Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi
atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan
menurut kalender Internasional (Wiknjosatro, 2007:286). Kehamilan merupakan hal
fisiologis yang terjadi pada seorang wanita. Meskipun demikian, semua jenis kehamilan
memiliki resiko terjadinya komplikasi pada masa persalinan atau bahkan masa kehamilan itu
sendiri.
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur
kehamilan cukup bulan (> 37 minggu), presentasi bokong merupakan malpresentasi yang
paling sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong
berkisar antara 25-30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah
umur kehamilan 34 minggu. Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan letak kepala. Angka kematian prenatal dengan persalinan
letak sungsang mempunyai presentase 16,8-38,5 % di Indonesia.
Manajemen presentasi bokong mengalami perubahan yang mengarah kepada semakin
dipilihnya cara persalinan bedah sesar dibandingkan vaginal. Pada tahun 1990 sebanyak 90%
kasus presentasi bokong dilahirkan secara bedah sesar, sedangkan pada tahun 1970 hanya
sebanyak 11,6 %. Kecendrungan tersebut sangat berkaitan dengan bukti-bukti yang
menunjukkan hubungan cara persalinan dengan resiko kematian atau morbiditas perinatal.

1.2 Tujuan Penulis


1.2.1 Tujuan umum
Tujuan umum penyusunan adalah :
1. Memahami dan mengetahui tentang kehamilan letak sungsang.
2. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik pada kasus kehamilan
letak sungsang.
3. Mahasiswa mampu melakukan penanganan dan penatalaksaan yang tepat pada kasus
kehamilan letak sungsang.

1
1.2.2 Tujuan Khusus
Memberikan informasi kepada pembaca tentang kehamilan letak sungsang.

1.2.3 Ruang lingkup penulis


Penulis membatasi dan berpedoman kepada buku terbitan fakultas kedoteran

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi penulis
1. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang kehamilan letak sungsang.
2. Sebagai laporan kasus yang menyajikan analisis kasus tentang kehamilan letak
sungsang.
3. Untuk memenuhi tugas case report session kepanitraan klinik di bagian obstetri dan
gynekologi dalam RSUD Solok 2018.

1.3.2 Manfaat bagi pembaca


Dengan ada nya pembahasan mengenai kehamilan letak sungsang di harap kan kepada
pembaca agar lebih tertarik untuk mengetahui tentang kehamilan letak sungsang sebagai
kompetensi dokter umum.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi letak sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri, atau janin terletak pada
posisi aksis longitudinal dengan kepala di fundus uteri.

Gambar 2.1 Letak Sungsang

2.2 Epidemiologi
Angka kejadian persalinan sungsang bervariasi. Scheer & Nubar melaporkan 16%
kejadian letak sungsang pada usia kehamilan 32 minggu, menurun hingga 7% pada usia
kehamilan 38 minggu dan 5% pada usia kehamilan 40 minggu. Letak sungsang banyak
terdapat pada kehamilan muda dan lebih banyak pada primigravida. Beberapa peneliti lain
seperti Greenhill melaporkan kejadian persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Di
Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999
merupakan letak sungsang. Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada
tahun 2003-2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%

3
2.3 Etiologi
Letak sungsang biasanya terjadi karena kegagalan versi spontan menjadi presentasi
kepala pada kehamilan aterm atau pada persalinan prematur sebelum versi kepala terjadi.
Beberapa faktor predisposisi pada letak sungsang :
1) Umur kehamilan kurang bulan (premature). Semakin mendekati hari persalinan,
janin akan berputar lagi menjadi letak kepala. Jika persalinan yang tidak diharapkan
terjadi, janin tidak akan mendapat kesempatan untuk membalik posisinya.
2) Terdapat plasenta previa
Memungkinkan janin memiliki ruang yang lebih untuk melakukan pergerakan di
dalam uterus.
3) Keadaan janin :
a. Makrosemia
b. Hidrosefalus
Pembesaran kepala dari janin membuat janin sulit untuk melakukan putaran akhir
menjadi presentasi kepala.
4) Keadaan ketuban
a. Polihidroamnion
Jumlah cairan ketuban yang berlebihan memungkinkan janin melakukan terlalu
banyak gerakan.
b. Oligohidroamnion
Jumlah cairan ketuban yang terlalu sedikit mungkin mengahambat perputaran
akhir dari janin menjadi presentasi kepala.
5) Keadaan kehamilan
a. Gemelli
Karena terbatasnya ruang di uterus.
b. Multipara
Multipara dapat menyebabkan regangan maupun elastisitas uterus menurun,
merupakan faktor predisposisi persalinan dengan letak sungsang.
6) Keadaan tali pusat pendek
7) Memiliki riwayat persalinan letak sungsang sebelumnya,kemungkinan adanya
kelainan dari bentuk uterus.
8) Kelainan bentuk uterus seperti uterus bikornus dan uterus septum.
9) Tumor pelvis mungkin menghambat pergerakan janin sehingga membuatnya
terjebak dalam presentasi bokong.

4
2.4 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang, ataupun letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada
kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian
dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang
lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala.

2.5 Klasifikasi letak sungsang


Klasifikasi letak sungsang yaitu:
1) Presentasi bokong murni (frank breech)
Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujung kaki
setinggi bahu atau kepala janin.
2) Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)
Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan di
samping bokong dapat diraba kedua kaki.
3) Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech)
Yaitu letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki
yang lain terangkat ke atas.
4) Letak kaki (footling breech/incomplete breech),
Yaitu salah satu atau kedua kaki terletak sebagai bagian yang terendah.

5
Gambar 2.2 Klasifikasi letak sungsang

2.6 Diagnosis
a. Gerakan janin teraba dibagian bawah abdomen
b. Pemeriksaan abdomen kepala terletak di bagian atas, bokong bagian
pelvis,auskultasi menunjukkan denyut jantung janin lokasinya lebih tinggi
c. Pemeriksaan vagina : teraba bokong/ kaki
d. USG: untuk konfirmasi letak janin apabila pemeriksaan fisik tidak jelas.
Menentukan letak plasenta, taksiran berat badan janin, volume cairan amnion,
usia kehamilan, dll.

Diagnosis letak sungsang umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan


keluhan subjektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang telah dilakukan.
Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut

6
terasa penuh di bagian atas dan gerakan anak lebih banyak dibawah rahim. Dari
riwayat kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang. .
Berdasarkan pemeriksaan Leopold akan teraba bagian keras, bulat, dan melenting pada
fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil
pada pihak yang berlawanan. Di atas simfisis, akan teraba bagian yang besar lunak dan
noduler. Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

Gambar 2.3. Pemeriksaan Luar

Pada pemeriksaan dalam, jika pembukaan sudah besar dapat teraba tiga tonjolan
tulang, yaitu kedua tubera ossis ischii dan ujung os sacrum, sedangkan os scrum dapat
dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan deretan prosesus spinosus ditengah-tengah
tulang tersebut.
Antara tiga tonjolan tulang tadi dapat diraba anus dan genitalia anak. Persentasi
bokong harus dibedakan dari muka karena pada letak muka jika caput succedaneum besar,
muka dapat disangka bokong karena kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera ossis ischii,
dagu menyerupai ujung os sacrum, sedangkan mulut di sangka anus, yang menentukan ialah
bentuk os sacrum yang mempunyai deretan prosesus spinosus yang disebut krista sakralis
medialis. Pada letak bokong kaki, teraba kaki di samping bokong.
Perbedaan kaki dan tangan :
1. Pada kaki ada calcaneus, jadi ada tiga tonjolan tulang, yaitu mata kaki dan calcaneus,
sedangkan pada tangan hanya ada mata dipergelangan tangan.
2. Kaki tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, selalu ada sudut.
3. Jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki.

7
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan menggunakan Rontgen dan USG.
Namun karena adanya faktor resiko paparan radiasi maka USG lebih sering digunakan pada
saat ini. Dengan menggunakan USG dapat diketahui presentasi, letak dan habitus dari bayi,
adanya kehamilan multipel, lokasi dari plasenta dan volume cairan amnion.

2.7 Penatalaksanaan
a. Dalam kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari kausa dari pada letak sungsang yakni
dengan USG, seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus.
Jika tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan
versi luar (jika tidak ada kontraindikasi)
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada umumnya versi
luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin masih
dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu 38 versi luar sulit dilakukan karena janin
sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan versi luar
diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.
Kontraindikasi untuk melakukan versi luar: panggul sempit, perdarahan antepartum,
hipertensi, hamil kembar, plasenta previa. Keberhasilan versi luar 35-86%. Peningkatan
keberhasilan terjadi pada multiparitas usia kehamilan, frank breech, letak lintang.

Gambar 2.4. knee chest position

b. Dalam persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan

8
kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan
apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi secsio, seperti kesempitan panggul,
plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga panggul.
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka penatalaksanaan
persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan pervaginam atau
perabdominal (secsio caesaria). Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada
pembukaan dan penurunan bokong. Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang:
bokong sempurna (complete) atau letak bokong (frank breech), pelvimetri, klinis yang
adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat secsio caesaria dengan indikasi CPD, dan
kepala fleksi.

Mekanisme persalinan letak sungsang:

- Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring
- Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam
sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.

- Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia


bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.

9
- Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion
- Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.

- Jika bokong tidak mengalami kemajuan selama kontraksi berikutnya, episiotomi


dapat dilakukan dan bokong dilahirkan dengan traksi kebawah perut.

- Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.
Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.

10
- Jika kaki janin telah keluar, penolong dapat menyusupkan tangan sepanjang kaki
anterior dan melahirkan kaki dengan fleksi dan abduksi sehingga bagian badan
lainnya dapat dilahirkan.

- Bahu janin mencapai pelvic ‘gutter’ (jalan sempit) dan melakukan putar paksi
dalam sehingga diameter biacromion terdapat pada diameter anteroposterior
diameter pelvic luar.
- Secara stimulan, bokong melakukan rotasi anterior 900. Kepala janin kemudian
masuk ke tepi pelvic, sutura sagitalis berada pada tepi diameter transversal.
Penurunan ke dalam pelvic terjadi dengan fleksi dari kepala.

2.8 Cara persalinan letak sungsang pervaginam

Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang harus


dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his adekuat dan
tafsiran berat badan janin < 3600 gram. Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat
persalinan pervaginam tidak dapat dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam,
direncanakan bedah sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan
terjadi di fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi bokong yang
tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin kedua pada kehamilan kembar.

