Anda di halaman 1dari 19

Referat

OTITIS EKTERNA MALIGNA

Oleh:

Nanda Aisyah Humairah

712018003

Pembimbing:

dr. Meilina Wardani, Sp.T.H.T

ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER

RSUDPALEMBANG BARI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

Referat

Judul

OTITIS EKSTERNA MALIGNA

Oleh:

Nanda Aisyah Humairah 712018003

Telah dinilai dan dinyatakan diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan
Klinikdi Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher (THT-KL)RSUD
Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Palembang, November 2020

dr. Meilina Wardani, Sp.T.H.T.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan berkat-Nya
Referat yang berjudul “Otitis Eksterna Maligna” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Referat ini
dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik di Bagian THT RSUD Palembang
BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah.

Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyelesaian laporan kasus ini, terutama kepada yang terhormat dr. Meilina
Wardani, Sp.T.H.T atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan dalam pembuatan laporan kasus.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan. Akhir kata, semoga
referat ini membawa manfaat bagi banyak pihak dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita.

Palembang, November 2020


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................2

2.1 Anatomi, dan Fisiologi Telinga............................................................................................2

2.1.2 Anatomi Telinga............................................................................................................3

2.1.3 Fisiologi Telinga............................................................................................................11

2.2 Otitis Eksterna Maligna........................................................................................................13

2.2.1 Definisi..........................................................................................................................13

2.2.2Epidemiologi..................................................................................................................14

2.2.3Etiologi...........................................................................................................................14

2.2.4Patogenesis.....................................................................................................................14

2.2.5Manifestasi Klinis...........................................................................................................15

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................16

2.2.7 Diagnosis......................................................................................................................17

2.2.8 Diagnosis Banding.........................................................................................................17

2.2.9 Penatalaksanaan.............................................................................................................17

2.2.10 Komplikasi dan Prognosis..........................................................................................19

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................32
BAB I

PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh
infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah
perubahan pH diliang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa,
proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan
jamur mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma yang ringan
ketika mengorek telinga.1,2

Otitis eksterna maligna (OEM) atau otitis eksterna nekrotikans merupakan infeksi
telinga yang berpotensi menjadi kematian. Infeksi biasanya dimulai dari meatus akustikus
eksterna (MAE) sebagai otitis eksterna akut (OEA) yang tidak ada respon terhadap terapi.
Infeksi menyebar melalui fissura Santorini ke jaringan lunak dan pembuluh darah sekitarnya
sampai ke tulang dasar tengkorak. Penyebaran infeksi melalui sistem Haversian tulang padat
dapat menimbulkan osteomielitis, terbentuknya abses multiple, dan sequestra tulang
nekrotik. Infeksi dapat mengenai foramen stilomastoid sehingga terjadi paralisis nervus
fasialis, jika mengenai foramen jugularis akan terjadi paralisis N. IX, X, XI dan jika
mengenai kanal hipoglosus akan terjadi paralisis N XII.3

Otitis eksterna maligna (nekrotikans) pertama kali digambarkan sebagai


Pseudomonas osteomyelitis pada tulang temporal pada pasien yang memiliki penyakit
diabetes sejak setengah abad yang lalu. Chandler mempublikasikan pasien pertama dengan
progresif osteomielitis tulang temporal dan menamainya dengan istilah otitis eksterna
maligna. Penulis yang lain telah menggunakan istilah otitis eksterna nekrotikans untuk
membedakan penyakit ini bukan berasal dari proses neoplasma. Osteomielitis dasar
tengkorak sangat akurat untuk menjelaskan patofisiologi proses penyakit ini dan telah
digunakan untuk mengambarkan infeksi yang menyebar melalui dasar tengkorak termasuk
diantaranya kanalis akustikus eksterna.3

Sebelum antibiotik digunakan dalam pengobatan, otitis eksterna maligna sering


menyebabkan kematian, dengan angka kematian mendekati 50%. Pengobatan dasarnya
melalui operasi. Sekarang pengobatan otitis eksterna maligna efektif dengan menggunakan
antibiotik dan dikombinasikan dengan teknik operasi seperti biopsi dan debridement lokal.3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.4

