Anda di halaman 1dari 40

KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN

KEGAWATDARURATAN PADA PARTUS MACET KAUSA


PANGGUL SEMPIT

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Yang dibimbing oleh Didien Ika Setyarini, SsiT,.M.Keb

Oleh :
Miftakul Fira Maulidia
1502450021 / III A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
2017

1
KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN
KEGAWATDARURATAN PADA PARTUS MACET KAUSA
PANGGUL SEMPIT

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Yang dibimbing oleh Didien Ika Setyarini, SsiT,.M.Keb

Oleh :
Miftakul Fira Maulidia
1502450021 / III A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MALANG

2
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
2017

3
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah dipresentasikan / diseminarkan


pada tanggal ………………

Pembimbing

(Didien Ika Setyarini, SsiT,.M.Keb)


NIP. 19721210 200212 2 001

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep Manajemen Kebidanan Kegawatdaruratan pada Partus Macet Kausa
Panggul Sempit”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Ucapan terima kasih juga tak lupa penulis haturkan kepada semua pihak yang
telah terlibat dalam penyusunan makalah ini, antara lain :
1. Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tanpa gangguan.
2. Dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal, Ibu Didien Ika Setyarini, SsiT,.M.Keb, yang telah membimbing
penulis dalam menyusun makalah ini.
3. Keluarga yang senantiasa mendukung.
4. Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah.
5. Semua pihak yang telah terlibat yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak memiliki kekurangan.Untuk itu, penulis
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Terimakasih.

Penulis

5
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.........................................................................................................i
Lembar Pengesahan....................................................................................................ii
Kata Pengantar..........................................................................................................iii
Daftar Isi....................................................................................................................iv
BAB I TINJAUAN TEORI......................................................................................1
1.1 Definisi.................................................................................................................1
1.2 Etiologi.................................................................................................................1
1.3 Patofisiologi..........................................................................................................4
1.4 Klasifikasi.............................................................................................................5
1.5 Diagnosis..............................................................................................................6
1.6 Penatalaksanaan....................................................................................................8
1.7 Kompilasi............................................................................................................13
1.8 Prognosis............................................................................................................15
BAB II KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN PADA INERSIA UTERI
2.1 Pengumpulan Data Dasar...................................................................................17
2.2 Interprestasi Data................................................................................................30
2.3 Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial....................................................31
2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera............................................................................32
2.5 Intervensi............................................................................................................32
2.6 Implementasi......................................................................................................33
2.7 Evaluasi..............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................34
LAMPIRAN 1

6
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFINISI
Cephalopelvic Disproportion (CPD) atau Fetal Pelvik disproportion
saat persalianan, yaitu ketika ada ketidak cocokan antara janin dan jalan lahir
ibu (Maharaj 2010).
Disproporsi fetopelvik adalah ketidak-mampuan janin untuk melewati
panggul. Disproporsi dapat absolut atau relative. Absolut apabila janin sama
sekali tidak akan dengan selamat dapat melewati jalan lahir. Disproporsi
relative terjadi jika apabila faktor-faktor lain ikut berpengaruh.(Hakimi,
2010).
Ada 2 definisi panggul sempit, yaitu secara anatomi dan secara
obstetri. Secara anatomi berarti panggul yang ukuran diameternya berada di
bawah angka normal sebanyak 1 cm atau lebih. Pengertian secara obstetri
adalah panggul yang diameternya kurang sehingga mengganggu mekanisme
persalinan normal (Obstetri Patologi : 133).

1.2 ETIOLOGI

Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai


berikut :
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil.
b. Panggul picak : hanya mempunyai sebuah sayap
pada sakrum, sehingga panggul
tumbuh sebagai panggul miring.
ukuran muka belakang sempit,
ukuran melintang biasa.
c. Panggul sempit picak : Semua ukuran kecil tapi terlebih
ukuran muka belakang
d. Panggul corong : sakrum terdiri dari atas 6 os

7
vertebra (asimilasi tinggi) atau 4 os
vertebra (asimilasi rendah).
Panggul asimilasi tinggi dapat
menimbulkan kesukaran dalam
turunya kepala janin ke rongga
panggul. pintu atas panggul
biasa,pintu bawah panggul sempit.
e. Panggul belah : penyatuan tulang-tulang pada
simfisis tidak terjadi sehingga
panggul terbuka di depan.

2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya


a. Rakhitis : pada anak-anak yang menderita
rakhitis karena kekurangan vitamin
D serta kalsium dalam makanan dan
kurang mendapat sinar matahari.
Jika anak mulai duduk, tekanan
badan pada panggul dengan tulang-
tulang dan sendi-sendi yang lembek
karena rakhitis dapat menyebabkan
sakrum dengan promontoriumnya
bergerak ke depan dan dengan
bagian bawahnya ke belakang,
dalam proses ini sakrum mendatar.
Ciri pokok pada panggul rakhitis
ialah mengecilnya diameter
anteroposterior pada PAP. Dewasa
ini panggul rakhitis dengan
kesempitan yang ekstrim tidak
ditemui lagi, akan tetapi panggul
picak karena gangguan gizi masih

8
yang hebat dan karena kekurangan
sinar matahari

b. Osteomalasia : panggul sempit melintang, suatu


penyakit karena gangguan gizi yang
hebat dan karena kekurangan sinar
matahari, yang menyebabkan
perubahan dalam bentuk tulang
termasuk panggui, sehingga
rongganya menjadi sempit, tetapi
sekarang sudah jarang di temui

c. Radang articulatio : panggul sempit miring


sacroilliaca
d. Tumor tulang panggul : Tumor yang dapat menimbulkan
kesempitan jalan lahir jarang sekali
ditemui. Demikian pula dengan
fraktur tulang panggul yang
disebabkan timbulnya kallus, atau
kurang sempurnanya kesembuhan
yang dapat.
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a. Kyphose : sakrum bagian atas ditekan ke
belakang, sedang sakrum bagian
bawah memutar ke depan. Dengan
demikian terdapat panggul corong
(tunnel pelvis) dengan pintu atas
panggul yang luas dan dengan
bidang-bidang lain yang sempit.
b. Skoliosis : Pada skoliosis tulang belakang yang
bagian bawah, bentuk panggul
dipengaruhi oleh perubahan pada

9
tulang-tulang di atsanya dan panggul
menjadi miring.

