Anda di halaman 1dari 14

LETAK SUNGSANG

2.1 Konsep Dasar Letak Sungsang

2.1.1 Pengertian

a. Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian

yang terendah (presentasi bokong).

b. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang

dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum

uteri (Prawiroardjo S, 2006).

Dari kedua pengertian diatas dapat saya simpulkan bahwa: Persalinan

sungsang adalah persalinan pada bayi dengan presentasi bokong atau

sungsang dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada

pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terendah (didaerah

PAP/sympisis)

2.1.2 Penyebab Letak Sungsang

Penyebab letak sungsang dapat berasal dari :

a. Sudut ibu

1) Keadaan rahim yang abnormal

2) Keadaan plasenta

3) Plasenta letak rendah

4) Plasenta previa

5) Keadaan jalan lahir

6) Kesempitan panggul

5
6

7) Terdapat tumor yang menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi

kepala

b. Sudut janin

1) Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang:

2) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat

3) Hidrosefalus atau anensefalus

4) Gemeli

5) Hidramnion

6) Prematuritas

2.1.3 Diagnosis

Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen.

Manuver leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila

umur kehamilannya ≥ 34 minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat

keraguan pada pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina dan

atau pemeriksaan ultrasonografi. Keberhasilan untuk menemukan adanya

presentasi bokong pada masa kehamilan sangat penting oleh karena adanya

prosedur versi luar yang direkomendasikan guna menurunkan insidensi

persalinan dengan presentasi selain kepala dan persalinan bedah sesar.

Pemeriksaan yang hanya menunjukkan adanya presentasi bokong saja belum

cukup untuk membuat perkiraan besarnya resiko guna pengambilan keputusan

cara persalinan yang hendak dipilih. Taksiran berat janin, jenis presentasi

bokong, keadaan selaput ketuban, ukuran dan struktur tulang panggul ibu,

keadaan hiperekstensi kepala janin, kemauan persalinan, pengalaman penolong


7

dan ketersediaan fasilitas pelayanan intensif neonatal merupakan hal-hal yang

penting untuk diktehui.

Peranan ultrasonografi penting dalam diagnosis dan penilaian resiko pada

presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban,

konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala,

kelainan kongenital dan kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan

ultrasonografi.

Keadaan hiperekstensi kepala janin adalah keadaan dimana keadaan janin

sedemikian sehingga tulang mandibula membentuk sudut >1050 terhadap sumbu

memanjang vertebra servikalis. Hiperekstensi didiagnosis menggunakan

pemeriksaan radiografi atau ultrasonografi. Terjadi pada sekitar 5% dari seluruh

presentasi bokong pada umur kehamilan cukup bulan. Hiperekstensi kepala janin

merupakan indikasi kontra untuk persalinan vaginal. Kepala akan sulit dilahirkan

sehingga berisiko menimbulkan cedera medula spinalis leher (Prawirohardjo S,

2008).

2.1.4 Bentuk-Bentuk Letak Sungsang

Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan beberapa

bentuk letak sungsang, sebagai berikut :

a. Letak bokong murni

1) Teraba bokong

2) Kedua kaki menjungkit keatas sampai kepala bayi

3) Kedua kaki bertindak sabagai spalk

b. Letak bokong kaki sempurna


8

1) Teraba bokong

2) Kedua kaki teraba di samping bokong

c. Letak bokong tak sempurna

1. Teraba bokong

2. Di samping bokong teraba satu kaki

d. Letak kaki

1) Bila bagian terrendah teraba salah satu dan kedua kaki atau lutut

2) Dapat dibedakan letak kaki bila kaki terendah, letak lutut bila lutut

terendah.

Menentukan berbagai letak bokong dapat dilakukan melalui pemeriksaan

dalm, pemeriksaan photo abdomen, dan pemeriksaan ultra sonografi.

