Anda di halaman 1dari 21

FUNGSI KEBUDAYAAN MARITIM BAGI PENGUATAN

NILAI-NILAI dan TATANAN KEHIDUPAN BERSAMA

Disusun :

KELOMPOK VII

RAFLIANSYAH (K011191032)
MIRNA MILAWATI (K011191042)
TENRI AISYAH ZEFANI (K011191024)
INDAH AYUNINGSIH (K011191021)
JELSY KURNIA SAPU’ (K011191038)
BESSE ADINDA FADHILAH P (K011191001)
DEBY NOVRIANTI (K011191043)
NURUL IZZAH (K011191051)
REZKY IRIANI A (K011191065)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “FUNGSI
KEBUDAYAAN MARITIM BAGI PENGUATAN NILAI – NILAI dan
TATANAN BERKEHIDUPAN BERSAMA”

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan teman kelompok ini kami mencari berbagai materi-
materi yang bisa di jadikan sebagai isi di dalam makalah ini dan akhirnya teratasi
dengan baik dan lancar. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kami dan
semua teman di dalam fakultas kesehatan masyarakat UNIVERSITAS
HASANUDDIN ini.

Makassar, 18 November 2019

KELOMPOK VII

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan Maritim.....................................................3-4
B. Unsur Kebudayaan Maritim............................................................4-5
C. Fungsi Kebudayaan Maritim...........................................................5-6
D. Peningkatan Sikap Mengenali Diri Sebagai.......................................7
Masyarakat Maritim
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................9
B. Saran...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berawal dari membuka mata selebar – lebarnya untuk melihat
kondisi para nelayan Indonesia ternyata banyak problematik yang terjadi
di kehidupan nelayan.Penghasilan dari melaut belumlah cukup untuk
mensejahterahkan kehidupan dari berbagai aspek, misalnya ekonomi,
kesehatan, pendidikan, dan sosial. Faktor penghambat tercapainya
kesejahteraan tersebut antara lain pemerintah yang kurang tanggap
terhadap persoalan yang dihadapi nelayan. Sebagai contoh umum, yaitu
tidak adanya bantuan peralatan yang lebih memadai dari pemerintah, dan
tingginya harga bahan bakar solar yang tidak sebanding dengan
pendapatan mereka sehari-harinya.

Faktor penghambat tercapainya kesejahteraan tersebut antara lain


pemerintah yang kurang tanggap terhadap persoalan yang dihadapi
nelayan. Sebagai contoh umum, yaitu tidak adanya bantuan peralatan yang
lebih memadai dari pemerintah, dan tingginya harga bahan bakar solar
yang tidak sebanding dengan pendapatan mereka sehari-harinya.

Ironisnya, wilayah laut Indonesia yang merupakan dua pertiga


wilayah Nusantara memiliki batas teretorial mencapai 3,1 juta km²,
ditambah dengan zona ekonomi eksklusif mencapai 5,8 juta km²
mengakibatkan sejak dahulu Nusantara 2 diwarnai dengan berbagai
pergumulan kehidupan di laut.1 Sejarah menunjukkan bahwa pada masa
lalu, Indonesia memiliki pengaruh yang sangat dominan di wilayah Asia
Tenggara, terutama dalam hal kekuatan maritim yang besar di bawah
Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Bugis dan Makassar.

Tercatat dalam sejarah bukti-bukti nenek moyang bangsa Indonesia


yang menguasai perairan Nusantara, bahkan mampu mengarungi samudera
luas hingga Tanjung Harapan dan ke pesisir Madagaskar, Afrika
Selatan.Salah satu bukti kebanggaan bangsa Indonesia sebagai bangsa
Maritim terekspresikan dalam lagu berjudul “Nenek Moyangku Seorang
Pelaut”.Pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara, armada kelautan
juga mempunyai peranan penting sebagai penunjang kemampuan ekspansi
kekuasaan maupun hubungan perdagangan antar pulau. Pada masa
keemasan penguasaan lautan oleh nenek moyang kita, baik di masa
kejayaan kerajaan Sriwijaya, Majapahit maupun kerajaan-kerajaan Bugis
dan Makassar, menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang mencintai laut
sejak dahulu merupakan masyarakat maritim. Kedatangan penjajah
kolonial VOC ke Nusantara pada kisaran tahun 1602-1798 merupakan
salah satu peristiwa yang menandai hilangnya kejayaan budaya maritim
nusantara, bangsa Indonesia didesak ke darat, yang mengakibatkan
menurunnya jiwa bahari.

