Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemantauan Antepartum
Pemeriksaan dan pemantauan antenatal adalah standar pelayanan
kehamilan yang bertujuan memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan umum dan tumbuh kembang janin, mengenali secara dini adanya
ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, deteksi
risiko tinggi (anemi, kurang gizi, hipertensi, penyakit menular seksual),
memberikan pendidikan kesehatan serta mempersiapkan persalinan cukup
bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma
seminimal mungkin.
Tujuan pemantauan janin antepartum adalah untuh mencegah kematian
janin. Beberapa keadaan memerlukan pemantauan karena berkaitan dengan
meningkatnya morbiditas dan mortalitas perinatal, misalnya pertumbuhan
janin terhambat (PJT), gerakan janin berkurang, kehamilan post-term
(≥42minggu), preeklampsia/hipertensi kronik, diabetes mellitus, ketuban
pecah pada kehamilan preterm, dan solusio plasentae. Identifikasi pasien yang
memiliki risiko tinggi , mutlak dilakukan karena berkaitan dengan tata laksana
yang harus dilakukan. Kegagalan mengantisipasi adanya faktor risiko, dapat
berakibat fatal.

2.2 Macam-macam Pemeantauan Antepartum


2.2.1 NST
A. Pengertian
NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan
kardiotokografi, pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut jantung
dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat
kehamilan maupun persalinan.
Pemantauan elektronik janin berkelanjutan (Continous Electronic Fetal
Monitoring) dapat dilakukan dengan dua cara :

1
1) Pemantauan Internal dengan meletakkan electrode pada kulit kepala
janin (selaput ketuban sudah pecah / dipecah). Seperti pada gambar di
bawah ini.

Gambar 2.1 Pemeriksaan NST Internal

2) Pemantauan Eksternal (indirect) dimana DJJ dan kontraksi uterus


dipantau melalui tranduser yang diletakkan pada dinding abdomen
ibu. Seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2 Pemeriksaan NST

Tes ini bersifat non-invasif dan dilakukan untuk menilai keadaan


bayi. Bisa dilakukan sebagai rutinitas pada setiap pasien hamil yang
hendak bersalin (admission test). Denyut jantung bayi di monitor dan
direkam. Tes ini terutama dilakukan jika usia kehamilan melewati
tanggal perkiraan taksiran persalinan (due date) atau ibu hamil
dengan hamil berisiko tinggi.

2
Berikut ini kondisi dimana tes ini dilakukan:
 Ibu yang diabetes.
 Tekanan darah tinggi.
 Gangguan pertumbuhan bayi.
 Bayi kurang aktif bergerak.
 Air ketuban terlalu banyak atau terlalu sedikit.
 Hamil lewat waktu.
 Ada riwayat kematian janin dalam rahim di trimester 2 pada
kehamilan sebelumnya.
B. Fungsi
Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran djj dalam
hubungannya dengan gerakan / aktivitas janin. Adapun penilaian NST
dilakukan terhadap frekuensi dasar denyut janin (baseline, variabilitas
(variability) dan timbulnya akselerasi yang sesuai gerakan /aktifitas
janin (Fetal Activity Determination/ FAD). Dilakukan untuk menilai
apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi
menerima cukup oksigen. Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung
janin ( djj ) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin.
Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi
denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan
bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Baseline :
1. Normal = 110 – 160 beats/min
2. Tachycardia – Moderate 160 – 180 beats/min
3. Severe > 180 beats/min
4. Bradycardia – Moderate 100 – 110 beats/min
Severe < 100 beats/min

