Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

SECTIO CAESAREA LETAK SUNGSANG PANGGUL SEMPIT

Pembimbing:

Dr. dr. Mangatas Silaen, M.K.M, Sp. OG

Disusun Oleh:

Tiara Vidya Margaretha 173307020089

Manasye Alan Purba 173307020015

Debby Iswana 173307020086

Handres Hafidtullah 173307020036

Fahrunnissa 173307020013

Kimberly Tambunan 173307020080

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan kenikmatan kesehatan baik jasmani maupun rohani sehingga
pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kasus yang
berjudul “Sectio Caesarea Letak Sungsang Panggul Sempit”. Penulis mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak agar kesempatan yang
akan dating penulis dapat membuatnya lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya


kepada Dr. dr. Mangatas Silaen, M.K.M., Sp.OG serta berbagai pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Laporan Kasus ini.

Semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Medan, 26 Maret 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 2

2.1 Letak Sungsang .............................................................................................. 2

2.2 Sectio Caesarea ............................................................................................. 10

2.3 Primigravida ................................................................................................. 12

2.4 Panggul Sempit............................................................................................. 14

BAB III LAPORAN KASUS...................................................................................... 16

BAB IV KESIMPULAN ............................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 24


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap ibu hamil mengharapkan kehamilan yang sehat dan normal,
begitu juga dengan dengan posisi janin yang dikandungnya. Letak janin yang
normal dalam rahim adalah dengan presentasi belakang kepala, tetapi tidak
jarang ditemukan beberapa ibu hamil yang letak janinnya dengan presentasi
selain kepala, seperti halnya presentasi bokong. Pada letak bokong kepala janin
teraba dibagian fundus uteri, sedangkan bokong teraba di bagian bawah ibu
(daerah pelvis). Faktor penyebab terjadinya letak sungsang bisa disebabkan
oleh factor ibu maupun faktor janin, faktor ibu antara lain : multiparitas,
panggul sempit, plasenta previa dan kelainan uterus, sedangkan faktor janin
seperti gemeli, hidramion, hidrocepalus. Pada kehamilan dibawah umur 32
minggu, ibu hamil tidak perlu khawatir karena posisi janin masih bisa berubah,
tetapi pada kehamilan lebih dari 37 minggu posisi janin sudah sulit untuk
berubah, sehingga perlu dilakukan teknik- teknik tertentu untuk merubahnya
misalnya dengan melakukan versi luar. Menolong persalinan sungsang dapat
dilakukan secara klasik, Bracht, Muller & Loveset, sampai sektio sesarea yang
tentunya semua itu tergantung dari kondisi ibu dan janin. Komplikasi persalinan
sungsang bisa terjadi baik pada ibu maupun pada bayinya apabila pertolongan
persalinannya tidak dilakukan dengan benar.1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Letak Sungsang

2.1.1 Definisi Letak Sungsang

Letak sungsang adalah suatu keadaan dimana posisi janin memanjang


(membujur) dalam rahim dengan kepala berada pada bagian atas rahim (fundus
uteri) dan bokong berada dibagian bawah ibu.1

2.1.2 Etiologi Letak Sungsang

Letak janin tergantung pada proses adaptasinya didalam rahim. Jadi tidak
perlu khawatir jika posisi sungsang terjadi pada usia kehamilan dibawah 32
minggu. Pada usia kehamilan ini, jumlah air ketuban relatif lebih banyak
sehingga janin masih dapat bergerak bebas. Dari posisi sungsang berputar
menjadi posisi melintang lalu berputar lagi sehingga posisi kepala dibagian bawah
rahim. Sehingga frekuensi letak sungsang menjadi lebih tinggi pada kehamilan
beluh cukup bulan.2

Memasuki usia kehamilan 37 minggu ke atas, letak sungsang sudah sulit


untuk berubah karena bagian terendah janin sudah masuk ke pintu atas panggul.
Tetapi seharusnya di trimester ketiga, bokong janin dengan tungkai terlipat yang
ukurannya lebih besar dari kepala janin akan menempati ruangan yang lebih besar
yaitu dibagian atas rahim (fundus uteri), sedangkan kepala menempati ruangan
yang lebih kecil, disegmen bawah rahim ibu. Masalahnya, mengapa posisi
sungsang masih dapat terjadi hingga kehamilan cukup bulan?, mari coba kita kupas
bersama apa penyebabnya.2