Berlatar belakang demikian, cukup jelas terlihat bahwa aspek


alamiah geografi Indonesia (bentuk dan posisinya), kekayaan alamnya,
dan demografinya sangat menentukan terbentuknya budaya yang berkaitan
dengan kelautan, salah satunya adalah peranan perahu yang merupakan
sebuah alat transportasi bagi para penjelajah Nusantara.Perahu adalah alat
transportasi karya leluhur yang syarat dengan seni, budaya, kearifan lokal,
serta nilai-nilai luhur budaya Nusantara.Perahu mampu menerjang,
memecah, melintasi gelombang, dan berjalan dengan bimbingan
angin.Berdasarkan hal tersebut peranan perahu menjadi sangat vital di
masa lampau.Peristiwa demi peristiwa membentuk pola pikir penduduk
masa lampau menjadi maju di bidang kelautan.Penduduk masa lampau
mampu menciptakan berbagai macam perahu beserta filosofi di dalamnya
untuk memperkuat dan mempertahankan Nusantara.Pada masa kini yang
identik dengan Negara Indonesia justru sebuah Negara yang memiliki pola
kebudayaan petani, yang sering disebut sebagai budaya agraris.Hal
tersebut menjadi sebuah kegusaran yang berkait dengan budaya
maritim.Bangsa Indonesia yang sebenarnya lebih kuat dan mampu
menorehkan catatan sejarah agung di bidang kemaritiman, namun kini
tidak diketahui bahkan oleh masyarakat Indonesia sendiri.

Memudarnya kemaritiman Indonesia semakin terasa saat


ini.Banyak potensi kelautan dan perikanan yang belum tergarap secara
maksimal padahal sangat berpotensi untuk mensejahterakan rakyat
Indonesia.Ditandai oleh keberadaan nelayan yang tetap saja miskin
sebagai pelaku pembangunan daerah pesisir.Seharusnya pemerintah dapat
memahami dan sadar bahwa di sini peran pemerintah sangatlah vital untuk
kesejahteraan nelayan yang menjadi penentu kemajuan bangsa di wilayah
kelautan.Jika selama ini kebijakan pemerintah lebih banyak berorientasi
pada sektor darat, maka selayaknya sektor kelautan harus mulai lebih
diperhatikan, demi mengembalikan kejayaan bangsa yang lebih merata.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kebudayaan maritime?
2. Apa unsur kebudayaan maritime?
3. Apa fungsi dari kebudayaan maritime?
4. Bagaimana peningkatan sikap mengenai diri kita sebagai masyarakat
maritime?

C. Tujuan
1. Untuk lebih mengetahui pengertian dari kebudayaan maritime
2. Untuk mengetahui unsur-unsur yang ada pada kebudayaan maritime
3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi dari kebudayaan maritime
4. Untuk mengetahui sikap mengenali diri sebagai masyarakat maritime

