Abstract
Ketamine is a general anesthetic drug with rapid work, which given
intramuscularly or intravenously and may take a role as a monoanesthetic
drug that cause analgesia, absent of conciousness, immobilitation. Until now
ketamine is still broadly used especially given intravenously because it was
save enough, easy administrated and several of indications. If it is given
properly it will be very useful especially in the area with limited resources of
facilities, budgets and expert in anaesthesiologist.
Ketamin
is
chemically
known
as
()-2-(2-Chlorophenyl)-2
karena
efek analgesia yang kuat disamping beberapa efek samping yang telah
dilaporkan, misalnya pada dilatasi dan kuretase.
Kata kunci : ketamin, anestetik umum, dissosiatif anestesi
PENDAHULUAN
Ketamin merupakan suatu anestetik umum yang bekerja cepat, dan
dapat menjadi obat monoanesthetic, yaitu dapat menimbulkan analgesia,
amnesia, hilangnya kesadaran serta imobilisasi. Saat ini ketamin digunakan
secara luas, khususnya pada anestesi
dan
analgesia
dapat
dicapai
dengan
pemberian
injeksi
2
KETAMIN HIDROKLORIDA
Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan
rapid acting non barbiturat agent anesthetic yang popular disebut sebagai
Ketalar sebagai nama dagang.
SEJARAH
Ketamin pertama kali disintesis oleh Parke-Davis di tahun 1962 sebagai
usaha untuk mencari anestesia alternative pengganti phencyclidine (PCP),
yang biasanya menyebabkan halusinasi, neurotoksik, dan kejang. Pertama
kali obat ini diberikan kepada tentara Amerika dalam perang Vietnam.
Stevens melakukan penelitian tentang ketamin lebih lanjut di laboratorium
Parke, pada tahun 1962 ketamin diciptakan sebagai CL369 dan disebut
sebagai CI-581 yang berubah nama menjadi ketamin dan ini adalah obat
yang umum digunakan sebagai anestesi dalam manajemen mengurangi rasa
sakit . Pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carsen, tahun 1965,yang
digunakan sebagai obat anestesia umum.5
HUBUNGAN AKTIVITAS STRUKTUR
[2-(2-chlorophenyl) -2-(methylamino)-cyclohexanone] adalah derivat
phencyclidine6
bahwa
isomer
optis
ketamin
oleh
para
ahli
pharmacologi
1,9
SIFAT FISIK
larutan tidak berwarna,
bersifat agak asam (pH 3,5 5,5) ,
stabil pada suhu kamar,
sensitive terhadap cahaya dan udara. Karena sangat sensitive
terhadap cahaya, obat ini disimpan dalam botol (vial) berwarna coklat.8
KEMASAN
Dikemas dalam vial (botol) berwarna coklat agar terhindar dari
pengaruh langsung sinar matahari. Terdapat tiga kemasan vial dengan
konsentrasi 100mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml yang masing masing kemasan
vial berisi 10 ml. sebelum digunakan dibuat larutan yang mengandung 10
mg/ml
dengan
akuades
sebagai
bahan
pengencernya.Nama
dagang
MEKANISME KERJA
Ketamin adalah suatu obat penghilang sakit kuat pada konsentrasi
plasma subanesthesi, dan efek anesthesi dan analgesia mungkin ditengahi
oleh mekanisme yang berbeda. Yang secara rinci, analgesia mungkin dalam
kaitan dengan suatu interaksi antara ketamin dan reseptor opioid di dalam
sistem saraf
Ketamin
dilaporkan
berinteraksi
dengan
mu(),
delta()dan
kappa(k )reseptor dari opioid. Interaksi dengan reseptor opioid ini pada
reseptor
nociceptive refleks 6.
