PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.3 Permasalahan yang Memicu Tindakan Eksploitasi Pada Lingkungan dan Manusia
Dalam pembangunan tentu disetiap prosesnya ada masalah. Tidak ada di dunia ini yang mulus saja dan
tanpa adanya masalah dalam menjalani sesuatu. Dari permasalahan yang bisa dilihat khsusunya di sektor ekonomi
kelautan dan pesisir banyak tindakan-tindakan eksploitasi/ semena-mena yang ditujukan pada lingkungan sekitar
dan masyarakat yang tidak mampu untuk memperjuangkan hak yang mereka miliki. Berikut akan dijelaskan
mengenai beberapa hal menyangkut hal diatas yaitu tentang eksploitasi terhadap lingkungan dan manusia.
Pembangunan pesisr dan laut Indonesia, secara historis sudah dimulai sejak tahun 90-an. Dalamkurun
waktu 10 tahun, lingkungan pesisir dan laut Indonesia telah mengalami perubahan signifikan, baik dari aspek
sumberdaya maupun dampak yang mmenyertainya. Tentunya meningkatnya kerusakan tidak dapat dapat
dihindarkan.
Hutan mangrove merupakan satu ekosistem pesisir yang amat penting di Indonesia. Berdasarkan data
Direktorat Jendral Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosial (dalam Apridar 2011) luas hutan Mangrove di
Indonesia pada tahun 1999 diperkirakan mencapai 8.60 juta hektar akan tetapi sekitar 5.30 juta hektar dalam
keadaan rusak. Sedangkan data FAO (2007) luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 2005 hanya mencapai
3,062,300 ha atau 19% dari luas hutan Mangrove di dunia dan yang terbesar di dunia melebihi Australia (10%) dan
Brazil (7%). Fungsi hutan mangrove adalah:
1. Sebagai tempat hidup dan mencari makan berbagai jenis ikan, kepiting, udang dan tempat ikan-ikan
melakukan proses reproduksi
2. Menyuplai bahan makanan bagi spesies-spesies didaerah estuari yang hidup dibawahnya karena mangrove
menghasilkan bahan organik
3. Sebagai pelindung lingkungan dengan melindungi erosi pantai dan ekosistemnya dari tsunami, gelombang,
arus laut dan angin topan.
Kondisi obyektif masyarakat pesisir khususnya nelayan tradisional adalah miskin. Amat tidak mungkin
dapat mengurus Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP3) yang tertuang dalam UU No. 27 Tahun 2007 dengan
pelbagai persyaratkan yang harus dipenuhi. Terkadang dalam memenuhi kebutuhan saja masyarakat pesisir
kesusahan apalagi untuk mengimbangi kawasan non pesisir. Kemsikinan terjadi bisa saja karena kurangnya
perhatian dari pemerintah terhadap masyarakat yang membutuhkan bantuan pemerintah dapat berupa sembako,
uang dan lainnya. Akan tetapi, pemerintah zaman sekarang lebih banyak menutup mata untuk hal-hal sepele seperti
itu sehingga banyak masyarakat yang terpinggirkan oleh karena hal tersebut.
Karim (dalam Apridar 2011) menyatakan bahwa di Kabupaten Sukabumi dan Karawang kawasan pesisir
lebih tertinggal ketimbang non pesisir. Penyebab kemiskinan di wilayah pesisir antara lain:
1. Kuatnya tekanan – tekanan struktural yang bersumber dari kebijakan pemerintah Indonesia dalam
membangun sub-sektor perikanan.
2. Ketergantungan yang berbentuk patron client antara pemilik faktor produksi dan buruh nelayan.
3. Terjadinya over eksploitasi terhadap sumberdaya perikanan terhadap akibat modernisasi yang tak
terkendali.
4. Terjadinya penyerobotan wilayah perikanan tradisional yang dilakukan oleh perusahaan perikanan modern
yang sejatinya menjadi daerah beroprasinya nelayan trasisional.
5. Adanya fenomena kompradorisme meminjam pemikiran neomarxis dalam kasus penangkapan ikan.
Kusnadi (dalam Apridar 2011) menyatakan bahwa nelayan buruh adalah masyarakat miskin yang dominan
di desa-desa nelayan. Faktor kemiskinan inilah yang mendorong mereka terlibat dalam jaringan utang piutang yang
kompleks di komunitasnya. Nelayan buruh dalam sistem kelas sosial masyarakat pesisir tergolong marjinal dan
tertindas secara ekonomi. Struktur sosial nelayan khususnya nelayan tradisional dan nelayan buruh, biasanya amat
lemah di depan juragan. Mereka bahkan menganggap juragan mendekatai mesianis akibat keberadaanya dapat
menjadi juru selamat saat mereka tidak memiliki uang.
Nelayan buruh bukanlah orang miskin, mereka hanya sebagian warga bangsa yang tidak berdaya akibat
kebijakan ekonomi politik negara yang menganut mahzab produktif dan eksploitatif atas sumber daya kelautan dan
perikanan yang berlangsung hingga kini.
Sebagai negara yang menghormati hak asasi manusia, Buruh nelayan dan nelayan semestinya
mendapatkan:
1. Asuransi berupa suransi kematian, kecelakaan kerja, kesehatan, dan pendidikan anak – anak.
2. Jaminan perlindungan hukum bagi nelayan buruh/tradisional yang menangkap ikan di perbatasan wilayah
maritim.
Kusnadi Menyatakan bahwa alasan kuat pentingnya asuransi buat nelayan karena:
1. Kegiatan melaut bersifat spekulatif tinggi sehingga amat sulit bagi nelayan memprediksi hasil dan
pendapatan yang diperolehnya.
