Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH TENTANG

“KELAINAN LETAK SUNGSANG”

Dosen pengampus:

ANGGARANI PRIHANTINIGSIH,M.Kes

Di susu oleh

ROSDIANA (1803162526014)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA

JL.JAGAKARSA NO.37.JAKARTA SELATAN 12620

TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGATAR

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya serta kemudahan–Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah dengan judul KELAINAN LETAK SUNGSANG ini tanpa
rintangan yang berarti. Serta tidak lupa sholawat serta salam kita junjungkan kepada
junjungan Nabi kita Muhammad SAW,keluarganya beserta sahabatnya.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas perkuliahaan Semester IV
untuk mata kuliah ilmu penyakit umum.Tujuan lain dari penyusunan makalah ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan Akademis serta meningkatkan rasa tanggung jawab
seorang mahasiswa.saya menyadari makalah yang sederhana dan singkat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak demi terciptanya karya yang
lebih baik dimasa-masa yang akan datang.

Semoga dengan segala keterbatasan yang ada pada saya , makalah ini dapat memberi
manfaat kepada semua pihak. Khususnya bagi saya pribadi dan bagi para pembaca pada
umumnya.Aammiiin…..

2
DAFTAR ISI

HALAM JUDUL...................................................................................................i

KATA PENGATAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I:PENDAHULUAN

A. Latar belakang...........................................................................................4
B. Rumusan masalah.....................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................4

BAB II:PEMBAHASAN

1. Pengertian................................................................................................5
2. Klasifikasi...............................................................................................5
3. Etiologi...................................................................................................5
4. Diagnosis...............................................................................................7
5. Prinsip dasar persalinan letak sungsang................................................7
6. Persalinan letak sungsang....................................................................11
7. Prognosis persalinan letak sungsang...................................................13
8. Penanganan/terapi...............................................................................14

BAB III:PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................16
B. Saran........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

WHO memperkirakan jika ibu hanya melahirkan rata-rata 3 bayi, maka kematian ibu
dapat diturunkan menjadi 300.000 jiwa dan kematian bayi sebesar 5.600.000 jiwa pertahun.
Sebaran kematian ibu di Indonesia bervariasi diantara 130-780 dalam 100.000 persalinan

3
hidup. Walaupun telah dilakukan usaha yang intensif dan dibarengi dengan makin
menurunnya angka kematian ibu dan bayi disetiap rumah sakit, kematian ibu di Indonesia
masih berkisar 390 per 100.000 persalinan hidup (Manuaba, 1998 : 8)

Kejadian letak sungsang berkisar antara 2 %-3 % bervariasi diberbagai tempat.


Sekalipun kejadiannya kecil tetapi mempunyai peyulit yang besar dengan angka kematian
sekitar 20 %-30 %. Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih
dahulu, sedangkan persalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar
bayi akan lahir terakhir.

B. Rumusan masalah

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kelainan letak sungang


2. Mengetahui apa-apa saja klasifilasi dari kelainan letak sungsang
3. Mengetahui etiologi dari kelainan letak sungsang
4. Mengetahui bagaimana cara penegakan diagnosis pada kelainan letak sungsang
5. Mengetaui bagaimana prinsip dasar kelaianan letaak sungsang
6. Mengetahui cara persalinan letak sungsang
7. Menegetahui prognosis kelainan letak sungsang
8. Mengetahui bagaimana penanganan /terapi pada kelainan letak sungsang
9. Mengeahui bagaimana sikap bidan pada kelainan letak lintang.
C. Tujuan

Agar saya dan pembaca dapat mengetahui gambaran secara umummengenai kelainan
letak sungsang.

BAB II

PEMBAHASAN

1. pengetian

Letak Sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian rendah
dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri).

4
2. Klasifikasi
Ada 4 tipe kelainan letak sungsang,yaitu:

1) Presentasi bokong murni (frank breech) (50-70%). Pada presentasi bokong akibat
ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat
setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya
dapat diraba bokong
2) Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%). Pada presentasi
bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki
3) Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling ) (
10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di
samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki
bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
4) Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding
kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida.
3. Etiologi
1. Terdapat plasenta previa
Plasenta previa adalah adanya plasenta yang menutupi jalan lahir, sehingga dapat
mengurangi luas ruangan dalam rahim. Plasenta previa karena menghalangi turunnya
kepala ke dalam pintu atas panggul

2. Keadaan janin yang menyebabkan letak sungsang

a) Makrosemia
b) Hidrosefalus
c) Anensefalus
d) Hidrosefalus adalah besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan yang
membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim.
Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
3. Keadaan air ketuban

a) Hidramnion
b) Oligohidramnion

5
c) Jumlah air ketuban yang melebihi normal. Keadaan itu menyebabkan janin
lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga.
4. Keadaan Kehamilan

a) Kehamilan ganda
b) Kehamilan lebih dari dua
c) Menurut Fischer, ada beberapa sebab, yakni hamil kembar. Artinya, adanya
lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat.
Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada
kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di
bagian bawah rahim.
5. Keadaan Uterus

a) Uterus arkuatus
b) Plasenta dengan implantasi pada kornua
6. Keadaan dinding abdomen

a) Rileks akibat grandemultipara


b) Sebab lainnya adalah multiparitas, yaitu ibu telah melahirkan banyak anak
sehingga rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar
untuk berputar hingga minggu ke 37 dan seterusnya.
7. Keadaan tali pusat

a) Pendek
b) Terdapat lilitan tali pusat pada leher
8. Penyebab lain
a) Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, Janin sudah lama
mati,dan sebab yang tidak diketahui.
4. Diagnosi
Diagnosis ditegakan dengan pemerikasaan abdominal. Pada palpasi di bagian bawah
teraba bagian yang kurang keras dan kurang bundar, sementara di fundus teraba bagian
yang keras, bundar dan melenting. Denyut jantung janin terdengar di atas pusat.
Pemeriksaan dengan USG atau rontgen dapat mengetahui letak yang sebenarnya pada
pemeriksaan pervaginam teraba bagian lunak anus juga akan teraba bagian sacrum.

