Persalinan normal
a. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi berupa janin dan
uri yang telah cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan atau
tanpa bantuan (Manuaba, 2010).
Persalinan adalah proses membuka menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam janin lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, 2011)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain (Mochtar, 2013).
b. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan
Menurut Norwitz (2007) ada tiga faktor yang berperan dalam persalinan
yaitu:
1) Power (kontraksi, mengejan) : kekuatan kontraksi uterus baik jika kontraksi
3-5 kali dalam 10 menit. Hal ini ditandai dengan kecepatan dilatasi uterus dan
penurunan bagian presentasi janin.
2) Passenger (janin) : muatan yang akan melewati jalan lahir (janin dan
plasenta). Letak janin, sikap janin, presentasi, dan posisi perlu diperhatikan
3) Passage (jalan lahir) : bentuk panggul yang telah diklasifikasikan normal yaitu
bentuk panggul ginekoid.
Malpresentasi muka
1. Definisi Presentasi Muka
Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi,
1998, pengertian, etiologi, diagnosis, pimpinan persalinan dan prognosis presentasi muka,
yaitu :
Adalah letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling
rendah ialah muka. Hal ini disebabkan karena hiperekstensi kepala janin, jadi oksiput dan
punggung berhubungan rapat. Muka terlihat kebawah, tidak teraba oksiput maupun sinsiput
pada pemeriksaan vagina.
Posisi ditentukan oleh dagu (mento), jadi ada posisi :
a. Left Mento Anterior (LMA) : dagu kiri depan
b. Right Mento Anterior (RMA) : dagu kanan depan
c. Left Mento Posterior (LMP) : dagu kiri belakang
d. Right Mento Posterior (RMP) : dagu kanan belakang
2. Etiologi
Karena adanya sebab yang menghalangi terjadinya fleksi kepala dan sebab yang menyebabkan
defleksi kepala.
a. Primer
Sejak awal persalinan sudah terjadi letak muka, karena :
1) Ansefalus
2) Hidrosefalus
3) Kongenital anomaly
4) Congenital shortening of the cervical muscle
5) Itruma
6) Higroma koli (kista leher)
7) Lilitan tali pusat pada leher beberapa kali
b. Sekunder
1) Panggul sempit
2) Tangan menumbung disamping kepala
3) Anak sangat besar
4) Plasenta previa atau plasenta letak rendah
5) Grande multipara
6) Pergerakan anak bebas, misalnya pada hidramnion dan perut gantung
7) Posisiuterus miring
3. Diagnosis
a. Pemeriksaan abdomen
Teraba kepala sangat menengadah, teraba lekukan antara oksiput dan punggung (sudut
fabre)
b. Auskultasi
DJJ jelas terdengar pada toraks janin
c. Pemeriksaan vagina
Teraba dagu yang runcing, mulut, hidung, dan lekuk mata. Jari tangan mudah masuk ke
mulut janin.
d. Foto Rontgen
Tampak kepala sangat menengadah
4. Pimpinan Persalinan
a. Observasi harus teliti, biasanya 80-90% dapat lahir biasa.
b. Pada penempatan dahi, anjurkan ibu tidur miring kesamping sebelah dagu
c. Usaha untuk merubah letak :
1) Reposisi mentoanterior menjadi posterior
2) Cara SCHATZ
3) Cara ZANGEMEISTER – THORN
d. Bila ada indikasi untuk menyelasaikan partus segera, pada anak hidup
lakukan ekstraksi vakum atau forsep, pada anak mati lakukan embriotomi, dan pada
mento posterior lakukan seksio sesarea.
5. Pragnosis
a. Bagi Ibu : partus akan lebih lama, mudah terkena infeksi intrapartum atau infeksi
nifas; luka jalan lahir; mortalitas 3%
b. Bagi anak : kaput didaerah muka, kepala seperti mulut babi (dolichocepal);
perdarahan dalam otak; mortalitas kira-kira 15 %.
6. Penanganan Khusus
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2002:
a. Posisi Dagu Anterior
1) Jika pembukaan lengkap : Biarkan persalinan spontan; jika kemajuan lambat dan
tidak terdapat tanda-tanda obstruksi, percepat persalinan dengan oksitoksin, jika
kepala tidak turun dengan baik, lakukan ekstraksi wnam (forsep).
2) Jika pembukaan tidak lengakap dan tidak ada tanda-tanda obstruksi : Akselerasi
dengan oksitoksin, periksa kemajuan persalinan secara presentasi verteks.
b. Posisi dagu posterior
1) Jika pembukaan serviks lengkap, lahirkan dengan seksio sesarea
2) Jika pembukaan serviks tidak lengkap, nilai penurunan, rotasi, dan kemajuan
persalinan. Jika macet, lakukan seksio sesarea
3) Jika janin mati, lakukan kraniotomi (kalau terampil); atau seksio sesarea
3. Penanganan Khusus
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2002:
Persalinan spontan hanya bisa terjadi jika janin sangat kecil atau mati dan maserasi.
Persalinan macet terjadi pada fase ekspulsi
Lengan yang mengalami prolaps kadang-kadang dapat diubah posisinya :
a. Bantulah ibu untuk mengambil posisi knee-chest (posisi trendelenburg)
b. Sorong tangan keatas keluar dari simfisis pubis dan pertahankan disana sampai
timbul kontraksi kemudian dorong kepala masuk kedalam panggul.
c. Lanjutkan dengan penatalaksanaan untuk persalinan normal.
d. Jika prosedur gagal atau terjadi prolapsus tali pusat, lakukan seksio sesarea.