Penyebab Letak Sungsang dapat berasal dari faktor janin maupun faktor
ibu.2
1. Dari faktor janin, antara lain :
a. Gemeli (kehamilan ganda)

Kehamilan dengan dua janin atau lebih dalam rahim, sehingga


menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari
tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang
lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.

b. Hidramion (kembar air)

Didefinisikan jumlah air ketuban melebihi normal (lebih 2000 cc) sehingga
hal ini bisa menyebabkan janin bergerak lebih leluasa walau sudah memasuki
trimester ketiga.

c. Hidrocepalus

Keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam


ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-
sutura dan ubun-ubun. Karena ukuran kepala janin terlalu besar dan tidak
dapat berakomodasi dibagian bawah uterus, maka sering ditemukan dalam
letak sungsang.

2. Dari Faktor Ibu, diantaranya :


a. Plasenta praevia

Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu


pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (osteum uteri internal). Akibatnya keadaan ini menghalangi
turunnya kepala janin ke dalam pintu atas panggul sehingga janin berusaha
mencari tempat yang lebih luas yakni dibagian atas rahim.

b. Panggul sempit

Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya


menjadi sungsang.
c. Multiparitas

Adalah ibu/ wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali
(lebih dari 4 kali), sehingga rahimnya sudah sangat elastis, keadaan ini membuat
janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.

d. Kelainan uterus (seperti uterus arkuatus, uterus bikornis, mioma uteri)

Adanya kelainan didalam uterus akan mempengaruhi posisi dan letak


janin dalam rahim, janin akan berusaha mencari ruang / tempat yang nyaman.

2.1.3 Klasifikasi Letak Sungsang3

Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan beberapa


bentuk letak sungsang :

1. Letak bokong murni

a. Teraba bokong
b. Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi
c. Kedua kaki bertindak sebagai spalk
2. Letak bokong kaki sempurna

a. Teraba bokong
b. Kedua kaki berada disamping bokong
3. Letak bokong tak sempurna

a. Teraba bokong
b. Disamping bokong teraba satu kaki
4. Letak kaki

a. Bila bagian terendah teraba salah satu dan kedua kaki atau lutut
b. Dapat dibedakan : letak kaki, bila kaki terendah, letak lutut bila lutut
terendah
2.1.4 Diagnosis4
Diagnosis letak sungsang yaitu pada pemeriksaan luar kepala tidak teraba
di bagian bawah uterus melainkan teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong
janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak
dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain daripada yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian
atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin
pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat
dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau
banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik. Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas
adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan
anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki
terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak
sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang
telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema,
sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan antara bokong dengan muka
karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot,
sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan
alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki
dapat diraba di samping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak
sempurna, hanya teraba satu kaki di samping bokong

2.1.5 Penatalaksanaan Letak Sungsang4


Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat
menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai kematian bayi.
Menghadapi kehamilan letak sungsang dapat diambil tindakan :
1. Saat kehamilan
a. Mengubah Posisi Sungsang Dengan Bersujud

Cara termudah dan teraman untuk mengubah posisi janin sungsang adalah
dengan bersujud (knee chest position) secara rutin setiap hari sebanyak 2 kali
sehari, misalnya pagi dan sore, masing-masing selama 10 menit. Biasanya
bayi akan berputar dan posisinya kembali normal, yaitu kepala berada di
bagian bawah rahim. Pada saat kontrol ulang/ periksa ulang , maka bidan atau
dokter akan kembali melakukan pemeriksaan palpasi untuk memeriksa posisi
janin. Jika belum berhasil, maka latihan diulangi dan dilanjutkan setiap hari.
Latihan ini hanya efektif bila dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 37
minggu.

b. Cara lain yakni dengan versi luar

Merupakan upaya yang dilakukan dari luar untuk dapat mengubah


kedudukan janin menjadi kedudukan lebih menguntungkan dalam persalinan
pervaginam (memutar posisi janin dari luar). Untuk melakukan versi luar ini
diperlukan syarat, sehingga versi luar dapat berhasil dengan baik, yaitu :

 Dilakukan pada primigravida dengan umur kehamilan 34


minggu, multigravida dengan umur kehamilan 36
 Pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm
 Bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari
pintu atas panggul
 Bayi dapat dilahirkan pervaginam
 Ketuban masih positif utuh.
 Tidak ada komplikasi atau kontraindikasi (IUGR, perdarahan,
bekas seksio)
 kelainan janin, kehamilan kembar, hipertensi)
2. Saat Persalinan

a. Pertolongan persalinan pervaginam


Pertolongan persalinan letak sungsang pervaginam yang tidak sempat atau tidak
berhasil dilakukan versi luar adalah :

