PENDAHULUAN
1
Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada disamping atau melewati bagian
terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketubah pecah. Prolaps tali pusat
merupakan komplikasi yang jarang terjadi, kurang dari 1 per 200 kelahiran, tetapi
dapat mengakibatkan tingginya kematian janin. Oleh karena itu, diperlukan keputusan
yang matang dan pengelolaan segera.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi 2
1) Dari sudut ibu
Keadaan rahim (rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus
dupleks, mioma bersama kehamilan)
Keadaan plasenta (plesenta letak rendah, plasenta previa)
Kedaan jalan lahir (kesempitan panggul, deformitas tulang
panggul, terdapat tumor menghalangi jalan lahir).
2) Dari sudut Janin
Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
3
Hidrosefalus, Anensefalus
Kehamilan kembar, Prematuritas
Hidramnion, Oligohidramnion .
4
2) Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)
Yaitu bagian bokong dan lutut dalam keadaan fleksi total sehingga
bagian kaki yang menempati pelvis. Keadaan ini merupakan 10-
30% dari semua janin dengan presentasi bokong.seri
3) Presentasi bokong kaki tidak sempurna (Incomplet Breech)
Yaitu letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Keadaan ini
merupakan 5-10% dari semua janin dengan presentasi bokong
dimana sering didapatkan prolapse dari tali pusat dan tingkat
morbiditas dan mortalitas janin paling tinggi pada presentase
bokong tipe ini.
4) Flooting breech
Satu atau kedua kaki menjadi bagian presentasi karena baik
pinggul atau lutut tidak sepenuhnya fleksi. Bedanya dengan
Complete Breech kaki lebih rendah dari bokong.
5
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala. Presentasi bokong yang menetap dapat disebabkan
oleh abnormalitas dari bayi, volume cairan amnion, lokasi plasenta,
kelainan uterus, tonus otot uterus yang lemah dan prematuritas.
6
2.1.6 Jenis-Jenis Persalinan Bokong
- Indikasi persalinan pervaginam pada presentasi bokong:
1. Janin tunggal
2. Presentasi bokong murni
3. Taksiran berat janin 2000 – 3500 gram
4. Pelvimetri adekuat (radiologik)
5. Tenaga penolong terampil
6. Tersedia fasilitas kamar operasi
7. Tidak ditemukan adanya tanda – tanda indikasi sectio caesaria
untuk ibu dan bayi10
- Indikasi operasi pada presentasi bokong:
1. Janin besar
2. Ukuran pelvis tidak adekuat
3. Hiperekstensi kepala
4. Disfungsi uterus
5. Footling presentation
6. Prematur dengan ibu dalam keadaan inpartu
7. IUGR
8. Riwayat kematian perinatal karena trauma lahir10
7
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
8
Gambar. 2.2 Prodedur persalinan sungsang.
9
Gambar 2.4 prosedur persalinan sungsang.
10
Gambar 2.5 Metode Bracht.
Keuntungan :
Tangan penolong tidak masuk ke jalan lahir sehingga
mengurangi infeksi
Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma
pada janin
Kerugian :
Terjadi kegagalan sebanyak 5 – 10% jika panggul sempit, janin
besar, jalan lahir kaki, misalnya primigravida lengan
menjungkit atau menunjuk.
11
Gambar 2.6 Metode Burns – Marshall.
Tahapan :
1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu
sendiri
2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara
klasik (Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach.
3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid
and Martin Winctel, Prague terbalik, Cunam piper.
a. Cara klasik
1. Prinsip – prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena
lengan belakang berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru
kemudian melahirkan lengan depan di bawah simfisis, tetapi jika
lengan depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi
lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah
belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.
12
2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atau sejauh mungkin
sehingga perut janin mendekati perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu, tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam
jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu
janin sampai fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan
dengan gerakan seolah – olah lengan bawah mengusap muka janin.
4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki
janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke
bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi
lengan belakang. Gelang bahu yang sudah lahir dicengkeram
dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua
ibu jari tangan penolong terletak di punggung dan sejajar dengan
sumbu badan janin sedang jari – jari lain mencengkeram dada.
Putaran diarahkan ke perut dan dada janin sehingga lengan depan
terletak di belakang kemudian lengan dilahirkan dengan cara yang
sama.