11
Persalinan pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi persalinan
pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin dan berat bayi >
3600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak adanya petugas yang berpengalaman
dalam melakukan pertolongan persalinan.

A. Persalinan spontan (spontaneous breech)

Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri (cara bracht). Pada
persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan pertama yaitu fase lambat, fase cepat,
dan fase lama.

1) Fase lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar merupakan fase yang tidak berbahaya.
2) Fase cepat : dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini kepala janin masuk PAP,
sehingga kemungkinan tali pusat terjepit
3) Fase lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian kepala, kepala keluar dari ruangan yang
bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah sehingga kepala
harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari pendarahan intrakranial.

Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht :


1. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat bokong mulai
membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskulus. Dilakukan episiotomi.
3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht, yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.
5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan rotasianterior,
yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan ini disesuaikan dengan gaya berat
badan janin. Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresikriste
ller. Maksudnya agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat dapat diselesaikan.
Menjaga kepala janin tetap dalam posisi fleksi, dan menghindari ruang kosong antara
fundus uterus dan kepala janin, sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.
6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu, lengan, dagu, mulut
dan akhirnya seluruh kepala.
7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu.

12
Gambar 2.4 Persalinan secara bracht

B. Manual aid (partial breech extraction)

Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong. Indikasi : jika persalinan secara bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi
kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Tahapannya :

1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.
2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik
(Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach.
3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid and Martin
Winctel, Prague Terbalik, Cunan Piper.

13
a) Cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara klasik:
1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena lengan belakang
berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan depan
di bawah simpisis tetapi jika lengan depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar
menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan
kemudian lengan belakang dilahirkan.
2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan kakinya
dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti kemudian
lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka
janin.
4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti
dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu.
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan

Gambar 2.5 Pengeluaran lengan secara Klasik

6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan belakang.
Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua tangan penolong
sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong terletak di punggung dan
sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-jari lain mencengkram dada. Putaran
diarahkan ke perut dan dada janin sehingga lengan depan terletak di belakang
kemudian lengan dilhirkan dengan cara yang sama.

b) Cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara Mueller:
Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru
kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. Tahapannya:

14
1. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan
sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan jari-jari lain
mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak dibawah simpisis, dan lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan di bawahnya.
2. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang
secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir. Bila bahu belakang
tak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan
bawah dengan kedua jari penolong.

Gambar 2.6 Pengeluaran lengan secara Muller

Keuntungan : Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya
infeksi minimal.

c) Cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara Louvset :
Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil
dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada dibelakang
akhirnya lahir dibawah simpisis. Tahapannya:
1. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam ke
bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu
depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi ke arah yang
berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik sehingga bahu
belakang tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.

15
Gambar 2.7 Pengeluaran lengan secara lovset

d) Cara melahirkan kepala pada letak sungsang dengan cara Mauriceau:


1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir.
Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari ke 4 mencengkram
fossa kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan di atas
lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke
3 penolong yang lain mencengkeram leher janin dari arah punggung.
2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorangasisten
melakukan ekspresikriste ller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan
penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika suboksiput
tampak di bawah simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan suboksiput sebagai
hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun
besar dan akhirnya lahir seluruh kepala janin.

Gambar 2.8 Penurunan kepala secara Mauriceau

16
e) Manuver Mc. Robert

Manuver McRobert dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi McRobert, yaitu
terlentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkin ke dada, dan rotasikan
kedua kaki ke arah luar (abduksi). Lakukan episiotomy yang cukup lebar. Gabungan episiotomy dan
posisi McRobert akan mempermudah bahu posterior melewati promontorium dan masuk ke dalam
panggul. Mintalah asisten menekan suprasimfisis ke arah posterior menggunakan pangkal tangannya
untuk menekan bahu anterior agar mau masuk di bawah simfisis. Sementara itu lakukan tarikan pada
kepala janin kea rah posterokaudal dengan mantap.

Langkah tersebut akan melahirkan bahu anterior. Hindari tarikan yang berlebihan karena akan
mencederai pleksus brakialis. Setelah bahu anterior dilahirkan, langkah selanjutnya sama dengan
pertolongan persalinan presentasi kepala. Manuver ini cukup sederhana, aman, dan dapat mengatasi
sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang.

17
C. Full Extraction

Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Ekstraksi


sungsang dilakukan jika ada indikasi dan memenuhi syarat untuk mengakhiri persalinan
serta tidak ada kontra indikasi. Indikasi ekstraksi sungsang yaitu gawat janin, tali pusat
menumbung, persalinan macet.