 Pertolongan fisiologis secara Brach

Persalinan Brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali his dan
mengejan, Sedangkan penolong membantu melakukan hiperlordose. Bila
persalinan dengan satu kali his dan mengejan tidak berhasil, maka pertolongan
Brach dianggap gagal, dan dilanjutkan dengan ekstraksi (manual aid)

 Ekstraksi bokong partial

Persalinan dengan ekstraksi bokong partial dimaksudkan bahwa:

o Persalinan bokong sampai umbilikus berlangsung dengan kekuatan sendiri


o Terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala
o Dilakukan persalinan bantuan dengan jalan : secara klasik, secara Muller
dan Loevset.
 Pertolongan persalinan kepala
o Pertolongan persalinan kepala menurut Mauriceau- veit Smellie, dilakukan
bila terjadi kegagalan persalinan kepala.
o Persalinan kepala dengan ekstraksi forsep, dilakukan bila terjadi
kegagalan persalinan kepala dengan teknik Mauriceau viet Smellie.
 Ekstraksi bokong totalis

Ekstraksi bokong total bila proses persalinan sungsang seluruhnya


dilakukan dengan kekuatan penolong sendiri.

b. Pertolongan persalinan dengan sektio sesarea

Memperhatikan pertolongan persalinan letak sungsang melalui jalan


vaginal yang sulit, maka sebagian besar pertolongan persalinan sungsang dilakukan
dengan seksio sesarea.
2.1.6 Komplikasi Pertolongan Persalinan Letak Sungsang6

Pertolongan persalinan letak sungsang secara fisiologis dilakukan menurut


metode Brach. Kegagalan pertolongan secara Brach diikuti oleh persalinan dengan
ekstraksi bokong partial atau dengan ekstraksi bokong total yang dapat
menimbulkan komplikasi. Komplikasi persalinan letak sungsang dapat dibagi
sebagai berikut :

1. Komplikasi pada ibu

Trias komplikasi ibu : perdarahan, robekan jalan lahir ( pada vagina atau
serviks), infeksi (endometritis)

2. Komplikasi pada bayi

Trias komplikasi pada bayi : asfiksia, trauma persalinan, infeksi

 Asfiksia bayi

Dapat disebabkan oleh :

a. Kemacetan persalinan kepala : aspirasi air ketuban-lendir


b. Perdarahan atau oedema jaringan otak
c. Kerusakan medula oblongata
d. Kerusakan persendian tulang leher
e. Kematian bayi karena asfiksia berat
 Trauma persalinan

Dapat disebabkan oleh:

a. Dislokasi-fraktura persendian, tulang ekstrimitas


b. Kerusakan alat vital : lien, hati, paru-paru, jantung
c. Dislokasi fraktura persendian tulang leher.
 Infeksi dapat terjadi karena :
a. Persalinan lama
b. Ketuban pecah dini
c. Manipulasi pada pemeriksaan dalam

2.1.7 Golongan Resiko Tinggi Kehamilan Letak Sungsang5

Kehamilan letak sungsang yang tergolong beresiko tinggi adalah :

a. Kehamilan sungsang pada kasus infertilitas


b. Kehamilan sungsang dengan riwayat obstetri buruk : sering
mengalami abortus/keguguran, persalinan prematur, IUFD.
c. Kehamilan sungsang dengan perdarahan
d. Kehamilan sungsang dengan hipertensi/ tekanan darah tinggi
e. Kehamilan sungsang dengan umur ibu kurang dari 20 tahun atau
diatas 35 tahun
f. Kehamilan sungsang yang terjadi pada ibu primigravida
g. Kehamilan sungsang dengan penyakit sistemik ibu : penyakit
jantung, penyakit ginjal, penyakt paru-paru
h. Kehamilan sungsang inpartu dengan keadaan abnormal : bayi besar,
ketuban pecah dini/ ketuban pecah awal, terjadi prolapsus funikuli,
bayi prematur, infeksi pada ibu, terjadi distres janin.

2.1.8 Prognosis5

a. Bagi ibu

Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, ketuban pecah lebih


cepat, partus lama, sehingga mudah terkena infeksi

b. Bagi bayi

Prognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan peredaran darah


plasenta setelah bokong lahir dan setelah perut lahir, tali pusat terjapit antara kepala
dan panggul, sehingga bayi bisa mengalami asfiksia.

