Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK

Disusun Oleh:

1. Nanda Aisyah Humairah, S.Ked Nim: 712018003


2. Rukmana Devi Lestari, S.Ked Nim: 712018002

Pembimbing:
dr. Meidian Sari, Sp.KJ.

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT DR. ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI PENDERITA
Nama : Nn. N
Usia : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum menikah
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Alamat : Desa Muara Burnai kecamatan lempuing jaya OKI
Datang ke RS : Rabu, 9 Desember 2020
Cara ke RS : Diantar oleh ayah dan ibunya
Tempat Pemeriksaan : Bangsal Cempaka RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamnesis dengan penderita pada hari Rabu, 23 Desember 2020, Pukul
10.00 WIB.
2. Alloanamnesis dengan istri penderita pada hari Selasa, 15 Desember 2020,
Pukul 19.00 WIB (via telpon).

A. Sebab Utama
Sejak ± 4 hari SMRS pasien pada malam hari pasien tidak bisa tidur, dan
selalu berbicara sendiri, dan menulis buku sampai habis.

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien dibawa ke polikilinik RS. dr. Ernaldi Bahar untuk kontrol. Orang
tua pasien mengatakan 4 hari SMRS pasien mengalami kesulitan tidur, pasien
selalu berbicara sendiri, menulis buku sampai habis.

1
mengamuk memecahkan barang dirumah (TV, piring, kipas angin).
Pasien mengatakan bahwa setiap orang yang melihatnya seperti tidak
menyukainya dan seperti ingin menantangnya mengajak berkelahi. Pasien
tidak pernah memukul istrinya tetapi pernah memukul anak laki-lakinya yang
berumur 4 tahun dengan menggunakan bantal karena kesal melihat anaknya
nakal. Pasien mengatakan jika melihat jam dinding terlalu lama maka jam
tersebut bergerak sendiri kearah kanan atau kiri.
Pasien mengaku bahwa menggunakan narkoba sejak 17 tahun yang lalu.
Pada tahun 2003-2014 menggunakan narkoba berupa ganja 3 linting/hari dan
minum alkohol 2 botol/minggu yang dikasih oleh oom nya setelah itu pasien
berhenti menggunakan ganja ganti narkoba berupa sabu 1 paket dan inex 8
kali/bulan sampai sekarang, pasien mengatakan menggunakan sabu karena
merasa penasaran.
Pasien mengatakan pada bulan Februari 2019 pernah ditangkap BNN
Lampung dan 2 kali masuk RSJ Lampung karena suka mengamuk. Sebelum
masuk RSJ Lampung pasien mengatakan pernah mendengar suara bisikan
seorang laki-laki yang tidak dikenal yang diduga seorang Genduruo, yang
menyuruh pasien untuk mengapak dan membunuh orang agar tidak
diremehkan orang lain. Lalu, pasien juga mengatakan bahwa pernah melihat
sosok anak kecil tapi orang lain tidak bisa melihatnya, setelahnya dalam 1
bulan pasien mendapat kabar dari orang sekitarnya bahwa ada anak kecil
yang meninggal.
Pada tahun 2016 pasien pernah membayar orang untuk membunuh orang
karena telah orang tersebut mengambil pacarnya. Sekarang pasien juga sudah
berencana setelah keluar dari RSJ ingin membunuh temannya sendiri karena
sudah membohonginya. Pasien juga ingin menggunakan tato di tangannya
agar orang takut dan segan saat melihatnya. Pasien juga mengatakan sekarang
ada keinginan bunuh diri karena merasa tidak ada orang yang percaya
denganya.

2
III. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
A. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Pasien sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa di Lampung.