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Konsep awal kebudayaan yang bersumber dari studi tentang
masyarakat-masyarakat primitif tersebut mengandung sisi praktis, sebagai
sumber kekuatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi rangkaian
gagasan-gagasan dan tindakan-tindakan moderen. Menyusun suatu
hubungan antara apa yang manusia-manusia purbakala tak-berbudaya
pikirkan dan lakukan, dan apa yang manusia-manusia moderen berbudaya
pikirkan dan lakukan, bukanlah masalah ilmu pengetahuan teoretik yang
tak-dapat-diterapkan, karena persoalan ini mengangkat masalah, seberapa
jauh pandangan dan tingkah-laku moderen berdasarkan atas landasan kuat
ilmu pengetahuan moderen yang paling masuk akal (Tylor, 1871: 443-44).
Lebih dari setengah abad kemudian, Ralph Linton (Philadelphia,
Pennsylvania, 27 Februari 1893 – New Haven, Connecticut, 24 Desember
1953), Profesor Antropologi pada Universitas Columbia, New York,
Amerika Serikat, menawarkan rumusan tentang kebudayaan yang
menekankan pada faktor integrasi yang dicapai melalui tingkah laku
belajar. Kebudayaan bisa dicapai dengan belajar dan sebagai hasil belajar
yang dibiasakan antar anggota suatu masyarakat.
Menurut Linton, “A culture is the configuration of learned behavior
and results of behavior whose component elements are shared and
transmitted by the members of a particular society” (Linton, 1945).
(Kebudayaan merupakan konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan
hasil tingkah laku yang unsur-unsurnya digunakan bersama-sama dan
ditularkan oleh para warga masyarakat).
Pemahaman terhadap kebudayaan meliputi pengertian “sempit”
dan “luas.” Dalam pengertian “sempit,” kebudayaan dipahami sebagai
“kesenian,” sehingga seniman dianggap sebagai budayawan, pementasan
kesenian sering disebut sebagai acara budaya, misi kesenian yang melawat
ke luar negeri sering dikatakan sebagai misi kebudayaan. Pandangan dan
praktek demikian tentu mempersempit pengertian kebudayaan, terutama
ditinjau dari unsur-unsur atau isi kebudayaan sebagai strategi perluasan
kebudayaan.Pengertian demikian tidak sepenuhnya keliru karena kesenian
pun merupakan unsur kebudayaan yang penting.
Maritim asal menurut bahasa inggris yaitu maritime, yg berarti
navigasi, menurut kata ini lalu lahirlah istilah maritime power yaitu
negara dengan kekuatan maritim atau negara menggunakan kekuatan yg
bebasis pada bahari. Masih pada bahasa Inggris, istilah yang dipakai buat
menerangkan sifat atau kualitas yg menyatakan penguasaan terhadap laut
merupakan seapower.
Sementara, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, maritim
diartikan menjadi hal yang berkenaan menggunakan bahari, terutama hal
yg berkaitan pelayaran dan perdagangan pada bahari.Pengertian tersebut
menegaskan bahwa negara maritim adalah negara yang terkait dengan
kebaharian atau kelautan.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Asia
Pasifik.Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang terhubung melalui lautan,
sehingga dapat dikatakan sebagian besar daerah Indonesia merupakan
lautan.Kebudayaan suatu negara dipengaruhi oleh ruang.Ruang dominan
yang ada di Indonesia merupakan laut, sehingga budaya yang dianut
negara Indonesia yaitu budaya maritim.Budaya maritim merupakan
budaya yang dipengaruhi oleh laut.Laut sebagai sarana transportasi, laut
sebagai sarana ekonomi, serta laut sebagai tradisi.Kegiatan dan kehidupan
masyarakat bergantung dan tumbuh dari laut.
Indonesia kaya dengan hasil laut.Hal tersebut terbukti dengan
banyaknya kapal asing yang tertangkap menangkap ikan di perairan
Indonesia.Kapal-kapal asing tersebut menyebabkan kerugian yang besar
bagi negara Indonesia.Jika saja masyarakat Indonesia yang mengelola
sumber daya laut tersebut, maka kerugian yang negara alami menjadi
keuntungan bagi masyarakat Indonesia itu sendiri dan menjadikan
masyarakat Indonesia lebih sejahtera.Kendala yang dihadapi saat ini yaitu
kurangnya pengelolaan masyarakat terhadap sumber daya laut yang
Indonesia miliki. Hal itu dapat terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan
masyarakat akan hasil laut yang kita miliki serta kurangnya kemampuan
masyarakat dalam mengelola sumber daya, baik itu kurangnya teknologi
maupun peralatan yang tidak memadai.
Bidang keilmuan sangat perlu diperhatikan, baik untuk
peningkatan mutu serta keselamatan masyarakat kelak.Pengelolaan sumber
daya laut sangat penting dalam menunjang ekonomi negara.Dua hal
tersebut dapat berkaitan dan saling menguntungkan baik untuk negara
Indonesia maupun rakyat Indonesia.Perkembangan keilmuan kelak
berguna untuk rakyat itu sendiri, oleh rakyat itu sendiri dan dari rakyat itu
sendiri.Budaya maritim yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sangat
perlu untuk di tingkatkan dan di kembangkan.
Kedaulatan negara dan ketahanan negara sangat bergantung dari
kekuatan maritim mengingat negara Indonesia merupakan negara
nusantara yang terdiri dari kepulauan yang dua pertiga negara merupakan
lautan.Budaya maritim sangat erat kaitannya dengan budaya
nusantara.Semakin kuat dan hebat budaya maritim, maka semakin kuat
dan hebat bangsa dalam mempertahankan serta membangun negara
Indonesia.

