Sang anak tampak mengintip ayahnya yang sedang duduk di teras rumah
dengan raut muka yang kesal dan juga resah. Sang anak yang bernama Ana ingin
menemui ayahnya, karna ia ingin melanjutkan kuliah untuk mencapai cita-citanya.
Akan tetapi, dia terlihat takut untuk mengutarakan keinginannya Akhirnya dia
memberanikan diri untuk menemui ayahnya tersebut.
Eji : A…A..Ayah
Ayah : Ada apa? (tatapan tajam dengan nada suara yang ketus)
Ayah : Apa?
Ayah : Apa ha? Ngomong aja susah. Jadi ngomong apa gk? Masih pagi
udah bikin ayah stress aja kamu.
Ayah : Apa? Kuliah? Eji, jangan pernah mimpi buat kuliah kamu. Duit
aja gk ada. Mau kuliah pakai apa? Daun? (mendorong anaknya)
Dari pada kuliah lebih baik kamu kerja sana. Cari kerja, biar bisa
bantu ayah hasilin uang. Kamu ini malah minta uang terus ke
ayah. Kamu pikir ayahmu ini Bank berjalan ya? Dasar anak gak
tau diri. Pergi sana. Nyesel ayah bawa kamu kesini. Anak gk
berguna, nyusahin aja bisanya. Cuihhh
Setelah menerima perlakuan buruk sang ayah, Eji pergi ke warung untuk
membeli makanan untuk dirinya dan ayahnya. Akan tetapi di tengah jalan dia
bertemu dengan Bu Sarinem, yang tidak lain adalah tetangga samping rumah Eji.
Bu sarinem : Eji, sini ibu lihat. Astaghfirullah. Tangan sama wajah kamu
kenapa?
Eji : Tidak papa bu. Ini hanya terbentur pintu saja kok bu.
Bu Sarinem : Gak mungkin Eji. Ini pasti perbuatan ayah kamu ya? Ayo jujur
sama Ibu. Ibu sudah tau lo apa yang sudah ayah kamu lakukan
padamu.
Eji : (menangis).
Bu Sarinem : Astaghfirullah Eji. Sudah nak. Tenang. Ayo ikut ibu ke Bidan.
Biar luka bu bisa sembuh nak.
Bidan : Ini bukannya anak pak Jaka ya? Kok bisa bersama Bu sarinem?
Bidan : oalah, iya bu. Sini mbak saya periksa dulu. Loh kok lukanya
sampai seperti ini mbak?
Bidan : tidak papa apanya. Lukanya sampai seperti ini, kamu habis
ngapain mbak?
Bu sarinem : jadi begini bu bidan. Sebenarnya, saya sudah lama melihat Eji
disiksa sama ayah kandungnya. Tapi saya tidak bisa berbuat apa-
apa bu bidan. Sampai hari ini, saya benar-benar prihatin dengan
kondisi Eji. Akhirnya saya memutuskan untuk membawa Eji ke
sini, agar Eji bisa diobati begitu bu bidan
Bidan : jadi begitu bu? Sejak kapan kamu disiksa ayahmu Eji?
Bidan : Astaghfirullah. Sudah lama kamu disiksa, tapi kenapa kamu tidak
minta bantuan sama sekali Eji?
Eji : saya takut bu. Nanti kalau saya minta bantuan, saya akan
mendapatkan perlakuan yang lebih kejam lagi bu.
Bidan : Baik Eji. Sekarang ibu sudah tau semuanya. Sekarang ibu kasih
obat untuk menghilangkan rasa sakitnya dan obat untuk
menyembuhkan lukamu. Jika lukamu masih belum sembuh, kamu
kesini ya, nanti ibu antar kamu ke puskesmas. Untuk kasus
kekerasan yang dilakukan ayahmu padamu, ibu akan meminta
bantuan kepada Pak RT, agar kamu bisa aman dan masalah yang
terjadi pada bisa terselesaikan secepatnya ya.
Bidan : Iya Bu Sarinem. Ini semua tugas kita bersama sebagai seorang
manusia. Dimana kita juga memiliki rasa perikemanusiaan, kita
pasti tidak suka kan jika melihat anak kita , merasa tersiksa seperti
ini.
Bu sarinem : iya bu Bidan. Sekali lagi terima kasih banyak bu. Saya pamit ya
bu. Assalamualaikum.
Pak RT : ehh bu bidan waalaikumsallam, ada yang bisa saya bantu bu,
monggo masuk masuk
Bidan :iya pak makasih, gini pak saya mau menyampaikan laporan dari
warga, bapak kenal pak jaka kan
Bidan : gini tadi bu sarinem ke tempat saya sambil membawa eji anak
pak jaka, sepertinya si eji ini mendapat siksaan dari bapaknya pak.
Karena saya lihat di tubuh nya eji banyak banget memar sama
bekas pukulan, dan bu sarinem sendiri juga menceritakan
semuannya pada saya
Pak RT : yang bener buk ? Waaaa ini tidak bisa dibiarkan bu, karena kalau
terlambat bisa berakibat fatal bagi eji sendiri, apalagi eji juga
masih remaja
Bidan : betul pak saya juga setuju dengan bapak, terus langlah kita
selanjutnya bagaimana pak ?