B. Riwayat Kondisi Medis Umum


1. Riwayat alergi ada (seafood)
2. Riwayat asma tidak ada
3. Riwayat trauma tidak ada
4. Riwayat demam tinggi tidak ada
5. Riwayat kejang tidak ada
6. Riwayat hipertensi tidak ada
7. Riwayat stroke tidak ada
8. Riwayat diabetes mellitus tidak ada
9. Riwayat hiper/hipotiroid tidak ada
10. Riwayat sakit jiwa sebelumnya tidak ada

C. Penggunaan Zat Psikoaktif


Pada tahun 2003 pasien pernah menggunakan ganja selama 11 tahun
Pada tahun 2014 pasien menggunakan sabu selama 6 tahun.

3
D. Timeline Perjalanan Penyakit Pasien

17 tahun 6 tahun 1 tahun 1 bulan 2 minggu


SMRS SMRS SMRS SMRS SMRS

- Memakai - -- - - Mengamuk
ganja Memakai Mengamuk Mengamuk
memecahka -Waham kejar
- Minum sabu dan memecahka
alkohol Inex n barang n barang -Halusinasi
yang ada yang ada visual
- dirumah
dirumah
meminum
alkohol -Halusinasi - Waham
visual kejar

-Halusinasi
audiotorik
-Tidak bisa
tidur

IV. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat Premorbid
1. Bayi : Menurut keluarga pasien lahir spontan, cukup bulan,
ditolong oleh dukun beranak.
2. Anak : Menurut keluarga, pasien tidak pernah mengalami demam
tinggi dan kejang (step).
3. Remaja : Menurut keluarga, pasien merupakan orang yang aktif dan
mudah akrab dengan orang lain.
4. Dewasa : Menurut keluarga, pasien merupakan orang yang ramah.

4
B. Situasi Hidup Sekarang
Pasien bekerja serabutan. Pasien tinggal dengan istri dan tiga orang
anaknya dirumah orang tua pasien, kehidupan ekonomi pasien menengah
kebawah.

C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal.

Keterangan:
: Pasien bernama Tn.H usia 31 Tahun

D. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah tamat S1 FKIP Bahasa Inggris UMP

E. Riwayat Pekerjaan
Guru honorer di SMK Muara Enim

F. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah memiliki 3 orang anak

G. Agama
Pasien beragama Islam

H. Riwayat Sosial Ekonomi

5
Pasien tinggal serumah dengan ibu kandung, istri dan tiga orang anaknya.
Dengan status ekonomi menegah kebawah. Penghasilan ekonomi dari hasil
istri guru honorer.
I. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib sebelumnya.

V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki, berusia 31 tahun, pada saat
wawancara pasien menggunakan baju kemeja berwarna biru muda dan
celana Panjang berwarna biru muda. Penampilan sesuai dengan usia.
Perawatan diri cukup bersih, rambut lurus dan dicat pirang pada ujung
rambut, kumis dan janggut dicukur rapi, kulit sawo matang.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien tampak tenang.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kontak dengan pemeriksa ada, kooperatif terhadap pemeriksa.

B. Mood dan Afek


1. Mood : Eutimik
2. Afek : Sesuai
C. Pembicaraan
1. Spontanitas : Spontan
2. Kecepatan : Normal
3. Intonasi : Sedang
4. Artikulasi : Jelas
5. Produksi suara : Baik dan Lancar

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi :

6
- Halusinasi visual ada (1 bulan SMRS)  melihat jam dinding yang
bergerak sendiri. (1 tahun SMRS) melihat ada seorang anak kecil yang
tidak bisa dilihat orang lain lalu 1 bulan selanjutnya ada anak kecil
yang meninggal.
- Halusinasi auditorik ada (1 tahun SMRS)  pasien mendengar suara
seorang laki-laki yang tidak dikenal diduga seorang genduruo yang
menyuruhnya untuk membunuh orang, marah-marah agar tidak mudah
diremehkan.
- Ilusi tidak ada

E. Pikiran
1. Proses dan bentuk pikiran : Asosiasi Longgar
a) Kontinuitas : tidak kontinu
b) Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikiran
Gangguan isi pikiran :
- Waham kejar ada yaitu pasien mengatakan orang yang melihatnya
seperti tidak menyukainya dan seperti ingin mengajak pasien
berkelahi.