6
5. Prinsip dasar persalinan sungsang

1. Persalinan pervaginam
a. Persalinan spontan

Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut Bracht.
Prosedur persalinan :

 Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar merupakan fase yang tidak
berbahaya.
 Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini kepala janin masuk
PAP, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.
 Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian kepala, kepala keluar
dariruangan yang bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang tekanannya lebih
rendah sehingga kepala harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari
pendarahan intrakranial (adanya tentorium cerebellum).
Teknik persalinan

a. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper.


b. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat bokong mulai
membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskulus. Dilakukan
episiotomi.
c. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht, yaitu kedua
ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang
panggul.
d. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.
e. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan
rotasianterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan ini
disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan hiperlordosis,
seorang asisten melakukan ekspresikriste ller. Maksudnya agar tenaga mengejan
lebih kuat sehingga fase cepat dapat diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap
dalam posisi fleksi, dan menghindari ruang kosong antara fundus uterus dan
kepala janin, sehingga tidak teradi lengan menjungkit.

7
f. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu, lengan, dagu,
mulut dan akhirnya seluruh kepala.
Keuntungan:
 Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi
 Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
 Kerugian:
 Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan lahir
kaki, misalnya primigravida lengan menjungkit atau menunjuk
b. Manual aid (partial breech extraction)

Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong. Prosedur manual aid (partial breech extraction) Indikasi : jika persalinan secara
bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala

Tahapan :

1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.
2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik
(Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach.
3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid and Martin
Winctel, Prague Terbalik, Cunan Piper.

Cara klasik:
1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena lengan belakang
berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan
depan di bawah simpisis tetapi jika lengan depan sulit dilahirkan maka lengan
depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah
belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.
2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan kakinya
dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir
dandengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti

8
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin.
4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti
dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu.
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan
6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan belakang.
Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua tangan
penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolongterletak di
punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-jari lain mencengkram
dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin sehingga lengan depan terletak di
belakang kemudian lengan dilahirkan dengan cara yang sama.
Cara Mueller
1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi,
baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari
penolongdiletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista
illiaca dan jari-jari lain mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik
curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak dibawah simpisis,
dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya.
3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih
dipegang secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir.
Bila bahu belakang tak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang
dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.
Keuntungan : Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir
sehingga bahaya infeksi
minimal.
Cara Louvset :
1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil
dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada
dibelakang akhirnya lahir dibawah simpisis.
2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam
ke bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang

9
menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi
ke arah yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik
sehingga bahu belakang tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
Cara Mauriceau (Veit-Smellie) :
Mauriceau

1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalanlahir.
Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari ke 4
mencengkram fossa kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan anak
diletakkan di atas lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda.
Jari telunjuk dan jari ke 3 penolong yang lain mencengkeram leher janin dari arah
punggung.
2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil
seorangasisten melakukan ekspresikriste ller. Tenaga tarikan terutama dilakukan
oleh tangan penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika
suboksiput tampak di bawah simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung,
mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir seluruh kepala janin.
Cara Cunam Piper :
 Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama dengan pemasangan
lengan pada letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini, cunam dimasukkan
pada arah bawah, yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Hanya pada kasus ini
cunam dimasukkan dari arah bawah, yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Setelah
suboksiput tampak dibawah simpisis, maka cunam dielevasi ke atas dan dengan
suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan
akhirnya seluruh kepala lahir.
c. Ektraksi sungsang (total breech extraction)
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
Syarat partus pervaginam pada letak sungsang:

 Janin tidak terlalu besar


 Tidak ada suspek CPD
 Tidak ada kelainan jalan lahir

10
 Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara
dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.
2 Persalinan perabdominan (sectio caesaria)
Prosedur persalinan sunggang perabdominan:
Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus perabdominam
adalah

 Primigravida tua
 Nilai sosial tinggi
 Riwayat persalinan yang buruk
 Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg
 Dicurigai kesempitan panggul
 Prematurita
6. Persalinan letak sungsang
Persalinan pada letak sungsang merupakan kontroversi karena komplikasinya tidak
dapat diduga sebelumnya, terutama persalinan kepala bayi.Dengan demikian, pertolongan
persalinan mempunyai dua pendapat yang sangat kontras, yaitu:
1. Pengnut absolut
 Semua bentuk letak sungsang harus dilakukan secsio sesarea, tanpa kecuali.
 Secsio sesarea menjamin keberhasilan yang ingin dicapai, yaitu well born baby
dan well health mother
Penganut faham relatif
o Memberikan kesempatan persalinan pervaginam

Bentuk
Persa Teknik
Linan Persalinan Keterangan

 Hiperlordose janin
 Tekanan fundus uteri
 Persalinan sungsang normal
Bracth teknik  Tanpa komplikasi

Partiil ekstraksi  Sampai umbilikus kekuatan sendiri

Manuil aids lovesets  Memutar badan bolak balik sampai


bahu lahir
 Trauma alat vital abdomen

11
 Fraktur ekstremitas atas

Total ekstraksi
 Ekstraksi kaki
 Ekstraksi bokong
 Seluruh kekuatan
asal dari luar
 Trauma alat vital
abdomen
 Fraktur atau
dislokasi sendi
bokong
 Fraktur atau
dislokasi
ekstremitas bawah

 Menurunkan kaki depan


 Memudahkan ekstraksi kaki depan
 Fraktur atau dislokasi sendi femur
Profilaksis Pinard  Fraktur kaki belakang

 Jari masuk mulut leher dicekam


 Tarik kebawah untuk melahirkan
suboksiput
 Tarik keatas untuk melahirkan sisa
kepala
 Robekan mulut
 Dislokasi sendi leher
Viet Smellic  Gangguan pusat vital
Mauriceau  Asfiksia ssampai meninggal

 Teknik pemasangan sulit


 Kompresi daun forsep
 Trauma langsung terhadap organ vital
Forceps Piper dan pada muka dan kepala
kepala  Truma mata dan telinga

Hanya jika dijumpai kelainan akan dilakukan secsio sesarea segera atau primer. Trauma
yang paling berat dan harus difikirkan adalah trauma kepala yang menimbulkan asfiksia
hingga kematian janin. Oleh karena itu, lebih aman jika persalinan dilakukan dengan secsio
sesarea. Bentuk pertolongan seperti yang dikemukakan diatas belum memperhitungkan
beberapa kelainan yang menyertai letak sungsang sebagai berikut,

1. Terdapat tangan atau lengan berada di belakang kepala janin


2. Terdapat lilitan tali pusat pada leher
3. Terdapat kedudukan dagu depan
12
4. Bayi ternyata maksrosemia
Oleh karena itu, dalam menghadapi letak sungsang perlu diperhitungkan kriteria yang
dijabarkan oleh Zatuchni-Andres, yang menyatakan bahwa:

1. Jumlah empat atau kurang mutlak dilakukan transabdominal, seksio sesarea.


2. Penentuan berat bayi sangat penting. Kesalahan perkiraan berat akan
menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi.
3. Berat bayi sekitar 3500 gram atau lebih langsung dilakukan secsio sesarea.
Kemungkinan komlikasi, morbiditas, dan mortalitas pada pertolongan letak sungsang
merupakan masalah kontroversi antara langsung secsio sesarea atau pertolongan pervaginam.

o Pendapat absolut dan keingingan mencapai lebih pasti well born baby dan well
health mother mengemukakan bahwa sudah tidak ada lagi tempat bagi pertolongan
letak sungsang trensvaginal.
o Pendapat konservatif masih memberikan kesempatan persalinan per vaginam, dan
jika terdapat kesulitan akan langsung dilakukan scsio sesarea.
7. Prognosis Persalinan Letas Sungsang
Morbiditas dan mortalitaspersalinan letak sungsang lebih berat dibandingkan letak
kepala. Ini disebabkan oleh hal-hal berikut:

 Bagian yang paling besar dengan persendian leher justru lahir paling belakang.
 Terdapat tiga komponenpersalinan letak sungsang dan masing-masing dapat
menimbulkan komplikasi:
1. Persalinan bokong
2. Persalinan bahu dengan lengan
3. Persalinan leher dengan volume yang kecil menyebabkan terjadi kembali
pembukaan serviks semakin kecil dan dapat menyebabkan kepala bayi
terangkap
4. Bagian yang paling besar dengan persendian leher justru lahir paling belakang.
5. Terdapat tiga komponen persalinan letak sungsang dan masing-masing dapat
menimbulkan komplikasi:
 Persendian leher
 Trauma langsung pada kepala

13
 Edema serebri
 Robekan tentorium serebri
 Kerusakan pusat vital pada medula oblongata
 Setelah lahir masih mungkin terjadi sisa pos trauma, yang dapat menimbulkan
gangguan mental dan intelegensi
8. Penanganan / Terapi
 Sikap sewaktu hamil
Karena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik, maka usahakan
merubah letak janin dengan versi luar.

Tujuannya :

Untuk merubah letak menjadi letak kepala hal ini dilakukan pada primi
dengankehamilan 34 minggu, mulai dengan usia kehamilan 36 minggu dan tidak ada
panggul sempit, gemili atau plasenta previa.

Teknik :

1. Lebih dahulu bokong dilepaskan dari PAP dan ibu berada dalam posisi Trendelm
Burg
2. Tangan kiri letakkan dikepala dan tangan kanan pada bokong
3. Putar ke arah muka atau perut janin
4. Lalu putar tangan kiri diletakkan dibokong dan tangan kanan dikepala
5. Setelah berhasil pasang gurita, observasi TTV, DDJ serta keluhan

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Letak Sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian rendah
dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri). Ada 4 tipe kelainan letak
sungsang,yaitu:

1. Presentasi bokong murni (frank breech) (50-70%).

15
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas
sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada
pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong

2. Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%).


Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki

3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling ) (
10-30%).
4. Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping
bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian
paling rendah adalah satu atau dua kaki.
 P rinsip dasar persalinan sungsang,yaitu:

1. Persalinan pervaginam
o Persalinan spontan
o Manual aid (partial breech extraction)
o Ektraksi sungsang (total breech extraction)
2. Persalinan perabdominan (sectio caesarea)
Persalinan letak sungsang memiliki 2 penganut,yaitu:

1. Penganut absolut
o Semua bentuk letak sungsang harus dilakukan secsio sesarea, tanpa kecuali.
o Secsio sesarea menjamin keberhasilan yang ingin dicapai, yaitu well born baby dan
well health mother
2. Penganut faham relatif
Memberikan kesempatan persalinan pervaginam
B. Saran
Di sarankan kepada pembaca terutama petugas kesehatan agar dapat lebih memahami
apa yang di maksud dengan kelainan letak sungsang serta dapat menanggulangi kejadian
letak sungsang yang dapat berakibat kematian pada ibu dan bayi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba IBG. 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: ECG


Rustam,Mochtar Prof. Dr. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid Edisi 2 Buku Kedokteran.Jakarta:
EGC
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed 4, Vol 1. Jakarta : EGC

17
MAKALAH TENTANG
“ KELAINAN LETAK LINTANG”

18
Dosen pengampus:
ANGGARANI PRIHANTINIGSIH,M.Kes

Di susu oleh

ROSDIANA (1803162526014)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA

JL.JAGAKARSA NO.37.JAKARTA SELATAN 12620

TAHUN AJARAN 2018/2019

KATA PENGATAR

19
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang maha kuasa karena atas rahmat dan karunianya
saya dapat mengenal ilmu, pengetahuan, tidak lupa kita haturkan shalawat beserta salam atas
junjungan alam Nabi besar kita yaitu nabi Muhammad saw. Dan saya mengucapkan
terimakasih kepada ibu dosen yang telah mengajari kami ilmu yang sangat banyak, berkat
ilmu itu juga kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Kelainan Letak
Lintang” ini dalam jangka waktu yang ditetapkan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah ilmu penyakit
umum ,dimna sumber materi diambil dari buku-buku yang relevan guna menunjang
keakuratan materi yang nantinya akan disampaikan.

Dalam menyusun makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

20
KATA PENGATAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I:PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................22
B. Rumusan masalah..........................................................................................22
C. Tujuan.............................................................................................................22
BAB II:PEMBAHASAN
1. Pengertian..................................................................................................23
2. Klasifikasi pada letak lintang...................................................................23
3. Etiologi.......................................................................................................23
4. Diangnosa..................................................................................................24
5. prognosa....................................................................................................24
6. jenis-jenis letak sungsang........................................................................25
7. sikap-sikap dalam hal letak lintang........................................................25
8. jalanya persalinan letak lintang..............................................................26
9. mekanisme persalinan letak lintang.......................................................26
10. penanganan pada letak lintag..................................................................
BAB III:PENUTUP
A. kesimpulan.................................................................................................30
B. saran...........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

21
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya
bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu
atas panggul. Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di
bagian bawah kavum uteri (rongga rahim). Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam
macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan (distosia). Distosia adalah kelambatan
atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk
janin, serta kelainan jalan lahir.

Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi
karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan
menggunakan ultrasonografi. Pemeriksaan USG juga bermanfaat dalam menegakkan adanya
plasenta previa.

Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya diusahakan


mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Persalinan letak lintang memberikan
prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor – faktor yang
mempengaruhi kematian janin pada letak lintang di samping kemungkinan terjadinya letak
lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma
akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi kelaianan Letak lintang
2. Apa Etiologi kelainan letak lintang
3. Bagaimana Diagnosis kelaianan letak lintang
4. Bagaimanan Mekanisme Persalinan letak lintang
5. Apa saja Komplikasi pada letak lintang
6. Bagaimana Penatalaksanaan kelainan letak lintang
7. Bagaimana Prognosis kelainan letak lintang
C. Tujuan
Agar mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kelainan letak lintang.dengan memeriksa
kahamilanya dan penyulit serta komplikasi termasuk penatalaksanaan dan rujukan.
BAB II
PEMBAHASAN

22
1. Pengertian letak lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam perut ibu dengan
kepala pada sisi yang satu dan bokong pada sisi yang lain. Pada letak lintang bahu menjadi
bagian terendah, maka juga disebut presentasi bahu atau presentasi acromion. Punggung janin
berada didepan (darso anterior) dibelakang (darso posterior), diatas (darso superior), atau
dibawah (darso inferior). Letak lintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam persalinan
sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu.

2. Klasifkasi letang lintang


Letak lintang dapat dibagi menjadi 2 macam, yang dibagi berdasarkan:
1. Letak kepala
a. Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu
b. Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu
2. Letak punggung
a. Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso-anterior
b. Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior
c. Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-superior
d. Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-inferior
Frekuensi letak lintang dalam literatur disebutkan sekitar 0,5%-2%. Sedangkan di
Indonesia sekitar 0,5%. Letak lintang lebih banyak pada multipara daripada primipara,
karena yang menjadikan letak lintang pada umumnya hampir sama dengan kelainan yang
menyebabkan presentasi bokong.
Namun harus dikemukakan satu faktor yang terpenting , yaitu jika ruang rahim memberi
kesempatan bagi janin untuk bergerak lebih leluasa. Ini mungkin, jika dinding uterus dan
dinding perut ibu sudah begitu lembek, misalnya pada wanita grandemultipara, atau malah
pada panggul sempit.
3. Etiologi
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor, sering pula
penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Faktor – faktor tersebut adalah :
a. Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus,
plasenta previa, dan tumor – tumor pelvis.
b. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah
mati.

23
c. Gemelli (kehamilan ganda)
d. Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum
e. Lumbar skoliosis
f. Monster
g. Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh. Sebab terpenting
terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan perut
yang lembek.
Penyebab utama :

 Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi


 Janin prematur
 Plasenta previa
 Uterus abnormal
 Cairan amnion berlebih
 Panggul sempit

4. Diagnosa

Pada pemeriksaan abdomen, uterus tampak lebih melebar dan fundus uterus lebih
rendah tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pada palpasi sumbu panjang janin melintang,
tidak teraba bagian besar (kepala atau bokong) pada sympisis pubis. Kepala biasanya teraba
didaerah punggung.

5. Prognosa

Hal ini tergantung pada kondisi dan cara si ibu mendapatkan pertolongan. Apabila
partus dibiarkan berlangsung dengan sendirinya, maka hampir dapat dipastikan bahwa si ibu
akan mengalami kesulitan yang berat, hingga mengakibatkan kematian.

6. Jenis-jenis Letak Lintang

1. Kepala anak bisa terletak disebelah kiri (letak lintang I)


2. Kepala anak bisa terletak disebelah kanan (letak lintang II)

24
7. Sikap-sikap Dalam Hal Letak Lintang

a. Waktu hamil
Jika anak berada dalam letak lintang maka dapat dikatakan tidak ada persalinan dapat
berlangsung dengan sendirinya (spontan). Berhubungan dengan itu maka sebelum
partus dimulai sebaiknya kita dapat merubah letak anak tersebut menjadi letak kepala
yaitu dengan melakukan putaran versi luar.
b. Waktu persalinan
Apabila bidan menentukan diagnosa letak lintang pada seorang perempuan yang
sedang bersalin, maka ia haruslah berusaha supaya si ibu segera dibawa ke rumah
sakit, dimana persalinan dapat diawasi dengan sebaik-baiknya.

Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam waktu persalinan yaitu:

a. Dalam hal ketuban belum pecah


Jika pembukaan masih kecil (kurang dari 5 cm) maka dicoba memutar letak
anak (versi luar) hingga menjadi letak kepala atau letak sungsang. Pada pembukaan
lebih dari 5 cm janganlah dicoba untuk melakukan versi luar karena berhubungan
dengan pecahnya ketuban.Oleh karena itu sebaiknya si ibu disuruh berbaring miring
dan dilarang mengejan.
b. Apabila ketuban sudah pecah
Untuk pembukaan belum lengkap; maka sebaiknya menunggu sampai pembukaan
telah lengkap dan setelah itu dilaukan versi dan ekstraksi. Untuk mengetahui
pembukaan tersebut belum lengkap adalah dengan memasukan tinju melalui lingkaran
pembukaan.
Dalam hal pembukaan sudah lengkap; maka harus ditentukan terlebih dahulu apakah
letak lintang ini belum kasip atau sudah kasip. Jadi apakah masih dapat kita
melakukan versi dan ekstraksi atau tidak.

8. Jalannya Persalinan Pada Letak Lintang

Waktu persalinan karena datangnya his, mungkin uterus mencoba mengambil bentuk
awalnya yaitu memanjang dari atas kebawah, dan dengan demikian memutar anak dari letak

25
lintang menjadi letak bujur (letak kepala atau letak sungsang), akan tetapi hal ini jarang
terjadi, kebanyakan anak tetap tinggal dalam letak lintang. Pada awal persalinan dalam letak
lintang, pintu atas panggul tidaklah tertutup oleh bagian bawah anak seperti pada letak
kepala. Oleh karena itu sering kali ketuban pecah terlebih dahulu sebelum pembukaan
lengkap atau hampir lengkap. Setelah ketuban pecah maka his juga tidak begitu kuat, karena
tidak ada tekanan bagian bawah anak pada cervik uteri, dengan demikian persalinan
berlangsung lebih lama

9. Mekanisme Persalinan Letak Lintang


a. Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak
dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan dapat menyebabkan
kematian janin atau rupture uteri.
b. Bahu masuk dalam panggul,sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan
bagian-bagian tubuh lainnya janin tidak dapat lagi turun lebih lanjut dan terjepit
dalam rongga panggul. Segmen atas uterus berkontraksi sedangkan segmen
bawah uterus melebar dan menipis sebagai usaha untuk mengeluarkan janin.
c. Keadaan ini disebut lintang kasip, yang butuh pertolongan segera, kalau janin
kecil sudah mati dan menjadi lembek dapat terjadi persalinan spontan. Janin lahir
dalam keadaan terlipat melalui jalan lahir (konduplikasio) atau lahir dengan
evolusio spontanea menurut cara denman atau douglas.
o Pada cara denman laterofleksi : terjadi pada atas dan tulang belakang bagian bawah
setelah bahu lahir, lahirlah bokong lalu kemudian dada dan kepala.
o Pada cara douglas laterofleksi terjadi kebawah dan pada tulang pinggang / belakang
bagian atas setelah bahu lahir .lahirlah sisi thorax, perut, bokong dan menyusul
kepala.

Anak normal yang cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan dalam letak lintang.
Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil (prematur), sudah mati dan menjadi lembek atau
bila panggul luas.

Beberapa cara janin lahir spontan :


Evolutio Spontanea
a. Menurut DENMAN
Setelah bahu lahir kemudian diikuti bokong, perut, dada, dan akhirnya kepala..

26
b. Menurut douglas
Bahu di ikuti oleh dada,perut,bokong,dan akhirnya kepala.
Conduplicatio Corpore
Kepala dan perut berlipat bersama – sama lahir memasuki panggul kadang – kadang oleh
karena his, LL berubah spontan mengambil bangun semulka dari uterus menjadi letak
membujur, kepala / bokong namun hal ini jarang sekali terjadi. Kalau LL dibiarkan maka
bahu akan masuk kedapam panggul , turun makin laama makin dalam kedalam rongga
panggul terisi seluruhnya oleh badan janin. Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR
meregang. Hal ini disebut dengan letak lintang kasep = neglected transverse lie
Adanya LL kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri mengancam : bila tangan
dimasukkan kedalam cavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta dengan narkosa yang
dalam tetap sulit merubah letak janin

a. Ketuban cepat pecahnya


b. Pembukaan lambat jalannya
c. Partus jadi lebih lama
d. Tangan menumbung (20-50%)
e. Tali pusat menumbung (10%
10. Penanganan pada letak lintang
 Saat Hamil
Pada saat hamil, pada usia kehamilan 34-36 minggu dapat dianjurkan untuk dilakukan
knee chest position sampai usia kehamilan >36 minggu. Setelah itu , jika masih dalam letak
lintang, maka dapat dilakukan versi luar jika syarat memenuhi
Saat Persalinan
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pertolongan persalinan pada letak lintang, yaitu
ketuban dan pembukaan.
Tingkat pertolongan:

1. Jika ketuban belum pecah, dan pembukaan masih kecil (<4cm), dapat dicoba untuk.
Usahakan jadi letak membujur (kepala atau bokong) dengan melakukan versi luar pada
primi dengan usia kehamilan 34-38 minggu, atau multi pada kehamilan 36-38 minggu.
Dalam persalinan janin dapat dilahirkan dengan cara pervaginam, yaitu dengan:

27
 Versi dan ekstraksi
 Embriotomi (dekapitasi-eviserasi) bila janin sudah meninggal
Syarat versi:
 ' Diameter pembukaan <4 cm
 ' Ketuban belum pecah
 ' Anak hidup
 ' Dapat lahir pervaginam
 ' Bagian terendah masih dapat didorong keatas
Kontra indikasi versi:
 Syarat tidak terpenuh
 Keadaan yang membahayakan ibu dan anak : plasenta previa/solution plasenta
hipertensi /preeklamsia cacat rahim
 Gemeli
 Tanda ruptura uteri imminens
 Primi tua
Menurut Eastman dan Greenhill.
 Bila ada panggul sempit seksio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala
letak lintang, dengan anak hidup.
 Semua primi gravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio sesarea
walaupun tidak ada panggul sempit.
 jika pembukaan 5cm Tunggu sampai hampir lengkap ketuban dipecahkan

2. Namun jika pembukaan sudah besar, versi luar sangat tidak dianjurkan. Dalam hal ini
ketuban harus dijaga jangan sampai pecah dan ibu diminta berbaring miring dan dilarang
mengejan. Ditunggu sampai pembukaan lengkap, setelah lengkap , ketuban dipecahkan
dan dilakukan versi ekstraksi. Versi yang dilakukan secara kombinasi, dimana terdapat
dua macam tindakan, yaitu versi , dan ekstraksi. Versi ini dilakukan pada pembukaan
lengkap.

Indikasi pada versi ekstraksi:


o Anak kedua gemelli letak lintang
o Letak kepala dengan prolaps tali pusat
o Presentasi dahi

28
Kontra indikasi pada versi ekstraksi:
o Ruptur uteri
o Cacat rahim (bekas SC)
o Syarat dilakukan versi ekstraksi
o Pembukaan lengkap
o Ketuban belum pecah/ baru pecah
o Janin belum masuk pintu atas panggul
o Dinding rahim harus rileks, karena itu harus dilakukan dalam keadaan narkose
umum.
3. Jika ketuban sudah pecah, dan pembukaan belum lengkap, maka seksio sesarea adalah
jalan terbaik. Meskipun pada literatur lama mengatakan dapat ditunggu sampai lengkap
dan dilakukan versi ekstraksi, namun mungkin hal ini tidak relevan lagi pada masa
sekarang.
4. Jika pembukaan sudah lengkap, maka perlu diketahui apakah sudah terjadi letak lintang
kasep atau belum.
5. Jika sudah terjadi letak lintang kasep, cara mengetahuinya adalah dengan mencoba
mendorong bagian terbawah janin, jika tidak dapat didorong lagi, maka dapat ditegakkan
diagnosis letak lintang kasep. Penatalaksanaanya adalah dengan melihat anak hidup atau
6. Jika anak masih hidup, maka segera dilakukan seksio sesarea. Namun jika anak mati,
dapat dipertimbangkan untuk dilakukan embriotomi.
7. Jika belum terjadi letak lintang kasep, maka dapat dicoba untuk dilakukan versi
ekstraksi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

29
Letak lintang Adalah bila sumbu memanjang janin jadi menyilang sumbu
memnajang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90°, pada keadaan ini persalinan
tidak dapat berjalan spontan karena ukuran letak janin yang melintang dan ukuran
terbesar tidak bisa melalui jalan lahir, kecuali pada anak kecil (prematur) atau anak
yang sudah mati dan menjadi lembek, keadaan ini dapat berakibat pada terjadinya
ruptur uteri, partus lama, KPD dan sudah terjadi infeksi, pada anak trauma partus,
hipoksia,prolaps tali pusat dan KPD (Cuningham, 1995).
B. Saran
1. Untuk para ibu yang sedang hamil untuk rutin memeriksakan kehamilanyya ke
tenaga kesehatan yang berwenang.
2. Apabila diketahui ada kelainan letak pada janin maka anjurkan ibu untuk USG
3. Bila hasil mendapatkan letak lintang anjurkan ibu untuk latihan dan melakukan
kneechest atau posisi lutut dada, setiap hari minimal 2 kali sehari selama ± 5 menit,
untuk mengembalikan posisi bayinya menjadi presentasi kepala.
4. Bagi tenaga kesehatan yang belum mahir jangan sekali2 berani melahirkan letak
lintang

DAFTAR PUSTAKA

S. A. Goelam. arts. Imu Kebidanan. Balai Pustaka Djakarta. 1958

30
Obstetri Patologi. (1984). Bandung: Bag. Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD Bandung.
Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri
Fisiologi, Obstetri Patologi 2ndeds. EGC. Jakarta.
Llweilyn. Jones, D. 2001. Kelainan Presentasi Janin dalam Dasar – dasar Obsteri &
Ginekologi. Hipokrates. Jakarta

MAKALAH TENTANG
“KELAINAN GIMELLI”

31
Dosen pengampus:
ANGGARANI PRIHANTINIGSIH,M.Kes

Di susu oleh

ROSDIANA (1803162526014)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA

JL.JAGAKARSA NO.37.JAKARTA SELATAN 12620

TAHUN AJARAN 2018/2019

KATA PENGATAR

32
Puji dan syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT, yang telah memberikan Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah ilmu
penyakit umum. Saya Ucapan terima kasih saya tujukan kepada dosen mata kuliah ilmu
penyakit umum yang telah memberi dorongan dan motivasi sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya,
Oleh karena itu saya harap kasih saran dan kritik yang membangun akan selalu penyusun
dengan baik . Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan juga pembaca,
sehingga dengan demikian dapat bermanfaat untuk mempermudah dalam proses belajar
mengajar pada ilmu penyakit umum serta dalam rangka menambah pengetahuan

DAFTAR ISI

33
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGATAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I:PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................35
B. Rumusan masalah...........................................................................35
C. Tujuan..............................................................................................36
BAB II:PEMBAHASAN
A. Defenisi.........................................................................................................37
B. Etiologi..........................................................................................................37
C. Fisiologis.......................................................................................................38
D. Patofisiologis................................................................................................38
E. Tanda yang mengidentifikasi kehamilan kembar....................................38
F. Jenis-jenis kehamilan kembar...................................................................39
G. Manifestasi klinik........................................................................................39
H. Letak dan presentasi janin........................................................................40
I. Penatalaksanaan........................................................................................40
BAB III:PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................42
B. Kritik dan saran........................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

34
A. Latar Belakang

Pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber


daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup. Peningkatan kualitas hidup ini
perlu dimulai sejak dini yaitu sejak berada dalam kandungan. Oleh karena itu kehamilan yang
sehat sangat mempengaruhi potensi dari penerus keturunan di kemudian hari (Manuaba,
1998).
Menurut Leimena 1993 kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang sedang
hamil dan dalam periode 42 hari setelah terminasi kehamilannya tanpa memandang lama dan
lokasi kehamilannya.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
factor paling sensitive yang menggambarkan kesehatan ibu dan anak. AKI dan AKB di
Indonesia masih sangat tinggi, terbukti dengan adanyakematian ibu yang sangat bervariasi
antara 5 sampai 100.000 per kelahiran hidup. Dan kematian perinatal yang berkisar antara 25
sampai 750 per kelahiran hidup. Angka kematian ibu tersebut harus dapat ditekan menjadi
225 per 100.000 kelahiran hidup dan kematian bayi ditekan menjadi 49.8 per 1000 kelahiran
hidup.
Maka dari itu pemeriksaan antenatal perlu sekali dilakukan untuk memastikan
keadaan ibu dan janin secara berkala serta untuk mengetahui secara dini apabila ada
penyimpangan atau kelainan yang ditemukan. Dengan tujuan agar ibu hamil dapat melalui
masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi dengan
sehat.
Pemeriksaan kehamilan secara berkala yang diikuti secara teknis harus dikuasai oleh
setiap pelaksana program KIA di lapangan agar kualitas pelayanan dapat terjamin. Apabila
pada ibu hamil dengan primigravida/multigravida umumnya banyak masalah yang
berhubungan dengan kehamilannya karena kurangnya pengetahuan ibu tentang
kehamilannya. Oleh karena itu penting bagi ibu hamil primigravida/multigravida untuk
melakukan kemungkinan faktor resiko tinggi bias ditemukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kehamilan kembar (Gemelli)?

2. Apa penyebab terjadinya kehamilan kembar?

35
3. Jelaskan jenis –jenis hamil kembar?
4. Bagaimana penanganan pada hamil kembar?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Saya dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah dalam
memberikan sedikit pandangan mengenai kehamilan kembar dan bagaimana
cara menanganinya baik dalam kehamilan maupun proses persalinan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :
a. Pengkajian dan menganalisa data pada klien dengan kehamilan patologis.
b. Merumuskan diagnosa kebidanan dan menetukan prioritas masalah pada klien
dengan kehamilan patologis.
c. Menyusun rencana kebidanan.
d. Melaksanakan tindakan kebidanan.
e. Evaluasi asuhan kebidanan.

BAB II
PEMBAHASAN

36
A. Defenisi

Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin. Kehamilan tersebut selalu
menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat. Kehamilan kembar dapat
memberikan resiko yang lebih tinggi terhapap bayi dan ibu. Oleh karena itu, dalam
menghadapi kehamilan kemmbar harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif.
Frekuensi kehamilan kembar mengikuto rumus dari Herlin, yaitu 1:89-untuk hamil kembar,
1:89 pangkat dua untuk kehamilan tiga sedangkan kuadranplet 1:89 pangkat tiga. (Manuba,
1998:265)
Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin. Kehamilan tersebut selalu
menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat. Pada umumnya, kehamilan dan
persalinan membawa resiko bagi janin. Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita
dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan
hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin. Frekuensi kehamilan kembar juga meningkat
dengan paritas ibu. Dari angka 9,8 per 1000 persalinan untuk primipara frekuensi kehamilan
kembar naik sampai 18,9 per 1000 untuk oktipara. Keluarga tertentu mempunyai
kecenderungan untuk melahirkan bayi kembar, walaupun pemindahan sifat heriditer kadang-
kadang berlangsung secara paternal, tetapi biasanya hal itu disini terjadi secara maternal dan
pada umumnya terbatas pada kehamilan dizigo (Ilmu Kebidanan, 2002)
Kehamilan ganda dalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Sejak diketemukan obat-
obatan dan cara induksi ovul (Mochtar,1998:259)

B. Etiologi
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur, dan paritas, sering

mempengaruhi kehamilan 2 telur.


faktor mempengaruhi frekuensi kehamilan kembar, seperti bangsa, hereditas,
umur, dan paritas ibu.Faktor umur, makin tua makin tinggi angka kejadian
kehamilan kembar dan menurun lagi setelah umur 40 tahun.Paritas, pada
primipara 9,8 per 1000 dan pada multipara (oktipara) naik jadi 18,9 per 1000
persalinan.Keturunan, keluarga tertentu akan cenderung melahirkan anak kembar
yang biasanya diturunkan secara paternal, namun dapat pula secara maternal.
2. Faktor obat-obat induksi ovulasi : profertil, clomid, dan hormon gonadotropin
dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua.

37
3. keturunan.
4. Faktor yang lain belum diketahui.

C. Fisiologis
Kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur disebut kembar minozygot atau disebut
juga identik, homolog, atau uniovuler. Kira- kira sepertiga kehamilan kembar adalah
monozygotic. Jenis kehamilan kedua anak sama, rupanya sama atau bayangan cermin, mata,
kuping, gigi, rambut, kulit dan ukuran atropologikpun sama. 2 amnion, 2 korion, dan 2
plasenta, kadang – kadang 2 plasenta tersebut menjadi satu. Keadaan ini tidak dapat
dibedakan dengan kembar digizotik. Dua pertiga mempunyai 1 plasenta, 1 korion, dan 1
atau 2 amnion. Pada kehamilan kembar monoamniotik kematian bayi sangat tinggi karena
lilitan tali pusat; untung sekali kehamilan ini jarang terjadi.

D. patofisiologis
Mekanisme terjadinya kehamilan kembar adalah ketika sperma bertemu dengan
ovumdi tuba fallopi, fertilisasibergabungnya ovum dan sperma,ovum yang telahdibuahi
bergerak turun dari tuba falopii uterus
Nidasi dan pertumbuhan fetus,selama proses ini kembar dapat terbentuk. Kehamilan kembar
dapat fraternal atauidentikal. Kebanyakan kembar fraternal berkembang dari telur dan
sperma yangterpisah. Kembar fraternal memiliki plasenta dan kantong amnion terpisah.
Berbedadengan kembar identikal, dapat terjadi ketika telur yang dibuahi membelah lebih
awalsaat kehamilan dan berkembang menjadi 2 fetus. Kembar identik memiliki 1
plasenta,tapi fetus biasanya memiliki kantung amnion yang terpisah.

E. Tanda-tanda yang mengidentifikasi kehamilan kembar (gemelli) adalah:


1. Besarnya uterus melebihi lamanya amenorea
2. Uterus bertumbuh lebih cepat daripada biasanya pada pemeriksaan berulang
3. Penambahan BB ibu yang mencolok yang tidak disebabkan oleh edema
atau obesitas
4. Terabanya 2 kepala, 2 bokong, dan satu/2 punggung
5. Terdengar 2 denyut jantung yang letaknya berjauhan dengan perbedaan kecepatan
paling sedikit 10 denyut per menit
6. Banyak bagian kecil teraba

38
7. Pada umumnya D/ kehamilan triplet, kuadruplet, dan selebihnya hanya
dapat ditentukan secara rontgenologik
8. USG : dapat lebih diketahui.
F. Jenis kehamilan kembar (gemelli)
1. Kehamilan kembar monozigotik
Kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur disebut kembar monozigotik atau disebut
juga identik, humolog, atau uniovuler, dapat terjadi karena :

a. Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula


b. Hambatan pada tingkat segmentasi
c. Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi belum primitive streak.
2. Kehamilan kembar dizigotik
Kira-kira dua pertiga kehamilan kembar adalah dizigotik yang berasal dari 2 telur
disebut juga heterolog, binovuler, atau fraternal, kedua telur bisa berasal dari :

a. 1 ovarium dan dari 2 folikel de graff


b. 1 ovarium dan dari 1 folikel de graff
c. 1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.

G. Manifestasi klinik
Pada kehamilan distensi uterus berlebihan sehngga melewati batas toleransinya dan
seringkali terjadi pada partus prematurus. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada
kehamilan kembar bertambah. Frekuensi hidro amnion kira-kira 10 kali pada kehamilan
kembar daripada kehamilan tunggal. Hidroamnion dapat menyebabkan uterus renggang
sehingga dapat menyebabkan partus premature, inersia uteri atau perdarahan postpartum.
Solusio plasenta dapat terjadi setelah bayi pertama lahir, sehingga menyebabkan salah satu
faktot kematian bagi janin kedua. Keluhan karena tekanan uterus yang besar dapat terjadi,
seperti sesak nafas, sering kencing, edema dan varises pada tungkai bawah dan vulva.
Berhubung uterus renggang secara berlebihan ada dua kecenderungan terjadinya inersia uteri
tetapi keadaan ini dapat diimbangi oleh bayi yang relative kecil sehingga lamanya persalinan
tidak banyak berbeda dari persalinan tunggal.

H. Letak dan presentasi janin

39
Berbagai kombinasi letak serta presentasi dapat terjadi yang paling sering ditemukan
ialah kedua janin dalam letak memanjang dengan presentasi kepal dan bahu, presentasi
bokong dan bahu, dan yang paling jarang keduanya presentasi bahu.
Ada berbagai kombinasi letak serta presentasi janun pada kehamilan kembar :
a. Kedua janin dalam letak membujur presentasi kepala (44-47%)
b. Letak membujur presentasi kepala bokong (37-38%)
c. Keduanya presentasi bokong (8-10%)
d. Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3%)
e. Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2%)
f. Dua-duanya letak lintang (0,2-0,6%) .
g. Letak dan presentasi “69” adalah letak yang berbahaya karena dapat
terjadi kunci mengunci (interlucking)

I. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan dalam kehamilan
 Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan
mencegah komplikasi yang timbul dan bila diagnosisi telah ditegakkan
pemeriksaan ulangan harus lebih sering x seminggu pada kehamilan lebih dari
32 minggu.
 Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh lebih baik dihindari
karena akan merangsang partus prematurus.
 Pemakaiaan korset gurita yang tidak terlalu kuat diperbolehkan supaya terasa
lebih ringan
 Periksa darah lengkap Hb dan golongan darah (Rustam, 1998)
2. Penanganan persalinan dalam hamil kembar
 Karena penyulit kehamilan kembar terjadi kontraksi otot rahim, kelambatan
persalinan dan pendarahan postpartum, dan bayi premature, maka persiapan
darah ibu peril dilakukan dan pertolongan bayi premature dengan lebih baik.
 Pada umumnya anak kedua lahir dalam waktu 10-15 menit. Bila kedudukan
anak kedua membujur, dapat ditunggu sampai terjadi his, selanjutnya ketuban
dipecahkan dan persalinan ditolong spontan belakang kepala atau pertolongan
letak sungsang.

40
 Apabila anak kedua letak lintang dapat dilakukan versi luar menjadi letak
membujur seandainya letak lintang disertai gawat janinmaka versi ekstrasi
merupakan pilihan pertama. Indikasi lainnya untuk versi ekstrasi letak
lintang adalah bila ketuban pecah desertai prolaksus funikuli atau solusio
plasenta.
 Dalam pertolonhan persalinan hamil kembar dapat dilakukan operasi
persalinan hamil kembar dapat dilakukan persalinan primer bila
berhadapan dengan:
Hamil kembar dengan anak satu lintang
Prolaksus funikuli
Plasenta previa (Manuaba, 1998:267)

3. Komplikasi
 Pada ibu: anemia, abortus, dan pre eklamsi, hidroamnion, kontraksi

hipotonok, retensi plasenta, pendarahan pasca persalinan


 Pada janin: plasenta plevia, solusio plasenta, isuensi plasenta, partus
prematurus, bayi mal presentasi, prolaps tali pusat, kelaianan congenital.

41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin. Kehamilan tersebut selalu
menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat. Kehamilan kembar dapat
memberikan resiko yang lebih tinggi terhapap bayi dan ibu. . Faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah bangsa, umur, dan paritas, sering mempengaruhi kehamilan 2
telur serta profertil, clomid, dan hormone gonadotropin dapat
menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua.
Ada dua jenis kehamilan ganda yaitu kehamilan kembar monozigotik dan kehamilan
dizigotik.

B. Kritik dan Saran


Saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di
waktu yang akan datang. Karena meskipun makalah ini telah saya susun dengan baik, tentu
saja masih ada kekurangan pada makalah ini.

42
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono.2005.Ilmu Kebidanan..Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


Saswita.Reni,Marisah,Rohani.2007.Asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
Jakarta ; Salemba Medika.
Manuaba IBG. 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: ECG
Rustam,Mochtar Prof. Dr. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid Edisi 2 Buku Kedokteran.Jakarta:
EGC
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed 4, Vol 1. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, H. (Ed.). (2007). Ilmu Kebidanan (kesembilan ed.). Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.-
Cunningham, G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap III, L., Hauth, J. C.,- & Wenstrom, K.
D. (2006). Obstetri William (21 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC
Hakimi, M. Ilmu Kebidanan: Fisiologi Dan Patologi Persalinan. Jakarta : Yayasan essentia
Medica. 2000: Hal. 233-36-

43

Anda mungkin juga menyukai