Oleh karena itu supaya janin hidup, kepala janin harus dilahirkan dalam waktu
maksimal delapan (8) menit sejak lahir sebatas pusat.
2.2 Sectio Caesarea

2.2.1 Definisi1

Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin


lewat insisi pada abdomen dan uterus.
Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan
sayatan/ pada dinding perut atau section caesaria adalah suatu
histerektomi untuk melahirkan janji dan dalam rahim.

2.2.2 Etiologi7
Indikasi dilakukan sectio caesaria pada ibu adalah disproporsi
cepalo pelvik, placenta previa, tumor jalan lahir, hidromnion,
kehamilan gemeli, sedangkan pada janin adalah janin besar, mal
presentasi, letak lintang, hidrocepalus).

2.2.3 Tipe-tipe Sectio caesaria8


Tipe-tipe sectio caesaria menurut Oxorn (1996) adalah :

 Tipe-tipe segmen bawah : insisi melintang

Insisi melintang segmen bawah uterus merupakan prosedur pilihan


abdomen dibuka dan disingkapkan, lipatan vesika uterina
peristoneum yang terlalu dekat sambungan segmen atas dan bawah
uterus di sayat melintang dilepaskan dan segmen bawah serta ditarik
atas tidak menutupi lapangan pandangan.
 Tipe-tipe segmen bawah : insisi membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti pada insisi
melintang. Insisi membujur dibuat dengan skapal dan dilebarkan dengan
gunting tumpul untuk menghindari cedera pada bayi.
 Sectio caesaria klasik

Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skapal ke dalam


dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan
gunting berujung tumpul.

 Sectio caesaria ekstranperitoneal

Pembedahan ektraperitonial dikerjakan untuk menghindari perlunya


histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas.

2.2.4 Komplikasi9

Komplikasi sectio caesaria adalah

1. Infeksi puerpeural (nifas)

 Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

 Sedang, dengan kertaikan suhu lebih tinggi, disertai


dehidrasi, perut sedikit kembung.
 Beral, dengan peritonitis dan sepsis, hal ini sering dijumpai
pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intrapartal karena ketuban yang teah pecah terlalu
lama, penanganannya adalah pemberian cairan, elektrolit
dan antibiotik yang ada dan tepat.
2. Perdarahan, disebabkan karena
 Banyak pembuIuh darah terputus dan terbuka.
 Antonia uteri
 Perdarahan pada placenta bed.
3. Luka kandung kemih

4. Kemungkinan ruptura uteri spontanea pada kehamilan mendatang.


2.3 Primigravida
2.3.1 Definisi11
Primigravida adalah keadaan di mana seorang wanita mengalami masa
kehamilan untuk pertama kalinya. Dengan kemungkinan risiko tinggi, sehingga
dibutuhkan perawatan antenatal, natal dan postnatal. Perbedaan mendasar
kehamilan primigravida dengan multigravida yaitu pada primigravida ostium uteri
internum belum terbuka dan akan terbuka lebih dahulu, sehingga serviks akan
mendatar dan menipis kemudian ostium uteri internum baru akan membuka.
Sedangkan pada multigravida, ostium uteri internum dan ostium uteri eksternum
sudah sedikit terbuka.
Pengawasan pada ibu hamil dengan usia di bawah 18 tahun perlu diperhatikan
karena pada saat itu sering terjadi risiko anemia, hipertensi menuju
preeklamsia/eklamsia, persalinan dengan berat bayi lahir rendah, kehamilan disertai
infeksi, penyulit proses persalinan yang diakhiri dengan tindakan operasi. Aspek
sosial yang sering menyertai ibu hamil dengan usia muda adalah kehamilan yang
belum diinginkan, kecanduan obat dan atau perokok, dan antenatal care yang
kurang diperhatikan. Dalam era modern, wanita karir dan berpendidikan banyak
yang ingin hidup mandiri mengejar karir sehingga kemungkinan akan terlambat
menikah dan hamil di atas usia 35 tahun.

