Anda di halaman 1dari 7

Faktor yang dinilai :

· Pembukaan serviks
· Pendataran serviks
· Penurunan kepala (station)
· Konsistensi serviks
· Posisi serviks

Faktor Nilai
0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 ≥5
Pendataran serviks 0-30 40-50 60-70 ≥ 80
(%)
Penurunan kepala -3 -2 -1, 0 +1, +2
diukur dari bidang
HIII (cm)
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak -
Posisi serviks Kebelakang Searah sumbu Kedepan -
jalan lahir

Keterangan:
· Metode ini telah digunakan selama beberapa tahun dan telah terbukti memuaskan.
· Nilai Bishop ≥ 6 bisa berhasil induksi dan persalinan pervaginam.
· Seleksi pasien untuk induksi persalianan dengan letak verteks.
· Dipakai pada multiparitas dan kehamilan 36 minggu atau lebih.

KONSEP UMUM

INDUKSI PERSALINAN ELEKTIF


Saat ini sudah terbukti bahwa tindakan induksi persalinan semakin sering dilakukan. American College
of Obstetricians and Gynecologists (1999a) berdasarkan resiko persalinan yang berlangsung secara
cepat, tidak mendukung tindakan ini kecuali untuk indikasi-indikasi tertentu (rumah parturien yang
jauh dari rumah sakit atau alasan psikososial).
Luthy dkk (2002): Tindakan induksi persalinan berhubungan dengan kenaikan angka kejadian tindakan
sectio caesar.
Hoffman dan Sciscione (2003): Induksi persalinan elektif menyebabkan peningkatan kejadian sectio
caesar 2 – 3 kali lipat.
Induksi persalinan elektif pada kehamilan aterm sebaiknya tidak dilakukan secara rutin mengingat
bahwa tindakan sectio caesar dapat meningkatkan resiko yang berat sekalipun jarang dari pemburukan
out come maternal termasuk kematian.
Induksi persalinan eletif yang dirasa perlu dilakukan saat aterm ( ≥ 38 minggu) perlu pembahasan
secara mendalam antara dokter dengan pasien dan keluarganya.
INDUKSI PERSALINAN ATAS INDIKASI
Tindakan induksi persalinan dilakukan bila hal tersebut dapat memberi manfaat bagi ibu dan atau
anaknya.
INDIKASI:
1. Ketuban pecah dini dengan chorioamnionitis
2. Pre eklampsia berat
3. Ketuban pcah dini tanpa diikuti dengan persalinan
4. Hipertensi
5. Gawat janin
6. Kehamilan postterm
KONTRA INDIKASI:
1. Cacat rahim ( akibat sectio caesar jenis klasik atau miomektomi intramural)
2. Grande multipara
3. Plasenta previa
4. Insufisiensi plasenta
5. Makrosomia
6. Hidrosepalus
7. Kelainan letak janin
8. Gawat janin
9. Overdistensi uterus : gemeli dan hidramnion
10.Kontra indikasi persalinan spontan pervaginam:
• Kelainan panggul ibu (kelainan bentuk anatomis, panggul sempit)
• Infeksi herpes genitalis aktif
• Carcinoma cervix uteri

PEMATANGAN SERVIK PRA INDUKSI PERSALINAN


Tingkat kematangan servik merupakan faktor penentu keberhasilan tindakan induksi persalinan.
Tingkat kematangan servik dapat ditentukan secara kuantitatif dengan “BISHOP SCORE” yang dapat
dilihat pada tabel 13.1
Nilai > dari 9 menunjukkan derajat kematangan servik yang paling baik dengan angka keberhasilan
induksi persalinan yang tinggi
Umumnya induksi persalinan yang dilakukan pada kasus dilatasi servik 2 cm, pendataran servik 80% ,
kondisi servik lunak dengan posisi tengah dan derajat desensus -1 akan berhasil dengan baik.
Akan tetapi sebagian besar kasus menunjukkan bahwa ibu hamil dengan induksi persalinan memiliki
servik yang tidak “favourable” ( Skoring Bishop < 4 ) untuk dilakukannya induksi persalinan.
Tabel 10.1 Sistem Skoring Servik “BISHOP” yang digunakan untuk menilai derajat kematangan
servik
METODE PEMATANGAN SERVIK MEDIKAMENTOSA

Prostaglandine E2
Dinoprostone lokal dalam bentuk jelly ( Prepidil ) yang diberikan dengan aplikator khusus intraservikal
dengan dosis 0.5 mg.
Dinoproston vaginal suppositoria 10 mg (Cervidil).
Pemberian prostaglandine harus dilakukan di kamar bersalin.
Pemberian oksitosin drip paling cepat diberikan dalam waktu 6 – 12 jam pasca pemberian
prostaglandine E2.
Efek samping: Tachysystole uterine pada 1 – 5% kasus yang mendapat prostaglandine suppositoria.