4. Panggul disebabkan kelainan anggota bawah


Kelaianan atau penyakit pada satu kaki yang diderita sejak lahir
atau dalam masa kanak-kanak menyebabkan kaki tersebut tidak dapat
digunakan dengan sempurna, sehingga berat badan harus dipikul oleh
kaki yang sehat. Akibat panggul bertumbuh miring (pada
postpoliomyelitis masa anak-anak). Beberapa bentuk kelainan tersebut
adalah:
a. Coxitis
b. Luxatio
c. Atrofia
d. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.
e. Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura dari tulang
panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.
Asuhan Kebidanan Patologi : hal 79
1.3 PATOFISIOLOGI
a. Kesempitan pada PAP
Pada kasus ini kemungkinan besar kepala tertahan oleh PAP,
dengan demikian serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Bila
pada panggul sempit PAP tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala
janin, bisa terjadi KPD yang menyebabkan kelainan pembuakaan dan ada
bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli.
b. Kesempitan pintu pangggul tengah
Ukuran terpenting adalah distansia interspinarum. Apabila
ukuranya kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai adanya kesukaran dalam
persalinan, apabila ditambah dengan diameter sagitalis posterior
berukuran pendek. Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering

10
ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala
dalam posisi lintang tetap (transverse arrest).
c. Kesempitan PBP
Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil dari biasa, maka sudut
arkus pubis mengecil pula (< 800). Dalam hal ini, supaya kepala dapat
lahir diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang PBP.
Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup panjang persalinan per
vaginam dapat dilaksanakan, walaupun dengan dengan perlukaan luas
pada perineum.Pada deformitas panggul yang sedemikian jelas sehingga
menyebabkan kepala janin tidak dapat memasuki pintu atas panggul,
proses persalinan menjadi lebih lama dan pada banyak kasus tidak pernah
terjadi partus spontan. Jika hal ini terjadi, efek pada ibu dan janin akan
parah.
1.4 KLASIFIKASI
Penyempitan panggul dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Penyempitan pintu masuk panggul.
Pintu masuk panggul biasanya dianggap menyempit jika diameter
anterioposterior terpendeknya kurang dari 10 cm atau jika diameter
tranversal terbesar kurang dari 12 cm. Diameter anteroposterior pintu
masuk panggul biasanya diperkirakan dengan mengukur konjugata
diagonalis secara manual, yaitu sekitar 1,5 cm lebih besar dari
diameter anteroposterior. Demikian, penyempitan pintu masuk panggul
biasanya didevinisikan sebagai konjugata diagonalis yang kurang dari
11,5 cm.
Sebelum persalinan, diameter biparietal janin menunjukkan
berukuiran rata-rata dari 9,5 hingga 9,8 cm. Oleh Karen aitu, mungkin
sulit atau bahkan tidak mungkin bagi sebahian janin untuk melewati
pintu atas dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm.
insidensi pelahiran yang sulit meningkat jika diameter anteroposterior
pintu atas kurang dari 10 cm.

11
b. Penyempitan Midpelvis
Situasi ini lebih sering dijumpai daripada penyempitan pintu atas.
Keadaan ini sering menyebabkan penanganan dengan tindakan
midforcep yang sulit atau sesar. Bidang obstetric midpelvis membujur
dari batas inferior simfisis pubis melalui spinaiskiadika, dan
menyentuh sacrum dekat sambungan vertebra keempat dan kelima.
Ukuran rata-rata midpelvis adalah sebagai berikut:
tranversal(interspinosa), 10,5 cm; anteroposterior (dari batas imfisis
pubis ke taut vertebra sacrum keempat dan kelima), 11,5 cm; dan
sagitalis posterior (dari titik tengah linea interspinosa ke titik yang
sama di sacrum), 5 cm. meskipun tidak ada metode manual yang tepat
untuk mengukur mengukur dimensi midpelvis, namun penyempitan
kadang kala dapat diperkirakan jika spina menonjol, dinding samping
panggul berkonvergensi, atau derajat sakroiskiadika sempit.
c. Penyempitan pintu bawah panggul
Situasi ini biasanya didefinisikan sebagai penurunan diameter
tuberosa interiskiadika menjadi 8 cm atau kurang. Penyempitan bawah
panggul dapat menyebabkan distosia tetapi lebih jarang dibandingkan
dengan penyempitan midpelvis. Penyempitan pintu bawah jarang
terjadi tanpa disertai penyempitan midpelvis. (Obstetri Williams : hal
195)
d. Penyempitan panggul menyeluruh (kombinasi berbagai penyempitan
di atas).
1.5 DIAGNOSA
Pemeriksaan umum kadang-kadang sudah membawa pikiran kearah
kemungkinana kesempitan panggul. Sebagaimana adanya tuberculosis pada
kolumna vertebra atau pada panggul, luksaksio kosa kongenitalis dan
poliomyelitis dalam anamnesis memberi petunjuk penting, demikian pula
ditemukannya kifosis, ankilosis pada artikulasio koksa disebelah kanan atau
kiri dan lian-lain. Pada pemeriksaan fisik umum memberi isyarat-isyart

12
tertentu. Pada wanita yang lebih pendek dari ukuran normal bangsanya,
kemungkinana panggul sempit perlu diperhatikan pula. Akan tetapi apa yang
dikemukakan diatas tidak dapat diartikan bahwa seorang wanita dengan
bentuk badan normal tidak dapat memiliki panggul dengan ukuran-ukuran
yang kurang dari normal, ditinjau dari satu atau beberapa segi bidang panggul.
Dalam hal ini beberapa hal perlu mendapatkan perhatian. Anamnesis tentang
persalinan-persalinan terdahulu dapat memberi petunjuk tentang keadaan
panggul. Apabila persalinan tersebut berjalan lancer dengan dilahirkannya
janin dengan berat badan yang normal, maka kecil kemungkianan bahwa
wanita yang bersangkutan menderita kesempitan panggul yang berarti.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaan yang
penting untuk mendapat keterangan lebih banyak tentang keadaan panggul.
Pelvimetri luar tidak banyak artinya kecuali untuk mengukur pintu bawah
panggul, dan dalam beberapa hal yang khusus seperti panggul miring.
Pelvimetri dalam dengan tangan mempunyai arti yang penting untuk menilai
secara agak kasar pintu atas pangul serta panggul tengah, dan untuk memberi
gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Dengan pelvimetri
roentgenologik diperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk panggul dan
ditemukan angka-angka mengenai ukuran-ukuran dalam ketiga bidan panggul,
akan tetapi pemeriksaan ini pada saat kehamilan mengandung bahaya,
khususnya bagi janin, oleh sebab itu, tidak dapat dipertanggungjawaban untuk
menjalankan pelvimetri roengenologik secara rutin pada masa kehamilan
melainkan harus didasarkan pada indikasi yang nyata, baik dalam masa
antenatal maupun dalam persalinan.
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan, tetapi yang tidak kalah penting ialah hubungan anntara kepala
janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan dengan
luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sepaloservik atau
tidak. Masih ada faktor-faktor lain yang ikut menentukan apakah persalinan
per vaginam akan berlangsung dengan baik atau tidak, akan tetapi faktor-