2. Investasi di sektor perikanan membutuhkan biaya yang besar untuk operasional, rekruitmen nelayan buruh
dan pemeliharaan alat tangkap.
3. Melaut beresiko tinggi atas keselamatan jiwa dan kesehatan badan.
4. Kawasan pesisir umumnya rawan penyakit menular dan endemik hingga kualitas SDM nelayan rata – rata
berpendidikan rendah.
Tindjabate (dalam Apridar 2011) yang meneliti kemiskinan nelayan di Sulawesi Tengah, menyimpulkan
bahwa proses pemiskinan nelayan tradisional,terjadi akibat kuatnya tekanan-tekanan struktural yang bersumber
dari kebijakan pemerintah Indonesia dalam pembangunan sektor perikanan laut. Proses ini terjadi diakibatkan yang
awalnya semua nelayan buruh kegiatannya homogen,akan tetapi pemerintah Kabupaten Poso menjadikan
sumberdaya perikanan akan diberikan menjadi devisa negara yang menyebabkan banyak nelayan buruh yang
semula homogen, menjadi beragam sumber penghasilannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penulis membahas secara rinci dalam setiap poin pada makalah ini. Hal tersebut berdasarkan dari
pendapat ahli, buku, maupun penelitian sebagai dasar pemikiran dalam penjelasan maupun pembahasan.
penulis berharap penjelasan dari pendapat ahli bisa meyakinkan pembaca mengenai apa yang penulis
jelaskan serta bisa dipahami dengan baik. Setelah melakukan pembahasan mengenai ekonomi kelautan,
penulis menyimpulkan dari temuan dan pembahasan mulai dari definisi, ruang lingkup, dan tindakan
eksploitasi lingkungan dan manusia.
Berikut simpulan dari makalah ini.
1. Ekonomi kelautan adalah suatu bentuk kegiatan/ aktivitasmasyarakat yang berada di sekitar laut
yang memanfaatkan sumberdaya yang memang berasal dari laut seperti sektor perikanan, energi
dan sumberdaya mineral, sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, sumberdaya non konvensional,
industri kelautan, wisata bahari, perhubungan laut dan bangunan laut.
2. Ruang lingkup ekonomi kelautan
Amerika Serikat
a. Konstruksi : Konstruksi yang berhubungan dengan kelautan
b. Sumberdaya hayati (living resources) : Penangkapan (Fishing)
c. Mineral : Produksi dan Eksplorasi minyak dan gas
d. Pembuatan kapal dan boat
e. Pariwisata dan Rekreasi : Jasa hiburan dan rekreasi
f. Transportasi Laut : Jasa Transportasi Laut
Indonesia
a. perikanan,
b. perhubungan,
c. energi,
d. sumberdaya mineral kelautan,
e. wisata bahari,
f. jasa kelautan,
g. industri kelautan
h. non-kelautan.
3. Tindakan eksploitasi pada lingkungan dan manusia
a. Spesies ikan langka mati
b. Timbulnya pengangguran bekas nelayan karena pemerintah
c. Terumbu karang rusak
d. Perekonomian masyarakat rusak
e. Banyak pembajakan ikan oleh kapal illegal
f. Kuatnya tekanan struktural pada fakir miskin
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada makalah ini, ada beberapa rekomendasi yang dapat
dijadikan masukan bagi pembaca maupun penulis selanjutnya. Hal ini diharapkan bisa menjadi saran yang tepat
untuk nantinya bisa dilakukan oleh pembaca. Penulis memiliki beberapa saran untuk penulis agar makalah ini bisa
terus berlanjut sehingga memberikan banyak manfaat bagi dunia perekonomian khusunya kelautan. Berikut
beberapa saran dari masalah yang bisa dilakukan untuk penulis selanjutnya.
1. Konsep mengenai ekonomi kelautan
2. Pengaruh ekonomi kelautan bagi masyarakat luas
3. Ekonomi kelautan bagi Negara Indonesia
Daftar Pustaka
Cheung, W.W.L, Vicky W. Y. Lam, Jorge I. Sarmiento, Kelly Kearney, Reg Watson, Dirk Zeller and Daniel Pau
ly (2010). Large-Scale Redistribution of Maximum Fisheries Catch Potential in the Global Ocean under
Climate Change. Published in Global Change Biology (2010) 16, 24-35, Aquatic Ecosystems Research
Laboratory, The University of British Columbia, Vancouver, British Columbia, Canada V5R 1E6, School
of Environmental Sciences, University of East Anglia, Norwich, NR4 7TJ, UK, Atmospheric and Oceanic
Sciences Program, Priceton University, Sayre Hall, Forrestal Campus, PO Box CN710, Princeton, NJ
085447010, USA
Kusnadi, 2006. Konflik Sosial Nelayan. Kemiskinan dan Perebutan Sumberdaya Alam. Penerbit. LkiS.
Yogyakarta.
Tindjabate, C. 2001. Kemiskinan pada Masyarakat Nelayan. Studi tentang Proses Pemiskinan dan Strategi
Bertahan Hidup Masyarakat Nelayan Tradisional di daerah Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Desertasi
Doktor, PPS-UGM Yogyakarta.
Karim M, 2005. Analisis Kemiskinan dan Kesenjangan Pembangunan di Kawasan Pesisir Kabupaten Sukabumi
dan Karawang, Jawa Barat. Tesis Sekolah Pascasarjana IPB. Tak Dipublikasikan