Anda di halaman 1dari 21

KARDIOTOKOGRAFI

MUHAMMAD FAISAL ALIM


1102012171
PENDAHULUAN

 Alat kardiotokografi (KTG) merupakan alat bantu didalam


pemantauan kesejahteraan janin.
 Pada KTG ada tiga bagian besar kondisi yang dipantauyaitu
denyut jantung janin (DJJ), kontraksi rahim, dan gerak janin serta
korelasi diantara ketiga parameter tersebut.
Pemeriksaan KTG biasanya dilakukan pada kehamilan resiko
tinggi, dan indikasinya terdiri dari :

1. IBU 2. JANIN


a. Pre-eklampsia-eklampsia
a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
 b. Ketuban pecah b. Gerakan janin berkurang
 c. Diabetes melitus c. Suspek lilitan tali pusat
d. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
 d. Kehamilan≥ 40 minggu
 e. Hidrops fetalis
 e. Asthma bronkhiale
 f. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
 f.Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
g. Mekoneum dalam cairan ketuban
 g. Infeksi TORCH h. Riwayat lahir mati
 h. Bekas SC  i. Kehamilan ganda
 i. Induksi atau akselerasi persalinan  j. Dan lain-lain

j. Persalinan Preterm
 k. Hipotensi
 l. Perdarahan antepartum
 m. Ibu berusia lanjut
SYARAT PEMERIKSAAN KTG
 Usia kehamilan≥ 28 minggu.
 Ada persetujuan tindakan medik dari pasien (secara lisan).
 Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
 Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer
(pada KTG terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik
Mekanisme pengaturan DJJ
1.Sistem Saraf Simpatis
Distribusi saraf simpatis sebagian besar berada di dalam miokardium. Stimulasi saraf simpatis,
misalnya dengan obat beta-adrenergik, akan meningkatkan frekuensi DJJ, menambah
kekuatan kontraksi jantung, dan meningkatkan volume curah jantung.
2. Sistem saraf Parasimpatis
Sistem saraf parasimpatis terutama terdiri dari serabut nervus vagus yang berasal dari
batang otak. Stimulasi nervus vagus, misalnya dengan asetil kolin akan menurunkan frekuensi
DJJ; sedangkan inhibisi nervus vagus, misalnya dengan atropin,akan meningkatkan frekuensi
DJJ.
3. Baroreseptor
Reseptor ini letaknya pada arkus aorta dan sinus karotid. Bila tekanan darah meningkat,
baroreseptor akan merangsang nervus vagus dan nervus glosofaringeus pada batang otak.
Akibatnya akan terjadi penekanan aktivitas jantung berupa penurunan frekuensi DJJ dan
curah jantung.
4. Kemoreseptor
Reseptor ini berfungsi mengatur perubahan kadar oksigen dan karbondioksida dalam
darah dan cairan serebro-spinal.
5.Susunan Saraf Pusat
Aktivitas otak meningkat sesuai dengan bertambahnya variabilitas DJJdan gerakan
janin. Pada keadaan janin tidur, aktivitas otak menurun, danvariabilitas DJJ-pun akan
berkurang.
6.Sistem Pengaturan Hormonal
Pada keadaan stres, misalnya hipoksia intrauterin, medula adrenal akanmengeluarkan
epinefrin dan nor-epinefrin. Hal ini akan menyebabkantakikardia, peningkatan
kekuatan kontraksi jantung dan hipertensi.
7.Sistem kompleks proprioseptor, serabut saraf nyeri, baroreseptor,stretch receptors dan
pusat pengaturan
KARAKTERISTIK GAMBARAN DJJ
 Gambaran DJJ dalam pemeriksaan KTG dapat digolongkan ke dalam 2 bagian besar,
yaitu:
1. Denyut jantung janin dasar (baseline fetal heart rate). Yang termasuk disini adalah
frekuensi dasar dan variabilitas DJJ.
2. Perubahan periodik / episodik DJJ.
 Yang dimaksud dengan perubahan periodik djj adalah perubahan djj yang terjadi
akibat kontraksi uterus; sedangkan perubahan episodik djj adalah perubahan DJJ yang
bukan disebabkan oleh kontraksi uterus (misalnyagerakan janin dan refleks tali pusat).
FREKUENSI DASAR DJJ

 frekuensi dasar DJJ berkisar antara 120 – 160dpm


 Takikardi : frekuensi dasar DJJ > 160 dpm
 Bradikardi : frekuensi dasar DJJ < 120 dpm
Takikardi
 Takikardia dapat juga terjadi oleh sebab lain yang bukan hipoksia,
seperti:
1. Janin pada kehamilan kurang dari 30 minggu.
2. Infeksi pada ibu atau janin (khorioamnionitis).
3. Anemia janin.
4. Ibu gelisah.
5. Kontraksi uterus yang terlampau sering (takhisistolik).
6. Ibu hipertiroid.
7. Obat (atropin, skopolamin, ritrodrin, isoxsuprin, dsb).
8. Takiaritmia janin (biasanya di atas 200 dpm)
Bradikardi
 Bradikardia dapat juga disebabkan oleh keadaan lain yang bukan
hipoksia, seperti:
1. Kehamilan postterm.
2. Hipotermia.
3. Janin dalam posisi oksiput posterior atau oksiput melintang.
4. Obat (propranolol, analgetika golongan –kain).
5. Bradiaritmia janin.
VARIABILITAS DJJ
 Variabilitas DJJ adalah gambaran osilasi ireguler yang terlihat pada
rekaman DJJ.
 Berdasarkan besarnya amplitudo tersebut, variabilitas DJJ dapat
dikategorikan sbb:
1.Variabilitas normal: amplitudo berkisar antara 5 – 25 dpm.
2.Variabilitas berkurang: amplitudo 2 – 5 dpm.
3.Variabilitas menghilang: amplitudo kurang dari 2 dpm.
4.Variabilitas berlebih(saltatory): amplitudo lebih dari 25 dpm.
VARIABILITAS NORMAL

VARIABILITAS MENGHILANG
AKSELERASI
 Akselerasi adalah peningkatan djj sebesar 15 dpm atau lebih, berlangsung selama
15 detik atau lebih, yang terjadi akibat gerakan atau stimulasi janin.
 Akselerasi yang berlangsung selama 2 – 10 menit disebut akselerasi
memanjang (prolonged acceleration).

AKSELERASI DJJ
Deselerasi dini (early decelerations)
Deselerasi dini adalah penurunan djj sesaat yang terjadi bersamaan dengan timbulnya
kontraksi.
Gambaran penurunan djj pada deselerasi dini menyerupai bayangan cermin dari
kontraksi, yaitu timbul dan berakhirnya deselerasi sesuai dengan saat timbul dan
berakhirnya kontraksi.
Tidak boleh diabaikan jika muncul di awal persalian atau antenatal
Menandakan adanya kompresi kepala
Deselerasi lambat (late decelerations)
 Deselerasi lambat merupakan penurunan djj yang terjadi beberapa saat setelah
kontraksi dimulai. Hadir deselerasi terjadi lebih lambat dari puncak kontraksi; dan
deselerasi menghilang lebih lambat dari saat menghilangnya kontraksi.
 Dipicu oleh hipoksia
 Terkait dengan asidosis metabolik dan asidosis respiratorik
 Deselerasi lambat meningkatkan risiko asidosis arteri umbilikalis dan skor Apgar kurang
dari 7 pada 5 menit dan peningkatan risiko serebral palsi
 Umumnya terjadi pada pasien dengan PIH, DM, IUGR atau bentuk lain dari insufisiensi
plasenta
DESELERASI VARIABEL
Deselerasi variabel digolongkan ke dalam 3 kategori:
 Deselerasi variabel ringan, apabila penurunan djj tidak mencapai 80 dpm dan
lamanya kurang dari 30 detik.
 Deselerasi variabel sedang (moderat), apabila penurunan djj mencapai 70-80 dpm
dan lamanya antara 30-60 detik.
 Deselerasi variabel berat, apabila djj menurun sampai di bawah 70 dpm dan
lamanya lebih dari 60 detik.

Deselerasi variable berat


NST (Non Stress Test)
 NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada
umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat
hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin.
 Dinilai : frekuensi dasar, variabilitas dan timbulnya akselerasi djj akibat janin yang
diukur selama min 20’
 Keuntungan : reaktif cepat, tidak mahal, interpresetasi mudah, bisa untuk klien
rawat jalan dan tidak ada efek samping
 Kerugian : kadang sulit memperoleh jejak yang pas, klien harus dalam posisi
bersandar selama 20-30 menit dan janin mungkin tidur selama test
 Indikasi pada klien : DM, PIH, IUGR, gemelli, ketuban pecah dll.
Interpretasi NST
1. Reaktif:
• Terdapat gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit, disertai dengan akselerasi sedikitnya 15
dpm.
• Frekuensi dasar djj di luar gerakan janin antara 120 – 160 dpm.
• Variabilitas djj antara 5 – 25 dpm.
2. Non-reaktif:
• Tidak terdapat gerakan janin dalam 20 menit, atau tidak terdapat akselerasi pada gerakan janin.
• Frekuensi dasar djj abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih dari 160 dpm).
• Variabilitas djj kurang dari 2 dpm.
3. Meragukan:
• Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat akselerasi yang kurang dari 15
dpm.
• Frekuensi dasar djj abnormal.
• Variabilitas djj antara 2 – 5 dpm.
Contraction stress test (CST)
 Mengevaluasi fungsi pernapasan (O2 dan CO2) plasenta
 Dinilai : frekuensi dasar, variabilitas dan perubahan periodik djj akibat kontraksi
uterus
 Tes pembebanan dengan stimulasi putting atau memberikan oksitosin
 Indikasi : untuk kehamilan beresiko insufisiensi plasenta atau kelainan janin yang
berhub degan :
• IUGR, DM, Postmatur
• NST non reaktif
• Abnormal/suspect BPP (biophysical profil: pengkajian 5 variabel janin : gerak
nafas, gerak tubuh, tonus, vol.amnion dan reaktivitas djj
 Kontra Indikasi :
• Perdarahan trisemester I
• Bekas SC dengan insisi klasik
• Kejadian yang meningkatkan resiko persalinan prematur : PROM, Incompetent
cervix, gemelli
Interpretasi CST
Hasil Interpretasi
Negatif Frekuensi dasar normal
Variabilitas jangka panjang normal
Deselerasi lambat tidak ada
Ada akselerasi pada saat terjadi aktifitas janin
Positif Deselerasi lambat persisten pada saat kontraksi
Variabilitas jangka panjang kurang atau (-)
Akselerasi ada/(-) pada saat aktifitas janin
Pertimbangkan terminasi, kec maturitas paru (-) atau perinatologi tidak mampu
Mencurigakan Deselerasi lambat tidak persisten
(suspicious) Dalam 10’ : kontraksi (+) atau (-)
Takikardi
Tidak memuaskan Hasil pencatatan kurang baik, misi ibu obesitas, gerak janin berlebihan
Kontraksi tidak adekuat (<3/10’)
Hiperstimulasi Kontraksi >5x/10 menit atau >90”
Sering disertai deselerasi lambat atau bradikardi
Tonus basal uterus meningkat

Anda mungkin juga menyukai