Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KOMPUTER DAN SPASIAL EPIDEMIOLOGI

“ANALISIS SPASIAL PERSEBARAN PENYAKIT HIV DI KABUPATEN


JEMBER”

Sabrina Daniswara
25010116130217
Kelas C2016/Peminatan Epidemiologi 2019

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang dapat menyerang
sel darah putih sehingga kekebalan tubuh manusa dapat menurun. AIDS atau Acquaired
Immune Deficiency Syndrome merupakan sekumpulan gejala penyakit yang diakibarkan
oleh turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.
Pada Tahun 2015, jumlah kasus HIV di Dunia mencapai 37,7 juta (43,0 juta – 39,8
juta). Sedangkan di Indonesia hingga Juni 2016 sudah mencapai 208.920 orang yang
terinfeksi HIV dan 82.556 orang terkena kasus AIDS. Di Propinsi Jawa Timur pada Tahun
2016, terdapat 27.575 orang yang terinfeksi HIV dan Provinsi Jawa Timur merupakan
propinsi dengan kasus HIV terbanyak no. 2 di Indonesia. Jumlah orang dengan HIV-AIDS
atau ODHA di Kabupaten Jember, Jawa Timur hingga Desember 2015 telah mencapai
2.309 orang[1].
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mendeskripsikan faktor-faktor risiko HIV-AIDS di Kabupaten Jember Tahun 2015.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan dan memetakan persebaran frekuensi kasus pengidap HIV/AIDS
berdasarkan di Kabupaten Jember.
2. Mendeskripsikan dan memetakan kekuatan infeksi HIV/AIDS berdasarkan di
Kabupaten Jember.
3. Mendeskripsikan tingkat kejadian HIV/AIDS berdasarkan kelompok umur di
Kabupaten Jember.
4. Mendeskripsikan tingkat kejadian HIV/AIDS berdasarkan kelompok pekerjaan di
Kabupaten Jember.
5. Mendeskripsikan tingkat kejadian HIV/AIDS berdasarkan kelompok orang berisiko
di Kabupaten Jember.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HIV/AIDS

2.1.1 Definisi HIV/AIDS

HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang menyerang kekebalan tubuh
melalui cairan tubuh tertentu. Sel yang diserang adalah CD-4 atau Sel T. Seiring waktu, sel-sel
imun dapat hancur akibatnya tubuh tidak dapat melawan infeksi dan penyakit. Sedangkan AIDS
atau Acquaired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit
yang muncul akibat turunnya kekebalan tubuh karena infeksi HIV[2].

2.1.2 Patogenesis HIV/AIDS

Infeksi HIV di jaringan memiliki dua target utama yaitu sistem imun dan sistem saraf pusat.
Gangguan pada sistem imun dapat mengakibatkan kondisi pengurangan imun pada cell mediated
immunity yang mengakibatkan kehilangan sel T CD4+ dan ketidakseimbangan fungsi ketahanan
sel T helper. Makrofag dan sel dendrit juga dapat menjadi sasaran. HIV masuk ke dalam tubuh
melalui jaringan mukosa dan darah yang kemudian menginfeksi sel T, sel dendritik, dan makrofag.
Kemudian infeksi berlangsung di jaringan limfoid dimana virus akan menjadi laten pada waktu
yang lama[3].

2.1.3 Penularan HIV/AIDS

Penularan HIV dapat melalui kontak cairan tubuh seperti ASI, darah, dan sperma. Hal ini
dapat terjadi akibat[4]:

1. Transmisi melalui kontak seksual yang dapat diakibatkan oleh salah satu dari pasangan
memiliki HIV kemudian berhubungan seks tanpa menggunakan pengaman.
2. Penularan melalui jarum suntik. Jarum suntik yang dimaksud adalah jarum suntik yang
sebelumnya sudah pernah digunakan oleh pengidap HIV. Jarum suntik ini biasanya dapat
ditemukan di rumah sakit, kalangan pengguna narkoba, layanan akupuntur, dan jasa tato.
3. Transfusi darah ataupun produk darah. Penularan HIV dapat melalui tranfusi darah, seperti
melalui penggunaan jarum suntik bersamaan.
4. Penularan HIV melalui ASI yang diakibatkan sang ibu mengidap HIV kemudian
menularkan HIV pada anak yang disusuinya.
5. Transmisi melalui alat kesehatan yang tidak steril seperti spekulum dan alat lainnya yang
menyentuh darah, cairan vagina, dan juga semen yang terinfeksi HIV.

2.1.4 Diagnosis AIDS

Diagnosis AIDS dapat dibedakan menjadi Mayor dan Minor[5].