B. Unsur Kebudayaan Masyarakat Maritim


1. Ekonomi
Konsep sistem ekonomi, termasuk sistem kemaritiman, dipahami
sebagaisaling keterkaitan antara subsistem-subsistem
produksi,distribusi, dan konsumsi. Sektor ekonomi maritim merupakan
sektor ekonomi yang seluruhaktivitasnya berhubungan dengan bidang
kemaritiman atau kelautan. Sistemekonomi kemaritiman yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
khususnya Sulawesi Selatan adalah :
1) Sistem Produksi
Produksi sebagai usaha (melibatkan ide, praktik, dan sarana
material)dalam rangka menghasilkan barang dan jasa hanya dapat
digerakkan dandikembangkan melalui pendayagunaan faktor-faktor
produksi (sebagai input)untuk membentuk suatu suatu output berupa
produk barang atau jasa, adapunfaktor-faktor tersebut ialah :
a. Sumber daya alam dan statusnya
Sulawesi Selatan jika ditinjau dari konteks pesisir maka
luassumber daya alami yang dimanfaatkan berupa kegiatan
penangkapanikan dan wisata. memiliki sumberdaya yang
beragam mulai darikelompok sumberdaya pelagis besar sampai
cumi – cumi, Berdasarkandata Ditjen Tangkap (2005),
menunjukkan potensi sumberdaya ikan diSelat
Makassar memiliki produksi 655,45 ribu ton dari potensi
929,72ribu ton.
Di sulawesi, terutama Sulawesi Selatan, pemanfaatan
sumberdayalaut dalam dan pesisir kebanyakan dipraktikkan
secara terbuka (openaccess/use) dan penguasaan
individual/keluarga.Namun ada pula beberapa
yang menguasainya secara komunal yaitu di BulukumbaBarat,
dan beberapa lokasi karang dan muara sungai di Selayar.
b. Modal dan Pengelolaannya
Modal merupakan faktor produksi terpenting
dalammenggerakkan suatu usaha perikanan, baik perikanan
skala besar danmodern, maupun perikanan skala kecil dan
tradisional. Sebagai suatukeunikan dari usaha perikanan pada
umumnya, bahwa ketika sector ekonomi ini meningkat dari
prokduksi substensi (Consumptive production)
ke produksi pasar (exchange/market production), yang ber-
korelasi dengan perkembangan dari fungsinya sebagai
efektivitas ekonomi sampingan ke usaha ekonomi pokok.
c. Tenaga Kerja/ Pekerja
Tenaga kerja (labour) merupakan salah satu faktor
produksimenentukan bagi bergeraknya suatu usaha ekonomi,
tidak terkecualisektor perikanan laut. Rekruitmen tenaga
kerja/anggota kelompokkerja dalam perusahaan perikanan
menunjukkan beberapa persamaandan perbedaan karakteristik
sosial budaya dari suatu tempat ke tempat-tempat lainnya di
dunia. Persamaan dan perbedaan karakteristikrekruitmen
tersebut dapat dilihat pada jenis kelamin dan kondisi fisik,asal
usul, pendidikan, dan usia seseorang yang direkrut.
d. Sistem Pengelolaan dan Pengawetan
Dalam pengolahan hasil perikanan dari hasil tangkap
merupakankegiatan transisi antara sistem produksi dengan
sistem distribusi, dimana kegiatan tersebut sangat penting
mengingat komoditas hasillaut dalam semua jenis sangat
ditentukan oleh sistem pengolahan
yang baik.Ada beberapa teknik pengelohan (pengawetan) yang
dikenaldidaerah sulawesi selatan
yaituPallu Ce’la(Pengalengan), Pindang, Pengeringan,
Penggaraman, Pengasapan, dll. lokasi
kegiatan pengolahan seperti ini ditemukan anatara lain sekitar p
elabuhan paotere (Makassar), pasa ikan/TPI lappa (Sinjai),
Galesong (Takalar),dan pasar ikan dari daerah lainnya.
2) Sistem Distribusi
Aspek penting diketahui dari sistem pemasaran dalam ekonomi
perikananlaut ialah jaringan pemasaran.Dimana masyarakat nelayan
pada umumnyatergantung pada pasar, baik keperluan hasil
tangkapannya maupun bagi perolehan modal dan berbagai jenis
kebutuhan hidupnya.Pada masyarakat nelayan pada umumnya masih
banyak dikuasai olehkelas pengusaha modal atau rentenir lokal atau
luar, pola jaringan pemasaran komoditas lautnya
kebanyakan mengikuti jaringan sumber perolehan sumbernya. Sebagai
rantai pemasaran yang dominan , pihak pengusaha modal atau rentenir
berperan memperkokoh pola jaringannya danmenentukan standar
harga bagi pengusaha nelayan setempat.

Distribusi yang ada di Sulawesi Selatan :


- Distribusi ikan segar
- Distribusi ikan hias
- Distribusi ikan olahan

3) Sistem Konsumsi
Di Indonesia, termasuk Sulawesi Selatan, sebagian besar penduduk
desanelayan pantai dan pulau hidup dalam kondisi miskin. Keluarga-
keluarganelayan di sini dapat bertahan hidup dengan meminjam
kepada keluarga pemiliki usaha perikanan yang
kaya. Namun lain halnya di beberapa desanelayan lainnya, seperti
kassi-kajang (Bulukumba), Rajuni dan Jinato(Selayar), Salemo
(Pangkep) dimana sebagian besar keluarga nelayan berstatus pemilik
yang kaya-kaya (berada).
2. Kelembagaan Masyarakat maritim
Adapun jenis lembaga sosial masyarakat maritime di Sulawesi
Selatan adalah sebagai berikut :
1) Lembaga Upacara Adat (Mappesawe)
2) Lembaga Musyawarah Mufakat
3) Lembaga Kekerabatan (Mabulo Sibatang)
4) Lembaga Punggawa-Sawi
5) Lembaga Kepemimpinan
3. Sistem Pengetahuan masyarakat maritim
1) Pengetahuan pelayaran
Memiliki pengetahuan tentang musim, kondisi cuaca dan
suhu ,kondisi dasar, dan tanda-tanda alam lainnya merupakan hal-
hal yangmutlak diperlukan dan diketahui oleh nelayan khususnya.
Dengan berbekal pengetahuan tersebut nelayan mampu
menentukan waktu-waktukegiatan pelayaran yang efektif dan
menjamin keselamatan di Laut.Di Nusantara ini, Masyarakat
nelayan memiliki pengetahuan tentang dua tipemusim yaitu musim
barat dan musim timur, yang memiliki pola dankarakteristik
masing-masing.
Nelayan juga memiliki pengetahuan tentang tempat- tempat
keramat yang dihuni oleh hantu-hantu laut, dan juga tempat-tempat
yang aman untuk dilalui dan digunakan sebagai tempat
beristirahat.Selain itu, nelayan juga memiliki pengetahuan tentang
kondisi dasar (dalam,dangkal, berpasir, berlumpur, berbatu-batu,
rata, landai, curam) dankondisi air laut (berombak dan berarus).
Pengetahuan seperti inidiperlukan bagi pilihan penggunaan tipe-
tipe alat tangkap.
2) Pengetahuan tentang Lingkungan dan Sumber Daya Laut
Walaupun Nelayan memiliki banyak pengetahuan mengenai
halini, namun pengetahuan nelayan lokal masih dinilaisangat
minim, hal ini dikarenakan nelayan hanya perlu memberi
nama pada jenis-jenis ikan dan biota lainnya berdasarkan nilai
ekonominya, berbahaya, bermakna simbolik dan berfungsi
praktis bagi kehidupanmasyarakat nelayan. Berbeda dengan
pengetahuan dari komunitassaintis (dosen, mahasiswa, peneliti,
pengelola laboratorium, ahlilingkungan dan pengelola museum)
yang mengetahui ratusan bahkanribuan jenis ikan dan biota laut
lainnya dengan nama/istilah latin.Mereka mengetahui lokasi dan
perkembangbiakan, kondisi populasidan perilaku biota laut melalui
pendidikan dan penelitian ilmiah.
3) Pengetahuan tentang Lingkungan Sosial
Masyarakat maritim khususnya nelayan memerlukan dan
memiliki pengetahuan tentang lingkungan sosial di sekitarnya
dengan siapa mereka bertransaksi, bekerjasama, meminta jasa
perlindungankeamanan, atau sebaliknya melakukan persaingan dan
konflikmemperebutkan potensi sumber daya dan jasa-jasa laut
Lingkungansosial masyarakat maritim.
4) Sistem Kepercayaan Masyarakat Maritim
Umumnya masyarakat nelayan Sulawesi Selatan,
sepertimasyarakat maritim pantai Galesong dan Barombong masih
percaya bahwa lautan itu adalah hasil ciptaan Tuhan Yang Maha
Kuasa sesuai dengan ajaran agama Islam yang mereka yakini dan
anut secara resmi. Merekapun tahu bahwa segala sesuatu yang ada
di alam raya ini, termasuk lautan berada di bawahkekuasaan Tuhan
Yang Maha Esa.