Gambar 1. Anatomi Telinga.5

Telinga Luar

Gambar 2. Telinga Luar.5


Aurikula adalah bagian dari telinga luar, suatu tambahan yang melekat pada sisi
kepala dan dimaksudkan untuk menangkap suara. Dibentuk oleh kartilago dan dibagian
kaudal dari aurikula terdapat lobules aurikula. Meatus akustikus eksternus adalah suatu
saluran udara, panjang kira-kira 2-3 cm, arah ke medial sampai pada telinga tengah, berada
dalam pars petrosa ossis temporalis. Sepertiga bagian lateral dibentuk oleh kartilago dan 2/3
bagian medial dibentuk oleh tulang biasa. Pada ujung medial dari saluran tersebut terdapat
membrane timpani, yang terletak miring, memisahkan meatus akustikus eksternus daripada
kavum timpani. Letak dari membrane timpani adalah sedemikian rupa sehingga sisi luarnya
menghadap ke daerah ventral, kaudal dan lateral. Pada saluran ini terdapat mukosa yang
mengandung rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Hasil produksi dari kelenjar
disebut serumen.4

Telinga Tengah

Gambar 3. Telinga Tengah.5

Berisi udara dipisahkan dari meatus akustikus eksternus oleh membrane timpani.
Terdapat hubungan antara cellulae mastoidea dengan kavum timpani melalui auditus
tympanicum. Membrane timpani berfungsi menerima getaran udara dan meneruskannya
kepada nervus coclearis. Ada tiga buah tulang kecil yang terletak menyilang dalam kavum
timpani mulai dari lateral ke medial. Yang berada paling luar adalah malleus, yang tengah
inkus dan yang paling dalam adalah stapes. Ketiga buah tulang tersebut meneruskan getaran
udara yang diterima oleh membrane timpani, selanjutnya diteruskan kepada fenestra
vestibule. Gerakan dari tulang-tulang tersebut dikontrol oleh m. tensor tympani dan m.
stapedius.4
Telinga Dalam

Gambar 4. Telinga Dalam.5

Terdiri dari labyrinthus osseus dan labyrinthus membranaceus. Labyrinthus osseus


terdiri dari ruangan dan saluran, berada dalam pars petrosa ossis temporalis. Ruangan dan
saluran-saluran tersebut adalah vestibulum, 3 canalis semisirkularis, 3 ampulla ossea dan
canalis spiralis cochleae. Pada ujung lateral vestibulum terdapat fenestra vestibule yang
ditutupi oleh basis stapedius. Pada tiap bagian canalis semisirkularis terdapat crus ampullare
dan crus simplex. Canalis spiralis cochleae berbentuk seperti rumah siput dengan basis
berada pada sebelah medial dan cupula disebelah lateral. Bangunan ini melingkar suatu
sumbu horizontal. Canalis ini bermuara pada dasar vestibulum.4

2.2 Fisiologi Telinga

Suara dihantarkan melalui membrane timpani melewati telinga tengah ke koklea


(telinga dalam). Melekat pada membrane timpani adalah tangkai dari maleus. Maleus terikat
pada inkus oleh ligament yang kecil, sehingga pada saat maleus bergerak, inkus juga akan
ikut bergerak. Ujung yang berlawanan dari inkus akan berartikulasi dengan batang stapes,
dan bidang depan dari stapes terletak berhadapan dengan membrane labirin koklea pada
muara fenestra ovalis.5
Ujung tangkai maleus melekat dibagian tengah membrane timpani. Dan tempat
perlekatan ini secara konstan akan tertarik oleh musculus tensor tympani, yang
menyebabkan membrane timpani tetap tegang. Keadaan ini menyebabkan getaran pada
setiap bagian membrane timpani akan dikirim ke tulang-tulang pendengaran, dan hal ini
tidak akan terjadi bila membrane tersebut longgar.5

Tulang-tulang pendengaran telinga tengah ditunjang oleh ligamen-ligamen


sedemikian rupa sehingga gabungan maleus dan inkus bekerja sebagai pengungkit tunggal,
dengan fulcrum yang terletak hampir pada perbatasan membrane timpani.5

Artikulasi inkus dengan stapes menyebabkan stapes mendorong fenestra ovalis ke


depan dan di sisi lain juga mendorong cairan koklea ke depan setiap saat membrane timpani
bergerak ke dalam, dan setiap maleus bergerak keluar akan mendorong cairan ke belakang.5

Getaran suara memasuki skala vestibule dari bidang depan stapes pada fenestra
ovalis. Bidang depan stapes akan menutup fenestra ini dan dihubungkan dengan bagian tepi
fenestra oleh ligamentum anularis yang longgar, sehingga fenestra dapat bergerak ke dalam
dan keluar bersama getaran suara. Pergerakan ke dalam menyebabkan bergeraknya cairan ke
dalam skala vestibule dan skala media, dan pergerakan keluar menyebabkan cairan bergerak
kearah sebaliknya.5

2.3 Otitis Eksterna Maligna

2.3.1 Etiologi

Organisme penyebab otitis eksterna maligna adalah Pseudomonas aeruginosa


menempati 80-85 %. Organisma penyebab yang lainnya seperti Streptococcus aureus,
golongan Proteus, serta golongan Aspergillus.1,2

2.3.2 Patofisiologi

Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang meatus akustikus


eksternus dan tulang temporal. Organisme penyebabnya adalah Pseudomonas aeruginosa,
dan paling sering menyerang pasien diabetik usia lanjut. Pada penderita diabetes, pH
serumennya lebih tinggi dibanding pH serumen non diabetes. Kondisi ini menyebabkan
penderita diabetes lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya
faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis
eksterna maligna. Infeksi dimulai dengan otitis eksterna yang progresif dan berlanjut
menjadi osteomielitis pada tulang temporal. Penyebaran penyakit ini keluar dari liang
telinga luar melalui Fisura Santorini dan osseocartilaginous junction.1,2,6

Otitis eksterna maligna menyebar melalui Fisura Santorini untuk sampai ke dasar
tulang tengkorak. Data histopatologi menunjukkan bahwa infeksi menyebar sepanjang
vaskuler. Di bagian anterior dapat mempengaruhi fossa mandibula dan kelenjar parotis. Di
sebelah anteromedial infeksi, dapat menyebar ke arteri karotis. Selain itu juga dapat
menyebar melalui tuba eustachius untuk sampai ke fossa infratemporal dan nasofaring.
Hipestesia ipsilateral dapat terjadi jika saraf kelima dilibatkan. Penyebaran ke intrakranial
dapat menyebabkan meningitis, abses otak, kejang dan kematian. Bagian posteroinferior
dapat menyebabkan flebitis dan trombosis supuratif bulbus juguler dan sinus sigmoid. Ini
dapat menyebabkan mastoiditis dan kelumpuhan saraf fasial. Penyebaran secara inferior
dapat menyebabkan paralisis saraf glosofaringeal (IX), vagus (X), hipoglosus (XI), dan
aksesorius (XII), menyebabkan disfagia, aspirasi dan suara serak.3

Gambar 5. Gambaran anatomi tempat terjadinya infeksi pada otitis eksternal maligna. 8

2.3.3 Manifestasi Klinis

Gejala otitis eksterna maligna adalah: rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat
diikuti dengan nyeri, sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa
nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat
tumbuhnya. Saraf fasialis dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis
fasial.1,2,6

Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang


disebabkan oleh kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi
diabetes mellitus berat, kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi sedang
aktif, menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat. 1,2

Penyakit ini dapat membahayakan dan kecurigaan lebih tinggi ditujukan pada pasien
dengan diabetes atau immunocompromized state atau berumur lanjut. Tanda khas yang
dijumpai dari otoskopi pada penyakit ini adalah otitis eksterna dengan jaringan granulasi
sepanjang posteroinferior liang telinga luar (pada bony cartilaginous junction) disertai lower
cranial neuropathies (N. VII, IX, X, XI) yang biasanya juga disertai dengan nyeri pada
daerah yang dikenai (otalgia). Eksudat pada liang telinga dan membrane timpani intak.8

Gambar 6. Kranial neuropati OEM dengan paresis N. VIII dan N. XII.3

2.3.4 Diagnosis

Diagnosis otitis eksterna nektrotikan dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi. Empat
gejala yang menonjol adalah otalgia yang menetap lebih dari 1 bulan, otore purulen dan
menetap dengan adanya jaringan granulasi dalam beberapa minggu, riwayat diabetes
mellitus, status imun yang rendah dan usia lanjut, dan adanya gangguan saraf kranial.
1. Anamnesis

Pasien yang menderita otitis eksterna maligna umumnya usia lanjut,


menderita diabetes. Adanya otalgia, sakit kepala temporal, otore purulen dapat
ditemukan pada pasien ini. Kadang – kadang pasien mempunyai riwayat penggunaan
antibiotik dan obat tetes telinga pada otitis eksterna tanpa adanya perubahan gejala yang
bermakna.

2. Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan inspeksi dapat ditemukan adanya kulit yang


mengalami inflamasi, hiperemis, udem dan tampak jaringan granulasi pada dasar
meatus akustikus eksternus. Biasanya disertai dengan kelumpuhan saraf fasial, dan
perlu memeriksa saraf kranial V – XII.

Gambar 7. Gambaran otitis eksterna maligna dengan adanya pus yang keluar dari liang telinga
yang sudah nekrosis. Kelihatan aurikula membengkak dan kehilangan bentuk di daerah yang
terdiri dari kartilago.10

Pemeriksaan Penunjang:

a. Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan adanya peningkatan jumlah


leukosit, laju endap darah dan gula darah sewaktu. Pemeriksaan kultur yang diperoleh
dari sekret liang telinga sangat diperlukan untuk sensitivitas antibiotik. Penyebab
utamanya adalah P. aeruginosa. Organisme ini merupakan bakteri aerob, dan gram
negatif. Pseudomonas sp. mempunyai lapisan yang bersifat mukoid yang digunakan
pada saat fagositosis. Eksotoksin dapat menyebabkan jaringan mengalami nekrosis dan
beberapa golongan lainnya menghasilkan neurotoksin yang dapat menimbulkan
neuropati.6,7,10

b. Radiologi

Pemeriksaan tambahan dapat berupa foto X-ray mastoid (foto Schuller). Pada foto X-
ray ini ditemukan adanya perselubungan air cell mastoid dan destruksi tulang.

Gambar 8 . Foto Schuller kanan tampak gambaran mastoiditis kronik ( bulatan


3
merah).
CT-Scan dapat menunjukkan adanya dekstruksi tulang di sekitar dasar tulang
tengkorak dan meluas ke intrakranial. Pemeriksaan dengan teknik nuklir baik digunakan
pada stadium awal. Scan Technetium (88Tc) methylene diphosphonate menunjukkan area
yang mengalami osteogenesis dan osteolisis. Sedangkan Gallium (56Ga) menunjukkan
jaringan lunak yang mengalami inflamasi. 11
Gambar 9. CT-Scan kepala yang menunjukkan kerusakan jaringan lunak pada MAE kiri,
tulang mastoideus kiri, fossa infra-temporalis dan dasar tulang tengkorak (anak panah). 12

3. Histopatologi

Mekanisme invasi liang telinga berhubungan dengan nekrosis tulang. Proses


infeksi meluas ke submukosa dan terdapat destruksi tulang. pada gambaran histologi
juga dapat terlihat rusaknya jaringan menunjukkan luasnya nekrosis pada lapisan
epidermis dan dermis disertai infiltrate PMN. Kartilago dikelilingi oleh jaringan
inflamasi dan tampak destruksi. Pada dinding pembuluh darah menunjukkan hialinisasi.
Tulang mastoid menunjukkan adanya sel – sel inflamasi akut.12

Pemeriksaan biopsi granulasi MAE perlu dilakukan untuk membedakan


dengan otitis eksterna maligna dengan keganasan meatus akustikus eksterna atau
osteomielitis karena Aspergillus. Pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas dilakukan
untuk mengetahui kuman penyebab dan menentukan jenis antibiotik yang tepat.3
2.3.5 Diagnosis Banding

1. Otitis media supuratif akut

Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membrane timpani dan sekret yang keluar dari tengah terus-menerus atau hilang timbul dan
sekretnya mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah. Terjadinya otitis media
supuratif kronik adalah disebabkan oleh adanya gangguan fungsi pada tuba eustachius atau
infeksi yang lama pada bagian telinga tengah. Sebagian besar otitis media supuratif kronik
merupakan kelanjutan dari otitis media akut dengan perforasi membrane timpani yang sudah
terjadi lebih dari 2 bulan. Otitis media supuratif kronik menimbulkan gejala otore dengan
sekret yang bersifat purulen atau mukoid tergantung dari stadium peradangan, gangguan
pendengaran, otalgia dan vertigo.12

2. Otitis eksterna difus

Biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya golongan
Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebabnya adalah Staphylococcus albus,
Escherichia coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis
media supuratif kronis. Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit,
kadang kelenjar getah bening membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret
ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada
otitis media.1,2

3. Otomikosis

Infeksi jamur diliang telinga dipermudah dengan kelembaban yang tinggi didaerah
tersebut. Yang tersering adalah Pityrosporum dan Aspergillus. Kadang-kadang ditemukan
juga Candida albicans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang
menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis eksterna bakterialis. Gejala biasanya
berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tapi sering pula tanpa keluhan.1,2
2.3.6 Terapi

Pengobatan harus cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensi.
Mengingat kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas aeroginosa, diberikan
antibiotika dosis tinggi yang sesuai dengan Pseudomonas aeroginosa. Sementara menunggu
hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin) dosis tinggi
peroral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan
antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu.1,2

Antibiotika yang sering digunakan adalah ciprofloxacin, ticarcilin-clavulanat,


piperacilin (dikombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime dan
gentamisin.1,2,10

Disamping obat-obatan, sering kali diperlukan juga tindakan membersihkan luka


(debrideman) secara radikal. Tindakan membersihkan luka yang kurang bersih akan dapat
menyebabkan makin cepatnya penjalaran penyakit.1.2,7

2.3.7 Komplikasi

Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif kelapisan subkutis,
tulang rawan dan ke tulang sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis dan osteomielitis
yang menghancurkan tulang temporal.1,2,7

2.3.8 Prognosis

Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9% - 27%. Hal ini berhubungan dengan


lamanya pemberian terapi yang tidak adekuat dan manifestasi klinik berupa sakit kepala dan
otalgia, bukan otorea. Otitis eksterna nekrotikan dapat kambuh kembali setelah satu tahun
pengobatan komplit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Chandler, rata – rata kematian
sekitar 50% tanpa pengobatan. Kematian berkurang sampai 20% dengan ditemukannya
antibiotik yang cocok. Penelitian terbaru melaporkan bahwa angka kematian turun sampai
10%, tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan neuropati atau adanya komplikasi
intrakranial.10
BAB III

PENUTUP

Otitis Eksterna Maligna (OEM) disebut juga Otitis Eksterna Nekrotikan atau
Osteomielitis dasar tengkorak, merupakan suatu infeksi telinga luar yang dapat
menyebabkan kematian. . Infeksi biasanya dimulai dari meatus akustikus eksterna (MAE)
sebagai otitis eksterna akut (OEA) yang tidak ada respon terhadap terapi. Infeksi menyebar
melalui fissura Santorini ke jaringan lunak dan pembuluh darah sekitarnya sampai ke tulang
dasar tengkorak.