13
b. Cara Mueller
Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan
ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan
belakang.
1. Bokong janin dipegang secara femuro – pelviks, yaitu kedua
ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sacralis media dan jari
telunjuk pada crista illiaca dan jari – jari lain mencengkeram paha
bagian depan. Badan janin ditarik curam kebawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak dibawah simfisis, dan lengan depan
dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.
2. Setelah bahu depan dan lengan lahir, maka badan janin yang
masih dipegang secara femuro – pelviks ditarik ke atas sampai bahu
ke belakang lahir. Bila bahu belakang tak lahir dengan sendirinya,
maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan bawah
dengan kedua jari penolong.
c. Cara Louvset
14
Prinsipnya : Memutar badan janin 180o sambil dilakukan traksi ke
bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di
belakang akhirnya lahir dibawah simfisis.
Badan janin dipegang secara femuro – pelviks dan sambil
dilakukan traksi curam ke bawah, badan janin diputar setengah
lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.
Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi ke
arah yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya
bolak balik sehingga bahu belakang tampak dibawah simfisis
dan lengan dapat dilahirkan.
Melahirkan Kepala
a. Cara Mauriceau (Veit – Smellie)
1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke
dalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari
telunjuk dan jari ke-4 mencengkeram fossa kanina, sedangkan jari
lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan
bawah penolong, seolah – olah janin menunggang kuda. Jari
telunjuk dan jari ke-3 penolong yang lain mencengkeram leher
janin dari arah punggung.
15
2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah
sambil seorang asisten melakukan ekspresikristeller. Tenaga
tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong yang
mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika suboksiput
tampak dibawah simfisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut – turut lahir
dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun – ubun besar dan akhirnya
lahir seluruh kepala janin.
b. Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan bila kepala masih tinggi, sehingga jari penolong
tidak bisa dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong
mencengkeram leher janin dari arah depan dan belakang. Kedua
tangan penolong menarik bahu curam kebawah dan bersamaan
dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin ke arah bawah.
Cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan trauma yang berat
pada sumsum tulang di daerah leher.
16
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun – ubun kecil berada di
belakang dekat sacrum dan muka janin menghadap simfisis. Satu
tangan penolong mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin
diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain
memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik ke atas
bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut janin
mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin
dapat dilahirkan.
17
Gambar 2.12 cara cunam piper.9
18
6. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai
teknik pegangan femuro – pelviks, badan janin ditarik curam kebawah
sampai pusat lahir.
7. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara
persalinan yang sama seperti manual aid.
19
Bila sebagian besar badan janin sudah lahir, terjadi pengecilan rahim,
sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia
janin. Keadaan ini merangsang janin untuk bernapas. Akibatnya darah,
mukus, cairan amnion dan mekonium akan diaspirasi, yang dapat
menimbulkan sufokasi. Badan janin yang sebagian sudah berada di
luar rahim, juga merupakan rangsangan yang kuat untuk janin
bernapas.
2. Asfiksia fetalis
Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin lahir, yang
menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi dengan bahaya
terjepitnya tali pusat pada waktu masuk panggul (fase cepat).
3. Kerusakan jaringan otak
Trauma pada otak janin dapat terjadi, khususnya pada panggul sempit,
serviks yang belum terbuka lengkap, atau kepala janin yang dilahirkan
secara mendadak, sehingga timbul dekompresi.
4. Fraktur pada tulang – tulang janin
Kerusakan pada tulang janin dapat berupa :
a. Fraktur tulang – tulang kepala
b. Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang
menjungkit
c. Fraktur klavikula ketika melahirkan bahu yang lebar
d. Paralisis brachialis
e. Fraktur femur
f. Dislokasi bahu
g. Dislokasi panggul terutama pada waktu melahirkan tungkai yang
sangat ekstensi
h. Hematoma otot – otot
20
Prosedur Persalinan Sungsang Perabdominam
Keterangan 0 1 2
Paritas Primi Multi -
Masa gestasi >39 minggu 38 minggu < 37 minggu
TBJ > 3130 3629 – 3176 < 3176
Riwayat presbo - 1x 2x
Station - 3 cm - 2 cm - 1 / lebih
21
pendek
Pembukaan < 2 cm 3 cm > 4 cm
Keterangan :
< 4 : sectio caesaria
4 : re-evaluasi
> 4 : pervaginam
2.1.7 Komplikasi
1. Komplikasi maternal
Komplikasi maternal terjadi akibat berbagai manuver yang
dilakukan pada jalan lahir untuk mengeluarkan bagian – bagian
bayi berisiko menyebabkan infeksi. Manuver intrauterin, dan
dikeluarkannya kepala bayi melalui serviks yang belum terdilatasi
penuh mempunyai risiko ruptur uteri, laserasi serviks atau
keduanya.