2.3.2 Usia Primigravida11


Usia terbaik seorang wanita untuk hamil adalah 20 tahun hingga 35 tahun.
Apabila seorang wanita mengalami primigravida (masa kehamilan pertama kali) di
bawah usia 20 tahun, maka disebut primigravida muda. Sedangkan apabila
primigravida dialami oleh wanita di atas usia 35 tahun, maka disebut primigravida
tua. Bukti menunjukkan bahwa patofisiologi primigravida dengan preeklamsia
berbeda dari observasi pada multigravida, yang menunjukkan bahwa risiko
preeklamsia pada primigravida lima belas kali lebih besar daripada multigravida.
Beberapa peneliti menggunakan istilah “advanced maternal age” pada ibu
hamil usia 35 tahun atau lebih, tanpa melihat paritas. Atau Older woman atau
Gravida tua atau Elderly gravid (Cunningham, 1995). Sedangkan dalam Jurnal
Naqvi et al. (2004) menyebut older primigravida pada ibu yang hamil pertama pada
usia 35 tahun atau lebih.

2.3.3 Primigravida Tua11


Primigravida tua (older primigravida) adalah seorang wanita
dimana mengalami kehamilan pertama pada usia lebih dari 35 tahun.
Seorang primigravida tua memiliki risiko preeklamsia lebih tinggi oleh
karena adanya perbedaan elastisitas dan kemunduran sistem kardiovaskuler, selain
itu seorang primigravida tua memiliki kecenderungan mengalami masalah obesitas
lebih tinggi dibanding primigravida muda. Banyak faktor yang menyebabkan
seorang wanita mengalami primigravida tua. Selain oleh karena faktor alami
biologis, kini wanita karir dan terdidik banyak yang ingin hidup mandiri untuk
mengejar karir sehingga akan terlambat menikah dan hamil di atas usia 35 tahun.
Pengawasan perlu diperhatikan karena dapat terjadi hipertensi karena stres
pekerjaan yang kemudian hipertensi ini dapat menjadi pemicu preeklamsia,
Diabetes Melitus, perdarahan antepartum, abortus, persalinan prematur, kelainan
kongenital, dan ganggguan tumbuh kembang janin dalam rahim.

2.3.4 Komplikasi14

Baik primigravida muda maupun primigravida tua memiliki Kehamilan


Risiko Tinggi (KRT), yaitu keadaan di mana jiwa ibu dan janin yang dikandungnya
dapat terancam, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Namun pada primigravida
muda memiliki risiko lebih rendah, karena dianggap memiliki ketahanan tubuh
lebih baik daripada primigravida tua (Manuaba, 2007). Hal ini diperkuat oleh suatu
penelitian yang membandingkan antara primigravida muda dan primigravida tua.
Didapatkan pada kehamilan primigravida tua memiliki risiko komplikasi lebih
berat, seperti hipertensi kronis, superimposed hypertension, tingkat persalinan
dengan operasi caesar yang lebih tinggi, persalinan dengan bantuan bila
dibandingkan primigravida muda, Juga ditemukan adanya kelainan pertumbuhan
intrauterin dan malformasi kongenital.
Dikemukakan juga oleh penelitian Al-Turki et al. (2003) dan Heija A (2000)
bahwa pada primigravida tua memiliki risiko komplikasi seperti Diabetes Melitus,
preeklamsia, plasenta previa dan besar kemungkinan menyebabkan persalinan
secara sectio caesarea bila dibandingkan dengan penyebab lain seperti umur
kehamilan lewat bulan dan berat lahir bayi.

2.4 Panggul Sempit


2.4.1 Morfologi Panggul Sempit15
Menurut morfologinya, jenis-jenis panggul dibedakan menjadi 4, yaitu:
a. Panggul Ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar atau
dengan diameter transversal yang lebih panjang sedikit daripada
diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu
bawah panggul yang cukup luas.
b. Panggul Anthropoid, dengan diameter anteroposterior yang
lebih panjang daripada diameter transversa dan dengan arkus
pubis menyempit sedikit.
c. Panggul Android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk
sebagai segitiga berhubungan dengan penyempitan ke depan,
dengan spina iskiadika menonjol ke dalam dan dengan arkus
pubis yang menyempit.
d. Panggul Platipelloid, dengan diameter anteroposterior yang jelas
lebih pendek daripada diameter transversa pada pintu atas
panggul dan dengan arkus pubis yang luas.
Dalam Obstetri yang dimaksud panggul sempit secara fungsional yang
artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Kesempitan panggul dibagi
sebagai berikut:
1. Kesempitan Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit bila conjugata vera kurang dari
10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. Penyebab
yang dapat menimbulkan kelainan panggul antara lain:

a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan, terdiri atas : 1)


panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil; 2) panggul picak
: ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa; 3)
panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi berlebihan
ukuran muka belakang; 4) panggul corong : pintu atas panggul
biasa, pintu bawah panggul sempit; 5) panggul belah : simpisis
terbuka.
b. Kelainan karena penyakit tulang panggul dan sendi-sendinya,
terdiri atas : 1) panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit,
seluruh panggul sempit picak; 2) panggul osteomalacci:
panggul sempit melintang; 3) radang articulation sacroiliaca:
panggul sempit miring.
c. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang, terdiri
atas :
1) kiposis di daerah tulang pinggang menyebabkan panggul
corong; 2) sciliose di daerah tulang punggung menyebabkan
panggul sempit.
d. Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah, antara
lain : coxitis, luxatio, dan atrofia menyebabkan panggul sempit.
2. Kesempitan Bidang Tengah Panggul
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan
spina os ischii dan memotong sakrum kira-kira pada pertemuan ruas
sakral ke-4 dan ke-5. Dikatakan bidang tengah panggul sempit jika
jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm
atau kurang dari 15,5 cm dan diameter antara spina kurang dari 9
cm.

3. Kesempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul terdiri atas 2 segitiga dengan jarak antar kedua
tuber isiadika sebagai dasar. Pintu bawah panggul dikatakan sempit
jika jarak antara tubera ossis ischii ≥ 8 cm dengan sendirinya arcus
pubis akan meruncing.
BAB III

LAPORAN KASUS
A. ANAMNESIS PRIBADI

Nama : Ny.P
Umur : 32 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Menikah
Tgl Masuk : 20 Maret 2019
Jam Masuk : 08.12WIB
No. RM : 04.21.40
Status : Primigravida

B. ANAMNESIS PENYAKIT
Ny. P usia 32 tahun, G1P0A0 datang ke IGD RSIA. Sri Ratu Medan dengan :
Keluhan Utama : Perut terasa agak mulas dan ingin operasi
melahirkan
Keluhan Tambahan : Sudah USG sebelumnya anak letak sungsang dan panggul
ibu sempit
Telaah : Pasien datang dengan keluhan perut terasa agak
mulas dan ingin operasi melahirkan dikarenakan usia
kehamilan sudah +/-39 minggu. Pasien mengaku
telah memasuki usia kehamilan 39 minggu
primigravida dan telah USG sebelumnya di praktek
dokter, bahwa bayi letak sungsang dan juga pinggul
sempit sehingga dokter merujuk untuk dilahirkan
operasi. Mual (-) muntah (-) riwayat jatuh (-). HPHT:
Dilupakan oleh pasien (?/?/2018). BAK dan BAB (+)
normal.
Riwayat Penyakit Terdahulu : -
Riwayat Penyakit Keluarga :-
Riwayat Penggunaan Obat :-

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS PRESENT
Sens. : Compos Mentis Anemis: (-)
TD : 120/80 mmHg Ikterus : (-)
HR : 80 x/i Dispnea: (-)
RR : 20 x/i Sianosis: (-)
Temp : 36,7°C Edema: (-)
TB : 154 cm
BB : 64 kg

2. STATUS GENERALISATA
1. Kepala : Normocefali
2. Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
3. Mata : Simetris, Konjunctiva anemis (-/-), Pupil isokor (+/+),
Sclera ikterik (-/-)
4. Telinga : Simetris, massa (-), secret (-), benda asing (-)
5. Hidung : Septum nasi simetris, secret (-), massa (-)
6. Bibir : Sianosis (-)
7. Leher : Pembesaran KGB (-)
8. Thoraks (paru) :
 Inspeksi : Simetris dextra sinistra, tidak ada bagian dada yang
tertinggal saat bernafas.
 Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan (normal).
 Perkusi : Sonor (Kedua lapangan paru).
 Auskultasi : Vesikuler, Suara Tambahan: (-).
9. Abdomen
 Inspeksi : Pembesaran (-), asites (-), luka bekas operasi (+).
 Palpasi : TFU Tidak dapat dikaji, gerak janin (+), Kontraksi uterus
(+) , HIS (+), Nyeri tekan (+).
 Perkusi : Shifting dullness (-), Timpani.
 Auskultasi : Peristaltik normal.
10. Ekstremitas : Oedem (-/-), Akral hangat (+/+)
3. RIWAYAT HAID
HPHT : ?-?-2018
Taksiran Persalinan : 20-03-2019
Lama Siklus : 28 hari
Siklus : Teratur
ANC : Dokter kandungan
4. STATUS OBSTETRIKUS