F. Kesadaran dan Kognisi


1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis.
2. Orientasi :
a) Waktu : Baik
b) Tempat : Baik
c) Orang : Baik
3. Daya Ingat : Baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : Baik
5. Kemampuan membaca dan menulis : Pasien dapat membaca
6. Kemampuan visuospasial : Pasien dapat menjelaskan
perjalanan dari rumah ke RS.
Ernaldi Bahar.

7
7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien makan, minum dan
mandi bisa sendiri.

G. Pengendalian Impuls
Pasien tampak tenang pada saat proses tanya jawab dilakukan dan tidak
terdapat gerakan involunter.

H. Daya Nilai
1. Penilaian realita : RTA terganggu
2. Tilikan : Derajat 1

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan dilakukan pada hari Selasa, 15 Desember 2019.
A. Status Internus
1. Kesadaran : Compos Mentis.
2. Tanda Vital : TD: 130/90 mmHg, N: 72 x/menit, RR: 20 x/menit, T:
36,6oC
3. Kepala : Normocephali, Konjungtiva palpebra anemis (-),
Sklera ikterik (-), mulut kering (-), mata cekung (-).
4. Thorax : BJ I dan II Normal, Gallop (-), Murmur (-), Vesikuler
normal (+), Wheezing (-), Ronkhi (-).
5. Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (-), BU (+) normal
Pembesaran hepar dan lien (-).
6. Ekstremitas : hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik.
B. Status Neurologikus
1. GCS : 15
E : membuka mata spontan (4)
V : bicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
2. Fungsi sensorik tidak terganggu.
3. Fungsi motorik tidak terganggu.

8
4. Ekstrapiramidal sindrom tidak ditemukan gejala.
5. Refleks fisiologis normal.
6. Refleks patologis tidak ditemukan.

VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK1


Aksis I:
¡ Bedasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, tidak
terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai
dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya konsentrasi, serta orientasi
yang masih baik, sehingga pasien ini bukan penderita Gangguan Mental
Organik (F.0).
¡ Dari anamnesis diketahui bahwa pasien mengkonsumsi alkohol, sabu dan
inex sejak 6 tahun menurut pengakuan keluarga namun tidak ada bukti
dari spesimen urin, lab dan laporan pihak orang ketiga, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini bukan pasien Gangguan Mental dan
Perilaku Akibat Zat Psikoaktif atau Alkohol (F1)
¡ Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita berupa
adanya waham dan halusinasi, maka pasien ini menderita gangguan
psikotik (F.2)
¡ Waham yang dialami pasien berupa waham kejar dan halusinasi visual
yang sudah terjadi lebih dari 1 bulan yang lalu, sehingga termasuk
kedalam skizofrenia (F.20)

Aksis II:
Pada pasien untuk diagnosis multiaksial aksis II, pasien memiliki ciri
kepribadian paranoid yaitu kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk
mendistorsikan pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang lain yang
netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan, perasaan
bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang
ada, dan kecurigaan yang berulang tanpa dasar.

Aksis III:

9
Pada pasien untuk diagnosis multiaksial aksis III tidak terdapat diagnosis.

Aksis IV:
Pada penderita untuk aksis IV terdapat masalah dengan keluarga dan masalah
ekonomi.

Aksis V:
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale saat
datang ke Rumah Sakit yaitu 60-51 yaitu gejala sedang (moderate), disabilitas
sedang.

IX. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL1


Aksis I : F20.00 Skizofrenia Paranoid Berkelanjutan
Aksis II : F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah dengan keluarga dan masalah ekonomi
Aksis V : GAF 60-51
Diagnosa Banding :
- Skizofrenia Paranoid
- Skizofrenia Herbifernik
- Skizoafektif

X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.
B. Psikologik
Pasien mengalami waham kejar, halusinasi visual dan halusinasi auditori.
C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Pasien tinggal dengan ibu kandung, istri dan tiga orang anaknya dan pasien
bekerja serabutan.