2. Komplikasi fetus
Fraktur umum terjadi pada ekstraksi yang sulit, melibatkan
clavicula, humerus dan femur. Fraktur depresi cranium, dan
bahkan fraktur leher dapat terjadi jika kepala bayi ditarik dengan
cepat melewati pelvis yang sedang berkontraksi. Hematoma
musculus sternocleidomastoideus dapat terjadi dan menghilang
spontan. Paralisis bahu akibat cedera pleksus brachialis dapat
timbul sebagai akibat hiperekstensi leher atau tekanan berlebihan
pada pleksus brachialis sewaktu membebaskan lengan. Persalinan
22
yang terlambat dapat menyebabkan asfiksia dan sufokasi darah,
lendir dan mekonium pada jalan lahir. Pada bayi preterm,
perbedaan ukuran kepala dan bokong lebih besar, sehingga
ekstremitas bawah dan bokong dapat lewat, tetapi serviks tidak
akan berdilatasi secara adekuat untuk melewatkan kepala. Head
entrapment pada after coming head dapat terjadi karena kepala
melewati panggul dalam waktu lebih singkat sehingga tidak terjadi
moulage kepala dan pembukaan tidak lengkap. Insidensinya
sekitar 8 : 1000 persalinan. Nuchal arm, yaitu terjepitnya lengan di
belakang leher ditemukan pada 6% kasus dan meningkatnya angka
mortalitas. Prolaps tali pusat meningkat frekuensinya bila fetus
kecil atau presentasi bukan frank breech (footling 15%
dancomplete breech 5%). Soernes dan Bakke (1986) menyatakan
bahwa tali pusat pada presentasi bokong lebih pendek
dibandingkan dengan presentasi kepala. Spellacy & associates
(1966) menyatakan bahwa lilitan tali pusat lebih sering terjadi pada
letak sungsang. Hiperekstensi yaitu sudut antara geraham dan
vertebrae > 105o dapat menimbulkan trauma medulla spinalis dan
robekan tentorium cerebri.
2.1.8 Prognosis
Dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi belakang
kepala, morbiditas dan mortalitas ibu dan atau anak pada
persalinan sungsang pervaginam lebih besar.
Morbiditas maternal : lebih tingginya frekuensi persalinan operatif
pada presentasi sungsang termasuk sectio caesaria menyebabkan
peningkatan morbiditas ibu antara lain :
1. Morbiditas infeksi
2. Ruptura uteri
3. Laserasi serviks
23
4. Luka episiotomi yang meluas
5. Atonia uteri akibat penggunaan analgesik, sehingga terjadi
perdarahan pasca persalinan.
Trauma persalinan :
1) Bagi ibu
Robekan pada perineum mungkin akan lebih besar karena
dilakukan tindakan khusus, selain itu ketuban lebih cepat pecah
dan partus lebih lama sehingga akan mudah terkena infeksi.
Bila terjadi persalinan spontan prognosis ibu baik. Laserasi
tractus genitalis dan perdarahan dapat terjadi karena persalinan
yang terlalu cepat dan dipaksakan melalui panggul yang terlalu
kecil atau melalui bagian-bagian lunak yang belum terbuka.
24
2) Bagi bayi
Prognosis tidak begitu baik kerena adanya gangguan
peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah
perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak
bisa menderita asfiksia. Oleh sebab itu setelah janin lahir
sampai umbilicus, janin keseluruhan harus lahir dalam waktu
8 menit.
2.2.1 Komplikasi
1. Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban
menyebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion
dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi
bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan
serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina
kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan,
terutama apabila dicurigai terjadi distosia. Infeksi merupakan
bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus
lama.
