Anda di halaman 1dari 19

International Online Journal of Ilmu Pendidikan, 2012, 4 (3), 544-553

Internasional Online Journal of Ilmu Pendidikan


www.iojes.net
ISSN: 1309-2707

Konsep Mahasiswa Pemahaman Produk Natural Kimia di Pratama dan


Metabolit Sekunder Menggunakan data Mengumpulkan Teknik Modified
CRI
Aliefman Hakim1, Liliasari2 dan Asep Kadarohman2
1Study Program Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Mataram, Program Pendidikan 2Science
Indonesia, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (IUE) Indonesia
PASAL INFO Abstraksi
Pasal Sejarah:
konsep Produk Natural Kimia (NPC) yang diajarkan dalam hirarki konsep kompleks menjadi
Diterima 07.06.2012
konsep sederhana, mulai dari metabolit primer dan metabolit sekunder melalui sintesis Diterima
dalam bentukdirevisi.
alkaloid Penelitian ini menguji pemahaman konsep siswa dalam hal2012/11/29 primer
metabolitdan metabolit sekunder. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 19
siswa diterima 2012/04/12
jurusan pendidikan kimia pada semester delapan dari salah satu universitas negeri dari Nusa
Tenggara Barat Tersedia online
Tenggara, Indonesia. Semua responden memiliki kuliah NPC sebelumnya di semester enam.
Penelitian ini 2012/12/15
menggunakan metode deskriptif dengan analisis persentase dan uji statistik. Data yang diperoleh melalui teknik CRI (Indeks
Response Kepastian) dan dimodifikasi CRI. Ada perbedaan yang signifikan antara teknik data dari CRI dan dimodifikasi CRI.
Memperhatikan budaya siswa di Indonesia yang cenderung tidak yakin jawaban yang diberikan, sehingga diskusi dalam
penggunaan studi data dari teknik CRI dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan 28,95% siswa memahami konsep-konsep
yang sangat baik; 41,58%memilikikesalahpahaman,dan29,47%tidaktahukonsep.Kesalahpahamanterjadipadasemuatingkat
pelajar, yang keduanya memiliki kemampuan tinggi, sedang, atau rendah.
2012 IOJES. Semua hak dilindungi Keywords: 1 Natural
Products Chemistry, metabolit sekunder, kesalahpahaman.
Pendahuluan
Secara umum, NPC digunakan untuk menemukan obat (Visht & Chaturvedi, 2012) dan pestisida (Mann &
Kaufman, 2012). Berbagai metode digunakan memungkinkan identifikasi metabolit sekunder bioaktif dari sumber
darat dan laut. Ada banyak studi metabolit sekunder saat ini digunakan sebagai obat atau obat calon (Dias, et al.,
2012). Sumber keragaman metabolit sekunder yang berasal dari keanekaragaman hayati. Kurang dari 10% dari
keanekaragaman hayati dunia telah mempelajari isi dari metabolit sekunder(Dias,etal.,2012).Indonesiamemiliki
potensi yang sangat besar dalam memajukan NPC karena Indonesia memiliki keragaman tanaman yang sangat
tinggi. Indonesia memiliki 25.000 spesiestanamanyanglebihtinggidan40%diantaranyaadalahtanamanendemik
Indonesia (Resosoedarmo, 1993). Menurut Ahmad (2004), penelitian dan kebijakan teknologi di Amerika Serikat
berfokus pada aspek komunikasi dan informasi, Jepang pada manufaktur sedangkan di Indonesia terletak pada
keanekaragaman hayati modal dasar, pengakuan dunia untuk Indonesia sebagai yang terbesar keduanegarasetelah
Brazil dalam hal keanekaragaman hayati. Sumber daya alam yang melimpah mungkin potensi yang menjanjikan
untuk dipelajari dalam studi NPC.
Konsep NPC diajarkan dalam hirarki konsep kompleks menjadi konsep sederhana, yang dimulai dari
karakteristik metabolit sekunder alkaloid sintesis (Sudarma, 2009). Konsep seperti dari NPC disajikan secara
berurutan, tidak hanya memecahkan tes mengandung karakteristik masing-masing topik yang berbeda.
Denganseperti
Program Studi alamat 1 penulis Sesuai iniPendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Mataram, Indonesia
Telp. +6285937010657 Fax. 0370-634918 Email: Aliefmanhakim27@gmail.com
2012 International Online Journal of Ilmu Pendidikan (IOJES) adalah publikasi Penelitian Pendidikan dan Publikasi
Association (ERPA)