10
XI. PROGNOSIS
A. Quo ad Vitam : dubia ad bonam
B. Quo ad Functionam : dubia ad malam
C. Quo ad Sanationam : dubia ad malam

XII. RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Psikofarmaka
- Risperidone 2 x 2 mg
- Triheksifenidil 2x2 mg
- Merlopam 1 x 1 mg

B. Psikoterapi²
1) Pada penderita
- Memberikan edukasi terhadap penderita untuk mampu berinteraksi
dengan baik, mampu mengendalikan emosi, memahami penyakit
serta cara pengobatannya, memahami pentingnya untuk hadir
kontrol rutin setiap bulan, mengetahui efek samping yang dapat
muncul apabila melanggar kepatuhan dan keteraturan dalam
minum obat.
- Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan kualitas
hidup individu, perbaikan fungsi sosial. Misalnya mampu
membangkitkan semangat kerja dari penderita.
- Memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa, senantiasa
memperbanyak ibadah mendekatkan diri kepada Tuhan dan
semangat dalam menjalani hidup.
2) Pada keluarga
- Memberikan pemahaman kepada keluarga mengenai berbagai
kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan
pentingnya kontrol pengobatan, sehingga keluarga dapat
memahami dan menerima kondisi penderita serta membantu
penderita dalam hal minum obat serta kontrol secara teratur dan

11
mengenali gejala-gejala kekambuhan untuk segera dikonsultasikan
kepada dokter.

12
BAB II
DISKUSI

Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan


gangguan dasar pada kepribadian, distorsi proses pikir, waham yang aneh,
gangguan persepsi, afek yang abnormal. Meskipun demikian, kesadaran
pasien tetap jernih. Pasien mengalami hendaya berat dalam menilai
realitas.
Diagnosis gangguan skizofrenia dapat ditegakan berdasarkan PPDGJ
III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang
berpedoman pada DSM-V. Pedoman diagnostik:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam / jelas):
A. “thought echo” : isi pikirannya sendiri yang berulang / bergema dalam
kepalanya
“thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion), atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu (withdrawal).
“thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain /
umum mengetahuinya.
B. “delusion of control” : waham dirinya dikendalikan oleh kekuatan tertentu
“delusion of influence” : waham dirinya dipengaruhi oleh kekuatan dari luar
“delusion of pasivity” : waham dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar.
“delusion of perception” : pengalaman inderawi yang tak wajar yang
bermakna, sifat mistik dan mukjizat.
C. Halusinasi auditorik : suara berkomentar terus menerus/ mendiskusikan
perihal pasien sendiri.
D. Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar, misal: perihal keyakinan agama dan politik, mampu mengendalikan
cuaca, berkomunikasi dengan makhluk asing.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini harus ada secara jelas:

13
E. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa aja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-
valued issue) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
F. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),
yang berkaibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
G. Perilaku katatonik, keadaan gaduh gelisah (ex-citement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor.
H. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; akan
tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika.
I. Adanya gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung satu bulan atau lebih
(tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
J. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku probadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan penarikan
diri secara sosial.1

Adapun kriteria skizofrenia menurut DSM-V adalah sebagai berikut :


A. Karakteristik Gejala
Terdapat 2 atau lebih dari kriteria dibawah ini, masing-masing terjadi dalam
kurun waktu yang signifikan selama 1 bulan (atau kurang bila telah berhasil
diobati). Paling tidak salah satunya harus (1), (2), atau (3):
a) Delusi/Waham
b) Halusinasi
c) Bicara Kacau (contoh: sering melantur atau inkoherensi)
d) Perilaku yang sangat kacau atau katatonik

