Anda di halaman 1dari 6

Yuyu Rachmat, Identifikasi Miskonsep No.

3/XXIV/2005

Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika


Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)

Yuyu R. Tayubi
(Universitas Pendidikan Indonesia)
Abstrak

Miskonsepsi atau kekeliruan konsepsi merupakan fenomena yang hingga kini menjadi momok dalam pengajaran fisika
maupun sains lainnya, karena keberadaannya dipercaya dapat menghambat pada proses asimilasi pengetahuan-pengetahuan baru
pada benak para siswa. Miskonsepsi diduga kuat terbentuk pada masa anak dalam interaksi otak dengan alam di sekitarnya.
Persoalan yang kerap muncul ketika akan dilakukan upaya pengobatan adalah adanya kesulitan dalam membedakan apakah
seorang siswa mengalami miskonsepsi atau justru tidak tahu konsep. Karena cara mengobati siswa yang mengalami miskonsepsi
akan sangat berbeda dengan cara mengobati siswa yang tidak tahu konsep. CRI dikembangkan untuk mengidentifikasi terjadinya
miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep. Secara sederhana CRI dapat diartikan sebagai ukuran
tingkat keyakinan/kepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang diberikan.
Hasil ujicoba penggunaan CRI dalam pengajaran fisika, menunjukkan bahwa metode ini cukup ampuh digunakan untuk
membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dan yang tidak tahu konsep. Selain itu penggunaannya pada proses belajar
mengajar sangat dimungkinkan karena proses pengidentifikasian dan penganalisisan hasilnya tidak memakan waktu yang lama.
Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penggunaan CRI adalah kejujuran siswa dalam mengisi CRI
untuk jawaban suatu soal, karena nantinya akan menentukan pada keakuratan hasil identifikasi yang dilakukan.
Kata kunci : Miskonsepsi, Tidak tahu konsep, CRI (certainty of response indeks).

H asil-hasil penelitian yang telah


dilakukan dalam dua dasawarsa
terakhir ini dalam bidang pengajaran fisika,
hidupnya. Adanya miskonsepsi ini jelas akan sangat
menghambat pada proses penerimaan dan asimilasi
pengetahuan-pengetahuan baru dalam diri siswa,
menunjukkan bahwa salah satu sumber sehingga akan menghalangi keberhasilan siswa
kesulitan utama dalam pelajaran fisika adalah dalam proses belajar lebih lanjut (Klammer, 1998 :
akibat terjadinya kesalahan konsep atau 7). Ini merupakan masalah besar dalam pengajaran
miskonsepsi pada diri siswa (Van den Berg, fisika yang tidak bisa dibiarkan. Seiring dengan
1991:4). Miskonsepsi ini dapat muncul pada tumbuhnya kesadaran akan hal tersebut, maka
diri siswa berasal dari pengalaman sehari-hari berbagai upaya untuk menanggulangi masalah
ketika berinteraksi dengan alam sekitarnya. miskonsepsi ini terus dikembangkan, meskipun
Sebelum mempelajari fisika, semua siswa sudah hasilnya belum begitu menggembirakan.
mempunyai pengalaman dengan peristiwa- Akan tetapi sebelum lebih jauh membicarakan
peristiwa fisika, misalnya benda jatuh bebas, tentang upaya penanggulangan miskonsepsi,
aliran listrik, energi, tumbukan, dan lain-lain. sebenarnya terdapat persoalan yang lebih mendasar dan
Dengan pengalaman itu maka dibenak para sangat urgen dalam masalah miskonsepsi ini, yaitu
siswa sudah terbentuk suatu intuisi dan teori masalah pengidentifikasian terjadinya miskonsepsi.
siswa mengenai peristiwa-peristiwa fisika Hingga saat ini masih terdapat kesulitan dalam
tersebut, yang sudah tentu intuisi dan teori membedakan antara siswa-siswa yang miskonsepsi dan
yang terbentuk tersebut belum tentu benar. Jika yang tidak tahu konsep. Tanpa dapat membedakan
intuisi yang tebentuk tersebut salah, biasanya diantara keduanya, akan sulit untuk menentukan
akan sulit sekali untuk diperbaiki, karena tanpa langkah penanggulangannya, sebab cara
disengaja telah secara konsisten konsep fisika penanggulangan untuk siswa yang mengalami
yang salah tersebut menjadi pegangan miskonsepsi akan berbeda dengan siswa yang tidak

Mimbar Pendidikan
4
No. 3/XXIV/2005 Yuyu Rachmat, Identifikasi Miskonsep

tahu konsep. Kesalahan pengidentifikasian akan to interfere with the acquisition of new knowledge, yang
menyebabkan kesalahan dalam cara berarti bahwa miskonsepsi dapat dipandang sebagai
penanggulangannya, dan hasilnya pun tidak akan suatu konsepsi atau struktur kognitif yang melekat
memuaskan. Karena itu sebelum melangkah lebih dengan kuat dan stabil dibenak siswa yang
jauh pada upaya penanggulangannya, terlebih sebenarnya menyimpang dari konsepsi yang
dahulu para pengajar harus memiliki pengetahuan dikemukakan para ahli, yang dapat menyesatkan
dan kemampuan mengidentifikasi miskonsepsi para siswa dalam memahami fenomena alamiah dan
secara tepat, yang setiap saat dapat digunakan melakukan eksplanasi ilmiah.
pada proses belajar mengajarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
miskonsepsi terjadi secara universal di seluruh dunia
Konsep, Konsepsi, dan Miskonsepsi bagaimanapun lingkungan sosial budaya, bahasa,
maupun etniknya. Konsepsi dan miskonsepsi siswa
Menurut Ausubel (Van den Berg, 1991 : diduga kuat terbentuk pada masa anak dalam interaksi
8) konsep merupakan benda-benda, kejadian- otak dengan alam. Sejak kecil anak berpengalaman
kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang dengan alam di sekitarnya, anak yang menggerakkan
memiliki ciri-ciri khas dan yang terwakili dalam mainan telah memperoleh pengalaman yang
setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol. berhubungan dengan konsep gaya, momentum,
Jadi konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri kecepatan, dan percepatan, walaupun istilah itu
sesuatu yang mempermudah komunikasi antara memang belum digunakan. Maka di dalam otaknya
sesama manusia dan yang memungkinkan sudah terbentuk konsepsi atau miskonsepsi yang
manusia berfikir. berhubungan dengan konsep-konsep tersebut (Van den
Tafsiran perorangan terhadap banyak Berg, 1991 :13).
konsep sangat mungkin berbeda-beda.
Misalnya penafsiran konsep massa jenis, atau
konsep hambatan, atau konsep gesekan, dapat
Certainty of response index (CRI)
berbeda untuk setiap orang. Tafsiran konsep Untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi,
oleh seseorang disebut konsepsi. Walaupun sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu
dalam fisika kebanyakan konsep telah konsep, Saleem Hasan (1999 : 294 - 299) telah
mempunyai arti yang jelas yang sudah mengembangkan suatu metode identifikasi yang
disepakati oleh para tokoh fisika, toh konsepsi dikenal dengan istilah CRI (Certainty of Response Index),
siswa masih bisa berbeda-beda. yang merupakan ukuran tingkat keyakinan/kepastian
Memang biasanya konsepsi siswa tidak responden dalam menjawab setiap pertanyaan (soal)
terlalu persis sama dengan konsepsi Fisikawan, yang diberikan. CRI biasanya didasarkan pada suatu
karena pada umumnya konsepsi Fisikawan skala dan diberikan bersamaan dengan setiap jawaban
akan lebih canggih, lebih kompleks, lebih suatu soal. Tingkat kepastian jawaban tercermin dalam
rumit, dan lebih banyak melibatkan hubungan skala CRI yang diberikan, CRI yang rendah
antar konsep. Jika konsepsi siswa sama dengan menandakan ketidakyakinan konsep pada diri
konsepsi Fisikawan yang disederhanakan, maka responden dalam menjawab suatu pertanyaan, dalam
konsepsi siswa tersebut tidak dapat dikatakan hal ini jawaban biasanya ditentukan atas dasar tebakan
salah. Tetapi kalau konsepsi siswa sungguh- semata. Sebaliknya CRI yang tinggi mencerminkan
sungguh tidak sesuai dengan konsepsi para keyakinan dan kepastian konsep yang tinggi pada diri
Fisikawan, maka siswa tersebut dikatakan responden dalam menjawab pertanyaan, dalam hal ini
mengalami miskonsepsi (misconception) (Van den unsur tebakan sangat kecil. Seorang responden
Berg, 1991:10). David Hammer (1996 : 1318) mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep dapat
mendefinisikan miskonsepsi sebagai strongly dibedakan secara sederhana dengan cara
held cognitive structures that are different from the membandingkan benar tidaknya jawaban suatu soal
accepted understanding in a field and that are presumed

Mimbar Pendidikan
5
Yuyu Rachmat, Identifikasi Miskonsep No. 3/XXIV/2005

dengan tinggi rendahnya indeks kepastian jawaban nilai CRI yang rendah menunjukkan adanya unsur
(CRI) yang diberikannya untuk soal tersebut. penebakan, yang secara tidak langsung mencerminkan
CRI sering kali digunakan dalam survai- ketidaktahuan konsep yang mendasari penentuan
survai, terutama yang meminta responden untuk jawaban. Jika CRI tinggi (CRI 3 - 5), maka responden
memberikan derajat kepastian yang dia miliki dari memiliki tingkat kepercayaan diri (confidence) yang tinggi
kemampuannya untuk memilih dan mengutilisasi dalam memilih aturan-aturan dan metode-metode yang
pengetahuan, konsep-konsep, atau hukum-hukum digunakan untuk sampai pada jawaban. Dalam
yang terbentuk dengan baik dalam dirinya untuk keadaan ini (CRI 3 - 5), jika resaponden memperoleh
menentukan jawaban dari suatu pertanyaan (soal). jawaban yang benar, ini dapat menunjukkan bahwa
CRI biasanya didasarkan pada suatu skala, sebagai tingkat keyakinan yang tinggi akan kebenaran konsepsi
contoh, skala enam (0 - 5) seperti pada tabel 1 fisikanya telah dapat teruji (justified) dengan baik. Akan
(Saleem Hasan : 1999 : 297). tetapi, jika jawaban yang diperoleh salah, ini
menunjukkan adanya suatu kekeliruan konsepsi dalam
Tabel 1. CRI dan kriterianya pengetahuan tentang suatu materi subyek yang
dimilikinya, dan dapat menjadi suatu indikator
CRI Kriteria terjadinya miskonsepsi. Dari ketentuan-ketentuan
0 (Totally guessed answer) seperti itu, menunjukkan bahwa dengan CRI yang
1 (Almost guess) diminta, ketika digunakan bersamaan dengan jawaban
untuk suatu pertanyaan, memungkinkan kita untuk
2 (Not Sure)
dapat membedakan antara miskonsepsi dan tidak tahu
3 (Sure)
konsep.
4 (Almost certain)
5 (Certain)
Membedakan siswa yang miskonsepsi dan
Angka 0 menandakan tidak tahu konsep tidak tahu konsep dengan CRI
sama sekali tentang metoda-metoda atau hukum- Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa CRI
hukum yang diperlukan untuk menjawab suatu merupakan ukuran tingkat kepastian responden dalam
pertanyaan (jawaban ditebak secara total), menjawab setiap pertanyaan. Indeks ini secara umum
sementara angka 5 menandakan kepercayaan diri tergolong tipe skala Likert. Secara khusus, untuk setiap
yang penuh atas kebenaran pengetahuan tentang pertanyaan dalam tes berbentuk pilihan ganda misalnya,
prinsip-prinsip, hukum-hukum dan aturan-aturan responden diminta untuk :
yang dipergunakan untuk menjawab suatu (a) memilih suatu jawaban yang dianggap benar dari
pertanyaan (soal), tidak ada unsur tebakan sama alternatif pilihan yang tersedia,
sekali. Dengan kata lain, ketika seorang responden (b) memberikan CRI, antara 0 - 5, untuk setiap jawaban
diminta untuk memberikan CRI bersamaan yang dipilihnya. CRI 0 diminta jika jawaban yang
dengan setiap jawaban suatu pertanyaan (soal), dipilih hasil tebakan murni, sedangkan CRI 5
sebenarnya dia diminta untuk memberikan diminta jika jawaban telah dipilih atas dasar
penilaian terhadap dirinya sendiri akan kepastian pengetahuan dan skil yang sangat ia yakini
yang dia miliki dalam memilih aturan-aturan, kebenarannya.
prinsip-prinsip dan hukum-hukum yang telah
tertanam dibenaknya hingga dia dapat Tabel 2 menunjukkan empat kemungkinan
menentukan jawaban dari suatu pertanyaan. kombinasi dari jawaban (benar atau salah) dan CRI
Jika derajat kepastiannya rendah (CRI 0-2), (tinggi atau rendah) untuk tiap responden secara
maka hal ini menggambarkan bahwa proses individu. Untuk seorang responden dan untuk suatu
penebakan (guesswork) memainkan peranan yang pertanyaan yang diberikan, jawaban benar dengan CRI
signifikan dalam menentukan jawaban. Tanpa rendah menandakan tidak tahu konsep, dan jawaban
memandang apakah jawaban benar atau salah, benar dengan CRI tinggi menunjukkan penguasaan

Mimbar Pendidikan
6
No. 3/XXIV/2005 Yuyu Rachmat, Identifikasi Miskonsep

konsep yang tinggi. Jawaban salah dengan CRI jawaban responden ditabulasi, setiap jawaban
rendah menandakan tidak tahu konsep, sementara pertanyaan ditandai dengan (0 atau 1) untuk jawaban
jawaban salah dengan CRI tinggi menandakan salah atau benar dan harga CRI (0 sampai 5). Jumlah
terjadinya miskonsepsi. total responden yang menjawab pertanyaan secara
Pengidentifikasian miskonsepsi untuk benar diperoleh dengan cara menjumlahkan tanda
kelompok responden dapat dilakukan dengan cara jawaban benar. Pembagian jumlah ini dengan total
yang sama seperti untuk kasus tiap responden jumlah responden peserta tes akan menghasilkan
secara individu, kecuali harga CRI diambil jumlah jawaban benar sebagai suatu fraksi dari total
merupakan hasil perata-rataan CRI tiap jumlah siswa.
responden. Dalam kasus kolompok, pada Untuk suatu pertanyaan yang diberikan, total
umumnya sebagian jawaban dari pertanyaan yang CRI untuk jawaban salah diperoleh dengan cara
diberikan benar dan sebagian lagi salah , tidak menjumlahkan CRI dari semua responden yang
seperti pada kasus responden secara individu. jawabannya salah untuk pertanyaan tersebut. Rata-rata
CRI untuk jawaban salah, untuk suatu pertanyaan yang
diberikan diperoleh dengan cara membagi jumlah
Tabel 2. tersebut di atas dengan jumlah responden yang
Ketentuan untuk membedakan antara tahu konsep, jawabannya salah untuk pertanyaan tersebut. Dengan
miskonsepsi cara serupa, total CRI untuk jawaban benar diperoleh
dan tidak tahu konsep untuk responden secara individu dengan cara menjumlahkan CRI dari semua responden
Kriteria jawaban CRI rendah CRI tinggi (>2,5) yang jawabannya benar untuk pertanyaan tersebut.
(<2,5)
Jawaban benar Jawaban benar Jawaban benar dan Rata-rata CRI untuk jawaban benar, untuk suatu
tapi CRI rendah CRI pertanyaan yang diberikan diperoleh dengan cara
berarti tidak tahu Tinggi berarti membagi jumlah tersebut di atas dengan jumlah
konsep (lucky menguasai konsep
guess) dengan baik responden yang jawabannya benar untuk pertanyaan
Jawaban salah Jawaban salah dan Jawaban salah tapi tersebut.
CRI rendah CRI
berarti tidak tahu tinggi berarti terjadi
konsep miskonsepsi Hasil ujicoba penggunaan CRI
Tabel 3. Untuk menjajagi sejauhmana efektivitas
Ketentuan untuk membedakan antara tahu konsep, penggunaan CRI dalam membedakan antara siswa
miskonsepsi dan tidak tahu konsep untuk kelompok yang mengalami miskonsepsi dan yang tidak tahu
responden konsep, penulis telah melakukan ujicoba penelitian
Kriteria jawaban Rata-rata CRI Rata-rata CRI tentang penggunaan CRI untuk mengidentifikasi
rendah (<2,5) tinggi (>2,5) terjadinya miskonsepsi dalam konsep-konsep fisika
Jawaban benar Jawaban benar Jawaban benar dan pada siswa kelas satu di salah satu SMU di kota
tapi rata-rata rata- rata CRI tinggi
CRI rendah berarti menguasai Bandung. Dalam penelitian tersebut telah digunakan
berarti tidak tahu konsep dengan instrumen penelitian berupa tes konseptual dengan
konsep (lucky baik
guess) bentuk pilihan ganda sebanyak 5 opsi pilihan,
Jawaban salah Jawaban salah dan Jawaban salah tapi dimana sebagai pengecoh, pada opsi-opsi pilihan
rata-rata CRI rata-rata CRI tinggi tersebut disajikan jawaban-jawaban yang
rendah berarti berarti terjadi diperkirakan merupakan jawaban miskonsepsi yang
tidak tahu miskonsepsi
konsep terjadi pada diri siswa. Dalam prosesnya, untuk
mengumpulkan data-data yang akan digunakan
untuk menjawab permasalahan penelitian, maka
setiap siswa selain diminta untuk menjawab setiap
Tabel 3 disusun untuk pengidentifikasian
soal yang diberikan, juga mereka diminta untuk
miskonsepsi pada sekelompok responden. Hasil

Mimbar Pendidikan
7
Yuyu Rachmat, Identifikasi Miskonsep No. 3/XXIV/2005

membubuhkan nilai CRI untuk setiap jawaban mengalami miskonsepsi dan tidak tahu konsep pada
yang dipilihnya pada setiap soal yang diberikan. konsep-konsep dinamika gerak lurus seperti
Karena pada hakekatnya penentuan diperlihatkan pada tabel 5 (Y. R. Tayubi, 2002 : 31).
seorang siswa mengalami miskonsepsi atau tidak Tabel 5.
tahu konsep didasarkan pada jawaban soal dan Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak
nilai CRI yang diberikannya, maka tepat tidaknya tahu konsep pada konsep-konsep dinamika gerak lurus
pengidentifikasian tersebut sangat bergantung Persentase Persentase
Konsep-konsep
pada kejujuran siswa dalam mengisi CRI. Untuk No dinamika gerak
siswa yang siswa yang
menghindari terjadinya kesalahan dalam pengisian tidak tahu miskonsep
lurus
konsep si
CRI sekaligus mengontrol konsistensi jawaban
1 Gaya 20,42 56,67
dan CRI nya, maka beberapa upaya telah
dilakukan penulis antara lain; pertama, memberikan 2 Gaya dan gerak 24,17 17,08
penjelasan sedetil mungkin disertai contoh agar (Hk II Newton)
3 Kelembaman 15,00 42,12
para siswa mengerti betul tentang CRI dan paham (Hk I Newton)
bagaimana cara memberikan nilai CRI yang benar
untuk setiap jawaban pada setiap soal; kedua, 4 Aksi-Reaksi (Hk 20,42 50,83
III Newton
jumlah soal untuk suatu konsep diberikan tiga
buah soal, sehingga apabila terdapat 5 Massa dan Berat 15.00 37,17
ketidakkonsistenan pada diri siswa dalam memilih 6 Gaya Normal 14,17 47,50
jawaban yang benar dan nilai CRI yang
diberikannya dapat terdeteksi; dan ketiga, untuk
Sedangkan beberapa kekeliruan konsep
memudahkan siswa dalam menentukan skala CRI
(miskonspsi) yang terjadi pada diri siswa yang
yang akan diberikannya, maka dalam penelitian
teridentifikasi antara lain :
tersebut diadakan pengoperasionalan dari setiap
1. Suatu benda akan bergerak diperlambat jika
kriteria skala CRI. Setiap kriteria skala CRI
tidak terdapat resultan gaya yang bekerja
diganti dengan persentase unsur tebakan dalam
padanya.
menjawab suatu pertanyaan (soal), seperti pada
2. Gaya adalah hasil perkalian antara massa dan
tabel 4.
percepatan (ma)
3. Gerak benda akan mengikuti arah gaya yang
Tabel 4. Pengoperasionalan Kriteria CRI
paling kuat yang bekerja padanya.
CR Kriteria
4. Suatu benda yang mendapatkan resultan gaya
I yang tetap akan bergerak dengan kecepatan
0 Jika dalam menjawab soal 100 % ditebak tetap.
1 Jika dalam menjawab soal persentase unsur 5. Suatu benda akan bergerak lebih cepat ketika
tebakan antar 75 - 99 % mendapatkan resultan gaya yang lebih besar.
2 Jika dalam menjawab soal persentase unsur 6. Benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat
tebakan antar 50 - 74 % dibanding benda yang lebih ringan.
3 Jika dalam menjawab soal persentase unsur 7. Gaya normal pada suatu benda selalu sama
tebakan antar 25 - 49 % dengan berat benda tersebut.
4 Jika dalam menjawab soal persentase unsur 8. Gaya aksi-reaksi bekerja pada benda yang
tebakan antar 1 - 24 % sama.
5 Jika dalam menjawab soal tidak ada unsur
tebakan sama sekali (0 %) Hasil-hasil di atas menunjukkan bahwa CRI
memang cukup ampuh digunakan untuk
Dengan menggunakan prosedur seperti membedakan antara siswa yang mengalami
itu, dapat teridentifikasi jumlah siswa yang

