Anda di halaman 1dari 21

TUGAS PENGENDALIAN VEKTOR

“PENYAKIT CHAGAS”

Dosen Pengampu:

Nama : Sabrina Daniswara

NIM : 25010116130217

Kelas : Epidemiologi 2019/C 2016

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4


1.2 Tujuan.................................................................................................................................... 4
1.3 Manfaat.................................................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 6

2.1 Definisi Penyakit ................................................................................................................... 6


2.1.1 Gambaran umum penyakit chagas .................................................................................. 6
2.1.2 Masalah kesehatan yang dapat ditimbulan ..................................................................... 6
2.1.3 Mekanisme penularan penyakit chagas .......................................................................... 7
2.2 Gejala Penyakit ..................................................................................................................... 8
2.3 Patofisiologi Penyakit ........................................................................................................... 9
2.4 Diagnosis ............................................................................................................................. 10
2.5 Pengobatan .......................................................................................................................... 11
2.5 Siklus Hidup dan Mekanisme Penularan ............................................................................ 12
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................. 14

3.1 Jenis dan Macam Vektor Penyebab Penyakit ..................................................................... 14


3.1.1 Jenis dan Macam Vektor Penyebab Penyakit Secara Umum ..................................... 14
3.1.2 Jenis Vektor Penyakit Chagas dan Penyebab yang Ditularkan .................................. 15
3.2 Pengendalian Vektor ........................................................................................................... 17
3.3 Metode yang Digunakan Dalam Pengendalian ................................................................... 17
3.4 Kendala yang Dihadapi ....................................................................................................... 18
3.5 Contoh Kasus Penyakit Chagas........................................................................................... 18
BAB IV PENUTUP ...................................................................................................................... 19

4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 19
4.2 Saran .................................................................................................................................... 19
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 20

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Persebaran penyakit Chagas........................................................................................ 6


Gambar 2.2 Siklus hidup dan mekanisme penularan penyakit chagas ......................................... 12
Gambar 3.1 Serangga triatomine .................................................................................................. 15
Gambar 3.2 Persebaran Serangga Triatomine .............................................................................. 16

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit chagas atau dikenal sebagai American trypanosomiasis merupakan penyakit yang
berasal dari Amerika yang disebabkan oleh agen Trypanosoma cruzi. Vektor penyakit ini
adalah serangga triatomine atau juga dikenal sebagai kissing bug. Menurut WHO, terdapat
sekitar 8 juta orang yang terinfeksi penyakit ini. Penyakit ini berawal dari daerah pedesaan di
Amerika Selatan namun berimigrasi sehingga tersebar hingga ke bagian utara. Bahkan di
daerah yang tidak endemik juga ditemukan penyakit chagas. Hal ini mungkin dikarenakan para
pengunjung yang mampir ke daerah endemik yaitu di Amerika Selatan kemudian balik ke
daerah asalnya masing-masing sambil membawa agen tersebut dan menyebarkannya ke
penduduk daerah asalnya. Penyakit ini juga dapat disebar melalui tranfusi darah ataupun
transplantasi organ. [1][2][3]

Penyakit ini awal mulanya berasal dari penyakit pada hewan kemudian menjadi penyakit
pada manusia. Contoh hewan yang memungkinkan untuk menularkan penyakit chagas pada
manusia adalah anjing, hewan primata, dan kelinci. [1]

Penyakit chagas diperkirakan telah menimbulkan lebih dari 10.000 kematian tiap tahunnya
dan lebih dari 25 juta orang yang berisiko terkena peyakit ini. Penyakit chagas merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang cukup gawat. Penyakit ini dapat menyerang hagian sistem
syaraf pusat, sistem kekebalan tubuh, sistem pencenaan, dan jantung. [3][4]

1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk memahami konsep penyakit chagas.
B. Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan penyakit chagas
2. Mendeskripsikan jenis agen dan vektor yang menyebabkan penyakit chagas.
3. Mendeskripsikan patofisiologis dan mekanisme penularan dari penyakit chagas.
4. Menjelaskan diagnosis dan pengobatan yang dilakukan pada penyakit chagas.
5. Menjelaskan bagaimana cara mencegah dan mengendalikan penyakit chagas.

4
6. Menjelaskan kendala dalam pencegahan yang akan dihadapi.

1.3 Manfaat
1. Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Menjadikan maakalah ini sebagai sumber referensi untuk melakukan tindakan


keperawatan pada pasien dengan penyakit chagas apabila terdapat kasus penyakit ini.

2. Bagi Instansi Akademik

Menjadikan makalah ini sebagai sumber referensi untuk mengembangkan ilmu


tentang penyakit chagas atau dijadikan bahan penelitian.

3. Bagi Pembaca

Menjadikan makalah ini sebagai sumber referensi dan informasi agar mengetahui
lebih dalam mengenaai penyakit ini.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Penyakit
2.1.1 Gambaran umum penyakit chagas
Penyakit chagas merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa Trypanosoma cruzi
dan disebarkan oleh serangga triatomine. Penyakit ini berasal dari benua Amerika yang telah
menyebar ke banyak negara melalui migrasi. [5]

Gambar 2.1 Persebaran penyakit Chagas

2.1.2 Masalah kesehatan yang dapat ditimbulan


a. Imunosupresi
Memiliki masa inkubasi yang lebih lama dan lebih parah dibandingkan dengan pasien yang
imunokompeten. Bermanifestasi melalui demam, myalgia, artalgia, beragam dermatosis, dan
hepatosplenomegali. Dapat terjadi meningoensefalitis, perikardistis dan atau miokarditis pada
anak atau usia lanjut.
b. Penyakit chagas bawaan
Memiliki tanda dan gejala seperti prematuritas, kecilnya usia kehamilan, kondisi umum
yang buruk, edema, ikterus, gangguan pernapasan, persisten takikardia, hepatosplenomegali,
dan anemia. Kadang-kadang sepsis, demam, hidrops fetalis, eksema, petekie, limfadenopati,
meningoensefali, kalsifikasi serebral, kelainan fundus mata, megaoesophagus, pneumonia
interstitial, miokarditis, gagal jantung, megabladder, dll.
c. Penyakit jantung

6
Munculnya kematian janttung mendadak, gagal jantung progresif, dan komplikasi
tromboemboli. Ada kelainan kontraktilitas keseluruhan dan segmental, aritmia (sinus
bradikardia, sinus takikardia, fibrilasi atrium, flutter atrium, takikardia ventrikel atau kontraksi
ventrikel prematur), dan gangguan konduksi sekunder akibat kerusakan pada sistem eksitasi /
konduksi (blok atrioventrikular, blok cabang bundel kanan, blok cabang bundel kiri atau blok
fasciculus anterior kiri), insufisiensi katup, dan gagal jantung.
d. Penyakt esophageal
Denervasi parasimpatis intrapural berkembang, menyebabkan hipertrofi lapisan otot dan
kehilangan kapasitas kontraktil progresif. Hal ini menghasilkan dilatasi esofageal dan
perpanjangan. Bermanifestasi melalui odinofagia, disfagia progresif, regurgitasi, pirosis, nyeri
retrosterial, cegukan, mengendus, dan batuk. Pada pemeriksaan fisik terjadi hiperemia
orofaringeal sekunder akibat adanya penyakit refluks gastroesofagus.
e. Penyakit usus
Denervasi parasimptrakural intramural juga berkembang. Hal ini menyebabkan disfungsi
motorik dan dilatasi kolon, sehingga menyebabkan gangguan penyerapan dan sekresi. Penyakit
ini bermanifestasi melalui timpani, distensi abdomen, dan disfungsi sekunder menjadi
konstipasi progresif yang dapat menyebabkan pembentukan faecaloma, volvulus, dan
obstruksi usus dan iskemia. Pada pemeriksaan fisik, faecaloma dapat dipalpasi di fossa iliaka
kiri atau melalui pemeriksaan rektal digital.[6]

2.1.3 Mekanisme penularan penyakit chagas


Penularan utama penyakit chagas di area endemic adalah melalui vektor serangga
triatomine. Mekanisme lainnya juga ada, khususnya di daerah yang non-endemik seperti
melalui transfusi darah, transplantasi organ, melalui mulut, kecelakaan laboratorium, dari ibu
ke anak, berbagi jarum intravena. Melalui hubungan seksual kemungkinan dapat menularkan
penyakit chagas karena belum ada kasus dan hanya terbukti diuji coba pada tikus secara in
vivo.
- Melalui vektor serangga triatomine
Metacyclic trypomastigotes yang merupakan bentuk infektif dari T. cruzi masuk ke dalam
inang melalui ekskresi triatomine. Triatomine memiliki kebiasaan untuk defekasi selagi
mengisap darah inang, kemudian parasit masuk ke inang melalui selaput lendir dan juga
melalui kulit yang pecah akibat garukan vektor saat mengigit. Setelah masuk, ia akan

7
meninvasi jaringan lokal khususnya hati, usus, limpa, ganglia limfatik, SSP, otot rangka, dan
jatungm dimana ia akan berubah bentuk menjadi amastigote dan berkembang biak dalam
jaringan. Ketika jaringan penuh dengan amastigot, mereka akan berubah kembali menjadi
bentuk infektif flagellate dan melisiskan ses, menyerang aringan yang berdekatan,dan
menyebar melalui sistem limfatik dan aliran darah. Ketika trypomastigotes beraada di sirkulasi
perifer, mereka diambil oleh triatomines selama makan.
Dalam saluran pencernaan vektor, trypomastigote akan berdiferensiasi menjadi
epimastigot. Setelah penggandaan, epimmastigotes berdiferensiasi lagi menjadi bentuk infektif
pada sepertiga akhir dari jalur pencernaan dan keluar melalui feses triomines sehingga
terbentuklah siklus hidup.
- Penularan melalui mulut
Banyaknya serangga yang berpindah ke daerah baru karena penggundulan hutan
khususnya. Alhasil ke tempat yang menyediakan makanan dan menyebabkan kontamminasi
pada makanan. Biasanya transmisi melalui mulut ini ketika mengkonsumsi makan yang terbuat
dari buah, sayuran, dan juga air yang terkontamminasi dengan fesesnya triatomines.
Mengkonsumsi makanan berupa daging dari hewan terinfeksi juga dapat menyebabkan
masuknya parasite dari chagas ini.
- Transmisi lainnya
Transmisi penyakit ini juga dapat melalui tranfusi darah, dimana bentuk T. cruzi yang
infektif dari orang yang terinfeksi kemudian ditranfusi darahnya dan dapat berenang bebas
dalam peredaran darah orang baru. Jarangnya mengadakan screening darah secara rutin dan
tingginya mobilitas, menyebabkan penyebaran chagas lebih cepat pada daerah non-endemik.
Hal ini berlaku juga dengan transplantasi organ, penularan dari ibu ke anak, dan berbagi
penggunaan jarum intravena.[4]

2.2 Gejala Penyakit


Penyakit chagas dapat terjadi secara tiba-tiba dan singkat (akut) atau jangka panjang
(kronis).[7]

A. Fase Akut
Berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, sering tanpa gejala.
Gejala atau tanda yang muncul biasanya ringan seperti:

8
- Pembengkakan di bagian infeksi
- Demam
- Kelelahan
- Ruam
- Pegal-pegal
- Pembengkakan kelopak mata
- Sasakit kepala
- Kehilangan selera makan
- Mual, diare, atau muntah
- Pembengkakan kelenjar
- Perbesaran hati atau limpa
B. Fase Kronis
Fase ini memperlihatkan tanda dan gejala pada 10 hingga 20 tahun setelah infeksi
awal atau bahkan tidak pernah ada tandanya. Namun dalam kasus yang berat, tanda dan
gejala yang muncul adalah:
- Detak jantung tidak teratur
- Gagal jantung kongestif
- Serangan jantung mendadak
- Kesulitan menelan karena esofagus membesar
- Nyeri perut atau sembelit karena perbesaran usus besar

2.3 Patofisiologi Penyakit


T. cruzi nenproduksi faktor virulensi selama fase akut yang sangat menghambat respon
sistem kekebalan tubuh inang, sehingga menginduksi anerga dan penghapusan klon limfosit T
bersama dengan stimulasi poliklonal limfosit B yang kuat yang mengeluarkan antibodi dengan
afinitas rendah terhadap antigen T. cruzi. Ini mendorong persistensi infeksi dan perkembangannya
menuju fase kronis penyakit. Pada fase ini, mekanisme di balik transisi dari fase tanpa gejala ke
fase gejala belum dapat dijelaskan sepenuhnya. Namun diyakini bahwa ada banyak faktor yang
terlibat, seperti perbedaan antara strain T. cuzi, beban parasit, waktu infeksi, latar belakang genetik,
dan respon imun inang.

Beberapa teori telah berusaha menjelaskan proses patofisiologis dari penyakit

9
1. Teori kegigihan parasit
Hal ni berdasarkan pada fakta bahwa keberadaan dan replikasi amastigot dalam sel
inang dapat menyebabkan kerusakan mekanis dan sekresi limbah yang menarik sel
proinflamasi.
2. Teori neurogenik terpadu
Hal ini berdasarkan pada fakta bahwa kehilangan neuron yang signifikan dalam
sistem saraf simpatis dan parasimpatis tidak terkait dengan keberadaan T. cruzi. Dan
dikaitkan dengan produksi dan pelepasan neurotoksin dari sarang parasit yang
tersembuyi di dalam tubuh inang.
3. Teori autoimun
Hal ini berdasarkan pada interaksi sitotoksik yang dipercepat yang ada antara
limfosit yang berhubungan dengan respons imun terhadap T. cruzi dan miokardiosit
alogenik yang tidak terinfeksi dengan parasit.

Masing-masing menunjukkan perbedaam yang unik dan dapat dijelaskan dari sudut
pandang klinnis oleh kesulitas menentukan patogenisitas setelah jangka waktu yang lama telah
berlalu antara infeksi dengan T. cruzi dan pengembangan komplikasinya.[6]

2.4 Diagnosis
Penyakit chagas dapat didiagnosis dengan cara mengecek keberadaan agen pada darahnya.
Metode diagnosis yang dapat dilakukan ada 3 yaitu:

- Metode parasitologis langsung seperti blood smear, thick film, tes micro-straut, memerika
sampel baru, dan metode konsentrasi strout
- Metode parasitologis tidak langsung seperti Xenodiagnosis dan kultur darah
- Metode molekuler seperti PCR
- Metode serologis seperti immunofluorescence tidak langsung, haemagglutination tidak
langsung, Enzyme-linked immunosorbent assay

Perlu diingat bahwa mendiagnosis penyakit chagas ini cukup sulit dilakkukan dan lebih baik
diagnosis dini karena penyakitnya sangat sulit untuk disembuhkan. [6]

10
2.5 Pengobatan
Pengobatan penyakit chagas dapat dilakukan dengan cara pemberian obat benznidazole
dan nifurtimox.[6]

A. Benznidazole
Merupakan trypanocide nitrolmidazolederived yang diserap dengan cepat di
saluran pencernaan. Obat ini akan memodifikasi makromolekul secara konvensional
dengan reduksi nitro intermediet.
a. Ukuran paket : 100 mg tablet.
b. Dosis :
- Neonatus 5 mg / kg / hari dibagi menjadi 2 dosis
- Anak-anak diberikan 10 mg / kg / hari dibagi menjadi 2 dosis
- Orang dewasa diberikan 5 / 7 mg / kg / hari dibagi menjadi 2 dosis.
c. Durasi : 60 hari untuk neonatus, anak-anak, dan orang dewasa
d. Efek samping :
a. Efek dermatologis (29-50%)
 Anoreksia dan penurunan berat badan (5-40%)
 Parestesia (0-30%)
 Mual dan / atau muntah (0-5%)
 Leukopenia dan / atau trombositopenia (<1%)
B. Nifurtimox
Merupakan senyawa nitrofuran yang diserap oleh saluran pencernaan. Obat ini
akan mereduksi gugus nitro untuk membentuk radikal yang ttidak stabil seperti
itroanion, yang sangat reaktif dan menghasilkan metabolit O2 tereduksi yang sangat
beracun seperti H2O2 dan O−. Ini menghambat sintesis asam piruvat dan mengganggu
metabolisme karbohidrat T. Cruzi
a. Ukuran paket : 30, 120, dan 250 mg tablet
b. Dosis :
- Neonatus diberikan 10 mg / kg / hari dibagi menjadi 3 dosis
- Anak-anak diberikan 15 - 20 mg / kg / hari dibagi menjadi 4 dosis
- Orang dewasa diberikan 8 - 10 mg / kg / hari dibagi menjadi 4 dosis

11
c. Durasi : 60 hari pada neonatus dan 90 hari pada anak-anak dan
orang dewasa
d. Efek samping :
- Efek gastrointestinal (70%)
- Anoreksia dan penurunan berat badan (50 - 70%)
- Sakit perut (12 - 40%)
- Mual dan / atau muntah (15 -26%).
- Kelainan neurologis dapat terjadi. Iritabilitas, disorientasi, insomnia, dan
gemetar adalah yang paling umum, dan parestesia, polineuropati, dan
neuritis distal termasuk yang paling jarang.
- Neuropati perifer (2 - 5%)
- Sakit kepala (13 - 70%)
- Vertigo (12 - 33%)
- Mialgia (13 - 30%)
- Leukopenia (<1%).

2.5 Siklus Hidup dan Mekanisme Penularan

Gambar 2.2 Siklus hidup dan mekanisme penularan penyakit chagas

12
Gambar di atas menjelaskan siklus hidup sekaligus mekanisme penularan dari T. Cruzi [8]

1. Vektor triatomine yang terinfeksi mengambil makanan berupa darah dan melepaskan
trypoastigotes dalam kotorannya di dekat luka gigitan. Trypomastigotes kemudian masuk
ke inang melalui luka atau memban mukosa yang utuh seperti konjungtiva.
2. Di dalam inang, trypomastigotes menyerang sel-sel dekat lokasi inokulasi dimana mereka
berdiferensiasi menjadi amastigot intraseluler
3. Amastigot berkembang biak dengan pembelahan biner
4. Kemudian berdiferensiasi menjadi trupomastigotes dan dilepaskan ke dalam berbagai
sirkulasi sebagai trypomastigotes aliran darah
5. Trypomastigotes menginfeksi sel-sel dari berbagai jaringan dan berubah menjadi amastigot
intraseluler di lokasi infeksi baru. Manifestasi klinis dapat dihasilkan dari siklus infektif
ini. Trypomastigotes aliran darah tidak mereplikasi. Replikasi berlanjut hanya saat parassit
memasuki sel lain atau dicerna oleh vector lain. Vektor dapat terinfeksi dengan cara
memakan darah atau hewan yang mengandung parasite yang bersikulasi.
6. Trypomastigotes yang tertelan berubah menjadi epismastigotes di pertengahan usus
7. Parasit berkembang biak dan berdiferensiasi di pertengahan usus vector
8. Kemudian berdiferensiasi menjadi trypomastigotes siklus meta infektif di usus bagian
belakang

13
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Jenis dan Macam Vektor Penyebab Penyakit
3.1.1 Jenis dan Macam Vektor Penyebab Penyakit Secara Umum
Vektor merupakan hewan avertebrata yang menularkan agen dari host penjamu
yang sakit ke penjammu lainnya yang rentan. Vektor dibagi menjadi dua jenis yaitu vektor
mekanik dan biologis. Vektor mekanik berupa hewan avertebrata yang menularkan
penyakit tanpa agen tersebut mengalami perubahan, sedangkan vektor biologis agennya
mengalami perkembangbiakan.

Menurut Timmreck (2004) vektor lainnya ada berupa hewan pengerat seperti tikus,
mencit, dan lainnya jadi tidak hanya hewan avertebrata namun hewan yang membawa,
menularkan, dan menjalani poses penularan penyakit. Vektor-vektor menyebarkan
penyakitnya dapat melalui kotoran, gigitan, dan cairan tubuhnya.

Vektor mekanik mendapatkan agennya dari kotoran, urin, maupun sputum


penderita yang hanya melekat pada bagian tubuh vektornya kemudian berpindah ke
makanan atau minuman ketika hinggap ataupun menyerap makanan. Sedangkan vektor
biologis, agen harus masuk ke dalam tubuh vektor dan berkembang biak sampai akhirnya
menjadi infektif. Berpindahnya agen ke penjamu dapat melalui gigitan dan kotoran
sehingga agen dapat masuk ke dalam tubuh penjamu seperti system peredaran darah atau
kelenjar getah bening.

Vektor biologis dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan perubahan


bentuk atau perkembangbiakan agen:

1. Cyclo propagative transmission


Agen kelompok ini mengalami perubahan stadium dan berkembang biak di dalam
tubuh vektor seperti plasmodium
2. Cyclo developmental transmission
Agen kelompok ini mengalami perubahan stadium hingga mencapai stadiu infektif
di dalam tubuh vektor namun tidak mengalami perkembangbiakan seperti Culex
quinquefasciatus

14
3. Propagative transmission

Agen kelompok ini berkembang biak dalam tubuh vektor tanpa mengalami
perubahan stadium seperti Yersinia pestis [9]

3.1.2 Jenis Vektor Penyakit Chagas dan Penyebab yang Ditularkan


Vektor dari penyakit chagas adalah serangga triotomine atau dikenal juga sebagai
kissing bugs. Taksonomi dari serangga ini adalah:

Ordo : Hermiptera

Famili : Reduviidae

Subfamili : Triatominae

Gambar 3.1 Serangga triatomine

Jenis dari serangga ini ada banyak dan masing-masingnya memiliki perilaku
biologis yang berbeda. Jenis-jenis serangga ini diklasifikasi menjadi 3 kelompok
berdasarkan habitat mereka.

1. Domestic/Domestik
Serangga triatomine di kelompok ini hidup di daerah pedesaan yang memiliki
perumahan dengan atap terbuat dari bahan tumbuhan dan dinding yang tipis. Jenis dinding
dan atap seperti sering meninggalkan bekas retakan atau lubang yang menjadi tempat
berkembang biaknya triatomines. Umumnya di pedesaan, manusia dan hewan hidup cukup
berdekatan dan mereka adalah sumber makanan yang dapat dengan mudah diakses
triatomines ini. Biasanya serangga triatomine kelompok ini tersebar di Meksiko (Triatoma

15
barberi), Negara Andean dan Amerika tengah (Triatoma dimidiata dan Rhodnius pro-
lixus), serta Negara Cone Selatan yaitu Aegentina, Bolivia, Brasil, Chili, Paraguay, dan
Uruguay (Triatoma infestans).
2. Peridomestic/Peridomestiik
Serangga triatomine pada kelompok ini merupakan jenis triatomine yang memiliki
siklus domestik dan liar yang melibatkan penyebaran dengan bebas. Jenis ddari kelompok
ini adalah Triatoma dimidiata. Jenis ini juga merupakan vektor peridomestik utama di
seluruh dunia
3. Wild/Liar
Serangga triatomine pada jenis ini berhabitat liar dan menginfeksi spesies mamalia.
Jenis vektor liar yang ditemukan di Brasil adalah Panstrongyius megistus, Triatoma
bransiliensis, dan Triatoma pseudo-maculata. Sedangkan di Kolombia dan Panama adalah
Rhodnius pallescens, serta di Meksiko adalah Triatoma pallidipennis.[6]

Gambar 3.2 Persebaran Serangga Triatomine

16
Penyakit Chagas atau dikenal juga sebagai American typanosomiasis merupakan
penyakit yang disebabkan oleh spesies protozoa Trypanosoma cruzi. Penyakit ini dapat
disembuhkan secara klinis bila pengobatann sudah diberikan di tahap awal, oleh karena itu
pentingnya akses ke diagnosis dan perawatan yang cepat.[3]

3.2 Pengendalian Vektor


Pengendalian vektor ini dapat dilakukan dengan metode:
 Menyemprotkan dinding dan atap dengan insektisida. Metode ini lebih sering
digunakan di daerah endemic.
 Meningkatkan kualitas bangunan rumah untuk menghilangkan atau mengurangi tempat
tinggal vektor serangga triatomine. Metode ini sangat cocok untuk pelindungan diri
individu dan sangat penting untuk mencegah reinfestasi dimana penyemprotan
insektisida telah menghilangkan serangga.

3.3 Metode yang Digunakan Dalam Pengendalian


Vektor penyakit chagas yaitu serangga triatomine dapat dikendalikan dengan penggunaan
insektisida. Insektisida DDT tidak bekerja efektif untuk memberantasnya sedangkan penggunaaan
dieldrin, benzene hexachloride (BHC) dan propoxu tidak tahan lama dan biayanya cukup mahal.
Pada saat ini, insektisida yang digunakan berbahan synthetic pyrethroids, seperti cypermethrin,
cyfluthrin, deltamethrin, permethrin, lambdacyhalothrin dan fenpropathrin. Walaupun mahal,
insektisida ini dapat bertahan lama.

Cat insektisida mengandung lateks atau polivinil asetat sehingga dapat mengatasi
permasalahan degradasi insektisida yang cepat. Cat ini dapat diterapkan ke dinding dengan cara
enyemprot ataupun mengecatnya dengan kuas. Cara pengaplikasian cat ini tergantung ppada jenis
apa dinding rumah yang digunakan. Bila dinding lumpur, maka lebih cocok dengan menyemprot
agar dinding tidak terkikis. Produk harus ddicampurkan dengan air sebelum pengaplikasian.

Meningkatkan kualitas rumah dengan cara memodifikasi dapat menjadi perlindungan dari
serangga dalam jangka waktu yang cukup lama karena tidak ada lagi tempat tinggal atau pun
berkembang biak serangga. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperbaiki dinding, atap, dan

17
juga lantai. Namun untuk daerah peridomestik, serangga dapat berkembang biak dimana saja yang
nyaman bagi serangga di daerah tsb.[10]

3.4 Kendala yang Dihadapi


Kendala yang dihadapi dalam pemberantas vektor serangga Triatomine ini adalah biaya
yang mahal untuk penggunaan insektisidanya. Insektisida yang digunakan berbahan synthetic
pyrethroids, seperti cypermethrin, cyfluthrin, deltamethrin, permethrin, lambdacyhalothrin dan
fenpropathrin. Bahan insektisida ini sangat efektif untuk memberantas vektor dari penyakit chagas
dibandingkan insektisida yang biasa digunakan seperti DDT namun biayanya cukup murah.

Sedangkan BHC, dieldrin, dan propoxu selain biaya yang mahal juga tidak tahan lama.
Selain itu, diagnosis penyakit chagas yang sulit dan pengobatan yang cukup lama juga menjadi
kendala. Untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi, pentingnya perbaikan yang berkelanjutan
dalam alat diagnostik, terapeutik, dan pengawasan.

3.5 Contoh Kasus Penyakit Chagas


Judul Jurnal : Case Report: Evidence of Autochthonous Chagas Disease in Southeastern
Texas[11]

Berdasarkan jurnal tersebut diketahui bahwa pada Tahun 2007 terdapat 5 pasien yang
baru diidentifikasi dengan infeksi yang ditularkan melalui pendonoran darah positif chagas
di Texas bagian Tenggara. Terdapat 4 kasus yang kemungkinan terkena infeksi di daerah
tempat mereka karena mereka berada di wilayah yang sama, sedangkan untuk kasus 5
merupakan pria muda yang sering melakukan kegiatan rutin di luar ruangan seperti
berkemah. Hanya 1 dari 5 pasien yang mendapatkan obat anti-parasit. Faktor risiko yang
terjadi adalah tempat tinggal yang berisiko tinggi terpapar vektor, pekerjaan mereka seperti
berkemah dan memburu, tempat kelahiran mereka yang endemis, dan dari donor darah.

18
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit chagas disebabkan oleh agen Trypanosoma cruzi yang disebarkan oleh vektor
serangga triatomine atau disebut juga sebagai kissing bug. Kasus penyakit chagas sering terjadi di
daerah Amerika Selatan dan tidak ditemukan di Indonesia. Jenis-jenis vektornya dibagi menjadi 3
kelompok yang berdasarkan tempat tinggalnya yaitu domestic, peridomestik, dan liar. Penyakit ini
dapat ditularkan selain melalui vektor juga dapat melalui mulut, transfusi darah, ibu ke anak, dan
penggunaan jarum intravena secara bersamaan. Penularan ini melalui kotoran dari vektor yang
menempel pada kulit ataupun selaput lender.

Penyakit chagas yang kronis sulit untuk diobati dan untuk mendiagnosisnya juga sulit
untuk dilakukan. Pengobatannya memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, alangkah
lebih baik melakukan pencegahan. Pencegahan yang dapat dilakukan dengan cara membasmi
vektor melalui penggunaan insektisida yang berbahan synthetic pyrethroids. Insektisida dapat
disemprot pada dinding dan atap ataupun dijadikan cat kemudian diaplikasikan pada dinding.
Selain itu, untuk mencegah yang melalui transfusi darah dapat dilakukan screening darah di bank
darah terlebih dahulu sebelum donor.

4.2 Saran
Di Indonesia tidak ada kasus penyakit chagas, oleh kaena itu saran yang dapat diberikan adalah:

1. PMI ataupun pelayanan kesehatan terlebih dahulu melakukan screening pada darah
sebelum mentransfusikannya
2. KKP terlebih dahulu melakukan pengecekan pada pendatang yang masuk khususnya yang
berasal dari daerah endemic agar penyebaran penyakit tidak semakin luas ataupun masuk
ke Indonesia
3. Kepala desa melakukan pengecekkan rumah-rumah penduduk pada desanya dan
menyarankan pada mereka yang rumahnya rawan untuk berkembang biaknya vektor
serangga triatomine untuk direnovasi ataupun memodifikasinya

19
Daftar Pustaka

[1] Gomes C, Almeida AB, Rosa AC, Araujo PF, Teixeira ARL. American trypanosomiasis
and Chagas disease: Sexual transmission. Int J Infect Dis 2019;81:81–4.
doi:10.1016/j.ijid.2019.01.021.

[2] WHO | Epidemiology. WHO 2018. https://www.who.int/chagas/epidemiology/en/


(accessed April 25, 2019).

[3] WHO | What is Chagas disease? WHO 2016. https://www.who.int/chagas/disease/en/


(accessed April 25, 2019).

[4] Echeverria LE, Morillo CA. American Trypanosomiasis (Chagas Disease). Infect Dis Clin
North Am 2019;33:119–34. doi:10.1016/j.idc.2018.10.015.

[5] Tzizik DM, Borchardt RA. Chagas disease. J Am Acad Physician Assist 2018;31:30–3.
doi:10.1097/01.JAA.0000547749.92933.6a.

[6] Álvarez-Hernández D-A, Franyuti-Kelly G-A, Díaz-López-Silva R, González-Chávez A-


M, González-Hermosillo-Cornejo D, Vázquez-López R. Chagas disease: Current
perspectives on a forgotten disease. Rev Médica Del Hosp Gen México 2016;81:154–64.
doi:10.1016/j.hgmx.2016.09.010.

[7] Chagas disease - Symptoms and causes - Mayo Clinic. Mayo Clilinic 2017.
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chagas-disease/symptoms-causes/syc-
20356212 (accessed May 19, 2019).

[8] Cantey PT, Stramer SL, Townsend RL, Kamel H, Ofafa K, Todd CW, et al. The United
States Trypanosoma cruzi Infection Study: evidence for vector-borne transmission of the
parasite that causes Chagas disease among United States blood donors. Transfusion
2012;52:1922–30. doi:10.1111/j.1537-2995.2012.03581.x.

[9] Triwijayanti. Vektor Dan Reservoir. Balaba 2008;7:18. doi:10.1177/0883073809332766.

[10] Rozendaal JA. Chapter 3: Triatomine bugs. Vector Control Methods Use by Individ
Communities 1997:210–36.

20
[11] Garcia MN, Aguilar D, Gorchakov R, Rossmann SN, Montgomery SP, Rivera H, et al.
Case report: Evidence of Autochthonous chagas disease in Southeastern Texas. Am J Trop
Med Hyg 2015;92:325–30. doi:10.4269/ajtmh.14-0238.

21

Anda mungkin juga menyukai