepsi
hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal
yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja
ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak
perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu
disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubunngan seksual.
 Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi
hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 25


hari pertama sampai ke-7 siklus haid, asal saja yakni
ibu tersebut tidak hamil.
 Ibu tidak haid atau ibu denga perdarahan tidak
teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat,
asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hati
setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.

Cara Penggunaan Kontrasepsi suntikan

 Kontasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan


dengan cara disuntikan intramuskuler dalam di
daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu
dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan
lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.
Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian
kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3 injeksi
berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan
injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu.
 Bersihkan kulit yang akan disuntikkan dengan kapas
alkohol yang dibasahi oleh etil/isopropil alkohol 60-
90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah
kulit kering baru disuntik.
 Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya
gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi suntik
tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih
pada dasar ampul, upayakan menghilangkanya
dengan menghangatkannya.

Informasi Lain yang Perlu Disampaikan

 Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan


gangguan haid (amenorea). Gangguan haid ini
biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali
menggunakan kesehatan.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 26


 Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat
badan, sakit kepala, dan nyeri payudara. Efek-efek
samping ini jarang, tidak berbahay, dan cepat hilang.
 Karena telambat kembalinya kesuburan, penjelasan
perlu diberikan pada ibu usia muda yang ingin
menunda kehamilan, atau bagi ibu yang
merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu
dekat.
 Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera
datang. Haid baru datang kembali pada umumnya
setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat
saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3 – 6 bulan tidak
juga haid, klien harus kembali ke dokter atau tempat
pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak
haid tersebut.
 Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang
telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu
sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2
minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja
tidak terjadi kehamilan. Kelainan tidak dibenarkan
melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau
menggunakan metode kontrasepsi lainya selama 7
hari. Bila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi
darurat.
 Bila klien, misalnya, sedang menggunakan salah
satu kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta
untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang
lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata
terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang akan
diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadwal
suntikan dari kontrasepsi hormonal yang
sebelumnya.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 27


 Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan sapat
segera diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak
hamil.

Peringatan bagi Pemakai kontraepsi Suntikan Progestin

 Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya


kemungkinan kehamilan.
 Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan
gejala kehamilan ektopik terganggu.
 Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
 Sakit kepala migran, sakit kepala berulang yang
berat, atau kaburnya penglihatan.
 Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa
haid atau 2 kasli lebih banyak, dalam satu periode
masa haid.

Bila terjadi hal-hal yang disebut diatas, hubungi segera


tenaga kesehatan, atau klinik.

Penanganan Ganguan haid

Amenorea

 Tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Cukup


konseling saja.
 Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid
tersebut, suntikan jangan dilanjutkan. Anjurkan
pemakaian jenis kontrasepsi yang lain.

Perdarahan

 Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai,


tetapi tidak berbahaya.
 Bila perdarahan/sptting terus berlanjut atau stelah
tidak haid, namun kemudian terjadi perdarahan,
maka perlu dicari penyebab perdarahan tersebut.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 28


Obatilah penyebab perdarahan tersebut dengan cara
yang sesuai. Bila tidak ditemukan penyebab
terjadinya perdarahan, apakah klien masih ingin
melanjutkan suntikan, dan bila tidak, suntikan
jangan dilanjutkan lagi, dan carikan kontrasepsi jenis
lain.
 Bila ditemukan penyakit radang panggul atau
penyakit akibat hubungan seksual, klien perlu diberi
pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat terus
dilanjutkan.
 Bila perdarahan banyak atau memanjang (lebih dari
8 hari) atau 2 kali lebih banyak dari perdarahan yang
biasanya dialami pada siklus haid normal, jelaskan
bahwa hal tersebut biasa terjadi pada bulan pertama
suntikan.
 Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari
penyebabnya dan bila ditemukan kelainan
ginekologik, klien perlu diobati atau dirujuk.
 Bila perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan
klien atau klien tidak dapat menerima hal tersebut,
suntikan dapat dilanjutkan lagi. Pilihkan jenis
kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah anemia perlu
diberi preparat besi dan anjurkan mengonsumsi
makanan yang banyak mengandung zat besi.

Tabel 16 – 1: Keadaan yang memerlukan perhatian khusus

Keadaan Anjuran
Penyakit hati akut (virus) Sebaiknya jangan menggunkanan
kontrasepsi suntikan
Penyakit jantung Sebaiknya jangan menggunkana
kontrasepsi suntikan
Stroke Sebaiknya jangan menggunkanan
kontrasepsi suntikan

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 29


Intruksi bagi Klien

Klien harus kembali ketempat pelayanan kesehatan atau


klinik untuk mendapatkan suntikan kembali setiap 12
minggu ubtuk DMPA atau setiap 8 minggu untuk
Noristerat.

Tabel 16-2: Penanganan efek samping yang sering dijumpai

Efek samping Penanganan


 Amenorea (tidak terjadi  Bila tidak hamil pengobatan
perdarahan/spotting). apapun tidak perlu. Jelaskan,
bahwa darah haid tidak
terkumpul dalam rahim.
Nasihati untuk kembali ke
klinik.
 Bila telah terjadi kehamilan,
rujuk klien. Hentikan
penyuntikan.
 Bila terjadi kehamilan
ektopik, rujuk klien segera.
 Jangan berikan terapi
hormonal untuk menimbulkan
perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3 – 6 bulan
kemudian, bila tidak terjadi
perdarahan juga rujuk ke
klinik.
 Perdarahan/perdarahan bercak  Informasikan bahwa
perdarahan ringan sering
dijumpai, tetapi hal ini
bukanlah masalah serius, dan
biasanya tidak memerlukan

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 30


pengobatan. Bila klien tidak
dapat menerima perdarahan
tersebut dan ingin
melanjutkan suntikan, maka
dapat disarankan 2 pilihan
pengobatan:
 1 siklus pil kontrasepsi
kombinasi (30-35 µg
etinilestradinol), ibuprofen
(sampai 800 mg, 3x/hari
untuk 5 hari), atau obat
sejenis lain. Jelaskan bahwa
selesai pemberian pil
kontrasepsi kombinasi dapat
terjadi perdarahan banyak saat
pemberian suntikan ditangani
dengan pemberian 2 tablet pil
kontrasepsi kombinasi/hari
selama 3-7 hari dilanjutkan
dengan 1 siklus pil
kontrasepsi hormonal, atau
diberi 50µg etilinitradiol atau
1,25 mg estrogen equin
konjugasi untuk 14-21 hari.
 Meningkatnya/menurunya berat  Informasi bahwa
badan kenaikan/penurunan berat
badan sebanyak 1-2 kg dapat
saja terjadi. Perhatikan diet
klien bila perubahan berat
badan terlalu mencolok. Bila
berat badan berlebih, hentikan
suntikan dan anjurkan metode

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 31


kontrasepsi lain.

B. Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)

Profil

 Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin


memakai pil KB
 Sangat efektif pada masa laktasi
 Dosis rendah
 Tidak menurunkan produksi ASI
 Tidak memberikan efek samping estrogen
 Efek samping utama adalah gangguan perdarahan;
perdarahan bercak; atau perdarahan tidak teratur
 Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat

Jenis Minipil
 Kemasan dengan isi 35 pil : 300 µg levonorgestrel
atau 350 µg noretindron
 Kemasan dengan isi 28 pil : 75 µg desogestrel

Cara Kerja Minipil


 Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid
seks di ovarium (tidak begitu kuat)
 Endometrium mengalami transformasi lebih awal
sehingga implantasi lebih sulit
 Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat
penetrasi sperma
 Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi
sperma terganggu

Efektifitas

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 32


Sangat efektif (98,5%). Pada penggunaan minipil jangan
sampai terlupa satu-dua tablet atau jangan sampai terjadi
gangguan gastrointestinal (muntah,diare), karena akibatnya
kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Penggunaan
obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil
perlu dihindari karena mukolitik jenis ini dapat
meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan
kontraseptif dari minipil dapat terganggu.
Agar didapatkan kehandalan yang tinggi, maka :
 Jangan sampai ada tablet yang lupa
 Tablet digunakan pada jam yang sama (malam hari)
 Senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah
penggunaan minipil

Keuntungan Kontrasepsi
 Sangat efektif bila digunakan secara benar
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Tidak mempengaruhi ASI
 Kesuburan cepat kembali
 Nyaman dan mudah digunakan
 Sedikit efek samping
 Dapat dihentikan setiap saat
 Tidak mengandung estrogen

Keuntungan Nonkontrasepsi
 Mengurangi nyeri haid
 Mengurangi jumlah darah haid
 Menurunkan tingkat anemia
 Mencegah kanker endometrium
 Melindungi dari penyakit radang panggul
 Tidak meningkatkan pembekuan darah

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 33


 Dapat diberikan pada penderita endometriosis
 Kurang menyebabkan peningkatantekanan darah,
nyeri kepal, dan depresi
 Dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom
(sakit kepala, perut kembung, nyeri payudara, nyeri
pada betis, lekas marah)
 Sedikit sekali mengganggu metabolisme karbohidrat
sehingga relatif aman diberikan pada perempuan
pengidap kencing manis yang belum mengalami
komplikasi.

Keterbatasan
 Hampir 30-60% mengalami gangguan haid
(perdarahansela, spotting, amenorea)
 Peningkatan / penurunan berat badan
 Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang
sama
 Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
 Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis
atau jerawat
 Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100
kehamilan), tetapi risiko ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan perempuan yang tidak
menggunakan minipil
 Efektifitasnya menjadi rendah bila digunakan
bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat
epilepsi
 Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual
atau HIV/AIDS
 Hirsutisme (tumbuh rambut / bulu berlebihan di
daerah muka), tetapi sangat jarang terjadi

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 34


Yang Boleh Menggunakan Minipil
 Usia reproduksi
 Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki
anak
 Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat
efektif selama periode menyusui
 Pasca persalinan dan tidak menyusui
 Pasca keguguran
 Perokok segala usia
 Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110
mmHg) atau dengan masalah pembekuan darah
 Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih
senang tidak menggunakan estrogen

Yang Tidak Boleh Menggunakan Minipil


 Hamil atau diduga hamil
 Perdarahan pervaginam
 Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
 Menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin), atau
obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat)
 Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
 Sering lupa menggunakan pil
 Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom
uterus
 Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme
pembuluh darah

Waktu Mulai Menggunakan Minipil


 Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid.
Tidak diperlukan pencegahan dengan kontrasepsi
lain.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 35


 Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi
kehamilan. Bila menggunakannya setelah hari ke-5
siklus haid, jangan melakukan hubungan seksual
selama 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi
lain untuk 2 hari saja
 Minipil dapat diberikan segera pascakeguguran
 Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi
suntikan, minipil diberikan pada jadwal suntikan
yang berikutnya. Tidak diperlukan penggunaan
metode kontrasepsi lain
 Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrsepsi
nonhormonal dan ibu tersebut ingin menggantinya
dengan minipil, minipil diberikan pada hari 1-5
siklus haid dan tidak memerlukan metode
kontrasepsi lain
 Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah
AKDR (termasuk AKDR yang mengandung
hormon), minipil dapat diberikan pada hari 1-5
siklus haid. Dilakukan pengangkatan AKDR.

Instruksi Kepada Klien


 Minum minipil setiap hari pada saat yang sama
 Minum pil yang pertama pada hari pertama haid
 Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah
menggunakan pil, minumlah pil yang lain, atau
gunakan metode kontrasepsi lain bila klien berniat
melakukan hubungan seksual pada 48 jam
berikutnya
 Bila klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3
jam, minumlah pil tersebut begitu klien ingat.
Gunakan metode pelindung sampai akhir bulan

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 36


 Walaupun klien belum haid, mulailah paket baru
sehari setelah paket terakhir habis
 Bila haid klien teratur setiap bulan dan kemudian
kehilangan 1 siklus (tidakhaid), atau bila merasa
hamil, temui petugas klinik untuk memeriksa uji
kehamilan

Informasi Lain yang Perlu Disampaikan


 Terjadinya perubahan pola haid merupakan hal yang
sering ditemukan selama menggunakan minipil,
terutama pada 2 atau 3 bulan pertama. Perubahan
pola haid tersebut umumnya hanya bersifat
sementara dan tidak sampai mengganggu kesehatan
 Kadang-kadang dapat timbul efek samping berupa
peningkatan berat badan, sakit kepala ringan, dan
nyeri payudara. Semua efek samping ini tidak
berbahaya dan biasanya hilang dengan sendirinya
 Obat-obat tertentu seperti obatuntuktuberkulosis
(rifampisin) dan beberapa obat epilepsi dapat
mengurangi efektifitas minipil. Minipil tidak
mencegah terjadinya infeksi menular seksual,
termasuk AIDS. Bila pasangannya memiliki risiko,
kondom perlu digunakan

C. Kontrasepsi Implan
Implan atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)
atau kontrasepsi subdermal adalah kontrasepsi yang
diinsersikan tepat diawah kulit ,dilakukan pada bagian
dalam lengan atas atau di bawah siku melaluli insisi
tunggal dalam bentuk kipas ( p.Saroha , 2009)
1. Profil implan (S.Ari ,2013)

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 37


a. Efektifitas lima tahun untuk norplant dan tiga
tahun untuk jadena , indoplant, implanon .
b. Nyaman untuk digunakan
c. Dapat digunakan oleh semua perempuan dalam
usia prodktif
d. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
e. Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
f. Aman dipakai saat masa laktasi.
2. Jenis implan
a. Norplant : terdiri atas enam batang silastik
lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan
diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg per
batang dan muatan toal 216 mg levonorgestrel.
Lama kerjanya lima tahun.
Setelah penggunaan lima tahun ternyata masih
tersimpan sekitar 50 % bahan aktif levonorgestrel
asal yang belum terdistribusi kejaringan
interstisial dan sirkulasi. Enam kaspul norplant
dipasang menurut konfigurasi kipas di lapisan
subdermal lengan atas (Dr. A Biran 2015).
b. Judelle (norplant II) studi mengembangkan
implan levonorgestrel dua kapsul (implan -2)
implan 2 memakai levoogestrel 150 mg dalam
kapul 43 mm sdiameter 2,5 mm pelepasan harian
hormon levonogestrel dari implan -2 hampir sama
dengan norplant secara teoritis ,masa kerjanya
menjadi 40 % lebih singkat.
c. Implanon ( Organon, Oss, Netherlands ) adalah
kontrasepsi subdermal yang menganadung
etonogestrel (3-ketodesogestrel) merupakan
metabolit desogestrel yang efek androgeniknya
lebih rendah dan aktivitas progestational yang

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 38


lebih tinggi dari levonorgestrel.Kapsul polimer
mempunyai tingkat pelepasan hormon yang lebih
stabil dari kapsul siliastik norpalnt sehingga
fleksibilitas kadar hormon dalam serum menjadi
lebih kecil.
Menurut hasil penelitian implanon dirancang
khusus untuk inhibisi ovulasi selama masa
penggunaan. Karena ovulasi perama dan
luteinisiasi terjadi pada paruh kedua tahun ketiga
penggunaan maka implanon hanya disaankan
untuk tiga tahun masa penggunaanwalaupun ada
penelitian yang menyatakan masa aktifnya dapat
mencapai emat tahun. Dengan tidak terjadinya
kehamilan selama pengunaan pada 70.000 siklus
perempuan maka implanon dikategorikan sebagai
alat kontrasepsi paling efektif dari yang pernah
dibuat selama ini (dr. A .Biran 2015).

Implanon terdiri atas satu batang putih lentur


dengan panjang ± 40 mm dan diameter 2 mm
,yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan
lama kerjanya tiga tahun(S.Ari ,2013).

3. Cara kerja
a. Lendir serviks menjadi kental
Menurut penelitian bahwa dalam 24 sampai 48 jam
setelah pemasangan lendir serviks menjadi kental,
jumlahnya menjadi berkurang, sehingga mencegah
terjadinya penetrasi sperma (dr.A Biran,2015).
b. Mengganggu proses pembentukn endometrium
sehingga slit terjadi implantasi
Levonorgestrel dan progestin sintetik dapat
mengnhambat reseptor progesteron. Mekanisme
kerja ini menyebabkan sel endometrium yang

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 39


melapisi kavum uteri menjadi tipis, sekresi kelenjar
lebih sedikit sehingga fungsi resptif endometrum
menjadi terganggu. Efek sunder tersebut sangat
pentung untuk mencegah terjadinya kehamilan (dr.A
Biran,2015).
c. Menekan ovulasi
Sejumlah kecil levonorgestrel yang dilepas secara
terus menerus dari kapsul bekerja pada daerah
tertentu diotak (hipotalamus dan kelenjar hipofise
anterior) untuk:
 Menurunkan sekresi FSH (follicle stimulating
Hormone) dan LH (Luteinizing hormone).
 Menghambat (mengurangi sentakan
gelombang (surge) LH pada pertengahan
siklus.
Dengan demikian LNG akan mencagah
ovulasi (tidak terjadi sentakan gelombang LH)
atau apabila terjadi ovulasi maka akan
mstrubasi endometrium akan mencegah
terjadinya implantasi. Kadar progesteron alami
tetap normal walau dalam siklus ovulasi lebih
rendah daripada perempuan yang tidak
memakai kontrasepsi(dr.A Biran,2015)
4. Efektifitas
Sangat efekif (0,2 – 1 kehamilan per 100
perempuan) (S.Ari ,2013).
5. Keuntungan dari segi kontrasepsi (S.Ari ,2013)
a. Daya guna tinggi
b. Perlindungan jangka panjang
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat
setelah pencabutan
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 40


e. Bebas dari pengaruh esterogen
f. Tidak mengganggu aktifitas seksual
g. Tidak mengganggu prosuksi asi
h. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada
keluhan
i. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan
kebutuhan
6. Keuntungan dari segi non kontrasepsi (S.Ari ,
2013)
a. Mengurangi nyeri haid
b. Mengurangi jumlah haid
c. Mengurangi/memperbaiki anemia
d. Melindungu terjadinya kanker endometrium
e. Menurunkan angka kejadian tumor jinak
payudara
f. Menurunkan angka kejadian endometriosis
7. Keterbatasan
Pada kebanyakan klien menyebabkan perubahan
pola haid berupa perdarahan bercak (spotting),
hipermenorhea atau meningkatkan jumlah darah
haid, serta menorhea namun timbul eluhan keluhan
sebagi berikut (S.Ari,2013):
a. Nyeri kepala
b. Peningkatan/penurunan berat badan
c. Nyeri payudara
d. Perasaan mual
e. Perubahan peasaan (mood) atau kegelisahan
(nervousness)
f. Membutuhkan pembedahan minor untuk
insersi dan pencabutan
g. Tidak memberikan efek protektif terhadap
infeksi menular seksual termasuk AIDS

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 41


h. Klien tidak dapat menghentikan sendii
pemakaian kontrasepsi ini sesuai keinginan
,akan tetapi harus pergi ke klinik untuk
pencabutan
i. Efektifitasnya menurun bila menggunakan
obat obat tuberkulosisi ( rifampisin atau obat
obat epilepsi (fentonin dan barbiturat)
j. Terjadi kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi
(1,3 per 100000 perempuan pertahun)
8. Ketentuan penggunaan Implan
a. Klien boleh menggunakan implan apabila :
1) Perempuan pada usia reprduksi
2) Telah memiliki anak ataupun yang belum
3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki
efektifitas tinggi dan mencegah kehamilan
jangka panjang
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
5) Pasca keguguran
6) Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak
sterilisasi
7) Riwayat kehamilan ektopik
8) Tekanan darah dibawah 180/110 mmHg
,dengan masalah pembekuan darah atau
anemia bulan sabit (sickle cell)
9) Perempuan yang tidak boleh menggunakan
kontrasepsi hormonal yang mengandung
esterogen
10) Perempuan yang sering lupa menggunakan pil

b. Klien yang tidak bleh menggunakan implan


1) Hamil atau dugaan hamil

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 42


2) Perempuan dnegan perdarahan pervagiman
yang belum jelas penyebabnya
3) Memiliki benjolan atau kanker payudara atau
riwayat kanker payudara
4) Perempuan tidak dapat menerima perubahan
pola haid yang terjadi
5) Memiliki moim uterus atau kanker payudara
6) Mengalami gangguan toleransi glukosa.

c. Waktu mulai menggunakan implan


1) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai
hari ke-7 ,tidak diperlukan metode kontrasepsi
tambahan.
2) Insersi dapat dilakukan setiap saat ,dengan
syarat dyakini tidak terjadi kehamilan,apabila
insersi setelah hari ke 7 siklus haid ,klien
dianjurkan untuk melakukan hubungan seksual
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk
tujuh hari saja.
3) Apabila klien tidak haid ,insersi dapat
dlakukan setap saat ,dengan syarat diyakini
tidak terjadi kehamilan ,klien dianjurkan tidak
melakukan hubungan seksual atau
emngguanakn metode kontrasepsi lain untuk
tujuh hati saja.
4) Apabila menyusui antara enam minggu sampai
enam bulan pascapersalinan, insersi dapat
dilakukan setiap saat, klien dianjurkan untuk
tidak perlu menggunakan meode kontrasepsi
lain.
5) Apabila setelah enam minggu melahirkan dan
telah terjadi haid kembali, insersi dapat

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 43


dilakukan setiap saat, klien dianjurkan untuk
tidak melakukan hubungan seksual selama
tujuh hari atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk tujuh hari.
6) Apabila klien menggunakan kontrasepsi
hormonal sebelumnya adalah kontrasepsi
suntuk, implan dapat diberikan pada saat
jadwal kontrasepsi suntik, tidak diperlukan
metode kontrasepsi lain.
7) Apabila kontrasepsi sebelmnya adalah
kontrasepsi hormonal (kecuali AKDR) dan
klien ingin mengganti dengan norplant, insersi
dapat dilakukan setiap saat ,dengan syarat
diyakini klien idak hamil, tidak perlu
menunggu datangnya haid berikutnya.
8) Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah
AKDR dan klien ingin mengganti
denganimplan, maka diajurkan tidak
mekakukan hubungn seksual selama tujuh hari
atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk
tujuh hari saja. AKDR segera dicabut, pasca
keguguran, implan dapat segera diinsersikan.

d. Keadaan yang memerlukan perhatian khusus

Keadaan Anjuran
 Penyakit akut (virus hepatitis) Sebaiknya jangan menggunakan
 Stroke/riwayat stroke, implan
penyakit jantung
 Menggunakan obat
epilepsi/tuberkulosis
 Tumor jinak atau ganas pada
hati

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 44


9. Hal hal yang perlu disampaikan kepada klien
a. Instruksi untuk klien
1) Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan
bersh selama 48 jam pertama, dengan tujuan
mencegah infeksi pada luka insisi.
2) Perlu dijelaskan bahwa mungkin akan terasa sedikit
perih, pembengakan atau lebam pada daerah insisi,
tetapi hal ini tidak perlu dikhawatirkan.
3) Pekerjaan rutin harian tetap boleh dilakukan namun
hindari bentuk gesekan, atau penekanan pada daerah
insersi.
4) Balutan penekanan tetap ditinggalkan selama 48
jam, sedangkan plester tetap dipertahankan hingga
luka sembuh (biasanya lima hari).
5) Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat di sentuh
dan dicuci dengan tekanan wajar.
6) Apabila ditemukan adanya tanda tanda infeksi
seperti demam, perdarahan atau bila rasa sakit
menetap selama beberapa hari, segera kembali ke
klinik.

b. Informasi yang perlu disampaikan


1) Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah insersi
dan berlangsung hingga lima tahun untuk norplant
dan tiga tahun bagi susuk implanon, dan akan
berakhir sesat setelah pengangkatan
2) Sering sitemukan gangguan pada pola haid, terutama
pada 6 – 12 bulan perama beberapa permpuan
mungkin akan mengalami berhentinya haid sama
sekali.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 45


3) Obat obatan tuberkulosis dan epilepsi dapat
menurunkan efektifitas implan
4) Efek samping yang berhubungan dengan implan
dapat berupa sakit kepala, penambahan berat badan,
dan nyeri payudara. Efek samping ini tidak
berbahaya dan biasanya akan hilang dengan
sendirinya.
5) Norplant dicabut setelah lima tahun pemakaian,
susuk implanon sebelum tiga tahun, kemungkinan
hamil sangat besar, dan meningkatkan resiko
kehamilan ektopik.
6) Berikan kartu yang ditulis nama, tanggal insersi,
tempat insersi, dan nama klinik pada klien.
7) Implan tidak melindungi klien dari infeksi menular
seksual, termasuk AIDS apabila pasangannya
memiliki risiko, maka perlu menggunakan kondom
saat melakukan hubungan seksual.
c. Jadwal kunjungan kembali ke klinik

Klien tidak perlu kembali ke klinik, kecuali jika ada


masalah kesehatn atau klien ingin mencabut implant.
Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implan
dipasang bila ditemukan hal hal sebagai berikut,

1) Amenore yang disertai nyeri perut bagian bawah


Nyeri perut bagian bawah yang hebat, kemungkinan
terjadi kehamilan ektopik.
2) Perdarahan dengan jumlah banyak
3) Pasa nyeri lengan
4) Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah
5) Ekspulsi dari batang implan
6) Sakit kepala hebat dan penglihatan menjadi kabur
7) Nyeri dada hebat
8) Dugaan adanya kehamilan

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 46


Terjadi keterlambatan haid sebelumnya teratur
kemungkinan telah terjadi kehamilan.

D. AKDR dengan Progestin

Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah


Prigestase yang mengandung Progesteron dari Mirena
yang mengandung Levonorgestrel.

Cara Kerja

 Endometrium mengalami transformasi yang


irreguler, epitel atofi sehingga mengganggu
implantasi.
 Mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok
bersatunya ovum dengan sperma.
 Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba
fallopi.
 Menginaktifkan sperma.

Efektifitas

Sangat efektif, yaitu 0,5-1 kehamilan per 100 perempuan


selama satu tahun pertama penggunaan.

Keuntungan Kontrasepsi

 Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun).


 Tidak mengganggu hubungan suami istri.
 Tidak berpengaruh terhadap ASI.
 Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat.
 Efek sampingnya sangat kecil.
 Memiliki efek sistemik yang sangat kecil.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 47


Keuntungan Nonkontasepsi

 Mengurangi nyeri haid.


 Dapat diberikan pada usia perimenopause bersamaan
dengan pemberian dengan pemberian estogen, untuk
pencegahan hiperplasia endometrium.
 Mengurangi jumlah darah haid.
 Sebagai pengobatan alternatif pengganti operasi
pada perdarahan uterus disfungsional dan
adenomiosis.
 Merupakan kontrasepsi pilihan utama pada
perempuan perimenopause.
 Tidak mengurangi kerja obat tuberkulosis ataupun
obat epilepsi, karena AKDR yang mengandung
progestin kerjanya terutama lokal pada perineum.

Keterbatasan

 Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan


infeksi genetalia sebelum pemasangan AKDR.
 Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan
pencabutan AKDR.
 Klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat,
sehingga sangat tergantung pada tenaga kesehatan.
 Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi
amenorea.
 Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi
(<1/1000 kasus).
 Kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi.
 Bertambahnya risiko mendapat penyakit radang
panggul sehingga dapat menyebabkan infertilitas.
 Mahal.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 48


 Progestin sedikit meningkatkan risiko trombosis
sehingga perlu hati-hati pada perempuan
perimenopause. Risiko ini lebih rendah bila
dibandingkan dengan pil kombinasi.
 Progestin dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol
pada pemberian jangka panjang sehingga perlu hati-
hati pada perempuan dengan penyakit
kardiovaskuler.
 Memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara.
 Progestin dapat mempengaruhi jenis-jenis tertentu
hiperlipidemia.
 Progestin dapat memicu pertumbuhan miom uterus.

Yang Boleh Menggunakan AKDR dengan Progestin

 Usia reproduksi.
 Telah memiliki anak maupun belum.
 Menginginkan kontrasepsi yang efektif jangka
panjang untuk mencegah kehamilan.
 Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi.
 Pasca keguguran dan tidak ditemukan tanda-tanda
radang panggul.
 Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal.
 Sering lupa menggunakan pil.
 Usia perimenopause dan dapat digunakan bersamaan
dengan pemberian estrogen.
 Mempunyai risiko rendah mendapat penyakit
menular seksual.

Yang Tidak Boleh Menggunakan AKDR dengan


Progestin

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 49


 Hamil atau diduga hamil
 Perdarahn pervaginam yang belum jelas
penyebabnya.
 Menderita vaginitas, salpingitis, endometritis.
 Menderita penyakit radang panggul atau
pascakeguguran septik.
 Kelainan kongenital rahim.
 Miom submukosum.
 Rahim yang sulit digerakkan.
 Riwayat kehamilan ektopik.
 Penyakit trofoblas ganas.
 Terbukti menderita penyakit tuberkulosis panggul.
 Kanker genitalia/payudara.
 Sering ganti pasangan.
 Gangguan toleransi glukosa. Progestin menyebabkan
sedikit peningkatan kadar gula dan kadar insulin.

Waktu AKDR dengan Progestin Dipasang

 Setiap waktu selama siklus haid, jika ibu tersebut


dapat dipastikan tidak hamil.
 Sesudah melahirkan, dalam waktu 48 jam pertama
pascapersalinan, 6-8 minggu, ataupun lebih sesudah
melahirkan.
 Segera sesudah induksi haid, pascakeguguran
spontan, atau keguguran buatan, dengan syarat tidak
terdapat bukti-bukti adanya infeksi.

Keadaan yang memerlukan perhatian khusus

Keadaan Anjuran
Nyeri haid hebat Dapat disebabkan oleh AKDR, klien
perlu dirujuk. Umumnya terjadi pada

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 50


permulaan pemakaian. Pada dasarnya
progestin mengurangi nyeri haid.
Riwayat kehamilan ektopik Jelaskan kepada klien tanda-tanda
kehamilan ektopik dan bila ada segera
mencari pertolongan di rumah sakit.
Gejala penyakit katup jantung Berikan antibiotik saat insersi AKDR.
Bila anemia (Hb < 9 g/dl), ganti dengan
metode kontrasepsi lain.
Menderita nyeri kepala atau migrain Paling sering ditemukan pada AKDR
yang mengandung progestin. Bila
sakitnya berat, rujuk klien dan cabut
AKDR. Pada keluhan ringan cukup
berikan analgetik (jangan berikan
aspirin).
Penyakit hati aktif (virus hepatitis) Sebaiknya jangan diberi AKDR yang
mengandung progestin.
Penyakit jantung Sebaiknya jangan diberi AKDR yang
mengandung progestin, karena
progestin, karena progestin
mempengaruhi lipid dan vasokonstriksi.
Stroke/riwayat stroke Sebaiknya jangan menggunakan AKDR
yang mengandung progestin.
Tumor jinak maupun ganas pada Progestin dapat memicu pertumbuhan
hati tumor, sebaiknya jangan diberi AKDR
dengan progestin.

Instruksi kepada klien


Dalam keadaan normal klien kembali untuk kontrol
rutin sesudah menstruasi pertama kali pascapemasangan (4-
6 minggu) tetapi jangan sampai melewati 3 bulan sesudah
pemasangan AKDR.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 51


Cek benang AKDR dan jika terjadi salah satu keadaan
berikut ini, klien harus kembali ke klink. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :

 Timbul kram di perut bagian bawah.


 Adanya perdarahan bercak antara haid atau sesudah
melakukan sanggama.
 Nyeri sesudah melakukan sanggama atau jika
suaminya mengalami perasaan kurang enak sewaktu
melakukan sanggama.
 AKDR perlu diangkat setelah satu tahun ataupun
lebih awal bila dikehendaki.
 Bila terjadi ekspulsi AKDR, atau keluar cairan yang
berlebihan dari kemaluan, lihat terjadi infeksi atau
tidak.
 Muncul keluhan sakit kepala atau sakit kepala makin
parah.

Informasi Lain yang Perlu Disampaikan

 AKDR yang digunakan tersebut segera efektif.


 Pada bulan pertama pemakaian dapat terjadi ekspulsi
AKDR.
 Pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi
amenorea.
 AKDR dapat saja dicabut setiap saat sesuai dengan
keinginan klien.
 AKDR tidak dapat melindungi klien terhadap
penyakit hubungan seksual dan AIDS/HIV.

Jadwal Kunjungan Kembali ke Klinik

Normalnya klien harus kembali untuk kontrol pertama


sesudah datang haid pertama setelah AKDR
dipasang (4-6 minggu), tetapi jangan lebih dari 3

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 52


bulan. Ditanyakan masalah-masalah yang muncul
selama pemakaian AKDR.

Peringatan Khusus untuk Pemakai AKDR dengan


Progestin

 Tidak datang haid disertai dengan keluhan mual dan


nyeri payudara perlu dicurigai terjadinya kehamilan.
 Nyeri perut bagian bawah perlu dicurigai
kemungkinan terjadi kehamilan ektopik.
 Kram/nyeri perut bagia bawah, terutama bila disertai
dengan tidak enak badan, demam/menggigil perlu
dicurigai kemungkinan terjadi infeksi panggul.
 AKDR jenis ini tidak dapat melindungi diri dari
penyakit hubungan seksual dan AIDS/HIV.

2.2 Konsep Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Hormonal

Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berururtan dimana


setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah
tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam
situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi
langkah-langkah yang lebih rinci bisa berubah sesuai dengan kebutuhan
pasien. Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

2.2.1 Langkah I :Pengkajian Data


Pengkajian merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumberdata untuk mengevaluasi
dan mengidentivikasi status kesehatan pasien.

Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari hasil bertanya
dari pasien, suami atau keluarga (sulistyawati, 2011).

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 53


1) Identitas :Untuk mengetahui status klien secara lengkap
sehingga sesuai dengan sarana.
Menurut Sulistyawati (2011), identitas meliputi:
a) Nama :Dikaji dengan nama yang jelas dan
lengkap. Nama berfungsi untuk memudahkan petugas
dan klien dalam berkomunikasi.
b) Umur : Pengkajian nama berfungsi untuk
menentukan urutan pilihan kontrasepsi yang tepat sesuai
dengan umur klien.
c) Agama :Untuk mengetahui apakah dengan
pemakaian alat kontrasepsi tersebut bertentangan dengan
keyakinan ibu atau keluarga.
d) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan ibu,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
e) Pekerjaan : Guna untuk mengetahui dan mengukur
tingkat sosial ekonominya karena ini mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut.
f) Suku/Bangsa : Ditujukan untuk mengetahui adat istiadat
atau kebiasaan sehari-hari.
g) Alamat : Untuk mempermudah hubungan jika
diperlukan dalam keadaan mendesak sehingga bidan
mengetahui tempat tinggal pasien.

2) Keluhan utama
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui keluhan utama
ibu berupa:
- Akseptor baru penggunaan kontrasepsi..
- Ibu berkunjung dengan tujuan untuk kontrol.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 54


- Ibu berkunjung dengan tujuan untuk menghentikan
pemakaian kontrasepsi.

3) Riwayat perkawinan
Untuk mendapatkan gambaran mengenai rumah tangga
pasangan, kawin umur berapa tahun, status perkawinan, lama
pernikahan, dan suami keberapa (Sulistyawati, 2011).

4) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui menarche umur berapa, haid teratur atau
tidak, siklus lama haid, banyaknya darah, sifat darah (cair
atau beku, warnanya, baunya) dan ada disminorhoeatau tidak
(Estiwidani, 2008). Selain itu menanyakan HPHT untuk
mengetahui adanya kemungkinan kehamilan.

5) Riwayat Kesehatan
Untuk mengetahui penyakit yang sedang diderita ibu,
khususnya penyakit yang berhubungan dengan boleh
tidaknya klien menggunakan KB hormonal (implan), yaitu :

No Daftar Pertanyaan Ya Tidak


1 Apakah haid 7 hari yang lalu atau lebih.
2 Apakah menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca
persalinan.
3 Apakah mengalami perdarahan atau perdarahan
bercak diantara haid, atau setelah senggam.
(kanker serviks)
4 Apakah pernah mengalami ikterus pada kulit atau
mata. (Hepatitis)
5 Apakah pernah mengalami nyeri hebat atau
gangguan visual. (Sefalgia)

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 55


6 Apakah pernah nyeri hebat pada paha, betis, atau
dada, atau tungkai bengkak. (Tromboflebitis)
7 Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg
(sistolik) dan diatas 90 mmHg (diastolik).
(Hipertensi)
8 Apakah ada massa atau benjolan pada payudara
(Kanker payudara)
9 Apakah sedang minum obat-obatan anti kejang
(Epilepsi)

6) Riwayat Obstetri.

Bertujuan untuk mengkaji jumlah anak, riwayat kehamilan


anak terakhir, dan juga untuk mengkaji apakah klien pernah
mengalami komplikasi seperti abortus berulang, kehamilan
ektopik terganggu (KET), preeklamsi dan eklamsi.

7) Riwayat KB
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis
kontrasepsi, lama penggunaan, efek samping yang dirasakan,
alasan berhenti. (Estiwidani, 2008).

8) Pola nutrisi
Menanyakan pola nutrisi bertujuan untuk mengetahui
frekuensi dan porsi makan pasien, selain itu juga harus dikaji
IMT nya agar dapat menilai apakah pertambahan berat badan
kilen termasuk kategori normal atau tidak.

9) Riwayat psikososial dan psikoseksual


- Untuk menanyaan adanya kekhawatiran-kekhawatiran
yang mungkin mengganggu ibu terkait dengan alat
kontrasepsi yang akan diberikan.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 56


- Menanyakan pola hubungan seksual karena pada
umumnya akseptor KB hormonal dalam jangka panjang
akan mengalami hipoestrogenik yang menyebabkan
vagina mengering sehingga timbul rasa nyeri, dan tidak
nyaman saat berhubungan seksual.

Data Objektif

Data objektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan


inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara
berurutan (Sulistyawati, 2011).
1) Status Generalis
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang,
kurang (Sulistyawati, 2011).
b) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio
tekan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan
nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg
sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah
normal biasanya 120/80 mmHg (Elizabeth, 2014)
(2) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan klien. (Mandriwiati,
2008).
(3) Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi ibu.(Manuaba,
2010).

(4) Respirasi
Merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida (sistem

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 57


metabolisme tubuh). Pernapasan yang normal dapat
diobsevasi dan frekuensi per menit, kedalaman,
keteraturan, dan tanda-tanda yang menyertai, seperti
bunyi napas dan bau napas, normalnyaberkisar 12 –
20 kali dalam 1 menit (Mandriwati, 2008).

c) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu (Sulistyawati, 2009).

d) Berat badan
Tinggi badan dan berat badan diperlukan untuk
menentukan IMT ibu. Di kaji adanya perubahan berat
badan atau tidak. Informasikan pada klien bahwa
perubahan berat badan 1 – 2 kg adalah normal
(Saifuddin, 2010).

e) Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala
a) Muka
Untuk mengetahui warna kulit, pigmentasi,
bentuk dan kesimetrisan (Elizabeth, 2014).
b) Mata
Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna
putih atau merah muda(Anemia), sklera warna
putih atau kuning (Ikterus) (Sulistyawati, 2011).
c) Mulut
Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries,
bersih atau tidak, keadaan bibir kering atau
tidak, lidah kering atau kotor atau tidak
(Sulistyawati, 2011).
(2) Leher

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 58


Untuk menggetahui adakah pembesaran vena
jugularis dan kelenjar tiroid.
(3) Mammae
Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan
dalam jaringan payudara, mendeteksi awal adanya
kanker payudara (Elizabeth, 2014)
(4) Abdomen
Mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan perut,
mendengarkan suara peristaltic perut, meneliti
tempat nyeri tekan organ-organ dalam rongga perut
benjolan dalam perut ,mendeteksi adanya nyeri
tekan dibagian bawah perut (KET) mendeteksi
adanya kemungkinan kehamilan. (Elizabeth, 2014).
(5) Genetalia
Untuk mengetahui letak, ukuran, konsistensi dan
massa. Untuk mengetahui adanya cirri-ciri penyakit
IMS yang menjadi salah satu penapisan penggunaan
KB hormonal, cirri-ciri IMS yaitu: terdapat
keputihan yang berlebih, berwarna kuning, hijau,
dan berbau, terdapat lesi atau luka pada alat kelamin,
nyeri saat buang air kecil, mengeluarkan darah saat
berhubungan seksual, dll.
(6) Ekstrimitas
Untuk mengetahui adanya tromboflebitis pada
klien..
(7) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung
diagnosa, apabila diperlukan. Misalnya pemeriksaan
laboratorium. Dalam kasus ini pemeriksaan
penunjang dilakukan yaitu dengan melakukan
pemeriksaan glukosa darah, Hb, pemerikasaan HDL
dan LDL.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 59


2.2.2 Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari
perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data dan
analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga
tergambar fakta (Sulistyawati, 2011)

A. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari
hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney,
2007).
Diagnosa : Ny...umur...tahun P...A... akseptor KB implan…

Data subyektif :

a) Ibu mengatakan umur...


b) Ibu mengatakan memakai KB … sejak....?
c) Ibu mengeluh mengalami ….

Data obyektif :

a) Keadaan umum untuk mengetahui keadaan umum apakah


baik, sedang, kurang (Sulistyawati, 2011).
b) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah normal 120/80 mmHg (Elizabeth,
2014).
(2) Suhu untuk mengetahui suhu badan klien (Mandriwati,
2008).
(3) Nadi untuk mengetahui denyut nadi ibu (Manuaba,
2010).

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 60


(4) Respirasi normalnya berkisar 12-20 kali dalam 1 menit
(Mandriwati, 2008).
(5) Genetalia untuk mengetahui letak ukuran, konsistensi,
massa dan pengeluaran (Elizabeth, 2014).
(6) Data penunjang yaitu dengan melakukan pemeriksaan
Hb (Manuaba, 2007).

B. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa
(Kusbandiyah, 2010).

Masalah yang sering muncul pada akseptor KB Implant menurut


(Biran, 2014) yaitu :
1. Amenorea (tidak terjadi perdarahan / spotting)
2. Perdarahan atau perdarahan bercak (spotting)
3. Meningkatnya atau menurunnya berat badan

C. Penanganan :
1. Amenorea (tidak terjadi perdarahan / spotting) :
 Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu.
Jelaskan, bahwa darah haid tidak terkumpul dalam
rahim. Nasihati untuk kembali ke klinik.
 Bila terjadi kehamilan, rujuk klien.
 Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.
 Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan
perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan
kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga rujuk ke
klinik.
2. Perdarahan atau perdarahan bercak (spotting)
 Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai,
tetapi hal ini bukanlah masalah serius dan biasanya tidak
memerlukan pengobatan.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 61


3. Meningkatnya atau menurunnya berat badan
 Informasikan bahwa kenaikan atau penurunan berat
badan sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet
klien bila perubahan berat badan terlalu mencolok.

2.2.3 Langkah III : Diagnosa atau Masalah Potensial


Masalah potensial adalah mengidentifikasi masalah atau
diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain
juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Sambil terus mengamati kondisi klien
(Sulystowati, 2011). Diagnosa potensial yang memungkinkan
terjadi pada kasus akseptor KB Implant dengan Spotting adalah
amenorea.

2.2.4 Langkah IV : Antisipasi Masalah atau Tindakan Segera


Cara ini dilakukan setelah masalah dan diagnose potensial
diidentifikasi. Penetapan kebutuhan ini dilakukan dengan cara
mengantisipasi dan menentukan kebutuhan apa saja yang akan
diberikan pada pasien dengan melakukan konsultasi dan kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya.

2.2.5 Langkah V : Perencanaan


Pada langkah ini dilakukan rencana tindakan yang
menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan
yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi
pengetahuan, teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti,
serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan
dan tidak diinginkan oleh pasien (Sulistyawati, 2011). Rencana
tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan pada akseptor KB
implant dengan Spotting menurut (Saifuddin, 2010), adalah :

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 62


a. Jelaskan perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada
tahun pertahun pertama.
b. Beri terapi pada klien bila klien tetap saja mengeluh masalah
perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian implant dapat
diberikan pil kombinasi satu siklus,atau ibuprofen 3×800 mg
selama 5 hari.
c. Terangkan pada klien bila terjadi perdarahan lebih banyak dar
biasa, berikan dua tablet pil kombinasi, atau dapat juga
diberikan 50 mg etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen equin
konjugasi untuk 14-21 hari.
d. Beri terapi pada klien bila terjadi perdarahan lebih banyak dari
biasa, berikan dua tablet pil kombinasi selama 3-7 hari dan
kemudian dilanjutkan dengan satu siklus kombinasi, atau dapat
juga diberikan 50 mg etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen
equin konjugasi untuk 14-21 hari.

2.2.6 Langkah VI : Pelaksanaan


Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan
aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan,
pasien, atau anggota keluarga yang lain (Sulistyawati, 2011). Pada
langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah di
rencanakan pada akseptor KB Implant dengan Spotting menurut
(Saifuddin, 2010), yaitu :

a. Menjelaskan pada klien bahwa perdarahan ringan sering


ditemukan pada tahun pertama.
b. Memberi terapi pada klien bila masih mengeluh masalah
perdarahan dan ingin melanjutkan memakai implant dapat
diberikan pil kombinasi atau satu siklus, atau ibuprofen 3×800
mg selama 5 hari.
c. Menjelaskan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan bila pil
kombinasi habis.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 63


d. Memberi terapi pada klien bila terjadi perdarahan lebih banyak
dan biasa, berikan dua tablet pil kombinasi selama 3-7 hari dan
kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi, atau
dapat juga diberikan 50 mg etinilestradiol, atau 1,25 mg
estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.

2.2.7 Langkah VII : Evaluasi


Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan (Estiwidani,
2008).
Evaluasi yang ingin dicapai pada akseptor KB Implant dengan
Spotting menurut (Estiwidani, 2008) :

a. Klien sudah tau bahwa spotting adalah efek samping KB implant.


b. Ibu tetap menggunakan Kb implant.
c. Terapi pil kombinasi atau ibuprofen 3×800 mg selama 5 hari sudah
diberikan dan ibu bersedia meminumnya.

Data Perkembangan
Metode pendokumentasian untuk data perkembangan dalam asuhan
kebidanan pada ibu KB ini menggunakan SOAP, yaitu :
S: Subyektif
Berisi data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang
merupakan ungkapan langsung (Hidayat, 2008).
O: Obyektif
Data yang didapat dari hasil observasi melalui
pemerikasaan fisik (Hidayat, 2008).
A: Assesment atau Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu
identifikasi :
a. Diagnosa atau masalah
b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 64


c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi atau kolaborasi.
P: Planning
Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau
laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut (Hidayat,
2008).

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF


PADA NY “S” USIA 30 TAHUN P2002
DENGAN AKSEPTOR IMPLAN
DI PMB SRI UTAMI

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 65


3.1 PENGKAJIAN DATA
Hari tanggal : 5 Januari 2018
Tempat : PMB Sri Utami
No reg : 160245

a. Identitas Pasien
Nama :Ny. S Nama :Tn. R
Umur :30 tahun Umur :38 tahun
Agama :Islam Agama :Islam
Suku,Bangsa :Jawa/Indonesia Suku,Bangsa:Jawa/Indonesia
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Buruh
Alamat :Jl. Besar Ijen No.77 Malang

b. Anamnesa (Data Subyektif)


1) Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa ia cemas karena menstruasinya tidak
lancar serta sudah satu minggu yang lalu ibu mendapatkan flek
darah melalui jalan lahirnya.
2) Riwayat perkawinan
 Ibu mengatakan menikah sejak usia 18 tahun dengan usia
suami saat itu 27 tahun.
 Ibu mengatakan bahwa ini adalah pernikahan pertamanya.
 Ibu mengatakan sudah menikah selama 11 tahun dengan
jumlah anak 2.
 Ibu mengatakan tidak ingin menambah anak lagi.

3) Riwayat menstruasi
 Ibu mengatakan pertama kali haid pada usia 12 tahun.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 66


 Ibu mengatakan biasanya haid satu bulan sekali selama 7 hari
dan haidnya teratur selama sebelum menggunakan KB
implant.
 Ibu mengatakan haidnya tidak teratur saat setelah
menggunakan KB implant.
 Ibu mengatakan bahwa sebelum menggunakan KB implant
selalu nyeri saat menstruasi, namun setelah menggunkan KB
implant ibu merasa sudah jarang mersakan nyeri saat
menstruasi.
 Ibu mengatakan haid terakhir 1 bulan yang lalu.

4) Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
o Ibu mengatakan tidak sedang sakit saat datang ke PMB.
o Ibu mengatakan tidak sedang mengkonsumsi obat anti
kejang (epilepsi).
 Riwayat kesehatan yang lalu
o Ibu mengatakan tidak pernah mengalami perdarahan atau
perdarahan bercak diantara haid, atau setelah senggama.
o Ibu mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit
kuning, dengan ciri-ciri mata dan badan berwarna kuning
(ikterus).
o Ibu mengatakan tidak pernah mengalami pusing yang
hebat sampai menyebabkan gangguan penglihatan.
o Ibu mengatakan tidak pernah mengalami nyeri hebat
pada paha, betis, dada, atau tungkai bengkak.
o Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit
gula (Diabetes melitus).
o Ibu mengatakan tidak pernah memiliki tekanan darah
diatas 140/90 mmHg (hypertensi).
 Riwayat kesehatan keluarga

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 67


o Ibu mengatakan tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat penyakit tekanan darah tinggi.
o Ibu mengatakan tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat penyakit kuning dengan cirri-ciri mata dan
badannya berwarna kuning.
o Ibu mengatakan tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat penyakit gula (Diabetes melitus).
 Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah menjalani operasi dalam bentuk
apapun.

5) Riwayat Obstetri

Ana Tempat UK Jenis Penolon J BB PB Nifa lakta Umur


k ke partus (minggu partus g K (gram (cm s s anak
) ) ) sekaran
g
1 Puskesma 39 Norma Bidan L 3400 50 Baik Baik 10
2 s 38 l Bidan L 3200 49 Baik Baik Tahun
BPM Norma 5 Tahun
l

6) Riwayat KB

N Jenis KB Waktu Lamanya Keluhan


O
1 Suntik1 Setelah 2 tahun Ibu ingin berganti kb karena berat
bulan punya anak badannya bertambah.
pertama
2 Pil KB Setelah 3 tahun Ibu ingin berhenti karena ingin
berganti dari mempunyai anak lagi.
KB suntik
3 Suntik 3 Setelah 3 tahun Ibu ingin berganti KB yang jangka
bulan mempunyai panjang.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 68


anak ke-2
3 Implan Setelah 1 tahun Ibu merasa khawatir dengan perubahan
menggunaka menstruasi, dan juga selama 1 minggu
n KB suntik 3 terahir terdapat flek darah pada celana
bulan dalam.

7) Riwayat psikologis
 Ibu mengatakan bahwa beberapa hari setelah
pemasangan KB implant ibu merasa gelisah tanpa tau
penyebabnya dan takut karena ada pembicaraan dari
tetangga bahwa implant yang dipasang bisa saja
berpindah tempat.
 Ibu mengatakan cemas dengan adanya menstruasi yang
tidak lancar dan keluar bercak darah dari jalan lahir
selama satu minggu terahir.
8) Pola kebiasaan sehari hari
 Pola nutrisi :Ibu mengatakan makan 2 kali sehari
dengan porsi sedang (nasi,lauk,sayur,buah)dan minum
sekiar 4-5 gelas air putih setiap hari.
 Pola istirahat : Ibu mengatakan tidur malam sekitar 7
jam dari pukul 21.00 WIB dan bangun pukul 04.00 WIB,
dan terkadang tidur siang 1 jam.
 Pola hubungan seksual :Ibu mengatakan aktif
berhubungan seksual 1 minggu dua kali, namun selama
keluar bercak darah ibu tidak melakukannya karena
merasa takut.
 Personal hygiene: Ibu mengatakan rutin mandi 2x
sehari, saat keluar bercak darah ibu hanya menggunakan
panti liner dan ganti 2x hari.
9) Sosial budaya
Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi minuman keras,
narkoba dan juga merokok.
10) Spiritual

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 69


Ibu mengatakan tidak ada larangan agama untuk pemakaian
alat kontrasepsi.
11) Hasil konseling awal dan informed consent
Ibu mengatakan saat pemasangan KB implant sudah diberi
surat persetujuan oleh bidan dan sudah ditandatanganinya.

c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)


1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum :Baik
b) Tekanan darah :120/80 mmHg
c) Nadi :80 x /menit
d) Respirasi :24x/menit
e) Suhu :36,5 oC
f) Berat badan :58 Kg
g) Tinggi badan :155 cm
h) IMT : 24

2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
 Wajah tidak terlihat bengkak dan tidak terlihat pucat.
 Mata tidak cekung,konjungtiva merah muda ,sklera putih
jernih.
 Mulut terlihat bersih tidak ada lesi ,gusi tidak bengkak
dan berdarah.
b) Leher
 Tidak teraba pembengkakan kelenjar tyroid.
 Tidak teraba pembengkakan vena jugularis.
c) Dada
 Dada terlihat simetris.
 Tidak teraba benjolan yang abnormal pada payudara.
 Tidak terdengar suara wheezing dan ronchi.
d) Abdomen

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 70


 Tidak terlihat luka bekas operasi.
 Tidak teraba nyeri tekan pada abdomen.
 Tidak terdapat kram pada perut bagian bawah.
e) Genetalia dan anus
 Tidak terlihat adanya cirri-ciri penyakit IMS.
 Tidak terlihat varises pada vulva dan anus.
 Terlihat luka bekas jahitan pada jalan lahir.
 Terlihat bercak darah dari vagina.
 Tidak terdapat nyeri goyang pada porsio.
f) Ektermitas
 Terlihat sedikit luka bekas insisi pada lengan bagian kiri.
 Teraba implant masih pada posisi yang sama seperti pada
saat pemasangan.

3.2 INTERPRETASI DATA


Tanggal: 5 Januari 2018 Pukul: 15.00 WIB
3.3 Diagnosa Kebidanan
Ny “S” Usia 29 Tahun P2002 Akseptor KB Implan dengan spotting.
Data Dasar:
Data Subyektif
1) Ibu mengatakan berusia 29 tahun.
2) Ibu mengatakan telah menggunakan KB implat.
3) Ibu mengatakan menstruasinya tidak lancar dan keluar bercak
darah selama satu minggu terakhir.
4) Ibu mengatakan sudah mempunyai 2 anak.
5) Ibu mengatakan suadah pernah menggunakan KB suntik 1 bulan,
pil KB, suntik 3 DMPA sebelum menggunkan KB implant.
6) Ibu mengatakan selama keluar bercak darah mengganti panti liner
2x sehari.

Data Obyektif

1) Keadaan umum: Baik

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 71


2) Kesadaran: Composmentis
3) TTV
TD : 120/80 R : 24x/menit
N : 80x/menit S : 36.5oC
4) Terlihat bekas luka pemasangan implant
5) Teraba implant masih pada posisi yang sama seperti saat
pemasangan.
6) Tidak terdapat kram pada perut bagian bawah.
7) Terlihat adanya bercak darah pada genetalia.
8) Tidak terdapat nyeri goyang pada porsio.

3.3 DIAGNOSA POTENSIAL


Amenore

3.4 TINDAKAN SEGERA


-

3.5 PERENCANAAN
Tanggal: 5 Januari 2018 Pukul: 15.20 WIB
a) Menjelaskan kepada ibu hasil dari pemeriksaan yang telah dilakukan.
b) Memberikan KIE kepada ibu mengenai efek samping dari KB implant
dan penjelasan mengenai spotting.
c) Memberikan KIE kepada ibu mengenai personal hygiene.
d) Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang bila ada keluhan.

3.6 PENATALAKSANAAN
Tanggal: 5 Januari 2018 Pukul: 15.30 WIB
a) Pukul 15.30 WIB, menjelaskan hasil dari pemeriksaan yakni:
TD : 120/80 R : 24x/menit
N : 80x/menit S : 36.5oC
 Tidak teraba benjolan yang abnormal pada payudara yang artinya
payudra ibu dalam kondisi yang normal.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 72


 Teraba implant masih pada posisi yang sama seperti saat pertama
kali pemasangan yang artinya implant tidak akan berpindah posisi
ke organ lain sperti yang ibu cemaskan selama ini.
 Tidak terjadi kehamilan diluar kandungan karena saat diperiksa
perut bagian bawah ibu tidak merasakan nyeri.
 Terlihat adanya bercak darah pada genetalia ibu.
b) Pukul 15.40 WIB, memberikan KIE kepada ibu mengenai efek
samping pemakaian KB implant yang diantaranya adalah nyeri kepala,
peningkatan/penurunan berat badan, perasaan mual, menstruasi tidak
teratur, dan keluarnya bercak darah atau spotting. Spotting itu sendiri
terjadi karena ketidakseimbangan hormon didalam tubuh ibu akibat
pemasangan implan yang menjadikan dinding rahim ibu yang harusnya
menebal dan luruh menjadi menstruasi menjadi tipis, sehingga
menstruasi menjadi tidak lancar dan darah menstruasi pun menjadi
sedikit berupa bercak-bercak, dan hal ibu merupakan hal yang wajar
sebagai efek samping dari pemakaian KB implant.
c) Pukul 15.45 WIB, memberikan KIE tentang personal hygiene terutama
cara membasuh kemaluan dari arah depan menuju kebelakang. Selain
itu juga menyarankan agar ibu lebih sering mengganti panti liner
dikarenakan sifat dari panti liner itu sendiri mudah lembab apabila
selesai melakukan BAK.
d) Pukul 15.50 WIB, memberitahukan kepada ibu untuk melakukan
kunjungan ulang apabila ada yang dikeluhkan.

3.7 EVALUASI
Tanggal: 5 Januari 2018 Pukul: 15.50 WIB
a) Ibu mengerti hasil dari pemeriksaan yang telah dilakukan.
b) Ibu mengerti tentang efek samping dari pemasangan KB implant, serta
penjelasan mengenai spotting.
c) Ibu bersedia menjaga personal hygiene terutama daerah kemaluan
sesuai apa yang disarankan oleh bidan.
d) Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang apabila ada yang dikeluhkan.

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 73


BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 74


Pada bab ini penulis akan membahas mengenai ada tidaknya kesenjangan
antara tinjauan teori dengan data yang diperoleh pada akseptor pemasangan KB
implant. Pada saat pengkajian yang dilakukan pada tanggal 05 Januari 2018 pukul
15.00 didapatkan data subjektif berupa keluhan utama yang dirasakan Ny. S yaitu
menstruasi yang tidak lancar dan keluarnya bercak darah melalui jalan lahir atau
yang biasa disebut dengan spotting. Salah satu cara kerja dari KB implant yaitu
mengeluarkan sejumlah kecil progestin yang dilepas secara terus-menerus,
progestin ini akan memberikan feedback negative kepada hipotalamus berupa
penekanan pengeluaran hormone FSH atau follicle stimulating hormone. FSH
adalah hormone yang berfungsi menstimulasi perkembangan folikel yang berada
di ovarium, dengan adanya penurunan hormone FSH mengakibatkan
terhambatnya perkembangan folikel menjadi folikel de graf . Dalam hal ini folikel
de graf dapat menghasilkan hormone estrogen. Hormone estrogen adalah
hormone yang berfungsi membantu mempertebal sel endometrium untuk
mempersiapkan implantasi, karena hormone estrogen juga tertekan
pengeluarannya , maka dapat menyebabkan sel endometrium yang melapisi
kavum uteri menjadi tipis. Selain itu hipotalamus juga menekan pengeluaran
homon LH atau luteinizing hormone yang berfungsi merangsang pengeluaran
ovum dari folikel de graf atau yang bisa disebut dengan ovulasi. Jadi berdasarkan
teori yang ada, seorang akseptor KB implant dapat mengalami gangguan pola
menstruasi dan juga spotting karena adanya penekanan hormone FSH dan LH
oleh hipotalamus (hipofise anterior). Kesimpulan ini juga didukung dengan
banyaknya akseptor KB implant yang mengalami gangguan pada pola haid
terutama pada 6-12 bulan pertama, pada kasus ini Ny. S juga masih menggunakan
KB implant selama 1 tahun.
Di dalam melakukan pemeriksaan fisik ditemukan data objektif berupa
bercak darah yang keluar dari jalan lahir pada celana dalam ibu, hal ini
menunjukkan bahwa keluhan utama ibu berupa spotting benar-benar terjadi. Saat
dilakukan pemeriksaan abdomen tidak terdapat kram pada perut bagian bawah
dan juga dilakukan pemeriksaan genetalia tidak terdapat nyeri goyang, hal ini
menunjukkan bahwa spotting yang dialami ibu bukan berasal dari Kehamilan

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 75


Ektopik Terganggu (KET) dimana salah satu ciri dari KET adalah mengalami
spotting.
Dari data subjektif dan objektif yang telah didapatkan, dapat disimpulkan
bahwa spotting yang dialami ibu merupakan efek samping dari penggunaan
implant. Maka dari itu, pada saat melakukan penatalaksanaan diberikan KIE
kepada ibu bahwa spotting yang dialaminya merupakan hal yang wajar, yang juga
sering dialami akseptor KB implant terutama 6-12 bulan pertama pemakaian.
Namun apabila perdarahan masih terus berlanjut dan mengkhawatirkan klien,
metode kontrasepsi lain perlu dicari.

SOAL DAN KUNCI JAWABAN

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 76


1. Seorang perempuan usia 26 tahun P1A0 datang ke Puskesmas dengan
keluhan mengeluarkan bercak darah sejak 3 bulan yang lalu setelah
menggunakan KB implant selama 10 bulan. Setelah dilakukan peeriksaan
didapatkan data objektif berupa TD 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit. Dari
kasus diatas apa yang terjadi pada perempuan tersebut?
A. Spotting
B. Menoragia
C. Metroragia
D. Polimenorea
E. Menometrorrhagia

2. Seorang perempuan berumur 25 tahun P1A0 datang ke PMB ingin ber-KB


implan. Setelah dilakukan anamnesa diketahui bahwa ibu memiliki riwayat
hipertensi dan diabetes melitus. TD 140/100 mmHg, nadi 80×/menit, dan
diketahui haid terakhir dua minggu lalu. Anak terakhir berumur 3 tahun.
Dari kasus tersebut, apa yang sebaiknya dilakukan oleh seorang bidan?
A. Tetap memasangkan implan kepada ibu saat itu juga
B. Meminta ibu untuk datang kembali saat haid lagi
C. Merekomendasikan KB hormonal lain
D. Merekomendasikan ibu untuk memakai KB sederhana
E. Merekomendasikan kontap

3. Seorang perempuan berumur 25 tahun P1A0 datang ke PMB mengeluhkan


sudah 2 bulan tidak menstruasi serta terdapat flek/bercak darah.Setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil positif pada testpack dan terdapat
nyeri tekan pada perut bagian bawah, TD 120/80 mmHg, nadi 88×/menit
RR 24/menit. Diagnosa apakah yang sesuai untuk perempuan tersebut?
A. Kehamilan kembar
B. Efek samping implan
C. KET
D. Abortus
E. Pre-eklamsia

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 77


4. Seorang perempuan umur 22 tahun P1001Ab000 datang ke PMB untuk
ber-KB dengan tujuan mengatur jarak kehamilan selama 3 tahun, anak
terakhir berumur 1 tahun, pemeriksaan fisik didapatkan data objektif
berupa TD 120/80 mmHg , nadi 80 x/menit, suhu 36°C. Alat kontrasepsi
apa yang cocok untuk perempuan tersebut?
A. MAL
B. Coitus Interuptus
C. Implan
D. Kondom
E. Kontrasepsi Darurat

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 78


 Affandi,Biran,dkk.2014.Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
 S Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Media
 P Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans
Info media
 J Nurul .2011. Konsep Dokumentasi Kebidanan .Jogjakarta : AR-ruzz
Media
 Varney, H. Kriebs, M.J, Geror, L. C. 2007. Buku ajar Asuhan Kebidanan.
Jakarta:. EGC.
 Manuaba, I.D.2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: . EGC.
 Manuaba, I.D.2012. Ilmu Kandungan Dan KB Untuk Kebidanan. Jakarta: .
EGC
 Sulistiyawati, A. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba
Medika
 Suliatiyawati, A. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.
Jakarta: Salemba Medika
 Saifuddin, A.B. 2010.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Bina Pustaka
 Estiwidani, D. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
 TD Kuswandari. 2015. BAB 1. Tersedia di
http://eprints.ums.ac.id/37661/4/BAB%201.pdf (diakses pada 03 Februari
2018)
 Rama Erfiyani. 2013. Gambaran Pengetahuan, Pendidikan, Media
Informasi, Pekerjaan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Aseptor
KB Di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Beser 2013. Jakarta.
Tersedia di http://simtakp.uui.ac.id/dockti/RAMA_ERFIYANI-kti.pdf
(diakses pada 03 Februari 2018)
 Dwisang,Evi Luvina.2012. Cerdas Menghafal Biologi
SMA.Tanggerang:Scientific Press

Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KATA PENGANTAR 79

Anda mungkin juga menyukai