PENDAHULUAN
Pada setiap diagnosa kehamilan, seorang ahli kebidanan selalu mendeteksi
letak janin yang meliputi situs, habitus, presentasi, dan stasio atau penurunan.
Situs adalah hubungan antara sumbu panjang ibu dan sumbu panjang janin, terdiri
atas situs membujur yang meliputi letak kepala dan sungsang serta letak
melintang atau letak lintang. Pada letak kepala janin memiliki presentasi yang
bervariasi. Yang membedakan ini adalah hipomoklion dari janin yang dikandung.
Letak kepala terdiri dari letak belakang kepala dengan hipomoklion pada
suboksiput, letak dahi dengan hipomoklion sinus maksilaris, letak puncak dengan
hipomoklion pada glabela, dan letak muka dengan hipomoklion pada os hyoid.
Sedangkan pada letak sungsang dikenal letak bokong murni, letak bokong kaki,
dan letak lutut/ kaki. Hal ini penting untuk mengetahui penanganan apakah yang
akan diberikan, penyulit yang akan dihadapi, dan bagaimana prognosanya
terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya.
Secara statistik 95% wanita yang melahirkan secara normal, masa
pemulihannya akan lebih cepat dibandingkan persalinan dengan tindakan khusus.
Dalam beberapa kasus letak sungsang, pada wanita hamil, bersalin, maupun nifas
dapat dilakukan pelahiran secara spontan ataupun bisa dengan tindakan khusus/
tindakan operatif.
maupun abdominam.
Tindakan operatif pervaginam :
1. Persalinan spontan
2. Manual aid
3. Ekstraksi sungsang
Tindakan perabdominal:
1. Operasi sesarea
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I. LETAK SUNGSANG
A. Definisi
Disebut letak sungsang jika presentasi janin adalah bokong (breech
presentation). Presentasi bokong terjadi ketika bokong janin lebih dulu memasuki
rongga panggul. Istilah breech (bokong) berasal dari kata britches, yang
menggambarkan kain untuk menutupi selangkangan dan paha. Presentasi bokong
umumnya diketahui sebelum aterm. Namun, yang paling sering terjadi, sebelum
persalinan dimulai, bayi seringkali berputar spontan sehingga menjadi presentasi
kepala. Oleh karena itu, presentasi bokong hanya terjadi pada sekitar 3 sampai 4
persen kelahiran bayi tunggal (Cunningham, 2010).
berhubungan dengan plasenta previa. Tidak terdapat korelasi yang kuat antara
presentasi bokong dengan panggul sempit (Cunningham, 2010).
Janin yang hidup tidak menjamin terjadinya perubahan presentasi secara
spontan. Sebagai contoh, pada penelitian di Polandia, seorang wanita dirawat di
rumah sakit Parkland dengan kehamilan aterm dan janin yang diketahui telah mati
berdasarkan pemeriksaan USG saat itu. Pada waktu pertama kali dilakukan
induksi dengan oksitosin, presentasinya adalah presentasi kepala. Tiga hari
berikutnya, pada waktu dilakukan percobaan induksi persalinan yang kedua,
presentasi janin berubah menjadi presentasi bokong. Tiga hari berikutnya, ketika
dilakukan induksi yang ketiga dan berhasil, ternyata janin sudah berada pada
presentasi kepala lagi (Cunningham, 2010).
C. Jenis-Jenis Letak Sungsang
Jenis-jenis letak sungsang diklasifikasikan berdasarakan posisi bokong dan
kaki janin.
1. Letak bokong murni (Frank Breech)
Bokong bagian terendah, kedua kaki lurus keatas.
2. Letak bokong kaki (Complete Breech)
Selain bokong, teraba satu atau dua kaki setinggi bokong.
3. Incomplete Breech
Letak lutut : teraba satu atau dua lutut.
Letak kaki : teraba satu atau dua kaki (Angsar, 2009).
D. Diagnosis
1. Pemeriksaan Abdominal
Pada pemeriksaan abdomen, pada pemeriksaan leopold didapatkan:
Leopold I : bagian janin keras, berbatas tegas, bulat, dapat diraba dengan
ballotement sudah menempati fundus uteri.
Leopold II : menunjukkan punggung sudah berada pada satu sisi abdomen
dan bagian-bagian kecil (ekstremitas) berada pada sisi lain.
Leopold III : bila engagement belum terjadi (diameter intertrokanterika
panggul janin belum lewat pintu atas panggul), bokong janin masih dapat
digerakkan di atas pintu atas panggul dengan perabaan bagian janin yang
lunak, berbatas tidak tegas, dan berbentuk tidak beraturan.
Leopold IV menunjukkan posisi bokong yang berada di bawah simfisis.
Suara jantung janin biasanya terdengar paling keras di daerah sedikit di
atas umbilikus, sedangkan bila telah engagement kepala janin, suara
jantung terdengar paling jelas di bawah umbilikus (Angsar, 2009).
2. Pemeriksaan Dalam (Vaginal toucher)
Dengan pemeriksaan vaginal toucher, dapat diketahui presentasi janin.
Presentasi bokong murni (Frank breech) biasanya lebih sering ditemukan pada
prImigravida, dimana kedua tuberositas ischiadica, sakrum, maupun anus
biasanya teraba. Kedua kaki janin ke atas tidak menutupi bagian tersebut dan
setelah terjadi penurunan lebih lanjut, genitalia eksterna dapat dikenali terutama
pada partus lama, bokong dapat sangat membengkak sehingga sulit membedakan
muka dan bokong. Anus bisa disangka mulut dan tuberositas ischiadica dapat
disangka tulang pipi. Dengan pemeriksaan cermat, kesalahan tersebut bisa
dihindari karena jari tangan pemeriksa akan menghadapi tahanan otot pada anus
sedangkan pada rahang teraba lebih keras. Selanjutnya, ketika jari tangan
dikeluarkan dari anus kadang-kadang jari tersebut berlumuran mekoneum. Mulut
dan kedua tonjolan tulang pipi akan membentuk bangunan segitiga sedangkan
tuberositas ischiadica dan anus akan membentuk satu garis lurus akan tetapi
petunjuk yang lebih tepat bisa diperoleh berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus
Usia gestasi juga penting karena semakin dini versi luar dilakukan,
semakin besar peluang kesuksesannya. Sebaliknya, semakin jauh dari aterm
dilakukannya versi eksternal, semakin tinggi angka pembalikan spontannya. Pihak
lain melaporkan bahwa, meski kontroversial, penentu kegagalan versi diantaranya
adalah berkurangnya volume cairan amnion, berat badan ibu berlebih, lokasi
plasenta di anterior, dilatasi serviks, penurunan bokong ke rongga panggul, serta
posisi tulang belakang janin di anterior atau posteror.
Johnson dan Elliot (1995) menggunakan stimulasi akustik janin untuk
mengagetkan janin dengan presentasi bokong agar memutar tulang belakangnya
ke lateral demi tercapainya keberhasilan versi eksternal. Benifla dkk (1994)
melakukan amnioinfusi transabdominal untuk memfasilitasi berhasilnya versi
eksternal pada enam wanita yang sebelumnya mengalami kegagalan versi.
Menurut Fortunato dkk (1988), versi luar menggunakan tokolisis cenderung lebih
sukses karena :
1. Bagian terbawah janin belum turun ke rongga panggul
2. Terdapat cairan amnion dalam jumlah normal
3. Punggung janin tidak terletak di posterior
4. Wanita yang bersangkutan tidak obesitas
(Cunningham, 2010).
3. Syarat
Syarat-syarat dilakukannya versi luar adalah sebagai berikut :
1. Bagian terendah janin masih dapat didorong ke atas keluar pintu atas
panggul (PAP).
2. Dinding perut ibu harus cukup tipis (ibu tidak gemuk) dan rileks, agar
3.
4.
5.
6.
4. Teknik
Versi luar yang dilakukan untuk mengubah bagian terendah janin dari satu
kutub ke kutub yang berlawanan (letak sungsang diubah menjadi letak kepala),
terdiri dari 4 tahap yaitu:
11
Tahap mobilisasi
panggul.
Tahap eksenterasi
kembali.
Tahap mobilisasi dan eksenterasi
1. Ibu tidur terlentang dengan posisi Trendelenburg dan tungkai fleksi pada
sendi paha dan lutut. Kandung kemih sebaiknya kosong.
2. Perut ibu diberi talk dan tidak perlu diberi narcosis. Penolong berdiri di
samping kiri ibu menghadap ke arah kaki ibu. Mobilisasi terendah janin
dilakukan dengan meletakkan kedua telapak tangan penolong pada pintu
atas panggul dan mengangkat bagian terendah janin keluar dari pingu atas
panggul. Setelah itu dilakukan eksenterasi, yaitu membawabagian terendah
janin ke tepi panggul (fosa iliaka) agar radius pemutaran lebih pendek
(Angsar, 2009).
13
5. Penyulit
Resiko versi luar diantaranya adalah solusio plasenta, ruptur uteri, emboli
cairan amnion, pendarahan fetomaternal, isoimunisasi, persalinan preterm, gawat
janin, dan kematian janin. Penyulit tidak fatal yang dilaporkan diantaranya adalah
deselerasi frekuensi denyut jantung janin pada hampir pada 40 persen janin dan
pendarahan fetomaternal pada 4 persen janin. Cedera pleksus brachialis pada janin
setelah versi luar yang berhasil juga memiliki angka kejadian yang tinggi. Karena
kekhawatiran akan ruptur uteri, wanita yang memiliki riwayat seksio caesaria
pada masa lalu, sebelumnya akan disingkirkan dari sebagian besar protokol versi
sefalik luar (Cunningham, 2010).
III. PERSALINAN SUNGSANG
Ada perbedaan mendasar antara proses persalinan presentasi kepala dan
presentasi bokong. Pada presentasi kepala , setelah kepala dilahirkan, biasanya
dengan sendirinya akan diikuti seluruh badan tanpa kesulitan. Sedangkan pada
presentasi bokong, secara berturut-turut bagian-bagian bayi yang semakin besar
dan semakin padat akan dilahirkan. Pengeluaran bayi utuh secara spontan pada
presentasi bokong jarang berhasil dilaksanakan. Biasanya, baik pelahiran dengan
14
pusar.
2.
Tahap Kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai
mulut.
3. Tahap Ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh
kepala lahir.
b. Cardinal movement
Bokong akan memasuki panggul (engagement dan descencus) dengan
diameter bitrokanter dalam posisi oblik. Pinggul janin bagian depan (anterior)
mengalami penurunan lebih cepat dibandingkan pinggul belakangnya (posterior).
Dengan demikian, pinggul depan akan mencapai pintu tengah panggul terlebih
dahulu. Kombinasi antara tahanan dinding panggul dan kekuatan yang mendorong
ke bawah (kaudal) akan menghasilkan putaran paksi dalam yang membawa
sakrum ke arah tranversal (jam 3 atau 9), sehingga posisi diameter bitrokanter di
pintu bawah panggul menjadi anteroposterior.
Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran paksi
dalam. Perineum akan meregang, vulva membuka, dan pinggul depan akan lahir
terlebih dahulu. Pada saat itu, tubuh janin mengalami putaran paksi dalam dan
penurunan, sehingga mendorong pinggul bawah menekan perineum. Dengan
15
2.
3.
2 his berikutnya.
Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera setelah
bokong lahir, bokong dicengkam secara Brahct, yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang
4.
panggul.
Pada setiap his ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan
5.
6.
diselesaikan (berakhir).
Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi
Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uteri dan
7.
Janin yang baru dilahirkan diletakkan di perut ibu. Seorang asisten segera
menghisap lendir dan bersamaan itu penolong memotong tali pusat
(Angsar, 2009).
Cara ini adalah cara yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga
mengurangi trauma pada janin (Angsar, 2009).
e. Kerugian
2.
Cara Klasik
1. Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini ialah
melahirkan lengan belakang lebih dahulu, karena lengan belakang
berada di ruangan yang lebih luas (sakrum), baru kemudian
melahirkan lengan depan yang berada di bawah simfisis. Tetapi bila
lengan depan sukar dilahirkan, maka lengan depan diputar menjadi
lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah
belakang dan baru kemudian lengan belakang ini dilahirkan.
2. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin,
sehingga perut janin mendekati perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam
jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu
janin sampai fosa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan
gerakan seolah-oleh lengan bawah mengusap muka janin.
18
19
Cara Mueller
1. Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah
melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi,
baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks (duimbekken greep)
yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis
media dan jari telunjuk pada krista iliaka dan jari-jari lain
mencengkam paha bagian depan. Dengan pegangan ini badan janin
ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak
di bawah simfisis, dan lengan depan dilahirkan dengan mengait
lengan bawahnya.
3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang
masih dipegang secara femuro-pelviks ditarik ke atas, sampai bahu
belakang lahir. Bila bahu belakang tidak lahir dengan sendirinya,
maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan bawah
dengan kedua jari penolong. Keuntungan dengan teknik Mueller
ini ialah tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir,
sehingga bahaya infeksi minimal (Angsar, 2009).
20
Cara Lovset
1. Prinsip persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam
setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke
bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang
akhirnya lahir di bawah simfisis. Hal ini berdasarkan kenyataan
bahwa adanya iklinasi antara pintu atas panggul dengan sumbu
panggul dan bentuk lengkungan panggul yang mempunyai
lengkungan depan lebih pendek dari lengkuungan di belakang,
sehingga setiap saat bahu belakang selalu dalam posisi lebih rendah
2.
3.
dilahirkan.
Bila lengan janin tidak dapat lahir dengan sendirinya, maka lengan
janin ini dapat dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan jari
penolong (Angsar, 2009).
21
Cara Bickenbachs
Prinsip persalinan secara Bickenbachs ialah merupakan kombinasi
antara cara Mueller dengan cara Klasik. Teknik ini hampir sama dengan
cara Klasik
Melahirkan lengan menunjuk (nuchal arm)
1. Yang dimaksud lengan menunjuk ialah bila salah satu lengan janin
melingkar di belakang leher dan menunjuk ke suatu arah. Berhubung
dengan posisi lengan semacam ini tidak mungkin dilahirkan karena
tersangkut di belakang leher, maka lengan tersebut harus dapat
diubah sedemikian rupa, sehingga terletak di depan dada.
2. Bila lengan belakang yang menunjuk, maka badan atas janin
dicengkam dengan kedua tangan penolong, sehingga kedua ibu jari
22
Mauriceau (Veit-Smellie)
Najouks
Wigand Martin-Winckel
Prague terbalik
Cunam Piper
23
24
a.
b.
b.
c.
d.
25
26
28
29
Sufokasi
Bila sebagian besar badan janin telah lahir, terjadilah pengecilan rahim,
sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia janin.
Keadaan ini merangsang janin untuk bernafas. Akibatnya darah, mukus,
cairan amnion, dan mekonium akan diaspirasi yang dapat menimbulkan
sufokasi.
Asfiksia fetalis
Akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin lahir yang menimbulkan
anoksia. Selain itu bisa juga disebabkan terjepitnya tali pusat pada waktu
kepala masuk PAP (fase cepat).
(extended)
30
Paritas
Umur kehamilan
TBJ
Pernah
letak
Primi
> 39 minggu
> 3630 g
Tidak
Multi
38 minggu
3629-3176 g
1 kali
< 37 minggu
< 3176 g
> 2 kali
sungsang (2500 g)
Pembukaan cervix
Station
< 2 cm
< -3
3 cm
-2
> 4cm
- 1 atau
rendah
31
lebih
Arti Nilai :
3
4
nilai
: dilahirkan pervaginam
(Angsar, 2009).
F.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
lendir),
2. Perdarahan atau edema jaringan otak.
3. Kerusakan medula oblongata.
4. Kerusakan persendian tulang leher
kematian bayi karena asfiksia berat.
Trauma persalinan
Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
Dislokasi fraktur
1. persendian tulang leher
2. fraktur tulang dasar kepala
3. fraktur tulang kepala
4. kerusakan pada mata
5. kerusakan hidung atau telinga
6. kerusakan pada jaringan otak.
Infeksi, dapat terjadi karena,
1. Persalinan berlangsung lama.
2. Ketuban pecah pada pembukaan kecil.
3. Manipulasi dengan pemeriksaan dalam
(Prawirohardjo, 2010)
32
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F.G., et al, 2010. The Puerperium In : Williams Obstetrics 23rd
edition. Mc Graw Hill. New York.
Angsar M. Dikman, 2009. Ilmu Kebidanan, edisi IV, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. hal: 80-141.
Judith et al, 1986. Delivery Type And Neonatal Mortality Among 10,749 Breechs.
American Journal of Public Health. Vol 76, no. 8.
Kotaska A, et al, 2009. Vaginal Delivery of Breech Presentation. SOGC Clinical
Practice Guideline no. 226.
Nabhan AF, 2011. Evidence Based Management of Breech Presentation. An
Obsetrics and Gynecology Journal Club : episode 11
Prawirorahardjo S, Hanifa W, Sudraji S, Abdul BS, eds. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
YBP-SP. 2010.
33