Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA DENGAN LETAK SUNGSANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi


Ners Stase Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :
Muhammad Khafid Maulidin

202303062

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN AJARAN 2023 / 2024


LAPORAN PENDAHULUAN
SECTIO CAESAREA DENGAN LETAK SUNGSANG

A. DEFINISI
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Letak sungsang
slah satu jenisnya yaitu presentasi bokong dengan angka kejadian sekitar 2-4 % (Muchtar,
2012). Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.(Winkjosastro,
2013)
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang
terendah (presentasi bokong). Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan
bagian terendahnya bokong, kaki atau kombinasi keduanya. Persalinan pada bayi dengan
presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan badan ibu, kepala
berada pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah (di daerah pintu
atas panggul/simfisis)(Sarwono, 2011)
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2011).
Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini
digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres
janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin,
plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu. Sectio sesarea
dapat merupakan prosedur elektif atau darurat .Untuk sectio caesarea biasanya dilakukan
anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi umum, maka persiapan dan
pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk mengurangi efek depresif obat
anestesi pada bayi .(Muttaqin, 2010).
Jadi post sectio caesarea dengan letak sungsang adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk melahirkan janin melalui sayatan pada dinding uetrus dikarenakan
malposisi janin yaitu keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
B. ETIOLOGI
Menurut Reeder (2011), Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya
letak sungsang diantaranya ialah prematuritas, rnultiparitas, hamil kembar, hidramnion,
hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit. Kadang-kadang juga disebabkan oleh
kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan bentuk uterus (malformasi). Plasenta yang
terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena
plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus. Kelainan fetus juga dapat
menyebabkan letak sungsang seperti malformasi CNS, massa di leher, aneuploid.
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
2. Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
4. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk pintu atas panggul.
5. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada
panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain – lain.
6. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
7. Gemeli (kehamilan ganda)
8. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
9. Janin sudah lama mati.
10. Sebab yang tidak diketahui.

Menurut Bobak (2010) penyebab letak sungsang dapat berasal dari :


1. Sudut Ibu
a. Keadaan rahim
1) Rahim arkuatus
2) Septum pada rahim
3) Uterus dupleks
4) Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan plasenta
1) Plasenta letak rendah
2) Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
1) Kesempitan panggul
2) Deformitas tulang panggul
3) Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala

2. Sudut Janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
a. Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
b. Hidrosefalus atau anesefalus
c. Kehamilan kembar
d. Hidroamnion atau aligohidromion
e. Prematuritas

Dalam keadaan normal, bokong mencapai tempat yang lebih luas sehingga terdapat
kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar dan keras
serta paling lambat. Melalui hukum gaya berat, kepala janin akan menuju kearah pintu
atas panggul. Dengan gerakan kaki janin, ketegangan ligamentum fatundum dan
kontraksi braxson hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu atas panggul.
(Manuaba, 2012)
Manuaba (2012) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal
distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
Absolute Relative
Ibu Indikasi persalinan yang gagal Bedah sesar elektif berulang
Proses persalinan tidak maju Penyakit ibu (pre eklamsi berat,
(distosia persalinan) penyakit diabetes,kanker
Disproporsi sefalopelvik (panggul serviks)
sempit)
Utero Bedah uterus sebelumnya (sesar klasik) Riwayat bedah uterus
plasent Riwayat ruptur uterus sebelumnya miomektomi
a Obstruksi jalan lahir (fibroid) dengan ketebalan penuh)
Plasenta previa, abruption plasenta Presentasi funik (tali pusat)
berukuran besar pada saat persalinan
Janin Gawat janin/hasil pemeriksaan janin yang Malpresentasi janin (sungsang,
tidak meyakinkan presentasi alis, presentasi
Prolaps tali pusat gabingan )
Malpresentasi janin (posisi melintang) Makrosomia
Kelainan janin (hidrosefalus)

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Winkjosastro (2013) tanda dan gejala letak sungsang yaitu :
1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering
merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada
pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

Menurut Sarwono (2011), kemungkinan letak bayi sungsang jika :


1. Palpasi
Saat pemeriksaan leopod bagian bawah teraba lunak bulat dan tidak melenting
(bokong), sementara di fundus teraba bagian bulat, keras, melenting (kepala) dan
punggung teraba di kanan atau kiri.
2. Aukultasi
Denyut jantung janin paling jelas terdengar di atas umbilicus, punctum maximum
denyut jantung janin terdengar di kuadran atas perut ibu.
3. Pemeriksaan dalam
Adanya tahanan muskular dengan anus, mekonium, satu kaki janin atau genital
Bagian terendah teraba tinggi, teraba 3 tonjolan yaitu kedua tuber ischiadicum, dan os
sacrum. Kadang-kadang teraba kaki jika kaki bagian terbawah janin

