OLEH :
NUR AINI
1803005
SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
PANDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan yang
Maha Kuasa karena atas rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun laporan yang berjudul “Interaksi Kelompok Nelayan dalam
Meningkatkan Taraf Hidup Di Kelurahan Lubuk Tukko Kecamatan Pandan
Kabupaten Tapanuli Tengah” hingga selesai tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pratikum Sosiologi
Perikanan dan Kelautan yang telah membantu dalam pelaksanaan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sepenuhnya memenuhi syarat
walaupun sudah diusahakan semaksimal mungkin untuk menyempurnakannya.
Untuk itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi penyempurnaan laporan ini.
Demikian laporan ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagaimana
semestinya dan semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya.
Nur Aini
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................v
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.1. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.2. Tujuan dan Manfaat..................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
III. BAHAN DAN METODE..............................................................................12
3.1. Waktu dan Tempat......................................................................................12
3.2. Bahan dan Alat............................................................................................12
3.3. Metode Praktikum.......................................................................................12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................13
4.1. Hasil............................................................................................................13
4.2. Pembahasan.................................................................................................17
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................19
5.1. Kesimpulan.................................................................................................19
5.2. Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
LAMPIRAN..........................................................................................................23
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
v
1. PENDAHULUAN
Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian masyarakat Indonesia yang hidup
dengan mengelola potensi sumberdaya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang
tinggal di kawasan pesisir, masyarakat nelayan mempunyai karakteristik sosial tersendiri
yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di wilayah daratan. Di beberapa kawasan
pesisir yang relatif berkembang pesat, struktur masyarakatnya bersifat heterogen,
memiliki etos kerja yang tinggi, solidaritas sosial yang kuat terbuka terhadap perubahan
dan memiliki karakteristik interaksi sosial yang mendalam. Sekalipun demikian masalah
kemiskinan masih mendera sebagian warga masyarakat pesisir, sehingga fakta sosial ini
terkesan ironi ditengah-tengah mereka memiliki hasil kekayaan sumberdaya pesisir dan
lautan yang melimpah ruah.
Kesulitan melepaskan diri dari belenggu kemiskinan karena mereka didera keterbatasan
di bidang kualitas sumberdaya manusia, akses dan penguasaan teknologi, pasar dan
modal. Kebijakan dan implementasi program-program pembangunan untuk masyarakat
di kawasan pesisir hingga saat ini masih belum optimal dalam memutus mata rantai
kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Hal ini disebabkan oleh porsi
kebijakan pembangunan bidang sosial, ekonomi dan budaya pada masyarakat nelayan
cukup kompleks.
Sebagai sebuah entitas sosial, masyarakat nelayan memiliki sistem budaya yang
tersendiri dan berbeda dengan masyarakat lain yang hidup di daerah pegunungan,
lembah atau dataran rendah maupun perkotaan (Kusnadi, 2005).
Masyarakat nelayan secara umum memiliki pola interaksi yang sangat mendalam, pola
interaksi yang dimaksud dapat dilihat dari hubungan kerjasama dalam melaksanakan
aktifitas, melaksanakan kontak secara bersama baik antara nelayan dengan nelayan
maupun dengan masyarakat lainnya, mereka memiliki tujuan yang jelas dalam
melaksanakan usahanya serta dilakukan dengan sistem yang permanen, sesuai dengan
kebudayaan pada masyarakat nelayan.
Kebudayaan masyarakat nelayan adalah sistem gagasan atau sistem kognitif masyarakat
nelayan yang dijadikan referensi kelakuan sosial budaya oleh individu-individu dalam
interaksi bermasyarakat. Kebudayaan ini terbentuk melalui proses sosio-historis
yang panjang dan kristalisasi interaksi yang intensif serta intens antara masyarakat dan
lingkungannya. Dalam melaksanakan proses interaksi sosial yang mendalam masyarakat
nelayan memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat lainnya. ini dapat dilihat
dari proses pemanfaatan sumberdaya perikanan baik melalui perikanan tangkap
maupun perikanan budidaya, melaksanakan kegiatan pengolahan hasil perikananan,
baik melalui proses pengasapan, maupun dalam bentuk pengelolaan lainnya,
melaksanakan hubungan kerjasama dengan kelembagaan yang ada di desa, serta
melaksanakan hubungan kerjasama dengan pemerintah desa. Pola interaksi bagi
masyarakat nelayan sebagaimana dikemukakan di atas menjadi proses penentu dalam
1
peningkatan taraf hidup. Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis
merasa tertarik untuk mengambil pokok bahasan penelitian dengan menitikberatkan
pada: “ Interaksi kelompok nelayan dalam meningkatkan taraf hidup di desa Tewil
Kecamatan Sangaji Kabupaten Maba Halmahera Timur”
1.3. Tujuan&Manfaat
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
syarat untuk melakukan interaksi adalah adanya kontak sosial (social-contact) dan
komunikasi. Interaksi yang terjalin pada masyarakat nelayan di Desa Malang Rapat juga
bermula dari adanya kontak sosial dan komunikasi. Interaksi yang terjalin adalah
interaksi pada pembentukan sebuah kelompok. Pembentukan kelompok yang di maksud
ialah di dalam masyarakat nelayan memiliki beberapa jumlah kelompok nelayan. Hanya
saja kelompok yang terbentuk baru berupa kelompok kecil saja.
Pembentukan kelompok nelayan dalam skala kecil ini terbentuk karena mereka saling
kenal, ada hubungan pertemanan, hubungan kerja dan memiliki tujuan yang sama,
sehingga mereka dapat membentuk kelompok-kelompok nelayan kecil . Akan tetapi,
interaksi yang muncul ternyata tidak hanya pada kelompok dalam skala kecil ini saja,
akan tetapi dari hubungan dengan skala kecil ini, juga dapat membentuk kelompok
dalam skala besar. Perubahan kelompok dari
skala kecil menjadi skala besar ini tentu memiliki nilai dan aturan yang berbeda. Hal
tersebut di karenakan, sistem pengelolaan pun yang berbeda. Sistem pengelolaan yang
di maksud berupa aturan-aturan yang terbentuk dan di sepakati secara bersama. Aturan
yang ada pada kelompok dalam skala kecil biasanya aturan dalam hal bagi hasil. Namun
berbeda dengan aturan yang di timbulkan dalam kelompok skala besar.
Dalam interaksi ada faktor pendorong terjadinya sebuah interaksi di dalam masyarakat.
Faktor-faktor tersebut meliputi: faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.
Pertama, faktor imitasi memiliki segi positif yaitu mendorong seseorang untuk
mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun, faktor imitasi ini, juga
memiliki segi negatifnya berupa peniruan sebuah tindakan, yang mengarah kepada
tindakan-tindakan penyimpangan. Kedua, faktor sugesti berlangsung apabila seseorang
memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian
di terima oleh pihak lain. Sebenarnya, faktor imitasi dan sugesti ini hampir sama, hanya
saja faktor
3
sugesti terjadi ketika seseorang sedang mengalami emosi nyang menghambat seseorang
tersebut untuk berfikiran secara rasional. Ketiga, faktor identifikasi merupakan
kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi ini bersifat lebih mendalam dibandingkan
imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses identifikasi ini.
Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting walaupun
dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk
bekerja sama dengannya. Kemudian, di dalam interaksi sosial tidak hanya terdapat
syarat utama terjadinya sebuah interaksi dan tidak hanya terdapat faktor pendorong
terjadinya sebuah interaksi, namun didalam interaksi juga terdapat bentuk-bentuk
terjadinya sebuah interaksi, yang meliputi : bentuk asosiatif dan bentuk diasosiatif.
Bentuk asosiatif meliputi : kerjasama (cooperation) dan akomodasi (accomodation).
Sedangkan bentuk diasosiatif meliputi : Persaingan (competition) dan kontravensi
(contravention). (Soekanto,2007:54-88)
Kemudian di dalam interkasi ada faktor pendorong terjadinya sebuah interaksi di dalam
masyarakat. Faktor-faktor tersebut meliputi:
4
bersifat lebih mendalam dibandingkan imitasi, karena kepribadian seseorang dapat
terbentuk atas dasar proses identifikasi ini.
Proses identifikasi ini, dapat berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar),
maupun dengan di sengaja karena seringkali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal
tertentu didalam proses kehidupannya.
d) faktor simpati merupakan suatu proses dimana, seseorang merasa tertarik pada pihak
lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting walaupun
dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk
bekerja sama dengannya. (Soekanto: 2007:55-58)
a) Pengertian Konflik
Manusia merupakan makhluk konfliktis (homo conflictus) yaitu makhluk yang selalu
terlibat dalam perbedaan, pertentangan dan persaingan baik sukarela maupun terpaksa.
Poerwadarminta, mengatakan bahwa konflik merupakan pertentangan atau
percecokkan. Pertentangan sendiri bisa muncul kedalam bentuk pertetangan ide
maupun fisik antara dua belah pihak bersebrangan.(Susan, 8:2010)
b) Pengelola Konflik
Tiap skala konflik, memiliki latar belakang dan arah perkembangan yang berbeda.
Masyarakat manusia di dunia, pada dasarnya memiliki sejarah konflik dalam skala antar
perorangan sampai antar Negara. Konflik yang bisa di kelola secara arif dan bijaksana
akan dapat di selesaikan tanpa menghadirkan kekerasan. Namun, jika konflik tidak dapat
di kelola dengan baik, aka akan menimbulkan : perang dan pembantaian.
(Susan,2009:xxiii-xxiv).
2.4. Kerjasama
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik yang terjadi antara individu-individu,
individu-kelompok, maupun kelompok-kelompok. Di dalam interaksi sosial terdapat
bentuk-bentuk interaksi. Salah satu bentuk interaksi sosial yang ada adalah : kerjasama.
Dimana kerjasama itu sendiri dapat diartikan sebagai usaha untuk mencapai tujuan
tertentu dengan cara saling membantu. Kerja sama timbul apabila orang menyadari
bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang
bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri
untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran atas adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang
5
penting dalam kerja sama yang berguna. Kerjasama timbul apabila orang menyadari
bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang
bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri
untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang
penting dalam kerjasama yang berguna. (Soekanto,2007:66)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kinseng,2014:43 bahwa dari berbagai kasus
konflik nelayan tidak ada yang bersifat terbuka. Karena sampai saat ini, belum ada
konflik nelayan yang terjadi secara brutal terjadi antara kelas buruh dan kelas pemilik.
Hal itu di sebabkan karena modal sosial yang terjalin antara buruh nelayan dan kelas
pemilik terjalin cukup baik. Walaupun sebenarnya timbul ketidakpuasan didalam diri
buruh nelayan. Berdasarkan basis terbentuknya kelompok nelayan yang berkonflik
(conflict group), Kinseng,35-36:2014 membagi konflik antar-sesama nelayan menjadi 3
kategori, yaitu:
a) Konflik Kelas
b) Konflik Identitas
Konflik kelas adalah konflik yang terjadi antara kelompok nelayan yang berbeda,
misalnya antara buruh dengan pemilik maupun antara kelas nelayan kecil dengan
nelayan besar-kapitalis. Sedangkan Konflik identitas adalah konflik yang terjadi antara
kelompok nelayan berbasis identitas primordial seperti etnik da nasal daerah atau yang
sering di kenal dengan istilah local versus pendatang. Selain itu, agama bisa juga
dijadikan sebagai basis terbentuknya kelompok konflik primordial ini. Dan Konflik alat
tangkap adalah : konflik yang terjadi antara kelompok nelayan yang berbasis alat
tangkap yang berbeda, tetapi berada pada “tingkat” yang kurang lebih setara, seperti
antara perenge dengan dongol di Balikpapan, yang sama-sama merupakan “nelayan
kecil”.
kelompok, yaitu :
a) Konflik kelas
b) Konflik Orientasi
c) Konflik Agrarian
a) Fishery jurisdiction,
6
b) Management mechanisms
c) Interball allocation
d) External allocation
7
III. METODE PRAKTIKUM
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam pratikum kali ini adalah
kusioner yang berisi beberapa pertanyaan terkait interaksi kelompok nelayan.
Kemudian pena yang digunakan untuk mencatat hasil wawancara secara
permanen. Pensil untuk mencatat hasil wawancara sementara dan penghapus
untuk memperbaiki jawaban kusioner yang salah atau keliru.
8
3.3. Metode Praktikum
9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
10
nelayan yang diikuti oleh Pak Maslan sendiri bernama "Kelompok Nelayan Muara
Lubuk Tukko Baru" Selain itu menurut beliau, di Muara juga terdapat kelompok-
kelompok ibu PKK.
Tujuan utama dari dibentuknya kelompok nelayan di Daerah Muara adalah untuk
pengajuan pengadaan bantuan bagi para nelayan, bisa berupa uang atau peralatan.
Mereka akan mengirimkan perwakilan dari masing-masing kelompok untuk
mengajukan proposal kepada pemerintah. Struktur organisasinya sederhana
dimana terdapat satu ketua dan selebihnya anggota
Dikarenakan desa ini tidak terdapat bidang usaha perikanan khusus, maka
kelompok nelayan biasanya akan langsung menjual pada pemesan/ ke Pasar, interaksi
yang mereka lakukan sama halnya dengan proses jual beli biasa. Jika mendapatkan
kesepakatan harga, maka hasil tangkap nelayan terjual.
Interaksi yang biasa dilakukan oleh para nelayan adalah kepada isterinya.
Karena raya-rata nelayan muara meminta para istri mereka untuk menjualkan
hasil tangkapan tersebut ke Pasar atau pelanggan..
11
4.2.0. Penggolongan Kelompok Nelayan
Menurut penjelasan Pak Maslan, belum pernah terjadi konflik antara kelompok
nelayan disini. Karena kami disini juga diawasi oleh kepala lingkungan. Namun,
dengan kelompok belayan di Luar muara pernah. Hal ini dikarenakan kelompok
nelayan dari sibolga memasuki wilayah mereka melakukan tangkapan
menggunakan pusat harimau yang sudah jelas-jelas dilarang pemerintah.
Dampak negatif: Sejauh ini kelompok nelayan tersebut tidak berdampak negatif
terhadap masyarakat sekitar.
4.2. Pembahasan
12
1) Masyarakat nelayan yang sepenuhnya menggantungkan hidupnya dilaut. secara
umum didominasi oleh kaum laki-laki, namun ada pula beberapa wanita karena
dengankehilangan suami (meninggal) terpaksa merangkap menjadi kepala
rumahtangga dan sebagai pemberi nafkah untuk keluarga dan menggantungkan
hidupnya di laut.
Pada poin (1) kategori sosial kelompok nelayan tersebut adalah nelayan yang
secara utuh (nelayan penuh) mencari nafkah baik siang maupun malam di laut,
mereka dikatakan sebagai kelompok dan penunjang utama produksi dibidang
perikanan sekaligus penyumbang pendapatan keluarga. Untuk kelompok pada
point (2) merupakan bentuk paduan dari nelayan penuh dan masyarakat biasa,
sedangkan untuk point (3) dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang turut
memberikan andil terhadap aktivitas dibidang perikanan untuk menyediakan
peralatan, modal, bahkan disebut juga kelompok elit desa yang mampu
menggerakan perekonomian pedesaan.
13
Sesuai dengan hasil penelitian dari jawaban Informan S.M, pola, tradisi serta
bentuk kepercayaan yang secara permanen pada masyarakat Desa Tewil
merupakan bentuk endapan sosial yang diwariskan nenek moyang secara turun-
temurun, tetap dipertahankan dan dipercayai dari generasi ke generasi terutama
dalam kehidupan melaut. Menurut S.M, dari segi tradisi serta pola, masyarakat
dalam melaksanakan aktivitas dibidang perikanan masih menggunakan alat-alat
tradisional bila mereka melaut.
Dilihat dari kepercayaan dalam bidang perikanan masyarakat desa Tewil masih
tetap mempercayai kehidupan yang berkaitan dengan magis yang berkaitan
dengan navigasi. Pengetahuan yang berkaitan dengan magis merupakan bentuk
pengetahuan permanen sebagaimana dikemukakan oleh Van Peursen (1976 : 1)
bahwa bentuk pengetahuan permanen adalah merupakan suatu bentuk siasat
maupun pemahaman yang berkaitan dengan dunia sekitar. Proses interaksi yang
terbawa sebagai akibat dari endapan sosial tersebut, melahirkan bentuk interaksi
sosial yang langgeng. Dalam tahap penilaian masyarakat yang berkaitan dengan
pola budaya melaut merupakan bentuk kesadaran budaya serta kesadaran sosial,
yang merefleksikan betapa kuatnya hubungan tersebut antara manusia dengan
lingkungan, serta hubungan manusia dengan sesamanya.
14
semua anggota maupun pimpinan kelompok nelayan haruslah mengetahui dasar-
dasar pengetahuan tentang cara melaut. Kesemua bentuk pengetahuan tersebut
akan menjadi pendorong serta penghalang bagi masyarakat dalam melakukan
aktivitas. Sebagai contoh bulan terang, dipercayai oleh masyarakat bisa
mempengaruhi kawanan ikan, dimana ikan
sangat sulit didapat, sebaliknya bulan gelap atau bulan baru, mengindikasikan
banyaknya kawanan ikan. Bila angin barat nelayan tidak boleh melaut, angin
timur dipercayai dengan arus yang sangat kuat, posisi bintang dapat menentukan
letak kawanan ikan atau menentukan kapan nelayan harus pulang karena mereka
dapat melihat seperti bintang Fajar bila sudah berada dilangit akan menandakan
datangnya hari pagi. Pengetahuan tentang angin tenggara dan barat laut dipercayai
membawa banyak hujan. Waktu posisi bulan sudah rendah atau masih sedikit
dilangit mereka mengatakannya sebagai posisi bulan pertama. Ketika bulan
muncul pertama kali maka disebut oleh masyarakat nelayan sebagai bulan sabit.
Bulan ke 15 adalah bulan purnama karena waktu itu terjadi pasang surut sangat
besar yang dinamakan mereka “air besar”. Pada bulan keempat biasanya menurut
kepercayaan masyarakat nelayan dirasakan sedikit angker dan sering tidak
terdapat ikan terutama terjadi di jumat kliwon.
d. Hubungan antara Hak dan Kewajiban Pemilik Perahu, Pemilik Modal dengan
Buruh Nelayan dalam kaitan dengan usaha dalam bentuk Kerjasama
Kewajiban Pemilik Perahu:
15
e. Setiap satu tahun sekali memberikan tunjangan berupa, beras, dan sebagainya
a. Pemilik perahu akan memperoleh keuntungan dari hasil usaha bersama, yang
dibagi
dalam tiga bagian yakni 1 untuk pemilik perahu dan yang dua untuk buruh
nelayan.
a. Bagi pemilik modal akan mengambil fee 15-20 % sebelum dibagi tiga bagian
b. Memberikan pinjaman ikatan pada pemilik perahu dan juga buruh nelayan
c. Memberikan tunjangan berupa rokok 1 press pada saat mereka tidak bekerja
karena
16
d. Menutupi atau membayarkan hasil tangkapan hari ini jika tengkulak tidak bisa
membayarnya.
a. Berhak menerima upah berupa ikan bukan uang, yang dibagi dalam tiga bagian
yakni
1 untuk pemilik perahu dan dua untuk buruh nelayan, yang dua ini masih dibagi
lagi
b. Mereka harus disediakan akomodasi yang layak dan kesehatan yang efesiensi
agar kerja
pekerjan lebih berat maka harus diberi bantuan dalam bentuk beras atau modal
yang
lebih banyak.
b. Buruh Nelayan harus memberikan hasil terbaik buat mitranya atau majikannya
17
Dalam membangun suatu hubungan kerjasama tentu berdasarkan kesepakatan
yang diperlukan dalam kaitan dengan hubungan kerjasama tidak hanya berbentuk
transaksi sosial yakni lebih bertumpu pada hubungan interaksi yang lebih
mendalam
a. Perjanjian kerjasama adalah suatu kontrak yang mesti diterima oleh kedua
pihak.
18
karena ketika pembagian keuntungan dilakukan harus jelas diketahui tiap pihak
supaya
tentang jumlah keuntungan yang didapat dan dibicarakan secara bersama antara
e. Jumlah keuntungan yang akan diperoleh oleh tiap pihak dituliskan dengan jelas
dan
Dari beberapa penjelasan diatas dapat kita garis bawahi bahwa dalam melakukan
sebuah kerjasama bagi hasil kedua belah pihak telah sepakat mengucapkan janji
serta
19
doa dihadapan Imam ini dimaksudkan supaya mendapatkan berkat yang
berlimpah.
dari aspek teknologi sebagian besar dari mereka masih menggunakan teknologi
tradisional,
penting dan perlu diperhatikan oleh para nelayan guna menjamin kelancaran
penjualan
20
usaha perikanan, sebab melalui kegiatan pemasaran tersebut para nelayan atau
anggota
menurut Smith (1981) pemasaran adalah salah satu lokal produksi yang penting
sebagai
Dari informasi A.K. bahwa potensi pasar untuk pengembangan usaha bidang
Tewil, serta dijual di desa-desa dengan sistim jalan, maupun dibeli oleh para
pembeli
sangat ditentukan oleh jaminan pasar yang tetap sesuai dengan persyaratan yang
dibutuhkan, ketika produksi bidang perikanan sangat melimpah maka pasar lokal
tak akan
21
mampu menampung hasil tangkapan dari kelompok nelayan.
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
24
Lampiran 1. Alat dan Bahan Pratikum
Kusioner Pena
Pensil Penghapus
25
Lampiran 2. Kusioner
Responden 1
26
27
28
29
30
Responden 2
31
32
33
34
Lampiran 3. Dokumentasi
Gambar 2. Foto bersama pak Zalukhu, selaku responden kedua di Desa Hajoran
Indah
35