Anda di halaman 1dari 9

Kekerasan pada Anak

Pada suatu hari tinggalah sebuah keluarga di daerah rumah kumuh di


pinggiran Sungai. Di dalam keluarga tersebut tinggal seorang ayah dan anak yang
berusia 17 tahun. Sang ayah sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan terlihat
resah dan gundah dengan kehidupan yang dijalaninya sampai saat ini. Lapangan
pekerjaan sulit dia dapatkan, ditambah lagi dia harus menghidupi putrid satu-
satunya yang saat ini duduk dibangku SMA. Tidak ada seorang istri yang
membantunya, dikarenakan dia dan istrinya telah bercerai sejak 2 tahun yang lalu.

Sang anak tampak mengintip ayahnya yang sedang duduk di teras rumah
dengan raut muka yang kesal dan juga resah. Sang anak yang bernama Ana ingin
menemui ayahnya, karna ia ingin melanjutkan kuliah untuk mencapai cita-citanya.
Akan tetapi, dia terlihat takut untuk mengutarakan keinginannya Akhirnya dia
memberanikan diri untuk menemui ayahnya tersebut.

Eji : A…A..Ayah

Ayah : Ada apa? (tatapan tajam dengan nada suara yang ketus)

Eji : Ada yang ingin Eji katakan kepada ayah.

Ayah : Apa?

Eji : Jadi, sebenarnya Eji. Jadi yah, sebenarnya. Emmm. Sebeneranya


Eji..

Ayah : Apa ha? Ngomong aja susah. Jadi ngomong apa gk? Masih pagi
udah bikin ayah stress aja kamu.

Eji : sebenarnya Eji ingin melanjutkan kuliah yah.

Ayah : Apa? Kuliah? Eji, jangan pernah mimpi buat kuliah kamu. Duit
aja gk ada. Mau kuliah pakai apa? Daun? (mendorong anaknya)
Dari pada kuliah lebih baik kamu kerja sana. Cari kerja, biar bisa
bantu ayah hasilin uang. Kamu ini malah minta uang terus ke
ayah. Kamu pikir ayahmu ini Bank berjalan ya? Dasar anak gak
tau diri. Pergi sana. Nyesel ayah bawa kamu kesini. Anak gk
berguna, nyusahin aja bisanya. Cuihhh

Eji : (menangis sambil meratapi nasibnya)

Setelah menerima perlakuan buruk sang ayah, Eji pergi ke warung untuk
membeli makanan untuk dirinya dan ayahnya. Akan tetapi di tengah jalan dia
bertemu dengan Bu Sarinem, yang tidak lain adalah tetangga samping rumah Eji.

Bu sarinem : Eh Eji. Mau kemana kamu?

Eji : Mau beli sarapan di warung Bu Sally, Bu.

Bu sarinem : Oh begitu. Kok kamu lemes begitu? Kamu sakit ya?

Eji : tidak kok bu. Ada apa memang bu?

Bu sarinem : kamu pucet. Kamu yakin gk papa?

Eji : Iya bu, saya tidak papa.

Bu sarinem : Eji, sini ibu lihat. Astaghfirullah. Tangan sama wajah kamu
kenapa?

Eji : Tidak papa bu. Ini hanya terbentur pintu saja kok bu.

Bu Sarinem : Gak mungkin Eji. Ini pasti perbuatan ayah kamu ya? Ayo jujur
sama Ibu. Ibu sudah tau lo apa yang sudah ayah kamu lakukan
padamu.

Eji : (menangis).

Bu Sarinem : Astaghfirullah Eji. Sudah nak. Tenang. Ayo ikut ibu ke Bidan.
Biar luka bu bisa sembuh nak.

Akhirnya Bu Sarinem memutuskan untuk mengajak Eji ke tempat Bidan


dekat rumahnya.

Bu sarinem : Permisi Bu Bidan. Assalamualaikum.

Bidan : Walaikumsalam. Bu Sarinem. Silahkan masuk bu.


Bu Srinem : baik Bu.

Bidan : ada yang bisa saya bantu bu?

Bu sarinem : ini bu, tangan sama wajahnya luka-luka.

Bidan : Ini bukannya anak pak Jaka ya? Kok bisa bersama Bu sarinem?

Bu Sarinem : Ceritanya panjang bu.

Bidan : oalah, iya bu. Sini mbak saya periksa dulu. Loh kok lukanya
sampai seperti ini mbak?

Eji : saya tidak papa kok bu Bidan.

Bidan : tidak papa apanya. Lukanya sampai seperti ini, kamu habis
ngapain mbak?

Eji : (diam sambil menahan tangis)

Bu sarinem : jadi begini bu bidan. Sebenarnya, saya sudah lama melihat Eji
disiksa sama ayah kandungnya. Tapi saya tidak bisa berbuat apa-
apa bu bidan. Sampai hari ini, saya benar-benar prihatin dengan
kondisi Eji. Akhirnya saya memutuskan untuk membawa Eji ke
sini, agar Eji bisa diobati begitu bu bidan

Bidan : jadi begitu bu? Sejak kapan kamu disiksa ayahmu Eji?