Gejala Mayor Minor


- Berat badan turun lebih dari - Batuk lebih dari 1 bulan
10% dalam waktu 1 bulan - Dermatitis generalisata
- Diare kronis lebih dari 1 - Herpes zoster multisegmental
bulan berulang
- Demam lebih dari 1 bulan - Kandiddiasis orofaringetal
Karakteristik - Penurnan kesadaran dan - Herpes simpleks kronis
gangguuan neurologis progresif
- Demensia/encefalopati HIV - Limfadenopati generalisata
- Infeksi jamur pada alat kelamin
wanita
- Retinititis oleh virus sitomegalo

2.1.5 Pengobatan HIV/AIDS

Pengidap HIV memerlukan pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan


jumlah virus di dalam tubuh agar tidak masuk dalam stadium AIDS, sedangkan pengidap AIDS
memerlukan pengobatan menggunakan ARV untuk mencegah terjadinyya infeksi oportunistik
dengan berbagai komplikasinya[1].

2.1.6 Pencegahan HIV/AIDS

Pencegahan transmisi HIV dapat dilakukan dengan cara[4]:

1. Menghindari kontak seksual dengan orang yang mengidap HIV dan menggunakan obat
bius secara intravena
2. Menghindari hubungan seksual dengan multipartner yang dapat memberikan kemungkinan
untuk terkena AIDS lebih besar
3. Menghindari melakukan hubungan seksual yang dapat merusak selaput lendir rektal
4. Tidak menggunakan jarum suntik intravena secara bersama
5. Tidak melakukan donor darah bagi orang berisiko tinggi AIDS

2.2 Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan satu sistem yang banyak dimanfaatkan
dalam berbagai bidang. Sistem ini telah berkembang menjadi satu ilmu dan teknologi yang mapan
sejalan dengan perkembangan bidang ilmu lain khususnya teknologi informasi (Liu dan Mason,
2009)[6].

Manfaat SIG dalam bidang kesehatan adalah[7]:

1. Memetakan distribusi penyakit


2. Memetakan distribusi fasilitas dan tenaga kesehatan
3. Untuk melakukan analisis spasial chatering penyakit, pemetaan faktor risiko
lingkungan, analisis temporal dan trend kejadian outbreak secara geografis, dan
analisis resiko penyebaran penyakit menular
4. Analisis bahaya lingkungan
5. Menganalisis ekologi penyakit yang disebarkan oleh vektor (pemetaan dan
monitoring epidemiologi)
6. Pemetaan kebutuhan pelayanan kesehatan.
7. Menganalisis akses terhadap Pelayanan kesehatan (pemetaan lokasi pelayanan
kesehatan dan tenaga kesehatan)
8. Sebagai alat untuk menganalisis morbiditas penyakit di suatu wilayah untuk
kemungkinan intervensi.
9. Menganalisis utilisasi pelayanan kesehatan berdasarkan jumlah dan asal kunjungan
pasien.
10. Menganalisis distribusi dan kesenjangan pelayanan kesehatan
11. Untuk keperluan pengembangan aplikasi dengan menambahkan fitur – fitur SIG
dalam tampilan visual.
12. Untuk menggambarkan cakupan pengguna aplikasi sistem informasi, seperti
SIMPUS, SIM RS serta analisa pasar pengguna aplikasi sistem informasi kesehatan
13. Untuk mengetahui persebaran dokter keluarga.
14. Untuk mengetahui persebaran rekanan fasilitas pelayanan kesehatan dalam
memberikan pelayan kesehatan bagi seluruh anggotanya.
15. Untuk menganalisa pasar dalam pengembangan cakupan kepesertaan asuransi
kesehatan
2.3 Analisis Spasial

Analisis spasial adalah sekumpulan teknik yang digunakan untuk meneliti dan
mengeksplorasi data dari perspektif keruangan dan digunakan untuk pengolahan data SIG[8].

Fungsi analisis spasial adalah[7]:

1. Buffering untuk melihat jangkauan wilayah kejadian suatu kejadian kasus.


2. Overlay analysis untuk mengetahui lokasi kejadian suatu kasus di area tertentu
3. Network analysis untuk melihat jalan dan ketersediaan transportasi, melihat pergerakan
atau perpindahan suatu sumber daya dari suatu lokasi ke lokasi lain.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Jember


Kabupaten Jember terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten Jember
terdiri dari 31 kecamatan dan 265 kelurahan. Luas wilayah yang dimiliki Kabupaten
Jember adalah 3.293,34 Km2. Penduduk Kabupaten Jember berdasarkan proyeksi
penduduk dari BPS Kabupaten Jember pada Tahun 2017 telah mencapai 2.430.185 jiwa.
Dari luas dan total penduduk dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat kepadatan
penduduknya adalah 737 jiwa/km2 dengan kepadatan penduduk paling tinggi mencapai
4.672 jiwa/km2 di Kecamatan Kaliwates dan paling rendah di Kecamatan Tempurejo
sebanyak 140 jiwa/km2[9].

Gambar 3.1 Peta Wilayah Jember

3.2 Situasi HIV/AIDS di Kabupaten Jember


Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Jember pada Tahun 2015 telah ditemukan
jumlah kasus HIV/AIDS sevanyak 669 kasus. Tren kasus HIV di Kabupaten Jember tiap
tahun mengalami kenaikan. Sejak Tahun 2004 hingga Tahun 2015, jumlah kasus yang
terdata mencapai 2.309 kasus. Namun pada Tahun 2014 ke Tahun 2015 sempat mengamali
penurunan kasus AIDS yaitu dari 76 kasus menjadi 48 kasus[2].
Sejak Tahun 2004 hingga 2015, penderita HIV/AIDS yang masih hidup
berdasarkan jenis kelami adalah 1.036 laki-laki dan 1.077 perempuan. Sedangkan yang
sudah meninggal adalah 108 laki-laki dan 88 perempuan[2].
3.3 Analisis Spasial
3.3.1 Distribusi frekuensi kasus HIV/AIDS Tahun 2015 di Kabupaten Jember
Berdasarkan hasil pemetaan pada Tahun 2015 kasus HIV/AIDS paling banyak
ditemukan di Kecamatan Kecong, Puger, dan Gumukmas. Dengan masing-masing
jumlah kasus 63 pada Kecamatan Kencong, 47 kasus pada Kecamatan Puger, dan 43
kasus pada Kecamatan Gumukmas. Sedangkan kasus paling sedikit ditemukan di
Kecamatan Jelbuk dan Sukorambi dengan jumlah yang sama yaitu 2 kasus serta
Kecamatan Pakusari sebanyak 5 kasus[2]. Distribusi kasus HIV/AIDS dapat dilihat
melalui peta berikut:

Gambar 3.3.1 Peta Besaran Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Jember Tahun 2015
3.3.2 Distribusi penderita HIV/AIDS berdasarkan kelompok umur Tahun 2015 di
Kabupaten Jember
Penderita HIV/AIDS paling banyak ditemukan pada kelompok umur 25-49 tahun
dengan jumlah penderita sebanyak 479 orang (71,60%). Kasus terbanyak kedua
ditemukan pada kelompok umur 20-24 tahun dengan jumlah kasus 96 kasus (14,35%).
Sedangkan kasus terbanyak ketiga ditemukan pada kelompok umur 50 tahun dengan
jumlah kasus 61 orang (9,12%). Data distribusi tidak dapat dibandingkan antar
kelompok umur karena rentang umur pada suatu kelompok tidak sama rentangnya[2].
3.3.3 Distribusi penderita HIV/AIDS berdasarkan kelompok pekerjaan Tahun 2015 di
Kabupaten Jember
Penderita HIV/AIDS paling banyak ditemukan pada kelompok pekerjaan ibu
rumah tangga dengan jumlah penderita sebanyak 153 orang (22,78%). Kemudian
disusul oleh wiraswasta/usaha sendiri sebanyak 148 orang (22,12%) dan tenaga non
profesional/karyawan sebanyak 100 orang (14,95%)[2].
3.3.4 Mendeskripsikan tingkat kejadian HIV/AIDS berdasarkan kelompok orang
berisiko di Kabupaten Jember.
Kelompok berisiko Lelaki Suka Lelaki paling banyak ditemuka di Kecamatan
Puger dengan 6 kasus, Kecamatan Gumukmas dengan 4 kasus, dan Kecamatan
Jenggawah dengan 3 kasus[2].
Kelompok berisiko perinatal paling banyak ditemukan di Kecamatan Gumukmas
dan Kaliwates dengan jumlah kasus yang sama yaitu 2 kasus dan disusul oleh
kecamatan Balung, Jenggawah, dan Jombang dengan masing-masing jumlah kasus 1
kasus[2].
Kelompok berisiko pengguna narkoba suntik yaitu Kecamatan Ambulu dan
Wuluhan dengan jumlah kasus yang sama yaitu 1 kasus[2].
Kelompok berisiko heteroseksual paling banyak ditemukan di Kecamatan Kencong
dengan jumlah kasus 60 kasus, Kecamatan Puger dengan 41 kasus, Kecamatan
Gumukmas dan Wuluhan dengan masing-masing jumlah kasus 36, serta kecamatan
Umbulsari sebanyak 33 kasus[2].
Kelompok berisiko waria paling banyak ditemukan di Kecamatan Kaliwates,
Patrang, Sumbersari, dan Tanggul dengan jumlah kasus yang sama yaitu 2 kasus serta
Kecamatan Ajung sebanyak 1 kasus[2].
3.3.5 Kekuatan infeksi HIV/AIDS Tahun 2015 di Kabupaten Jember
Kekuatan infeksi dapat dihitung dengan rumus
𝛾 = 𝑎. 𝑋
Keterangan:
γ : Kekuatan infeksi HIV/AIDS
a : Jumlah kasus baru HIV/AIDS
X : Transimisi HIV/AIDS berupa perkalian jumlah kasus tiap faktor risiko HIV/AIDS