Mimbar Pendidikan
8
No. 3/XXIV/2005 Yuyu Rachmat, Identifikasi Miskonsep

miskonsepsi dan siswa yang tidak tahu konsep, hasilnya. Untuk lebih meningkatkan efektivitas
sekaligus mengidentifikasi miskonsepsi yang penggunakan metode ini, sebaiknya hal-hal yang
terjadi. dapat menyebabkan ketidakjujuran siswa dalam
mengisi CRI untuk suatu jawaban soal dibatasi
Penutup sekecil mungkin.
CRI merupakan ukuran tingkat
keyakinan/kepastian responden dalam
Daftar Pustaka
menjawab setiap pertanyaan (soal) yang Hammer, D., (1996), More Than Misconceptions : Multiple
diberikan, yang dikembangkan untuk dapat Perspectives on Student Knowledge and Reasoning, and an
membedakan antara siswa yang mengalami Appropriate Role for Education Research, Am. J. Phys.,
64(10), pp. 1316 - 1325.
miskonsepsi dan tidak tahu konsep. Dengan
dapat teridentifikasinya seorang siswa Hasan, S., D. Bagayoko, D., and Kelley, E. L., (1999), Misconseptions
and the Certainty of Response Index (CRI), Phys. Educ. 34(5),
mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep pp. 294 - 299.
maka langkah penyembuhannya dapat Klammer, J., (1998), An Overview of Techniques for Identifying,
ditentukan dengan mudah. Hasil ujicoba Acknowledging and Overcoming Alternate Conceptions in
penggunaan CRI pada pengajaran fisika Physics Education, 1997/98 Klingenstein Project Report,
Teachers College-Columbia University.
menunjukkan bahwa metode ini memang
cukup ampuh selain dapat membedakan siswa Tayubi, Y. R., (2002), Identifikasi miskonsepsi pada konsep-konsep
fisika dengan menggunakan CRI (certainty of response
yang mengalami miskonsepsi dan tidak tahu indeks), Laporan akhir penelitian hibah Due-Like UPI tahun
konsep, juga dengan perancangan instrumen 2002, UPI, Bandung
penelitian yang baik dapat teridentifikasi pula Van den Berg, E., (1991), Miskonsepsi Fisika dan Remediasi, UKSW,
konsepsi-konsepsi alternatif yang merupakan Salatiga
miskonsepsi pada diri siswa. Untuk itu metode Penulis :
ini layak dipertimbangkan untuk digunakan
Drs. Yuyu Rachmat Tayubi, M.Si adalah Dosen pada
sebagai metode pengidentifikasi terjadinya
Jurusan pend. Fisika FPMIPA UPI. Menyelesaikan
miskonsepsi pada konsep-konsep fisika
studi S1 dari jurusan Fisika FMIPA Universitas
maupun konsep-konsep sain lainnya. Apalagi
Padjadjaran, S2 dari jurusan fisika FMIPA
dalam penggunaannya, metoda ini cukup
Universitas Indonesia
mudah dan cepat dalam penganalisisan

Mimbar Pendidikan
9

Anda mungkin juga menyukai