D. KLASIFIKASI LETAK SUNGSANG


Menurut Manuaba (2014), presentsai bokong atau letak sungsang sendiri dibagi
menjadi:
1. Letak bokong Murni : presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris “Frank Breech“.
Bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke atas.
2. Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) disamping bokong teraba kaki dalam
bahasa Inggris “Complete Breech”. Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak
sempurna kalau disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
3. Letak lutut (presentasi lutut) dan letak kaki (presentasi kaki) dalam bahasa Inggris
kedua letak tersebut disebut “Incomplete Breech”. Tergantung pada terabanya kedua
kaki atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut
sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna.

Dari letak – letak tersebut, letak bokong murni paling sering dijumpai. Punggung
biasanya terdapat kiri depan. Frekwensi letak sungsang lebih tinggi pada kehamilan muda
dibandingkan dengan kehamilan aterm dan lebih banyak pada multigravida daripada
primigravida.

Salah satu cara dalam mengatasi keadaan tersebut adalah dengan tindakan operatif
yaitu persalinan dengan cara tindakan seksio sesarea. Dimana apabila cara-cara lain
dianggap tidak berhasil atau syarat-syarat untuk dilakukanya tindakan tidak terpenuhi
atau kondisi ibu memerlukan tindakan yang segera yang apabila tidak segera dilakukan
akan berakibat fatal.

E. KOMPLIKASI
Posisi janin sungsang tentunya dapat mempengaruhi proses persalinan.proses
persalinan yang salah jelas menimbulkan resiko, seperti pada ibu mengalami perdarahan,
trauma persalinan dan infeksi, sedangkan pada bayi terjadi perdarahan, infeksi pasca
partus seperti miningnitis dan trauma persalinan seperti kerusakan alat vital, trauma
ekstermitas dan trauma alat vesera dan trauma alat vesera seperti level ruptur dan
lienrupture.
Komplikasi persalinan letak sungsang menurut (Manuaba, 2001):
1. Morbiditas dan mortalitas bayi yang tinggi.
2. Komplikasi segera pada ibu terjadi trias komplikasi :
a) Perdarahan.
b) Trauma persalinan.
c) Infeksi.
3. Komplikasi pada bayi :
a) Perdarahan : Intrakranial.
b) Infeksi pascapartum : Meningitis dan infeksi lainnya.
c) Sufokasi / aspirasi :
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus
yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini
merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan
terjadinya aspirasi.
d) Asfiksia :
Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada fase
cepat
e) Trauma intrakranial:
Terjadi sebagai akibat :
1) Panggul sempit
2) Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)
3) Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)
f) Fraktura / dislokasi:
Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif
1) Fraktura tulang kepala
2) Fraktura humerus
3) Fraktura klavikula
4) Fraktura femur
g) Dislokasi bahu
Paralisa nervus brachialis yang menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat
tekanan pada pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan traksi
dan juga akibat regangan pada leher saat membebaskan lengan.
4. Kematian bayi karena asfiksia berat, perdarahan intrakranial, dan infeksi otak
meningitis

Bahaya persalinan sungsang dapat di simpulkan sebagai berikut :


1. Anoksia intra dan ekstra uterin
2. Perdarahan intracranial
3. Fraktur dan dislokasi
4. Kerusakan otot dan syaraf terutama pada otot sterno mastoid dan fleksus brachialis
5. Ruptur organ abdomen
6. Oedem genital dan memar atau lecet akibat capformation
7. Kejadian anomali kongenital tinggi pada bayi dengan presentasi atau letak sungsang
dan terutama pada BBLR.

Menurut Muchtar (2012) kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi


SCantara lain :
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi
terlalu tinggi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.

F. PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam
uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka
bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala
berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti
mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi,
sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi
kepala. Presentasi bokong yang menetap dapat disebabkan oleh abnormalitas dari bayi,
volume cairan amnion, lokasi plasenta, kelainan uterus, tonus otot uterus yang lemah dan
prematuritas.
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus
lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul
masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan
post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan
baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
G. PATHWAY
Malpresentasi Janin Posisi Janin Letak Sungsang

Dilakukan tindakan SC (Sectio Caesaria)


Adaptasi fisiologis Adaptasi psikologis

Insisi abdomen Efek anastesi Penurunan hormone Taking In Taking Hold


estrogen dan Letting Go
progesteron
Terputusnya Jalan masuk Komplikasi Peristaltik Ketergantungan
kontinuitas kuman usus menurun Kurang informasi
jaringan Perdarahan Menstimulasi hipofisis tentang perawatan
Mobilisasi fisik
RESIKO anterior dan posterior bayi dan cara
Belum flatus menurun
INFEKSI menyusui yang
NYERI AKUT Volume darah
benar
KEKURANGANmenurun Sekresi prolaktin
Tidak boleh DEFISIT
VOLUME CAIRAN
makan minum PERAWATAN
DIRI DEFISIENSI
Hb menurun Laktasi
PENGETAHUAN
Kurang Perubahan pola
O2 + nutrisi ke gerak makan Pengeluaran ASI
tidak lancar
Intake tidak Pemenuhan
sel
Sirkulasi darah adekuat nutrisi bertahap
INTOLERANSI
berkurang Pembengkakan NYERI AKUT
tidak lancar
AKTIVITAS payudara

Kelemahan Kurang
protein dan
vitamin KONSTIPASI
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH

Penyembuhan luka Perawatan lama


Jaringan tidak
tidak sempurna Redressing kritis situasi KECEMASAN
menyatu

Winkjosastro, Hanifa. 2013. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono : Jakarta.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan abdominal antenatal
a. Letaknya adalah memanjang
b. Di atas panggul teraba lunak, irreguler dan tidak terasa seperti kepala. Dicurigai
bokong. Pada presentasi bokong murni otot-otot paha teregang di atas tulang-
tulang dibawahnya, memberikan gambaran keras menyerupai kepala dan
menyebabkan kesalahan diagnostik.
c. Punggung ada disebelah kanan dekat dengan garis tengah. Bagian-bagian kecil
ada disebelah kiri, jauh dari garis tengah dan belakang.
d. Kepala teraba di fundus uteri, mungkin kepala sukar diraba, bila kepala ada di
bawah hepar atau iga-iga, kepala lebih keras dan lebih bulat dibandingkan
dengan bokong, dan kadang dapat dipantulkan. Kalau difundus terdapat massa
yang dapat dipantulkan, harus dicurigai presentasi bokong.
e. Tonjolan kepala tidak ada dan bokong tidak dapat dipantulkan.

2. Denyut jantung janin


Denyut jantung janin terdengar paling keras pada atau diatas umbilicus dan
pada sisi yang sama dengan punggung. Pada RSA denyut jantung janin terdengar
paling keras di kuadran kanan atas perut ibu. Kadang-kadang denyut jantung janin
terdengar di bawah umbilicus, dalam hal ini maka diagnosis yang dibuat dengan
palpasi jaringan dirubah oleh karena denyut jantung janin terdengar tidak ditempat
yang biasa.

3. Pemeriksaan vaginal
a. Bagian terendah teraba tinggi.
b. Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur dengan garis-garis sutura, dan
fontanela. Hasil pemeriksaan negative ini menunjukan adanya mal presentasi.
c. Bagian terendah teraba lunak dan irregular. Anus dan tuber ischiadicum
terletak pada satu garis. Bokong dapat dikelirukan dengan muka.
d. Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik ke bawah dan
teraba oleh jari-jari pemeriksa. Ia dapar dikelirukan kepala oleh karena tulang
yang keras.
e. Sacrum ada di kuadran kanan depan panggul, dan diameter bitrochanterica
ada pada diameter oblique kanan.
f. Kadang-kadang teraba kaki dan harus dibedakan dengan tangan.

4. Pemeriksaan ultrasound
Pemeriksaan seksama ultrasonografi akan memastikan letak janin yang tidak
normal. Letak sungsang dikenal pula dengan istilah kelahiran bokong dengan
empat kemungkinan.kemungkinan pertama, ditemukan bokong kaki, jika kedua
tungkai tungkai menekuk lurus kearah depan tubuh hingga bekerja sebagai badai
mengurangi kebebasan gerak lahir terakhir,bokong lutut ,satu atau lutut
menghadap jalan lahir.

