EKONOMI MARITIM
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena limpahan
Rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada
halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun
berdasarkan materi yang ada baik dari buku, internet dan sebagainya. Laporan ini
dibuat dalam rangka memenuhi tugas dari Dosen mata kuliah Wawasan
Kemaritiman. Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak
kekurangan di sana-sini, maka dari itu kami sangat menerima kritik maupun saran
dari para pembaca yang sifatnya membangun. Kami juga mengucapkan terima kasih
yang amat besar kepada seluruh pihak atas kerjasamanya sehingga makalah ini
dapat selesai tepat pada waktunya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL .....................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan...........................................................................
PENDAHULUAN
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia Indonesia memiliki wilayah laut seluas
5,8 juta km persegi yang terdiri dari wilayah teritorial sebesar 3,2 juta km persegi dan
wilayah Zona Ekonomi Eksklusif indonesia (ZEEI) 7 juta km persegi. selain itu terdapat
17.504 pulau di lndonesia dengan garis pantai sepanjang 81.000 km persegi. Dengan
cakupan yang demikian besar dan luas, tentu saja maritim indonesia mengandung
keanekaragaman alam lau tyang potensial, baik hayati dan nonhayati. Sehingga sudah
seharusnya sektor kelautan dijadikan sebagai penunjang perekonomian negara ini.
Berdasarkan catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (ICG) sumbangan sektor
perikanan terhadap produk domestik bruto (PDB) memiliki Peranan strategis. Terutama
diban- dingkan sektor lain dalam sektor perikanan maupun PDB nasional'
Pada tahun 2008 saja tercatat PDB pada subsektor perikanan men- capai angka Rp
136,43 triliun. Nilai ini memberikan kontribusi ter- hadap PDB kelompok pertanian menjadi
sekitar 19,13 persen atau kontribusi terhadap PDB nasjonal sebesar 2,75 persen. Hingga tri-
wulan ke III 2009 PDB perikanan mencapai Rp128,8 triliun atau memberikan kontribusi 3,36
persen terhadap PDB tanpa migas dan 3,L2 persen terhadap PDB nasional. Di antaranya,
tanaman bahan makanan sebesar Rp347,841, triliun, per- ikanan Rp136,35 triliun, tanarnan
perkebunan Rp106,186 triliun, peternakan Rp82,835 triliun, dan kehutanan Rp32,942 kiliun.
Kemudian hingga triwulan m 2009, PDB kelompok pertanian, petemakan, ke- hutanan, dan
perikanan sebesar Rp654,664 triliun. Dengan rincian, ta- naman bahan makanan Rp331,955
triliun, perikanan Rp12&808 triliun, tanaman perkebunan Rp84936 petemakan Rp 76,022
triliun, dan kehutanan Rp 12&808 triliun. Dari jenis sektor dalam kelompok pertanian,
perikanan yang memiliki kenaikan rata-rata tertinggi sejak tahun2004-2008 sebesar27,06
persen. Kemudiansektor tanamanbahan makanan 2O56 persen, tanaman perkebun Nr
21,22 Persen, peterrtakan 19,87 persen dan kehutanan L8,8L persen. Catatan ini, semakin
menguatkan anggapan bahwa sek'tor maritim sangat potensial dikembangkan sebagai
penunjang ekonomi nasional. Tentu saja, sektor kelautan tidak hanya menghasilkan produk
perikanan. Ironis, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan sumber daya alam
berlimpah, perekonomian Indonesia ma- lah semakin terpuruk. Hutang negaraPun terus
menggunung. fum- lahnya tidak tanggung-tanggung, mencapai Rp1'64,4 triliun atau
mengambil 13,68 persen dari anggaran belanja negara 2011.
Melambungnya hutang tahun ini disebabkan adanya peningkatan hutang jatuh tempo. Total
hutang pemerintah yang membengkak pada fanuan 20[1, mencapai Rp1.695 triliun atau
naik Rp17,l3 triliun dibanding akhir 2010. Bila dikonversi ke kurs dolar Amerika Serikat,
hutang Indonesia sekitar 197,19 miliar dolar AS. sementara jika mengacu pada pendapatan
kotor negara sebesar Rp6,422 triliun, rasio hutang Indonesia sebesar 25 persen. Jelas ini
angka yang tidak kecil. Pertanyaan besar muncuf seberapa besar pemanfaatan sumber
kekayaan brdonesia sebagai negara kepulauan bisa menutupi hutang yang menumpuk
tersebut?
Guna menuju langkah ini diperlukan komitrnen yang mengarahkan pemerintah harus
fokus pada perekonomian nasional di bidang maritim. Ini karena Indonesia memiliki potensi
pembangunan eko- nomi maritim yang besar dan beragam serta belum sepenuhnya
dikelola. Berbagai sektor dapat dikembangkan dalam upaya me- majukan dan
memakmurkan perekonomian negara, mulai Jari pe- rikanan tangkap perikanan budidaya,
industri pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi maritim, pertambangan dan ener-
gi, pariwisata bahari, trngkutan laut, jasa perdagangan, industri maritim, pembangunan
maritim (konstruksi dan rekayasa), benda berharga dan warisan budaya (cultural heitage),
jasa lingkungao konservasi sampai dengan biodiversitasnya. Konsenterasi pembangunan
perekonomian di bidang maritim di- harapkan dapat mengatasi keterbatasan pengembangan
ekonomi berbasis daratan dan stagnasi perhrmbuhan ekonomi. Terlebih, laut Indonesia
memiliki potensi besar yang mampu menghasilkan produk-produk unggulan. Banyak pihak
memprediksi, perrnintaan produk maritim akan terus meningkat seiring
denganbertambahnya penduduk dunia. sehingga, ekonomimaritimdiyakinidapatmenjadi
unggulan kompetitif dalam memecahkan persoalan bangsa.
Berdasarkan kajian yang ditakukan Pusat Kajian Sumber Daya pesisir dan Lautan
(PKSPL) IPB dan Badan Perencanaan Pemba- ngunan Nasional dan Puslitbang oseanologi
LIPI pada tahunl997- t99& Incremental Capital output Ratio (ICOR) untuk sektor per- ikanan
berkisar antara 2,75-3,95. Ini mengindikasikan subsektor tersebut memPunyai prospek
cukup baik bagi investasi' Sementara sektor pariwisata bahari, merupakan sektor yang
paling efisien dan resiko paling kecil dalam penanaman modal diban- dingkan dengan sub
sektor'lain. Kajian tersebut merekomendasikan tiga hal yang harus dilakukan pemerintah
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasio- nal berbasis maritim, yaitu memperbesar
dan memperluas di- versifikasi sektor-sektor maritim, memperbanyak investasi dengan
memberikan stimulus pada sektor-sektor yang memPunyai Incre- mental Capital output
Rafio (ICOR)yang relative rendah(perikanan dan pariwisata) serta meningkatkan efisiensi
yang mencakup alokasi .rrrhu optimum berdasarkan jenis usaha, lokasi dan compatibility
antar sektor maritim. Adapun selama ini kontribusi bidang maritim masih didominasi sektor
pertambangan, diikuti perikanan dan sektor-sektor lain. Hal itu mengindikasikan jika sektor
tersebut dipisah, maka gub bi- dang yang ada akan memiliki kontribusi signifikan terhadap
per- tumbuhan PDB nasional.
Jika blok tersebut dapat diproduksi 30 ribu barel migas perhari, ca- dangan tersebut
baru habis selama enam tahun. Setelah dipotong cost recoaery 10 dolar AS perbarel,
kekayaan yang dapat diraup sekitar Rp4 triliun pertahun. Menyerahkan pengelolaan kepada
Kodeco, Pertamina sebagai BUMN tidak mendapat keuntungan sebagai operator. Inilah ironi
negara yang kaya migas namtin pengelolaannya justru didominasi pihak asing. Padahal
Pertamina sebagai satu-satunya BUMN di bidang migas memiliki kemampuan yang tak
kalah he- batnya dibanding perusahaan asing. Kondisi ini terjadi karena terpasung regulasi
yang kapitalistis, khususnya UU Migas No 2212001,, Pertamina disejajarkan dengan
perusahaan-perusahan swasta termasuk asing. Dalam praktiknya bahkan cenderung di-
anaktirikan. Walhasil kekayaan negara ini tidak dapat dikuasai dan dimanfaatkan secara
optimal untuk kepentingan rakyat. Dari aspek sumber daya alam, hrdonesia merupakan
negara kaya. limah srrbur kaya mineral, lautan kaya ikan, berbagai barang tambang
strategis, minyak dan gas tertimbun di perut bumi L:rdonesia. Namun jika dicermati satu-
persaht intervensi dan penguasaan oleh asing masih begitu besar dalam pemanfaatan
sumberdaya alat tersebut.
Namun kondisi ideal tersebut sulit tercapai. Hai ini terjadi karena industri maritirn
Indonesia tidak dikelola dengan benar. Sehingga tak satu pun negara yang segan dan
menghormati Indonesia sebagai bangsa maritim. Negara asing menempatkan bangsa
Indonesia sebagai pasar produk mereka. Ironisnya, pemerintah hanya berdiam diri tanpa
melakukan langkah perbaikan. Padahal, kedepan industri kelautan hrdonesia akan semakin
stra- tegis, seiring dengan pergeseran pusat ekonomi dunia dari bagian Atlantik ke Asia-
Pasifik. Hd ini terlihat 70 persen perdagangan dunia berlangsung di kawasan Asia-Pasifik.
Secara detail 75 Persen produk dan komoditas yang diperdagangkan dikirim melalui laut
ftrdonesia dengan nilai sekitar ]..300 triliun dolar AS per tahun. Potensi ini dimanfaatkan
Singapur4 dengan membangun pelabuhan pusat pemindahan (tr anshiprn enf ) kapal-kapal
perdagangan dunia. Negara yang luasnya hanya 692.7 km persegi, dengan penduduk
4, 1 jutta jiwa itu telah menjdli pusat jasa transportasi laut terbesar di dunia. Bahkan ekspor
barang dan komoditas Indonesia 70 persen melatri Singapura. Selama ini sudah menjadi
rahasia umum bila industri dan jasa maritim Indonesia berada di bawah kendali Singapura.
Lihat saia sebagian kapal yang berlayar menghubungkan antar pulau sebagian besar
menggunakan bendera negeri The Red Dof, khususnya kapal yang memuat barang-barang
terkait dengan berbagai macam industii. Sebagai contoh industri perkapalan yang
bertebaran di beberapa tempat di Kepulauan Riau, khususnya di pulau Batam dan beberapa
pulau sekitarnya, termasukpulau Karimun. Di sana terdapatinves- tasi bidang perkapalan
dan mayoritas pelakunyaberasal dari negeri yang sangat takut terhadap KKOMarinir
Indonesia. Pertanyaannya mengapa hal demikian bisa terjadi? Tidak sulit untuk
merrjawabnya yaitu bisa jadi karena ada pembiaran dari pembuat ke' biiakan di bidang
investasi. Bisa pula karena para pembuat kebijakan di negeri ini ddak paham strategisnya
dunia maritim bagi Indonesia. Tersiar kabar pul4 ada agen-agen dari Singapura dibeberapa
tempat skategis yang siap memotong bila ada kebijakan maritim yang menguntungkan
Indonesia atau sebaliknya merugikan negeri tersebut. Keadaan semakinrumit karena
sebagian indush'i perkapalan di dalam negeri masih harus berurusan dengan Singapura.
Mengenai pembangunan kapal misalnya, seperti propeler, sistem pendorong radar dan lain
sebagainya pabrikan subsistem tersebut terkadang tidak mau galangan Indonesia
berhubungan langsung dengan kantor pusat mereka di Eropa atau Amerika. Tapi, harus
melewati perwakilan regionatr mereka yang berada di negeri pencuri pasir itu. Pertanyaan
besar muncuf kapan bangsa Indonesia sadar akan hal ini dan bertindak memlrtus rantai
pengendalian negeri kecil tersebut?
Artinya kebijakan tersebut banci. Jika pengusaha menjual kapatrya sebelum 5 tahun
harus membayar pajak kepada negara sr.lber;ar 22,5 persen dari harga penjualan ePn 10
persen, PPh impor 7,5 persen dan bea masuk 5 persen). Padahal di indonesia jarang ada
kontrak penggunaan kapal lebih dari 5 tahurU paling banyak 2 tahun. Supaya pengusaha
kapal tidak menanggung rugi berkepanjangan mereka ha- rus menjual kapal:rya. Namun,
pengusaha harus membayar pajak ter- hutang kepada negara sesuai Pasa1 16 tersebut.
Jika demikian, industri maritim negara ini terhambat oleh kebijakan fiskal yang dianut "
Disinyalir, kondisi ini terjadi karena dalam melakukan klasifikasi, PT BKI kurang
profesional. Penilaiarurya diragukan semua pihak. Patut diduga PT BKI masih menganut
pemahaman dengan uang pelicin sernuanya beres. Sebab itu, sebagian pemilik kapal
memilih tidak rneregister kapalnya di Indonesia, tetapi di Hongkong Malaysia atau
Singapura. Akibatrya pelaksanaan UU No 1712008 hanya retorika. Karena mereka
menganggap klasifikasi yang dike- luarkan PT BKI sebuah'pepesan kosong'yang diragukan
industri maritim global.Jika industri maritim Indonesia mau berkembang dan siap ber- saing
dengan industri sejenisnya, maka pemerintah khususnya Kementerian Perhubungan,
Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian BUMN dan Kelnenterian Keuangan harus
mem-buka mata dan iangan mau dipengaruhi para pelobi yang mewakili pi hak-pihak
pencari keuntungan, tanpa memikirkan nasib bangsa. Langkah pertama, melakukan
revitalisasi atau deregulasi di sektor fiskal sehingga lndonesia bisa kompetitif. Kecuali
bangsa ini mau menjadi pecundang terus.Selanjutnya lakukan perombakan total di
lingkungan lembaga pemberi klasifikasi sehingga dunia pelayaran internasional dan
asuransi kerugian mengakui keberadaannya. Kemudian, susun ulang kurikulum lembaga
pendidikan maritim oleh Kemendiknas agar Indonesia mempunyai sumber daya manusia
maritim yang berkualitas dan bertanggung jawab. Jika tidak industri maritim Indonesia hanya
tinggal nama.
Industri Perkapalan
Indonesia dengan perairan yang luas, membufuhkan sarana trans- portasi kapal
yang mampu men;'angkau pulau-pulau yang jum- lahnya mencapai lebih d ari17 .504pulau.
Tidak heran jika kebutuhan industri perkapalan setiap tahun terus meningkat. Sebagai
negara kepulauan, sudah seharusnya Indonesia mengembangkan industri perkapalan
nasional. Kebijakan ini didukung dengan adanya Inpres No 5/2005 yang intinya bahwa
seluruh angkutan laut dalam negeri harus diangkut kapal berbendera Indonesia. Tetapi,
permintaan ter- sebut tidak diimbangi dengan kemampuan memproduksi kapal.hrdustri
perkapalan merupakan industri padat karya dan padat modal yang memiliki daya saing
tingg. Karena ih1 dukr:ngan pe- merintah sebagai pemegang kewenangan sangat penting.
Faktor kebijakan moneter dan fiskal, masih sulitrya akses dana perbankan dan tingginya
bunga menjadi beban para pelaku usaha. [rdustri kapal iuga diharuskan membayar pajak
dua kali lipat. Masalah lain adalah nninimnya keterlibatan perbankan. Perbankan enggan
menyalurkan kredit kepada industri perkapalan. Mereka beranggapan, industri perkapalan
penuh risiko karena kontrol terhadap industri ini sulit. Selain itu, masalah lahan yang
digunakan industri perkapalan ter- utama galangan kapal besar berada di daerah kerja
pelabuhan dan hak pengelolaan lahan (HI,L) dikuasai PT Pelindo. Sehingga Industri
perkapalan masih sangat tergantung pada HPL. Padahal, jika ada keleluasaan lahan di
pelabuhan bukan tidak mungkin industri kapal lebih berkembang. Dalam pengernbangan
jasa maritim hendaknya diarahkan untuk meraih empat tujuan secara seimbang yakni
pertumbuhan ekonomi ti.gg, secara berkelanjutan dengan industri dan jasa maritim sebagai
salah satu penggerak utama Qrime moaer); (2) peningkatan kesejahteraan seluruh pelaku
usaha, khususnya para pemangku kepentingan yang terkait industri dan jasa maritim; (3)
terpeliharanya kelestarian lingkungan dan sumberdaya maritim; dan (a) menjadikan industri
dan jasa maritim sebagai salah satu mo- dal bagi pembangunan maritim nasional. Sehingg+
adabenang me- rah yang dapat terlihat antara oceanpolicy dan pengelolaan sumber daya
maritim dengan industri dan jasa maritim sebagai penggerak bagi pertumbuhan sektor
maritim.
Untuk tahun 2010 saja, Pertamina telah memesan enam unit kapal dari industri
galangan kapal dalam negeri. Bahkan, hingga 2015 nantl, Pertamina berencana menambah
35 unit kapal tankemya. Pertamina mengubah paradigma dengan mengurangi kapal sewaan
karena pengalaman tahun 2006lalu saat terjadi bencana tsunami di Aceh. Saat itu kapal
sewaan tidak ada yang mau mengantar barang ke lokasi bencana, padahal Pertamina
sebagai agent of deaelopment pemerintah harus melakukan pengantaran ke daerah
manapun di NKRI termasuk di wilayah yang terkena bencana. Pemerintah berupaya
mendorong agar industri galangan kapal nasional dapat menikmati pasar di dalam negeri
yang terus ber- kenrbang. Terlebih lagi, adanya kebijakan asas cabotage sebenarnya
memberi peluang bagi pelaku industri untuk meningkatkan pro- duksi. Seperti yang
diketahui, padaAgustus 2010 empat galangan kapal nasional mendapat kepercayaan untuk
membangun lima unitkapalbaru milik Pertamina senilai97,38 juta dolarAS. Kelima kapal baru
yang dikerjakan di galangan PT PAL Indonesia, PT DPS, PT DRU dan PT Dumas Tanjung
Perak tersebut, masing- masing berukuran 3.500 Long Ton Dead Weight (LTDW), 6.500
LTDW, dan 17.500 LTDW.
PERIKANAN
Berdasakan data Kementerian' Kelautan dan Perikanan, potensi sumberdaya
perikanan tangkap 6,4 juta ton per tahun, produksi perikanan tangkap di laut sekitar 4,7 ton
per tahun dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan maksimum 5,2 juta ton per tahun
sehingga hanya tersisa 5 juta ton per tahun. Disinggung mengenai kurang optimalnya
PANNAS BMKT dalam melakukan perumganan, Sudirman biasa disapa dengan tegas
menrbantahnya. Menurutnya, penanganan BMKT sudah dilakukan serius dengan cara
proses perizinan survei dan perizinan pengang- katan harus melalui penilaian tim teknis dan
harus disetujui instansi yang terkait. Kemudian telah dimiliki warehause BMKT untuk
penanganan BMKT hasil pengangkatan Tidak hanya itu, Sudirman juga mengakui telah
dilakukan pen- distribusian sebagian hasil pengangkatan ke 10 lembag+ khususnya
lembaga pendidikan dan penelitian untuk tujuan pengkayaan Bo., leksi dan menunjang ilmu
pengetahuan. Sudirman mengataftan saat ini kami terus mengoptimalkan, pengawasan dan
pengendalian yang didukung dengan surnberdaya yang memadai dari pegi sa- rana,
prasarana dan SDM. Kernudian pelibatan masyarakgqt dalam mengawasi BMKT.
Sementara nrengenai revisi Keppres Nq 1072000 Sudirman mengatakan Keppres No
1072000 sudah l4engalami dua kali revisi sejak tahun 2007, yaituKeppres No. L9 Tahun
2007 yang. kemudian direvisi menjadi Keppres No 1212009. Sudirman menambahkan,
mengenai penggunaan kata harta karun, menurutnya perlu diklarifikasi, dimana penggunaan
istilah harta karun kurang tepat. Mengingat, penggunaan istilah harta karun cenderung
dikaitkan dengan aspek ekonomi yang pantinya akan menjadi incaran banyak para pemburu
harta karun.
Bahkan, PLN sendiri masih lcesulitan menerangi permukiman pen- duduk tingkat
kecamatan di wilayah timur. Idealrrya, gudang pe- nyimpanan djllengkapr fruz.er selain cold
storage. Mesin freezer bisa membekukan ikan hingga rninus 40 derajat celcius untuk mem-
pertahankan kualitas ikan dan mencegah berkembangbialmya bakteri. Plo6es pembekuan
ini mutlak dibutuhkan sebelum ikan dipindahkan ke cold storage dengan suhu minus 18
derajat celcius sambil menr.nggu dikapalkan. Biaya lain yang harus dihitung adalah beban
transportasi. Untuk mencukupi kebutuhan bahm olahan industri perikanan di Jawa dan
Sumatera, dibutuhkan kapal carrier berukuran 200 gross'tonage (GT), mesin minimal 450
PK dengan kapasitas kapal 80-100 ton' Biaya solar (BBM) kapal tersebut sekitar Rp100 juta
untuk kebutuhan selama 10 hari melaut trayek putang-pergi. Biaya gudang dan transportasi
sebesar itu menyebabkan harga ikan lebih mahal belum termasuk biaya Investasi kapal dan
biaya rutin yang harus dikeluarkan, seperti rtenggaii ABK dan biaya perawatan kapal.
Sementara masalah pada budidaya ikan, industri tambak harus mengeluarkan biaya ekstra
agar bisa bertahan. Untuk menyiasati penyakit dan virus yang merebak akibat kontaminasi
zat kimia dari konsenh'at pakan, lahan tambak harus dilapisi terpal plastik. Air laut yang
sarat pencemaran untuk bahan baku tambak udang, bandeng atau kerapu ltmpur
memerlukan perawatan khusus pula agar ikan tetap sehat.
Krisis Ikan Mengancam
Diperkirakan pada 2014 ada 8 provinsi yang defisit pasokan ikan" ]awa Barat misalnya,
produksi ikan 1.,63 jutaton, sedangkan kebutuhannya 4,06 juta ton, sehingga defisit 2,43 jfia
ton ikan. Di lain pihak, sebanyak 15 provinsi kelebihan produksi ikan. Provinsi tersebut
adalah Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan,
Sulawasi Tengatg Sulawesi Utara, Gorontalo, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Maluku,
Sulawesi Barat, Sumatera Selatary Maluku lJtara, Sumatera Barat, dan Papua Barat. Di sisi
lain, beberapa pihak melihatkekurangan pasokanikanuntuk konsumsi dalam negeri semakin
parah karena orientasi produksi perikanan untuk ekspor. Padahal, impor perikanan terus
naik. Pada triwulan pertama tahun 20L0, impor produk perikanan 7 juta dolar AS, atau naik
32 persen dibandingkan 2009, yakni 58 juta dolar AS. Peran pemerintah juga diperlukan
untuk menjaga terpenuhinya kebututran ikan di dalam negeri. Diperlukan pemetaan produksi
dan pemasaran produk nasional, selain menata distribusi produk perikanan antar pulau dan
menyediakan infrastruktur perdagangan produk ikan antar pulau.
Pemerintah juga perlu memperkuat nelayan dan pengusaha perikanan agar mereka
melebarkan wilayah tangkapannya ke wilayah zona ekonorni eksklusil brdonesia dan laut
lepas. Selain itu, ada jaminan pemasaran produk perikanan ke luar negeri hanya apabila
produksi dan pasokan di dalam negeri inencukupi kebutuhan nasional.Ocean Watdr
hndonesia (OWD bahkan meminta pemerintah mem- perketat regulasi ekspor-impor dan
memprioritaskan keamanan konsumsi nasional. Saat ini darya saing nelayan Indonesia
relatif ren- dah. Sekitar 90 persen nelayan menggunakan kapal kecil berbobot mati di bawah
30 gross ton (GT). Selain itu, perikanan budidaya terkendala permodalan dan mahabnya
harga Pakan. Direktorat Pemasaran I-uar }.legeri KKP tidak bisa menutup mata dengan
kondisi yang ada. Mereka melihat hal ini terjadi karena ke- bijakan pemerintah. Di mana
negara maiu menyubsidi sektor pe- rikanannya sehingga produJ< perikanan mereka
meniadi murah. Data World Tiade Repor, (2010) menyebutkan, China menyubsidi sektor
perikanannya hingga 4,13 miliar dolar AS.
Altematif pertama unfuk urusan pengawasan pemanfaatan SDA hayati dan non
hayati, pengamanan laut dan pulau-pulau perba- tasan, dan pengurusan wilayah irnaritim,
sementara altematif kedua mempunyai pengertian bahwa di wilayah perbatasan koordinasi
bersama untuk penanganan masalah-masalah khusus, seperti keamanan lau! lalu di wilayah
teritorial kerjas;una penanarnan modal dengan swasta asing dan domestik, dan di wilayah
ZEEI mengenai Special Anangemenfs dengan negara lain untuk pengelolaan SDA Konsep
lembaga yang ditrsulkan oleh Dewan Maritim Indonesia untuk mengelola ZEE ada dua yaitq
lembaga yang ada dengan pertimbangan dan kekuatanrrya yaitu pertama Unit yang
pelaksana sudah mempunyai dukungan administrasistaf dan keuangan dan kedua Optimasi
pemanfaatan sumberdaya yang ada. Tentunya terdapat kelemahan yaitu perlu sistem
koordinasi yang kuat lalu sering tidak terhindarkan adanya conflict of intercst dan yrrg ketiga
berbagai kelemahan birokrasi yang ada akan tetap melekat.
Dewan Maritim Indonesia juga menilai perlu ada badan khusus yang menangani
ZEE, karena kekuatan dari badan khusus sangat optimaf dirancang untuk menangani
urusiu:I tertentu kedua mempunyai visi dan misi yang satu, sehingga etos kerja lebih utuh
dan padu dalam satu komando. Kelemahannya yaitu dapat menambah birokrasi yang ada
apabila tidak dilakukan eliminasi unit kerja di lembaga yang ada. Sebelumnya, meski
ketentuan intemasional tentang Zona Ekonomi Eksklusif atau UNCLOS 1982 telah
diratilikasi dan mulai berlaku pada 1994,70 persen ZEE Lrdonesia belum disepakati negara
tetangga. Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional Sobar Sutisna, menjelaskan, ZEE yang belum disepakati berada di perbatasan
dengan negara Timor Leste, Palau, Filipina Vietnam, Thailand, dan India. Sejauh in
kesepakatan batas ZEE tercapai dengan pihak Australia dan Papua Niugini. Dalarn atau
United Nations Convention on the Law of the Sea, ZEE didefinisikan sebagai hak berdaulat
atas pengelolaan sumber kekayaan alam pada kolom air.
Selain ZEE, menurut Sobar, yang juga sebagai Ketua Technical Working Group
Batas Maritim hrdonesia, terdapat dua batas yuridiksi maritim y;Lng belum terselesaikan,
yaitu batas laut teritorial dan batas landas kontinen. Meski batas:landas kontinen telah
ditetapkan berdasarkan Konvensi PBB pada 1958, tetapi proses tersebut belum
terselesaikan hingga kini. Untuk landas kontinen sekitar 30 persen yang belum disepakati,
yaitu yang berbatasan dengan Filipina, Palau, dan Timor Leste. Selain itu, sampai kini pihak
Indonesiabelum mencapai kesepakatan tentang batas laut teritorial dengan tiga negara,
yaitu Singapur4 Malaysia, dan Timor Leste. Panjangnya mencapai 40 persen dari seluruh
batas yuridiksi maritim Indonesia. Batas laut teritorial dengan Malaysia yang belum
terselesaikan ada di tiga wilayah, yaitu yang berada di Selat Malaka sepanjang 17 mll laut;
12 mil laut di Tanjung Datuk, Kalimantan Bara! dan 18 mil di Sebatik, Kalimantan Timur.
Sedangkan dengan Timor Lestg Pemerintah Indonesia belum menyepakati lebih dari 100 mil
panjang batas laut teritorial.
Dari hasil penelitian BPPT (1998) dari 60 cekungan minyak yang terkandung dalam
alam Indonesia, sekitar 70 persen atau sekitar 40 cekungan terdapat di laut. Dari 40
cekungan itu 10 cekungan telah diteliti secara intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedangkan
29 belum terjamah. Diperkirakan ke-40 cekungan itu berpotensi menghasilkan 1,06,2 miliar
barel setara minyak, namun baru 1"6,7 miliar barel yang diketahui dengan pastt, 7,5 miliar
barel di antaranya sudah dieksploitasi. Sisanya sebesar 89,5 miliar barel bempa kekayaan
yang belum terjamah. Cadangan minyak yang belum terjamah itu diperkirakan 523 miliar
barel terkandung di lepas pantai, dan lebih dari se- paruhnya . atau sekitar 32,8 miliar barel
terdapat di laut dalam. Sementara ifu untuk sumberdaya gas bumi, cadangan yang dimiliki
Indonesia sampai dengan 1998 mencapai136,5 Triliun Kaki Kubik (TKK). Cadangan ini
rnengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 1955 yang hanya sebesar 123,6 Trrlhtn Kaki
Kubik. Sedangkan potensi kekayaan tambang dasar laut seperti aluminium, mal:rgan,
tembaga zirconium, nikel, kobalt, biji besi non titanium, vanadium, dan lain sebagainya yang
sampai sekarang belum teridentifikasi dengan baik masih diperlukan teknologi yang maju
untuk mengem- bangkan potensi tersebut. Selain itu, Indonesia dapat memanfaatkan
potensi laut sebagai sumber energi listrik. Yaihr, melalui teknologi panas laut pasang surut,
arus laut, angin, gelombang laut serta bioenergi dari ganggang laut. California Energy
Commi:;ion, misalnya memperkirakan jumlah tenagaombak pecah di dunia dapat
menghasilkan Z-3ltta megawatt energi, dimana pada lokasi yrrng tepat ombak bisa
membangkitkan energi sekitar 65 megawatt per mil Paniang pesisir.
PARIWISATA BAHARI
Negara bagian Queensland, Australia, dengan paniang garis pantai 2.100 kilometer,
mampu menghasilkan devisa 2 miliar doiarAS dari sektor pariwisata pada tahun 2002.
Sementara negara kepulauan Seychelles yang amat kecil di Madagaskar berhasil
mendapatkan 70 persen pendapatan nasionalnya dari wisata bahari, dan menyokong GDP
per kapita (pada 2000) sebesar 7.700 dolar AS yang jumlahnya berlipat dari Indonesia. Hal
ini menimbulkan keirian, mengapa Indonesia yang memilki garis pantai 81.000 km tidak bisa
mengembangkan pariwisata ba- harl walau minimal nilainya mendekati apa yang diperoleh
negara bagian Queensland tersebut. Berdasarkan perhitungan PKSPL IPB, peningkatan
kontribusi pa- riwisata bahari terhadap PDB nasional pada 2005 mencapat L,46 persen.
Angka ini sebenamya bisa meningkat signifikan. Berdasar- kan kajian ini juga, diperoleh
proyeksi bahwa pad a 2007 hingga2010 seharusnya kontribusi pariwisata sektor maritim
dapat meningkat hingga 0,1 persen setiap tahun.
Asumsi utama yang digunakan adalah sumber daya pulau-pulau kecil yang ada di
wilayah nusantara. Bila upaya pengembangan pulau- pulau kecil dilakukan secara serfus,
seharusnya dapat mendorong pertumbuhan wisatawan asing b-erkunjung ke indonesia.
Hasil kajian Kusumastanto (2001) m'enunjukkan, nilai ekonomi satu pulau kecil di Indonesia
bila dikembangkan nilainya bisa mencapai 52.809,37 dolar AS perhektar. Sehingga sangat
beralasan bila pemerintah dituntut serius mengembangkan pulau-pulau kecil sebagai
specific marine tourism di indonesia. Pembangunan pariwisata bahari pada hakikatrya
adalah uPaya me- ngembangkan dan memanfaatkan obyek serta daya tarikwisatabahari di
kawasan pesisir dan lautan Indonesia. Apulug Lrdonesia memiliki kekayaan alam dan
panorama pantainya yang indah dengan pantai yang menantang dibeberapa terrrpat serta
keragaman flora dan fauna seperti terumbu karang denganberbagaipnis ikan hias.
Sumber daya hayati pesisir dan lautan Indonesia seperti populasi ikan hias yang
diperkirakan sekitar 263 jenis, tbrumbu kara4g, pa- dang lamun, hutan mangrove dan
berbagai bentimg alam pesisir atau coastal landscape yang rrnik lainnya membentuk suatu
peman- dangan alamiah yang begitu menakjubkan Kondisi tersebut menjadi daya tarik
sangat besar bagi wisatawan sehingga pantasbila dijadikan sebagai sumber perekonomiarl
wisata bahari. Namun potensi wisata bahari hrdonesia y'dng sangat besar,
keanekaragamanhayati, kekayaan alam, dankeipdahiruryaterhdmpar luas. Sayang aset
berharga bumi khatulfutiv,va irfirblum terjamah seluruhnya. Banyak potensi alam surgawi
dengan transit di Makassar. Baru ada dua maskapai penerbangan yang melayani rute
Makassar-Wakatobi. Begitu juga ke kawasan wisata Derawan. Dibutuhkan biaya Rp 4 juta
per orang untuk transportasi dua kali naik pesawat ke Balikpapan dan Berau, kemudian
disambung dengan kapal cepat. Biaya itu belum termasuk penyewaan alat selam dan
penginapan. Promosi juga menjadi kendala utama di Kepulauan Derawan, Kabupaten
Berau, Kalimantan Timur. Minimnya promosi membuat daerah wisata ini kurang bergaung di
level nasional. Kepulauanini terdiri atas pulau utama Derawan, Kakaban, Sangalaki, dan
Maratua. Di sana wisatawan dapat menyaksikan penyu hijau (chelonia mydas), ikan pari
(manta ray) disangalaki, dan sensasi ubur- ubur tanpa sengat di Kakaban. Sementara
keindahan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Kabupaten yang sebagian besar wilayahnya
berstatus taman nasional itu me- rupakcrr akronim dari empat pulau utama yang
membentukny4 yak- ni Wangi-wangi, Kaledupa TomiE dan Binongko. Namun, keindahan
pemandangan "permukaan" tersebut baru sebagian dari harta karun keindahan yang dimiliki
Wakatobi. Keistimewaan sesungguhnya terletak di bawah laut yang menyandang julukan
sebagai jantuog segi tiga karang dunia.
Kepulauan Raia Ampat, Papua barat Kawasan wisata bahari di kepulauan ini sangat
ideal untuk ke- giatan menyelam. Pengembangan kawasan wisata bahari di Kepulauan Raja
Ampat dengan pola partnershrp MNC (Multi National Companies) yang melibatkan pelaku
industri wisata bahari, pemerintahan daerah dan masyarakat setempat. Kepulauan Ujung
Kulon dan Anak krakatau, Banten Kawasan wisata bahari ini ideal untuk kegiatan dfuing dan
cuise regional dengan tema pengebangannya ekowisata berbasis konser- vasi. Program
pengembangan di Kepulauan Ujung Kulon, antara lain perencanaan tata ruang yang jelas
antara konservasi dengan areal pengembangan sesuai dengan daya dukung lingkungan.
Me- nyediakan fasilitas transportasi menuju obyek wisata dengan ke- giatan kapal pinisi dan
sea plane untuk menampung wisatawan domestik dari jakarta. Pulau Komodo, Nusa
Tenggara Timur Kawasarr wisata bahari ini ideal untuk kegiatan dioing dart wisata cruise.
Program pengembangan di Pulau Komodo adalah wisata cruise regional dengan fasilitas
marina dan yacht. Untuk menjangkau pulau-pulau kecil di sekitarnya perlu disediakan kapal
pinisi dan sea plane.Teluk Tomini, Kepulauan Tongean, Sulawesi Tengah Kepulauan ini
ideal untuk kegiatan menyelam dan snorkeling. Program pengembangan di Teluk Tomini,
antara lain penyediaan fasilitas marina, yacht, kapal pinisi dan sea plane dengan kemitraan
masyarakat dengan pelaku usaha pariwisata.
Balerang, Kepulauan Riau Kawasan'ini sangat ideal untuk kegiatan cruise, yacht dan
rnarina serta selancar. Program pengembangan wisata bahari di Balerang, yaitu pelabuhan
wisata bahari yang menunjang limpahan wisatawan dari Singapura menuju daerah tujuan
wisata kepulauan Riau. Pengembangan wisata uuise re$onal sangat ideal karena letaknya
pulau ini strategis di selat malaka dan dekat dengan Singapura. Kepulauan Seribu, ]akarta
Wisata bahari yang sangat ideal untuk di kepulauan Seribu adalah selancar, cruise rcgional,
mernancing, dan olahraga bahari. Untuk itu program pengembangan di kawasanini antara
lainPerencanaan tata ruang yang sangat jelas antara area konservasi dan pengembangan
yang disertai taman nasional. Serta pengembangan untuk fasilitas air adalah marina, yacht,
kapal pinisi dan sea plane untuk kegiatan olah raga air. Seluruh kekayaan alam ini,
merupakan sebagian kecil dari berjuta potensi wisata laut di Indonesia. Jika tidak mendapat
perhatian dan dikelola dengan bail kekayaan alam yang berlimpah ini hanya akan sia-sia.
Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara Kawasan wisata bahari ini ideal untuk
kegiatan menyelam dan cruise regional. Program pengembangan wisata bahari di
Kepulauan Wakatobi , antara lain cruise international dan regional dengan pengembangan
pelabuhan Makassar sebagai hub, serta konservasi kekayaan laut dengan pemberlakuan
sertifikat penyelam dan pe- negakan hukum.
Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur Kawasan wisata bahari Derawan ideal untuk
kegiatan menyelam dan konservasi penyu. Program pengembangan wisata bahari di
kepulauan ini selain konservasi habitat penyu sebagai daya tarik wisata, juga untuk
konservasi pengembangan budaya di Pulau Kakaban dan Sangalaki dengan pola
partnership MNC (Multi National Companies) memanfaatkan tenaga lokal.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
http://wawasankemaritiman.blogspot.co.id
https://id.wikipedia.org