Prostaglandine E1
Misoprostol (Cytotec) dengan sediaan 100 dan 200 µg.
Pemberian secara intravagina dengan dosis 25 µg pada fornix posterior dan dapat diulang
pemberiannya setelah 6 jam bila kontraksi uterus masih belum terdapat.
Bila dengan dosis 2 x 25 µg masih belum terdapat kontraksi uterus, berikan ulang dengan dosis 50 µg.
Pemberian Misoprostol maksimum pada setiap pemberian dan dosis maksimum adalah 4 x 50 µg ( 200
µg ).
Dosis 50 µg sering menyebabkan :
• Tachysystole uterin
• Mekonium dalam air ketuban
• Aspirasi Mekonium
Pemberian per oral: Pemberian 100 µg misoprostol peroral setara dengan pemberian 25 µg per vaginam

METODE PEMATANGAN SERVIK MEKANIS


1. Pemasangan kateter transervikal
2. Dilatator servik higroskopik ( batang laminaria )
3. “stripping” of the membrane

Pemasangan kateter Foley transervikal.


Tidak boleh dikerjakan pada kasus perdarahan antepartum, ketuban pecah dini atau infeksi.
Tehnik:
• Pasang spekulum pada vagina
• Masukkan kateter Foley pelan-pelan melalui servik dengan menggunakan cunam tampon.
• Pastikan ujung kateter telah melewati osttium uter internum
• Gelembungkan balon kateter dengan memasukkan 10 ml air
• Gulung sisa kateter dan letakkan dalam vagina
• Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi uterus atau maksimal 12 jam
• Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkannya dan kemudian lanjutkan dengan infuse
oksitosin.
Dilatator servik higroskopik
Dilakukan dengan batang laminaria.
Dilakukan pada keadaan dimana servik masih belum membuka.
Pemasangan laminaria dalam kanalis servikalis.
12 – 18 jam kemudian kalau perlu dilanjutkan dengan infus oksitosin sebelum kuretase.

Gambar10-1:
1. Pemasangan laminaria didalam kanalis servikalis
2. Laminaria mengembang
3. Ujung laminaria melebihi ostium uteri internum (pemasangan yang salah)
4. Ujung laminaria tidak melewati ostium uteri internum (pemasangan yang salah)
“Stripping of the membrane”
Metode efektif dan aman untuk mencegah kehamilan posterm.
Menyebabkan peningkatan kadar Prostaglandine serum.

INDUKSI & AKSELERASI PERSALINAN


Dilakukan dengan menggunakan oksitosin sintetis.
Induksi persalinan dan akselerasi persalinan dilakukan dengan cara yang sama tapi dengan tujuan yang
berbeda.
Induksi Persalinan (induction of labour): merangsang uterus untuk mengawali proses persalinan.
Akselerasi Persalinan (augmented of labour) : merangsang uterus pada proses persalinan untuk
meningkatkan frekuensi – durasi dan kekuatan kontraksi uterus [HIS].
Pola persalinan yang BAIK adalah bila terdapat 3 HIS dalam 10 menit dengan masing-masing HIS
berlangsung sekitar 40 detik.
Bila selaput ketuban masih utuh, dianjurkan bahwa sebelum melakukan induksi atau akselerasi
persalinan terlebih dahulu dilakukan Pemecahan Selaput Ketuban (ARM ~ Artificial Rupture of
Membranes atau amniotomi)

AMNIOTOMI
Pecahnya selaput ketuban (spontan atau artifisial ) akan mengawali rangkaian proses berikut:
• Cairan amnion mengalir keluar dan volume uterus menurun;
• Produksi prostaglandine, sehingga merangsang proses persalinan;
• HIS mulai terjadi (bila pasien belum inpartu) ; menjadi semakin kuat ( bila sudah inpartu)

Tehnik :

• Perhatikan indikasi
• CATATAN : Pada daerah dengan prevalensi HIV tinggi, pertahankan selaput ketuban selama
mungkin untuk mengurangi resiko penularan HIV perinatal
• Dengar dan catat DJJ
• Baringkan pasien dengan tungkai fleksi dan kedua tungkai saling menjauh dan kedua lutut
terbuka
• Gunakan sarung tangan steril, lakukan VT dengan tangan kanan untuk menilai konsistensi –
posisi – dilatasi dan pendataran servik
• Masukkan “amniotic hook” kedalam vagina
• Tuntun “amniotic hook” kearah selaput ketuban dengan menyusuri jari-jari dalam vagina
• Dorong selaput ketuban dengan jari-jari dalam vagina dan pecahkan selaput ketuban dengan
ujung instrumen
• Biarkan cairan amnion mengalir perlahan sekitar jari dan amati cairan amnion yang keluar
• Setelah pemecahan ketuban, dengarkan DJJ selama dan setelah HIS
• Bila DJJ < 100 atau > 180 dpm : dugaan terjadi GAWAT JANIN .
• Bila persalinan diperkirakan TIDAK TERJADI DALAM 18 JAM berikan antibiotika
profilaksis untuk mengurangi kemungkinan infeksi GBS pada neonatus:
• Penicillin G 2 juta units IV; atau Ampicillin 2 g IV, tiap 6 jam sampai persalinan; Bila tidak
ditemukan gejala infeksi pasca persalinan, hentikan pemberian antibiotika
• Bila setelah 1 jam tidak nampak tanda-tanda kemajuan persalinan MULAILAH PEMBERIAN
OKSITOSIN INFUS
• Bila indikasi induksi persalinan adalah PENYAKIT MATERNAL IBU YANG BERAT ( sepsis
atau eklampsia) mulailah melakukan infuse oksitosin segera setelah amniotomi.

Komplikasi amniotomi:
1. Infeksi
2. Prolapsus funikuli
3. Gawat janin
4. Solusio plasenta

TEHNIK PEMBERIAN OKSITOSIN DRIP


1. Pasien berbaring di tempat tidur dan tidur miring kiri
2. Lakukan penilaian terhadap tingkat kematangan servik.
3. Lakukan penilaian denyut nadi, tekanan darah dan his serta denyut jantung janin
4. Catat semua hasil penilaian pada partogram
5. 2.5 - 5 unit Oksitosin dilarutkan dalam 500 ml Dekstrose 5% (atau PZ) dan diberikan dengan
dosis awal 10 tetes per menit.
6. Naikkan jumlah tetesan sebesar 10 tetes permenit setiap 30 menit sampai tercapai kontraksi
uterus yang adekuat.
7. Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi > 60 detik atau lebih dari 4 kali kontraksi per 10
menit) hentikan infus dan kurangi hiperstimulasi dengan pemberian:
1. Terbutalin 250 mcg IV perlahan selama 5 menit atau
2. Salbutamol 5 mg dalam 500 ml cairan RL 10 tetes permenit
8. Jika tidak tercapai kontraksi yang adekuat setelah jumlah tetesan mencapai 60 tetes per menit:
9. Naikkan konsentrasi oksitosin menjadi 5 unit dalam 500 ml dekstrose 5% (atau PZ) dan
sesuaikan tetesan infuse sampai 30 tetes per menit (15mU/menit)
10.Naikan jumlah tetesan infuse 10 tetes per menit setiap 30 menit sampai kontraksi uterus
menjadi adekuat atau jumlah tetesan mencapai 60 tetes per menit.

Jika masih tidak tercapai kontraksi uterus adekuat dengan konsentrasi yang lebih tinggi
tersebut maka:
• Pada multipgravida : induksi dianggap gagal dan lakukan sectio caesar.
• Pada primigravida, infuse oksitosin dapat dinaikkan konsentrasinya yaitu :
• 10 Unit dalam 400 ml Dextrose 5% (atau PZ) , 30 tetes permenit
• Naikkan jumlah tetesan dengan 10 tetes permenit setiap 30 menit sampai tercapai
kontraksi uterus adekuat.
• Jika sudah mencapai 60 tetes per menit, kontraksi uterus masih tidak adekuat maka
induksi dianggap gagal dan lakukan Sectio Caesar.

Jangan berikan oksitosin 10 Unit dalam 500 ml Dextrose 5% pada pasien multigravida
dan atau penderita bekas sectio caesar

Anda mungkin juga menyukai