a) Cara ekstraksi bokong


1. Lakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik penunjuk (os sacrum).
2. Jari telunjuk tangan operator yang berhadapan dengan os sacrum dikaitkan pada lipat
paha depan janin. Kemudian dilakukan ekstraksi curam ke bawah.
3. Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk tangan operator
yang lain dipasang pada lipat paha belakang untuk membantu traksi sehingga bokong
berada di luar vulva.
4. Arah ekstraksi berubah ke atas untuk mengeluarkan trokanter belakang.
5. Ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam.
6. Bila pusat sudah berada di luar vulva, dikendorkan.
7. Ekstraksi diteruskan dengan cara menempatkan kedua tangan pada bokong janin
dengan kedua ibu jari berada di atas sacrum dan jari-jari kedua tangan berada di atas
lipat paha janin.
8. Ekstraksi dilakukan dengan punggung janin di depan, kemudian mengikuti putaran
paksi dalam bahu, salah satu bahu akan ke depan.
9. Setelah ujung tulang belikat terlihat dilakukan periksa dalam vagina untuk
menentukan letak lengan janin, apakah tetap berada di depan dada, menjungkit atau di
belakang tengkuk. Pada ekstraksi bokong sampai tulang belikat sering diperlukan
bantuan dorongan kristeller.
b) Cara ekstraksi kaki :
1. Bila kaki masih terdapat di dalam vagina, tangan operator yang berada pada posisi
yang sama dengan os sacrum dimasukkan dalam vagina untuk menelusuri bokong,
paha sampai lutut guna mengadakan abduksi paha janin sehingga kaki janin keluar.
Selama melakukan tindakan ini, fundus uteri ditahan oleh tangan operator yang lain.
2. Bila satu atau dua kaki sudah berada di luar vulva, maka dipegang dengan dua tangan
operator pada betis dengan kedua ibu jari berada punggung betis. Lakukan traksi ke

18
bawah. Setelah lutut dan sebagian paha keluar, pegangan dialihkan pada paha dengan
kedua ibu jari pada punggung paha.
3. Dilakukan traksi ke bawah lagi (operator jongkok) dengan tujuan menyesuaikan arah
traksi dengan sumbu panggul ibu.
4. Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan meletakkan kedua ibu jari
dibelakang betis sejajar dengan sumbu panjangnya dan jari-jari lain didepan tulang
kering. Dengan pegangan ini dilakukan traksi curam bawah pada kaki sampai pangkal
paha lahir
5. Pegangan kini dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan kedua ibu jari dibelakang
paha pada sejajar sumbu panjangnya dan jari lain didepan paha.
6. Dengan pegangan ini pangkal paha ditarik curam bawah sampai trochanter depan lahir
7. Kemudian dilakukan traksi curam atas pada pangkal paha untuk melahirkan trochanter
belakang sehingga akhirnya seluruh bokong lahir
8. Setelah bokong lahir, dilakukan pegangan femuropelvik dan dilakukan traksi curam
dan selanjutnya untuk menyelesaikan persalinan bahu dan lengan serta kepala seperti
yang sudah dijelaskan.

2.9 Persalinan Letak Sungsang Perabdominal


Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwah letak sungsang harus
perabdominal adalah:
1. Primigravida
2. Nilai sosial tinggi
3. Riwayat persalinan yang buruk
4. Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg
5. Dicurigai kesempitan panggul
6. Prematuritas

Tabel 2.1 Kriteria persalinan pervaginam atau seksio sesaria pada letak sungsang
Persalinan Pervaginam Seksio Sesaria

- Letak sungsang bokong murni - Berat janin >3500 gr atau <1500 gr

- Umur kehamilan ≥34 minggu - Ukuran pelvis yang sempit atau

Perbatasan

19
- Taksiran berat badan janin 2000 – - Kepala janin yang defleksi atau

3500 gr Hiperekstensi

- Kepala janin fleksi - Pecah ketuban yang lama

- Ukuran pelvis yang memadai - Bagian bawah janin yang tidak

Engaged

- Tidak ada indikasi ibu maupun anak - Primi tua


untuk seksio sesaria

- Janin yang prematur (umur

kehamilan 25-34 minggu)

- Presentasi kaki

Selain kriteria diatas, kita juga perlu menilai skor Zatuchni-Andros yang berisi
penilaian dari 6 variabel klinis yang dibuat pada saat pasien masuk rumah sakit untuk
prediksi keberhasilan letak sungsang pervaginam.
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai lebih tepat
apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominal sebagai berikut :

Tabel 2.2. Zatuchni and andros score

0 1 2

Paritas Primigavida Multigravida

Umur kehamilan ≥ 39 mgg 38 mgg ≤ 37 mgg

Taksiran berat janin > 3650 gr 3630 gr – 3176 gr < 3176 gr

Pernah letak sungsang Tidak 1x 2x atau lebih

Pembukaan serviks ≤ 2 cm 3cm ≥ 4cm

Station -3 atau lebih tinggi -2 -1 atau lebih

20
rendah

Penggunaan skor Zatuchni-Andros


 Bila skornya 4, lakukan seksio sesarea
 Bila skor 5, persalinan pervaginam
 Bila TBBA 3500 gr, lakukan seksio sesarea

2.10. Komplikasi Persalinan Letak Sungsang

 Anoksia
Kompresi dan prolaps pada tali pusat mungkin berhubungan dengan
persalinan letak sungsang terutama pada letak sungsang presentasi bokong-kaki dan
letak kaki. Kompresi dari tali pusat yang prolaps dapat terjadi selama kontraksi uterus
yang menyebabkan deselerasi yang sedang sampai berat dari denyut jantung yang
pada akhirnya akan menyebabkan anoksia atau kematian janin.

 Luka persalinan
Insidensi terjadinya trauma lahir selama persalinan letak sungsang pervaginam
13 kali lebih tinggi dibanding presentasi kepala. Jenis luka perinatal yang pernah
dilaporkan selama persalinan sungsang diantaranya robeknya tentorium cerebelum,
sefal hematom, brachial palsy, fraktur tulang panjang dan rupturnya otot
sternocleidomastoideus. Persalinan sungsang pervaginam juga penyebab utama
perlukaan terhadap kelenjar adrenal, hepar, anus, genital, tulang belakang dan sendi
panggul bayi.

