“Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Entomologi dan Pengendalian Vektor”
Dosen Pengampuh :
Dra. Denai Wahyuni, M.Si
Nama Kelompok I :
Ibrahim(17011031)
Resna Herlita(17011022)
Fitri Anggreini (17011037)
Dina Febriana(17011074)
Nina Safitri (17011146)
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
HANG TUAH PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa, karena atas limpahan rahmat serta
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Laporan
Entomologi tentang Jentik Nyamuk” tepat pada waktu yang ditentukan. Makalah ini
bertujuan untuk membina dan mengembangkan potensi mahasiswa dibidang
akademik, yang mengacu pada tri darma perguruan tinggi yaitu pendidikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Entomologi dan
Pengendalian Penyakit. Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat
bantuan berupa arahan atau bimbingan.
Untuk itu, ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak
terutama:
1. Ibu Dra. Denai Wahyuni, M.Si, selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah
Entomologi dan Pengendalian Penyakit STIKES HANG TUAH, Pekanbaru.
2. Rekan mahasiswa dan semua pihak yang terlibat didalamnya.
Yang dalam hal ini telah memberi sumbangsih dalam bentuk materi maupun
pemikiran sehingga dalam penyusunan makalah ini berjalan dengan lancar. Semoga
makalah ini dapat bermafaat bagi semua pihak khususnya bagi para pembaca dan
penyusunan makalah ini.
Pekanbaru,Desember 2019
Penyusun
xi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................20
LAMPIRAN GAMBAR……………………………………………….……21
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pengamatan ini yaitu ;
1. Untuk mengamati jentik-jentik nyamuk
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
bertelur nyamuk betina mengeluarkan telur sebanyak 100 butir
perhari apabila berada pada tempat yang kering (tanpa air).
b. Jentik
Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki
dengan bulu- bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris.
Jentik ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
empat kali pergantian kulit (tingkatan) yang biasa disebut instar
dan terdiri dari instar I, II, III, IV. Jentik instar I, tubuhnya sangat
kecil, warna transparan, panjang 1 – 2 mm, duri- duri (spinae) pada
dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernafasan (siphon)
belum menghitam. Jentik instar II bertambah besar, ukuraan 2,5 –
3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernafasan sudah
berwarna hitam. Jentik instar IV telah lengkap struktur anatominya
dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada
(thorax),dan perut (abdomen).
Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang
antena tanpa duri- duri, dan alat- alat mulut tipe pengunyah
(chewing). Bagian dada tampak paling besar dan terdapat bulu-
bulu simetris. Perut tersusun atas delapan ruas. Pada ruas perut
kedelapan, ada alat untuk bernafas yang disebut corong. Corong
pernafasan tanpa duri- duri, berwarna hitam dan ada seberkas bulu-
bulu (tuft). Ruas kedelapan juga dilengkapi dengan seberkas bulu-
bulu sikat (brush) dibagian ventral dan gigi- gigi sisir (comb) yang
berjumlah 15 – 19 gigi yang tersusun dalam satu baris.
Gigi- gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi.
Jentik ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat
fototaksis negatif, waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak
lurus dengan bidang permukaan air.
c. Kepompong (Pupa) pernafasan.
3
Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan
bagian kepala- dada (chepalothorax) lebih besar apabila
dibandingkan dengan besar perutnya, sehingga tampak seperti
tanda baca “koma”. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat
alat bernafas seperti terompet. Pada ruas perut kedelapan terdapat
sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat
pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu di nomor tujuh
pada ruas kedelapan tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak
makan, tampak gerakannya lebih lincah bila dibandingkan dengan
jentik. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang
permukaaan air.
d. Nyamuk Dewasa
Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian
yaitu kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang
mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina
tipe penusuk- pengisap (piercing- sucking) dan termasuk lebih
menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk hjantan
bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit
manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan
(phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antena tipe pilose.
Dada nyamuk ini tersusun dari tiga ruas porothorax,
mesothorax dan metathorax. Setiap ruas dada terdapat sepasang
kaki yang terdiri dari femur (paha), tibia (betis), dan tarsus
(tampak). Pada ruas- ruas kaki terdapat gelang- gelang putih, tetapi
pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih. Pada
bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda- noda hitam.
Bagian punggung (mesontuim) ada gambaran garis- garis putih
yang dapat dipakai untuk membedakan dengan jenis lain.
Gambaran punggung nyamuk Aedes aegypti berupa sepasang garis
4
lengkung putih pada tepinya dan sepasang garis submedian di
tengahnya.
Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas- ruas tersebut terdapat
bintik- bintik putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Aedes
aegypti ini tubuhnya sejajar dengan bidang permukaan yang
dihinggapinya.
5
bersifat urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung
berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).
Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan
telur pada permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk
elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur
menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan
dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari
instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai
instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa
dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk
dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk
dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama
jika kondisi lingkungan tidak mendukung.
Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan
hingga 1 bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering
dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan
air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat
berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang
dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan
makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih
rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan
nutrisi menghasilkan nyamuk-nyamuk.
Secara bioekologis nyamuk tersebut mempunyai dua habitat
yaitu aquatic (perairan) untuk fase pradewasanya (telur, larva dan
pupa), dan daratan atau udara untuk serangga dewasa. Walaupun
habitat nyamuk di daratan atau udara, namun juga mencari tempat di
dekat permukaan air untuk meletakkan telurnya. Bila telur yang
diletakkan itu tidak mendapat sentuhan air atau kering masih mampu
bertahan hidup antara 3 bulan sampai satu tahun. Masa hibernasi telur-
telur itu akan berakhir atau menetas bila sudah mendapatkan
6
lingkungan yang cocok pada musim hujan untuk menetas. Telur itu
akan menetas antara 3 – 4 jam setelah mendapat genangan air menjadi
larva. Habitat larva yang keluar dari telur tersebut hidup mengapung di
bawah permukaan air. Perilaku hidup larva tersebut berhubungan
dengan upayanya menjulurkan alat pernafasan yang disebut sifon
menjangkau permukaan air guna mendapatkan oksigen untuk bernafas.
. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5
hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di
mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari
sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan
dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8
hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak
mendukung. Habitat seluruh masa pradewasanya dari telur, larva dan
pupa hidup di dalam air walaupun kondisi airnya sangat terbatas .
7
b. Tempat istirahat yang disukai : tempat-tempat yang lembab dan
kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, WC
c. Di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, tirai
d. Di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah.
8
Apabila nyamuk terinfeksi itu menusuk inang (manusia) untuk
mengisap cairan darah, maka virus yang berada di dalam air liurnya
masuk ke dalam sistem aliran darah manusia. Setelah mengalami masa
inkubasi sekitar empat sampai enam hari, penderita akan mulai
mendapat demam yang tinggi. Untuk mendapatkan inangnya, nyamuk
aktif terbang pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.00-10.00 dan sore
hari antara pukul 15.00-17.00. Nyamuk yang aktif mengisap darah
adalah yang betina untuk mendapatkan protein. Tiga hari setelah
menghisap darah, nyamuk betina menghasilkan telur sampai 100 butir
telur kemudian siap diletakkan pada media. Setelah itu nyamuk
dewasa, mencari inang luntuk menghisap darah untuk bertelur
selanjutnya.
9) Pengendalian Vector
Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk
mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan
mengendalikan populasi dan penyebaran vektor. Program yang sering
dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, yaitu menguras, menutup,
dan mengubur.
9
i. Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva
nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang
melekat pada dinding bak mandi.
ii. Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk
yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.
iii. Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air
hujan dan dijadikan tempat nyamuk bertelur.
Beberapa cara alternatif pernah dicoba untuk mengendalikan
vektor dengue ini, antara lain mengintroduksi musuh alamiahnya yaitu
larva nyamuk Toxorhyncites sp.Predator larva Aedes sp. ini ternyata
kurang efektif dalam mengurangi penyebaran virus dengue.
Penggunaan insektisida yang berlebihan tidak dianjurkan, karena
sifatnya yang tidak spesifik sehingga akan membunuh berbagai jenis
serangga lain yang bermanfaat secara ekologis. Penggunaan
insektisida juga akhirnya memunculkan masalah resistensi serangga
sehingga mempersulit penanganan di kemudian hari.
10
a. Telur Culex sp
Telur berwarna coklat, panjang dan silinder, vertical pada
permukaan air, tersementasi pada susunan 300 telur. Panjangnya
biasanya 3-4mm dan lebarnya 2-3mm. telur-telur Culex sp
diletakkan secara berderet-deret rapi seprti kait tanpa pelampung
yang berbentuk menyerupai peluru senapan.
b. Larva Nyamuk Culex sp
Pada larva nyamuk culex sp mempunyai siphon yang
mengandung bulu-bulu siphon (siphonal tuft) dan pekten, sisir atau
comb dengan gigi-gigi sisir (comb teeth), segmen anal dengan
pelana tertutup dan tampak tergantung pada permukaan air.
c. Pupa nyamuk Culex sp
Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Pupa
membutuhkan waktu 2-5 hari.Pupa tidak makan apapun. Sebagian
kecil tubuh pupa kontak dengan permukaan air, berbentuk
terompet panjang dan ramping, setelah 1 – 2 hari akan menjadi
nyamuk Culex.
d. Nyamuk dewasa
Ciri-ciri nyamuk Culex dewasa adalah berwarna hitam belang-
belang putih, kepala berwarna hitam dengan putih pada ujungnya.
Pada bagian thorak terdapat 2 garis putih berbentuk kurva. Palpus
nyamuk betina lebih pendek dari proboscis, sedagkan pada
nyamuk jantan palpus dan proboscis sama panjang. Pada sayap
mempunyai bulu yang simetris dan tanpa costa. Sisik sayap
membentuk kelompok sisik berwarna putih dan kuning atau putih
dan coklat juga putih dan hitam. Ujung abdomen nyamuk culex
selalu menumpul.
11
Nyamuk betina menghisap darah untuk proses pematangan
telur, berbeda dengan nyamuk jantan. Nyamuk jantan tidak
memerlukan darah tetapi hanya menghisap sari bunga. Setiap nyamuk
mempunyai waktu menggigit, kesukaan menggigit, tempat beristirahat
dan berkembang biak yang berbeda-beda satu dengan yang lain.
a. Tempat berkembang biak
Nyamuk Culex sp suka berkembang biak di sembarang tempat
misalnya di air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, got
terbuka dan empang ikan.
b. Perilaku makan
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama
pada malam hari.Nyamuk Culex sp suka menggigit binatang
peliharaan, unggas, kambing, kerbau dan sapi. Menurut penelitian
yang lalu kepadatan menggigit manusia di dalam dan di luar rumah
nyamuk Culex sp hampir sama yaitu di luar rumah (52,8%) dan
kepadatan menggigit di dalam rumah (47,14%), namun ternyata
angka dominasi menggigit umpan nyamuk manusia di dalam
rumah lebih tinggi (0,64643) dari nyamuk menggigit umpan orang
di luar rumah (0,60135).
c. Kesukaan beristirahat
Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk tersebut
akan beristirahat selama 2 sampai 3 hari. Setiap spesies nyamuk
mempunyai kesukaan beristirahat yang berbeda-beda. Nyamuk
Culex sp suka beristirahat dalam rumah.Nyamuk ini sering berada
dalam rumah sehingga di kenal dengan nyamuk rumahan.
d. Aktifitas menghisap darah
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama
pada malam hari (nocturnal). Nyamuk Culex sp menggigit
beberapa jam setelah matahari terbenam sampai sebelum matahari
12
terbit. Dan puncak menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-
02.00 WIB.
13
Ciri-ciri Larva Culex Sp adalah sebagai berikut :
(a) Pada segmen yang terakhir terdapat corong udara.
(b) Tidak ada rambut-rambut berbentuk kipas (Palmatus hairs)
pada segmen abdomen.
(c) Terdapat pectin pada corong udara.
(d) Pada corong (siphon) terdapat sepasang rambut serta jumbai.
(e) Terdapat comb scale sebanyak 8-21 pada setiap sisi abdomen
segmen kedelapan.
(f) Setiap comb scale berbentuk seperti duri.
(g) Terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva pada sisi
thorax.
(h) Terdapat sepasang rambut di kepala.
iii) Stadium pupa (kepompong)
Pupa jantan lebih cepat menetas menjadi nyamuk daripada
pupa betina. Pupa tidak memerlukan makanan, tetapi memerlukan
oksigen yang diambil melalui tabung pernapasan. Tabung
pernapasannya berbentuk sempit dan panjang.
iv) Stadium nyamuk dewasa
Biasanya, nyamuk jantan tidak pergi jauh dari tempat
perindukannya karena menunggu nyamuk betina untuk
berkopulasi. Nyamuk betina akan mencari darah untuk
pembentukkan telurnya . Nyamuk Culex Sp betina memiliki palpi
yang lebih pendek daripada probosisnya, sedangkan nyamuk Culex
Sp Jantan memiliki palpi yang lebih panjang daripada probosisnya.
Sayap nyamuk Culex Sp berbentuk sempit dan panjang. Nyamuk
Culex Sp biasanya mencari darah pada malam hari.
14
diatas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding
vertical bagian dalam tempat – tempat penampungan air . Nyamuk
Culex sp betina lebih menyukai tempat penampungan air yang
tertutup longgar untuk meletakkan telurnya dibandingkan dengan
tempat penampunga air yang terbuka, karena tempat
penampungan air yang tertutup longgar tutupnya jarang dipasang
dengan baik sehingga mengakibatkan ruang didalamnya lebih
gelap. Telur akan menetas dalam waktu 1-3 hari pada suhu 30o C,
sementara pada suhu 16o C telur akan menetas dalam waktu 7 hari.
Telur dapat bertahan tanpa media air dengan syarat tempat tersebut
lembab.
b. Telur dapat bertahan sampai berulan – bulan pada suhu -2o C
sampai 42o C. Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium
larva terbagi menjadi 4 tingkatan perkembangan atau instar. Instar
I terjadi setelah 1-2 hari telur menetas, Instar II terjadi setelah 2-3
hari telur menetas, instar III terjadi setelah 3-4 hari telur menetas
dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari telur menetas. Stadium pupa
terjadi seteah 6 -7 hari telur menetas. Stadium pupa berlangsung
selama 2 -3 hari.
c. Lama waktu stadium pupa dapat diperpanjang dengan menurunkan
suhu pada tempat perkembangbiakan, tetapi pada suhu yang sangat
rendah dibawah 10o C pupa tidak mengalami perkembangan.
Stadium dewasa terjadi setelah 9 – 10 hari telur menetas.
Meskipun umur nyamuk Culex sp betina di alam pendek yaitu kira
– kira2 minggu, tetapi waktu tersebut cukup bagi nyamuk Culex
sp.
d. Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di
dalam air, pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi
pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong
memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini
15
nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan
selama fase ini pupa tidak akan makan apapun dan akan keluar dari
larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air.d.
DewasaSetelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan
kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan menghisap
darah waktu 24-36 jam. Darah merupakan sumber protein yang
esensial untuk mematangkan telur. Perkembangan telur hingga
dewasa memerlukan waktu sekitar 10 sampai 12 hari.
e. Tingkat Dewasa Di Alam Bebas
f. Nyamuk Culex Sp berukuran lebih kecil dibandingkan dengan
spesies nyamuk lain. Badan, kaki dan sayapnya berwarna dasar
hitam dengan bintik bintik putih. Jenis kelamin nyamuk Culex sp
dibedakan dengan memperhatikan jumlah probosis. Nyamuk
betina mempunyai proboscis (tunggal), sedangkan nyamuk jantan
mempunyai proboscis (ganda).
16
(e) Barang bekas (ban bekas, botol plastik, kaleng-kaleng)
(f) Sifat Nyamuk Culex Sp
Sifat nyamuk Culex Spadalah sebagai berikut:
- Senang beristirahat dalam rumah pada kelambu,
- Sering hinggap ditali jemuran atau kain/benda tergantung
- Senang berada di tempat lembab dan kurang cahaya pada
ketinggian 0 - > 225 cm di atas permukaan tanah.
- Tempat-tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap dan
beristirahat adalah tempat gelap, lembab dan sedikit
angin. Termasuk di kamar tidur, kamar mandi, kamar
kecil, maupun di dapur. Di dalam ruangan, permukaan
istirahat yang mereka suka adalah di bawah furniture,
benda yang tergantung seperti baju dan korden.
17
Yakni berupa intervensi yang dilakukan dengan memanfaatkan
musuh-musuh (predator) nyamuk yang ada di alam, seperti ikan
kepala Timah dan Goppy atau ikan Cupang.
iii) Pengendalian Secara Kimia
Yakni berupa pengendalian vektor dengan bahan kimia, baik bahan
kimia sebagai racun, sebagai bahan penghambat pertumbuhan
ataupun sebagai hormon. Penggunaan bahan kimia untuk
pengendalian vektor harus mempertimbangkan kerentanan
terhadap insektisida yang digunakan, bisa diterima masyarakat,
aman terhadap manusia dan organisme lainnya, stabilitas dan
aktivitas insektisida, dan keahlian petugas dalam penggunaan
insektisida.
18
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN GAMBAR
21
22