Eji : sudah hampir 1 tahun ini bu.

Bidan : Astaghfirullah. Sudah lama kamu disiksa, tapi kenapa kamu tidak
minta bantuan sama sekali Eji?

Eji : saya takut bu. Nanti kalau saya minta bantuan, saya akan
mendapatkan perlakuan yang lebih kejam lagi bu.

Bidan : sudah Eji. Tenang ya. Sekarang kamu ceritakan kronologisnya


secara perlahan. Kamu boleh menangis sepuasnya. Kamu boleh
mencurahkan semua yang kamu inginkan disini. Kamu tenang
saja, disini, tidak orang yang akan menyakitimu. Kamu bisa
ceritakan semuanya. Insyaallah, Bu bidan akan membantumu, ya.
Kamu yang tenang, dan sabar ya.

Eji : Baik bu. (menangis)

Eji mulai menceritakan kronologis kenapa ayahnya sering melakukan


kekerasan kepadanya sejak 1 tahun yang lalu. Eji berharap, dengan menceritakan
semuanya, dia akan mendapatkan perlindungan dari banyak pihak. Sehingga dia
terlindungi dari kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya.

Bidan : Baik Eji. Sekarang ibu sudah tau semuanya. Sekarang ibu kasih
obat untuk menghilangkan rasa sakitnya dan obat untuk
menyembuhkan lukamu. Jika lukamu masih belum sembuh, kamu
kesini ya, nanti ibu antar kamu ke puskesmas. Untuk kasus
kekerasan yang dilakukan ayahmu padamu, ibu akan meminta
bantuan kepada Pak RT, agar kamu bisa aman dan masalah yang
terjadi pada bisa terselesaikan secepatnya ya.

Eji : Baik bu. Terima kasih banyak bu.

Bu sarinem : Terima kasih banyak ya bu bidan. Saya benar-benar tidak


menyangka, bu bidan mau meluangkan waktunya untuk
membantu mengurus masalah Eji.

Bidan : Iya Bu Sarinem. Ini semua tugas kita bersama sebagai seorang
manusia. Dimana kita juga memiliki rasa perikemanusiaan, kita
pasti tidak suka kan jika melihat anak kita , merasa tersiksa seperti
ini.

Bu sarinem : iya bu Bidan. Sekali lagi terima kasih banyak bu. Saya pamit ya
bu. Assalamualaikum.

Bidan ; Waalaikumsalam bu.

Pada hari berikutnya bidan tersebut menemui pak rt untuk


menyelesaikan permasalah eji
Bidan : assalamualaikum pak rt

Pak RT : ehh bu bidan waalaikumsallam, ada yang bisa saya bantu bu,
monggo masuk masuk

Bidan :iya pak makasih, gini pak saya mau menyampaikan laporan dari
warga, bapak kenal pak jaka kan

Pak RT : iyaa buk kenal, kenapa nggeh ?

Bidan : gini tadi bu sarinem ke tempat saya sambil membawa eji anak
pak jaka, sepertinya si eji ini mendapat siksaan dari bapaknya pak.
Karena saya lihat di tubuh nya eji banyak banget memar sama
bekas pukulan, dan bu sarinem sendiri juga menceritakan
semuannya pada saya

Pak RT : yang bener buk ? Waaaa ini tidak bisa dibiarkan bu, karena kalau
terlambat bisa berakibat fatal bagi eji sendiri, apalagi eji juga
masih remaja

Bidan : betul pak saya juga setuju dengan bapak, terus langlah kita
selanjutnya bagaimana pak ?

Pak RT : begini bu bagaimana kalau saya pergi kerumah pak jaka untuk
memaatikan kejadian ini agar tidak timbul fitnah. Mungkin nanti
aore aaya akan kerumah pak jaka

Bidan : baiklah kalau begitu, saya pamit dulu pak, terima kasih sudah
mau mendengarkan laporan saya

Pak rt : uyaa bu sama - sama, itu juga sudah menjadi kewajiban saya
sebagai rt disini

Sorenya pak RT pergi menemui pak jaka ayah eji ke rumahnya

Pak RT : assalamualaikum pak jaka


Pak jaka : (dengan tergesa gesa membuka pintu) waalakumsallam, ehh pak
rt ada apa pak kok tumben ke rumah saya, ayo masuk dulu

Pak rt : begini pak saya mohon maaf sebelumnya, saya mendapatkan


laporan dari salah satu warga, saya disini hanya ingin menanyakan
apakah berita tersebut benar atau tidak sebelum akhirnya
menyebar dan menimbulkan fitnah

Pak jaka : laporan ?? (dengan nada tegas ) laporan apa yang bapak maksud.
Ada apa ini, emang saya melakukan apa

Pak rt : sabar pak sabar sebentar saya jelaskan, jadi begini tadi siang ada
salah satu warga yang melaporkan pada saya kalau anak bapak ejii
mengalami banyak luka memas dan bekas pukulan di badannya.
Dan katanya luka luka itu karena dipukul oleh bapaknnya, apakah
semua itu benar pak ?

