Anda di halaman 1dari 18

Penyelanggaraan surveilans terpadu

penyakit bersumber data puskesmas


Peran Puskesmas
1. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan
mengolah data STP puskesmas harian
bersumber dari register rawat jalan & register
rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas
pembantu, tidak termasuk data dari unit
pelayanan bukan puskesmas dan kader
kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data
tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan
rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data.

2. Analisis serta rekomendasi tindak lanjut


Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan
terhadap penyakit potensial KLB didaerahnya dalam
bentuk tabel menurut kelurahan dan grafik
kecenderungan penyakit mingguan, kemudian
menginformasikan hasilnya kepada kepala mahasiswa,
sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah setempat atau
sistem kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di
puskesmas apabila ditemukan adanya kecenderungan
peningkatan jumlah penderita penyakit potensial KLB
tertentu maka kepala puskesmas melakukan penyelidikan
epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten atau kota.

3. Umpan balik
Unit Surveilans puskesmas mengirim umpan
nalik bulanan absensi laporan dan perimtaan
perbaikan data ke puskesmas pembantu
didaerah kerjanya.
4. Laporan
Setiap minggu puskesmas mngirimkan data PWS
(pemantauan wilayah setempat) penyakit
potensial KLB ke dinas kesehatan
kabupaten/kota. Setiap bulan puskesmas
mengirim data STP puskesmas ke dinas
kesehatan kabupaten/kota. Dengan jenis
penyakit dan variabelnya

Strategi pengendalian penyakit


1. Intensifikasi pencarian dan pengobatan kasus
Melakukan pencarian dan pengobatan secara intensif terhadap penderita,
selain mengobati dan menyembuhkan penderita yang juga merupakan
upaya pokok untuk menghilangkan sumber penularan dengan cara
pemutusan mata rantai penularan. Dalam satu wilayah kabupaten dapat
dilakukan secara intensif dengan memperluas jangkauan pelayanan,
seperti pemberdayaan tenaga semi-profesional terlatih misalnya juru
Malaria Desa, Juru Kusta, dan sebagainya. Di masa mendatang sebaiknya
diciptakan petugas lapangan penyakit menular setara dengan bidan di
desa untuk menekan angka kematian ibu.
Untuk penyakit tertentu yang membutuhkan konfirmasi laboratorium
lebih tinggi, memerlukan bantuan pemeriksaan yang dilakukan Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penyelidikan Penyakit (Labkes)
terdekat yang secara regional harus tersedia.
Untuk beberapa penyakit menular yang memerlukan pengobatan jangka
panjang seperti halnya TBC, harus ada jaminan ketersediaan obat dan
jaminan disiplin menelan obat. Oleh sebab itu, keluarga terdekat atau
tokoh masyarakat setempat dapat meminta bantuan Pengawas Menelan
Obat (PMO).

2. Memberikan Perlindungan
Spesifik dan Imunisasi
Manajemen pengendalian penyakit menular
dapat dilakukan dengan cara memberikan
kekebalan secara artifisial yaitu imunisasi.
Cakupan imunisasi amat penting karena
dapat mencegah penyakit dalam satu
wilayah. Namun, tentu saja tidak semua
penyakit menular dapat dicegah dengan
imunisasi. Untuk itu, perlu dilakukan upaya
alternatif berupa pemberantasan penyakit
yang berbasis lingkungan.

Program Imunisasi di
Puskesmas
Sasaran:
Imunisasi Rutin (dibawah satu tahun)
Wanita usia subur atau WUS (wanita
yang berusia 15 49 tahun)
Ibu hamil (bumil)
Anak usia sekolah tingkat dasar

Pelaksanaan Program
Membuat jadwal pelayanan imunisasi diseluruh wilayah kerja
Puskesmas Seririt I
Merencanakan kebutuhan vaksin dan peralatan vaksinasi, cold
chain, cold box, vaksin carrier
Mengelola vaksin dan cold chain sesuai dengan petunjuk teknis
Memberikan Penyuluhan tentang Imunisasi
Imunisasi Dasar : bayi umur 0 11 bulan
BCG : Bayi umur 2-3 bulan
DPT 1
: Bayi umur 2 bulan
DPT 2
: Bayi umur 4 bulan
DPT 3
: Bayi umur 6 bulan
Polio 1 : Bersamaan dengan BCG
Polio 2 : Bersamaan dengan DPT 1
Polio 3 : Bersamaan dengan DPT 2
Polio 4 : Bersamaan dengan DPT 3
Campak : Bayi umur 9 Bulan