Pak RT : begini bu bagaimana kalau saya pergi kerumah pak jaka untuk
memaatikan kejadian ini agar tidak timbul fitnah. Mungkin nanti
aore aaya akan kerumah pak jaka
Bidan : baiklah kalau begitu, saya pamit dulu pak, terima kasih sudah
mau mendengarkan laporan saya
Pak rt : uyaa bu sama - sama, itu juga sudah menjadi kewajiban saya
sebagai rt disini
Pak jaka : laporan ?? (dengan nada tegas ) laporan apa yang bapak maksud.
Ada apa ini, emang saya melakukan apa
Pak rt : sabar pak sabar sebentar saya jelaskan, jadi begini tadi siang ada
salah satu warga yang melaporkan pada saya kalau anak bapak ejii
mengalami banyak luka memas dan bekas pukulan di badannya.
Dan katanya luka luka itu karena dipukul oleh bapaknnya, apakah
semua itu benar pak ?
Pak jaka : atas dasar apa bapak bicara seperti itu. Jangan asal ngomong ya
pak
Pak rt : mohon maaf pak, banyak warga yang bilang seperti itu. Kalau
semisal memang benar saya mohon ke bapak jangam melakukan
itu pak, nggak baik, kasihan eji juga, dia kan juga anak kandung
bapak sendiri
Pak jaka : pak rt ini tau apa?? Orang luar kok mau mencampuri urusan
keluarga saya, aaya nggak butuh naaihat pak rt ya. Mending
sekarang pak rt pulang aja
Pak rt : baik pak saya akan pulang, tetapi saya vuman mau pesen ke
bapak jangan melakukan hal tersebut pada anak bapak, karena
akibatnya akan fatal pak, bagi bapak maupun bagi anak bapak
Pak jaka : udahh pak sudah sekarang bapak pulang aja sana
Setelah pak rt pulang, pak jaka pun memanggil anaknya eji yang sedang
berada di dapur
Pak jaka : ngomong apa aja kamu ke orang lain ? Kamu mau jelek jelekin
bapak ke orang lain (sambil membawa kemocoeng dan memukul
eji)
Eji : ampunn pak. Eji minta maaf pak, eji minta maaf , sakit pak
Pak jaka : emang maaf bisa ngebagusin nama bapak lagi ?? Mikirrr!!, dasar
anak nggak bisa diandelin kamu ini, bisanya cuma nyusahin
bapak, nggak bisa bantuu apa-apa ( memukul eji)
Eji : ampunn pakk eji minta maaf, sakitt pak ( sambil menangis)
Pak jaka : maaf maaf yang bisa kamu lakuin, dasarr anak gak tau diri
(menyiksa dan memukul)
Eji : ampunn pak eji gak kuat l, sakit pakk, ejii pusing pak, sudah pak
(merintih dan menangos. Tiba-tiba eji pingsan)
Kala itu ternyata pak RT masih bersembunyi di halaman rumah Pak Jaka,
pak RT menyaksikan serta merekam apa yang dilakukan pak Jaka kepada Enji.
Para tetangga mulai berdatangan karena mendengar kejadian. Lalu tetangga
masuk dan melihat enji sedang tergeletak pingsan sementara pak Jaka duduk di
sofa sambil memegang kepalanya .
Sesampainya di RS, Enji sudah tertangani oleh tim medis. Pak jaka yang
saat itu ikut ke Rs dengan raut wajah depresi sambil menangis melihat enji. Lalu
pak RT bersama Polisi datang menemui pak Jaka.
Polisi : selamat sore pak, kami dari Polres Malang ingin meminta
waktunya sebentar.
ibu Enji : Astagfirullah, ada apa ini pakkkkk? Kemana enji ku ? (mencari
enji)
Polisi : begini pak, terkait laporan pak RT dan warga setempat dengan
adanya kekerasan yang bapak lakukan terhadap anak bapak
beserta bukti yang telah didapat berupa rekaman. Kami harap
bapak mau mengikuti prosedur hukum tentang kekerasan anak.
Kami sudah berkonsultasi dengan KOMNAS anak. Bapak harus
ikut kami sekarang!
Pak Jaka : Enji, ini semua gara-gara kamu!!! (Marah, sambil masuk mobil
polisi)
ibu enji : Ya Allah nak, maafkan ibu selama ini tidak tahu tentang apa yang
bapak kamu lakukan ke kamu. Ibu menyesal, ibu baru tahu karena
para tetangga menghubungi ibu. Mulai sekarang kamu tinggal
bersama ibu ya sayang. (sambil memeluk enji)
pak RT : benar bu, mending enji ikut dengan ibu. Saya sudah berkali-kali
bicara dengan bapak tapi beliau keras kepala dan terus mengulangi
kekerasan pada enji.
Ibu enji : iya pak terimakasih banyak sudah merepotkan bapak sampai
lapor polisi.
Setelah hari itu, pak jaka sudah berurusan dengan polisi. Sementara enji berbagia
tinggal bersama ibu kandungnya ditempat yang baru yang pasti tidak ada
kekerasan seperti apa yang dilakukan pak jaka pada enji.