Nelayan Mandar pun meyakini juga akan keberadaan Nabi Khaidir


dalamstruktur dunia gaib, dimana menempatkannya diurutan
pertama sebagai pemimpindan penguasa laut. Sementara makhluk-
makhluk halus lainnya dianggap sebagaianggota di bawah
kekuasaan dan perintah Nabi Khaidir. (Arifuddin Ismail,2007:92).

5) Hubungan kekeluargaan/kekerabatan Masyarakat Maritim


Eksplorasi Ponggawa-Sawi sebagai suatu sistem tradisional
di masyarakat pesisir Sulawesi Selatan dibentuk dalam konsep
hubungan antara ponggawa dansawi yang dikenal sebagai
hubungan patron dan client. Ponggawa adalah seorangyang mampu
menyediakan kapital (sosial dan ekonomi) bagi
kelompokmasyarakat dalam menjalankan suatu usaha (biasanya
berorientasi pada skala usaha penangkapan ikan, sedangkan sawi
adalah sekelompok orang yang bekerja pada ponggawa dengan
memakai atribut hubungan norma sosial dan persepakatankerja.
Hubungan ini terus berdinamika ditengah tekanan
legitimasi ataumarginalisasi, namun, masih banyak yang harus
dipahami terutama menyangkuthal aturan sosial tempat
masyarakatnya berpijak.Aturan sosial atau hubungansosial yang
dilandasinya lebih banyak tentang sistem hirarki sosial,
kekerabatankeluarga dan perkawinan menjadi ciri khas sistem
ponggawa-sawi.Pada banyakhubungan sosial ini lebih banyak
dilandasi oleh adanya penghormatan akankonsep budaya siri’
(malu), senasib sepenanggungan (dalam bahasa Makassardisebut
pacce) dengan orientasi kepada pengesahan prilaku sosial
yangmelingkupi sistem tradisional ini tidak semuanya dapat
dibenarkan.
Hubungan antara Ponggawa dan Sawi dapat dikategorikan
sebagai hubunganyang tidak seimbang atau tidak adil dalam
kondisi perolehan. Hubungankekerabatan ini lebih banyak terjadi
dengan tetap menggunakan norma sosialadalah pada tingkat lokal
seperti pedesaan. Hubungan antara superior dansejumlah inferior
didasari oleh pertukaran pelayanan (service) yang
tidakseimbang.Malah dikatakan bahwa besarnya nilai pertukaran
antara Ponggawadan Sawi lebih banyak disandarkan oleh besarnya
perhatian atau pemberian yangterjadi. Misalnya, Sawi akan
memberikan penghormatan kesepakatan normakepada Ponggawa
sesuai dengan besarnya service yang diberikan olehPonggawanya.
6) Sistem Religi Masyarakat Maritim
Proses ritual kepercayaan yang dianut oleh nelayan dari berbagai
macamdaerah di indonesia salah satunya ialah suku bugis,
makassar, memiliki ritual dan penyembahan sesaji
untuk menghadapi dan melawan rintangan arus dan ombak besar
yang diarunginya ,dalamnya laut yang diselami untuk mencari
teripang, berbahaya dan angkernya tempat yang kaya sumber
dayanya dan ancaman raksasa laut (gurita,hiu,dan paus).
Sedangkan suku mandar, nelayan mandar memiliki ritual laut, yang
terkait dengan penghidupannya di laut, kepercayaannya terhadap
penguasa alam semesta (Allah SWT), alam gaib dan hal-hal yang
membahayakan di laut. Tuhan dan alam gaib menjadi pusat dari
pelaksanaan ritual, nabi khidir direpresentasikan sebagai penguasa
laut. Tujuan utama dari ritual nelayan mandar adalah untuk
mendapatkan rezeki yang memadai, perlindungan dari tuhan agar
terhindar dari bahaya laut (kawao, badai, hantu laut dan sebaginya).
Demikian juga untuk mendapatkan berkah dari Allah SWT.
Ritual dibagi 3: Ritual konstruksi (ritual pembuatan perahu
hingga penurunan awal perahu ke laut). Ritual produksi (ritual
sebelum melaksanakan pekerjaan melaut). Dan Ritual distribusi (be
rupa upacara syukuran hasil tangkapan dan ritual syukuran awal
bulan ramadhan).
7) Sistem Kesenian
Kebudayaan maritim juga tidak luput dari unsur kesenian,
terutama seni arsitektur/konstruksi kapal/perahu dan layar, ukir dan
gambar dengan motif dan warna cat, lagu dan musik. Perahu-
perahu Jawa dan Bali, India dan Cina banyak dicirikan dengan
ukiran dan gambar binatang dengan kombinasi warna cat.Ukiran
dan gambar tersebut, selain berfungsi seni, juga memuat makna
akan gagasan dunia dan keyakinan religius. Berbeda dengan pulau
jawa di SulawesiSelatan dikenal adanya kapal Pinisi yang memilik
arsitektur bentuk yang megah dengan desain yang sederhana
namun elegan, serta lebih mengutamakan tempat penampungan
hasil berlayarnya.
Nelayan di Sulawesi Selatan sendiri khususnya nelayan
Torani dari Galesong mempunyai lagu yang dipercaya mengandung
kekuatan supernatural memikat ikan-ikan untuk melompat ke
dalam perahu patorani yang dioperasikannya.
C. Fungsi Kebudayaan Maritim
Indonesia sebagai negara maritim yang sebagian besar wilayahnya
terdiri dari laut tentu mempunyai kelebihan tersendiri dibanding dengan
negara-negara lain. Dalam kehidupan berbangsa laut sudah menjadi bagian
terpenting bagi negara Indonesia, hal ini disebabkan karena sebagian besar
kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya Indonesia telah
mencerminkan kemaritiman Indonesia. Tak heran jika sektor maritim
Indonesia tidak diragukan lagi.

