T02
Kelompok 1 :
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan rahmat
571”. Meskipun banyak hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya,
tapi Alhamdulillah penulis berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
telah membantu dan membimbing dalam mengerjakan makalah ini. penulis juga
makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita
bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
BAB 3
3.1 Kesimpulan...............................................................................................28
REVIEW VIDEO.............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................30
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
2004 UU No. 45 Tahun 2009 wajib menetapkan potensi dan alokasi sumberdaya
penetapan potensi dan tingkat pemanfaatan tersebut telah beberapa kali dilakukan
kajian stok sumberdaya ikan.Kajian stok sumber daya ikanmerupakan dasar utama
Ikan hias, Moluska dan Tripang, Benih alam komersial, Ikan konsumsi perairan
dipergunakan pada tahun 1998 dan 2001 mencakup metoda Akustik (Acoustic),
dalam pengelolaan perikanan yang menjamin kelestarian sumber daya ikan dan
Indonesia. Perubahan WPP ini tentunya akan memberikan implikasi terhadap hasil
3. Untuk mengetahui ciri morfologis ikan ekonomis penting pada WPP 571
4. Untuk mengetahui status pemanfaatan ikan ekonomis penting pada WPP 571
6. Untuk mengetahui apa saja alat tangkap yang digunakan di WPP 571
2
BAB 2
PEMBAHASAN
toponimi, ekologi perikanan laut, batas maritim serta standar pemetaan nasional
Salah satu wilayah pengelolaan yang meliputi Laut Andaman dan Selat Malaka
Ikan hias, Moluska dan Tripang, Benih alam komersial, Ikan konsumsi perairan
WPP yang sama terhadap beberapa kelompok spesies, yang kemudian disusul
dengan kajian ulang berikutnya pada tahun 2005. Metoda pengkajian yang
dipergunakan pada tahun 1998 dan 2001 mencakup metoda Akustik (Acoustic),
Sapuan (Swept Area Method), Model Surplus Produksi dan Visual sensus. WPP 571
3
Dalam upaya mencapai pemanfaatan secara optimal dan berkelanjutan
dalam pengelolaan perikanan yang menjamin kelestarian sumber daya ikan dan
Indonesia. Perubahan WPP ini tentunya akan memberikan implikasi terhadap hasil
ekonomis penting, umumnya hidup di perairan pantai (zona neritic) dan menjadi
komoditi utama bagi perikanan rakyat di perairan Utara. Jenis ini ditangkap secara
intensif menggunakan pukat cincin mini dan populasinya akhir-akhir ini semakin
menurun. Kondisi tersebut sangat rawan apalagi stok yang dieksploitasi berasal dari
potensi SDI, maka pemanfaatan SDI di WPP 571 ini telah melebihi potensinya,
kecuali ikan pelagis kecil. Hal ini juga semakin menguatkan tentang apa penyebab
4
Jenis ikan dominan yang berhasil ditangkap WPP 571 diantaranya adalah
ikan kembung, selar, teri, tongkol komo, layang, udang putih/jerbung, cumi-cumi,
guaman/tigawaja, manyung dan biji nangka. Jenis ikan kembung merupakan yang
paling banyak ditangkap, sedangkan ikan biji nangka yang paling sedikit diantaranya
5
Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap menurut WPP (DJPT, 2012),
produksi ikan demersal di WPP-RI 571 pada tahun 2011 yang paling tinggi adalah
jenis bawal putih (13.150 ton), diikuti oleh ikan gulamah (tigawaja) sebesar 12.404
ton, biji nangka (9.549 ton), manyung (7.841 ton), ikan lidah (6.483 ton), ikan kuro
(6.475 ton) dan jenis ikan lainnya kurang dari 6.500 ton.
Komposisi jenis udang di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman pada
tahun 2011 didominasi oleh kelompok jenis udang putih/udang jerbung (Penaeus
merguiensis, P. indicus) sebesar 47,3% dari total produksi udang penaeid yang
besarnya 35.130 ton, diikuti oleh kelompok udang lain-lain (Metapenaeopsis spp.)
27,2%, udang dogol (Metapenaeus spp.) 13,6%, udang windu (P. monodon, P.
jenis ikan yang berperan penting dalam kegiatan pemanfaatan sumber daya ikan
pelagis kecil di perairan tropis, yang secara geografis keberadaannya tersebar luas
6
satu perairan produktif bagi pemanfaatan sumberdaya Ikan pelagis kecil.