2.1.5 Komplikasi letak bokong

a. Terhadap janin

1) Perdarahan intra cranial

2) Kerusakan medulla spinalis atau fraktur spinalis

3) Kerusakan jaringan lunak

4) Dislokasi leher

5) Dislokasi pinggul atau bahu

6) Hipoksia, asfiksia lahir. Hal ini mungkin karena komplikasi tali pusat.

7) Kerusakan neurolgis jangka panjang

8) Fraktur humerus, klavikula, atau femur


9

9) Dislokasi congenital pinggul, khususnya pegang bokong memanjang.

Dislokasi ini biasanya merupakan komplikasi presentasi, bukan proses

kelahiran

b. Terhadap ibu

1) Trauma uretra

2) Trauma vagina atau perineum

3) Resiko akibat kelahiran operatif

4) Diststres psikologis yang dapat mengakibatkan buruknya bonding,

masalah pemberian makanan, depresi, dan gangguan stres traumatis.

2.1.6 Mekanisme persalinan

Kepala adalah bagian yang terbesar dan kurang elastis. Pada presentasi

kepala apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian janin lainnya relatif mudah

dilahirkan. Tidak demikian halnya pada presentasi bokong. Hal inilah yang

menjadikan vaginal pada presentasi bokong lebih berisiko. Pemahaman tentang

mekanisme persalinannya akan membantu dalam memberikan upaya pertolongan

persalinan yang berhasil.

Bokong akan memasuki panggul (engagement dan descent) dengan diameter

bitrokanter dalam posisi oblik. Pinggul janin bagian depan (anterior) mengalami

penurunan lebih cepat dibanding pinggul belakangnya (posterior). Dengan

demikian, pinggul depan akan mencapai pintutengah panggul terlebih dahulu.

Kombinasi antara tahanan dinding panggul dan kekuatan yang mendorong ke

bawah (kaudal) akan menghasilkan putaran paksi dalam yang membawa sakrum
10

ke arah transversal (pukul 3 atau 9), sehingga posisi diameter bitrokanter di pintu

bawah panggul menjadi anteroposterior.

Penurunan bokong beralngsung terus setelah terjadinya putaran paksi

dalam, perineum akan meregang, vulva membuka dan pinggul depan akan lahir

terlebih dahulu. Pada saat itu, tubuh janin mengalami putaran paksi dalam dan

penurunan, sehingga mendorongpinggul bawah menekan perineum. Dengan

demikian, lahirlah bokong dengan posisi diameter bitrokanter anteroposterior,

diikuti putaran paksi luar. Putaran paksi luar akan membuat posisi diameter

bitrokanter dari anteroposterior menjadi transversal. Kelahiran bagian tubuh lain

akan terjadi kemudian baik secara spontan maupun dengan bantuan (manual aid)

(Prawirohardjo, 2008).

2.1.7 Penatalaksanaan

a. Pertolongan persalinan pervaginam

Terdiri dari partus spontan (pada letak sungsang janin dapat lahir secara

spontan seluruhnya ) dan manual aid (manual hilfe). Waktu memimpin partus

dengan letak sungsang harus di ingat bahwa ada dua fase:

1) Fase menunggu

Sebalum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan obserfasi.

Bila tangan tidak menjungkit ke atas (nuchee arm), persalinan akan

mudah. Sebaiknya jangan di lakukan ekspresi kristeller, karena hal ini akan

memudahkan nuchee arm.

2) Fase untuk bertindak cepat


11

Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara

kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit. Untuk

mempercepat lahirnya janin dapat di lakukan manual aid.

b. Cara melahirkan bahu dan lengan

1) Secara klasik

Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan dengan cara brach,

bahu dan tangan tidak bisa lahir. Tehnik persalinan dengan cara klasik adalah

sebagai berikut :

a) Tangan memegang bokong dengan telunjuk pada spina ishiadica anterior

superior.

b) Tarik curam kebawah sampai ujung scapula tampak.

c) Badan anak dipegang sehingga perut anak di dekatkan ke perut ibu,

dengan demikian kedudukan bahu belakang menjadi lebih rendah.

d) Tangan lainnya menelusuri bahu belakang sampai mencapai persendian

siku.

e) Tangan belakang dilahirkan, dengan mendorong persendian siku

menelusuri badan bayi.

f) Tangan lainnya menelusuri bahu depan menuju persendian siku,

selanjutnya lengan atas dilahirkan dengan dorongan pada persendian siku.

g) Persalinan kepala dilakukan secara mouriceu.