Imunisasi Tambahan
TT1 dan TT2 : diberikan pada bumil dan
WUS yang belum T5
Penentuan status T1-T5 ditentukan berdasarkan
imunisasi DPT, DT dan TT yang telah didapatkan
sebelumnya.
T1 : telah mendapat DPT Combo I dan II
T2 : telah mendapat DPT Combo I, II dan III
T3 : telah mendapat DPT Combo I, II dan III + DT
kelas 1 SD
T4 : telah mendapat DPT Combo I, II dan III + DT
kelas 1 SD + TT kelas 2 SD
T5 : telah mendapat DPT Combo I, II dan III + DT
kelas 1 SD + TT kelas 2 SD + TT kelas 3 SD

Imunisasi Anak Sekolah


BIAS Campak : anak Sekolah
Dasar kelas 1 baru
BIAS DT/TT : DD pada anak
Sekolah Dasar kelas 1 baru dan TT
pada anak Sekolah Dasar kelas 2 dan
kelas 3

Surveilans Epidemiologi P2M


1. Persiapan Internal
a. Petugas Surveilans
Untuk kelancaran kegiatan surveilans di desa siaga sangat dibutuhkan tenaga kesehatan
yang mengerti dan memahami kegiatan surveilans. Petugas seyogyanya disiapkan dari
tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Puskesmas sampai di tingkat Desa/Kelurahan. Untuk
menyamakan persepsi dan tingkat pemahaman tentang surveilans sangat diperlukan
pelatihan surveilans bagi petugas. Untuk keperluan respon cepat terhadap kemungkinan
ancaman adanya KLB, di setiap unit pelaksana (Puskesmas, Kabupaten dan Propinsi)
perlu dibentuk Tim Gerak Cepat (TGC) KLB. Tim ini bertanggung jawab merespon secara
cepat dan tepat terhadap adanya ancaman KLB yang dilaporkan oleh masyarakat.

b. Pedoman/Petunjuk Teknis
Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan sangat perlu dibekali buku-buku
pedoman atau petunjuk teknis surveilans.
c. Sarana & Prasarana
Dukungan sarana & prasarana sangat diperlukan untuk kegiatan surveilans seperti :
kendaraan bermotor, alat pelindung diri (APD), surveilans KIT, dll.
d. Biaya
Sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan surveilans. Biaya diperlukan untuk bantuan
transport petugas ke lapangan, pengadaan alat tulis untuk keperluan pengolahan dan
analisa data, serta jika dianggap perlu untuk insentif bagi kader surveilans.

2. Persiapan Eksternal
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan
masyarakat, terutama tokoh masyarakat, agar mereka
tahu, mau dan mampu mendukung pengembangan
kegiatan surveilans berbasis masyarakat. Pendekatan
kepada para tokoh masyarakat diharapkan agar mereka
memahami dan mendukung dalam pembentukan opini
publik untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan
surveilans di desa siaga. Dukungan yang diharapkan dapat
berupa moril, finansial dan material, seperti kesepakatan
dan persetujuan masyarakat untuk kegiatan surveilans.
Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para
penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan
dukungan. Jika di desa tersebut terdapat kelompokkelompok sosial seperti karang taruna, pramuka dan LSM
dapat diajak untuk menjadi kader bagi kegiatan surveilans
di desa tersebut.

3. Survei Mawas Diri atau Telaah Mawas Diri


Survei mawas diri (SMD) bertujuan agar masyarakat
dengan bimbingan petugas mampu mengidentifikasi
penyakit dan masalah kesehatan yang menjadi
problem di desanya. SMD ini harus dilakukan oleh
masyarakat setempat dengan bimbingan petugas
kesehatan. Melalui SMD ini diharapkan masyarakat
sadar akan adanya masalah kesehatan dan ancaman
penyakit yang dihadapi di desanya, dan dapat
membangkitkan niat dan tekad untuk mencari
solusinya berdasarkan kesepakatan dan potensi yang
dimiliki. Informasi tentang situasi penyakit/ancaman
penyakit dan permasalah kesehatan yang diperoleh
dari hasil SMD merupakan informasi untuk memilih
jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang
diselenggarakan di desa tersebut.

4. Pembentukan Kelompok Kerja Surveilans


Tingkat Desa.
Kelompok kerja surveilans desa bertugas
melaksanakan pengamatan dan pemantauan setiap
saat secara terus menerus terhadap situasi
penyakit di masyarakat dan kemungkinan adanya
ancaman KLB penyakit, untuk kemudian
melaporkannya kepada petugas kesehatan di
Poskesdes. Anggota Tim Surveilans Desa dapat
berasal dari kader Posyandu, Juru pemantau jentik
(Jumantik) desa, Karang Taruna, Pramuka,
Kelompok pengajian, Kelompok peminat kesenian,
dan lain-lain. Kelompok ini dapat dibentuk melalui
Musyawarah Masyarakat Desa.

5. Membuat Perencanaan Kegiatan Surveilans


Setelah kelompok kerja Surveilans terbentuk, maka
tahap selanjutnya adalah membuat perencanaan
kegiatan, meliputi :
a. Rencana Pelatihan Kelompok Kerja Surveilans oleh
petugas kesehatan
b. Penentuan jenis surveilans penyakit dan faktor
risiko yang dipantau.
c. Lokasi pengamatan dan pemantauan
d. Frekuensi Pemantauan
e. Pembagian tugas/penetapan penanggung jawab
lokasi pemamtauan
f. Waktu pemantauan
g. Rencana Sosialisasi kepada warga masyarakat
h. dll.

Tahap pelaksanaan
1. Pelaksanaan Surveilans di Tingkat Desa
Surveilans penyakit di tingkat desa dilaksanakan oleh kelompok kerja
surveilans tingkat desa, dengan melakukan kegiatan pengamatan dan
pemantauan situasi penyakit/kesehatan masyarakat desa dan
kemungkinan ancaman terjadinya KLB secara terus menerus. Pemantauan
tidak hanya sebatas penyakit tetapi juga dilakukan terhadap faktor risiko
munculnya suatu penyakit. Pengamatan dan pemantauan suatu penyakit
di suatu desa mungkin berbeda jenisnya dengan pemantauan dan
pengamatan di desa lain. Hal ini sangat tergantung dari kondisi penyakit
yang sering terjadi dan menjadi ancaman di masing-masing desa.
Hasil pengamatan dan pemantauan dilaporkan secara berkala sesuai
kesepakatan (per minggu/ per bulan/ bahkan setiap saat) ke petugas
kesehatan di Poskesdes. Informasi yang disampaikan berupa informasi :
1). Nama Penderita
2). Penyakit yang dialami/ gejala
3). Alamat tinggal
3). Umur
4). Jenis Kelamin
5). Kondisi lingkungan tempat tinggal penderita, dll.

Faktor faktor resiko yang berkaitan dengan beberapa penyakit ;


Diare
a. Masyarakat kesulitan memperoleh air bersih
b. Masyarakat merasakan kekurangan jamban.
c. Lingkungan tidak bersih (pengelolaan sampah yang tidak baik).
d. Terlihat beberapa tetangga/famili terserang penyakit.
Gizi buruk
a. Merasakan sebagian warganya masih kekurangan pangan.
b. Anak balita banyak yang tidak naik berat badannya.
c. Anak balita banyak yang belum mendapat Imunisasi dan Vitamin A.
d. Terlihat beberapa anak yang terserang campak.
Demam Berdarah
a. Masyarakat melihat dan merasakan banyak nyamuk di wilayahnya.
b. Masyarakat melihat dan merasakan banyak air yang tergenang.
c. Banyak kaleng-kaleng bekas yang tidak dikubur.
d. Banyak menemukan jentik pada tempat-tempat penampungan air.
Flu Burung
a. Melihat beberapa tetangga atau famili terserang demam.
b. Masyarakat melihat dan merasakan timbulnya kasus batuk pilek yang menjurus pada
sesak nafas terutama pada anak-anak.
c. Terjadinya kebakaran hutan yang mengakibatkan kabut asap dan mengganggu
pernafasan.
d. Terdapat kematian unggas secara mendadak dalam jumlah banyak.
e. Ditemukan warga yang menderita demam panas ? 38 C disertai dengan satu atau lebih
gejala berikut : batuk, sakit tenggorokan, pilek dan sesak nafas/ nafas pendek yg
sebelumnya pernah kontak dengan unggas yang mati mendadak.

Pelaksanaan Surveilans oleh Petugas Surveilans Poskesdes


Kegiatan surveilans di tingkat desa tidak lepas dari peran aktif petugas petugas
kesehatan/surveilans Poskesdes. Kegiatan surveilans yang dilakukan oleh petugas kesehatan di
Poskesdes adalah :
1) Melakukan pengumpulan data penyakit dari hasil kunjungan pasien dan dari laporan warga
masyarakat.
2) Membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dengan menggunakan data laporan
tersebut diatas dalam bentuk data mingguan. Melalui PWS akan terlihat kecenderungan
peningkatan suatu penyakit. PWS dibuat untuk jenis penyakit Potensial KLB seperti DBD,
Campak, Diare, Malaria, dll serta jenis penyakit lain yang sering terjadi di masyarakat desa
setempat.
PWS merupakan bagian dari sistem kewaspadaan dini KLB yang dilaksanakannoleh Poskesdes.
Sebaiknya laporan masyarakat tidak dimasukkan dalam data W2, karena dapat
membingungkan saat analisis. Laporan masyarakat dapat dilakukan analisis terpisah. Setiap
desa/kelurahan memiliki beberapa penyakit potensial KLB yang perlu diwaspadai dan dideteksi
dini apabila terjadi. Sikap waspada terhadap penyakit potensial KLB ini juga diikuti dengan
sikap siaga tim profesional, logistik dan tatacara penanggulangannya, termasuk sarana
administrasi, transportasi dan komunikasi.
3) Menyampaikan laporan data penyakit secara berkala ke Puskesmas (mingguan/bulanan).
4) Membuat peta penyebaran penyakit. Melalui peta ini akan diketahui lokasi penyebaran suatu
penyakit yang dapat menjadi focus area intervensi.
5) Memberikan informasi/rekomendasi secara berkala kepada kepala desa tentang situasi
penyakit desa/kesehatan warga desa atau pada saat pertemuan musyawarah masyarakat desa
untuk mendapatkan solusi permasalah terhadap upaya-upaya pencegahan penyakit.
6) Memberikan respon cepat terhadap adanya KLB atau ancaman akan terjadinya KLB. Respon
cepat berupa penyelidikan epidemiologi/investigasi bersama-sama dengan Tim Gerak Cepat
Puskesmas.
7) Bersama masyarakat secara berkala dan terjadwal melakukan upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit.

Pelaksanaan Surveilans di Tingkat Puskesmas


Kegiatan surveilans di tingkat Puskesmas dilaksanakan oleh petugas
surveilans puskesmas dengan serangkaian kegiatan berupa pengumpulan
data, pengolahan, analisis dan interpretasi data penyakit, yang dikumpulkan
dari setiap desa siaga. Petugas surveilans puskesmas diharuskan:
1) Membangun sistem kewaspadaan dini penyakit, diantaranya melakukan
Pemantauan Wilayah Setempat dengan menggunakan data W2 (laporan
mingguan). Melalui PWS ini diharapkan akan terlihat bagaimana
perkembangan kasus penyakit setiap saat.
2) Membuat peta daerah rawan penyakit. Melalui peta ini akan terlihat
daerah-daerah yang mempunyai risiko terhadap muncul dan berkembangnya
suatu penyakit. Sehingga secara tajam intervensi program diarahkan ke
lokasi-lokasi berisiko.
3) Membangun kerjasama dengan program dan sektor terkait untuk
memecahkan kan permasalah penyakit di wilayahnya.
4) Bersama Tim Gerak Cepat (TGC) KLB Puskesmas, melakukan respon cepat
jika terdapat laporan adanya KLB/ancaman KLB penyakit di wilayahnya.
5) Melakukan pembinaan/asistensi teknis kegiatan surveilans secara berkala
kepada petugas di Poskesdes.
6) Melaporkan kegiatan surveilans ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara
berkala (mingguan/bulanan/tahunan).

Anda mungkin juga menyukai