14
e) Gejala negative (yaitu: ekspresi emosi yang berkurang atau kehilangan
minat)
catatan: hanya diperlukan 1 gejala di kriteria A bila terdapat waham bizar
atau halusinasi berupa suara-suara yang mengomentari perilaku atau pikiran
pasien, atau 2 atau lebih suara yang berbicara satu sama lain.
B. Disfungsi Sosial/Pekerjaan
Selama kurun waktu yang signifikan sejak awitan gangguan, terdapat
satu atau lebih disfungsi pada area fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, yang berada jauh di bawah tingkat yang
dicapai sebelum awitan (atau jika awitan pada masa anak-anak atau remaja,
ada kegagalan untuk mencapai beberapa tingkat pencapaian hubungan
interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).
C. Durasi
Tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang
bila telah berhasil diobati) yang memenuhi kriteria A (yi. gejala fase aktif)
dan dapat mencakup periode gejala prodromal atau residual. Selama periode
gejala prodromal atau residual ini, tanda gangguan dapat bermanifestasi
sebagai gejala negatif saja atau 2 atau lebih gejala yang terdaftar dalam
kriteria A yang muncul dalam bentuk yang lebih lemah (cth., keyakinan aneh,
pengalaan perseptual yang tidak lazim).
D. Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif
Gangguan skizoafektif dan gangguan depresif atau bipolar dengan ciri
psikotik telah disingkirkan baik karena a) Tidak ada episode depresif manik,
atau campuran mayor yang terjadi bersamaan dengan gejala fase aktif,
maupun b) Jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif durasi totalnya
relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
E. Eksklusi kondisi medis umum/zat
Gangguan tersebut tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat
(contoh: obat yang disalahgunaan, obat medis) atau kondisi medis umum.
F. Hubungan dengan keterlambatan perkembangan global

15
Jika terdapat riwayat gangguan autistik atau keterlambatan
perkembangan global lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia hanya dibuat
bila waham atau halusinasi yang prominen juga terdapat selama setidaknya
satu bulan (atau kurang bila telah berhasil diobati)1.
Berdasarkan hasil anamnesa (alloanamnesa) serta pemeriksaan status
mental, dan merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam
kasus ini dapat didiagnosa sebagai Skizofrenia Paranoid (F20.0). Pedoman
diagnostik secara umum skizofrenia telah terpenuhi dan secara spesifik
digolongkan ke dalam skizofrenia paranoid.1
Untuk diagnosis skizofrenia paranoid harus memenuhi seluruh
persyaratan berikut yaitu 1:
 Memenuhi kriteri umum untuk diagnosis skizofrenia.
 Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau meberi
perintah, atau halusinasi audiotrik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi peluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi
tawa (lauhging)
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan, dipengaruhi, atau “passivity” dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol

Pengobatan pada skizofrenia sebenarnya tidak ada pengobatan yang


spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya
dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Pengobatan
skizofrenia diobati dengan antipsikotik. Obat antipsikotik dibagi dalam dua
kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu dopamine receptor

16
antagonist atau antipsikotika generasi I (tipikal) dan serotonin-dopamine
antagonist atau antipsikotika generasi II (atipikal). Obat APG-I berguna
terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif. APG-II bermanfaat baik
untuk gejala positif maupun negatif.2.
Risperidone merupakan APG-II mempunyai mekanisme kerja melalui
interaksi antara serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak.
Risperidone merupakan antipsikotika pertama setelah clozapin yang
mendapat persetujuan FDA. Risperidone memiliki nama dagang Risperdal
tersedia dalam bentuk tablet 1 mg, 2 mg, dan 3 mg. Dosis Risperidone
berkisar antara 4 - 16 mg, namun dosis yang biasa digunakan berkisar antara
4 - 8 mg. Selain dalam bentuk tablet, risperidone juga tersedia dalam bentuk
depo (long acting) yang dapat digunakan setiap dua minggu. Walaupun
dikatakan ia merupakan antagonis D2 kuat, kekuatanya jauh lebih rendah
dibandingkn APG II seperti Haloperidol, sehingga efek samping
ekstrapiramidalnya lebih rendah dibandingkan dengan APG I.
Merlopam, merupakan golongan benzodiazepine. Benzodiazepine
mengaktifkan ketiga tapak pengikatan gama-aminobutiric acid-benzodiazepin
(GABA-BZ) spesifik, reseptor GABAA, yang kemudian membuka saluran
klorida dan mengurangi kecepatan letupan neuronal dan otot. Karena
distribusi jaringan reseptor GABA yang luas benzodiazepine memiliki efek
sedatif, relaksan otot, dan antikonvulsan. Dengan meningkatkan aktivitas
GABA maka kerja otak akan melambat dan menghasilkan efek menenagkan
atau sedatif.
Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan
psikoterapi. Dalam hal ini diberikan melalui edukasi terhadap penderita agar
memahami tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, faktor
penyebab (stresor), cara pengobatan, prognosis dan risiko kekambuhan agar
pasien tetap taat minum obat dan segera datang ke dokter bila gejala serupa
muncul dikemudian hari. Dijelaskan juga bahwa pengobatan berlangsung
lama, adanya efek samping obat dan pengaturan dosis hanya boleh diatur oleh
dokter.3