Toleransi silang antara ketamin dan opioids suatu reseptor umum
untuk induksi analgesia ketamin. Suatu reseptor opioid teori akan lebih
lanjut didukung oleh pembalikan efek ketamin dengan naloxone. Sampai
saat ini, pembahasan efek naloxone atau respon ketamin belum selesai
5
kerja
norepinephrine
antinociceptive
dan
serotonin
dari
ketamin,
merupakan
kerja
blokade
reseptor
ketamin
sebagai
di
dalam
plasma.
Kegagalan fungsi ginjal atau enzim tidak mengubah durasi dari dosis
tunggal ketamin yang mempengaruhi distribusi kembali obat dari otak ke
lokasi jaringan non aktif. Metabolisme hepar, seperti halnya dengan
tiopental, adalah penting untuk bersihan ketamin dari tubuh. Ketamin
tersimpan dalam jaringan dimana dapat berperan pada efek kumulatif obat
dengan pengulangan atau pemakaian yang kontinyu. Sebagian besar
ketamin mengalami dealkilasi dan hidrolisis dalam hati, kemudian dieksresi
terutama dalam bentuk metabolik dan sedikit dalam bentuk utuh. 7
Heart rate
Waktu
Volum
Clearance
darah
paruh
(ml/kg/min)
Ketamin
Meningk
(jam )
1-2
(L./kg)
2.5-
16-18
Etomida
at
Tetap
2-5
3.5
2.2-
10-20
Meningkat
Tetap
te
4.5
Propofol
menuru
Menurun
0.5-1.5
3.5-
30-60
4.5
Use
Induction
Route
IV
Dose
1-2 mg/kg
Etomidate
Induction
IM
IV
3-5 mg/kg
0,2-0,5 mg/kg
Propofol
Induction
IV
1-2,5 mg/kg
Maintenance infusion
IV
50-200 ug/kg/min
IV
IM
25-100 ug/kg/min
0,04-0,07 mg/kg
Sedation
IV
0,02-0,07 mg/kg
Antiemetic
IV
0,05 mg/kg2
Sedation infusion
Droperidol Premedication
METABOLISME
Metabolisme ketamin secara ekstensif oleh microsomal enzim hepatic.
Suatu jalur metabolisme yang penting adalah demethylation ketamin oleh
sitokrom P-450. Enzim dapat membentuk norketamin . Pada binatang
percobaan, norketamin adalah seperlima sampai sepertiga sama kuat seperti
ketamin. Metabolit yang aktif ini dapat berperan untuk ketamin yang
diperpanjang.
Norketamin
adalah
hydroxylated
dan
kemudian
toleransi
ketergantungan ketamin
1,5
adalah
juga
konsisten
dengan
laporan
EFEK FARMAKOLOGI
I.
10
meliputi
blokade
terhadap
jalur
nyeri
tersebut
yaitu
forniks,
stria
terminalis,
dan
traktus
mamilotalamikus 10 anterior.
Sedangkan hipotalamus dianggap sebagai lintasan keluaran motoris
dari sistem limbik dan mengendalikan fungsi vegetatif dan endokrin
tubuh dan berbagai aspek perilaku emosional.7
11
hipokampus
akhirnya
berupa
output
yang
merupakan
fungsi
kognitif
yang
lebih
tinggi
seperti
pertimbangan
12
bayi/anak
tanpa
menyebabkan
efek
hipnotiksedasi
(menggunakan subdose 2,5 mg/kgBB, IM). Pada dosis lebih besar, efek
hipnotiknya lebih sempurna.
Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien
akan mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda
khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus.
Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari,seperti
gerakan mengunyah,menelan,tremor, dan kejang. Apabila diberikan
secara intramuscular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit.
Ini sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada
periode pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke
otak meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan intra cranial. Efekefek tersebut diatas dapat dikurangi dengan pemberian diazeoam atau
obat lain yang mempunyai khasiat amnesia sebelum diberikan
ketamin.9
13
II.
Terhadap mata
Menimbulkan lakrimasi, nistagmus, dan kelopak mata terbuka
secara spontan. Terjadi peningkatan tekanan intraokuler akibat
III.
14
Ketamin
adalah
obat
anestesia
yang
bersifat
( 1, 3-5 )
( 1, 2, 4, - 6 )
asma.2
V.
kejang-kejang.
pemberian
diazepam
Keadaan
ini
bisa
terlebih
dahulu,
dikurangi
karena
dengan
diazepam
spontan
dan
kontraksi
ritmis
otot
bola
mata
15
normal,
walaupun
demikian
bukan
merupakan
(1)
PENGGUNAAN KLINIK
Ketamin sangat popular digunakan dalam praktek anestesia, terutama
untuk pelayanan anestesia di Rumah Sakit dengan sarana terbatas. Dalam
penggunaanya
sering
dikombinasikan
dengan
diazepam,
oleh
karena
intramuscular
Pasien penderita
induksinya
Pasien penderita hipotensi,
Penderita dengan resiko
asma
merupakan
tinggi
diberikan
obat
gangguan
secara
pilihan
respirasi
untuk
dan
shock.
2. Postoperasi
Dosis subanestesi ketamin menunjukan lebih poten untuk analgesia
dan efektif untuk periode postoperasi. Arendt neilsen dan kawan
kawan melaporkan bolus dengan ketamin 0,5 mg kg 1 iv dikuti
dengan infus 9 g kg 1 min 1 cukup efektif untuk analgesia9
3. Pada Septik shock
ketamin mereduksi kebutuhan untuk inotropic support, dimana efek ini
mungkin dari penghambatan uptake catecholamin.Pada percobaan
Schimdt dan kawan kawan menunjukan ketamin mereduksi endotoxinmediasi dari adhesi leucosit pada badan vessel
4. Obat anestesia pokok :
Digunakan untuk operasi-operasi didaerah superficial, berlangsung
singkat dan tidak memerlukan relaksasi otot , misalnya pada bidang
bedah mulut, untuk :
Beberapa jenis ekstirpasi tumor kecil pada bibir
17
atau
bedah,
1,9,10
dimedula
spinalis.
Pemberian
ketamin
intratekal
dapat
samping
(82%),nystagmus
yang
terjadi
(82%)
dan
dizziness
anesthesi
(82%),
disosiatif
drowsiness
(9%).
Bion
menetap
kesadaran,
untuk
tetapi
sekitar
ketamin
tidak
jam
setelah
kembalinya
menyebabkan
amnesia
retrograd.19 ( 1, 2, 3, 5, 6 )
2. Untuk pemeliharaan
Diberikan intravena intermitten atau tetes kontinyu. Pemberian secara
intermitten diulang setiap 10-15 menit dengan dosis setengah dari
dosis awal sampai operasi selesai. Sedangkan pemberian secara infus
tetes kontinyu hanya dilakukan pada pembedahan tertentu saja.
Pemberian intramuscular : dosis 6-12 mg/kgBB pulih sadar pemberian
ketamin kira-kira tercapai antara 10 15 menit, tetapi sulit untuk
menentukan saatnya yang tepat, seperti halnya sulit menentukan
permulaan kerjanya.
(2)
EFEK SAMPING
1. Susunan saraf pusat
Ketamin dapat meningkatkan aliran darah cerebral. Ketamin juga
menyebabkan efek disosisainya menimbulkan halusinasi, mimpi buruk
dan kadang-kadang terjadi gaduh gelisah
19
EMERGENCE DELIRIUM
berupa
dilatasi
pupil,
salvias,lakrimasi,gerakan-gerakan
auditory,
proprioceptive
dan
confusional
illusions,
yang
sekunder
dari
ketamine-induced
ASSOCIATED
EMERGENCE
DELIRIUM
WITH
INCREASED
FOLLOWING
INCIDENCE
OF
ADMINISTRATION
OF
KETAMINE
20
atau
droperidol
dalam
pengobatan
preoperative
dapat
ketamine
Awakening in quiet environment (no proof this is helpful)
KONTRA INDIKASI
2-9
100 mmHg.,
tirotoksikosis
diabetes mellitus,
paeokromositoma,
penyakit jantung koroner
dan
kemampuan
oksidasinya,
serta
produksi
sitokin
proinflamasi
yang
berlebihan
dan
penurunan
kapasitas
fagositosis makrofag.
Efek ketamin pada sepsis dan mediator proinflamasi
Paparan
LPS
yang
akan
menyebabkan
terjadinya
sepsis
digambarkan dengan adanya pelepasan sitokin proinflamasi seperti TNF, IL-1, IL-8 yang berhubungan dengan kerusakan endotel dan jaringan.
Efek paparan LPS menyebabkan pelepasan beberapa sitokin (TNF, NFkB,
IL-1, IL-8, NO) sebagai pertahanan terhadap benda asing yang memiliki
dampak positif dan negative terhadap tubuh. Dampak yang timbul akibat
pelepasan sitokin menyebabkan efek inflamasi.9,14 Faktor transkripsi NFkB mempunyai peranan krusial pada proses inflamasi. Aktivasi NF-kB
dapat
menuju
kearah
transkripsi
dari
protein-protein
proinflamasi.
23
sel endotel . Supresi ketamin pada produksi LPS induced IL-6 and IL-8
disebabkan efek inhibisi ketamin pada produksi LPS-induced TNF- .9,12,13
KESIMPULAN
Ketamin merupakan reseptor NMDA yang paling poten, pernyataan ini
sekaligus menjelaskan efek kerjanya yang sangat kuat memblokade nyeri
karena penghambatan pada kanal kalsium. Letak kerja di kortex serebri dan
area hippocampus juga memegang peranan penting terhadap kerja ketamin.
Farmakokinetik ketamin menyerupai tiopental dalam onset yang cepat,
durasi yang singkat, dan daya larut tinggi dalam lemak. Sebagian besar
ketamin mengalami dealkilasi dan hidrolisis dalam hati, kemudian dieksresi
terutama dalam bentuk metabolik dan sedikit dalam bentuk utuh.
Efek farmakologi ketamin berpengaruh terhadap bermacam-macam
sistem, misalnya pada susunan saraf pusat berupa efek disosiasi, terhadap
mata, jantung, respirasi,otot ,sirkulasi dan efek lainnya. Berdasarkan efek
ketamin maka indikasi ketamin misalnya Induksi anestesia untuk pasien
asma, hipotensi, penderita dengan resiko tinggi gangguan respirasi dan
hemodinamik merupakan indikasi penggunaan ketamin .
Dalam penggunaannya pun harus melihat kontraindikasinya yang telah
dijabarkan misalnya tekanan intracranial meningka,tekanan intraokuler
meningkat, pasien yang menderita
penyakit sistemik
yang sensitive
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Anestesi Regional. Petunjuk Praktis
Anestesiologi. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007; 3 ; 29-47.
2. Mangku Gde, Wiryana Made. Buku ajar ilmu anestesia dan reanimasi.
Indeks. Jakarta; 2010, hal. 42-6.
3. Staf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI Jakarta,
Anestesiologi, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, FK UI,
Jakarta, 1989, hal. 67-69.
4. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Analgesia Regional. Petunjuk Praktis
Anestesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007; 5:105-20
5. Gan, S, Farmakologi dan Terapi, edisi 3, Bagian Farmakologi FK UI,
Jakarta, 1987, hal 134-8.
6. Morgan Edward, Mikhail Maged, Murray Michael. Lange Clinical
anesthesiology,
edisi
ke
Empat
McGraw-Hill.
United
States;
2006;hal.197-200.
25
7. Stoelting
Robert,
Hillier
Simon.
Handbook
of
Pharmacology
&
26