13
faktor ini baru dapat diketahui pada waktu persalinan, seperti kekuatan his dan
terjadinya moulage kepala janin. Besarnya kepala janin, khususnya diameter
biparietalis dapat diukur dengan menggunakan sinar rongen. Akan tetapi
sefalometri rontgenologik lebih sukar pelaksanaanya dan mangandung bahaya
seperti pemeriksaan-pemeriksaan rongenologik lainnya. Pengukuran diameter
biparietalis dengan cara ultrasonic yang sudah mulai banyak dilakukan
memberi hasil yang cukup memuaskan. Cara ini tidak berbahaya
dibandingkan pemeriksaan rongenologik.
(Sarwono, hal 640-641)
1.6 PENATALAKSANAAN
Dewasa ini 2 tindakan dalam penanganan disproporsi sefalopelvik
yang dahulu banyak dilakukan tidak diselenggarakan lagi. Cunam tinggi
dengan menggunakan axis-traction forceps dahulu dilakukan untuk membawa
kepala janin- yang dengan ukuran besarnya belum melewati pintu atas
panggul- ke dalam rongga panggul dan terus keluar. Tindakan ini yang dangat
berbahaya bagi janin dan ibu, kini diganti oleh seksio sesarea yang jauh lebih
aman. Induksi partus prematurus umumnya juga tidak dilakukan lagi.
Keberatan tindakan ini ialah kesulitan untuk menetapkan
a. apakah janin walaupun sudah cukup bulan, sudah cukup dan besar
untuk hidup dengan selamat diluar tubuh ibu.
b. Apakah kepala janin dapat dengan aman melewati kesempitan
pada panggul bersnagkutan.
Dewasa ini 2 cara merupakan tindakan utama untuk menangani
persalinan pada disproporsi sefalopelvik, yakni seksio sesaria dan partus
percobaan. Disamping itu kadang-kadang ada induksi untuk melakukan
simfisiotomi dan kraniotomia, akan tetapi simfisiotomia jarang seklai
dilakukan di Indonesia, sedangkan kraniotomia hanya dikerjakan pada janin
mati.
1. Seksio sesarea

14
Seksio sesarea dapat dilakukan secara selekrif atau primer, yakni
sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara
sekunder, yakni sesudah persalinan berlangsung selama beberapa
waktu.
Seksio sesarea efektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan
pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang
cukup berat, atau Karena terdapat disproporsi sefalopelvik yang
nyata. Selain itu seksio tersebut diselenggarakan pada kesempitan
ringan apabila ada faktor-faktor lain yang merupakan komplikasi,
seperti primigravida tua, kelainan letak janin yang tidak dapat
diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa
infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain-lain.
Seksio sesarea sekunder dilakukan karena persalinan
percobaan dianggap gagal, atau karena timbul induksi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syarat-syarat
utnuk persalinan per vaginam tidak atau belum dipenuhi.
2. Persalinan percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang
teliti pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta
ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang dan hubungan antara
kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa
ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginam
dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan
persalinan percobaan. Dengan demikian persalinan ini merupakan
suatu test terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk
moulage kepala janin; kedua faktor ini tidak dapat diketahui
sebelum persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percaobaan harus
dilakukan dengan cermat. Diatas sudah dibahas indikasi-indikasi
untuk seksio secarea elektif; keadaan-keadaan ini dengan

15
sendirinya merupakan kontra indikasi untuk persalinna percobaan.
Selain ini beberapa hal perlu pula mendapat perhatian. Janin harus
berada dalam presentasi kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih
dari 42 minggu. Alasan bagi ketentuan yang terakhir ini ialah
kepala janin bertambah besar serta lebih sukar mengadakan
moulage, dan berhubung dengan kemungkinana adanya disfungsi
plasenta janin mungkin kurang mampu mengatasi kesukaran yang
dapat timbul pada persalinan percobaan. Perlu disadari pula bahwa
kesmepitan panggul dalam satu bidang, seperti pada panggul
picak, lebih menguntungkan daripada kesempitan dalam beberapa
bidang.mengenai penanganan khusus pada persalinna percobaan
perlu diperhatikan hal-hal berikut
a. Perlu diadakan pengawasan yang seksama terhadap
keadaan ibu dan janin. Pada persalinan yang agak lama
perlu dijaga adanya bahaya dehidrasi dan asidosis pada ibu,
dan perlu diusahana supaya ia dapat beristirahat cukup,
serta tidak banyak menderita. Hendaknya kepadanya
jangan diberikan makanan secara biasa melainkan dengan
jalan infus intravena oleh Karen aada kemungkinan
persalinan yang harus di akhiri dengan secsio sesarea.
Keadaan denyut jantung janin harus pula diawasi terus
menerus.
b. Kualitas dan turunya kepala janin dalam rongga panggul
harus terus diawasi. Perlu disadari bahwa kesempitan
panggul tidak jarang mengakibatkan kelainan his dan
gangguan pembukan servik. Dalam hubungan ini his yang
kuat, kemajuan dalam turunnya kepala dalam rongga
panggul dan kemajuan dalam mendatar serta membukanya
serviks merupakan hal-hal yang menguntungkan.
Kemajuan turunnya kepala dapat ditentukan dengan

16
pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan
rongenologik memberi gambaran yang jelas mengenai hal
ini dan mengenai tingkat molage kepala janin. Akan tetapi
mengingat bahayanya, pemeriksaan ini hendaknya hanya
dilakukan jika benar-benar perlu. Pemeriksaan dalam
penting untuk menilai turunnya kepala, untuk mengetahui
keadaan servik, untuk mengetahui apakah ketuban sudah
pecah dan untuk mengetahui ada tidaknya prolapses
funikuli atau prolapses lengan. Mengingat bahaya infeksi
pada pemeriksaan dalam dan dengan demikian
memperbesar resiko seksio secarea apabila tindakan
terakhir ini perlu dilakukan, maka pemeriksaan ini
seyogjanya dibatasi dan hanya dilakukan apabila
diharapkan akan memberikan bahan-bahan penting guna
penilaian keadaan.
c. Sebelum ketuban pecah, kepala janin pada umumnya tidak
dapat masuk kedalam rongga panggul dengan sempurna.
Namun, seperti sudah dijelaskan diatas, pada disproporsi
sevalopelfik ketuban tidak jarang pecah pada permulaan
persalinan. Pemecahan ketuban secara aktif dapat
dilakukan apabila his berjalan secara terratur dan sudah ada
pembukaan serviks untuk separuhnya atau lebih. Tujuan
tindakan ini ialah untuk mendapatkan kepastian apakah
dengan his yang teratur dan mungkin bertambah kuat,
terjadi penurunan kepala yang berarti atau tidak.
Selanjutnya setelah ketuban pecah baik sepontan atau
dengan buatan perlu ditentukan ada tidaknya prolaksus
funikuli.
d. Masalah yang penting ialah menentukan berapa lama partus
percobaan boleh berlangsung. Berhubung banyaknya faktor

17
yang harus ikut diperhitungkan dalam mengambil
keputusan tersebut, tiap kasus harus dinilai sendiri-sendiri.
Apabila his cukup sempurna maka sebagai indicator
berhasil atau tidaknya partus percobaan tersebut adalah hal-
hal yang mencakup keadaan-keadaan sebagai berikut.
1. Bagaimana kemajuan pembukaan serviks?. Adakah
gangguan pembukaan: misalnya
a. Pemanjangan fase laten
b. Pemanjangan fase aktif
c. Sekunde arrest
2. Bagaimanakah kemajuan penurunan bagian terendah
janin(belakang kepala)?
3. Adakah tanda- tanda klinis dari pihak anak maupun ibu
yang menunjukkan adanya bahaya bagi anak maupun
ibu (gawat janin, rupture uteri yang membakat, dll)?