17
Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan
untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan
pencapaian kualitas hidup yang baik sehingga memotivasi penderita agar
dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. Keluarga penderita juga
diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian
informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyebab penyakit yang
dialami penderita serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami
dan menerima kondisi penderita untuk minum obat dan kontrol secara teratur
serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini.3.
Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam pada quo ad vitam dan
dubia ad malam untuk quo ad fungsionam nya sedangkan untuk quo ad
sanationamnya adalah dubia ad malam.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan B.J., SAdock. 2012. Kaplan & Sadock’s Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi ke 2. EGC.
2. Maslim, R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III dan DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya.
3. Maslim, R. 2010. Panduan Praktis Penggunaan Klinik Obat Psikotropik.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
4. Nevid, J.S., Rathus, S.A., dan Greene, B. 2015. Psikologi Abnormal (Jilid I)
Alih Bahasa: Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakrta: PT
Gelora Aksara Pratama.

19
TABEL FOLLOW UP

Rabu, 16 Desember S: Pasien Tenang, pasien merasa setelah pindah ke


2019. bangsal bangau sudah tidak melihat benda seperti
Pukul 14.00 WIB bergerak sendiri
Bangsal Bangau O: KU baik, afek sesuai, mood eutimik, waham (+),
halusinasi visual (+), kontak (+)
TD: 120/70 mmHg,
N: 84x/menit,
RR:18x/menit,
T:36 C
A: F 20.0
P: - Risperidon 2 x 2 mg
- Triheksifenidil 2x2 mg
- Merlopam 1 x 1 mg
Kamis, 17 Desember S: Pasien mengatakan merasa dirinya tidak bisa tidur,
2019. melihat benda bergerak sendiri tidak ada lagi.
Pukul 10.00 WIB O: KU baik, afek sesuai, mood eutimik, kontak (+),
Bangsal Bangau halusinasi visual (+)
TD: 130/70 mmHg
N: 90x/menit
RR:20x/menit
T: 36,5 C
A: F 20.0
P: - Risperidon 2 x 2 mg
- Triheksifenidil 2x2 mg
- Merlopam 1 x 1 mg
Jumat, 18 Desember S: Pasien mengatakan merasa dirinya tidak bisa tidur,
2019. melihat benda bergerak sendiri tidak ada lagi. Pasien

20
Pukul 10.00 WIB mengaku khwatir dengan istri dan anaknya, pasien juga
Bangsal Bangau sudah membuat rencana saat pulang dari RS akan
membunuh orang.
O: KU baik, afek sesuai, mood eutimik, kontak (+),
halusinasi visual (+)
TD: 110/70 mmHg
N: 80x/menit
RR:19x/menit
T: 36,5 C
A: F 20.0
P: - Risperidon 2 x 2 mg
- Triheksifenidil 2x2 mg
- Merlopam 1 x 1 mg

21

Anda mungkin juga menyukai