Pemanfaatan secara komersial sumberdaya ikan pelagis kecil telah dimulai sejak
kurun waktu 1970-an dan berdasarkan statistik perikanan tangkap pada tahun 2011
(DJPT, 2012) tercatat memberikan kontribusi sebesar 15% dari total produksi secara
JTB (Jumlah
Tingkat
Potensi yang boleh
Pemanfaatan
ditangkap)
7
a. Pemanfaatan Udang
Udang merupakan salah satu hasil laut dan komponen penting bagi
perikanan udang di Indonesia. Berdasarkan data statistik bahwa tingkat ekspor hasil
cakalang, tongkol, dan kepiting. Udang sangat cocok untuk perairan Indonesia
karena kondisi habitat terumbu karang yang tumbuh subur serta suhu rata-rata 28 0C
terkandung senyawa aktif yang bermanfaat bagi manusia. Senyawa aktif memiliki
Senyawa aktif seperti asam lemak (omega-3 dan omega-6) pada udang dan ikan
bermanfaat untuk perkembangan otak anak, untuk bayi, untuk ibu hamil. Kemudian
udang terkandung senyawa aktif yang dapat ditemukan adalah kitosan, mineral,
lipid, karotenoidprotein memiliki nilai ekonomis yang tinggi ( Ngginak et al., 2013 )
Limbah udang berupa kepala atau potongan kepala dan ekor bisa
sebagai penguning warna kuning telur juga berguna untuk pembunuh bakteri karena
pada cangkang udang terdapat kitin dan kitosan memiliki gugus amina yang dapat
cangkang kering arthropoda adalah 20-25%. Kitin dan kitosan ini potensial untuk
bioteknologi. Berbagai manfaat yang ditemukan dari limbah udang juga astaxanthin
merupakan suatu pigrnen merah yang terdapat secara alamiah pada berbagai jenis
sehingga menampilkan warna merah. Manfaat yang lain seperti kitin dan kitosan
yang banyak terdapat pada limbah udang bahwa kitosan merupakan polimer kation
8
yang mampu melisis dinding sel mikrob. Berdasarkan manfaat yang terkandung dari
limbah udang ini maka dilakukan penelitian pencampuran kepala udang kedalam
pakan itik untuk meningkatkan indek warna kuning telur dan melihat pengaruhnya
maupun pedagang untuk menjaga mutu ikan. Ikan Kembung ini termasuk jenis ikan
pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis. Kemunduran mutu ikan dapat
dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu tahap pre-rigormortis, rigormortis dan post-
prinsip dasar. Lima prinsip dasar tersebut adalah penggunaan suhu rendah,
penggunaan suhu tinggi, penurunan kadar air, penyinaran dan penggunaan zat-zat
antibakterial. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawetan terhadap Ikan Kembung
agar tidak mudah busuk dan mudah teroksidasi, salah satu caranya adalah dengan
2017 )
reaktor panas melalui teknik pirolisis (penguraian dengan panas) dan berkondensasi
pada sistem pendingin. Pengolahan ikan menggunakan asap cair memiliki beberapa
bahan pengasap, dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan pangan, polusi
lingkungan dapat diperkecil dan yang paling penting senyawa karsinogen yang
terbentuk dapat dieliminasi. Pada proses pengasapan ikan dengan asap cair, unsur
9
yang berperan dalam peningkatan daya awet ikan adalah asam, derivat fenol, dan
karbonil. Unsur-unsur kimia tersebut antara lain dapat berperan sebagai pemberi
flavor (aroma), pembentuk warna, antibakteri, dan antioksidan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan asap cair dan metode
Indonesia yang beriklim tropis, termasuk perairan tropis, terkenal kaya dalam
diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia. Dari 3.000 jenis
tersebut sebanyak 2.700 jenis (90 %) hidup di perairan laut dan sisanya 300 jenis
(10 %) hidup di perairan air tawar dan payau. Dari jumlah tersebut diatas tidak
dimaksud adalah mempunyai nilai pasaran yang tinggi volume produksi macro yang
tinggi dan luas, serta mempunyai daya produksi yang tinggi . jenis- jenis ikan yang
memang mempunyai kwalitas baik dengan nilai harga yang baik pula, seperti ikan
kakap, tenggiri, tuna, cakalang,cumi-cumi, tongkol komo, slengseng, dan ikan selar
kuning .
