Anda di halaman 1dari 9

RETENSIO PLASENTA

A. Pengertian

1. Retensio plasenta adalah suatu keadaan potologis pada kala III, dimana plasenta

atau bagian-bagiannya masih berada di dalam uterus (belum lahir) minimal 30

menit setelah janin lahir (winkjosastro,2000)

2. Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam

setelah persalinan bayi ( Manuaba I. B. G. 1998 )

3. Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya hingga atau

melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo,2006)

4. Bila plasenta tetap tertinggaldi dalam uterus setengah jam setelah anak lahir di

sebut sebagai retensio plasenta ( Prawirohardjo,2008)

5. Retensio plasenta yaitu dimana apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah

janin lahir (Sumarah,2008)

Dari beberapa pengertian diatas maka menurut penulis yang dimaksud

dengan retensio plasenta adalah tertahannya plasenta setelah 30 menit kalahiran

bayi.

B. Etiologi

Winkjosastro (2000) membagi penyebab retensio plasenta menjadi 2, yaitu :

1. Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena :

a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta

adhesiva).
b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab Vili Chorialis

menembus desidua, miometrium sampai di bawah peritonium. (plasenta

akreta – perkreta).

2. Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,

disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah

penanganan Kala III sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah

uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).Sebagaian

besar gangguan pelepasan plasenta, disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus.

Bila plasenta belum lepas sama sekali, tidak akan terjadi perdarahan. Tapi bila

sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan, dan ini merupakan

indikasi untuk segera mengeluarkannya, plasenta mungkin saja tidak keluar

karena kandung kemih atau rektum penuh, karena itu keduanya harus segera

dikosongkan (Winkjosastro, 2000).

Selanjutnya Sastrawinata (2004) membagi penyebab retensio plasenta menjadi 2

sebab yaitu :

1. Sebab-sebab fungsional

a. His kurang kuat (sebab terpenting)

b. Plasenta sukar terlepas karena :

a. Tempatnya : Insersi di sudut tuba

b. Bentuknya : Plasenta membranacea, plasenta anularis.

c. Ukurannya : Plasenta yang sangat kecil.

Plasenta yang sukar terlepas karena sebab-sebab tersebut diatas disebut

plasenta adhesiva.
2. Sebab Patologi – Anatomi :

a. Plasenta Acreta adalah implantasi jonjot khorion plasenta sehingga

memasuki sebagian lapisan miometrium.

b. Plasenta Increta adalah implantasi jonjot khorion plasenta yang

menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

c. Plasenta Percreta adalah tertahannya plasenta di dalam kavum

uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

C. Klasifikasi

Prawirohardjo (2006), membedakan jenis retensio plasenta menurut

implantasi, yaitu :

1. Plasenta Adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot khorion plasenta

sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologi.

2. Plasenta Akreta adalah implantasi jonjot khorion plasenta sehingga memasuki

sebagian lapisan miometrium.

3. Plasenta Inkreta adalah implantasi jonjot khorion plasenta yang menembus

lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

4. Plasenta Perkreta adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan

oleh konstriksi ostium uteri.

D. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doengoes M.E (1994) dikutip oleh Panggabean (2001), dilakukan

pemeriksaan penunjang :

1. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, Gol darah, leukosit dan lain-lain)

2. Pemeriksaan sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.


E. Penanganan

Pada semua retensio plasenta diusahakan pelepasan plasenta secara manual.

Kalau plasenta dengan pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan

upaya kuretase. Plasenta akreta kompleta didak dapat dilepaskan secara manual dan

memerlukan tindakan histrektomi. (Wiknjosastro, 2000)

F. Penatalaksanaan Manual Plasenta

Plasenta manual dilakukan bila, plasenta tidak lahir setelah 1 jam bayi lahir

disertai manajemen aktif Kala III.