Variability:
Normal >5 beats/min
Reduced 3 – 5 beats/min
Absent < 3 beats/min

3
Gambar 2.3 Output Fetal Heart Monitor

C. Indikasi
 Beberapa indikasi tes antepartum pada ibu, yaitu : Sindrom
antifosfolipid Hipertiroidisme Hemoglobinopati Penyakit jantung
sianosis Lupus aritematosus sistemik Penyakit ginjal kronis Diabetes
mellitus tipe I Gangguan hipertensi.
 Indikasi obstetri untuk tes antepartum pada ibu, yaitu : Kecurigaan
pertumbuhan intrauteri terhambat (IUGR) pada kehamilan saat ini.
Riwayat IUGR pada kehamilan sebelumnya. Diabetes sebelum
hamil. Diabetes kehamilan. Hipertensi kronis. Hipertensi kehamilan.
Pre- eklamsia.
 Kehamilan kembar. Oligohidramnion. Kehamilan pascamatur.
Isoimunisasi Rh. Ketuban pecah dini. Penurunan gerakan janin.
Kelahiran mati pada kehamilan sebelumnya.
Dugaan Terjadinya ganguan
Dugaan terjadinya gangguan kesehatan janin adalah indikasi untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan janin:
- Ibu berbaring dan miring kiri.
- DJJ dan kontraksi uterus dipantau terus menerus melalui transduser
pada dinding abdomen ibu.
- Ibu diminta memencet tombol khusus saat merasakan adanya gerakan
janin
- Ditentukan adanya perubahan pada frekuensi DJJ akibat gerakan janin
dan kontraksi uterus: 1) NORMAL: Respon perubahan DJJ saat ada

4
gerakan janin adalah > 15 dpm diatas nilai dasar dan sekurang
kurangnya berlangsung selama 15 detik
2) REAKTIF : Bila terdapat 2 akselerasi dalam periode 20 menit dan
janin dalam keadaan baik
Patofisiologi
Aktifitas dinamika jantung dipengaruhi oleh sistem saraf autonom
yaitu simpatis dan parasimpatis. Bunyi jantung dasar dan variabilitas
dari jantung janin normal terjadi bila oksigenasi jantung normal. Bila
cadangan plasenta untuk nutrisi (oksigen) cukup, maka stres intrinsik
(gerakan janin) akan menghasilkan akselerasi bunyi jantung janin, dan
stres ekstrinsik (kontraksi rahim) tidak akan mengakibatkan deselerasi.
D. Hasil Pengukuran dan Cara Membaca Hasil Perekaman NST
1) REAKTIVITAS dan DJJ NORMAL
Frekuensi DJJ normal 110 – 160 dpm. Nilai dasar ( “base line”
rate adalah frekuensi DJJ selama 10 menit ) secara normal memiliki
variasi
periodik
berupa

akselerasi (nilai diatas base line) dan deselerasi (nilai dibawah “base
line”).

5
Gambar 2.4 Grafik Base Line Normal
Pemeriksaan DJJ janin REAKTIF dan NORMAL : Terdapat 2
akeselerasi sebesar sekurangnya 15 dpm yang berlangsung
sekurangnya selama 15 detik dalam observasi DJJ selama 20 menit.
2) Penilaian nilai dasar denyut jantung janin
- Ini memerlukan penentuan NILAI yang diambil (denyut per menit
) dan VARIABILITAS.
- Nilai normal dan tidak normal terlihat dibawah ini.

Tabel 2.1 DPM Janin


Nilai dasar variabilitas dapat dibagi menjadi interval jangka pendek
dan interval jangka panjang :
a) Variabilitas jangka pendek atau “beat to beat variablity
 Fluktuasi variabilitas jangka pendek normal adalah
antara 5 – 25 dpm
 Fluktuasi < 5 dpm cenderung dikatakan abnormal dan bila
disertai dengan deselerasi maka keadaan ini menunjukkan
adanya gawat janin berat.
1. Variabilitas jangka panjang
 Variabilitas jangka panjang normal adalah antara 3 – 10
dpm
 Variabilitas ini merupakan penurunan fisiologis yang
terjadi pada janin tidur dan umumnya berlangsung tidak
lebih dari 25 menit.
b) Perubahan denyut jantung janin periodik