2. Pada janin
a. Gawat janin
Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak
memperoleh oksigen yang cukup.
Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:
1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau
lebih dari 160 x / menit.
25
2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari
10 x / hari).
3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna
kehijauan(jika bayi lahir dengan letak kepala).
b. Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan,
dan ketrampilan motorik (kemmpuan untuk bergerak dalam cara
yang terkoordinasidan terarah)akibat dari rusaknya otak karena
trauma lahir atau patologi intrauterin.
BAB III
LAPORAN KASUS
B. Identifikasi Suami
Nama Suami : Tn. M
26
Usia : 19 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
3.2 Anamnesis
Dilakukan anamnesis pada tanggal 17 Maret 2021, pukul 07.30 WIB
A. Keluhan Utama
Ibu hamil cukup bulan mengeluh perut terasa mules yang menjalar ke
pinggang dan rasa ingin melahirkan sejak 2 jam yang lalu.
27
Asma (-) Tuberkulosis (-)
E. Riwayat Menstruasi
Usia haid Pertama : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur
Lama haid : 5-7hari
Keluhan saat haid :-
HPHT : 20 Juni 2020
TP : 27 Maret 2021
F. Riwayat Perkawinan
Lama Pernikahan : 1 tahun 3 bulan
Usia Menikah : 16 tahun
G. Riwayat Kontrasepsi
Tidak menggunakan kontrasepsi
H. Riwayat ANC
OS melakukan ANC setiap bulan di klinik dan puskesmas
28
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu Tubuh : 36,8oC
Berat Badan Sebelum Hamil : 58 kg
Berat Badan Saat Hamil : 66 kg
Tinggi Badan : 150 cm
B. Status General
Kepala : Normocephali
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Polip (-/-)
Thoraks : BJ I/II Normal (+), reguler, murmur (-),gallop
(-)
Paru : Vesikuler (+/+), ronchii (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Sesuai status obstetric
Ekstremitas : Akral hangat, edema pretibial dan dorsum pedis
(-/-), CRT < 2 detik
C. Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Leopold I : Teraba bagian bulat, keras, mudah digerakkan, melenting
(kepala) TFU 30 cm, 2 jari di bawah processus
xyphoideus,
Leopold II : Teraba bagian memanjang, keras datar seperti papan di
kanan (punggung janin) dan teraba bagian lunak bagian
29
yang kecil-kecil, bagian ekstremitas di kiri (ekstremitas
janin)
Leopold III : Teraba bagian lunak, tidak mudah digerakkan dan tidak
melenting teraba bokong
Leopold IV : Konvergen
HIS : 3x/10'/30''
DJJ : 141 x/menit
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher:
- Konsistensi portio : lunak
- Posisi Portio : medial
- Pembukaan : 3 cm
- Selaput ketuban : utuh
- Penurunan : Hodge I
30
3.6 Followup Pre SC
Tanggal/Jam S O A P
17 Maret, Mulas ingin Pemeriksaan fisik: G1P0A0 -Observasi KU, TVI, DJJ,
pukul 07.30 melahirkan Keadaan umum : baik hamil aterm HIS
wib Kesadaran :compos inpartu janin -Rencana pemeriksaan
mentis tunggal penunjang laboratorium
Tanda tanda vital: hidup (pemeriksaan darah
presentasi lengkap dan urin rutin)
- TD: 110/70 mmHg
bokong -Rapid Test
- RR : 20x/menit
-IVFD RL gtt 20x/m
- P : 84x/menit
-Rencana SC elektif
- S: 36,5oC
tanggal 17 Maret 2021
Pemeriksaan luar
pukul 08.00 wib
DJJ: 141x/menit
Pemeriksaan dalam
pembukaan 3 cm,
ketuban (+)
31
3.7 Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 17 Maret 2021.