 Prolaps tali pusat

Hal ini mungkin terjadi pada complete, footling maupun kneeling breech. Hal
ini disebabkan bagian terendah dari bayi tidak semua mengisi ruangan saat
pembukaan serviks. Saat cairan ketuban pecah, tali pusat akan mudah turun dan
terkompresi sehingga
menyebabkan penurunan
jumlah oksigen yang masuk ke

21
janin. Kejadian prolaps ini hanya 0,5% pada posisi frank breech, 4-6% pada complete
breech dan 15-18% pada incomplete breech.

Gambar 2.9. Prolaps tali pusa

2.11 Prognosis
Bagi ibu pada letak sungsang tidak banyak berbeda dengan prognosis pada letak kepala,
mungkin ruptur perineum lebih sering terjadi. Sebaliknya, prognosis bagi anak dengan letak
sungsang lebih buruk terutama jika anaknya besar dan ibunya seorang primigravida.
Kematian anak dengan letak sungsang kurang lebih 14%, jika kematian karena prematuritas
dikurangi, kematian anak dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih besar daripada kematian
anak letak kepala.
Penyebab kematian anak pada letak sungsang :
1. Setelah tali pusat lahir, kepala anak mulai masuk kedalam rongga panggul, sehingga tali
pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga, bahwa kepala harus lahir dalam
8 menit setelah tali pusat lahir, supaya anak dapat lahir selamat.
2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan dengan cepat.
3. Dapat terjadi kerusakan tulang belakang karena tarikan badan anak.
4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali pusat menumbung, karena bagian depan anak
kurang baik menutup bagian bawah rahim.
Selain itu, angka kesakitan pada bayi juga tinggi, karena mungkin terjadi fraktur dari
humerus atau clavicula pada waktu melahirkan lengan, paralisis lengan karena tekanan atau
tarikan pada pleksus brachialis pada waktu melahirkan kepala dengan cara Mauriceau. .

22
BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas

 Nama : Ny.S

 Umur : 37 th

 Pekerjaan : Wiraswasta

 Alamat : Paninggahan

 Agama : Islam

 Status : Menikah

 No MR : 15.47.80

 Tgl masuk : 07-Desember-2017 (00.00 WIB)

II. Anamnesa
Seorang pasien wanita umur 37 tahun datang sendiri ke IGD-PONEK RSUD Solok
pada tanggal 7 desember 2017 jam 00.00 WIB dengan keluhan utama nyeri pinggang
menjalar ke ari-ari sejak 4 jam yang lalu.

 Riwayat Penyakit Sekarang


o Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+) sejak 4 jam SMRS
o Keluar lendir campur darah dari kemaluan (+) sejak 4 jam SMRS
o Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-)
o Keluar air-air dari kemaluan (-)
o ANC : kontrol ke bidan 3 kali pada usia kehamilan 2, 5, 8 bln
Pada kehamilan 8 bulan diketahui anak dalam letak presentasi bokong
Riwayat hasil USG ibu terakhir dikatakan letak janin sungsang.
o Ibu merasa terasa penuh pada perut bagian atas dan mulai merasakan gerak
janin pada hamil 20 minggu dan lebih terasa di perut bagian bawah.
o Riwayat pernah kehamilan atau persalinan sungsang disangkal.
o Riwayat demam (-), riwayat keputihan (-), riwayat trauma (-)

23
o Riwayat Menstruasi : Menarche umur 13 th, siklus haid teratur
1 x 28 hr, lamanya 5-7 hari, banyaknya 2-3x ganti duk/hr, nyeri (-)
o HPHT : 20 maret 2017 TP : 27 Desember 2017
o Tidak haid sejak ± 9 bulan yang lalu
o RHM : Mual (+), muntah (-), perdarahan (-) sering menahan BAK(+)
o RHT : Mual (-), muntah (-)
 Riwayat Penyakit Dahulu
o Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, hipertensi
dan alergi.
 Riwayat Penyakit Keluarga
o Tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular dan
kejiwaan.
 Riwayat Perkawinan
o 1 x tahun 2000 - sekarang
 Riwayat Kehamilan/Persalinan/Abortus : 6/5/0
o 2001/ perempuan/ cukup bulan/bidan/ spontan / 2900 gram/hidup.
o 2003/ perempuan/ cukup bulan/ bidan/ spontan/ 3000 gram/hidup.
o 2005/ perempuan/ cukup bulan/bidan/spontan/ 2850 gram/hidup.
o 2009 /perempuan / cukup bulan/ bidan/ spontan / 3100 gram/ hidup.
o 2012 / perempuan / cukup bulan / bidan / spontan/ 2900 gram/ hidup.
o Hamil sekarang
 Riwayat Kontrasepsi
o (-)
 Riwayat pendidikan
o SMA
III. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : CMC
 Tinggi Badan : 160 cm
 Berat Badan sebelum hamil : 50 Kg
 Berat Badan sesudah hamil : 59 Kg
 BMI : 19,53kg/m2 (normoweight)
 Status gizi : Baik