Aliefman Hakim, Liliasari & Asep Kadarohman


karakteristik tentu dapat menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar NPC . Salah satu faktor
yang sangat besar menghambat perannya dalam memahami konsep NPC adalah kesalahpahaman di diri peserta
didik (Kazambe, 2010). NPC hasil analisis konsep menunjukkan bahwa sebagian besar konsep di NPC terdiri dari
konsep-konsep dengan atribut kritis contoh abstrak tapi nyata. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan kesulitan dan
kesalahpahaman dalam memahami konsep NPC.
Latar belakang dari Studi
penelitianNPC telah berperan dalam memajukan keluarga ilmiah, seperti dalam kesehatan keluarga dan ilmu
pertanian. Ada banyak metabolit sekunder dari tanaman dan hewan yang digunakan oleh industri farmasi sebagai
obat atau senyawa Model.NPCjugadapatberkontribusidengancarabudidayamelaluistudisenyawatanamanyang
berperan dalam regulasi kehidupan tanaman (Syah, 2010).
Konten belajar diNPCtermasukmetabolitprimerdansekunder,order/variasistruktur,hubunganbiosintesis/
biogenesis vs struktur molekul, penentuan struktur,sifatumum,sintesisdanpembuatanterpenoid,steroid,polifenol
(poliketidadanfenilpropanoid),flavonoid,danalkaloid.Konsep-konsepinidisajikansecaraberurutanbukanhanya
larutan yang mengandung tes untuk karakteristik masing-masingtopikyangberbeda.Denganciri-ciritersebuttentu
dapat menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami konsep NPC.
Salah satu faktor utama yang menghambat belajar di NPC adalahkonsepyangsalah.Kesalahpahamanbahwa
siswa mengalami disebabkan oleh beberapa faktor: (1)pembentukanide-ideinformalyangberasaldaripengalaman
sehari-hari, budaya dan agama, kelompoksebayadantekananlingkunganlainnya,(2)pandangantidaklengkapatau
tidak benar yang dikembangkan oleh siswa selamabelajar,dan(3)konseptidaktepat,menyesatkanataupalsuyang
diajukan oleh dosen atau dari buku (Kazembe, 2010).
Salah satu contoh bahwa penyebabkesalahpahamandalambelajarNPCadalahadanyafaktorlingkunganyang
dapat mempengaruhi kandungan metabolit sekunder dalam spesies tanaman. Peserta didik dapat memiliki
pandangan bahwa faktor lingkungan tidak akan mempengaruhi isi dari spesies metabolit sekunder tanaman karena
spesies ini memiliki morfologi yang sama untuk metabolisme, sehingga akan melakukan langkah yang sama dan
juga akan menghasilkan metabolit sekunder serta jenisdankuantitas.Atau,pesertadidikdapatmemilikipandangan
bahwa faktor lingkungan dapat menyebabkan jenis metabolit sekunder yang dihasilkan spesies yang sama untuk
menjadi berbeda karena nutrisi diserap atau intensitas cahayayangdiperoleholehtanaman.Kesalahpahamankedua
seperti dijelaskan di atas karena konsep yang tidak lengkap dari peserta didik. Mereka menganggap bahwa faktor
lingkungan dapat menyebabkan berbagai jenis metabolit sekunder yang dihasilkan oleh spesies tanaman meskipun
hasil penelitian (Venkataraman 1972) menunjukkan bahwa faktor lingkungan hanya akan mempengaruhi kuantitas
metabolit sekunder, tetapi tidak akan mempengaruhi jenis metabolitsekunderyangdihasilkanolehspesiestanaman
karena panggung yang sama dari proses metabolisme. Kesalahpahaman bahwa NPC berlarut-larut akan merusak
sistem sebagai pemahaman seluruh peserta didik, mengingat konsep NPC sebagian besar terkait satu sama lain.
Kepastian Response Index (CRI). CRI adalah salah satu cara untuk membedakan antara yang tahu konsep,
kesalahpahaman, dan tidak tahu konsep. Kesalahpahaman kesalahan identifikasi akan menyebabkan kesalahan
dalam istirahat jalan,untukmengatasikesalahpahamandantidaktahukonsepinisangatberbeda.CRIadalahukuran
kepastian siswa menjawab pertanyaan-pertanyaanyangdiberikan.Kepastiandariskalajawabandigambarkandalam
CRI, nilai CRI <2,5 menunjukkan kurangnya kepercayaan siswa untuk menjawab pertanyaan (Hasan, et al., 1999).
CRI didasarkan pada skala disediakan dengan setiap jawaban pertanyaan. Tingkat kepastian tercermin dalam
skala jawaban CRI diberikan, CRI rendah menunjukkan ketidakpastian tentang konsep diri responden untuk
menjawab pertanyaan, dalamhalinijawabannyabiasanyaditentukanatasdasarsematadugaan.Alih-alihCRItinggi
mencerminkan keyakinan dankepastianbahwakonsepdirirespondentinggidalammenjawabpertanyaan,dalamhal
ini unsuryangsangatkecildaridugaan.Salahsaturespondenmemilikikesalahpahamanatautidaktahukonsepyang
sederhana dapat dibedakan dengan membandingkan apakah atau tidak jawaban untuk masalah dengan tingkat
kepastian indeks respon (CRI) diberikan untuk pertanyaan itu (Tayubi, 2005). CRI sering digunakan dalamsurvei,
terutama yang meminta responden untuk memberikan tingkat kepastian bahwa ia telah dari kemampuannya untuk
memilih dan memanfaatkan pengetahuan, konsep, atau hukum terbentuk dengan baik dalam dirinya untuk
menentukan jawaban atas pertanyaan (Saehana & Kasim, 2011).
545

International Online Journal of Ilmu Pendidikan, 2012, 4 (3), 544-553


The CRI adalah ukuran dari tingkat responden kepastian menjawab setiap pertanyaan. Indeks ini umumnya
dianggap jenis skala Likert. Secara khusus, untuk setiap pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda tes, misalnya,
responden diminta untuk: (a) memilih jawaban yang dianggap benar dari pilihan alternatif yang tersedia, (b)
menyediakan CRI, antara 0-5, untuk setiap pilihan jawaban. CRI 0 diminta jika jawabannya yang dipilih hasil
dugaan murni, sementara CRI 5ditanyaapakahjawabantelahdipilihatasdasarpengetahuandanketerampilanyang
dia percayakebenaran(Hasan,etal.1999).CRIskalaantara1-4telahdigunakanolehPotgieter,etal.(2005)dengan
ketentuan-ketentuan tertentu (4),hampirpasti(3),hampirmenebak(2)ataujawabanyangbenar-benarmenduga(1).
Kelemahan dari metode ini dapat terjadi jika peserta didik memiliki kepercayaan diri yang rendah. Siswa
benar-benar memahamikonsep-konsepyangdisajikandalampertanyaantapikarenamemilikikepercayaandiriyang
rendah akan menyebabkan mereka memberikan nilai CRI rendah, sehingga dikategorikan menebak jawaban
pertanyaan.
Dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan dari CRI serta budaya siswa di Indonesia cenderung
selalu tidak yakin jawaban yang diberikan, instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini untuk
kesalahpahaman deteksi Natural ProductsKimiadibahanmetabolitprimerdansekunderdenganmenggunakanCRI
dimodifikasi dengan menambahkan alasan terbuka dalam ujian.
KonteksStudi
NPCadalah bagian dari ilmu yang meneliti jenis, distribusi dan fungsi metabolit sekunder yang terkandung
dalam suatu organisme, sehingga NPC sangat terkait dengan pembuatan obat-obatan,kosmetik,danpestisida.NPC
memiliki potensi yang sangat baik di Indonesia karena Indonesia memiliki keragaman yang sangattinggitanaman.
Namun, berdasarkan analisis konsep materi NPCdapatdilihatbahwasebagianbesarkonsepNPCterdiridariatribut
penting dari sebuah konsep abstrak tetapi contoh konkret. Jika siswa belum mencapai tahap operasi formal adalah
atribut penting dari konsep-konsep abstrak dengan contoh-contoh konkret, tetapi dapat menyebabkan
kesalahpahaman. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Kazembe (2010) yang menyatakan bahwa NPC belajar
siswa sering memiliki kesalahpahaman yang menyebabkan peserta didik kesulitan memahami konsep NPC.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai pemahaman konsep NPC metabolit terutama primer dan sekunder material.
Berdasarkan tujuan tersebut, pertanyaan penelitian berikut:
Seberapa efektif teknik pengumpulan data untuk menangkap persentase siswa yang sudah memahami
konsep ini, memiliki kesalahpahaman, dan tidak tahu konsep dari bahan metabolit primer dan metabolit sekunder?
Berapa persentase siswa yang sudah memahami konsep ini, memiliki kesalahpahaman, dan tidak tahu
konsep materi pembelajaran NPC untuk metabolit primer dan sekunder?
Bagaimana memahami konsep kriteria distribusi,memilikikesalahpahaman,dantidaktahukonsepbahan
metabolit pada siswa primer dan sekunder dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah di kuliah NPC?
Metode
Peserta
Peserta terdiri dari 19 siswa pada semester delapan dari salah satu universitas negeri dari Nusa Tenggara
Barat, Indonesia. Semua peserta telah menghadiri kursus NPC di semester enam.
Prosedur
Penelitian ini menggunakan deskriptif. Pada akhir semester kedua 2011/2012, para peserta yang telah
mengikuti tahun sebelumnya kuliah yang diberikan kuesioner yang berisi 10 pertanyaan tentang konsep-konsep
dalam hal metabolit primer dan metabolit sekunder yang disusun dengan menggunakan teknik pengumpulan data
CRI dimodifikasi. Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini:
Arah: Mark satu alternatif yang terbaik Penjawabpertanyaandanmemberikanalasannya.Untuksetiaprespon
yang dipilih memberikan tingkat kepastian 0-5 sehingga 0 Total menebak jawabannya; 1 hampir menebak, 2tidak
yakin, 3 yakin, 4 hampir pasti; 5 pasti.
546

Aliefman Hakim, Liliasari & Asep Kadarohman


Bagaimana distribusi metabolit primer pada setiap spesies?
A. Setiap spesies tanaman metabolit yang mengandung primer yang sama B. Setiap spesies mengandung metabolit
primer yang berbeda C. Setiap spesies mengandung kedua metabolit primer dari berbagai jenis dan kuantitas D.
Setiap tanaman spesies mengandung flavonoid, steroid, terpenoidyang
Alasansama:... .................................................. ................
Tingkat Kepastian: 0 1 2 3 4 5
Mengingat faktor lingkungan akun. Adalah spesies yang sama tetapi dari lokasi yang berbeda dari metabolit
sekunder yang sama yang mengandung kedua jenis dan kuantitas?
A. Spesies mengandung metabolit sekunder yang sama dalam jenis atau kuantitas B. Plant spesies mengandung
metabolit sekunder dari jenis yang sama tetapi kuantitas yang berbeda spesies C. Tanaman mengandung metabolit
sekunder dari jenis yang berbeda tetapi jumlah yang sama D. Spesies mengandung metabolit sekunder yang berbeda
di ketik atau kuantitas
Alasan: ............................................. ........................
Tingkat Kepastian: 0 1 2 3 4 5
Bagaimana distribusi metabolit sekunder dalam daging buah, kulit dan biji dari spesies tanaman?
A. Harus mengandung metabolit sekunder yang sama B. Tentu saja mengandung metabolit sekunder yang berbeda
C. Metabolit sekunder dapat berisi D. sama atau berbeda Mengandung flavonoidyang
Alasansama:.................. ..................................................Kepastian:.
Tingkat 0 1 2 3 4 5
Sebelumnya, para peneliti telah menjelaskan tentang kuesioner prosedur pengisian tentang tata cara
memilihjawabandantuliskanalasanyangditetapkandalambagiansertapenjelasantentangCRIdimodifikasiteknik
yang digunakan untuk peserta.
Instrumen
instrumen penelitian ini menggabungkan uji pengumpulan data teknik-pilihan dengan alasan terbuka (Amir,
1987; Krishnan, 1994) (. Hasan, et al, 1999) dan teknik Kepastian Response Index (CRI). Nilai-nilai CRI (0- 5)
menunjukkan besarnya tingkat kepercayaan dalammenjawabpertanyaan.Berikutkriteriayangditetapkanolehnilai
CRI: 0 Total menebak jawabannya; 1 hampir menebak; 2 tidak yakin; 3 yakin; 4 hampir pasti; 5 pasti. Pada
dasarnya, skala memberikan tingkat kepercayaan bahwa siswa dalammenjawabpertanyaan.Angka0menunjukkan
tingkat kepercayaan yang diselenggarakan peserta didik sangat rendah, siswa menjawab pertanyaan dengan
menebak. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik tidak tahu apa-apa tentang konsep-konsep tersebut, sementara
angka 5 menunjukkan tingkat kepercayaan siswa dalam menjawab pertanyaan sangat tinggi. Mereka menjawab
pertanyaan dengan pengetahuan atau konsep tebakan yang benar dengan tidak ada unsur sama sekali. Nilai ini
adalah nilai yang diberikan oleh siswa sendiri tentang keyakinan ketika menjawab setiap pertanyaan. Dengan kata
lain, ketika peserta didik memberikan CRI, benar-benar memberikan penilaian terhadap peserta didik diri untuk
memilih aturan atau konsep yang telah tertanam dalam benaknya sehingga mereka dapatmenentukanjawabanatas
pertanyaan.
CRI skala 0-2 menunjukkan tingkat rendahkepastian.Inimenggambarkanfaktormenebakjawabannyaadalah
sangat tinggi terlepas dari jawaban benar atau salah. Nilai-nilai CRIrendah,0-2,menunjukkanbahwapesertadidik
tidak tahu konsep yang mendasari jawaban. Nilai-nilai CRI tinggi yang memiliki skala 3-5. Pesertadidikmemiliki
keyakinan yang tinggi dalam memilih aturan atau konsep yang digunakan untuk sampai pada jawaban. Pada skala
tinggi CRI tingkat benar atau salah
547

International Online Journal of Ilmu Pendidikan, 2012, 4 (3), 544-553


jawaban yang sangat berpengaruh. Jika jawabannya benar, sehingga siswa memiliki kepercayaan yang tinggi dan
kebenaran dari konsep-konsep dapat benar diuji. Jika jawabannya adalah salah satu siswa menderita
kesalahpahaman dalam menentukan jawaban atas pertanyaan. Acara ini dapat digunakan sebagai indikator
terjadinya kesalahpahaman di diri peserta didik. Ketentuan dan penjelasan, metode CRI dapat digunakan untuk
membedakan antara siswa yang memiliki kesalahpahaman dengan siswayangtidaktahukonsep.CRImenyediakan
pengukuran tingkat kepastian atau ketergantungan pada peserta didik respon (Hasan, et al., 1999).
Selanjutnya berdasarkan nilai CRI diwujudkan peserta didik akandigunakanuntukmenentukankriteriauntuk
memahami konsep dengan baik, kesalahpahaman, atau tidak tahu konsep. Berikut iniadalahcontohdaripenentuan
kriteria CRI dikembangkan oleh Hasan, et al. (1999) pada salah satu pertanyaan yang telah dijelaskan sebelumnya:
Bagaimana distribusi metabolit primer pada setiap spesies?
A. Setiap spesies tanaman metabolit yang mengandung primer yang sama B. Setiap spesies mengandung metabolit
primer yang berbeda C. Setiap spesies mengandung kedua metabolit primer dari berbagai jenis dan kuantitas D.
Setiap tanaman spesies mengandung flavonoid, steroid, terpenoidyang
Alasansama:... .................................................. ................
Tingkat Kepastian: 0 1 2 3 4 5
Jika siswa memilih pilihan yang benar, pilihan (A), dengan nilai CRI> 2,5, sehingga siswa diklasifikasikan
sebagai responden memahami konsep ini sangat baik. Jika siswa memilih pilihan yang salah, selain pilihan (A),
dengan nilai CRI> 2,5, sehingga siswa diklasifikasikan sebagai responden yang memiliki kesalahpahaman.Peserta
didik dengan nilai-nilai CRI <2,5 memilih pilihan yang tepat atau salah dikategorikan ke dalam orang-orang yang
tidak tahu konsep. Tabel 1 menunjukkan hal CRI dikembangkan Hasan, et al. (1999)untukmasing-masingpeserta
didik jawaban.
Tabel 1. Syarat CRI untuk setiap jawaban yang diberikan (Hasan, et al., 1999) Kriteria Jawaban
Rendah CRI (<2,5) Tinggi CRI (> 2,5)
Jawaban benar
548 Jawaban benar
tetapi lebih rendah CRI berarti tidak tahu konsep (beruntung menebak )
jawaban benar dan CRI tinggi berarti menguasai konsep jawaban salah
jawaban salah berarti dan rendah CRI tidak tahu konsep
jawaban salah tapi CRI lebih tinggi berarti ada kesalahpahaman
istilah CRI dibatasi dalam penerapannya di Indonesia karenakaraktersiswadalamIndonesiacenderungyakin
dengan jawaban mereka. Dengan kata lain, siswa benar-benar memahami konsep-konsep yang disediakan tetapi
mereka tidak yakin jawabannya.Solusiuntukmasalahiniadalahdenganmenambahkanalasanuntuksetiapjawaban
yang diberikan peserta didik, sehingga ketika siswa memilih jawaban yang benar dan alasannya adalah benar
meskipun siswa tidak yakin jawaban yang kita dapat mengkategorikan siswa memahami konsep. Instrumen ini
dinamakan CRI dimodifikasi untuk deteksi kesalahpahaman Natural Products Chemistry yang menggabungkan
teknik CRI dan teknik pengumpulan data pilihan ganda dengan alasan yang terbuka. Berikut adalah contoh dari
penentuan kriteria CRI pada salah satu pertanyaan yang telah dijelaskan sebelumnya:
Mengingat faktor lingkungan akun. Adalah spesies yang sama tetapi dari lokasi yang berbeda dari metabolit
sekunder yang sama yang mengandung kedua jenis dan kuantitas?
A. Spesies mengandung metabolit sekunder yang sama dalam jenis atau kuantitas B. Plant spesies mengandung
metabolit sekunder dari jenis yang sama tetapi kuantitas yang berbeda spesies C. Tanaman mengandung metabolit
sekunder dari jenis yang berbeda tetapi jumlah yang sama D. Spesies mengandung metabolit sekunder yang berbeda
di ketik atau kuantitas
Alasan: ............................................. ........................
Tingkat Kepastian: 0 1 2 3 4 5

Aliefman Hakim, Liliasari & Asep Kadarohman


Jika siswa memilih pilihan yang benar,pilihan(B),danalasanmenyatakanbenar,spesiesyangsamamemiliki
langkah metabolik yang sama yang sejenis metabolit sekundertetapikarenafaktorlingkunganyangberbedaseperti
nutrisi yang tersedia menyebabkan kuantitas jenis metabolit sekunder yang dihasilkan berbeda, dengan nilai CRI>
2,5, sehingga siswa diklasifikasikan sebagai responden memahami konsep ini sangat baik. Jika siswa memilih
pilihan yang tepat dan alasan yang diungkapkan oleh nilai sebenarnya dari CRI <2,5, sehingga peserta didik
diklasifikasikan sebagai responden memahami konsep ini sangat baik juga. Para siswa memilih pilihanyangsalah,
selain pilihan (B), dengan benar atau salah alasan dannilai-nilaiCRI>2,5diklasifikasikanmenjadirespondenyang
memiliki kesalahpahaman. Para siswa memilih pilihan yang salah, dengan alasan yang benar atau salah dan
nilai-nilai CRI <2,5 diklasifikasikankedalamorang-orangyangtidaktahukonsep.Parasiswamemilihpilihanyang
benar dengan yang salah alasan dan nilai-nilai CRI <2,5 diklasifikasikansebagairespondentidaktahukonsepjuga.
Ketentuan ini diubah CRI untuk setiap jawaban peserta didik.
Tabel 2. Syarat CRI dimodifikasi untuk setiap jawaban yang diberikan
Jawaban Alasan nilai CRI Keterangan Benar Benar> 2,5 Memahami konsep baik
Benar Benar <2,5
Memahami konsep tetapi tidak yakin dengan jawaban yang diberikan Benar Salah> 2,5 Kesalahpahaman Benar
Salah <2,5 Tidak tahu konsep Salah Benar> 2,5 Kesalahpahaman Salah Benar <2,5 tidak tahu konsep False False>
2,5 Kesalahpahaman False False <2,5 tidak tahu konsep
validitas instrumen ditentukan dengan menggunakan jenis validitas isi dilakukan dengan meminta pendapat
para ahli, sedangkan reliabilitas ditentukan dengan menggunakan rumus Alfa (Arikunto, 2011).
()

(
r
11
= reliabilitas instrumen jumlah responden n =
i
2 = jumlah varian skor setiap item 2 = total varian Dari hasil perhitunggan menggunakan rumus di atas
diperoleh untuk 0,863 reliabilitas instrumen.
Dataanalisis
analisispersentase dan uji statistik yang digunakan untuk pengolahan data. uji T digunakan untuk melihat
perbedaan hasil teknik pengumpulan data CRI dan analisis CRI dimodifikasi. Data juga dilakukan untuk melihat
persentase siswa yang memahami konsep ini, memiliki kesalahpahaman, dan tidak tahu konsep. hasil analisis data
penelitian juga digunakan untuk melihat penyebaran kesalahpahaman di semua tingkatpesertadidikyangmemiliki
kemampuan baik tinggi, sedang, atau rendah.
hasil pengolahan data penelitian menggunakan ketentuan CRI dimodifikasi dan CRI ditunjukkan pada tabel
berikut.
tabel 2. hasil analisis data menggunakan teknik CRI dan dimodifikasi CRI
CRI Modified CRI% P% M% T% P% M% T 54,74 14,21 3 1,05 28,95 41,58 29,47
Keterangan: P = memahami konsep; M = kesalahpahaman; T = tidak tahu konsep
pemahaman lebih lanjut dari konsep, kesalahpahaman, dan tidak tahu konsep untuk setiap konsep metabolit
materi primer dan sekunder dengan menggunakan teknik modifikasi CRI disajikan pada Tabel 3.
549

International Online Journal of Ilmu Pendidikan, 2012 , 4 (3), 544-553


Tabel 3. persentase dipahami dengan baik konsep, kesalahpahaman, dan tidak tahu konsep metabolit primer
dan sekunder
tidak ada konsep% P% M% T 1 Distribusi metabolit primer 47,37 31 , 58 21,05 2 Distribusi metabolit sekunder 21,05 47,37
31,58 3 Indikator metabolit sekunder 52,63 21,05 26,32 4 kandungan metabolit sekunder di semua bagian tanaman sebesar 42,11
21, 05 36,84 5 kandungan metabolit sekunder pada setiap spesies tanaman 10,53 68,42 21,05 6 isi dari metabolit primer pada
setiap spesies tanaman 31,58 47,37 21,05 7 aktivitas biologis sekunder metabolit 52,63 26,32 21,05 8 hubungan metabolit
sekunder dengan biolog Kegiatan ical 15,79 sebesar 42,11 sebesar 42,11 9 hubungan Jumlah metabolit sekunder dengan aktivitas
biologis 0 47,37 52,63 10 Pengaruh lingkungan pada metabolit sekunder 15,79 63,16 21,05 Rata-rata 28,95 41,58 29 , 47
Keterangan: P = memahami konsep; M = kesalahpahaman; T = tidak tahu konsep
hasilUji pada distribusi persentase konsep dipahami dengan baik, kesalahpahaman, dan tidak tahu konsep
metabolit primer dan sekunderpadamateridanhasilbelajarNPCdari19pesertadalampenelitianinidisajikanpada
Gambar 1 .
60
50
40
30
20
10
0
tinggi moderatrendah
hasil BelajarNPC
Gambar 1. Persentase Hubungan Baik Konsep Understanding, Kesalahpahaman, dan Tidak Tahu Konsep
dalam hal metabolit primer dan sekunder dengan hasil Belajar NPC
Diskusi
hasil tes yang berbeda berarti (t -test) dengan menggunakan SPSS 12 pada data menjadi dua teknik
kesalahpahaman pengumpulan data (CRI dan teknik CRI dimodifikasi) dari 19respondenmenunjukkanbahwaada
perbedaan yang signifikan untuk kategori untuk memahami konsep dan kesalahpahaman dengan sig. 0012
masing-masing, dan 0,009 (<0,05), sedangkan untuk kategori tidak tahu konsep ini tidak terjadi perbedaan yang
signifikan (sig.0, 799). Analisis data menggunakan teknik CRI menghasilkan persentaseterbesardalammemahami
konsep-konsep (54,74%) dan terendah pada kesalahpahaman (14,21%), sedangkan analisis data menggunakan
teknik CRI dimodifikasi menghasilkan persentase terbesar pada kesalahpahaman (41,58%) dan terendah dalam
konsep pemahaman (28,95%). Penjelasan dari analisis data menunjukkan bahwa kedua teknik ini tidak dapat
digunakan bersama-sama karena ada perbedaan yang signifikan. Berdasarkan pertimbanganbudayaIndonesiayang
cenderung tidak yakin jawaban yang diberikan lebih detail dan kriteriadalamteknikCRImemodifikasiinterpretasi
data untuk pembahasan berikut akan menggunakan teknik analisis data dari CRI dimodifikasi
Hasil analisisdatamenggunakanteknikdimodifikasiCRImenunjukkanpersentaserespondenkesalahpahaman
pada materi yang cukup tinggi (41,58%), serta persentase tidak tahu konsep (29,47%). Ini bisa menjadi masalah
perhatian yang cukup besar karena kesalahpahaman bahwa siswa akan mengalami halangan karma belajar lancar
dan sukses. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Pujayanto, et al. (2007), terjadinya kesalahpahaman
disengaja akan terus mengganggu pembelajaran. Konsep NPC diajarkan di
550
P
e
r
c
e
n
t
a
g
e
Memahami Konsep Kesalahpahaman Tidak Tahu Konsep

Aliefman Hakim, Liliasari & Asep Kadarohman


hirarki konsep kompleks menjadi konsep sederhana, yang dimulai dari konsep metabolit primer dan sekunder
melalui sintesis dan pembuatan metabolit sekunder (Sudarma, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa bahanmetabolit
primer dan sekunder dianggap paling kompleks, yang dapat menyebabkankesulitandankesalahpahamandipeserta
didik. Kesalahpahaman dapat menyebabkan peserta didik semakin sulit dan memiliki kesalahan dalam memahami
konsep, sehingga akhirnya dapat menyebabkan siswa menjadi tidak lagi tertarik untuk mempelajari NPC.
Dari 10 konsep yang diuji untuk responden menunjukkan bahwa responden memahami konsep-konsep dari
metabolit primer daripada konsep metabolit sekunder. Hasil pengujian konsep distribusi metabolit primer
menunjukkan 47,37% responden konsep master; kesalahpahaman 31.58%, dan 21,05% tidak tahu konsep,
sedangkan konsep distribusi metabolit sekunder dari responden yang menguasai konsep 21,05%, 47,37%
kesalahpahaman; dan tidak tahu konsep 31.58%. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian konsep konten metabolit
utama dalam setiap spesies tanaman untuk memahami konsep 31.58%; kesalahpahaman47,37%,dan21,05%tidak
tahu konsep, sedangkan hasil pengujian konsep metabolit sekunder konten di setiap spesies tanaman 10, 53%
mengerti konsep; kesalahpahaman 68,42%: 21,05% tidak tahu konsep.
Berdasarkan data dari 10 uji konsep bahwa konsep ini dapat dikategorikan ke dalam:
Konsep terdiri dari mudah dipahami: konsep metabolit sekunder dan konsep indikator aktivitas biologis
metabolit sekunder.
Konsep yang sering menyebabkan kesalahpahaman terdiri dari: konsep metabolit sekunder konten pada
setiap spesies tanaman dan pengaruh lingkungan pada konsep metabolit sekunder.
Konsep ini sulit untuk memahami konsep hubungan kuantitas metabolit sekunder dengan aktivitas
biologis.
Hasil pengujian pada distribusi persentase untuk memahami konsep-konsep, kesalahpahaman, dan tidak tahu
konsep dari bahan metabolit primer dan sekunder dengan studi NPC dari 19 peserta menunjukkan bahwa
pemahaman konsep pembelajaran berbanding lurus dengan NPC. Peserta dengan pendidikantinggihasil-hasil40%
memahami konsep-konsep yang diuji, sedangkan peserta dalam penelitian iniadalahuntukmemahami29,57%dari
konsep diuji dan hasil belajar peserta dengan rendah memahami 25% dari konsep diuji. Hasil yang sama juga
terlihat dari kriteria kesalahpahaman, bahwa responden dengan hasil belajar yang lebih tinggi memiliki
kesalahpahaman tentang 55%darikonsepdiuji.Respondendalampenelitianitumemilikikesalahpahaman40%dari
konsep diujidanrespondendenganhasilbelajarrendahmemilikikesalahpahaman35%darikonsepdiuji.Sementara
kriteria tidak tahu konsep pembelajaran adalah berbanding terbalik dengan NPC. Responden dengan hasil belajar
yang lebih tinggi hanya 5% yang tidak tahu konsep,sedangkanrespondendalampenelitianiniadalah30,43%tidak
tahu dan konsep responden dengan hasil belajar rendah memiliki 40% tidak tahu konsep.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa kesalahpahaman dapat terjadi baik dalam peserta didik yang
baik dan peserta didik yang kurang cerdas. Hal inisejalandenganBergmengatakan(1991)bahwakesalahpahaman
dapat terjadi pada semua kategori mahasiswa. Dari data menunjukkan kecenderungan responden dengan
kemampuan tinggi memiliki kesalahpahaman yang juga responden tinggi dan rendah dengan kemampuan untuk
memiliki kesalahpahaman bahwa rendah.Halinidisebabkanrespondendengankemampuantinggimemilikibanyak
konsep-konsep alternatif yang mampu berpikir, tetapi sebagian besar konsep berbeda dari konsep yang disepakati
oleh para ahli. Berdasarkan penjelasan tersebut para siswa dengan tinggi belajar kemampuan memerlukan konsep
yang lengkapsehinggakonsepyangdibanguntidakmenyebabkankesalahpahaman.Halinijugaterungkapdarihasil
penelitian yang dilakukan Arnyana (2006) yang menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan tinggi cenderung
memiliki potensi memiliki kesalahpahaman juga tinggi.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan dalam hasil analisis data hubungan yang signifikan antara CRI dan
teknik CRI dimodifikasi. CRI modified technique can overcome the problem of culture in Indonesia learners who
tend not sure of the answer given. CRI modified technique allows learners to give reasons for answers
551

International Online Journal of Educational Sciences, 2012, 4 ( 3), 544-553


given. If the students choose the correct answer along with the right reasons, even though the low CRI then it can be
assumed that learners understand the concept but has a low confidence level
The resultsofdataanalysisusingthemodifiedtechniqueshowsthepercentageofCRIunderstandstheconcept
of 28.95%, 41.58% and misconceptions do not know theconceptof29.47%onamatterofprimarymetabolitesand
secondary metabolites. Of the findings shows that the percentage is high misconceptions.Thiscouldbeamatterof
considerable concern because misconceptions that students will experience a smooth and successful learning
hamper.
The results also showed misconceptions on the matter ofprimaryandsecondarymetabolitesoccurinstudents
with high proficiency, moderate and low. The data showed a trend of students with high abilities has a
misconception that high and low-ability students have a misconception that low. This could be due to the high
ability learners have many alternative concepts, but most of these conceptsdiffermarkedlyfromthatoftheexperts
agreed. Based on the explanation of the concept of learning NPC requires a complete study oftheconceptssothat
students are not built caused of misconceptions
References
Achmad, SA (2004). Bahan Alam untuk Mendukung Pengembangan Bioindustri. Makalah pada Seminar
Nasional Kimia Bahan Alam Unair dan Ikahimki. Surabaya.
Amir, Frankl, & Tamir. (1987). Justifications of answers to multiple choice items as a means for identifying
misconceptions. In Proceedings of the Second International Seminar on MisconceptionsandEducationalStrategies
in Science and Mathematics. Vol I. Ithaca, New York: Cornell University.
Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Berg, VDE (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. UKSW, Salatiga.
Arnyana, IBP (2006). Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif pada Pelajaran Biologi Terhadap
Kemampuan berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 3 (6).
Dias, DA, Urban, S., Roessner, U. (2012). 1,3 A Historical Overview of Natural Products in Drug Discovery.
Metabolites, 2, 303-336.
Hasan, S., Bagayoko, D., and Kelley EL (1999), Misconceptions and the Certainty of ResponseIndex (CRI).
Phys. Educ. 34(5)
Kazembe, T., (2010), Combining Lectures with Cooperative Learning Strategies to Enhance Learning of
Natural Products Chemistry, Chemistry, 19(2).
Krishnan, Shanti R, & Howe, Ann C. (1994). The mole concept: Developing in instrument to assess
conceptual understanding. Journal of Chemical Education, 71(8), 653-655.
Mann, RS & Kaufman, PE (2012). Natural Product Pesticides: Their Development, Delivery and Use
Againt Insect Vector. Mini Reviews in Organic Chemistry, 9, 185-202.
Potgieter, M., Rogan, JM and Howie, S. (2005). Chemical concepts inventory of Grade 12 learners and UP
foundation year students. African Journal of Research in SMT Education, 9(2)
Pujayanto, Budiharti, R., Waskito, S. (2007). Identifikasi Miskonsepsi IPA (Fisika) pada Siswa SD. Paedagogia.
10 (1).
Resosudarmo, Soedjuran, R., Kartawinata, K., Soegiarto, A., (1993), Pengantar Ekologi, Penerbit: PT. Remaja
Rosdakarya-Bandung.
Saehana, S., Kasim, S. (2011). Studi Awal Miskonsepsi Mekanika pada Guru Fisika SMA Di KotaPalu,Prosiding
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sudarma, IM (2009). Kimia Bahan Alam. FMIPA Press, Universitas Mataram. Mataram.
552

Aliefman Hakim, Liliasari & Asep Kadarohman


Syah, YM, (2010), Perkembangan Kimia Bahan Alam Dalam Perspektif Kajian Struktur Molekul, Pidato
Ilmiah Guru Besar KBA ITB.
Tayubi, YR (2005). Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of
Response Index (CRI). Mimbar Pendidikan. 3(XXIV).
Venkataraman, K. (1972), "Review article woods phenolic in the chemotaxonomy of the Moraceae",
Phytochemistry, 11, 1571-1586
Visht, S. & Chaturvedi, S. (2012). Isolation of Natural Products. Current Pharma Research. 2(3), 584-599.
553

Anda mungkin juga menyukai