Sabrina Daniswara
25010116130217
Kelas C2016/Peminatan Epidemiologi 2019
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIV/AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang menyerang kekebalan tubuh
melalui cairan tubuh tertentu. Sel yang diserang adalah CD-4 atau Sel T. Seiring waktu, sel-sel
imun dapat hancur akibatnya tubuh tidak dapat melawan infeksi dan penyakit. Sedangkan AIDS
atau Acquaired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit
yang muncul akibat turunnya kekebalan tubuh karena infeksi HIV[2].
Infeksi HIV di jaringan memiliki dua target utama yaitu sistem imun dan sistem saraf pusat.
Gangguan pada sistem imun dapat mengakibatkan kondisi pengurangan imun pada cell mediated
immunity yang mengakibatkan kehilangan sel T CD4+ dan ketidakseimbangan fungsi ketahanan
sel T helper. Makrofag dan sel dendrit juga dapat menjadi sasaran. HIV masuk ke dalam tubuh
melalui jaringan mukosa dan darah yang kemudian menginfeksi sel T, sel dendritik, dan makrofag.
Kemudian infeksi berlangsung di jaringan limfoid dimana virus akan menjadi laten pada waktu
yang lama[3].
Penularan HIV dapat melalui kontak cairan tubuh seperti ASI, darah, dan sperma. Hal ini
dapat terjadi akibat[4]:
1. Transmisi melalui kontak seksual yang dapat diakibatkan oleh salah satu dari pasangan
memiliki HIV kemudian berhubungan seks tanpa menggunakan pengaman.
2. Penularan melalui jarum suntik. Jarum suntik yang dimaksud adalah jarum suntik yang
sebelumnya sudah pernah digunakan oleh pengidap HIV. Jarum suntik ini biasanya dapat
ditemukan di rumah sakit, kalangan pengguna narkoba, layanan akupuntur, dan jasa tato.
3. Transfusi darah ataupun produk darah. Penularan HIV dapat melalui tranfusi darah, seperti
melalui penggunaan jarum suntik bersamaan.
4. Penularan HIV melalui ASI yang diakibatkan sang ibu mengidap HIV kemudian
menularkan HIV pada anak yang disusuinya.
5. Transmisi melalui alat kesehatan yang tidak steril seperti spekulum dan alat lainnya yang
menyentuh darah, cairan vagina, dan juga semen yang terinfeksi HIV.
1. Menghindari kontak seksual dengan orang yang mengidap HIV dan menggunakan obat
bius secara intravena
2. Menghindari hubungan seksual dengan multipartner yang dapat memberikan kemungkinan
untuk terkena AIDS lebih besar
3. Menghindari melakukan hubungan seksual yang dapat merusak selaput lendir rektal
4. Tidak menggunakan jarum suntik intravena secara bersama
5. Tidak melakukan donor darah bagi orang berisiko tinggi AIDS
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan satu sistem yang banyak dimanfaatkan
dalam berbagai bidang. Sistem ini telah berkembang menjadi satu ilmu dan teknologi yang mapan
sejalan dengan perkembangan bidang ilmu lain khususnya teknologi informasi (Liu dan Mason,
2009)[6].
Analisis spasial adalah sekumpulan teknik yang digunakan untuk meneliti dan
mengeksplorasi data dari perspektif keruangan dan digunakan untuk pengolahan data SIG[8].
PEMBAHASAN
Gambar 3.3.1 Peta Besaran Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Jember Tahun 2015
3.3.2 Distribusi penderita HIV/AIDS berdasarkan kelompok umur Tahun 2015 di
Kabupaten Jember
Penderita HIV/AIDS paling banyak ditemukan pada kelompok umur 25-49 tahun
dengan jumlah penderita sebanyak 479 orang (71,60%). Kasus terbanyak kedua
ditemukan pada kelompok umur 20-24 tahun dengan jumlah kasus 96 kasus (14,35%).
Sedangkan kasus terbanyak ketiga ditemukan pada kelompok umur 50 tahun dengan
jumlah kasus 61 orang (9,12%). Data distribusi tidak dapat dibandingkan antar
kelompok umur karena rentang umur pada suatu kelompok tidak sama rentangnya[2].
3.3.3 Distribusi penderita HIV/AIDS berdasarkan kelompok pekerjaan Tahun 2015 di
Kabupaten Jember
Penderita HIV/AIDS paling banyak ditemukan pada kelompok pekerjaan ibu
rumah tangga dengan jumlah penderita sebanyak 153 orang (22,78%). Kemudian
disusul oleh wiraswasta/usaha sendiri sebanyak 148 orang (22,12%) dan tenaga non
profesional/karyawan sebanyak 100 orang (14,95%)[2].
3.3.4 Mendeskripsikan tingkat kejadian HIV/AIDS berdasarkan kelompok orang
berisiko di Kabupaten Jember.
Kelompok berisiko Lelaki Suka Lelaki paling banyak ditemuka di Kecamatan
Puger dengan 6 kasus, Kecamatan Gumukmas dengan 4 kasus, dan Kecamatan
Jenggawah dengan 3 kasus[2].
Kelompok berisiko perinatal paling banyak ditemukan di Kecamatan Gumukmas
dan Kaliwates dengan jumlah kasus yang sama yaitu 2 kasus dan disusul oleh
kecamatan Balung, Jenggawah, dan Jombang dengan masing-masing jumlah kasus 1
kasus[2].
Kelompok berisiko pengguna narkoba suntik yaitu Kecamatan Ambulu dan
Wuluhan dengan jumlah kasus yang sama yaitu 1 kasus[2].
Kelompok berisiko heteroseksual paling banyak ditemukan di Kecamatan Kencong
dengan jumlah kasus 60 kasus, Kecamatan Puger dengan 41 kasus, Kecamatan
Gumukmas dan Wuluhan dengan masing-masing jumlah kasus 36, serta kecamatan
Umbulsari sebanyak 33 kasus[2].
Kelompok berisiko waria paling banyak ditemukan di Kecamatan Kaliwates,
Patrang, Sumbersari, dan Tanggul dengan jumlah kasus yang sama yaitu 2 kasus serta
Kecamatan Ajung sebanyak 1 kasus[2].
3.3.5 Kekuatan infeksi HIV/AIDS Tahun 2015 di Kabupaten Jember
Kekuatan infeksi dapat dihitung dengan rumus
𝛾 = 𝑎. 𝑋
Keterangan:
γ : Kekuatan infeksi HIV/AIDS
a : Jumlah kasus baru HIV/AIDS
X : Transimisi HIV/AIDS berupa perkalian jumlah kasus tiap faktor risiko HIV/AIDS
Gambar 3.3.5.1 Peta Kekuatan Infeksi HIV/AIDS di Kabupaten Jember Tahun 2015
Sedangkan untuk peta hasil overlay besar kasus HIV/AIDS dengan kekuatan
infeksi digambarkan dengan peta berikut:
[1] Kementerian Kesehatan RI. Situasi Penyakit HIV AIDS di Indonesia. Kesehatan 2016.
doi:ISSN 2442-7659.
[4] Sri Hartini, Tisna Sendy pratama UH. PENCEGAHAN HIV DAN AIDS BAGI
PELAJAR. Pengemb Sumber Daya Perdesaan Dan Kearifan Lokal Berkelanjutan
2017;7:747.
[7] Rahmanti AR, Prasetyo AKN. Sistem Informasi Geografis: Trend Pemanfaatan Teknologi
Informasi Untuk Bidang Terkait Kesehatan. Teknol Inf Kesehat 2012:7–12. doi:ISSN:
2301-9360.
[8] Hastuti T, Ahmad L ode ali imran, Ibrahim K. Analisis Spasial 2015:1–15.
[9] Badan Pusat Statistik. Kabupaten Jember Dalam Angka. Kabupaten Jember: BPS
Kabupaten Jember; 2018.