Hitung Jenis
Eosinofil 0,7 % 1-3
Basofil 0.3 % 0-1
Neutrofil 69,0% 40-60
Limfosit 24,2% 20-50
Monosit 5,8 % 2-8
LED 79 mm/jam <20 mm/jam
URIN
Urin Rutin
Makroskopis
32
Warna Kuning Kuning
Jernih Jernih
Kejernihan
Berat Jenis 1,015 1,005-1,030
Ph 7,0 4,5-7,5
Protein Urin Negatif Negatif
Glukosa Urin Negatif Negatif
33
3.10 Follow Up Post SC
Tanggal/Jam S O A P
18 Maret 2021 Nyeri bekas KU : Baik P1AO post SC -Observasi KU,TVI
07.00 WIB operasi TD : 120/80 hari ke-1 a/I -IVFD RL 500 cc gtt 20
mmHg presentasi x/menit
N : 83x/menit bokong - cek Hb post operasi
RR : 21x/menit - diet TKTP
T: 36,5°C - Mobilisasi bertahap
TFU: 2 jari bawah Th/
pusat -Ceftriaxone 2x1 gram/ iv (skin
Lochia rubra: (+) test)
-Metronidazole 3x500 mg/
kocor
-Cefadroxil 2x500mg/oral
-Asam tranexsamat 3x1 iv
-Tramadol 3x50 mg /iv
-Asam Mefenamat 3x 500 mg
-Inbion 1x1 /oral
18 Maret 2021 Nyeri pada KU : Baik P1AO post SC -Observasi KU,TVI dan
07.00 WIB luka bekas Sens : Compos hari ke-2 a/I perdarahan
operasi mentis presentasi -aff infus bila injeksi habis
TD : 110/80 bokong -aff kateter
mmHg - diet tktp
34
N : 73x/menit -Mobilisasi bertahap
RR : 21x/menit -Asi on demand
T: 36,7°C Terapi oral
TFU: 2 jari bawah -Cefadroxil 2x500mg/oral
pusat -Asam Mefenamat 3x 500 mg
Lochia rubra: (+) -Inbion 1x1 /oral
35
BAB IV
36
Pada status tertulis G1P0A0 Hamil aterm inpartu kala I fase laten Janin
Tunggal Hidup presentasi bokong. Jika ditinjau dari segi penulisan diagnosis
obstetri pada pasien ini sudah tepat, dimana diawali dengan diagnosis ibu yang
terdiri dari diagnosis kehamilan, persalinan lalu diikuti dengan diagnosis janin
dan riwayat penyakit penyerta.
Bayi lahir jenis kelamin Perempuan, berat Bayi Lahir 2870 PB 49 cm.
Bayi yang lahir termasuk kategori berat bayi normal, dimana berat bayi lahir
normal apabila didapatkan berat 2500- 4000 gram. Menurut masa gestasinya bayi
tersebut sesuai untuk masa kehamilannya (SMK).
37
golongan obat sefalosporin. Hal ini sesuai teori bahwa pemberian antibiotik
profilaksis digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi. Ceftriaxone yang
merupakan golongan sefalosporin generasi ketiga yang merupakan antibiotik
spectrum luas yang tujuan nya diberikan untuk antibiotik profilaksis yang
memiliki sensitivitas terhadap bakteri gram negative maupun positif.
Pada hari kedua post SC pasien tetap mendapatkan pengobatan yang sama
yaitu antibiotik dan analgetik. Pada hari kedua sudah dilepas kateter dan infus
dan dilakukan diet tinggi karbohidrat tinggi protein serta dilakukan mobilisasi
bertahap pada pasien dan direncanakan untuk pulang setelah keadaan stabil.
38
BAB V
5.1. Simpulan
1. Presentasi bokong adalah presentasi janin dalam uterus terutama bokong janin
lebih dulu memasuki rongga panggul, terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum.
2. G1P0A0 hamil aterm inpartu kala 1 fase laten dengan Janin Tunggal Hidup
Presentasi Bokong
Diagnosis pada pasien ini sudah tepat dimana diawali dengan diagnosis ibu
yang terdiri dari diagnosis kehamilan, persalinan lalu diikuti dengan diagnosis
janin dan riwayat penyakit penyerta.
3. Penanganan yang dilakukan terhadap pasien sesuai dengan teori mengenai
Presentasi Bokong
5.1. Saran
39
2. Lakukan edukasi kepada penderita untuk menjaga aktivitas dan memeriksakan
kehamilan secara rutin agar dapat dilakukan deteksi kelainan pada kehamilan
lebih dini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL,
et – al. Williams Obstetrics 24th Edition. United States: Mc. Graw Hill. 2015
40