1. IBU 2. JANIN
a. Pre-eklampsia-eklampsia
a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b. Ketuban pecah b. Gerakan janin berkurang
c. Diabetes melitus c. Suspek lilitan tali pusat
d. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
d. Kehamilan≥ 40 minggu
e. Hidrops fetalis
e. Asthma bronkhiale
f. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
f.Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
g. Mekoneum dalam cairan ketuban
g. Infeksi TORCH h. Riwayat lahir mati
h. Bekas SC i. Kehamilan ganda
i. Induksi atau akselerasi persalinan j. Dan lain-lain
j. Persalinan Preterm
k. Hipotensi
l. Perdarahan antepartum
m. Ibu berusia lanjut
SYARAT PEMERIKSAAN KTG
Usia kehamilan≥ 28 minggu.
Ada persetujuan tindakan medik dari pasien (secara lisan).
Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer
(pada KTG terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik
Mekanisme pengaturan DJJ
1.Sistem Saraf Simpatis
Distribusi saraf simpatis sebagian besar berada di dalam miokardium. Stimulasi saraf simpatis,
misalnya dengan obat beta-adrenergik, akan meningkatkan frekuensi DJJ, menambah
kekuatan kontraksi jantung, dan meningkatkan volume curah jantung.
2. Sistem saraf Parasimpatis
Sistem saraf parasimpatis terutama terdiri dari serabut nervus vagus yang berasal dari
batang otak. Stimulasi nervus vagus, misalnya dengan asetil kolin akan menurunkan frekuensi
DJJ; sedangkan inhibisi nervus vagus, misalnya dengan atropin,akan meningkatkan frekuensi
DJJ.
3. Baroreseptor
Reseptor ini letaknya pada arkus aorta dan sinus karotid. Bila tekanan darah meningkat,
baroreseptor akan merangsang nervus vagus dan nervus glosofaringeus pada batang otak.
Akibatnya akan terjadi penekanan aktivitas jantung berupa penurunan frekuensi DJJ dan
curah jantung.
4. Kemoreseptor
Reseptor ini berfungsi mengatur perubahan kadar oksigen dan karbondioksida dalam
darah dan cairan serebro-spinal.
5.Susunan Saraf Pusat
Aktivitas otak meningkat sesuai dengan bertambahnya variabilitas DJJdan gerakan
janin. Pada keadaan janin tidur, aktivitas otak menurun, danvariabilitas DJJ-pun akan
berkurang.
6.Sistem Pengaturan Hormonal
Pada keadaan stres, misalnya hipoksia intrauterin, medula adrenal akanmengeluarkan
epinefrin dan nor-epinefrin. Hal ini akan menyebabkantakikardia, peningkatan
kekuatan kontraksi jantung dan hipertensi.
7.Sistem kompleks proprioseptor, serabut saraf nyeri, baroreseptor,stretch receptors dan
pusat pengaturan
KARAKTERISTIK GAMBARAN DJJ
Gambaran DJJ dalam pemeriksaan KTG dapat digolongkan ke dalam 2 bagian besar,
yaitu:
1. Denyut jantung janin dasar (baseline fetal heart rate). Yang termasuk disini adalah
frekuensi dasar dan variabilitas DJJ.
2. Perubahan periodik / episodik DJJ.
Yang dimaksud dengan perubahan periodik djj adalah perubahan djj yang terjadi
akibat kontraksi uterus; sedangkan perubahan episodik djj adalah perubahan DJJ yang
bukan disebabkan oleh kontraksi uterus (misalnyagerakan janin dan refleks tali pusat).
FREKUENSI DASAR DJJ
VARIABILITAS MENGHILANG
AKSELERASI
Akselerasi adalah peningkatan djj sebesar 15 dpm atau lebih, berlangsung selama
15 detik atau lebih, yang terjadi akibat gerakan atau stimulasi janin.
Akselerasi yang berlangsung selama 2 – 10 menit disebut akselerasi
memanjang (prolonged acceleration).
AKSELERASI DJJ
Deselerasi dini (early decelerations)
Deselerasi dini adalah penurunan djj sesaat yang terjadi bersamaan dengan timbulnya
kontraksi.
Gambaran penurunan djj pada deselerasi dini menyerupai bayangan cermin dari
kontraksi, yaitu timbul dan berakhirnya deselerasi sesuai dengan saat timbul dan
berakhirnya kontraksi.
Tidak boleh diabaikan jika muncul di awal persalian atau antenatal
Menandakan adanya kompresi kepala
Deselerasi lambat (late decelerations)
Deselerasi lambat merupakan penurunan djj yang terjadi beberapa saat setelah
kontraksi dimulai. Hadir deselerasi terjadi lebih lambat dari puncak kontraksi; dan
deselerasi menghilang lebih lambat dari saat menghilangnya kontraksi.
Dipicu oleh hipoksia
Terkait dengan asidosis metabolik dan asidosis respiratorik
Deselerasi lambat meningkatkan risiko asidosis arteri umbilikalis dan skor Apgar kurang
dari 7 pada 5 menit dan peningkatan risiko serebral palsi
Umumnya terjadi pada pasien dengan PIH, DM, IUGR atau bentuk lain dari insufisiensi
plasenta
DESELERASI VARIABEL
Deselerasi variabel digolongkan ke dalam 3 kategori:
Deselerasi variabel ringan, apabila penurunan djj tidak mencapai 80 dpm dan
lamanya kurang dari 30 detik.
Deselerasi variabel sedang (moderat), apabila penurunan djj mencapai 70-80 dpm
dan lamanya antara 30-60 detik.
Deselerasi variabel berat, apabila djj menurun sampai di bawah 70 dpm dan
lamanya lebih dari 60 detik.