24
 Vital sign :
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 82x/menit, reguler
 Nafas : 18x/menit
 Temperatur : 36,50C

Status Generalis

 Mata
o Konjungtiva anemis (-)
o Sklera Ikterik (-)

 Leher

 Inspeksi :
 JVP 5-2 cm H2O
 Kelenjar tiroid tidak tampak membesar
 Palpasi :
 Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
 Kelenjar Getah Bening tidak teraba membesar
• Toraks
• Cor
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
• Perkusi : batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : reguler , bising (-)
• Pulmo
• Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris kiri=kanan
• Palpasi : Fremitus normal kiri = kanan
• Perkusi : Sonor kiri = kanan
• Auskultasi : Vesikuler normal +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
• Ekstremitas
• Edema -/-, RF +/+, RP -/-

25
Status Obstetrikus
• Muka
• Chloasma gravidarum (-)
• Mammae
• Membesar, areola dan papilla mammae hiperpigmentasi (+),
pembesaran kelenjar montgomery (+), kolostrum (+)
• Abdomen
• Inspeksi :
• Tampak perut membuncit sesuai dengan usia kehamilan aterm,
Linea mediana hiperpigmentasi, striae gravidarum(+), sikatrik (-).
• Palpasi :
• L1 : Teraba massa bulat, keras,melenting
• L2 : Teraba tahanan terbesar disebelah kanan dan teraba bagian-
bagian terkecil disebelah kiri
• L3 : Teraba massa besar, lunak, noduler
• L4 : Sejajar
• TFU : 30 cm TBA: 2945 gr His : 3-4/41”/kuat
• Perkusi :
• Tidak dilakukan
• Auskultasi :
• BU (+)
• DJJ : 135-140 x/menit . Terdengar diatas perut ibu sebelah kanan
setinggi umbilikus.

• Genitalia
• Inspeksi
• V/U tenang
• PPV (-)

• VT
• Pembukaan 3-4 cm.
• Ketuban (+)
• Teraba bokong os sacrum kanan depan hodge I-II

26
• Zatuchni – Andros score
0 1 2

Paritas multigravida

Umur 37-38 mgg


kehamilan

Taksiran berat 2945


janin
Pernah letak Tidak
sungsang pernah
Pembukaan 3-4 cm
serviks
Station -2

Jadi, jumlah skor pada ibu ini adalah 6, sehingga dilakukan partus pervaginam.

IV. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium :

a. Hemoglobin : 15,3gr%

b. Leukosit : 9,900/ mm3

c. Hematokrit : 43,4 %

d. Trombosit : 219.000/mm3
e. HbSAg : Negatif
f. Tes HIV : Negatif
g. PT : 26,0 detik
h. APTT : 32,8 detik

27
V. Diagnosa
a. Diagnosa :
• G6P5A0H5 parturien aterm 37-38 minggu kala I fase aktif + letak
sungsang
 Janin hidup tunggal intrauterin presentasi bokong murni sakrum
kanan depan hodge I-II
b. Sikap :
• Kontrol KU, VS, His, DJJ

c. Rencana :

• Nilai ulang 2 jam lagi

Jam 01.00 WIB

S/ nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+) makin lama makin kuat,keluar air dari kemaluan
(+)

O/

• KU Kes TD Nd Nf T
Sdg CMC 120/70 82 18 36,5

Abdomen

• His : 3-4x/43”/kuat
• DJJ : 130-135 x/menit

28
Genitalia

inspeksi

V/U : tenang

PPV : (-)

VT :

Pembuakaan : 5-6 cm

Ketuban (-) sisa jernih ,

Teraba bokong os sacrum kanan melintang hodge II-III

A/Diagnosa

a. Diagnosa :
• G6P5A0H5 parturien aterm 37-38 minggu kala I fase aktif + letak
sungsang
 Janin hidup tunggal intrauterin presentasi bokong murni sakrum
kanan melintang II-III
b. Sikap :
• Kontrol KU, VS, His, DJJ
• IVFD RL 20 tpm
c. Rencana :
• Nilai ulang 2 jam lagi
• Ikuti persalinan

29
Jam 03.00 WIB

S/ rasa ingin mengedan (+)

O/

• KU Kes TD Nd Nf T
Sdg CMC 110/70 78 18 36,5

Abdomen

• His : 4-5x/44”/kuat
• DJJ : 140-145 x/menit

Genitalia

inspeksi

V/U : menonjol

PPV : (+)

VT :

Pembukaan : lengkap

Ketuban (-) sisa jernih

Teraba bokong os sacrum kanan melintang hodge IV

A/Diagnosa

Diagnosa :

• G6P5A0H5 parturien aterm 37-38 minggu kala II + letak sungsang


 Janin hidup tunggal intrauterin presentasi bokong murni sakrum
kanan melintang hodge IV
Sikap :
• Kontrol KU, VS, His, DJJ
• Pimpin persalinan
Rencana :
• Partus pervaginam secara spontan bracht

30
Laporan Partus

08/12/2017 (03.00 WIB)

 Pasien tidur telentang dalam posisi litotomi


 Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada lapangan
 Dipasang duk steril pada kedua 1/3 paha bawah ibu
 Dilakukan kateterisasi urin
 Dilakukan VT untuk memastikan pembukaan lengkap
 Lakukan Episotomi
 Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht,
yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha,
sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
 Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan
terlebih dahulu.
 Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi
gerakan rotasianterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu,
gerakan ini disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan
dengan hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresikriste ller.
Maksudnya agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat
dapat diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap dalam posisi fleksi,
dan menghindari ruang kosong antara fundus uterus dan kepala janin,
sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.
 Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu,
lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.
 Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu.

31
Jam 03.10 WIB

Lahir bayi secara spontan bracht dengan:

Jk: perempuan, BB: 2510 gr, PB : 48 cm, A/S : 5/6 Anus : (+)

Jam 03.20

Bolus Oxytocin 1 amp, kosongkan kantong urin, lahirkan plasenta

Plasenta lahir lengkap dengan spontan, 1 buah dengan berat ± 500 gr, UK = 17 x 16 x 2,5 cm.
Perdarahan ∓ 80 cc

b. Diagnosa akhir

a. Diagnosis :

i. P6A0H6 post partus maturus pervaginam secara spontan bracht a/i


letak sungang

ii. Anak dan ibu dalam rawatan

b. Sikap :

i. Kontrol pasca tindakan

ii. Awasi kala IV

32
Hasil kontrol pasca tindakan

Jam Waktu TD Nadi Nafas Suhu TFU Kontraksi Kandung Darah


ke
Uterus kemih (duk)

1 03.35 120/70 82x 19 36,50 Setinggi Baik 200 5cc


pusat

03.50 100/70 83x 19 36,50 Setinggi Baik 50 10cc


pusat

04.05 100/70 82x 19 36,50 Setinggi Baik 50 3cc


pusat

04.20 110/70 82x 19 36,60 1 jari Baik 100 -


bpst

2 04.50 110/70 80x 19 36,60 1 jari Baik 100 3cc


bpst

05.20 110/70 80x 19 36,50 2 jari Baik 50 3cc


bpst

Terapi

-IVFD RL 500 cc + Oxitocin : Metergin (1:1)

- Cefadroxil 2x500 mg (Tab)

-Asam mefenamat 500mg tab3x1 tab

-Sulfas Ferrosus 200mg tab 2x1 tab

-Vitamin C 50 mg 3x1 tab

Follow up ke -1

08/12/17 (08.00 WIB)

33
• S : Demam (-), sakit kepala/pusing (-)/(-), mual/muntah (-)/(-), BAK/BAB (+)/(-
), ASI (+/+)

• O : KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CMC 110/80 83x/i 18x/i 36,5c 0

• Mata :

• Konjunctiva anemis (-)

• Sclera ikterik (-)

• Abdomen :

• Inspeksi : Perut tampak sedikit membuncit

• Palpasi : FUT (2 jari bawah pusat), kontraksi (baik)

• Perkusi : Timpani

• Auskultasi : BU (+)

• Genitalia :

• Inspeksi : V/U tenang, PPV (-), Lochea rubra (+)

• Ekstremitas
• RP (-), RF (+)

• A : P6A0H6 post partus maturus pervaginam secra spontan bracht

Nifs hari ke 1

Ibu dan anak dalam perawatan

• P :

IVFD RL 500 cc + Oxitocin : Metergin (1:1)

Cefadroxil 2x500 mg (Tab)


Asam mefenamat 500mg tab3x1 tab
Sulfas Ferrosus 200mg tab 2x1 tab

34
Vitamin C 50 mg 3x1 tab

Follow up ke – 2

09/12/17 (08.00 WIB)

• S : Demam (-), sakit kepala/pusing (-)/(-), mual/muntah (-)/(-), BAK/BAB (+)/(+), ASI
(+/+)

• O : KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CMC 120/70 84x/i 18x/i 36,5 0

• Mata :

• Konjunctiva anemis (-)

• Sclera ikterik (-)

• Abdomen :

• Inspeksi : Perut tampak sedikit membuncit

• Palpasi : FUT (3 jari bawah pusat), kontraksi (baik)

• Perkusi : Timpani

• Auskultasi : BU (+)

• Genitalia :

• Inspeksi : V/U tenang, PPV (-), lochea rubra (+)

• A : P6A0H6 post partus maturus pervaginam secara spontan bracht

Nifas hari ke 2

Ibu dan anak dalam perawatan

35
• P :

• Cefadroxil 2x500 mg (Tab)