6
Terjadi perubahan pada nilai dasar DJJ yang berhubungan
dengan kontraksi uterus. Respon terhadap kontraksi uterus dapat
digolongkan sebagai berikut :
- Tidak terjadi perubahan
- Akselerasi : peningkatan frekuensi DJJ terkait dengan kontraksi
utrerus (respon normal)
- Deselerasi : penurunan frekuensi DJJ terkait dengan kontraksi
uterus (respon abnormal) , terbagi menjadi
o Dini
o Lambat
o Variabel
o Campuran

Tabel 2.2 Pola Detak Jantung Janin

3) Deselerasi
Deselerasi selama persalinan di interpretasi sesuai dengan saat
terjadinya berkaitan dengan kontraksi uterus.
 Deselerasi Dini
- Saat terjadinya, puncak dan akhir kejadian sejalan dengan kontraksi
uterus.
- Derajat deselerasi sebanding dengan kekuatan kontraksi .
- Efek terjadi akibat aktivasi nervus vagus
- Merupakan keadaan normal dan disebabkan oleh kompresi kepala.
- Tidak memerlukan intervensi

7
Gambar 2.5 Deselerasi Dini
 Deselerasi Lambat
- Perhatikan gambar dibawah
- Kejadian dimulai saat puncak kontraksi uterus dan berakhir sesaat
setelah kontraksi uterus berakhir
- Terjadi akibat insufisiensi uteroplasenta (kurangnya pasokan darah
uteroplasenta) selama kontraksi.
- Tindakan :
o Ibu berbaring miring.
o O2 sungkup.
o Hentikan oksitosin.
o Tokolitik.
o Bila berlangsung > 30 menit periksa pH darah dan
pertimbangkan SC

8
Gambar 2.6 Deselerasi Lambat
 Deselerasi Variabel
- Keadaan abnormal dan dapat bersifat sedang atau berat.
- Terjadi akibat kompresi talipusat/kepala
- Bila berulang : lilitan talipusat ?
- Intervensi :
o Amnioinfusion
o Merubah posisi ibu : Trendelenburg
4) Takikardia janin
RINGAN = 161 – 180 dpm
BERAT = ≥ 181 dpm
etiologi :
- Infeksi intrauterin
- Hipoksia berat janin
- Penyakit jantung congenital
5) “Beat To Beat Variability”
 Variasi dikendalikan terutama oleh sistem saraf otonom : salah satu
petunjuk dari intergritas sistem saraf pusat janin.
 Pada kehamilan < 28 minggu, janin masih “neurologically immature”
sehingga dapat mudah terlihat adanya penurunan variabilitas.

9
6) “SHORT-TERM VARIABILITY”
 Variabilitas dikendalikan oleh otak janin melalui pengaruh simfatis &
parasimpfatis.
 Penurunan variabilitas merupakan keadaan normal selama janin tidur
dan segera kembali ke nilai normal dalam waktu 20 – 40 menit.
 Penurunan varibilitas dapat terjadi pada:
- Pasca pemberian obat narkotik
- Keadaan hipoksia dan asidosis dan disertai dengan kelainan DJJ lain
seperti deselerasi lambat, takikardia, bradikardia dan deselerasi
variabel yang berat.

Gambar 2.7 Variabilitas Jangka Pendek

7) “LONG-TERM VARIABILITY”

Gambar 2.8 Variabilitas Jangka Panjang

10
 Bentuk dari “variabilitas jangka panjang” adalah berupa sayap yang
lebar dan terjadi beberapa kali dalam satu menit.
 Salah satu bentuk dari variabilitas jangka panjang yang bermakna
disebut sebagai akselerasi.
 Keadaan diatas umumnya merupakan respon dari gerakan janin dan
biasanya berkisar sekitar 15 dpm diatas nilai dasar dan berlangsung
selama ≥ 10 – 20 detik.
 VJP kadang dapat ditimbulkan dengan merangsang kulit kepala janin
selama VT atau dengan stimulasi akustik.
 Adanya akselerasi DJJ adalah menunjukkan bahwa janin dalam
keadaan sehat dan dapat mentoleransi lingkungan uterus dengan
baik.