Organisme penyebab otitis eksterna maligna adalah Pseudomonas aeruginosa


menempati 80-85 %. Gejala otitis eksterna maligna adalah: rasa gatal di liang telinga yang
dengan cepat diikuti dengan nyeri, sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga.
Kemudian rasa nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan
granulasi yang cepat tumbuhnya. Saraf fasialis (N. VII, IX, X, XI) dapat terkena, sehingga
menimbulkan paresis atau paralisis fasial. Diagnosis otitis eksterna nektrotikan dapat
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium dan radiologi.

Pengobatan harus cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensi.
Mengingat kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas aeroginosa, diberikan
antibiotika dosis tinggi yang sesuai dengan Pseudomonas aeroginosa. Sementara menunggu
hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin) dosis tinggi
peroral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan
antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu. Antibiotika yang
sering digunakan adalah ciprofloxacin, ticarcilin-clavulanat, piperacilin (dikombinasi
dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime dan gentamisin. Disamping obat-
obatan, sering kali diperlukan juga tindakan membersihkan luka (debrideman) secara
radikal. Tindakan membersihkan luka yang kurang bersih akan dapat menyebabkan makin
cepatnya penjalaran penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Efiaty AS, Nurbaid I, Bashiruddin J. Otitis Eksterna In Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher, 6th Edition. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p. 60-63.

2. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. Otitis Eksterna Maligna In Ilmu Penyakit Telinga


Hidung Dan Tenggorok Kapita Selekta Kedokteran, 3 rd Edition. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001. p. 83-85.

3. Matthew J, Carfrae, Bradley W. Malignant Otitis Externa In Otolaryngologic Clinics


of North America, America: Elsevier Saunders; 2008. p. 537-549.

4. Lululima JW. Telinga In Anatomi Umum, 2nd Edition. Makassar: Bagian Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2002. p. 123.

5. Guyton, Hall. Indera Pendengaran In Sistem Saraf Indera Khusus Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran, 11th Edition. New York: Elsevier Pte. Ltd; 2008. p. 681-684.

6. Handzel O, Halperin D. Necrotizing (Malignant) External Otitis. 2003 July 15 [cited


2020 November 25]. Available from: http://www.aafp.org/afp/2003/0715/p309.html

7. Grandis JR., Branstetter BF., Yu YL. The changing face of malignant (necrotising)
external otitis: clinical, radiological and anatomic correlations. THE LANCET
Infectious Diseases. January 2004 [cited 2020 November 24]. Available from:
http://antimicrobe.org/Lancet2.pdf

8. Askaroellah A. Otitis Eksterna Maligna In Majalah Kedokteran Nusantara, Vol 39.


Medan: Departemen Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Rumah Sakit Umum
Pemerintah Adam Malik Medan; 2006. p. 317-318.

9. Osguthorpe JD., Nielsen DR. Otitis Externa: Review and Clinical Update. 2006
November 1. [cited 2015 November 24]. Available from:
http://www.aafp.org/afp/2006/1101/p1510.html

10. Nussebaum B, et al. Externa ear, Malignat external otitis. 2013 December 6 [cited
2020 November 25]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/845525-overview
11. Duvvi S., Lo S., Kumar R., Blanshard J. Malignant External Otitis With Multiple
Cranial Nerve Palsies. The Internet Journal of Otorhinolaryngology. 2004 Volume 4
Number 1. [cited 2020 November 24]. Available from:
http://ispub.com/IJORL/4/1/11897

12. Tandrous PJ. Diagnostic Criteris Handbook in Histopthology: A Surgical Pathology


Vade Mecum. England: John Wiley & Sons Ltd; 2007. p. 199.

13. Edward Y., Sri Mulyani. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronik Tipe
Bahaya.. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. [cited 2020 November 25].
Available from:
http://repository.unand.ac.id/17260/1/Penatalaksanaan_Otitis_Media_Supuratif_Kro
nik_Tipe_Bahaya.pdf

Anda mungkin juga menyukai