• Asam mefenamat 500 mg tab 3x1

• Vitamin C 50mg 3x 1

• Sulfas Ferosus 200mg 2 x 1

• Diet TKTP

• Mobilisasi

• R : Boleh pulang,kontrol poli minggu depan

36
BAB IV

ANALISIS KASUS

Laporan kasus ini membahas seorang pasien berusia 37 tahun dirawat di ruang
persalinan Rumah Sakit Umum Daerah Solok pada tanggal 07 Desember 2017 pukul 00.00
WIB. Pasien didiagnosis dengan G6P5A0H5 Parturien aterm 37-38 minggu kala 1 Fase aktif,
Janin Hidup Tunggal Intrauterine letak sungsang presentasi bokong murni. Sebagai panduan
untuk diskusi mengenai sasaran ilmiah yang komprehensif secara akademis maka kita akan
membahas beberapa pertanyaan rujukannya sebagai berikut:
1. Apakah diagnosa pasien ini sudah benar?
2. Apakah pengelolaan pasien ini sudah tepat?
3. Apakah penyebab presentasi sungsang pada pasien ini?
Diskusi berdasarkan pertanyaan adalah:
1. Apakah diagnosa pasien ini sudah benar?
Dari hasil anamnesis pasien ini adalah multipara, tidak haid sejak 9 bulan yang lalu
dengan HPHT 20 Maret 2017 dan TP 27 Desember 2017. Pada pemeriksaan fisik, perut
tampak membuncit sesuai dengan usia kehamilan aterm, fundus uteri teraba 2 jari dibawah
proccesus xiphoideus, tinggi fundus uteri adalah 30 cm, USG tidak dilakukan.
Dari anamnesis, kami menemukan bahwa pasien datang sendiri ke rumah sakit
dengan keluhan nyeri pingang menjalar ke ari-ari sejak 4 jam yang lalu, keluar lendir
bercampur darah dari kemaluan (+) seak 4 jam yang lalu, keluar darah yang banyak dari
kemaluan (-)keluar air-air dari kemaluan (-). Riwayat hasil USG ibu terakhir dikatakan letak
janin sungsang. Ibu merasa terasa penuh pada perut bagian atas dan mulai merasakan gerak
janin pada hamil 20 minggu dan lebih terasa di perut bagian bawah.

Pada pemeriksaan fisik abdomen, Leopold I fundus uteri teraba 2 jari dibawah
proccesus xiphoideus dan didapatkan massa bulat, keras,melenting yang digambarkan
sebagai kepala, sedangkan pada Leopold II teraba tahanan terbesar janin di sebelah kananibu
dan bagian-bagian kecil janin disebelah kiri ibu, pada Leopold III ditemukan massa besar,
lunak, noduler yang menggambarkan sebagai bokong, Leopold IV sejajar. Kemudian, dari
auskultasi ditemukan denyut jantung janin setinggi umbilikus yaitu 135-140 x/menit. Dari VT
didapatkan pembukaan 3-4 cm, ketuban (+), teraba bokong. Dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik tersebut dapat disimpulkan pasien ini mengalami kehamilan tunggal dengan
malpresentasi yaitu letak sungsang bokong.

37
Prediksi berat badan janin yang diukur dari tinggi fundus uteri adalah 2945 gram.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, diagnosis pasien ini
sudah benar yaitu G6P5A0H5 parturien aterm 37-38 minggu , Janin Hidup Tunggal
Intrauterine letak sungsang bokong murni.

2. Apakah pengelolaan pasien ini sudah tepat?


Kehamilan pasien ini diakhiri dengan partus pervaginam secara spontan bracht.
Menurut Komar A. Syamsudin 2004 dan Current Obs / Gyn 2006, persalinan
pervaginam dapat dilakukan pada letak sunsang dengan kriteria bokong murni,usia kehamilan
> 34 minggu,taksiran berat janin antara 2000-3500 gr,ukuran pelvis yang memadai,dan tidak
ada indikasi SC. Skor Zatuchni-Androspasien ini adalah 6 (enam): usia gestasi multipara,
kehamilan 37-38 minggu, tidak ada riwayat kelahiran sungsang sebelumnya, prediksi berat
2945 gram, pembukaan 3-4cm.
Dan pada kasus ini seharusnya pegelolaan pasien ditambahkan dengan pemeriksaan USG
terlebih dahulu untuk menunjang diagnosa letak sungsang.

3. Apa penyebab letak sungsang pada pasien ini?


Penyebab letak sungsang pada pasien ini adalah multipara,yang mana uterus sudah
tidak seelastis ketika sediakla,yang dapat menyebabkan kelainan letak pada si janin. Faktor
pendukung lainnya ditemukan sering menahan BAK pada riwayat hamil muda.

38
BAB V
KESIMPULAN

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri, atau janin terletak pada
posisi aksis longitudinal dengan kepala di fundus uteri.
Etiologi dari letak sungsang meliputi prematur, janin besar, oligohidramnion,
polihidramion, gemeli, hidrosefalus, riwayat persalinan sungsang, plasenta previa, tali pusat
pendek atau lilitan tali pusat dan tumor pelvis, kelainan pada uterus dan kebiasaan menahan
BAK pada saat hamil muda.
Letak sungsang diklasifikasikan menjadi: presentasi bokong murni (frank breech),
presentasi bokong kaki sempurna (complete breech), presentasi bokong kaki tidak sempurna
(incomplete breech), letak kaki (footling breech/incomplete breech),
Diagnosis letak sungsang ditegakkan berdasarkan anamesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan pervaginam atau
perabdominal (secsio caesaria) yang dapat ditentukan berdasarkan skor Zatuchni-Andros.
Persalinan letak sungsang dapat menyebabkan Peningkatan morbiditas dan mortalitas
perinatal selama proses persalinan, berat bayi lahir rendah (BBLR) pada persalinan preterm,
anoksia, pertumbuhan terhambat, prolapsus tali pusat,kelainan pada janin, luka persalinan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Benson , Ralph C.2009. Buku saku obstetri dan ginekologi edisi 9. Jakarta : EGC

Mochtar, Prof.Dr.Rustam,MPH. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Tanto, chris, dkk .2014. Kapita selekta kedokteran. Jakarta ; FKUI

Prawirohardjo, sarwono.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : BPSP

40

Anda mungkin juga menyukai