· Pembukaan serviks
· Pendataran serviks
· Penurunan kepala (station)
· Konsistensi serviks
· Posisi serviks
Faktor Nilai
0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 ≥5
Pendataran serviks 0-30 40-50 60-70 ≥ 80
(%)
Penurunan kepala -3 -2 -1, 0 +1, +2
diukur dari bidang
HIII (cm)
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak -
Posisi serviks Kebelakang Searah sumbu Kedepan -
jalan lahir
Keterangan:
· Metode ini telah digunakan selama beberapa tahun dan telah terbukti memuaskan.
· Nilai Bishop ≥ 6 bisa berhasil induksi dan persalinan pervaginam.
· Seleksi pasien untuk induksi persalianan dengan letak verteks.
· Dipakai pada multiparitas dan kehamilan 36 minggu atau lebih.
KONSEP UMUM
Prostaglandine E2
Dinoprostone lokal dalam bentuk jelly ( Prepidil ) yang diberikan dengan aplikator khusus intraservikal
dengan dosis 0.5 mg.
Dinoproston vaginal suppositoria 10 mg (Cervidil).
Pemberian prostaglandine harus dilakukan di kamar bersalin.
Pemberian oksitosin drip paling cepat diberikan dalam waktu 6 – 12 jam pasca pemberian
prostaglandine E2.
Efek samping: Tachysystole uterine pada 1 – 5% kasus yang mendapat prostaglandine suppositoria.
Prostaglandine E1
Misoprostol (Cytotec) dengan sediaan 100 dan 200 µg.
Pemberian secara intravagina dengan dosis 25 µg pada fornix posterior dan dapat diulang
pemberiannya setelah 6 jam bila kontraksi uterus masih belum terdapat.
Bila dengan dosis 2 x 25 µg masih belum terdapat kontraksi uterus, berikan ulang dengan dosis 50 µg.
Pemberian Misoprostol maksimum pada setiap pemberian dan dosis maksimum adalah 4 x 50 µg ( 200
µg ).
Dosis 50 µg sering menyebabkan :
• Tachysystole uterin
• Mekonium dalam air ketuban
• Aspirasi Mekonium
Pemberian per oral: Pemberian 100 µg misoprostol peroral setara dengan pemberian 25 µg per vaginam
Gambar10-1:
1. Pemasangan laminaria didalam kanalis servikalis
2. Laminaria mengembang
3. Ujung laminaria melebihi ostium uteri internum (pemasangan yang salah)
4. Ujung laminaria tidak melewati ostium uteri internum (pemasangan yang salah)
“Stripping of the membrane”
Metode efektif dan aman untuk mencegah kehamilan posterm.
Menyebabkan peningkatan kadar Prostaglandine serum.
AMNIOTOMI
Pecahnya selaput ketuban (spontan atau artifisial ) akan mengawali rangkaian proses berikut:
• Cairan amnion mengalir keluar dan volume uterus menurun;
• Produksi prostaglandine, sehingga merangsang proses persalinan;
• HIS mulai terjadi (bila pasien belum inpartu) ; menjadi semakin kuat ( bila sudah inpartu)
Tehnik :
• Perhatikan indikasi
• CATATAN : Pada daerah dengan prevalensi HIV tinggi, pertahankan selaput ketuban selama
mungkin untuk mengurangi resiko penularan HIV perinatal
• Dengar dan catat DJJ
• Baringkan pasien dengan tungkai fleksi dan kedua tungkai saling menjauh dan kedua lutut
terbuka
• Gunakan sarung tangan steril, lakukan VT dengan tangan kanan untuk menilai konsistensi –
posisi – dilatasi dan pendataran servik
• Masukkan “amniotic hook” kedalam vagina
• Tuntun “amniotic hook” kearah selaput ketuban dengan menyusuri jari-jari dalam vagina
• Dorong selaput ketuban dengan jari-jari dalam vagina dan pecahkan selaput ketuban dengan
ujung instrumen
• Biarkan cairan amnion mengalir perlahan sekitar jari dan amati cairan amnion yang keluar
• Setelah pemecahan ketuban, dengarkan DJJ selama dan setelah HIS
• Bila DJJ < 100 atau > 180 dpm : dugaan terjadi GAWAT JANIN .
• Bila persalinan diperkirakan TIDAK TERJADI DALAM 18 JAM berikan antibiotika
profilaksis untuk mengurangi kemungkinan infeksi GBS pada neonatus:
• Penicillin G 2 juta units IV; atau Ampicillin 2 g IV, tiap 6 jam sampai persalinan; Bila tidak
ditemukan gejala infeksi pasca persalinan, hentikan pemberian antibiotika
• Bila setelah 1 jam tidak nampak tanda-tanda kemajuan persalinan MULAILAH PEMBERIAN
OKSITOSIN INFUS
• Bila indikasi induksi persalinan adalah PENYAKIT MATERNAL IBU YANG BERAT ( sepsis
atau eklampsia) mulailah melakukan infuse oksitosin segera setelah amniotomi.
Komplikasi amniotomi:
1. Infeksi
2. Prolapsus funikuli
3. Gawat janin
4. Solusio plasenta
Jika masih tidak tercapai kontraksi uterus adekuat dengan konsentrasi yang lebih tinggi
tersebut maka:
• Pada multipgravida : induksi dianggap gagal dan lakukan sectio caesar.
• Pada primigravida, infuse oksitosin dapat dinaikkan konsentrasinya yaitu :
• 10 Unit dalam 400 ml Dextrose 5% (atau PZ) , 30 tetes permenit
• Naikkan jumlah tetesan dengan 10 tetes permenit setiap 30 menit sampai tercapai
kontraksi uterus adekuat.
• Jika sudah mencapai 60 tetes per menit, kontraksi uterus masih tidak adekuat maka
induksi dianggap gagal dan lakukan Sectio Caesar.
Jangan berikan oksitosin 10 Unit dalam 500 ml Dextrose 5% pada pasien multigravida
dan atau penderita bekas sectio caesar