Berdasarkan hasil perhitungan kekuatan infeksi HIV/AIDS, ditemukan 3


kecamatan dengan kategori tertinggi, 2 kecamatan dengan kategori sedamg. Dam 27
kecamatan dengan kategori rendah. Kecamatan dengan kategori tertinggi terjadi pada
Kecamatan Gumukmas, Puger, dan Kaliwates. Sedangkan kecamatan dengan kategori
sedang terjadi pada Kecamatan Kencong dan Sumbersari[2]. Berikut adalah hasil
pemetaan dari kekuatan infeksi HIV/AIDS:

Gambar 3.3.5.1 Peta Kekuatan Infeksi HIV/AIDS di Kabupaten Jember Tahun 2015
Sedangkan untuk peta hasil overlay besar kasus HIV/AIDS dengan kekuatan
infeksi digambarkan dengan peta berikut:

3.3.5.2 Peta Hasil Overlay


Peta overlay merupakan hasil gabungan antara peta besaran kasus HIV/AIDS
dengan peta kekuatan infeksi HIV/AIDS dengan cara tumpang-tindih masing-masing
peta tersebut. Peta ini berfungsi untuk melihat potensi besaran kasus HIV/AIDS di
masa mendatang secara sederhana.
Berdasarkan hasil peta overlay dapat diketahui bahwa Kecamatan Kecong
termasuk kategori tinggi bersama dengan Kecamatan Gumukmas dan Puger. Dapat
disimpulkan bahwa prediksi kasus HIV/AIDS untuk tiga kecamatan tersebut perlu
mendapatkan perhatian lebih. Sedangkan untuk kecamatan berkategori sedang perl
mewaspadai kasus HIV/AIDS di masa mendatang[2].
DAFTAR PUSTAKA

[1] Kementerian Kesehatan RI. Situasi Penyakit HIV AIDS di Indonesia. Kesehatan 2016.
doi:ISSN 2442-7659.

[2] Arif A, Ariyanto Y, Ramani A, Epidemiologi B, Biostatistika D, Fakultas K, et al.


Pemetaan Faktor Risiko Kejadian HIV dan AIDS di Kabupaten Jember Tahun 2015 2015.

[3] Yuliyanasari N. Global Burden Desease – Human Immunodeficiency Virus – Acquired


Immune Deficiency Syndrome ( Hiv-Aids ). Qanun 2017;01:65–77.

[4] Sri Hartini, Tisna Sendy pratama UH. PENCEGAHAN HIV DAN AIDS BAGI
PELAJAR. Pengemb Sumber Daya Perdesaan Dan Kearifan Lokal Berkelanjutan
2017;7:747.

[5] Suryono S, Nasronudin N. Clinical Description and Diagnosis of HIV/AIDS. Indones J


Trop Infect Dis 2016;5:23. doi:10.20473/ijtid.v5i1.212.

[6] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Modul 3 Sistem Informasi Geografi.


Pendalaman Mater. Geogr., RISTEDIKTI; 2018.

[7] Rahmanti AR, Prasetyo AKN. Sistem Informasi Geografis: Trend Pemanfaatan Teknologi
Informasi Untuk Bidang Terkait Kesehatan. Teknol Inf Kesehat 2012:7–12. doi:ISSN:
2301-9360.

[8] Hastuti T, Ahmad L ode ali imran, Ibrahim K. Analisis Spasial 2015:1–15.

[9] Badan Pusat Statistik. Kabupaten Jember Dalam Angka. Kabupaten Jember: BPS
Kabupaten Jember; 2018.

Anda mungkin juga menyukai