Anda di halaman 1dari 79

KARDIOTOKOGRAFI

JANIN

dr. Nuniek Kharismawati, Sp.OG

SMF OBGYN RSUD AL IHSAN


Bandung 2020
 Angka
morbiditas dan mortalitas perinatal
 indikator kualitas pelayanan obstetri

 Angkamortalitas perinatal Indonesia 


77,3-137,7 per 1.000 kelahiran hidup

 60% mortalitas perinatal Hipoksia


intrauterin
ISU SEPUTAR CTG

 Mendeteksi hipoksia janin yaitu


mengurangi dan menghindari kerusakan pada
janin dan meningkatkan luaran janin dan
bayi.
 Asidosis berat dapat mengakibatkan
perubahan frekuensi denyut janin
 Bisa terjadi pada respon fisiologis normal
dalam persalinan.
 Pengetahuan tentang KTG fisiologis dan
patofisoliogi akan meningkatkan luaran
janinbayi
Masalah KTG dan Realitas

 Pemantauan KTG Intra-partum sekarang


dianggap wajib untuk kehamilan berisiko tinggi.

 Kesulitan dengan interpretasi mencakup


lebih percaya diri dan tidak hanya perbedaan
pendapat antara praktisi tetapi, juga ketika
praktisi sama menginterpretasikan KTG yang
sama dua kali.

 Meningkatkan tingkat CS 1,41% RR.


Masalah KTG dan Realitas

 Meningkatkan persalinan pervaginam


operatif 1,20% RR.

 Dan tidak ada perubahan dalam


insidens serebral palsi (CP).

 Pengurangan kejang neonatal 0,51%.

 Tidak ada perbedaan dalam skor


Apgar.
Fakta KTG

 Tingkat kepercayaan interpretasi rendah.

 50-75% positif palsu.

 Positif palsu dapat dikurangi dengan FBS


(fetal blood sampling) sebesar 105.

 FBS sensitivitas 93%, Positif palsu 6%.

 pH Vs Laktat - 39% Vs 2.3(RR 16.7).


 Kardiotokografi metoda elektronik
memantau kesejahteraan janin melalui
penilaian pola denyut jantung janin dalam
hubungannya dengan adanya kontraksi
ataupun aktifitas janin dalam rahim.
 1.Denyut jantung janin basal (Basal fetal
heart rate )jantung janin saat uterus
relaksasi
 1) Frekuensi dasar djj
 2) Variabilitas

Perubahan periodik (reactivity),  saat


 2.

ada gerakan janin atau kontraksi uterus


 Frekuensi rata-rata denyut jantung yang
terlihat 10 menit,
 Tanpa variabilitas >dari 25 dpm,
 Frekuensi dasar denyut jantung janin
berkisar antara 120- 160 dpm, ada yg
memakai batasan 100-180 dan 115-160
dpm
 Gambaran osilasi yang tak teratur, tampak
pada rekaman denyut jantung janin.
 Variabilitas denyut jantung janin diduga

keseimbangan interaksi dari sistem


simpatis (kardioselektor) dan parasimpatis
(kardiodeselerator).
 Berkurangnya variabilitas denyut jantung

janin hipoksia /keadaan lain


1) Variabilitas jangka pendek (short term
variability)
 Antara 2-3 dpm.

 Arti klinis -> belum banyak diketahui.

2) Variabilitas jangka panjang (long term


variability)
 Gambaran osilasi yang lebih kasar dan
lebih jelas
 Rata-rata siklus 3-6 kali permenit.
 Deselerasi dini ditandai dengan:
 Penurunan amplitudo tidak >20 dpm,

lamanya < 90 detik


 Frekuensi dasar djj dan variabilitas N

 Timbul dan menghilangnya

bersamaan/sesuai dengan kontraksi


uterus (seperti cermin).
 Bervariasi,
baik saat timbulnya, lamanya,
amplitudo dan bentuknya
 Berat  rule of sixty yaitu deselerasi mencapai

60 dpm lamanya lebih dari 60 detik.


 Waktu timbulnya sekitar 20 – 30 detik setelah
kontraksi uterus dimulai, berakhirnya sekitar
20 – 30 detik setelah kontraksi uterus
menghilang
 Lamanya kurang dari 90 detik, timbulnya

berulang pada setiap kontraksi


 Deselerasi lambat  patologis
CARA PENILAIAN CTG

KATAGORI I :Pola DJJ Normal

1.Frekuensi dasar DJJ : 110 – 160 dpm

2.Variabilitas DJJ : moderat (5 – 25 dpm)

3.Tidak ada deselerasi lambat dan variabel

4.Tidak ada atau ada deselerasi dini

5.Ada atau tidak ada akselerasi


CARA PENILAIAN CTG
KATAGORI II : Pola DJJ Ekuivokal

Frekuensi Dasar dan Variabilitas


1.Frekuensi dasar DJJ : Bradikardia (<110 dpm) yang
tidak disertai hilangnya variabilitas (absent variability)

2.Takhikardia ( DJJ >160 dpm)

3.Variabilitas minimal (1 – 5 dpm)

4.Tidak ada variabilitas, tanpa disertai deselerasi


berulang

5.Variabilitas > 25 dpm (marked variability)


CARA PENILAIAN CTG

KATAGORI II : Pola DJJ Ekuivokal


Perubahan Periodik
1. Tidak ada akselerasi DJJ setelah janin distimulasi
2. Deselerasi variabel berulang yang disertai variabilitas
DJJ minimal atau moderat
3. Deselerasi lama (prolonged deceleration) > 2 menit
tetapi < 10 menit
4. Deselerasi lambat berulang disertai variabilitas DJJ
moderat (moderate baseline variability)
5. Deselerasi variabel disertai gambaran lainnya, misal
kembalinya DJJ ke frekuensi dasar lambat atau ada
gambaran overshoot
CARA PENILAIAN CTG

KATAGORI III : Pola DJJ abnormal

Tidak ada variabilitas DJJ (absent FHR


variability) disertai oleh :
1. Deselerasi lambat berulang
2. Deselerasi variabel berulang
3. Bradikardia
4. Pola sinusoid (sinusoidal pattern)
 Freeman (1975) serta Lee dkk (1975)
memperkenalkan uji non stress 
akselerasi denyut jantung janin dalam
respons terhadap gerakan janin
 Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai

gambaran denyut jantung janin dalam


hubungannya dengan gerakan atau
aktivitas janin.
INTERPRETASI HASIL
 NORMAL
 Baseline rate 120-160 bpm
 Gerakan janin >2x dalam 20 menit, disertai dengan akselerasi
 Variability > 10 bpm
 Decelerations : -
 Accelerations : +

 SUSPICIOUS
 Baseline rate 100-180 bpm
 Gerakan janin <2 menit dalam 20 menit, atau terdapat akselerasi
 Variability 5-10 bpm
 Decelerations : - / + (early, variable < 60)
 Accelerations : -

 PATOLOGIS
 Baseline rate < 100 or > 180 bpm
 Tidak ada gerakan janin dalam 20 menit , atau tidak terdapat akselerasi
 Variability < 5 bpm
 Decelerations : + (late, variable > 60)
 Accelerations : -
 Sinusoidal pattern
 Menilai gambaran denyut jantung janin
dalam hubungannya dgn fungsi
uteroplasenta dengan adanya kontraksi
 Kontraksi uterus  peningkatan

miometrium dan amnion  pembuluh


darah miometrium kolaps gangguan
sesaat pertukaran oksigen deselerasi
lambat denyut janin (patologi)
Konta Indikasi Contraction Stress Test (CST)

 Absolut : resiko ruptur uteri, perdarahan


antepartum, tali pusat terkemuka
 Relatif : ketuban pecah prematur,

kehamilan kurang bulan, kehamilan


ganda, inkompetensia servik, disproporsi
sefalo-pelvik
 Hasil CST yang negatif keadaan janin
yang masih baik (spesifitas 99%).
 hasil CST yang positif outcome perinatal

yang tidak baik


Thank you!

Any questions?
Latihan Soal

Anda mungkin juga menyukai