Apabila ada salah satu gangguan diatas, maka


menandakan bahwa persalinan pervaginam tidak mungkin
dan harus diselesaikan dengan seksio secarea. Sebaliknya
bila kemajuan pembukaan serta penurunan kepala berjalan
lancar, maka persalinan pervaginam bisa dilaksanakan
sesuai dengan persyaratan nyang ada .

Sarwono halaman 645-647

Ketika CPD ada, seksio sesarea diperlukan sebagai


pengobatan. Pada kehamilan berikutnya, cara persalinan
memerlukan konsultasi, karena CPD tidak jelas tidak dapat
diulang alasan untuk CS Dalam studi kohort besar yang
dilakukan oleh Peaceman dkk tingkat keberhasilannya
kelahiran vagina setelah CS (VBAC) adalah 54%. Tingkat
keberhasilan berkorelasi dengan berat janin yaitu itu

18
menurun menjadi 38%, jika janin> 500g lebih besar dari
pada kelahiran sebelumnya (Peaceman et Al. 2006). Selain
itu, jika persalinan macet telah didiagnosis pada tahap akhir
persalinan, Keberhasilan persalinan pervaginam berikutnya
meningkat dibandingkan dengan tahap awal kemacetan
(59% vs 39%, p <0,001) (Abildgaard et al 2013).

1.7 KOMPLIKASI
a. Efek pada ibu: perlu diingat bahwa distosia akibat kelainan tulang panggul
dapat menyebabkan komplikasi yang serius bagi janin atau ibunya atau
keduanya.
1. Kelainan dilatasi serviks
Biasanya, dilatasi servik dipermudah oleh efek hidrostatik selaput
ketuban yang masih utuh atau, setelah ketuban pecah, tekanan
langsung pada bagian terbawah janin terhadap serviks. Namun, pada
panggul yang sempit, saat kepala tertahan di pintu masuk panggul,
seluruh kekuatan yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus menekan
langsung pada bagian selaput ketuban yang menutupi servik yang
berdilatasi.
Setelah ketuban pecah, tidak ada tekanan pada janin terhadap serviks
dan segmen bawah uterus menyebabkan kontraksi uterus melemah.
Jika derajat penyempitan panggul tidak memungkinkan untuk
dilakukan partus pervaginam, serviks jarang berdilatasi secara
memuaskan. Karena itu dilatasi serviks memiliki nilai prognostik.
2. Bahaya rupture uterus
Ika disproporsi kepala panggul sedemikian besar sehingga tidak terjadi
engagement dan penurunan, segmne uterus bawah akan terenggang
hebat dan kemungkinan besar timbul bahaya rupture uterus. Pada
kasus seperti ini, seksio sesarea harus segera dilakukan untuk
mengakhiri kehamilan persalinan dan mencegah rupture uterus.

19
3. Pembentukan fistula
Saat bagian terbawah janin terjepit di pintu masuk panggul tetapi tidak
dapat maju selama beberapa waktu, bagian-bagian jalan lahir yang
terletak diantara bagian terbawah janin dan dinding panggul mungkin
mengalami tekana berlebihan. Akibat sirkulasi terganggu, terjadi
nikrosisyang beberapa hari setelah pelahiran dapat bermanifestasi
sebagai vistula vesikovaginalis, vesikoservikalis atau rektovaginalis.
4. Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bagian serius lain yang dapat dialmai inu dan janin
akibat komplikasi ketuban pecah dini. Resiko infeksi meningkat oleh
pemeriksaan vagina berulang dan manipulasi intravagina dan
intrauterus lainnya.
b. Efek pada janin
Partus yang panjang itu sendiri berbahaya bagi janin. Pada perempuan
yang mengalami persalinan lebih dari 20 jam atau dengan partus kala dua
yang lebih dari 3 jam, terdapat peningkatan angka kematian perinatal yang
bermakna. Jika panggul menyempit dan terjadi ketuban pecah dini, infeksi
intrapartum menjadi penyulit serius bagi ibu dan merupakan penyebab
penting kematian janin dan neonatus.
1. Pembentukan kaput suksedanium
Jika panggul sempit, sering terbentuk kaput suksedanium besar
dibagian paling dependen dari kepala selama proses persalinan. Kaput
dapat mencapai dasar panggul sementara kepala masih belum masuk,
dank arena tidka menyadari hal itu, dokter belum berpengalaman
mungkin melakukan kesalahan dengan memaksa pelahiran lebih cepat
dengan forsep. Biasanya, kaput besar menghilang beberapa hari
setelah lahir.
2. Molding kepala janin.
Dibawah tekanan kontraksi uterus yang kuat, tulang utlang tengkorak
mnejadi saling tumpang tindih di sutura-suura mayor, suatu proses

20
yang disebutsebgaia molding (pelipatan). Proses ini dapat mengurangi
diameter biparietal sekitar 0,5 cm tanpa menyebabkan cedera otak;
pada molding yang lebih besar kemungkinan cedera intracranial
meningkat.
Fraktur tengkorak kadang-kadang dijumpai, biasanya setelah usaha
pelahiran secara paksa, walaupun kadang-kadang hal ini terjadi pada
persalinan spontan.
3. Prolaps tali pusat
Suatu penyulit janinyang serius adalah prolapse tali pusat, yang
dipermudah oleh gangguan adaptasi antara bagian terbawah janin dan
pintu masuk panggul.
Persalinan yang dipaksakan pervaginam pada panggul sempit apabila
disertai dengan deformitas yang menyebabkan:
a. Mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal yang tinggi.
b. Konsep Well born baby dan well health mother tidak tercapai.
c. Kesalahan tindakan intervensi medis yang mengakibatkan trauma terhadap
maternal dan perinatal akhirnya akan menjadi tuntutan hukum dan
tuntutan masyarakat.
Menghadapi panggul sempit absolut atau disproporsi sefalopelvis
sewajarnya dilakukan tindakan seksio sesarea.
Dasar-dasar Ginekologi & Obstetri. 2010
1.8 PROGNOSIS
Prognosis untuk pelahiran janin berukuran normal pervaginam yang berhasil
pada kasus penyempitan hebat pintu masuk panggul dengan diameter
anteroposterior kurang dari 9 cm hampit tidak memiliki harapan. Untuk
kelompok borderline dengan diameter snteroposterior sedikit dibawah 10 cm,
prognosis utnuk partus pervaginam sangat dipengaruhi oleh berbagai variable
sebagai berikut:
(1) Semua presentasi kecuali oksiput tidak menguntungkan.
(2) Ukuran janin dangat penting

21
(3) Jenis pintu masuk panggul berperan penting
(4) Disfungsi uterus sering terjadi pada disproporsi yang besar
(5) Secara umum, dilatasi serviks spontan yang teratur mengisyaratkan
bahwa partus pervaginam mungkin berhasil.
(6) Asinklitismus yang ekstrem dan molding kepala janin yang mencolok
tanpa engangement merupakan tanda prognostik buruk.

(7) Data data mengenai hasil persalinan dan pelahirannya sebelumnya


bermanfaat. demikian juga, data berat bayi sebelumnya.
(8) Gagalnya pelahiran pervaginam akibat keadaan- keadaan yang
mengganggu perfusi uteroplasenta.

22
BAB II
KONSEP MENEJEMEN KEBIDANAN
2.1 PENGUMPULAN DATA DASAR
Untuk mengetahui siapa yang melakukan pengkajian, kapan, dan
dimana pengkajian dilaksanakan :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
DATA SUBYEKTIF
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
1. Biodata :

a. Nama ibu/suami : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama


panggilan sehari-hari agar mengetahui
identitas, membedakan klien,mengenal
pasien, dan tidak keliru dalam
memberikan penanganan. (varney pocket
book, 2010)
b. Umur ibu / suami : Untuk mengetahui apakah umur ibu
menentukan diagnose kehamilan terlalu
muda <16 tahun atau terlalu tua >35
tahun lebih maka lebih banyak resikonya.
Wanita kurang dari 16 tahun pinggulnya
belum cukup pertumbuhannya, sehingga
menyebabkan kesulitan untuk melahirkan.
Wanita yang umurnya lebih dari 35 tahun,
badannya mungkin bisa kecapaian dan
kurang lentur. Wanita sudah berumur 40
tahun, ada kemungkinan ada kelambanan
jiwanya (Pusdiknakes, 2000; 143)Umur

23
lebih dari 35 tahun merupakan salah satu
penyebab dari berbagai komplikasi seperti
kelainan his, yang berakibat pada
persalinan lama dan persalinan kasep
(Manuaba, 1998). Selain itu umur yang
terlalu tua juga meningkatkan resiko
kelainan kromosom pada janin yang
dikandung.
c. Agama : Untuk mengetahui kepercayaan klien
terhadap agama yang dianutnya,
mengenali hal-hal yang berkaitan dengan
masalah asuhan yang diberikan,
membimbing/mengarahkan pasien dalam
berdoa, dan dapat memberi motivasi
pasien sesuai agamanya.
Untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan
kesehatan pasien / klien. (varney pocket
book, 2010)
d. Suku / Bangsa : Untuk mengetahui asal suku daerah ibu
atau suami dan adat budayanya, untuk
mengetahui faktor bawaaan pasien, dan
memberi KIE yang tepat. (varney pocket
book, 2010)
e. Pendidikan : Untuk mengetahui   tingkat   pengetahuan
sebagai  dasar dalam memberikan KIE.
(varney pocket book, 2010)
f. Pekerjaan : Untuk mengetahui aktivitas ibu atau
suami setiap hari, mengukur tingkat sosial
ekonomi karena ini juga mempengaruhi
gizi pasien. (Prawirohardjo,1999).

24
Pekerjaan ini juga akan digunakan untuk
melihat apakah aktivitas yang dilakukan
berpengaruh dengan kehamilan dan
persalinan.
g. Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal klien,
apakah lingkungan cukup aman bagi ibu
dan berguna jika dilakukan kunjungan
rumah, untuk mengetahui rumah klien
dekat atau jauh dengan tempat pengobatan
(Prawirohardjo,1999).
2. Alasan Datang
Untuk mengetahui apa yang mendorong ibu untuk memeriksakan
keadaanya kepada tenaga kesehatan (bidan). Apakah Ibu merasa akan
segera melahirkan, merasa takut dengan berlangsungnya persalinan.
3. Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang terjadi pada ibu saat
pengkajian.Apakah penderita datang untuk pemeriksaan kehamilan
ataukah ada pengaduan lain yang penting seperti perdarahan, pusing,
dll.
 Ibu merasakan his yang semakin sering dan kuat
 Ibu mengatakan mengeluarkan lendir kental bercampur darah dari
vagina
4. Riwayat Kesehatan ibu dan keluarga yang Lalu dan sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu pernah atau sedang menderita
penyakit menular seperti sakit kuning, TBC, dan tidak mempunyai
riwayat penyakit menahun seperti sesak nafas, jantung, liver maupun
penyakit menurun seperti darah tinggi, kencing manis (bayi yang lahir
dari ibu dengan penyakit diabetes mellitus sering lahir dengan ukuran
lebih besar dibandingkan bayi lainnya) serta asma.
5. Riwayat menstruasi

25
Anamnesa haid memberikan pesan pada kita tentang faal alat
kandungan. Haid terakhir, teratur tidaknya haid, dan siklusnya
dipergunakan untuk memperhitungkan tanggal persalinan. yang
dimaksud dengan haid terakhir adalah haid pertama dari haid yang
terakhir.(Kebidanan Oxford, 2012)
6. Status perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan ibu, lamanya menikah, usia
pertama kali menikah, termasuk resiko tinggi / tidak, pernikahan yang
ke berapa, pada wanita paling ideal menikah pertama kali usia >20 th
dan hamil antara 20-25 th.
Jika hamil > 35 tahun bahayanya bisa terjadi hipertensi, pre-
eklampsi, KPD, persalinan tidak lancar / macet, perdarahn setelah bayi
lahir, BBLR.Umur lebih dari 35 tahun merupakan salah satu penyebab
dari berbagai komplikasi seperti kelainan his, yang berakibat pada
persalinan lama dan persalinan kasep (Manuaba, 1998)
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah hamil,
bersalin,dan adakah resiko, penyakit atau kendala yang dapat
mempengaruhi persalinan saat ini. Bila ada dapat diantisipasi dengan
segera oleh petugas kesehatan, sehingga komplikasi tidak terjadi.
a. Riwayat Kehamilan : Untuk mengetahui ada gangguan
seperti, hipertensi, dan perdarahan pada saat hamil. Kehamilan
keberapa saat ini, apakah beresiko atau tidak terutama pada
grandemultipara sering didapatkan perut gantung, akibat
regangan uterus yang berulang-ulang karena kehamilan dan
longgarnya ligamentum yang memfiksasi uterus, sehingga
uterus menjadi jatuh ke depan, disebut perut gantung. Perut
gantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan his karena
posisi uterus yang megantung ke depan sehingga bagian
bawah janin tidak dapat menekan dan berhubungan langsung

26
serta rapat dengan segmen bawah rahim. Akhirnya partus
dapat berlangsung lama (Mochtar,1998). Untuk mengetahui
adakah riwayat kehamilan ganda atau tidak yang juga salah
satu penyebab partus kasep .
b. Riwayat Persalinan : Untuk mengetahui lahir aterm, preterm,
postrem, ada perdarahan waktu persalinan, proses lahir
plasenta spontan atau buatan, ditolong siapa, dan dimana
tempat persalinan. Melakukan pengkajian terhadap riwayat
persalinan lalu yang kemungkinan berhubungan dengan
persalinan saat ini
- Cara persalinan (apakah menggunakan tenaga ibu atau
dengan bantuan alat), cara persalinan yang lalu dapat
memberikan gambaran mengenai ukuran panggul ibu.
- Ukuran janin (berat janin, panjang, lingkar kepala ),
ukuran janin yang kecil dapat meningkatkan resiko
presentasi puncak kepala dibanding ukuran janin normal.
- Usia kehamilan saat persalinan, dapat memberikan
gambaran ukuran panggul ibu. Pada ibu yang kelahiran
sebelumnya pervaginam dengan anak prematur tetap
perlu dilakukan pengukuran ukuran panggul luar jika ada
indikasi.
- Keadaan bayi saat lahir
c. Riwayat Nifas :Untuk mengetahui apakah pernah ada
perdarahan, infeksi, bagaimana proses laktasi dan apakah ada
jahitan pada perineum. Riwayat nifas berpengaruh pada
laserasi jalan lahir karena apabila ibu sudah pernah mengalami
masa nifas dengan laserasi maka ibu tidak kaget dengan rasa
nyeri pada luka jahitan perineum.
(Buku Ajar Bidan Myles, 2011).
8. Riwayat Kehamilan Sekarang

27
Untuk mengetahui riwayat kehamilan ibu pada trimester I, II, III
saat ini. Kalau kehamilan masih muda adakah mual, muntah, sakit
kepala, dan perdarahan. Kalau kehamilan sudah tua adakah bengkak di
kaki atau muka, sakit kepala, perdarahan, sakit pinggangl.Keluhan ini
nanti harus diingat dalam memberi pengobatan.
- masalah yang dialami ibu selama kehamilan
- kontraksi yang dialami (kapan mulai kontraksi, keteraturan,
lamanya)
- gerakan bayi yang dialami ibu
- posisi bayi apakah sering bermasalah. Bayi yang sering posisi
melintang, bisa membuat bidan waspada adanya panggul sempit
pada ibu apalagi didukung dengan janin belum masuk PAP saat
UK 36 mg untuk primipara.
- keadaan selaput ketuban (apakah sudah pecah, warna cairan,
konsistensi dan kapan saat ketuban pecah)
- pengeluaran cairan dari vagina
- waktu terakhir kali ibu makan dan minum
- kesulitan dalam berkemih

(Sinopsis Obstetri, 1998)

9. Riwayat Anak
Untuk mengatahui jenis kelamin, jumlah anak, hidup/mati, dan
berat badan waktu lahir. Apabila BB anak yang dahulu lebih besar
dan bisa lahir secara pervaginam maka persalinan sekarang bisa
dilakukan pervaginam. Apabila TBJ sekarang jauh lebih besar,
bidan harus siaga dengan kemungkinan persalinan yang tidak bisa
dilakukan pervaginam.
10. Riwayat KB

28
Untuk mengetahui apakah ibu sebelum hamil pernah
menggunakan kontrasepsi, berapa lama dan apa jenis yang pernah
digunakan dan apakah ada keluhan saat menggunakan kontrasepsi.
11. Riwayat Psikososial, Spiritual dan Ekonomi
Psikologis perlu dikaji untuk mengetahui bahwa kehamilannya
diterima oleh dirinya, suami dan keluarga atau tidak karena apabila
ibu tidak mendapat dukungan sehingga psikologi ibu terganggu
dan dapat mengganggu kehamilannya (Prawirohardjo, 1999).

Penggunaan obat-obatan atau jamu dikaji untuk mengetahui


apakah ibu mengonsumsi jamu atau obat yang dapat
membahayakan kehamilannya karena dapat menimbulkan kelainan
organ pada janin (Wiknjosastro, 1999).

- Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : untuk


mengetahui adanya dukungan psikologi dan emosional dari
keluarga atas kehamilan ibu.
- Ekonomi (diketahui dari jenis pekerjaan) : untuk mengetahui
kemampuan ibu dalam memenuhi kebutuhan kehamilannya
baik kebutuhan nutrisi, pakaian, maupun kebutuhan lainnya
- Pengambil keputusan dalam keluarga : untuk mengetahui
pengambil keputusan sehingga memudahkan bidan dalam
menanyakan keputusan yang akan diambil saat berada
dikondisi yang mendesak.
- Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan ibu dalam
membantu persalinan : informasi ini dapat membantu ibu
dalam menyiapkan hal-hal untuk persiapan persalinannya,
misalnya kendaraan, orang yang akan mengantar, serta biaya
yang perlu disiapkan.
12. Pola Kebiasaan Sehari-hari

29
Untuk mengetahui perbedaan pola kebiasaan ibu selama
dirumah dan di sarana kesehatan
 Nutrisi : mengetahui apa saja jenis, porsi, frekuensi,
pantangan dan masalah dalam pemenuhan makan, cairan dan
elektrolit ibu sehingga kita bisa menilai bagaimana status nutris
ibu. (Prawirohardjo, 1999).
 Eliminasi : BAB mengetahui frekuensi, konsistensi,
warna, bau dan masalah pada BAB ibu sehingga bidan bisa
melakuakn intervensi yang tepat. BAK mengetahui frekuensi,
jumlah, bau dan masalah dalam buang air kecil. Apabila ada
masalah bisa dilakukan skrining lebih awal. (Prawirohardjo,
1999).
 Istirahat : mengetahui berapa jam ibu tidur siang
dan malam, masalah yang mengakibatkan gangguan tidur
sehingga bidan bisa mengetahui bagaimana pola pemenuhan
istirahat pasien. (Prawirohardjo, 1999).
 Personal hygene : mengetaui berapa kali ibu mandi sehari,
kramas, menggosok gigi, ganti pakaian ibu serta masalah yang
dihadapi ibu terkait pemenuhan kebutuhan akan kebersihan.
(Varney, 2010)
 Aktivitas : mengetahui aktivitas klien. Perlu diperhatikan
aktivitas yang terlalu berat dan atau berbahaya sehingga
mengganggu kehamilan(Varney, 2010)

DATA OBYEKTIF

Pemeriksaan Umum Untuk mengetahui keadaan secara keseluruhan. Disini


bidan perhatikan apakah ada kelainan pada ibu seperti
kyfosis, skoliosis, lordosis, atau adanya gangguan
dengan cara berjalan.
Keadaan umum Untuk mengetahui apakah ibu dalam kondisi baik,

30
buruk, lemah. Pada ibu yang mengalami partus
lama akan terlihat gelisah dan letih.
Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu
composmentis, apatis, somnolen, delirium, sopor,
koma.
1. Compos Mentis : kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya
2. Apatis : keadaan kesadarn yang sedang untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh
3. Delirium :gelisah, disorientasi (orang, tempat,
waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal
4. Samnolen :kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, udah tidur, namun kesadaran data pulih
bila dirangsang ( mudah dibangunkan tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal)
5. Sopor :keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri,
6. Coma :tidak biasa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apapun
(varney 2010)
BB Berat Ibu semasa hamil harus bertambah rata-rata 0,3 –
0,5 kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur
kehamilan, kenaikan berat badan selam hamil muda ±
1 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-
masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan berat
badan meningkat, maka perlu difikirkan adanya resiko
bengkak, kehamilan kembar, atau anak besar.
Lila Untuk menilai status gizi Ibu.

31
Tinggi Badan Tinggi badan dibawah 145cm mengindikasikan
panggul sempit.
Pemeriksaan panggul luar: untuk mengetahui adanya
kesempitan panggul.

- Distantia spinarum: Jarak anatara spina iliaca


anterior superior kiri dan kanan, normalnya 23-
26 cm.
- Diatantia Cristarum : Jarak terjauh antara crista
iliaca kanan dan kiri, normalnya 26-29 cm.
- Conjugata externa (baundeloque) : jarak antara
pinggir atas simfisis dan ujung processus
spinosus ruas tulang lumbal ke-V, nomalnya
18-20.
- Ukuran lingkar panggul : dari pinggir atas
simfisis kepertengahan antara spina iliaca
anterior superior dan trocahanter mayor sepihak
dan kembali di pihak yang lain, normalnya 80-
90 cm
- Panggul merupakan salah satu bagian yang
penting dan mempengaruhi proses persalinan
disebut faktor passage. Berbagai kelainan
panggul dapat mengakibatkan persalinan
berlangsung lama antara lain: kelainan bentuk
panggul dan kelainan ukuran panggul baik
ukuran panggul luar maupun ukuran panggul
dalam.
TTV Untuk mengetahui tanda-tanda vital Ibu apakah dalam
batas normal / tidak. Apakah ada tanda gejala klinik
partus lama atau tidak .

32
Tekanan darah Untuk mengetahui tekanan darah ibu yaitu 90/60
mmHg – 130/90 mmHg, kenaikan systole >30 mmHg
dan diastole >15 mmHg merupakan tanda-tanda
patologis pre-eklamsi.>140/100 mmHg disebut
hipertensi,<90/60 mmHg disebut hipotensi. Tekanan
darah <90/60 mmHg kemungkinan ibu syok.
Nadi  Untuk    mengetahui    frekuensi     detak  jantung /
menit yaitu 60 - 80 x/menit, Takikardi >100 x/menit,
Bradikardi <60 x/menit. Takikardi merupakan salah
satu indikasi terjadi perdarahan. Denyut nadi cepat dan
lemah kemungkinan ibu syok.
Pernafasan             Untuk   mengetahui   frekuensi   /  menit, irama regular
/ tidak yaitu 16 - 24 x/menit. Takipnea >24x/menit,
Bradipnea ±10 x/menit.
Pernafasan >24 x/meni dan dangkal kemungkinan ibu
syok.
Suhu Untuk mengetahui temperatur suhu yaitu 36,5 – 37,5
0
C, Hipotermi <36°C, Sub febris 37,5-38 °C, Febris
38-40 °C, Hipertermi >40°C. Suhu diatas 38°C
merupakan salah satu tanda infeksi. Suhu tubuh
dibawah 36,5 kemungkinan ibu syok. Pada ibu dengan
panggul sempit, biasanya akan terjadi KPD. Hal
tersebut bisa mengakibatkan peningkatan pada suhu
badan.
UK Untuk mengetahui usia kehamilan ibu, sehingga bisa
mengetahui tinggi fundus uteri sesui usia kehamilan
dan membandingkan dengan tinggi fundus uteri saat
ini.
Pemeriksaan Fisik
INSPEKSI
Muka Untuk mengetahui pucat/tidak (untuk mengetahui ibu

33
memiliki indikasi anemia/tidak, muka yang pucat
menandakan terjadi penurunan aliran darah ke perifer).
(Buku Ajar Bidan Myles, 2011)
Mata  Untuk mengetahui sklera putih / kuning (untuk
mengetahui ibu ikterus/tidak), konjungtiva merah
muda / putih (untuk mengetahui ibu memiliki indikasi
anemia/tidak, karena konjungtiva yang berwarna
putih/pucat menandakan berkurangnya kadar Hb dalam
darah). (Buku Ajar Bidan Myles, 2011)

Mulut  Untuk mengetahui tingkat kelembaban sehubungan


dengan tingkat dehidrasi, bibir lembab / kering (untuk
mengetahui ibu dehidrasi/tidak), merah / pucat (untuk
mengetahui ibu anemia/tidak). (Buku Ajar Bidan
Myles, 2011)

Abdomen Nampak bekas jahitan luka operasi/tidak karena bekas


operasi dapat terbuka, adanya pembesaran di satu sisi
abdomen atau tidak yang menandakan adanya kelainan
letak janin . Letak dan presentasi janin dalam rahim
merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh
terhadap proses persalinan, menurut Manuaba (1998)
95% persalinan terjadi dengan letak belakang kepala.
Vulva   Untuk mengetahui derajat kebersihannya, nampak
oedema/tidak, nampak kondiloma matalata dan
kondiloma akuminata/tidak, terdapat pengeluaran
lendir bercampur darah/tidak.
Anus   Untuk mengetahui derajat kebersihan, nampak
hemoroid/tidak karena dapat mengakibatkan pecahnya
pembuluh darah pada anus saat mengejan.
Ekstremitas Bawah Untuk mengetahui adanya oedema, varises dan tanda

34
howman
PALPASI
Abdomen Bagaimana kontraksi uterus , untuk mengetahui
beresiko adanya kelainan HiS atau tidak , kandung
kemih kosong/ tidak karena dapat mempengaruhi
penurunan kepala .

Leopold I :TFU normal pada persalinan aterm genap 40 hari adalah 3 jari
dibawah prosesus xypoideus / secara Mc. Donald ± 34 cm. Normal: akan teraba
bagian janin kurang bulat, kurang melenting dan lunak pada fundus kesan bokong.
Pada letak lintang TFU lebih rendah dari usia kehamilan, teraba tahanan
memanjang atau terdapat bagian kecil. Pada oblique Leopold 1 bisa teraba bagian
kecil atau fundus teraba kosong.
Leopold II : Normal. Salah satu sisi perut ibu teraba keras datar seperti papan,
kesan punggung. Di sisi lain teraba bagian kecil janin. Lintang. Salah satu sisi
teraba bulat melenting dan sisi yang lain bulat tidak melenting. Pada oblique dapat
teraba bagian kecil janin atau seperti punggung janin.
Leopold III : Normal. Teraba bulat, keras dan melenting jika kepala belum
masuk PAP, dan tidak dapat digerakkan jika kepala sudah masuk PAP. Oleh
karena tidak ada fleksi maupun ekstensi maka tidak teraba dengan jelas adanya
tonjolan kepala pada sisi yang satu maupun sisi lainnya. Lintang. Teraba bagian
keras memanjang atau bagian kecil janin. Pada oblique teraba bahu janin.
Leopold IV : Normal. sebagian kecil bagian terbawah janin telah masuk
PAP(Konvergen) atau sebagian besar bagian terbawah janin telah masuk PAP
(Divergen).
HIS : untuk melihat adanya kelainan HIS atau tidak .pada awal persalinan
kontraksi> 2 kali dalam 10 menit, dengan lama 20-40 detik. Setelah terjadi partus
lama uterus akan lelah dan terhadi penurunan HIS.

