BAB I
TINJAUAN PUSTAKA KASUS
1.1.2 Etiologi
Etiologi menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:
1. Menurut Wiknjosastro, Hanifa. (2002) retensio plasenta disebabkan oleh
hal berikut ini:
a. Sebab fungsional
Yaitu his yang kurang kuat atau plasenta sulit lepas karena tempat
melekatnya kurang menguntungkan seperti disudut tuba atau karena
bentuknya luar biasa seperti plasenta membranosea.
b. Ukuran plasenta sangat kecil.
c. Plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, namun
1.1.5 Perencanaan
Menurut SPK (standart 21) penanganan retensio plasenta yaitu sebagai
berikut:
1. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta (perdarahan yang terjadi
sebelum plasenta lahir lengkap, sedangkan uterus tidak berkontraksi,
biasanya merupakan tanda/gejala retensio plasenta. Perdarahan sesudah
plasenta lahir, sedangkan uterus lembek, juga mungkin disebabkan oleh
adanya bagian plasenta/selaputnya yang tertinggak di dalam uterus).
2. Bila plasenta tidak lahir dalam 30 menit sesudah bayi lahir, atau bila terjadi
perdarahan sementara plasenta belumlahir, maka berikan oksitosin 10 IU
IM. Pastikan bahwa kandung kencing kosong dan tunggu terjadinya
kontraksi, lalu cobalah melahirkan plasenta dengan menggunakan
penegangan tali pusat terkendali.
3. Jika dengan tindakan tersebut plasenta belum lahir dan tidak ada
perdarahan sementara tempat rujukan tidak terlalu jauh, bawalah ibu ke
tempat rujukan tersebut.
4. Bila terjadi perdarahan maka placenta harus segera dilahirkan secara
manual. Bila tidak berhasil lakukan rujukan segera.
5. Berikan cairan IV: NaCl atau RL secara guyur untuk mengganti cairan
yang hilang dan pertahankan nadi dan tekanan darah.
6. Persiapkan peralatan untuk melakukan teknik manual yang harus
dilakukan aseptik.
6
7. Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki di tempat
tidur.
8. Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada berikan
Diazepam 10 mg.
9. Cuci tangan dengan sabun, air mengalir, dan handuk bersih, gunakan
sarung tangan steril..
10. Masukkan tangan kanan dengan hati-hati. Jaga agar jari-jari tetap merapat
dan melengkung, mengikuti tali pusat sampai mencapai plasenta.
11. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri di atas
fundus agar uterus tidak naik. Dengan tangan kanan yang berada di dalam
uterus carilah tepi plasenta terlepas. Telapak tangan kanan menghadap ke
atas lalu lakukan gerakan mengikis kesamping untuk melepaskan plasenta
dari dinding uterus.
12. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap keluarkan plasenta dengan
hati-hati dan perlahan (jangan hanya memegang sebagian plasenta dan
menariknya keluar).
13. Bila plasenta sudah lahir, segera lakukan masase uterus. Bila tidak ada
kontraksi lakukan masase uterus agar terjadi kontraksi dan pengeluaran
bekuan darah secara bersamaan.
14. Periksa plasenta dan selaputnya. Jika tak lengkap, periksa lagi kavum uteri
dan keluarkan potongan plasenta yang tertinggal, dengan cara seperti
diatas.
15. Periksa robekan terhadap vagina. Jahit robekan, bila perlu.
16. Bersihkan ibu agar ibu merasanyaman.
17. Jika ragu plasenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak
terkendali, maka rujuk ibu ke rumah sakit dengan segera.
18. Buat pencatatan yang akurat.
b. Jepit tali pusat dengan klem jarak 5-10cm dari vulva, tegangkan dengan
satu tangan sejajar lantai.
c. Secaara obstetrik , masukkan tangan lainnya (punggung tangan
menghadap ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah
tali pusat.
d. Setelah mencapai pembukaan serviks, minta seorang asisten/penolong
lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan
luar untuk menahan fundus uteri.
e. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke
kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
f. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu
jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
3. Melepas plasenta dari dinding uterus :
a. Tentukan implantasi pasenta, temukan plasenta paling bawah.
1) Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap
disebelah atas dan sisipkan ujungjari-jari tangan diantara plasenta
dan dinding uterus dimana punggung tangan menhadap ke bawah
(posterior ibu).
2) Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali
pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan
dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas (anterior
ibu).
3) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus
maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke
kanan dan ke kiri sambil digeserkan ke atas (kranial ibu) hingga
semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
4. Mengeluarkan plasenta
a. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi
untuk menilai tidak adanya plasenta yang tertinggal.
b. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen
bawah uterus) kemudian instruksikan asisten penolong untuk menarik
tali pusat sambil tangan dalam membawa plasnta keluar (hindari
terjadinya percikan darah).
8
BAB 2
2.1 Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Biodata
Umur dicatat dalam hitungan tahun. (Estiwidani, 2008 : 140).
Resiko retensio plasenta akan semakin meningkat bagi wanita yang
usianya kurang dari 16 tahun dan di atas 35 tahun beresiko tinggi
mengalami retensio plasenta terutama pada grandemultipara. (Manuaba,
2010:243).
b. Keluhan utama
Perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus-terusan akan
berbahaya dan akan menimbulkan perdarahan yang jumlahnya banyak,
sehingga ibu menjadi lemas dan syok. (Mochtar, 2012 : 206).