Tinggi Fundus Uteri : 3 cm dibawah PX

Persentasi : Letak Belakang (Bokong)

Bagian Terendah : 1/5

Taksiran Berat Janin : 3000 g

His : Ringan

Djj : 138 x/i

VT : Serviks tertutup, Bagian terbawah lunak, Tulang Panggul


(Teraba Promontorium Konjugata Diagonal 11,5 cm dan Konjugata
Fera 10 cm)
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

HEMATOLOGI

No Pemeriksaaan Hasil Satuan Normal Metode


1 Hemoglobin DBN g/dl 12.5 – 14.5 -
2 Leukosit DBN /mm3 5.0 – 11.0 -
3 Laju Endap Darah DBN mm/jam 0 – 20 -
4 Trombosit DBN /mm3 150 – 450 -
5 Hematogrit DBN % 30.5 - 5.50 -
6 Eritrosit DBN 10,6/mm3 3.50 – 5.50 -
7 MCV DBN fL 75.0 – 95.0 -
8 MCH DBN Pg 27.0 – 31.0 -
9 MCHC DBN g/dl 33.0 – 37.0 -
10 RDW DBN % 11.50 – 14.50 -
11 PDW DBN fL 12.0 – 53.0 -
12 MPV DBN fL 6.50 – 9.50 -
13 PCT DBN % 0.100 – 0.500 -
14 Hitung Jenis
Leukosit DBN % 1-3 -
Eosinofil
Basofil DBN % 0-1 -
Monosit DBN % 2-8 -
Neutrofil DBN % 50 – 70 -
Limfosit DBN % 20 – 70 -
LUC DBN % 0–4 -
E. INTERPRETASI USG

Kesimpulan: Gravida (39 minggu) + Letak Bokong (Sungsang) + Panggul Sempit


Ringan

F. DIAGNOSA

Diagnosa kerja : Primigravida (39 minggu) + Bayi Letak Sungsang +


Panggul Sempit + Anak Hidup

Rencana Tindakan : Informed consent

Infus

Opname

Sectio Caesarea

G. PENATALAKSANAAN
 IVFD Ringer Laktat 30 tetes/menit
 Inj. Ceftriaxone 1gr/8 Jam
 Inj. Gentamycin 1amp/8 Jam
 Inj. Trolac 1amp/8 Jam
 Diet M1

H. RENCANA

Observasi + Bed Rest

I. FOLLOW UP

Tanggal 20 Maret 2019

Status Presens:

KU : Nyeri Luka operasi, Flatus (-) Anemis : (-)

Sensorium : Compos Mentis Ikterik : (-)


TD : 120/70 mmHg Dipsnea : (-)

Frek, Nadi : 80 x/i Sianosis : (-)

Temp 36,7˚C Edema : (-)

Diagnosis : Primigravida (39 minggu) + Bayi Letak Sungsang + Panggul


Sempit + Anak Hidup

Terapi : Terapi lanjut

Tanggal 21 Maret 2019

Status Presens:

KU : Nyeri Luka operasi, Flatus (+) Anemis : (-)

Sensorium : Compos Mentis Ikterik : (-)

TD : 110/80 mmHg Dipsnea : (-)

Frek, Nadi : 84 x/i Sianosis : (-)

Temp 36,7˚C Edema : (-)

Diagnosis : Primigravida (39 minggu) + Bayi Letak Sungsang + Panggul


Sempit + Anak Hidup

Terapi : Terapi Lanjut

Tanggal 22 Maret 2019

Status Presens:

KU : Nyeri Luka operasi, Flatus (+) Anemis : (-)

Sensorium : Compos Mentis Ikterik : (-)

TD : 120/80 mmHg Dipsnea : (-)

Frek, Nadi : 80 x/i Sianosis : (-)


Temp 36,7˚C Edema : (-)

Diagnosis : Primigravida (39 minggu) + Bayi Letak Sungsang + Panggul


Sempit + Anak Hidup

Terapi : Terapi Lanjut

Tanggal 23 Maret 2019

Status Presens:

KU : Nyeri Luka operasi, Flatus (+) Anemis : (-)

Sensorium : Compos Mentis Ikterik : (-)

TD : 110/80 mmHg Dipsnea : (-)