1. Persiapan sebelum tindakan :

a. Kaji ulang indikasi

b. Persetujuan tindakan medis

c. Kaji ulang prinsip dasar perawatan dan pasang infus.

d. Beri sedativa dan analgetika (misalnya petidin dan deazepam iv, jangan

dicampur dalam semprit yang sama) atau Ketamin.

e. Beri antibiotika dosis tunggal (profilaksis) :

1) Ampicillin 2 gr iv ditambah metronidazol 500 mg iv

2) Atau sefazolin 1 gr iv ditambah metronidazol 500 mg iv

f. Pasang sarung tangan DTT

2. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri.

a. Lakukan kateterisasi kandung kemih apabila klien tidak dapat berkemih

sendiri.

1) Pastikan kateter masuk dalam kandung kemih dengan benar

2) Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.


b. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan tali pusat sejajar lantai.

c. Secara obstetrik masukan satu tangan (punggung tangan ke bawah) ke dalam

vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.

Gambar 1 : Memasukan tangan menyusuri tali pusat.

d. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, mintalah seseorang (asisten)

untuk memegang kocher, kemudian tangan sebelah lagi menahan fundus

uteri, sekaligus untuk mencegah inversio uteri.

Gambar 2 : Menahan fundus sewaktu melepas plasenta.


e. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan ke dalam kavum uteri

sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.

f. Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke

pangkal jari telunjuk).

3. Melepas plasenta dari dinding uterus

a. Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.

1) Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila berada di

bagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tali pusat dengan

punggung tangan menghadap ke atas.

2) Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat

implantasinya dengan jalan menyelipkan jari di antara plasenta dan

dinding uterus, dengan punggung tangan menghadap ke dinding dalam

uterus.

3) Bila pasenta di bagian depan lakukan hal yang sama (punggung tangan

pada dinding kavum uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak

tangan kanan.

b. Kemudian gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke

kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.

Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien),

lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit.

c. Jika plasenta tidak dapat dilepaskan dari pemukaan uterus, kemungkinan

plasenta akreta dan siapkan laparatomi untuk histrerektomi supravaginal.


4. Mengeluarkan plasenta

a. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi

ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada

dinding uterus.

b. Pemindahan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat

plasenta dikeluarkan.

c. Instruksikan seorang (asisten) yang memegang kocher untuk menarik tali

pusat sambil tangan dalam manarik plasenta keluar (hindari percikan darah).

Gambar 3 : Mengeluarkan tangan dari uterus

d. Letakkan plasenta ditempat yang telah disediakan.

e. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial

setelah plasenta lahir (Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan

yang keluar).

f. Jika masih berdarah banyak, beri egrometrin 0,2 mg I.M atau prostaglandin.

g. Periksa dan perbaiki robekan serviks, vagina atau episiotomi.


G. Komplikasi

Menurut Manuaba (1998), tindakan plasenta manual dapat menimbulkan

komplikasi antara lain sebagai berikut :

1. Terjadi infeksi : terdapat sisa plasenta atau membrane dan bakteria terdorong ke

dalam rongga rahim.

2. Terjadi perdarahan karena antonia uteri.

Untuk memperkecil komplikasi, dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan

memberikan:

a. uterotonika intravena atau intramuskular.

b. Memasang tamponade uterovaginal

c. Memberikan antibiotika

d. Memasang infus dan persiapan transfusi darah.

3. Terjadi syok hipovolemik karena perdarahan yang bisa terjadi setelah tindakan

kuratase.
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, M.E.dkk.2001,Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentsian Perawatan Pasien., Jakarta . EGC.

Manuaba.1998.ILMU KEBIDANAN,PENYAKIT KANDUNGAN,DAN KELUARGA BERENCANA


UNTUK PENDIDIKAN BIDAN. Jakarta.EGC.

Prawirohardjo. 2006. BUKU ACUAN NASIONAL PELAYANAN MATERNAL DAN NEONATAL.


Jakarta. Yayasan bina pustaka.

Prawirohardjo. 2008. ILMU KEBIDANAN. Jakarta. Yayasan bina pustaka.

Sastrawinata. 2004.OBSTETRI PATOLOGI.edisi 2.EGC.jakarta.

Sumarah dkk. 2008. PERAWATAN IBU BERSALIN. Yogyakarta. Fitramaya.

Winkjosastro . 2000.ILMU BEDAH KEBIDANAN. Jakarta. Yayasan bina pustaka.

Anda mungkin juga menyukai