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Kelainan hormonal, gangguan nutrisi, penyakit infeksi menahun.
Dilihat dari factor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah
plasenta previa, bekas seksio sesaria, pernah dilakukan kuret berulang
dan multiparitas sehingga kemungkinan sebagian kecil dari plasenta
masih tertinggal dalam uterus dan menimbulkan PPP primer atau
sekunder (Saifuddin, 2006 : 527)
2) Riwayat kesehatan sekarang
Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar, atau
setelah melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon
yang tidak lengkap paada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan
masih ada perdarahan dari ostium uteri eksternum pada saat kontraksi
rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terkait (Saifuddin, 2006
: 527).
4) Inspekulo
Jika serviks sudah menutup untuk mengetahui seberapa banyak apakah
ada sisa plasenta atau penyebab perdarahan menggunakan inspekulo.
e. Pemeriksaan Penunjang
Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah
sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau
adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan
adanya koagulopati (Saifuddin, 2002 :P-30).
2.2 Analisa Data
Analisa data menurut Kepmenkes No.938/2007 merupakan hasil dari
pengumpulan semua informasi yang akurat, relevan, dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Kriteria :
a. Data tepat, akurat dan lengkap
b. Terdiri dari Data Subyektif (hasil Anamnesa : Biodata, keluhan utama,
riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)
c. Data Obyektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan
penunjang)
2.3 Perumusan Diagnosa
Menurut Kepmenkes RI (No 938/2007).Langkah berikutnya dalam
melakukan asuhan kebidanan yaitu menegakkan diagnose. Dalam hal ini bidan
menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterprestasikannya
secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang
tepat. Kriteria perumusan diagnosa atau masalah :
1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
3. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi, dan
rujukan.
2.4 Perencanaan
Diagnosa : P1>1APIAH dengan retensio plasenta, KU ibu baik/buruk. Prognosa
baik/buruk.
Tujuan : Plasenta dapat dikeluarkan dan tidak terjadi komplikasi.
Kriteria Hasil :
a. Keadaan umum ibu baik
b. TTV dalam batas normal :
TD : 110/70 – 140/90 mmHg N : 60-90 x/menit
RR : 18-24 x/menit S : 36-37,50C
c. Tidak terjadi perdarahan post partum
15
11. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri di atas
fundus agar uterus tidak naik. Dengan tangan kanan yang berada di dalam
uterus carilah tepi plasenta terlepas. Telapak tangan kanan menghadap ke
atas lalu lakukan gerakan mengikis kesamping untuk melepaskan plasenta
dari dinding uterus.
12. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap keluarkan plasenta dengan hati-
hati dan perlahan (jangan hanya memegang sebagian plasenta dan
menariknya keluar).
13. Bila plasenta sudah lahir, segera lakukan masase uterus. Bila tidak ada
kontraksi lakukan masase uterus agar terjadi kontraksi dan pengeluaran
bekuan darah secara bersamaan.
14. Periksa plasenta dan selaputnya. Jika tak lengkap, periksa lagi kavum uteri
dan keluarkan potongan plasenta yang tertinggal, dengan cara seperti diatas.
15. Periksa robekan terhadap vagina. Jahit robekan, bila perlu.
16. Bersihkan ibu agar ibu merasanyaman.
17. Jika ragu plasenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak terkendali,
maka rujuk ibu ke rumah sakit dengan segera.
18. Buat pencatatan yang akurat.
2.5 Pelaksanaan
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/ pasien, dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan. (Kepmenkes No 938/2007).
2.6 Evaluasi
Standar evaluasi menurut KEPMENKES RI No. 938/MENKES/SK/VIII/
2007/ Tentang Asuhan Kebidanan adalah sebagai berikut :
1. Pernyataan standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam pemberian
asuhan kebidanan.
2. Dokumentasi
18
Petugas
Mahasiswa
19
BAB 3
TINJAUAN KASUS
20
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca
sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah yang penulis susunan ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlyn, 2001. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Jakarta : EGC.
Estiwidani, Dwiana, dkk. 2008. Konsep Kebidanan.Yogyagkarta : Fitramaya.
JNPK-KR. 2008. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.
Jakarta : JNPK-KR.
Hamilton, Persis mary. 2005. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. EGC:
Jakarta.
Ibrahim, Cristina. 1998. Perawatan Kebidanan. Jakarta : Bharata.
Kepmenkes RI No. 938/Menkes/SK/VIII/2007.Standar Asuhan Kebidanan.
Manuaba, Ida Ayu Candranita,dkk. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan
dan KB. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2006. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC: Jakarta
Manuaba, Ida Ayu Candranita,dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan
dan KB. Jakarta : EGC.
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Mochtar,Rustam.2012.Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obsteetri Patologi
Jilid 1 Edisi 3. Jakarta : EGC.
Saifudin,Abdul Bari.2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBPSP
Saifudin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Saifudin,Abdul Bari.2009.Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBPSP.
Saifudin, Abdul Bari.2010. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBPSP.
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obtetri Fisiologi. Bandung : Elemen.
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4. Jakarta : EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
22