2) Secara muller

Tehnik persalinan cara muller adalah sebagai berikut :


12

a) Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki

dengan cara yang sama seperti klasik.

b) Punggung bayi di dekatkan ke punggung ibu sehingga scapula tampak.

c) Tangan lainnya menelusuri bahu depan menuju lengan atas, sampai

persendian siku untuk melahirkan lengan atas.

d) Perut bayi di dekatkan keperut ibu, tangan lain menelusuri bahu belakang,

sampai persendian siku dan selanjutnya lengan belakang dilahirkan.

e) Kepala dilahirkan dengan tehnik mouriceu.

3) Secara loevset

Konsep tehnik loevset dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit

dibelakang kepala. Tehnik cara loevset adalah sebagai berikut :

a) Setelah bokong lahir dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua

tangan.

b) Memutar bayi 180 derajat dengan lengan bayi yang menjungkit kearah

penunjuk jari tangan menjungkit tersebut.

c) Memutar kembali 180 derajat ke arah yang berlawanan. Beberapa kali

hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara klasik atau muller.

d) Persalinan kepala dilakukan dengan cara mouriceu.

4) Cara Bracht

Bokong ditangkap, tangan diletakan pada paha dan sacrum, kemudian janin

ditarik keatas. Biasanya hal ini dilakukan pada janin kecil dan multipara.
13

5) Cara Potter

Dikeluarkan dulu lengan dan bahu depan dengan menarik janin kebawah

dan menekan dengan dua jari pada skapul. Badan janin diangkat keatas untuk

melahirkan lengan dan bahu belakang dengan menekan scapula belakang.

c. Melahirkan kepala

1) Mauriceau (veit smellie)

Masukan jari-jari dalam mulut (muka mengarah kekiri = jari kiri, mengarah

kekanan = jari kanan). Letakan anak menunggang pada lengan sementara tangan

lain memegang pada tengkuk, lalu tarik kebawah sampai rambut dan kepala

dilahirkan. kegunaan jari dalam mulut hanya untuk menambah fleksi kepala.

2) De snoo

Tangan kiri menadah perut dan dada serta dua jari diletakan dileher

(menunggang kuda). Tangan kanan menolong menekan diatas simfisis.

Perbedaannya dengan Mauriceau ialah disini tangan tidak masuk dalam vagina.

3) Wigand martin-winckelisis

Satu tangan (kiri) dalam jalan lahir dengan telunjuk dalam mulut janin

sedang jari tengah dan ibu jari pada rahag bawah. Tangan lain menekan diatas

simfisis atau fundus.

4) Naujoks

Satu tangan memegang leher janin dari depan, tangan lain memegang leher

pada bahu, tarik janin kebawah dengan bantuan dorongan dari atas simfisis.

5) Cara praque terbalik


14

Dilakukan pada ubun-ubun kecil terletak pada sebelah belakang. Satu tangan

memegang bahu janin dari belakang, tangan lain memegang kaki lalu menarik janin

kearah perut I u dengan kuat.

d. Ekstraksi

Terdidi atas ekstraksi pada kaki dan ekstraksi pada bokong. Karena ekstraksi pada

bobong sedikit sugar, kita sedapat mungkin bersaha untuk melakukan ekstraksi

pada kaki, sebab mudah dikerjakan.

e. Manajemen aktif kala III

Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama yaitu:

1) Pemberian suntikan okxitosin

a) Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk di beri ASI.

b) Letakkan kain bersih di atas perut ibu.

c) Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain .

d) Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik.

e) Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikan okxitosin 10 unit

IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis)..