a.) Bidang Sosial


Dalam bidang sosial, maritim mempunyai fungsi sebagai media
pemersatu yang menumbuhkan dan mempererat ikatan batin sebagai satu
bangsa antara penduduk pulau yang satu dengan yang lainnya. Dengan
adanya laut ini kemudian menumbuhkan rasa saling memiliki, bahwa laut
tersebut merupakan bagian dari bangsa yang harus dijaga dan dirawat,
dengan adanya laut tersebut maka antar pulau mampu terhubung.
b.) Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, maritim memiliki fungsi sebagai sumber
ekonomi yang mampu menghasilkan kekayaan bagi negara. Laut
Indonesia ditaksir menyimpan potensi kekayaan yang dapat dieksploitasi
156 miliar dolar AS per tahun atau sekitar Rp 1.456 triliun. Walau
demikian, kontribusi sektor kelautan terhadap PDB nasional dinilai masih
rendah. Pada 1998 sektor kelautan hanya menyumbang 20,06 persen
terhadap PDB, itupun sebagian besar atau 49,78 persen disumbang
subsektor pertambangan minyak dan gas bumi di laut. Ini menunjukkan
bahwa kekayaan laut Indonesia yang sangat besar masih disiasiakan.
Berbeda dengan negara maritim lain, seperti RRC, AS, dan Norwegia,
yang sudah memanfaatkan laut sedemikian rupa hingga memberikan
kontribusi di atas 30 persen terhadap PDB nasional mereka. Selain itu laut
juga sebagai media penghubung untuk memperlancar lalu lintas barang
dalam perdagangan.
c.) Bidang Budaya
Dalam bidang budaya, maritim memiliki fungsi sebagai landasan bagi
berkembangnya kebudayaan dan tradisi yang berlangsung dalam
masyarakat. laut dijadikan sebagai cikal bakal perkembangan kebudayaan,
yang kemudian dengan adanya laut dapat mengembangkan dan
memperkaya kebudayaan bangsa. Laut juga berfungsi sebagai obyek
dalam kebudayaan, karena berbagai macam ritual kebudayaan dapat
dilakukan di daerah laut guna menunjukkan apresiasi rasa syukur
masyarakat atas sumber daya alam yang telah disediakan oleh laut.
d.) Bidang Politik
Dalam bidang politik, laut memiliki fungsi sebagai media pertahanan
dan sekaligus sabuk pengaman terhadap serangan dari luar. Bangsa yang
mampu menguasai laut maka bangsa tersebut mempunyai sea power. Sea
power adalah kekuatan dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu bangsa
untuk mendayagunakan laut bagi kejayaan dan kemakmuran bangsanya.
Kekuatan tersebut kemudain mampu meningkatkan kekuasaan suatu
bangsa yang pada akhirnya bangsa tersebut akan dihormati dan ditakuti
oleh bangsa-bangsa lain.
D. Peningkatan Sikap Mengenali Diri Sebagai Masyarakat Maritim
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi laut yang
sangat melimpah dan garis pantai yang luas membentang.Bukan suatu hal
yang asing apabila Indonesia dijuluki sebagai Negara
Maritim/Kepulauan.Disamping itu, masih banyak masyarakat Indonesia
salah satunya Kepulauan Riau yang tinggal di pesisir pantai melayu belum
mengenali siapa dirinya.Kurangnya pengetahuan tersebut menyebabkan
lemahnya sistem kemaritiman Indonesia sehingga sulit berkembang secara
optimal. Untuk mengenal diri sebagai masyarkat maritim yang harus
dilakukan adalah masyarakat harus mengkonsep pola pikirnya sebagai
pola pikir berbasis maritim. Penguatan paradigm kepulauan menurut
Baiquni(2014) adalah menyadari bahwa kita merupakan Negara kesatuan
dari jalinan wilayah kepulauan. Dengan ini, kita dapat menyadari bahwa
sebenarnya kita berjalan diatas wilayaha berbasis kelautan.Pola pikir ini
jelas berbeda pola pikir continental.
Tanpa mengenal diri kita sebagai masyarakat maritime, yang
memiliki surga bawah laut luar biasa, potensi yang melimpah ruah, dan
posisi yang sangat strategis kita akan terus larut dala pembangunan
continental. Pemerintah memberikan perpanjangan tangan kepada TNI
untuk menjaga seluruh potensi laut Indonesia, tetapi masyarakat juga harus
berkontribusi dalam hal ini agar potensi laut Indonesi tidak akan habis
terus-menerus dicuri.
Untuk menghadapi poros maritim yang dicetuskan oleh pemerintah
pusat, maka ada beberapa usaha yang harus dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat pesisir sebagaimana dijelaskan oleh
Marsetio(2014):
a. Kesadaran persatuan dan kesatuan yang kokoh antara Wilayah
Kepulauan yang ada pada Provinsi berbasis maritim,
b. Kesadaran generasi muda yang berwawasan maritim, karakter,
dan jiwa bahari yang kokoh,
c. Kesadaran kepemimpinan Nasional dan daerah yang harus
fokus pada sektor kelautan,
d. Kesadaran petingnya pendidikan yang berbasis kelautan,
e. Pentingnya menjaga lingkungan hidup dalam aspek kelautan,
f. Kesadaran untuk membangun industry berbasis maritim,
g. Kesadaran untuk berinovasi dan mencari domain bisnis
berbasis maritim.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fungsi kebudayaan maritim sangat penting bagi penguatan nilai-
nilai dan tatanan kehidupan bersama karena Indonesia merupakan negara
yang memiliki potensi laut yang sangat melimpah sehingga tentunya di
perlukan penguatan nilai-nilai dan tatanan dalam kehidupan bersama yang
dapat mengarahkan masyarakat Indonesia untuk mewujudkan
kewaspadaan nasional yang dilaksanakan dalam bentuk penanaman
budaya maritim sebagai bentuk perwujudan dari pendidikan karakter
bangsa dan bela negara. Hal ini berkaitan dengan masalah bergesernya
karakter dan nilai-nilai bangsa yang lebih kearah daratan dan budaya
maritime dilingkungan generasi mudah. Saat kita sudah membuat budaya
maritime menjadi suatu kegiatan rutin dalam kehidupan kita maka kita
bisa menguatakan nilai-nilai atau karakter bangsa Indonesia sendiri
kembali menjadi negara maritim. Jadi, Konsep budaya maritim ini tentu
saja mencakup sistem nilai dan kepercayaan.
B. Saran
Maka dari itu diharapkan peran masyarakat untuk menghadapi
porosnya maritim dimana diwujudkan dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat terutama kesadaran generasi muda yang berwawasan maritim
dan memiliki jiwa kemaritiman yang kokoh untuk menguatkan nilai-nilai
dan tatanan kehidupan bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Dardiri, TB., Fenomena Maritim Indonesia Sebagai Sumber Inspirasi


Penciptaan Karya Seni Lukis. Skripsi Sarjana. Fakultas Seni Rupa dan Desain.
Institus Seni Indonesia, Surakarta.

https://www.academia.edu/35344993/WAWASAN_SOSIAL_BUDAYA_
MARITIM

Anda mungkin juga menyukai