5. Pemeriksaan sinar-X
Sinar-X berguna baik untuk menegakkan diagnosis maupun untuk
memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu. Pemeriksaan sinar-X harus
dikerjakan pada semua primigravida dan pada multipara yang mempunyai riwayat
penyulit atau bayi-bayi yang lahirkan sebelumnya kecil semua. Sinar-X menunjukan
dengan tepat sikap dan posisi janin demikian pula kelainan-kelainan seperti
hydrocephalus.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan letak sungsang, menurut Sarwono (2011), yaitu :
1. Penanganan selama kehamilan.
Versi kepala luar dapat dicoba bila presentasi sungsang didiagnosis sebelum
permulaan persalinan dan setelah 37 minggu kehamilan. Tujuan dari usaha ini adalah
mengangkat sungsang keluar dari pelvis ibu sementara memandu kepala janin ke
dalam pelvis, dengan demikian presentasi kepala dicapai.
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan
denyut janin harus dalam keadaan baik. Selam versi dilakukan dan setelah versi luar
berhasil denyut jantung janin harus selalu diawasi. Sesudah janin berada dalam
keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke dalam rongga panggul. Versi
luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan ringan tanpa mengadakan paksaan. Versi
luar tidak akan berhasil jika versi luar dilakukan apabila air ketuban hanya sedikit.
Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar adalah panggul sempit, perdarahan
antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa (Wiknjosastro, 2013).
Menurut Mochtar (1998) syarat versi luar yaitu pembukaan kurang dari 5 cm,
ketuban masih ada, bokong belum turun atau masuk pintu atas panggul. Teknik versi
luar yaitu
a. Lebih dahulu bokong lepaskan dari pintu atas panggul dan ibu dalam posisi
trendelenburg.
b. Tangan kiri letakkan di kepala dan tangan kanan pada bokong.
c. Putar kearah muka atau perut janin.
d. Lalu tukar tangan kiri diletakkan di bokong dan tangan kanan di kepala.
e. Setelah berhasil pasang gurita, dan observasi td, djj serta keluhan.

2. Penanganan selama persalinan.


a. Kelahiran Pervaginam.
Penanganan sewaktu melahirkan pada presentasi sungsang bergantung pada
pelvis ibu, jenis sungsang, dan umur gestasi. Menurut Manuaba (2014) terdiri
dari partus spontan atau pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan
seluruhnya dan manual aid. Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus
diingat bahwa ada 2 fase yaitu :
1) Fase menunggu dimana sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya
melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ke atas, persalinan akan
mudah. Sebaiknya jangan ekspresi Kristeller, karena hal ini akan
memudahkan terjadinya nurchae arm.
2) Fase untuk bertindak cepat yaitu bila badan janin sudah lahir sampai pusat,
tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir
dalam waktu 8 menit. Untuk mempercepat lahirnya janin dapat dilakukan
manual aid.

b. Seksio Cesarea.
Menurut Muchtar (2012) sungsang prematur biasanya dilahirkan dengan
seksio sesarea karena perbedaan yang besar antara ukuran kepala janin dan badan
janin, dimana kepala jauh lebih besar. Pada sungsang tidak lengkap yang cukup
bulan, kelahiran harus dicapai dengan seksio sesarea.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Luka Insisi Abdomen (Trauma Pembedahan)
2. Ketidakefektifan Pemberian ASI b.d kurangnya pengetahuan ibu tentang cara
menyusui yang benar.
3. Resiko Infeksi b.d luka post operasi (Port de entry mikroorganisme)
4. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan
5. Defisiensi Pengetahuan b.d kurangnya pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi
K. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
. Keperawatan
1. Nyeri akut b.d NOC : 1. Lakukan pengkajian nyeri
Luka Insisi  Pain level secara komprehensif termasuk
Abdomen  Pain control lokasi, karakteristik, durasi,
(Trauma  Comfort Level frekuensi, kualitas dan faktor
Pembedahan) Setelah dilakukan asuhan presipitasi
keperawatan selama 3x24 jam 2. Monitor tanda-tanda vital
diharapkan nyeri berkurang dengan 3. Pertahankan tirah baring selama
kriteria hasil : masa akut
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 4. Berikan penjelasan tentang nyeri
penyebab nyeri, mampu
yang diderita klien dan
menggunakan tehnik
penyebabnya
nonfarmakologi untuk
5. Anjurkan ambulasi dini.
mengurangi nyeri, mencari
6. Ajarkan teknik non farmakologi
bantuan)
relaksasi nafas dalam maupun
2. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan distraksi untuk mengurangi rasa

manajemen nyeri nyeri


3. Mampu mengenali nyeri (skala, 7. Kolaborasi dengan dokter dalam
intensitas, frekuensi dan tanda pemberian obat analgetik
nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang
normal

2. Ketidakefektifan NOC : 1. Berikan informasi mengenai


Pemberian ASI  Breastfeding ineffective Fisiologi menyusui, Keuntungan
b.d kurangnya Setelahdiberikan tindakan menyusui, Perawatan payudara,
pengetahuan ibu keperawatan selama 3x24 jam klien Kebutuhan diit khusus, Faktor-
tentang cara menunjukkan respon breast faktor yang menghambat proses
menyusui yang feeding adekuat dengan kriteria menyusui
benar. hasil: 2. Demonstrasikan breast care dan
1. Klien mengungkapkan puas pantau kemampuan klien untuk
dengan kebutuhan untuk melakukan secara teratur
menyusui 3. Berikan pendidikan kesehatan
2. klien mampu tangtang cara menyusui yang
mendemonstrasikan perawatan benar
payudara 4. Ajarkan cara mengeluarkan ASI
3. ASI keluar dengan benar, cara menyimpan,
4. Bayi mau menetek cara transportasi sehingga bisa
5. Peningkatan pemahaman diterima oleh bayi
tentang pentingnya pemberian 5. Berikan dukungan dan semangat
ASI pada ibu untuk melaksanakan
pemberian Asi eksklusif
6. Anjurkan keluarga untuk
memfasilitasi dan mendukung
klien dalam pemberian ASI

3. Resiko Infeksi NOC : 1. Kaji peningkatan suhu, nadi,


b.d luka post  Immune Status respirasi sebagai tanda infeksi
operasi (Port de  Knowledge : Infection 2. Observasi luka insisi terhadap
entry control tanda infeksi : kemerahan, nyeri
mikroorganisme)  Risk control tekan, bengkak pada insisi,
Setelah dilakukan asuhan peningkatan suhu.
keperawatan selama 3x24 jam 3. Teramgkan kepada klien
diharapkan resiko infeksi terkontrol pentingnya perawatan luka
dengan kriteria hasil: selama masa post operasi.
1. Klien bebas dari tanda dan
4. Cuci tangan setiap sebelum dan
gejala infeksi
sesudah tindakan keperawatan
2. Mendeskripsikan proses
5. Lakukan perawatan luka sesuai
penularan penyakit, factor yang
prosedur dengan prinsip steril
mempengaruhi penularan serta
6. Terangkan pada klien cara
penatalaksanaannya,
3. Menunjukkan kemampuan mengidentifikasi tanda-tanda

untuk mencegah timbulnya infeksi


infeksi 7. Kolaborasi dengan dokter dalam
4. Jumlah leukosit dalam batas pemberian obat antibiotik
normal
4. Intoleransi NOC : 1. Kaji tingkat kemampuan klien
Aktivitas b.d  Activity tolerance untuk beraktivitas
Kelemahan Setelah dilakukan asuhan 2. Ajarkan teknik mobilisasi dini
keperawatan selama 3x24 jam sesuai indikasi
diharapkan aktivitas meningkat 3. Bantu pasien dalam melakukan
sesuai dengan toleransi dengan aktivitas
kriteria hasil: 4. Motivasi klien dalam melakukan
1. Tanda-tanda vital normal latihan ambulasi
2. Mampu melakukan aktivitas
secara mandiri

5. Defisiensi NOC : 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien


Pengetahuan b.d  Knowledge : Health tentang perawatan diri dan bayi
kurangnya behavior 2. Berikan pendidikan kesehatan
pengetahuan Setelah dilakukan asuhan tentang perawatan post partum
mengenai keperawatan selama 3x24 jam seperti : cara perawatan
perawatan diri diharapkan pengetahuan pasien payudara, merawat tali pusat,
dan bayi meningkat dengan kriteria hasil : memandikan bayi dan cara
1. Menyatakan pemahaman cebok yang benar.
tentang perawatan diri dan bayi 3. Demonstrasikan cara perawatan
payudara, merawat tali pusat,
memandikan bayi dan cara
cebok yang benar
4. Evaluasi kembali penjelasan
yang telah diberikan kepada
pasien tentang perawatan post
partum
5. Libatkan keluarga dalam
perawatan post partum.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene. M., Lowdermilk and Jensen 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.
EGC : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. EGC : Jakarta.
Muchtar. 2012. Obstetri Patologi, Cetakan I. EGC : Jakarta.
Muttaqin, A dan Kumala sari. 2010. Buku Pre Operatif. EGC :
Jakarta
Reeder, S., Martin, L dan Griffin, D. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita,
Bayi dan Keluarga. Vol 1. Alih Bahasa Afiyanti, dkk. EGC : Jakarta
Sarwono, P. 2012. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono : Jakarta.
Winkjosastro, Hanifa. 2013. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai