Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN IKTIOLOGI

PRAKTIKUM IV
SISTEM URAT DAGNG

OLEH:

NAMA : ASWAN AKBARDIN LAYN


STAMBUK : I1A4 15 011
JURUSAN : ILMU KELAUTAN
KELOMPOK : II (DUA) A
ASISTEN PEMBIMBING : RESNI AGUSTINA SALIM

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Iktiologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari ikan

secarah ilmiah dengan penekanan pada taksonomi dan aspek- aspek lainnya.

Iktiologi berasal dari dua kata yaitu ichtio yang berarti ikan dan logos yang berarti

ilmu. Jadi iktiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang ikan baik mengenai

aspek biologinya maupun ekologinya.

Otot merupakan sistem organ tubuh yang mempunyai peranan sentral dalam

gerak ikan. Dilihat dari struktur histologis otot, ikan mempunyai tiga macam otot,

yakni otot bergaris, otot licin dan otot jantung. Otot bergaris terutama mencangkup

sebagian besar otot pada badan dan ekor, otot ini menempel pada rangka (skeletal).

Dua otot yang lain tidak melekat pada rangka (non-skeletal). Selain otot sebagai

organ utama, gerak ikan yang dilakukan secara aktif melibatkan berbagai organ

tubuh, antara lain rangka dan gelembung gas.

Sistem urat daging adalah organ tubuh yang mempunyai peran sentral dalam

gerak ikan.Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan secara fungsional

dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak

dibawah rangsangan otak. Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging

berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot

jantung.

Berdasarkan uraian diatas mengenai sistem urat daging ikan, maka perlunya

dilakukan praktikum ini agar kita dapat mengetahui bentuk urat daging dari ikan

cakalang (Katsuwonus pelamis).


B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk mengamati letak dan jenis-jenis

urat daging yang terdapat dalam tubuh ikan serta bentuk dari pada urat otot dan dan

daging dari ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).

Manfaat dari praktikum ini yaitu untuk menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan mengenai sistem urat daging pada ikan cakalang (Katsuwonus

pelamis).
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi

Klasifikasi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) menurut Litaay (2013)

adalah sebagai berikut :

Kingdom: Animalia
Phylum: Vetebrata
Class: Ostechtes
Order: Percioformes
Family: Trichinus
Genus: Trichinus
Spesies: K. pelamis

Gambar 1. Morfologi Ikan Cakalang (K. Pelamis)


(Sumber: Dok. Pribadi, 2016)

B. Morfologi dan Anatomi

Ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm),

hidup di dalam lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama

menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan insang. Setiap jenis ikan

memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan ekologis yang spesifik meskipun ada

beberapa kemiripan ikan yang merupakan objek dalam mata kuliah iktiologi, dalam

mempelajarinya diperlukan pendekatan baik secara kasat mata (anatomy), bagian


dalam tubuh (anatomy) dan organ tambahan yang dimiliki oleh beberapa jenis ikan.

Struktur internal dan eksternal ikan memberi gambaran bentuk tubuh dan bagian

tubuh ikan yang akan menunjukkan pola makan, membedakan jenis kelamin, dan

diagnosis penyakit (Raharjo,2014).

Ikan cakalang (K. pelamis) memiliki tubuh berbentukfusiform, memanjang

dan agak bulat penampang bulat, lateral line melengkung ke bawah tepat di bawah

sirip punggung kedua, sirip dada pendek dan berbentuk segitiga. Warna tubuh pada

saat ikan masih hidup adalah biru baja (steel blue), Sebagian dari badannya

termasuk bagian abdomen, berwarna putih hingga kuning muda (Rahardjo, 2014).

C. Habitat dan Penyebaran

Ikan cakalang (K. pelamis) bersifat epipelagis dan oseanik, peruaya jarak

jauh. Ikan cakalang sangat menyenangi daerah dimana terjadi pertemuan arus atau

arus konvergensi yang banyak terjadi pada daerah yang mempunyai banyak

pulau.Selain itu, cakalang juga menyenangi pertemuan antara arus panas dan arus

dingin serta daerah upwelling. Penyebaran cakalang di perairan Indonesia meliputi

Samudra Hindia (perairan Barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara),

Perairan Indonesia bagian Timur (Laut Sulawesi, Maluku, Arafuru, Banda, Flores

dan Selat Makassar) dan Samudra Pasifik (perairan Utara Irian Jaya) (Manik, 2007).

Ikan cakalang mempunyai daerah penyebaran dan migrasi yang luas,

meliputi daerah tropis dan sub tropis dengan daerah penyebaran terbesar terdapat

disekitar perairan khatulistiwa.Daerah penyebaran ikan cakalang membentang

disekitar 40º LU - 30º LS. Sebagian dari perairan Indonesia merupakan lintasan

ikan cakalang yang bergerak menuju kepulauan Philipina dan Jepang. Penyebaran

cakalang secara vertikal terdapat mulai dari permukaan sampai kedalaman 260 m
pada siang hari, sedangkan pada malam hariakan menuju permukaan (migrasi

diurnal). Penyebaran geografis cakalang terdapat terutama pada perairan tropis

panas di daerah lintang sedang (Achmar, 2010).

D. Fisiologi dan Reproduksi

Ikan cakalang mulai memijah ketika panjang sekitar 40 cm. Setiap kali

memijah cakalang dapat menghasilkan 1.000.000 – 2.000.000 telur. Fekunditas

meningkat dengan meningkatnya ukuran tetapi sangat bervariasi, jumlah telur

permusim pada ikan betina dengan ukuran fork length 41-48 cm antara 8.000 –

2.000.000 telur. Cakalang memijah sepanjang tahun di perairan khatulistiwa, antara

musim semi sampai awal musim gugur di daerah sub tropis, dan waktu pemijahan

akan semakin pendek dengan semakin jauh dari khatulistiwa. Pemijahan cakalang

sangat dipengaruhi oleh perairan panas, sebagian besar larva cakalang ditemukan

di perairan dengan suhu di atas 24 oC. Musim pemijahan cakalang ditentukan

berdasarkan tingkat kematangan gonad dan ditemukannya larva di perairan

tersebut. Perbedaan ukuran cakalang pertama kali matang gonad dipengaruhi oleh

ketersediaan makanan, suhu perairan, letak lintang dan bujur serta kecepatan

pertumbuhan (Manik, 2007).

E. Makanan dan Kebiasaan Makan

Kebiasaan cakalang bergerombol sewaktu dalam keadaan aktif mencari

makan, jumlah cakalang dalam suatu gerombolan berkisar beberapa ekor sampai

ribuan ekor. Individu suatu schooling cakalang mempunyai ukuran yang relatif

sama, ikan yang berukuran lebih besar berada pada lapisan yang lebih dalam dengan

schooling yang kecil, sedangkan ikan yang berukuran kecil berada pada lapisan
permukaan dengan kepadatan yang besar. Ikan cakalang mencari makan

berdasarkan penglihatan dan rakus terhadap mangsanya. Cakalang sangat rakus

pada pagi hari, kemudian menurun pada tengah hari dan meningkat pada waktu

senja (Manik, 2007).

Secara umum makanan ikan cakalang dapat di golongkan atas 3 kelompok

utama, yaitu ikan, crustacea dan moluska. Golongan ikan dapat dikelompokkan

pula menjadi dua kelompok yaitu ikan umpan (ikan yang di pakai selama

penangkapan) dan ikan lain selain ikan umpan. Ikan umpan yang sering digunakan

adalah ikan puri/teri, stolephorus spp;ikan lompa, Thrysinabaelama dari famili

Engraulidae ; ikan gosau dan pura-pura, Spratcloiders sp (Famili Cluipeidea).

Dengan mengetahui ikan umpan yang digunakan pada saat penangkapan, maka isi

lambung selain ikan umpan dapat digolongkan sebagai makanan alami ikan

cakalang (Manik 2007).

F. Sistem Urat Daging

Otot ikan yang tampak merupakan kesatuan yang tersusun dari komponen-

komponen penyusunnya. Blok otot disebut “myatome”, dan kumpulan dari

myatome disebut “myosepta”, otot yang terdapat pada tubuh ikan terbagi oleh

“Horizontal steletogeneus septrum” menjadi otot bagian atas (epaxial) dan otot

bagian bawah (hypaxial) (Nadiah, 2014)

Beberapa sistem urat daging juga ada yang menarik adalah organ listrik

pada beberapa ikan yang pada vertebrata lainnya tidak ada Urat daging sirip tunggal

berfungsi untuk menggerakkan sirip-sirip terebut. Urat daging licin terdapat pada

usus, arteri, mata dan pada saluran eksresi, sedangkan pada urat daging jantung
berwarna tua dengan kontraksi otot bersifat involuntary (tidak dibawah ransangan

otak) (Faisal, 2010).

Ikan cakalang (K. pelamis) pada prinsipnya mempunyai tiga macam urat

daging, yaitu urat daging bergaris, urat daging licin dan urat daging jantung. Secara

fungsional urat daging dibedakan menjadi dua tipe yaitu urat daging bergaris dan

yang ada dibawah ransangan otak ialah urat daging licin dan urat daging jantung.

Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu urat daging yang

menempel pada rangka ialah urat daging bergaris dan yang tidak menempel pada

rangka ialah urat daging licin dan urat daging jantung (Rahardjo, 2011).

G. Nilai Ekonomis

Ikan cakalang (K. pelamis) sangat strategis dalam menghasilkan devisa

negara, selain sebagai komoditas pencukupan sumber protein hewani untuk

penduduk Indonesia, ikan cakalang juga menyumbang sebanyak 12% dari total

40% ekspor produk perikanan. Limbah ikan cakalang dapat digunakan sebagai

alternative bahan pakan lokal sumber prtein hewani untuk pakan ayam kampong.

(Achmar.,2012).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 September 2016, Pukul

13:00 - 15:00 WITA dan bertempat di Laboratorium Oseanografi, GIS, dan Remote

Sensing, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel

di berikut.

Tabel 1. Alat dan Bahan Yang di Gunakan Beserta Kegunaannya


No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
- Baki - Menyimpan objek yang akan
diamati
- Gunting Bedah - Membedah ikan
- Pisau Bedah - Membedah ikan
- Pinset bedah - Memindahkan ikan
- Kain Lap (lap - Membersihkan wadah objek
kasar dan halus) yang akan diamati
- Mistar Cm Mengukur
- Tisu - Membersihkan wadah dan objek
yang akan diamati
2. Bahan
- Ikan cakalang Ind Objek yang diamati
(K. pelamis)
- Alkohol 70% ml Mensterilkan wadah pengamatan
C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum sistem urat daging dapat dilihat di

bawah ini:

- Menyiapkan alat dan bahan prakikum.

- Meletakan ikan diatas baki, lalu mengamatai bagian-bagian luar ikan yang

berhubungan dengan sistem urat daging.

- Melakukan dokumentasi terhadap organisme yang diamati.

- Merendam organisme dengan air panas.

- Melihat sistem otot dari pada organisme.

- Menggambar organisme hasil pengamatan dari sistem urat daging.

- Membuat laporann sementara.

- Mensterilkan meja praktikum sebelum praktikum selesai


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan jenis dari ikan yang diamati dari ikan

cakalang (K. pelamis) didapatkan bentuk otot secara horizontal dan penampang

melintang adalah sebagai berikut :

- Bentuk sistem urat daging ikan cakalang (K. pelamis)

Keterangan :
1
1. apaxial
2. hypaxial
2

Gambar 2. Urat daging ikan cakalang (K. pelamis)

- Bentuk penampang melintang ikan cakalang (K. pelamis)

1 Keterangan :
2
1. Supracarinalis
3 2. Myoseptum
3. Corpus vertebrae
4 4. Septum Horizontale
5. Infracerinalis
5

Gambar 3. Penampang melintang ikan cakalang (K. pelamis)


B. Pembahasan

Berdasakan hasil pengamatan dari prktikum sistem urat daging atau sistem

otot pada ikan secara fungsional terbagi atas dua yaitu hypaxial yang merupakan

bagian bawah, apaxial yaitu bagian atas dari urat daging tersebut, septum verticale,

myomer yang merupakan blok dari urat daging, myocommata (myotone), corpus

vertebrae, musculus lateralis superficialis dan septum horizontal yang merupakan

pemisah dari urat daging apaxial dan hypaxial. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Rahardjo (2010) bahwa urat daging yang terdapat dikedua sisi ikan dapat dibedakan

menjadi dua bagian yaitu bagian epaxial yaitu bagian atas dan bagian hypaxial yaitu

bagian bawah.

Sistem otot pada ikan berperan sebagai alat gerak aktif dan menempel pada

rangka ikan. Otot bergerak secara sadar dan tidak sadar. Otot memiliki bagian-

bagian yang disebut myotom dan kumpulan dari myotom disebut myosepta.

Pengamatan sistem urat daging yaitu pada ikan cakalang (K. pelamis)

pertama ikan disiram dengan air panas agar terlihat bagian-bagian otot dari ikan

tersebut. Pada pengamatan ikan cakalang (K. pelamis), urat daging yang dimiliki

ikan ini tampak tidak jelas dikarenakan ikan yang digunakan saat praktikum layu

dan tidak segar sehingga sulit untuk menganalisa urat daging yang terdapat pada

ikan cakalang (K. pelamis).

Berdasarkan hasil pengamatan menyatakan bahwa urat daging atau otot dari

ikan ini terdiri dari apaxial dan hypaxial. Dimana apaxial merupakan bagian

punggung ikan dan atau dibagian atas sedangkan hypaxial merupakan bagian perut

dari ikan dan dibatasi oleh herizontal skeletogenous spetum. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Rahardjo (2011), yang menyatakan bahwa otot yang terdapat pada
tubuh ikan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu, bagian atas ( epiksial) dan bagian

bawah (hepiksial). Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh sebuah selaput yang

dinamakan herizontal skeletogenous spetum.

Urat daging/otot ikan ikan cakalang (K. pelamis) juga terlihat seperti

tersusun atas kepingan-kepingan kecil atau biasa disebut myoseptum, selain itu juga

nampak adanya red lateral musec, supracerinalis yang terdapat di bagian punggung

ikan, infracerinals terdapat di bagian perut yang merupakan tulang belakang dari

ikan ikan cakalang (K. pelamis).


V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum sistem urat daging pada ikan

cakalang (K. pelamis) bahwa urat daging ikan cakalang (K. pelamis) terbagi

menjadi Horizontal steletogenesus septum yang tediri dari urat daging bagian atas

(apaxial) dan urat daging bagian bawah (hypaxial). Sedangkan berdasarkan posisi

penampang melinang otot ikan cakalang (K. pelamis) terlihat jelas memiliki sistem

urat dagingnya yang terdiri dari musculi ventralis dan musculi dorsalis.

B. Saran

Saran saya untuk praktikum selanjutnya yaitu agar praktikan senantiasa

dituntun terus oleh asisten akan tetapi pelaksanaannya praktikum dilakukan oleh

praktikan sehingga praktikan dengan cepat menangkap atau memahami proses

praktikum yang dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Jamal Muhammad, Fedi M.A.S, Haluan John, Wiryawan Budy.2008.Pemanfaatan


Data Biologi Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) dalam Rangka
Pengelolaan Perikanan Bertanggung Jawab di Perairan Teluk Bone.Jurnal
Natur Indonnesia.Bogor: Vol. 14(1)
Litaay Christina, Santoso Joko. 2013. Pengaruh Perbedaan Metode Perendaman
Dan Lama Perendaman Terhadap Karakteristik Fisiko – Kimia Tepung
Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis). Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis :bogor .Vol. 5 (1)
Mallawa Achmar, Amir Faisal, Zainudin Mukti. 2014. Keragaan Biologi Populasi
Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) yang tertangkap dengan purse seine
pada musim timur di perairan laut flores sea. Jurnal IPTEKS PSP
Manik, N. 2007. Beberapa Aspek Biologi Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis)
Di Perairan Sekitar Pulau Seram Selatan Dan Pulau Nusa Laut. Jurnal
Oseanologi dan Limnologi. ISSN 0125 – 9830. Vol. XII, No. 33 : 17-25.
Pusat Penelitian Oseanografi- LIPI, Jakarta.
Nadia.A.R.La Ode. 2014. Buku Iktiologikajian ilmu dasar perikanan. Unahalu
Press. Kendari. 357 hlm.
Raharjo.M.F., S. Djadha., Affandi.S.R dan Sulistiono. 2011. Iktiologi. Lubuk
Agung Bandung. 396 hlm.

Anda mungkin juga menyukai