2) Penegangan tali pusat terkendali

a) Berdiri di samping ibu

b) Pindahkan klem ( penjjepit untuk memotong tali pusat saat kala II ) pada tali

pusat sekitar 5-20 cm dari Vulva.

c) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas

simpisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan

menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat.Setelah


15

terjadi kontrraksi yang kuat,tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan

tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus kea rah lumbal

dan kepala ibu (dorso cranial). Lakukan secara hati-hati untuk mencegah

terjadinya invirsio uteri.

d) Bila plasenta belum lepas,tunggu hingga uterus berkonttraksi kembali

(sekitar 2 atau 3 menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali

pusat terkendali.

e) Saat mulai kontraksi ( uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur )

tegangkan tali pusat kearah bawah, lakukan tegangan dorso cranial hingga

tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak keatas yang menandakan

plasenta telah lepas dan dapat di lahirkan.

f) Tetapi jika langkah lima di atas tidak berjalan sebagaimana mestinya ddan

plasenta tidak turun setelah 30-40 detik di mulainya peneggangan tali pusat

dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukan lepasnya plasenta, jangan

teruskan penegangan tali pusat.

- Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi

berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat

tali pusat memanjang.

- Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulagi penegangan tali pusat

terkendali dan tekan dorso –kranial pada korpus uteri secara serentak.

Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa

plasenta terlepas dari dinding uterus.


16

g) Setelah plaseenta terlepas, anjurkan ibu untuk untuk meneran agar plasenta

terrdorong keluar melalui interitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan

arah sejajar lantai (mengikuti poros jalan lahir).

h) Pada saat plasenta terlihat pada interitus vagina, lahirkan plasenta dengan

mengangkat tali pusat keatas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya

untuk meletakan dalam wadah penampung. Karena selaput ketuban mudah

robek: pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta

hingga selapu ketubang tterpiling menjadi satu.

i) Lakuukkan penarikkan dengan lembut dan perllahan-lahan untuk melahirkan

selaput ketuban.

j) Jika selapu ketuban robek dan tertinggall dijalan lahir saat melahirkan plasenta,

dengan hati—hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari

tangan anda atau klem DTT atau steril atau forsep untuk keluaran selaput

ketuban yang teraba.

3) Rangsangan taktil (masase) fundus uteri

Segera setelahh plasenta lahir, lakukan masase fuundus uterui:

a) Letakan telapak tangaan pada fundus uteri.

b) Jelaskan tindakan pada ibu, katakana pada ibu bahwa ibu akan merasa agak tidak

nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan pada ibu untuk menarik

napas dalam, perlahan serta rileks.

c) Dengan lembut ttapi mantap gerakan tangan dengan arah memutar pada fundus

uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontrraksi dalam waktu 15

detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri.


17

d) Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap daan

utuh.:

- Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding) untuk

memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang

hilang).

- Pasaangkan bagian-bagian plasnta yang robek atau terpisah untuk

memastikan tidak ada bagian yang hilang.

- Periksa plasenta sisi foetal (yang menghadap ke bayi) untuk memastikan

tidak adanya kemungkinan lobus tambahan.

- Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.

e) Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus

berkontraksi jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase fundus

uteri. Ajarkan ibu dankeluarganya cara melakukan masase uterus sehingga

mampu untuk segera mengetahui jikka uterus tidak berrkontraksi baik.

f) Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca

persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pascapersalinan.

(Wiknjosastro 2007).
18

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, 2009.Pedoman PWS KIA Revisi 2009.Jakarta:

Kemenkes RI.

Dostoc, 2010.Jumlah Kematian ibu di Maluku Utara tahun 2009-2010.dalam

www.dostoc.blogspot/jumlahkematianibudimalukuutaratahun2009-2010.html

JNPK-KR, 2007.Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Edisi Ketiga. Jakarta:

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik.

Wiknjosastro H. G. 2007. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Buku Acuan. POGI.

Jakarta.

Prawirohardjo, S.2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal Edisi Pertama Cetakan Ketiga. Jakarta: YBP-SP.

Prawirohardjo, S.2008.Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai