Anda di halaman 1dari 63

Evaluasi Program Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas

Pedes Kabupaten Karawang Periode Januari 2017


sampai dengan Desember 2017

Oleh:
Oktaviani Angella Budiman

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Karawang, Januari 2018
Evaluasi Program Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas
Pedes Kabupaten Karawang Periode Januari 2017
sampai dengan Desember 2017

Oleh:
Oktaviani Angella Budiman
11 2015 418

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Karawang, Januari 2018
Evaluasi Program Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas Kecamatan Pedes
Kabupaten Karawang Periode Januari 2017
sampai dengan Desember 2017
Oktaviani Angella Budiman

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Email: ester_octaviani@yahoo.com

Abstrak

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif
sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi tekanan hidup yang
wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam
lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya, merasa nyaman bersama dengan
orang lain. Menurut data WHO tahun 2016 terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan
berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus
gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang. Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan
mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke
atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi
gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk. Data Riskesdas 2013 di Jabar menyebutkan, pasien gangguan jiwa ringan hingga berat
mencapai 465.975 orang naik signifikan dari 2012 sebesar 296.943 orang yang berarti naik sekitar 63%.
Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Pedes, cakupan program upaya kesehatan jiwa masih rendah.
Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa di Puskesmas Pedes Kabupaten Karawang periode Januari
2017 sampai dengan Desember 2017 adalah sebesar 1,02 % dengan besar masalah 94,90%. Rendahnya
cakupan untuk deteksi dini gangguan kesehatan jiwa di Puskesmas Pedes dapat disebabkan oleh beberapa
hal, seperti kurangnya tenaga ahli di bidang kesehatan jiwa, kurangnya edukasi mengenai gangguan
kesehatan jiwa, dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penanganan kondisi tersebut.
Program upaya kesehatan jiwa di Puskesmas Pedes masih belum berjalan dengan optimal dan masih
memerlukan peningkatan.

Kata Kunci: evaluasi program, upaya kesehatan jiwa, deteksi dini, Puskesmas, Pedes
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya
kemampuan dirinya, mampu menghadapi tekanan hidup yang wajar, mampu bekerja
produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan
hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya, merasa nyaman bersama
dengan orang lain.1 Menurut data WHO tahun 2016 terdapat sekitar 35 juta orang terkena
depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena
dimensia.2
WHO memperkirakan 83 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa,
dan dengan perbandingan jumlah perempuan dan laki-laki sebesar 33,2 : 21,7. WHO juga
menyebutkan gangguan kesehatan jiwa merupakan salah satu penyebab tersering
terjadinya disabilitas di seluruh dunia.3 Gangguan kesehatan jiwa dapat meningkatkan
angka mortalitas, dan menurunkan angka kesejahteraan berkaitan dengan biaya yang
harus dikeluarkan untuk menjalani pengobatan.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi gangguan
jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Prevalensi ganggunan mental emosional
yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas
mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau
sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.4 Gangguan jiwa berat merupakan gangguan yang
mengganggu aktivitas, contohnya adalah psikosis atau skizofrenia. Gangguan jiwa berat
terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah.4 Proporsi.
RT yang pernah memasung anggota rumah tangga ganggung jiwa berat sebanyak 14,3%,
dan terbanyak terdapat pada penduduk yang tinggal di perdesaan yaitu sebesar 18,2%.4
Menurut laporan RISKESDAS Jawa Barat, prevalensi gangguan jiwa berat di
Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 2,2%.5 Jumlah pasien gangguan jiwa ringan hingga
berat meningkat dari 296.943 menjadi 465.975 orang.5,6 Sebagian masyarakat
memperlakukan anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa dengan pemasungan,

1
padahal sesungguhnya Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah menggalangkan
program ‘Indonesia Bebas Pasung’.7
Gangguan jiwa dalam pandangan masyarakat masih identik dengan “gila” (psikotik)
sementara kelompok gangguan jiwa lain seperti ansietas, depresi dan gangguan jiwa yang
tampil dalam bentuk berbagai keluhan fisik kurang dikenal. Kelompok gangguan jiwa
inilah yang banyak ditemukan di masyarakat. Mereka ini akan datang ke pelayanan
kesehatan umum dengan keluhan fisiknya, sehingga petugas kesehatan sering kali
terfokus pada keluhan fisik, melakukan berbagai pemeriksaan dan memberikan berbagai
jenis obat untuk mengatasinya. Masalah kesehatan jiwa yang melatarbelakangi keluhan
fisik tersebut sering kali terabaikan, sehingga pengobatan menjadi tidak efektif.8

1.2 Rumusan Masalah


 Kasus gangguan kesehatan jiwa merupakan kondisi yang cukup banyak ditemukan,
dengan jumlah kurang lebih 83 juta kasus di seluruh dunia.
 Gangguan kesehatan jiwa dapat meningkatkan angka mortalitas dan menurunkan
angka kesejahteraan.
 Data RISKESDAS Jawa Barat, prevalensi gangguan jiwa berat di Provinsi Jawa Barat
adalah sebesar 2,2%. Jumlah pasien gangguan jiwa ringan hingga berat meningkat
dari 296.943 menjadi 465.975 orang.
 Masalah kesehatan jiwa yang melatarbelakangi keluhan fisik sering kali terabaikan,
sehingga pengobatan menjadi tidak efektif.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat keberhasilan program upaya kesehatan jiwa di Puskesmas Pedes


Kabupaten Karawang periode periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017 melalui
pendekatan sistem.

1.3.2 Tujuan Khusus


 Diketahuinya cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa di Puskesmas Pedes
Kabupaten Karawang periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017.

2
 Diketahuinya cakupan penanganan pasien yang terdeteksi gangguan kesehatan jiwa di
Puskesmas Pedes Kabupaten Karawang periode Januari 2017 sampai dengan
Desember 2017.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
 Menerapkan ilmu pengetahuan mengenai program puskesmas yang telah diperoleh
selama duduk dibangku kuliah.
 Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengevaluasi suatu program puskesmas
melalui pendekatan sistem.
 Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam mengevaluasi program
puskesmas.
 Membina bakat terutama dalam bidang manager yang diperlukan sebagai modal untuk
menjadi dokter puskesmas nantinya

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi


 Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan masyarakat.
 Mewujudkan UKRIDA sebagai universitas yang menghasilkan dokter yang
berkualitas dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan masyarakat luas.

1.4.3 Bagi Puskesmas Pedes


 Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan program upaya
kesehatan jiwa disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahan masalah.
 Memberikan masukan dalam meningkatkan kerjasama dan membina peran serta
masyarakat dalam melaksanakan program upaya kesehatan jiwa secara optimal.
 Membantu kemandirian puskesmas dalam upaya lebih mengaktifkan program upaya
kesehatan jiwa sehingga dapat memenuhi target cakupan program yang bersangkutan.

1.4.4 Bagi Masyarakat


 Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam kegiatan upaya kesehatan
jiwa di wilayah kerja Puskesmas Pedes, Kabupaten Karawang.

3
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kegiatan upaya kesehatan
jiwa di wilayah kerja Puskesmas Pedes, Kabupaten Karawang.
 Meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pedes,
Kabupaten Karawang.
 Menurunkan dan mempertahankan prevalensi angka kejadian gangguan jiwa pada
masyarakat.

1.5 Sasaran

Semua masyarakat yang belum terdeteksi gangguan jiwa dan masyarakat yang sudah
terdeteksi gangguan jiwa namun belum mendapatkan penanganan yang tepat di wilayah kerja
Puskesmas Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari 2017 sampai dengan Desember
2017.

4
Bab II

Materi dan Metode

2.1. Materi

Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan hasil kegiatan bulanan
puskesmas mengenai program upaya kesehatan jiwa di Puskesmas Pedes, Kabupaten
Karawang periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017, yang berisi kegiatan sebagai
berikut:

1. Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa


2. Penanganan pasien terdeteksi gangguan jiwa

2.2. Metode

Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, pengolahan data, dan
analisis data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program
upaya kesehatan jiwa di Puskesmas Pedes periode Januari 2017 sampai dengan Desember
2017 dengan cara membandingkan cakupan hasil program terhadap tolak ukur yang telah
ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.

5
Bab III

Kerangka Teori

3.1. Bagan Sistem

Gambar 1. Bagan Sistem7

Bagan di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu:7

1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man),
dana (money), sarana (material), metode (method).

2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pemantauan (controlling).

3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.

6
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh
sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik
dan non fisik.

5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa rapat
bulanan.

6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.

3.2. Tolak Ukur

Tolak ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan sebagai
target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan, proses,
keluaran, lingkungan dan umpan balik pada program upaya kesehatan jiwa seperti yang
tertera pada lampiran.

7
Bab IV

Penyajian Data

4.1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk evaluasi program ini berasal dari data sekunder
dan tersier berupa:
a) Data geografis dari data Puskesmas Pedes Kabupaten Karawang tahun 2017
b) Data demografis dari data Puskesmas Pedes Kabupaten Karawang tahun 2017
c) Data laporan bulanan program upaya kesehatan jiwa di Puskesmas Pedes
Kabupaten Karawang periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017,
yang terdiri dari:
i. Data penemuan penderita baru gangguan kesehatan jiwa di Puskesmas
Pedes, Kabupaten Karawang.
ii. Data pelayanan pemeriksaan dan pengobatan pasien yang terdeteksi
mengalami gangguan kesehatan jiwa di Puskesmas Pedes, Kabupaten
Karawang.

4.2. Data Umum


4.2.1 Data Geografis

a. Lokasi
Puskesmas Pedes terletak di Jalan Raya Pedes Kecamatan Pedes, Desa Payungsari,
Kabupaten Karawang.
b. Wilayah Kerja
Batas wilayah kerja Puskesmas Pedes :
 Sebelah Utara : Wilayah kerja UPTD Puskesmas Sungai Buntu
 Sebelah Selatan : Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutamukti
 Sebelah Barat : Wilayah kerja UPTD Puskesmas Cibuaya
 Sebelah Timur : Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertamukti

c. Wilayah Administrasi
Luas wilayah Kecamatan Pedes 5115 Ha yang terdiri dari daerah pesawahan dan
sebagian untuk perumahan. Puskesmas Pedes memiliki wilayah kerja 8 desa, 68

8
RW dan 126 RT dengan jarak desa terjauh 7 km dari Puskesmas dengan waktu
tempuh 25 menit dengan roda 2 dan 40 menit dengan roda 4.
Berikut nama – nama desa yaitu :
1. Desa Payungsari jarak dari puskesmas 1 km, dapat dicapai semua jenis
kendaraan.
2. Desa Karangjaya jarak dari puskesmas 3 km, dapat dicapai semua jenis
kendaraan.
3. Desa Kertaraharja jarak dari puskesmas 3 km, dapat dicapai semua jenis
kendaraan.
4. Desa Rangdumulya jarak dari puskesmas 5 km, dapat dicapai semua jenis
kendaraan.
5. Desa Labanjaya jarak dari puskesmas 6 km, dapat dicapai semua jenis
kendaraan.
6. Desa Jatimulya jarak dari puskesmas 4.5 km, dapat dicapai semua jenis
kendaraan.
7. Desa Kertamulya jarak dari puskesmas 6 km, dapat dicapai semua jenis
kendaraan.
8. Desa Malangsari jarak dari puskesmas 7 km, dapat dicapai semua jenis
kendaraan.
c. Geologi

Secara geografis Puskesmas Pedes termasuk daerah dataran rendah.


d. Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya Pedes merupakan dataran rendah dengan
temperatur udara rata-rata 27-29 ºC.
e. Hidrografi
Pedes mempunyai aliran sungai yang berfungsi mengaliri lahan pertanian atau
irigasi.

9
4.2.2 Data Demografis
4.2.2.1 Jumlah Penduduk

Penduduk
No Nama Desa
Laki-laki Perempuan Total
1 PAYUNGSARI 5037 4782 9819
2 KARANGJAYA 4785 4544 9329
3 KERTAHARJA 4168 3964 8132
4 RANGDUMULYA 3431 3266 6697
5 LABANJAYA 3281 3130 6411
6 JATIMULYA 5079 4821 4821
7 KERTAMULYA 3553 3386 6939
8 MALANGSARI 3066 2929 5995
Jumlah 32400 30822 63222
(Sumber : Data Demografi wilayah kerja Puskesmas Pedes Tahun 2017)

4.2.2.2 Data Kepercayaan


Puskesmas Pedes merupakan Puskesmas perkotaan dengan penduduk yang cukup
padat, angka urbanisasi yang relatif tinggi, serta tingkat pemeluk agama atau
kepercayaan yang cukup beragam, seperti gambaran berikut:
a. Jumlah penduduk pemeluk agama Islam : 99,90%
b. Jumlah penduduk pemeluk agama Kristen Protestan : 0,10%
c. Jumlah penduduk pemeluk agama Kristen Katolik :-
d. Jumlah penduduk pemeluk agama Budha :-
e. Jumlah penduduk pemeluk agama Hindu :-
(Sumber : Data Demografi wilayah kerja Puskesmas Pedes Tahun 2017)

4.2.2.3 Data Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Pedes adalah
petani sebanyak 55%, pedagang sebanyak 10%, buruh/pegawai swasta 15%, nelayan sebesar
2%, PNS/TNI/POLRI 4%, dan lain-lain 14%. (Sumber: Data Demografi wilayah kerja
Puskesmas Pedes Tahun 2017)

10
4.2.2.4 Tingkat Pendidikan

Penduduk Kecamatan Pedes yang berijazah SD atau yang sederajat menduduki


jumlah terbanyak di antara yang lainnya seperti yang ditunjukkan dalam data berikut ini:
a. Tamat SD : 41 %
b. Tamat SMP : 34 %
c. Tamat SMA : 16 %
d. Diploma/Perguruan Tinggi :9%

(Sumber: Data Demografi wilayah kerja Puskesmas Pedes Tahun 2017)

4.2.3 Data Fasilitas Kesehatan

Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Pedes,
antara lain :
- Puskesmas Induk : 1 buah
- Pustu : 1 buah (Puskesmas Kertamulya)
- Puskesdes : 1 buah
- Pusling : 6 buah
- Ambulans : 2 buah
- Posyandu : 49 buah
- Posbindu : 8 buah
- Klinik Bersalin : 1 buah
- PONED : 1 buah
- Klinik 24 jam : 2 buah
- Apotek : 4 buah
- Paraji : 23 orang
- Kesehatan tradisional : 12 orang
- BPS : 4 buah

4.3. Data Khusus


4.3.1. Masukan (input)
a) Tenaga (man)
 Kepala Puskesmas : 1 orang
 Dokter Umum : 2 orang
 Dokter Gigi : 0 orang

11
 Perawat : 17 orang
 Bidan : 26 orang
 Farmasi : 1 orang
 Analis Lab : 1 orang
 Nutrisionis : 1 orang
 Admin dan Keuangan : 4 orang
 Tenaga Umum (supir, kebersihan dll) : 9 orang
 Koordinator Program Kesehatan Jiwa : 1 orang
b) Dana (money)
 Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) : ada
c) Sarana (material)
 Medis
 Meja : ada
 Kursi : ada
 Tempat tidur : ada
 Stetoskop : ada
 Sphygnomanometer : ada
 Termometer : ada
 Timbangan : ada
 Spuit : ada
 Kapas alkohol : ada
 Obat
 Haloperidol : tersedia cukup
 Clorpromazin : tersedia cukup
 Diazepam : tersedia cukup
 Triheksilfenidil : tidak ada
 Non Medis
 Leaflet : Tidak ada
 Poster : Tidak ada
 Gedung Puskesmas
• Ruang Pendaftaran : 1 ruang
• Ruang Tunggu : 1 ruang
• Ruang Periksa : 2 ruang
• Kamar Obat : 1 ruang

12
 Buku pedoman kesehatan jiwa : tidak ada
 Kartu berobat pasien : tidak ada
 Formulir pencatatan dan pelaporan : tidak ada

d) Metode (method)
A. Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa
Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa adalah kegiatan pemeriksaan untuk
melihat adanya gejala awal gangguan kesehatan jiwa, dengan menggunakan
metode 2 menit.6
Pasien datang ke pusat pelayanan kesehatan dasar, mendaftar ke loket, di sana
dicatat identitas pasien pada kartu berobat.
Pasien dengan membawa kartu
berobat menuju kamar periksa, di sana pasien diterima oleh perawat yang akan
melakukan anamnesis dan pemeriksaan tanda- tanda vital. Dengan pemeriksaan
metode 2 menit ini dapat menentukan cakupan deteksi dini gangguan kesehatan
jiwa.
 Bila pasien datang dengan keluhan fisik murni, di kartu berobat pasien
diberi tanda F1
 Bila pasien datang dengan keluhan fisik disertai keluhan mental-
emosional diberi tanda F2 (fisik ganda) (komorbiditas)
 Bila datang dengan keluhan psikosomatik diberi tanda PS
 Bila dengan keluhan mental emosional diberi tanda ME.

Untuk keluhan PS, di samping hal-hal yang berkaitan dengan organ tubuh
mengenai sistem respiratorius, sistem kardiovaskuler, sistem muskuloskeletal,
sistem urogenital, sistem gastrointestinal, sistem dermatologi, sistem
endokrinologi, sistem serebrovaskuler, ditanyakan juga mengenai:
 Kesadaran seperti penurunan kesadaran, perubahan kesadaran.
 Daya ingat
 Kemampuan mengarahkan, memusatkan, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian
 Kejang: kejang umum, kejang fokal yang berulang

13
Khusus untuk keluhan ME ditanyakan hal-hal yang berkaitan dengan:
 Gejala psikotik seperti halusinasi, waham, inkoherensi, perilaku katatonik
atau perilaku kacau lainnya.
 Gejala ansietas seperti was-was, cemas, takut, panik.
 Gejala depresi seperti murung, sedih, tak bergairah, tak bersemangat.
 Gejala manik seperti gembira, semangat tinggi, tak kenal risiko,
kebutuhan tidur berkurang.
 Gejala retardasi mental seperti kecerdasan yang kurang, kurang bisa
beradaptasi dengan lingkungan.
 Gejala kejiwaan pada anak dan remaja seperti sulit berinteraksi sosial,
hiperaktif, kurang dapat memusatkan perhatian, gangguan tingkah laku,
mengompol pada usia 5 tahun atau lebih. 

Setelah itu diajukan pertanyaan:
 Apakah ada stressor organobiologik seperti penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan SSP, termasuk penggunaan NAPZA.
 Apakah ada distres/penderitaan dari pihak pasien atau keluarga.
 Apakah ada gangguan fungsi pekerjaan/akademik, fungsi sosial dan fungsi
sehari-hari. 

Kemudian dibuatlah diagnosis yang merujuk pada ICD-10 (International
Classification of Diseases, 10th Revision) dari WHO tahun 1992.

B. Penanganan pasien terdeteksi gangguan jiwa


Penanganan kasus gangguan kesehatan jiwa dalam bentuk psikofarmaka
adalah penanganan pasien yang sudah terdiagnosis gangguan jiwa mendapatkan
pengobatan sesuai dengan tingkatan diagnosa. Untuk gangguan berat langsung
dirujuk ke pelayanan sekunder.
Pemberian obat psikofarmaka, antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala
psikotik (misalnya gaduh, gelisah, sulit tidur, halusinasi, waham, proses pikir
kacau). Pasien psikotik yang agresif, mengancam, cendrung merusak dirinya atau
orang lain (biasanya pasien skizofrenia, maniakal, atau penyalahgunaan NAPZA)
membutuhkan terapi yang efektif, aman dan mempunyai efek yang cepat (segera).
Antipsikotik oral yang ada di Indonesia ada 2 golongan yaitu antipsikotik tipikal
dan antipsikotik atipikal.6

14
C. Rujukan penderita gangguan jiwa
Rujukan adalah upaya pelimpahan tanggung jawab timbal balik dari tingkat
pelayanan dasar kepada tingkat pelayanan rujukan atau sebaliknya, sehingga
gangguan jiwa memperoleh pelayanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan.6
Pada kasus yang berat (yang membahayakan pasien atau orang lain) yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit, dapat dirujuk ke sarana pelayanan rawat-
inap. Begitu juga pasien yang sudah diberikan terapi secara optimal namun belum
ada kemajuan, atau pasien yang membutuhkan terapi yang lebih mendalam
(psikoterapi) dapat dirujuk kepada dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) atau
psikolog.6
Ada 3 tiga aspek dalam pelaksanaan proses rujukan. Ketiga aspek tersebut
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:6
 Aspek unit yang merujuk:
 Penderita dirujuk karena tidak dapat diatasi setempat
 Pemeriksaan terhadap penderita memerlukan pemeriksaan
penunjang medis yang lebih lengkap
 Penderita setelah diobati memerlukan pengobatan/ perawatan di unit
pelayanan yang lebih mampu/ lengkap
 Unit penerima rujukan:
 Mempunyai sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
 Tata cara pelaksanaan rujukan:
 Pelaksanaan rujukan meliputi alur rujukan dan tata cara administrasi
rujukan.
 Dalam hal administrasi rujukan, unit pengirim mencatat dalam
register rujukan, membuat surat rujukan dan memberikan penjelasan
yang
diperlukan yang berkaitan dengan kasus yang dirujuk.
 Unit penerima rujukan mencatat hasil pengobatan/ perawatan pada
kartu perawatan dan kartu catatan medik, mengembalikan kasus
rujukan kepada unit yang merujuk untuk kepentingan pembinaan/
pengawasan selanjutnya disertai laporan umpan balik, dan bila
diperlukan dapat merujuk lebih lanjut. 


15
D. Pencatatan dan pelaporan program upaya kesehatan jiwa
Pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas merupakan
suatu alat untuk memantau kegiatan pelayanan kesehatan jiwa, baik bagi
kepentingan pasien yang bersangkutan, maupun bagi petugas kesehatan yang
melayani serta pihak perencana dan penyusun kebijakan.6
Pencatatan adalah cara yang dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mencatat
data yang penting mengenai pelayanan tersebut dan selanjutnya disimpan sebagai
arsip di Puskesmas.
Terdapat 2 macam pencatatan dalam pelayanan kesehatan
jiwa di Puskesmas.6
a) Kartu rawat jalan: untuk mencatat data mengenai pasien
b) Pencatatan harian rutin: untuk mencatat data pasien yang dikumpulkan
selama sehari.
Pelaporan adalah mekanisme yang digunakan oleh petugas kesehatan untuk
melaporkan kegiatan pelayanan yang dilakukannya kepada instansi yang lebih
tinggi (dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota).

4.3.2. Proses (process)


4.3.2.1. Perencanaan (planning)
1. Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa
Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa dilakukan dengan pemeriksaan metode 2
menit oleh perawat dan akan ditindaklanjuti oleh dokter yang bertugas di Balai
Pengobatan Umum pada hari Senin sampai dengan Sabtu pukul 08.00 – 12.00
WIB.
2. Penanganan pasien terdeteksi gangguan jiwa
Penanganan psikofarmaka dilakukan oleh dokter yang bertugas di Balai
Pengobatan Umum (BPU) pada hari Senin sampai dengan Sabtu pukul 08.00 –
12.00 WIB.
3. Rujukan penderita gangguan jiwa
Akan dilakukan rujukan bila ditemukan penderita ganguan jiwa berat ke Rumah
Sakit terdekat pada setiap hari Senin sampai dengan Sabtu, pukul 08.00-12.00
WIB.
4. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berjenjang dari puskesmas hingga ke
pusat setiap bulan.

16
2.3.2.2. Pengorganisasian (organizing)
Adanya pembagian dan pemberian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya.

Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Pedes Tahun 2017

Gambar 2. Bagan Struktur organisasi Puskesmas Pedes Kabupaten Karawang


(Sumber: Data PKP wilayah kerja Puskesmas Pedes Tahun 2017)

17
Kepala Puskesmas
H. Warno Sumarno
SKM.MM.KES

Koordinator Program
Kesehatan Jiwa
Obay Sobarna, SKM

Pelaksana Program
Upaya Kesehatan Jiwa
Obay Sobarna, SKM

2.3.2.3. Pelaksanaan (actuating)


Pelaksanaan sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara
berkala:
1. Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa
Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa dengan pemeriksaan metode 2 menit oleh
dokter yang bertugas di Balai Pengobatan Umum pada hari Senin sampai dengan
Sabtu pukul 08.00 – 12.00 WIB. Kurangnya pengetahuan dan stigma masyarakat akan
gangguan kesehatan jiwa menyebabkan keluarga pasien yang memiliki gangguan
kesehatan jiwa tidak membawa pasien berobat ke puskesmas maupun fasilitas
kesehatan lainnya.

2. Penanganan pasien terdeteksi gangguan jiwa


Dilakukan penanganan psikofarmaka dilakukan oleh dokter yang bertugas di Balai
Pengobatan Umum pada hari Senin sampai dengan Sabtu pukul 08.00 – 12.00 WIB.
Selain itu, dilakukan juga home visit / kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan
puskesmas yang dirasa masih kurang maksimal dikarenakan kurangnya tenaga dan
waktu pelaksanaan. Beberapa kunjungan dilakukan setelah kegiatan BP di puskesmas
sudah selesai. Kurangnya panduan maupun SOP dalam pelaksanaan upaya kesehatan
jiwa juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketidak efektifan dalam upaya
penanganan pasien terdeteksi gangguan jiwa.

18
3. Rujukan penderita gangguan jiwa terlaksana
Terhadap kasus jiwa yang berat, sistem rujukan telah dilaksanakan sesuai dengan
jenjang sistem rujukan.
4. Pencatan dan pelaporan program upaya kesehatan jiwa
Pencatatan dan pelaporan mengenai pasien yang baru terdeteksi maupun pasien yang
sudah mendapat penanganan dilakukan secara rutin setiap bulannya. Namun hal ini
tidak berjalan secara optimal karena kurangnya upaya deteksi dini gangguan
kesehatan jiwa dan pelaporan dari masyarakat yang masih tidak tersampaikan ke
Puskesmas.

4.3.2.4. Pengawasan (controlling)


 Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berkala setiap bulan oleh pemegang
program upaya kesehatan jiwa.
 Lokakarya Mini Puskesmas yang dilakukan setiap awal bulan.

4.3.3. Keluaran (output)


4.3.3.1. Cakupan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa
Tabel 1. Data Cakupan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa di Puskesmas Pedes Periode
Januari 2017 sampai dengan Desember 2017
Bulan Jumlah pasien

Januari 2017 43

Februari 2017 43

Maret 2017 43

April 2017 44

Mei 2017 49

Juni 2017 42

Juli 2017 42

Agustus 2017 44

September 2017 44

Oktober 2017 43

November 2017 43

Desember 2017 30

19
Total 510

Sumber : Data Laporan Bulanan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa di Puskesmas Pedes
periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017

Tabel 2. Data Kunjungan Pasien di Puskesmas Pedes Periode Januari 2017 sampai dengan
Desember 2017

Bulan Jumlah pasien

Januari 2017 4576

Februari 2017 4240

Maret 2017 5311

April 2017 3652

Mei 2017 3966

Juni 2017 2859

Juli 2017 4047

Agustus 2017 4712

September 2017 4308

Oktober 2017 3648

November 2017 4572

Desember 2017 3798

Total 49689

Sumber : Data Laporan Bulanan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa di Puskesmas Pedes
periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017

Cakupan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa di Puskesmas Pedes Periode Januari 2017
sampai dengan Desember 2017 adalah:

𝑎ℎ 𝑎 𝑦𝑎 𝑔 𝑎 𝑔𝑎 𝑔𝑔 𝑎 ℎ𝑎 𝑎 𝑤𝑎
Persentase: 𝑎ℎ ℎ 𝑔𝑎 𝑎 𝐽𝑎 𝑎 −𝐽
x 100 %

= x 100 % = 1,02 %

 Target cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa selama 1 tahun = 20 %


%− , %
 Besarnya masalah %
x 100 % = 94,9 %

20
4.3.3.2. Cakupan Penanganan Pasien Terdeteksi Gangguan Jiwa

Tabel 3. Data Cakupan Penanganan Pasien Terdeteksi Gangguan Jiwa di Puskesmas Pedes
Periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017

Bulan Jumlah pasien

Januari 2017 41

Februari 2017 42

Maret 2017 43

April 2017 47

Mei 2017 45

Juni 2017 41

Juli 2017 44

Agustus 2017 42

September 2017 41

Oktober 2017 41

November 2017 45

Desember 2017 55

Total 527
Sumber : Data Laporan Bulanan Penanganan Pasien Terdeteksi Gangguan Kesehatan Jiwa di
Puskesmas Pedes periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017
Persentase:
𝐽 𝑎ℎ 𝑝𝑎 𝑔𝑎 𝑔𝑔 𝑎 ℎ𝑎 𝑎 𝑤𝑎 𝑦𝑎 𝑔 𝑎 𝑔𝑎 𝑤 𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑎𝑃 𝑎
= x 100%
𝑎ℎ 𝑎 𝑦𝑎 𝑔 𝑔𝑎 𝑔𝑔 𝑎 ℎ𝑎 𝑎 𝑤𝑎 𝑤 𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑎𝑃 𝑎 𝐽𝑎 𝑎 −𝐽

= x 100 %

= 1,06 %
 Target cakupan penanganan pasien terdeteksi gangguan kesehatan jiwa selama 1
tahun = 100 %
%− , %
 Besarnya masalah x 100 % = 98,94%
%

21
4.3.3.3. Rujukan Penderita Gangguan Jiwa

Semua pasien dengan gangguan jiwa yang berat telah dirujuk untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut. Sistem rujukan telah dilakukan sesuai dengan jenjang sistem
rujukan. Rujukan kembali dari rumah sakit ke puskesmas masih sangat kurang, seharusnya
rumah sakit melakukan rujukan kembali pasien yang sudah stabil ke puskesmas.

4.3.3.4. Pencatatan dan pelaporan.


100% dilakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan program. Pencatatan dilaksanakan
setiap hari kerja dan pelaporan dilaksanakan secara bulanan oleh programer upaya
kesehatan jiwa di Puskesmas.

4.3.4. Lingkungan (environment)

Lingkungan Fisik

 Lokasi : Tidak terdapat lokasi yang sulit dicapai


 Transportasi : Tersedia sarana transportasi
 Fasilitas kesehatan lain : Ada fasilitas kesehatan lain

Lingkungan Non-Fisik

 Pendidikan : rata-rata pendidikan masyarakat rendah


 Budaya : Terdapat perbedaan persepsi masyarakat dan petugas medis
mengenai gangguan jiwa. Masyarakat menganggap orang dengan gangguan jiwa
hanya yang disebut “orang gila” saja. Masyarakat juga menganggap pasien dengan
gangguan jiwa tidak perlu melakukan pengobatan secara rutin. Orang dengan
gangguan jiwa dianggap akibat ulah “guna-guna/santet”.
 Sosial/ekonomi : rata-rata masyarakat bekerja sebagai petani

4.3.5. Umpan Balik (feedback)

 Pencatatan dan pelaporan : adanya pencatatan dan pelaporan setiap bulan secara
lengkap mengenai program upaya kesehatan jiwa
 Rapat kerja dalam bentuk lokakarya mini : 1 bulan sekali

22
4.3.6. Dampak (impact)

 Langsung : diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat


sebagai bagian dari derajat kesehatan masyarakat.
 Tidak langsung : diharapkan stigma dan diskriminasi di masyarakat yang masih
menganggap gangguan jiwa sebagai orang gila dapat hilang.

23
Bab V

Pembahasan

5.1. Pembahasan Masalah

5.1.1. Masalah Menurut Keluaran

No. Variabel Tolak Ukur Pencapaian Besar


Masalah

1. Cakupan deteksi dini 20 % 1,02 % 94,90 %


gangguan kesehatan jiwa

2 Cakupan penanganan 100 % 1,06 % 98,94 %


pasien terdeteksi
gangguan jiwa

5.1.2. Masalah Menurut Masukan

No. Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah

1. Petugas medis yang Ada Tidak ada (+)


sudah dilatih deteksi dini
gangguan kesehatan jiwa

2. Leaflet atau poster Ada Tidak ada (+)

3. Buku pedoman kesehatan Ada Tidak ada (+)


jiwa

4. SOP upaya kesehatan Ada Tidak ada (+)


jiwa

24
5.1.3. Masalah Menurut Proses

No. Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah

1. Deteksi dini Metode 2 Menit Tidak dilakukan karena (+)


gangguan petugas medis tidak
kesehatan jiwa mendapat pelatihan tentang
Metode 2 Menit

2 Penanganan Penanganan pasien Kurang efektif karena jadwal (+)


pasien terdeteksi berupa psikofarmaka kunjungan rumah masih
gangguan /psikoterapi dan sedikit
kesehatan jiwa adanya kunjungan
rumah/homecare

5.1.4 Masalah Menurut Lingkungan

No. Variabel Pencapaian Masalah

1. Fisik: fasilitas (+)


Kurangnya pencatatan dan pelaporan penderita
kesehatan lain
gangguan jiwa dari luar puskesmas khususnya
dari fasilitas kesehatan lain, belum dilaporkan
ke puskesmas tempat dimana penderita tinggal.

2. Non-fisik: Budaya Kurang, karena masih terdapat perbedaan (+)


persepsi masyarakat dan petugas medis
mengenai gangguan jiwa. Masyarakat
menganggap orang dengan gangguan jiwa
hanya yang disebut “orang gila” saja.
Masyarakat juga menganggap pasien dengan
gangguan jiwa tidak perlu melakukan
pengobatan secara rutin. Orang dengan
gangguan jiwa dianggap akibat ulah “guna-
guna/santet”.

25
Bab VI

Perumusan Masalah

6.1. Masalah Menurut Keluaran

a) Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa adalah 1,02% dengan besar
masalah 94,90% dari target 20%
b) Cakupan penanganan pasien terdeteksi gangguan jiwa adalah 1,06% dengan besar
masalah 98,94% dari target 100%

6.2. Masalah dari Unsur Lain

6.2.1. Dari Masukan

6.2.1.1 Man
a) Tidak adanya petugas medis yang sudah dilatih mengenai deteksi dini gangguan
kesehatan jiwa.
6.2.1.2 Material

a) Tidak tersedianya leaflet dan poster kesehatan jiwa.

6.2.1.3 Method

a) Tidak adanya pelatihan metode deteksi dini gangguan jiwa (Metode 2 Menit).

6.2.2. Dari Proses

a) Pelaksanaan deteksi dini dengan metode 2 menit tidak berjalan efektif tenaga
medis tidak mengetahui cara melakukan deteksi dini dengan metode 2 menit.
b) Penanganan pasien terdeteksi gangguan jiwa tidak berjalan efektif karena
penjangkauan penanganan melalui home visit/kunjungan rumah tidak berjalan
secara rutin.

6.2.3. Dari Luar Sistem (Lingkungan)

a) Lingkungan Fisik
Kurangnya pencatatan dan pelaporan penderita gangguan jiwa dari luar
puskesmas khususnya dari fasilitas kesehatan lain, belum dilaporkan ke
puskesmas tempat dimana penderita tinggal.

26
b) Lingkungan non fisik
Terdapat perbedaan persepsi masyarakat dan petugas medis mengenai gangguan
jiwa. Masyarakat menganggap orang dengan gangguan jiwa hanya yang disebut
“orang gila” saja. Masyarakat juga menganggap pasien dengan gangguan jiwa
tidak perlu melakukan pengobatan secara rutin. Orang dengan gangguan jiwa
dianggap akibat ulah “guna-guna/santet”.

27
Bab VII

Prioritas Masalah

7.1 Masalah Menurut Keluaran


a) Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa adalah 1,02% dengan besar masalah
94,90%.
b) Cakupan penanganan pasien terdeteksi gangguan jiwa adalah 1,06% dengan besar
masalah 98,94% .

7.2 Prioritas Masalah

Kedua masalah tersebut merupakan prioritas masalah saat ini.

28
Bab VIII

Penyelesaian Masalah

8.1.Masalah Pertama
Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa sebesar 1,02% dengan target 20%
sehingga besar masalah 94,90%.

Penyebab :

a) Belum dilatihnya tenaga medis dibidang kesehatan jiwa sehingga dalam deteksi
dini tidak berjalan dengan baik.
b) Tidak adanya leaflet dan poster tentang kesehatan jiwa sehingga informasi
kesehatan jiwa yang didapatkan masyarakat sangat kurang.
c) Tidak adanya tersedianya buku pedoman kesehatan jiwa.
d) Tidak adanya SOP dalam pelaksanaan upaya kesehatan jiwa diwilayah kerja
puskesmas sehingga program berjalan kurang maksimal.
e) Pelaksanaan deteksi dini dengan metode 2 menit kurang efektif. Sengkali hanya
mengobati keluhan pasien saja tanpa menggali lebih jauh mengenai penyakit
dasarnya.
f) Terdapatnya stigma di masyarakat yang masih menganggap gangguan jiwa
sebagai orang gila sehingga merasa malu untuk mencari pengobatan medis,
adanya anggapan bahwa gangguan jiwa dapat diobati oleh dukun atau alternatif
lain.

Penyelesaian masalah:
a) Diadakan pelatihan petugas kesehatan mengenai upaya kesehatan jiwa sehingga
dapat melakukan deteksi dini terhadap gangguan kesehatan jiwa.
b) Membuat leaflet dan poster tentang kesehatan jiwa sehingga pengunjung
puskesmas dapat mengetahui informasi tentang kesehatan jiwa.
c) Mengajukan permohonan disediakannya satu buku pedoman kesehatan jiwa.
d) Membuat SOP dalam melaksanakan upaya kesehatan jiwa sehingga program yang
dilaksanakan sesuai dengan standar yang diinginkan.
e) Meningkatkan pencarian penderita secara aktif dengan kunjungan rumah.
f) Melakukan pelatihan kader untuk masyarakat untuk kesehatan jiwa.

29
g) Melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar mengetahui tentang gangguan
jiwa dan dapat mencari pengobatan ke puskesmas dengan kerja sama lintas
program bagian promkes untuk melakukan penyuluhan upaya kesehatan jiwa yang
terjadwal satu bulan sekali.

8.2.Masalah Kedua
Cakupan penanganan pasien terdeteksi gangguan jiwa sebesar 1,06% dengan target
100%, sehingga besar masalah 98,94%.

Penyebab :

a) Tenaga medis kurang kompeten dalam penggunaan metode 2 menit, sehingga tidak
dapat mendiagnosa penyakit pasien dengan tepat.
b) Tidak adanya rujukan kembali ke puskesmas dari rumah sakit rujukan untuk pasien
dengan gangguan jiwa yang sudah stabil.
c) Tidak adanya SOP dalam pelaksanaan upaya kesehatan jiwa diwilayah kerja
puskesmas sehingga program berjalan kurang maksimal.
d) Masih adanya masyarakat yang tidak mau datang berobat ke puskesmas serta sulitnya
membawa pasien ke puskesmas.

Penyelesaian masalah:
a) Diadakan pelatihan mengenai diagnosa gangguan kejiwaan menggunakan metode 2
menit sehingga tenaga medis mampu mendiagnosa gangguan kejiwaan dengan tepat.
b) Menyarankan kepada rumah sakit rujukan untuk merujuk kembali pasien dengan
gangguan jiwa yang stabil dan memungkinkan untuk dilakukan terapi rutin di
puskesmas.
c) Membuat SOP dalam melaksanakan upaya kesehatan jiwa sehingga program yang
dilaksanakan sesuai dengan standar yang diinginkan.
d) Melakukan kunjungan rumah pada pasien yang tidak mau datang ke puskesmas atau
tidak bisa datang ke puskesmas untuk mendapatkan penanganan.

30
Bab IX

Penutup

9.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi program Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas Kecamatan


Pedes periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017 dengan cara pendekatan sistem,
dapat diambil kesimpulan bahwa program Upaya Kesehatan Jiwa belum berhasil sepenuhnya.
Hal ini dapat dilihat dari unsur keluaran yang belum seluruhnya mencapai target yang sudah
ditentukan, yaitu:

a) Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa sebesar 1,02% dari tolak ukur 20%.
b) Cakupan penanganan pasien terdeteksi gangguan kesehatan jiwa sebesar 1,06%
dengan tolak ukur 100%.

9.2 Saran

Agar program upaya kesehatan jiwa di Puskesmas Pedes pada periode yang akan
datang dapat berhasil dan berjalan dengan baik, maka Puskesmas sebaiknya
memperbaiki masalah yang ada dengan penyelesaian masalah sebagai berikut:
a) Melakukan pelatihan kepada petugas kesehatan yang berada di balai pengobatan agar
mengetahui metode 2 menit.
b) Membuat poster atau leaflet tantang upaya kesehatan jiwa.
c) Meningkatkan upaya penyuluhan kepada masyarakat mengenai deteksi dini kesehatan
jiwa.
d) Meningkatkan pencarian penderita secara aktif dengan kunjungan rumah secara rutin
dan terjadwal.

Melalui saran di atas diharapkan dapat membantu dalam keberhasilan program


Upaya kesehatan jiwa pada periode yang akan datang di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Pedes, sehingga permasalahan yang timbul dapat teratasi.

31
Daftar Pustaka

1. Depkes RI. Buku pedoman pelayanan kesehatan jiwa komunitas. Direktorat bina
pelayanan kesehatan jiwa. 2009.
2. Depkes RI. Peran keluarga dukung kesehatan jiwa masyarakat.[cited 2017 dec 17]
Available from: http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-
dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html
3. WHO. Prevalence of mental disorders. World Health Organization. 2012 [cited 2017
Dec 17]. Available from: http://www.euro.who.int/en/healthtopics/noncommunicable-
diseases/mental-health/data-and-statistics
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta;
2013.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar Provinsi
Jawa Barat. Jakarta; 2009.
6. Susanti R. Penderita gangguan jiwa di Jawa Barat. 2014 [cited 2017 Dec 19].
Available from: http://pusdalisbang.jabarprov.go.id/pusdalisbang/infojabar-51.html
7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Menuju masyarakat sehat yang mandiri
dan berkeadilan. Jakarta; 2011.
8. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa. Panduan umum pemberdayaan
masyarakat dibidang kesehatan jiwa. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2005.

32
Lampiran 1

Data Geografis Kecamatan Pedes

Gambar 1. Peta Kabupaten Karawang


Sumber: www.karawanginfo.com
Gambar 2. Peta Wilayah Kecamatan di Kabupaten Karawang
Sumber: www.karawanginfo.com
Gambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Pedes
Sumber: www.karawanginfo.com
Lampiran 2

Data Demografi Kecamatan Pedes

Tabel 1. Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Pedes Tahun 2017

Penduduk
No Nama Desa
Laki-laki Perempuan Total

1 PAYUNGSARI 5037 4782 9819

2 KARANGJAYA 4785 4544 9329

3 KERTAHARJA 4168 3964 8132

4 RANGDUMULYA 3431 3266 6697

5 LABANJAYA 3281 3130 6411

6 JATIMULYA 5079 4821 4821

7 KERTAMULYA 3553 3386 6939

8 MALANGSARI 3066 2929 5995

Jumlah 32400 30822 63222

Sumber: Laporan Tahunan Puskemas Kecamatan Pedes 2017.


Tabel 2. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kepala Keluarga di Kecamatan
Pedes Tahun 2017

No Pekerjaan Persentase (%)

1 Petani 55

2 Pedagang 10

3 Buruh/Swasta 15

4 Nelayan 2

5 PNS/TNI/POLRI 4

6 Lain-lain 14

Total 100

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Pedes 2017

Tabel 3. Jumlah Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pedes

NO SARANA KESEHATAN JUMLAH

1 PUSKESMAS INDUK 1

2 PUSKESMAS PEMBANTU (PUSTU) 1

3 PUSKESDES 1

4 PUSLING 6

5 AMBULANS 2

6 POSYANDU 49

7 POSBINDU 8

8 KLINIK BERSALIN 1

9 PONED 1

10 KLINIK 24 JAM 2
11 APOTEK 4

12 PARAJI 23

13 KESEHATAN TRADISIONAL 12

14 BPS 4

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Pedes 2017


Lampiran 3
Tabel 4. Tolak Ukur Menurut Variabel Masukan

No Variabel Tolak Ukur


1. Tenaga (Man)  Tersedianya koordinator program kesehatan jiwa
 Tersedianya dokter, perawat dan petugas administrasi sebagai
pelaksana program kesehatan jiwa
2. Dana (Money)  Tersedianya dana yang berasal dari BOK
3. Sarana  Meja
(Material)  Kursi
 Tempat tidur
 Stetoskop
 Sphygnomanometer
 Termometer
 Obat (Anti-psikotik, anti-ansietas, anti-depresan, anti-mania)
 Spuit
 Kapas alkohol
 Leaflet
 Poster
 Ruang pendaftaran
 Ruang tunggu
 Ruang periksa
 Kamar obat
 Buku pedoman kesehatan jiwa
 Kartu berobat pasien
 Formulir pencatatan dan pelaporan
4. Metode  Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa
 Penanganan pasien terdeteksi gangguan kesehatan jiwa
 Rujukan penderita gangguan jiwa
 Pencatatan dan pelaporan program upaya kesehatan jiwa

Tabel 5. Tolak Ukur Menurut Variabel Proses

No Variabel Tolak Ukur


1. Perencanaan • Dengan Metode 2 Menit oleh perawat dan akan
ditindaklanjuti oleh dokter yang bertugas di Balai
 Deteksi dini Pengobatan Umum pada hari Senin sampai dengan Sabtu
gangguan pukul 08.00 – 12.00 WIB
kesehatan jiwa • Penanganan psikofarmaka yang dilakukan oleh dokter yang
 Penanganan bertugas di Balai Pengobatan Umum (BPU) pada hari Senin
pasien terdeteksi sampai dengan Sabtu pukul 08.00 – 12.00 WIB.
gangguan
kesehatan jiwa
 Rujukan • Bila ditemukan penderita ganguan jiwa berat ke Rumah
penderita Sakit terdekat pada setiap hari Senin sampai dengan Sabtu,
pukul 08.00-12.00 WIB.
gangguan jiwa • Pencatatan: Dilakukan pada setiap hari kerja.
 Pencatatan dan • Pelaporan: Dibuat dalam bentuk laporan bulanan dan
pelaporan tahunan.
program upaya
kesehatan jiwa
2. Pengorganisasian  Dibentuk struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai
penanggung jawab program, melimpahkan kekuasaan
kepada koordinator program (programmer), kemudian
melakukan koordinasi dengan pelaksana program.
3. Pelaksanaan
 Deteksi dini  Dilakukan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa dengan
gangguan pemeriksaan metode 2 menit oleh perawat dan akan
kesehatan jiwa ditindaklanjuti oleh dokter yang bertugas di Balai
Pengobatan Umum pada hari senin sampai dengan sabtu
pukul 08.00 – 12.00 WIB.
 Dilakukan penanganan psikofarmaka dilakukan oleh dokter
 Penanganan yang bertugas di Balai Pengobatan Umum pada hari senin
Pasien sampai dengan sabtu pukul 08.00 – 12.00 WIB.
terdeteksi
gangguan
kesehatan jiwa
 Rujukan  Akan dilakukan rujukan bila ditemukan penderita ganguan
penderita jiwa berat ke Rumah Sakit terdekat pada setiap hari senin
gangguan sampai dengan sabtu, pukul 08.00-12.00 WIB.
kesehatan jiwa
 Pencatan dan  Pencatatan dan pelaporan mengenai pasien yang baru
pelaporan terdeteksi maupun pasien yang sudah mendapat penanganan
program upaya dilakukan secara rutin setiap bulannya.
kesehatan jiwa
4. Pengawasan  Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berkala setiap
bulan oleh pemegang program upaya kesehatan jiwa.
 Lokakarya Mini Puskesmas yang dilakukan setiap awal bulan.

Tabel 6. Tolak Ukur Menurut Variabel Keluaran

No Variabel Tolak Ukur (%)


1 Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa 20%

2 Cakupan penanganan pasien terdeteksi gangguan kesehatan jiwa 100%


Tabel 7. Tolak Ukur Menurut Variabel Lingkungan

Variabel Tolak Ukur


Non-Fisik  Lokasi tempat tinggal dapat
mempengaruhi keberhasilan program.
 Tersedia atau tidaknya sarana
transportasi dapat mempengaruhi
keberhasilan program.
 Tersedia atau tidaknya fasilitas
kesehatan lain dapat mempengaruhi
keberhasilan program.
Fisik  Tingkat pendidikan masyarakat dapat
mempengaruhi keberhasilan program.
 Budaya masyarakat setempat dapat
mempengaruhi keberhasilan program.

Gambar 4. Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Pedes tahun 2017


Lampiran 5

Kegiatan kunjungan rumah

1. Kunjungan rumah pasien Tn. O 35 tahun, penderita Schizophrenia di Desa Jatimulya,


Kecamatan Pedes.

Alloanamnesis:
Pasien O menderita schizophrenia sejak 15 tahun yang lalu. Dahulu pasien
bekerja merantau sebagai teknisi listrik. Lalu beberapa lama kemudian pasien pulang
ke rumahnya dan tidak bekerja lagi disana dikarenakan epilepsi yang pasien derita
sering kambuh. Sejak itu pasien menjadi tidak produktif dan lebih sering berdiam
serta melamun. Pasien juga terkadang sering berbicara dan tertawa sendiri. Pasien
sempat dibawa ke Rumah Sakit Jiwa dan dirawat selama beberapa bulan lalu pulang
ke rumahnya kembali. Namun, menurut ibu pasien, pasien masih memiliki gejala
yang sama.
2. Kunjungan rumah pasien Ny. K 53 tahun, penderita Schizophrenia di Desa Jatimulya,
Kecamatan Pedes
Alloanamnesis:
Pasien K menderita schizophrenia sejak 10 tahun yang lalu. Dahulu pasien
bekerja merantau sebagai TKI di Arab. Lalu beberapa lama kemudian pasien pulang
ke rumahnya dan tidak bekerja lagi disana namun tidak diketahui penyebab ia
berhenti menjadi TKI. Tidak berapa lama, suami pasien meninggal. Menurut
keponakannya, pasien menjadi sering berdiam serta melamun setelahnya. Pasien juga
terkadang sering berbicara dan menangis sendiri. Pasien selalu diberi obat yang
diambil keponakannya dari Puskesmas karena ia tidak mau dibawa berobat ke
Puskesmas. Tetapi, setiap kali akan diberi obat, obatnya selalu dilempar dan pasien
juga menjadi marah dan menangis.
3. Kunjungan rumah pasien Ny. K 40 tahun, penderita Schizophrenia di Desa Labanjaya,
Kecamatan Pedes
Alloanamnesis:
Pasien K menderita schizophrenia sejak 15 tahun yang lalu. Dahulu pasien
mempunyai keluarga yang baik dan harmonis. Pasien sehari-hari bekerja sebagai ibu
rumah tangga sebelum ia memutuskan untuk bekerja merantau sebagai TKI di Arab.
Lalu beberapa lama kemudian pasien pulang ke rumahnya. Saat ia pulang, suaminya
meminta cerai. Setelah bercerai, pasien merasa sangat sedih, Menurut ibunya, pasien
menjadi sering berdiam serta melamun setelahnya. Pasien juga terkadang sering
berbicara sendiri dan mengaku sebagai orang kaya yang memiliki banyak rumah dan
uang. Pasien selalu dibawa berobat oleh ibunya ke Puskesmas dan rutin meminum
obat. Tetapi menurut ibunya, ia tidak menunjukkan adanya perubahan. Pasien belum
pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa.
4. Kunjungan rumah pasien Tn. P 32 tahun, penderita Schizophrenia di Desa Payungsari,
Kecamatan Pedes.
Alloanamnesis:
Pasien P menderita schizophrenia sejak 8 tahun yang lalu. Menurut kakaknya,
pasien adalah seorang murid di pesantren. Pasien merupakan anak yang baik dan tidak
suka berbuat yang aneh-aneh. Namun suatu hari, pasien pulang dari pesantren dan
tidak kembali lagi kesana. Keluarga pasien tidak mengetahui apa yang terjadi pada
pasien selama di pesantren. Awalnya pasien menjadi diam, mudah marah dan suka
membanting-banting barang. Pasien juga terkadang tak segan untuk memukul
keluarganya. Pasien juga terkadang berkeliaran ke jalan dan tak jarang berjalan kaki
ke tempat yang jauh seperti Cirebon. Kakak pasien mengetahui karena ternyata pasien
berjalan kaki ke tempat saudaranya di Cirebon. Keluarga pasien sudah mencoba
berbagai cara untuk membawa pasien ke fasilitas kesehatan terdekat, namun pasien
selalu menolak dengan cara marah-marah dan membanting barang.
Metode 2 Menit untuk Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Pedes

UPTD PUSKESMAS DTP PEDES


Leaflet
Penyuluhan tentang Gangguan Kesehatan Jiwa dan Depresi
Lampiran 4
Laporan Bulanan Upaya Kesehatan Jiwa Puskesmas Pedes Januari-Desember 2017
LAPORAN BULANAN UPAYA KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS : Pedes
BULAN : Januari
TAHUN : 2017
No Kegiatan Jumlah
L P Σ
I PENEMUAN PENDERITA BARU
1 Psikosis 10 10 20
2 Neurosis 12 11 23
3 Penyalahgunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Gangguan jiwa lain/khusus gangguan jiwa
JUMLAH TOTAL 22 21 43

II PEMERIKSA DAN PENGOBATAN


1 Psikosis 10 10 20
2 Neurosis 10 11 21
3 Penyalah gunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Gangguan jiwa lain/ khusus gangguan jiwa
JUMLAH TOTAL 20 21 41

RUJUKAN DAN KONSULTASI (Penderita


III
Gangguan Jiwa)

IV PENYULUHAN KHUSUS KESEHATAN


JIWA
KUNJUNGAN RUMAH ( Untuk evaluasi
1ocial, lingkungan dan pembinaan keluarga
V

JUMLAH KUNJUNGAN PUSKESMAS 4576


VI
VII CAKUPAN KESEHATAN JIWA
1,83%
(Jumlah kunjungan pasien jiwa I / II ) / jumlah
kunjungan pasien puskesmas (VI) x 100%
LAPORAN BULANAN UPAYA KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS : Pedes
BULAN : Februari
TAHUN : 2017

No Kegiatan Jumlah
L P Σ
I PENEMUAN PENDERITA BARU
1 Psikosis 10 10 20
2 Neurosis 11 12 23
3 Penyalahgunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 21 22 43

II PEMERIKSA DAN PENGOBATAN


1 Psikosis 10 10 20
2 Neurosis 11 11 22
3 Penyalah gunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 21 21 42

RUJUKAN DAN KONSULTASI (Penderita


III
Gangguan Jiwa)

IV PENYULUHAN KHUSUS KESEHATAN JIWA

KUNJUNGAN RUMAH ( Untuk evaluasi sosial,


lingkungan dan pembinaan keluarga
V
4240
VI JUMLAH KUNJUNGAN PUSKESMAS

VII CAKUPAN KESEHATAN JIWA


2%
(Jumlah kunjungan pasien jiwa I / II ) / jumlah
kunjungan pasien puskesmas (VI) x 100%
LAPORAN BULANAN UPAYA KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS : Pedes
BULAN : Maret
TAHUN : 2017
No Kegiatan Jumlah
L P Σ
I PENEMUAN PENDERITA BARU
1 Psikosis 10 10 20
2 Neurosis 10 13 23
3 Penyalahgunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 20 23 43

II PEMERIKSA DAN PENGOBATAN


1 Psikosis 10 11 21
2 Neurosis 12 12 24
3 Penyalah gunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 22 23 45

RUJUKAN DAN KONSULTASI (Penderita


III
Gangguan Jiwa)
PENYULUHAN KHUSUS KESEHATAN
IV
JIWA
KUNJUNGAN RUMAH ( Untuk evaluasi
sosial, lingkungan dan pembinaan keluarga
V
5311
JUMLAH KUNJUNGAN PUSKESMAS
VI
VII CAKUPAN KESEHATAN JIWA

(Jumlah kunjungan pasien jiwa I / II ) / jumlah 1,65%


kunjungan pasien puskesmas (VI) x 100%
LAPORAN BULANAN UPAYA KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS : Pedes
BULAN : April
TAHUN : 2017
No Kegiatan Jumlah
L P Σ
I PENEMUAN PENDERITA BARU
1 Psikosis 11 10 21
2 Neurosis 12 11 23
3 Penyalahgunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 23 21 44

II PEMERIKSA DAN PENGOBATAN


1 Psikosis 12 12 24
2 Neurosis 12 11 23
3 Penyalah gunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 24 23 47

RUJUKAN DAN KONSULTASI (Penderita


III
Gangguan Jiwa)
PENYULUHAN KHUSUS KESEHATAN
IV
JIWA
KUNJUNGAN RUMAH ( Untuk evaluasi
sosial, lingkungan dan pembinaan keluarga
V
3652
JUMLAH KUNJUNGAN PUSKESMAS
VI
VII CAKUPAN KESEHATAN JIWA

(Jumlah kunjungan pasien jiwa I / II ) / jumlah


2,49%
kunjungan pasien puskesmas (VI) x 100%
LAPORAN BULANAN UPAYA KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS : Pedes
BULAN : Mei
TAHUN : 2017
No Kegiatan Jumlah
L P Σ
I PENEMUAN PENDERITA BARU
1 Psikosis 12 11 23
2 Neurosis 14 12 26
3 Penyalahgunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 26 23 49

II PEMERIKSA DAN PENGOBATAN


1 Psikosis 11 12 23
2 Neurosis 10 12 22
3 Penyalah gunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 21 24 45

RUJUKAN DAN KONSULTASI (Penderita


III
Gangguan Jiwa)
PENYULUHAN KHUSUS KESEHATAN
IV
JIWA
KUNJUNGAN RUMAH ( Untuk evaluasi
sosial, lingkungan dan pembinaan keluarga
V
3966
JUMLAH KUNJUNGAN PUSKESMAS
VI
VII CAKUPAN KESEHATAN JIWA
2,37%
(Jumlah kunjungan pasien jiwa I / II ) / jumlah
kunjungan pasien puskesmas (VI) x 100%
LAPORAN BULANAN UPAYA KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS : Pedes
BULAN : Juni
TAHUN : 2017
No Kegiatan Jumlah
L P Σ
I PENEMUAN PENDERITA BARU
1 Psikosis 10 10 20
2 Neurosis 12 10 22
3 Penyalahgunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 22 20 42

II PEMERIKSA DAN PENGOBATAN


1 Psikosis 10 10 20
2 Neurosis 11 10 21
3 Penyalah gunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 21 20 41

RUJUKAN DAN KONSULTASI (Penderita


III
Gangguan Jiwa)

IV PENYULUHAN KHUSUS KESEHATAN


JIWA
KUNJUNGAN RUMAH ( Untuk evaluasi
1x
sosial, lingkungan dan pembinaan keluarga
V
2859
JUMLAH KUNJUNGAN PUSKESMAS
VI
VII CAKUPAN KESEHATAN JIWA

(Jumlah kunjungan pasien jiwa I / II ) / jumlah 2,90%


kunjungan pasien puskesmas (VI) x 100%
LAPORAN BULANAN UPAYA KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS : Pedes
BULAN : Juli
TAHUN : 2017
No Kegiatan Jumlah
L P Σ
I PENEMUAN PENDERITA BARU
1 Psikosis 10 10 20
2 Neurosis 12 10 22
3 Penyalahgunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 22 20 42

II PEMERIKSA DAN PENGOBATAN


1 Psikosis 10 12 22
2 Neurosis 10 12 22
3 Penyalah gunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 20 24 44

RUJUKAN DAN KONSULTASI (Penderita


III
Gangguan Jiwa)

IV PENYULUHAN KHUSUS KESEHATAN


JIWA
KUNJUNGAN RUMAH ( Untuk evaluasi
1x
sosial, lingkungan dan pembinaan keluarga
V
4047
JUMLAH KUNJUNGAN PUSKESMAS
VI
VII CAKUPAN KESEHATAN JIWA

(Jumlah kunjungan pasien jiwa I / II ) / jumlah 2,12%


kunjungan pasien puskesmas (VI) x 100%
LAPORAN BULANAN
UPAYA KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS : Pedes
BULAN : Agustus
TAHUN : 2017
No Kegiatan Jumlah
L P Σ
I PENEMUAN PENDERITA BARU
1 Psikosis 10 11 21
2 Neurosis 12 11 23
3 Penyalahgunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 22 22 44

II PEMERIKSA DAN PENGOBATAN


1 Psikosis 10 10 20
2 Neurosis 11 11 22
3 Penyalah gunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 21 21 42

RUJUKAN DAN KONSULTASI (Penderita


III
Gangguan Jiwa)

IV PENYULUHAN KHUSUS KESEHATAN


JIWA
KUNJUNGAN RUMAH ( Untuk evaluasi
sosial, lingkungan dan pembinaan keluarga
V
4712
JUMLAH KUNJUNGAN PUSKESMAS
VI
VII CAKUPAN KESEHATAN JIWA

(Jumlah kunjungan pasien jiwa I / II ) / jumlah 1,82%


kunjungan pasien puskesmas (VI) x 100%
LAPORAN BULANAN UPAYA KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS : Pedes
BULAN : September
TAHUN : 2017
No Kegiatan Jumlah
L P Σ
I PENEMUAN PENDERITA BARU
1 Psikosis 10 11 21
2 Neurosis 12 11 23
3 Penyalahgunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 22 22 44

II PEMERIKSA DAN PENGOBATAN


1 Psikosis 11 10 21
2 Neurosis 10 10 20
3 Penyalah gunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 21 20 41

RUJUKAN DAN KONSULTASI (Penderita


III
Gangguan Jiwa)

IV PENYULUHAN KHUSUS KESEHATAN


JIWA
KUNJUNGAN RUMAH ( Untuk evaluasi
sosial, lingkungan dan pembinaan keluarga
V
4308
JUMLAH KUNJUNGAN PUSKESMAS
VI
VII CAKUPAN KESEHATAN JIWA

(Jumlah kunjungan pasien jiwa I / II ) / jumlah


kunjungan pasien puskesmas (VI) x 100% 1,97%
LAPORAN BULANAN UPAYA KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS : Pedes
BULAN : Oktober
TAHUN : 2017
No Kegiatan Jumlah
L P Σ
I PENEMUAN PENDERITA BARU
1 Psikosis 10 11 21
2 Neurosis 11 11 22
3 Penyalahgunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 21 22 43

II PEMERIKSA DAN PENGOBATAN


1 Psikosis 10 10 20
2 Neurosis 11 10 21
3 Penyalah gunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 21 20 41

RUJUKAN DAN KONSULTASI (Penderita


III
Gangguan Jiwa)

IV PENYULUHAN KHUSUS KESEHATAN


JIWA
KUNJUNGAN RUMAH ( Untuk evaluasi
sosial, lingkungan dan pembinaan keluarga
V
3648
JUMLAH KUNJUNGAN PUSKESMAS
VI
VII CAKUPAN KESEHATAN JIWA

(Jumlah kunjungan pasien jiwa I / II ) / jumlah 2,30%


kunjungan pasien puskesmas (VI) x 100%
LAPORAN BULANAN UPAYA KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS : Pedes
BULAN : November
TAHUN : 2017
No Kegiatan Jumlah
L P Σ
I PENEMUAN PENDERITA BARU
1 Psikosis 10 11 21
2 Neurosis 11 11 22
3 Penyalahgunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 21 22 43

II PEMERIKSA DAN PENGOBATAN


1 Psikosis 10 12 22
2 Neurosis 11 12 23
3 Penyalah gunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 21 24 45

RUJUKAN DAN KONSULTASI (Penderita


III
Gangguan Jiwa)

IV PENYULUHAN KHUSUS KESEHATAN


JIWA
KUNJUNGAN RUMAH ( Untuk evaluasi
sosial, lingkungan dan pembinaan keluarga
V
4572
JUMLAH KUNJUNGAN PUSKESMAS
VI
VII CAKUPAN KESEHATAN JIWA

(Jumlah kunjungan pasien jiwa I / II ) / jumlah 1,92%


kunjungan pasien puskesmas (VI) x 100%
LAPORAN BULANAN
UPAYA KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS : Pedes
BULAN : Desember
TAHUN : 2017
No Kegiatan Jumlah
L P Σ
I PENEMUAN PENDERITA BARU
1 Psikosis 5 10 15
2 Neurosis 5 10 15
3 Penyalahgunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 10 20 30

II PEMERIKSA DAN PENGOBATAN


1 Psikosis 10 15 25
2 Neurosis 15 15 30
3 Penyalah gunaan obat/napza
4 Retardasi mental
5 Epilepsi
6 Gangguan jiwa lainnya
JUMLAH TOTAL 25 30 55

RUJUKAN DAN KONSULTASI (Penderita


III
Gangguan Jiwa)

IV PENYULUHAN KHUSUS KESEHATAN


JIWA
KUNJUNGAN RUMAH ( Untuk evaluasi
sosial, lingkungan dan pembinaan keluarga
V
3798
JUMLAH KUNJUNGAN PUSKESMAS
VI
VII CAKUPAN KESEHATAN JIWA

(Jumlah kunjungan pasien jiwa I / II ) / jumlah 2,23%


kunjungan pasien puskesmas (VI) x 100%

Anda mungkin juga menyukai