Pak jaka : atas dasar apa bapak bicara seperti itu. Jangan asal ngomong ya
pak

Pak rt : mohon maaf pak, banyak warga yang bilang seperti itu. Kalau
semisal memang benar saya mohon ke bapak jangam melakukan
itu pak, nggak baik, kasihan eji juga, dia kan juga anak kandung
bapak sendiri

Pak jaka : pak rt ini tau apa?? Orang luar kok mau mencampuri urusan
keluarga saya, aaya nggak butuh naaihat pak rt ya. Mending
sekarang pak rt pulang aja

Pak rt : baik pak saya akan pulang, tetapi saya vuman mau pesen ke
bapak jangan melakukan hal tersebut pada anak bapak, karena
akibatnya akan fatal pak, bagi bapak maupun bagi anak bapak

Pak jaka : udahh pak sudah sekarang bapak pulang aja sana

Pak rt : bauklah terserah bapak kalau begitu, saya pamit,


wasallamualikum
Pak jaka : waalaikumsallam (sambil membanting pintu)

Setelah pak rt pulang, pak jaka pun memanggil anaknya eji yang sedang
berada di dapur

Pak jaka : ejiiiiiiii ejiiiiiiiiiii sini kamu (dengan teriak-teriak)

Eji : iya pak ada apa pak ? ( dengan tergesa-gesa)

Pak jaka : ngomong apa aja kamu ke orang lain ? Kamu mau jelek jelekin
bapak ke orang lain (sambil membawa kemocoeng dan memukul
eji)

Eji : ampunn pak. Eji minta maaf pak, eji minta maaf , sakit pak

Pak jaka : emang maaf bisa ngebagusin nama bapak lagi ?? Mikirrr!!, dasar
anak nggak bisa diandelin kamu ini, bisanya cuma nyusahin
bapak, nggak bisa bantuu apa-apa ( memukul eji)

Eji : ampunn pakk eji minta maaf, sakitt pak ( sambil menangis)

Pak jaka : maaf maaf yang bisa kamu lakuin, dasarr anak gak tau diri
(menyiksa dan memukul)

Eji : ampunn pak eji gak kuat l, sakit pakk, ejii pusing pak, sudah pak
(merintih dan menangos. Tiba-tiba eji pingsan)

Kala itu ternyata pak RT masih bersembunyi di halaman rumah Pak Jaka,
pak RT menyaksikan serta merekam apa yang dilakukan pak Jaka kepada Enji.
Para tetangga mulai berdatangan karena mendengar kejadian. Lalu tetangga
masuk dan melihat enji sedang tergeletak pingsan sementara pak Jaka duduk di
sofa sambil memegang kepalanya .

Tetangga : astagfirullah, pak jaka anda saya perhatikan semakin hari


semakin parah dengan anak anda. Ini anak anda pak!!! jangan
lampiaskan masalah anda pada anak anda. (sambil memegang enji,
dan meminta bantuan tetangga yang lain untuk membawa enji ke
RS)

Sesampainya di RS, Enji sudah tertangani oleh tim medis. Pak jaka yang
saat itu ikut ke Rs dengan raut wajah depresi sambil menangis melihat enji. Lalu
pak RT bersama Polisi datang menemui pak Jaka.

Polisi : selamat sore pak, kami dari Polres Malang ingin meminta
waktunya sebentar.

Pak RT : ya, ini orangnya pak.

Pak Jaka : ada apa lagi ini???

ibu Enji : Astagfirullah, ada apa ini pakkkkk? Kemana enji ku ? (mencari
enji)

Polisi : begini pak, terkait laporan pak RT dan warga setempat dengan
adanya kekerasan yang bapak lakukan terhadap anak bapak
beserta bukti yang telah didapat berupa rekaman. Kami harap
bapak mau mengikuti prosedur hukum tentang kekerasan anak.
Kami sudah berkonsultasi dengan KOMNAS anak. Bapak harus
ikut kami sekarang!

Pak Jaka : Enji, ini semua gara-gara kamu!!! (Marah, sambil masuk mobil
polisi)

ibu enji : Ya Allah nak, maafkan ibu selama ini tidak tahu tentang apa yang
bapak kamu lakukan ke kamu. Ibu menyesal, ibu baru tahu karena
para tetangga menghubungi ibu. Mulai sekarang kamu tinggal
bersama ibu ya sayang. (sambil memeluk enji)

pak RT : benar bu, mending enji ikut dengan ibu. Saya sudah berkali-kali
bicara dengan bapak tapi beliau keras kepala dan terus mengulangi
kekerasan pada enji.
Ibu enji : iya pak terimakasih banyak sudah merepotkan bapak sampai
lapor polisi.

Tetangga : iya bu, yang sabar nggeh bu.

Setelah hari itu, pak jaka sudah berurusan dengan polisi. Sementara enji berbagia
tinggal bersama ibu kandungnya ditempat yang baru yang pasti tidak ada
kekerasan seperti apa yang dilakukan pak jaka pada enji.

Anda mungkin juga menyukai