Interpretasi hasil.
a. Reaktif:
1) Terdapat gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit, disertai
dengan akselerasi sedikitnya 15 dpm.
2) Frekuensi dasar djj di luar gerakan janin antara 120 – 160 dpm.
3) Variabilitas djj antara 5 – 25 dpm atau 6 atau lebih per menit.
4) Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola “omega” pada NST
yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan
diulang 1 minggu kemudian.
5) Pada pasien diabetes mellitus tipe IDDM pemeriksaan diulang tiap
hari, tipe yang lain dulang tiap minggu
b. Non-reaktif:
1) Gerakan janin kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit,
2) Tidak terdapat akselerasi pada denyut jantung janin meskipun
diberikan rangsangan dari luar
3) Frekuensi dasar djj abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih dari
160 dpm).
4) Variabilitas djj kurang dari 2 dpm.
c. Meragukan:
1) Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat

11
akselerasi yang kurang dari 15 dpm.
2) Frekuensi dasar djj abnormal.
3) Variabilitas djj antara 2 – 5 dpm.
d. Sinusoidal, bila :
2) Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal.
3) Tidak ada gerakan janin
4) Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-
paru janin matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada
keadaan isoimunisasi-RH.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya
diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan
pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak
bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih
lanjut mungkin diperlukan.
e. Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non
reaktif) apabila ditemukan :
1) Bradikardi
2) Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90
dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih.
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila
janin sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila
janin belum viable
Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti dengan keadaan janin yang baik
sampai 1 minggu kemudian (spesifisitas 95% - 99%). Hasil NST yang
non-reaktif disertai dengan keadaan janin yang jelek (kematian perinatal,
nilai Apgar rendah, adanya deselerasi lambat intrapartum), dengan
sensitivitas sebesar 20%. Hasil NST yang meragukan harus diulang dalam
waktu 24 jam. Oleh karena rendahnya nilai sensitivitas NST, maka setiap
hasil NST yang non-reaktif sebaiknya dievaluasi lebih lanjut dengan
contraction stress test (CST), selama tidak ada kontraindikasi.

12
2.2.2 Stimulasi Akustik

Pada kebanyakan tes non reaktif yang disebabkan kondisi tidur bayi,
harus dilakukan suatu usaha manipulasi untuk menstimulasi janin dengan
memanipulasi uterus atau stimulasi akustik serta melanjutkan pemantauan
janin pada periode 20 atau 30 menit. 6 Uji stimulasi akustik mengevaluasi
respon DJJ terhadap stimulasi akustik. Akselerasi DJJ dengan stimulasi
vibroakustik, juga gerakan janin merupakan perkiraan hasil akhir janin.
Tes ini disebut juga fetal acoustic stimulation test atau FAST.

Bunyi eksternal yang keras pernah digunakan untuk mengagetkan


janin, memicu akselerasi denyut jantungnya. Eller dkk. (1995)
menggunakan suatu stimulator akustik komersial (corometrics model 146)
untuk mengukur tingkat bunyi intrauterus. Intensitas suara antara 100
sampai 105 dB (100dB dihasilkan oleh pesawat jet yang lepas landas)
dipertahankan sampai stimulator dipindahkan lebih dari 20 cm dari perut
ibu. Untuk melakukan stimulasi akustik , dipasang sebuah laring buatan di
abdomen ibu dan diberikan rangsangan selama 1 sampai 2 detik. Hal ini
dapat diulang sampai 3 kali dan lamanya sampai 3 detik

13
Daftar Pustaka

Anitasari, Bestfy. 2015. A Mobile Wearable Wireless Fetal Heart Monitoring


System (System Monitor Detak Jantung Janin Berbasis Nirkabel).
http://dokumen.tips/documents/tugas-uts-bestfy.html
Arma, Nuriah Dkk. 2015. Bahan Ajar Obstetri Fisiologi. Yogyakarta :
Deepublish.

14

Anda mungkin juga menyukai