Frek, Nadi : 84 x/i Sianosis : (-)

Temp 36,7˚C Edema : (-)

Diagnosis : Primigravida (39 minggu) + Bayi Letak Sungsang + Panggul


Sempit + Anak Hidup

Terapi : Terapi Lanjut

Tanggal 24 Maret 2019 (Pasien Pulang)

Status Presens:

KU : Nyeri Luka operasi, Flatus (+) Anemis : (-)

Sensorium : Compos Mentis Ikterik : (-)

TD : 120/80 mmHg Dipsnea : (-)

Frek, Nadi : 84 x/i Sianosis : (-)

Temp 36,5˚C Edema : (-)


Diagnosis : Primigravida (39 minggu) + Bayi Letak Sungsang + Panggul
Sempit + Anak Hidup

Terapi : Terapi PBJ

 Supramox 500 mg 3x1


 Mefinal 500 mg 3x1
 Ramabion 1x1
BAB IV

KESIMPULAN

Ny. P usia 32 tahun datang ke IGD RSIA. Sri Ratu Medan dengan keluhan
perut terasa agak mulas dan ingin operasi melahirkan dikarenakan usia kehamilan
sudah +/-39 minggu. Pasien mengaku telah memasuki usia kehamilan 39 minggu
primigravida dan telah USG sebelumnya di praktek dokter, bahwa bayi letak
sungsang dan juga pinggul sempit sehingga dokter merujuk untuk dilahirkan
operasi. HPHT: Dilupakan oleh pasien (?/?/2018).
Hasil pemeriksaan menunjukkan gravida 39 minggu + bayi letak sungsang
(bokong)+ pinggul ibu terlihat sempit. Penatalaksanaan adalah section caesarea dan
observasi.
DAFTAR PUSTAKA

1
Abrahams, Peter. 2010. Panduan Kesehatan dalam Kehamilan. Tanggerang:
KARISMA Publishing Group

2
Army, Suheimi. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Kebidanan. Cetakan pertama. Padang:
Andalas University

3
Benson RC dan Pernoll ML. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9.
Jakarta: EGC

4
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.
Jakarta: EGC

5
Cunningham FG, Gant NF, dkk. 2013. Obstetri Williams Volume 1 Edisi 23.
Jakarta: EGC

6
Depkes RI. 2003. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta: Depkes RI

7
Fibriana, A.I. 2007. Faktor-Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kematian
Maternal. Tesis yang dipublikasikan. Semarang: UNDIP diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/4421/1/arulita.pdf tanggal 22 Mei 2016]

8
Hidayat AAA dan Hidayat M. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

9
Juliandi A, Irfan dan Manurung S. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Medan:
UMSU PRESS
10
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta: Departemen Kesehatan
Kemenkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 938/MENKES/SK/ VIII/2007 Tentang Standar Asuhan Kebidanan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

12
Ladewig P, London M, Olds S. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir
Edisi 5. Jakarta: EGC

13
Lockhart Anita dan Saputra Lyndon. 2014. Asuhan Kebidanan Fisiologis dan
Patologis. Tanggerang: BINARUPA AKSARA Publisher

14
Manuaba, IBG. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
DAFTAR PUSTAKA

1. Amru Sofian. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.


2011. Jakarta : EGC. Edisi 3 Jilid 1
2. Anne Jackson Bracker. 2015. Hypercontraction / Pregnancy.
http://www.miscarriageassociation.org.uk/ma2006/downloads/ %20.pdf
3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ. In: William’s Obstetrics. Ed 21. The
Mc Graw-Hill Companies. New York, 2010
4. Hanretty, Kevin. Ilustrasi Obstetri. 2010. Indonesia : CV Pentasada Media
Edukasi. Ed 7
5. Mansjoer A, dkk. Kelainan Dalam Kehamilan. Dalam : Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi ketiga.Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta, 2015; 260-265.
6. McPhee S, Obsterics and obstretrics disoders,Current medical diagnosis and
treatment, 2009 edition, Mc Graw Hill, 2008

7. Muaba, 2010,. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:EGC.

8. Saifuddin AB, dkk. Dalam : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Edisi pertama cetakan kedua. JNPKKR-POGI -
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 2012
9. Sumapraja, S & Martaadisoebrata, D. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi
ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta
10. Winkjosastro, H : Ilmu Kebidanan edisi ketiga cetakan keempat. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 2010; 302-312.

Anda mungkin juga menyukai