TBJ : dihitung dengan rumus (TFU – 12) × 155. Normalnya 2500-4000


gram.TBJ berkaitan dengan ukuran bayi dapat mengetahui berapa tafsiran berat

35
janin untuk resiko terjadinya panggul sempit.
Vulva  Untuk mengetahui ada lendir/darah yang keluar atau
tidak.
Ekstremitas Untuk mengetahui teraba oedema / tidak (merupakan
salah satu tanda dari 3 tanda preeklamsi)
AUSKULTASI
Abdomen    Untuk mengetahui DJJ, teratur/tidak.
Pemeiksaan DJJ :Normal. normalnya 120-160 kali /
menit, pada partus lama jika DJJ<120 / >160
mengindikasikan terjadinya gawat janin. DJJ akan
terdengar paling keras di kuadran bawah perut ibu,
pada sisi yang sama dengan punggung janin. Pada letak
lintang, denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau
kiri, DJJ normal ( 120 -160 x/menit ) pantum   
maximum terdengar disekitar umbilicus. Pada oblique
DJJ terdengan d bawah daerah umbilicus.
Reflek Patella Normal +. Reflek patella negatif menandakan Ibu
kekurangan vitamin B.

2.2 INTERPRETASI DATA


Diagnosis Aktual : G_ P____ Ab__ UK…..minggu T/H/I,presentasi kepala,
dengan partus macet kausa panggul sempit
Masalah Aktual :
1. Ibu merasa gelisah dan terlihat letih karena persalinan yang tidak
kunjung selesai.
2. Ibu merasa kenceng kenceng semakin sering
3. Ibu merasa kesakitan pada perut bagian bawah menjalar sampai
kepinggang.

2.3 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


 Diagnose Potensial :

36
Bagi ibu :

a. Infeksi sampai sepsis


b. Dehidrasi dan shok
c. Robekan jalan lahir
d. Rupture uterus
e. Cidera dasar panggul
f. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk
bahaya bagi ibu.

Bagi Janin :

a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri


b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang
sulit
d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini
mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat
membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.

Masalah Potensial :
1. Aktivitas ibu terganggu dan terjadinya ketakutan setelah kepanikan
2. Rasa sakit yang semakin besar
3. Ibu semakin keras berfikir berdampak kepada janin bisa
mengakibatkan terjadi FETAL DISTRESS
2.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

- Beri dukungan pada ibu

- Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama,
intake cairan sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus
larutan glukosa. Dehidrasi, dengan tanda adanya acetone dalam
urine, harus dicegah

37
- Rujuk ibu

2.5 INTERVENSI
Mandiri :
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan yang terjadi
sekarang dan kemungkinan yang akan datang
R = ibu harus mengetahui apa yg terjadi pada diri ibu
2. Libatkan keluarga dalam dukungan psikologis ibu
R = agar kgelisahan ibu berkurang dalam menghadapi persalinan
yang lama.
3. Lakukan pemasangan infus perbaikan KU dengan cairan dekstrosa
R= kelelahan karena persalinan yang terlalu lama dapat teratasi
4. Observasi TTV pada ibu dan DJJ
R = untuk monitoring keadaan pasien
Kolaborasi :
1. Melakukan kolaborasi dengan bidan lain untuk melakukan
persalinan percobaan (Pada ibu dengan panggul sempit ringan dan
relatif serta TBJ yang kecil, serta syarat untuk bidan melakukan
persalinan percobaan terpenuhi)
R= segera melahirkan bayi untuk menghindari komplikasi yang
lebih parah pada ibu dan janin.
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis ObGyn.
Rujukan :
Rujukan dilakukan ketika bidan tidak bisa melakukan persalinan
perconaan, persalinan percobaan gagal atau KU ibu semakin memburuk.
2.6 IMPELEMENTASI
1. menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keaadn yang terjadi
sekarang dan kemungkinan yang akan datang
R = ibu harus mengetahui apa yg terjadi pada diri ibu
2. melibatkan keluarga dalam dukungan psikologis ibu

38
R = agar ibu tenang menghadapi komplikasi yg terjadi
3. Lakukan pemasangan infus perbaikan KU
R= kelelahan karena persalinan yang terlalu lama dapat teratasi
4. Melakukan observasi TTV
R = untuk monitoring keadaan pasien
5. Melakukan persalinan percobaan
R = segera melahirkan bayi untuk menghindari komplikasi yang
lebih parah pada ibu dan janin.
6. Melakukan rujukan
R= segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat

2.7 EVALUASI
1. Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini 
2. Keluarga sudah memberikan dukungan emosional pada ibu
3. Perbaikan KU telah dilakukan
4. Observasi TTV telah dilakukan
5. Persalinan percobaan yang dilakukan gagal
6. Sudah di lakukan rujukan

39
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UNPAD. 1984. Obstetri Patologi.
Bandung: Elstar Offset
2. Fraser, diane M. 2011. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta :EGC
3. Gant, Norman F. 2010. Dasar-Dasar Ginekologi &Obstetri. Jakarta : EGC
4. Hakimi, Mohammad. 2010. ILMU KEBIDANAN: Patologi & Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: ANDI
5. Korhonenn, Ulla. 2014. Maternal pelvis, feto-pelvic index and labor
dystocia. University of Eastern Finland, Faculty of Health Sciences.
Diunduh pada 10 September 2014 pukul 17.00 di
http://epublications.uef.fi/pub/urn_isbn_978-952-61-1529-
0/urn_isbn_978-952-61-1529-0.pdfHakimi
6. Leveno J, Kenneth.2012.Obstetrin Williams paduan ringkas.Jakarta :
EGC
7. Manuaba I. A. C., I. B. G. Fajar M., dan I. B. G. Manuaba, 2007.
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
8. Maryunani, Nanik,dkk. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam
Kebidanan. Jakarta: Transinfomedia
9. Medforth, Janet. 2012. Kebidanan Oxford: dari Bidan untuk bidan.
Jakarta: EGC.
10. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi dan
Patologi. Jakarta: EGC.
11. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

40

Anda mungkin juga menyukai