Ikan selarkuning merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting dimana
banyak di-manfaatkan sebagai pindang, ikan bakar mau-pun ikan asin oleh para
konsumen maupun ne-layan karena rasanya yang enak. Selain itu, ikan selar kuning
diperdagangkan dalam keadaan segar (basah) dan dibekukan atau setelah diolah
10
Karakter morfologi
lonjong dan pipih tegak, kurang lebih simetris pada lengkung punggung dan
perutnya. Garis tengah mata sebanding atau lebih pendek daripada panjang
moncong, dengan pelupuk mata berlemak setengah penuh pada separuh bagian
belakang mata. Warna pungung biru metalik dengan suatu pita kuning terang yang
lebar berjalan dari sisi atas mata ke belakang tubuh hingga ke batang ekor. Sisi
tubuh dan perut berwarna keperakan. Sirip-sirip punggung, sirip dubur dan sirip ekor
4 berwarna kuning pucat atau kuning kuning kelabu, sedangkan sirip perut berwarna
putih.
Lebih dari 50% nama lokal ikan di Pulau Bangka berbeda penamaannya
dengan nama ikan secara nasional. Contohnya ikan Selar Kuning, di daerah Bangka
disebut dengan nama ikan Ciu. Ikan Selar Kuning atau Ciu (Selaroides eptolepis),
hidup bergerombol, perairan pantai panjang ikan dapat mencapai 20 cm, umumnya
15 cm. Selain itu ikan Selar Como nama lokal disebut dengan ikan Hapau (Atule
mate).
Ikan Selar Como atau Hapau (Atule mate) memiliki duri punggung (total): 9;
punggung lunak (total): 22-25; duri anal: 3; sinar lunak dubur: 18 –21. Sedangkan
Ikan Selar Bentong ini termasuk famili Carangidae. Ikan ini hidup bergerombol,
diperairan pantai sampai kedalaman 80 cm. Ukuran ikan ini dapat mencapai panjang
30 cm, umumnya 20 cm. Ikan Selar Bentong ini termasuk ikan pelagis kecil, ikan
purse seine, pukat banting, pukat selar, termasuk ikan buas,makanannya ikan-ikan
sedang.
11
Adapun alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan selar kuning
terdiri dari payang, pukat pantai, jaring insang, sero, bagan tancap,dan bagan
alat tangkap standar yang digunakan. Penangkapan ikan selar kuning di Perairan
Ikan tongkol komo memiliki panjang minimum 11,7 cmFL, maksimum 55,4
Laut Jawatersebuut lebih kecil bila dibandingkan dengan ukuranikan tongkol como
b. Cumi-cumi
Cumi-cumi merupakan salah satu komoditi hasil perikanan yang mempunyai nilai
ekonomis lebih tinggi dibandingkan dengan komoditi hasil perikanan yang lain
12
Jenis cumi
- cumi-cumi (squid)
- sotong (cuttlefish)
- gurita (octopus)
Setiap kelompok dapat terdiri dari satu suku (family) atau lebih yang mempunyai
suku- suku yang mendukung kelompok cumi-cumi (squid). Sedangkan Sepiidae dan
sotong (cuttlefish) dan gurita (octopus). Ketiga kelompok ter- sebut di atas jelas
13
Daging cephalopoda terlihat bersih, licin, menarik perhatian, mempunyai
aroma yang khas, serta telah diketahui mengandung nilai gizi yang cukup tinggi.
Kandungan unsur kimia organik dari dagingnya beserta manfaatnya bagi manusia
ditinjau dari segi pencernaan dan gizi. dapat disimpulkan bahwa daging cumi-cumi
Secara umum persentasi bagian tubuh yang dapat dimakan adalah sekitar
80%, sedangkan sisanya harus dibuang atau di- manfaatkan untuk keperluan lain.
Bagian yang dapat dimakan itu sendiri terdiri dari 50% berbentuk mantel, dan
dalam daging cumi-cumi yang paling bermanfaat adalah asam lemak omega-3
(omega-3 fatty acid). Asam lemak omega-3 yang terdapat di dalam bahan
makanan dari laut berupa rantaian panjang dari asam lemak essensiel
tidak jenuh (long-chain essential polyun- saturated fatty acid). Asam-asam ini
mem- punyai peranan penting di dalam proses- proses metabolisme. Sintesa asam-
asam le- mak ini tidak dapat berlangsung di dalam tubuh manusia, tetapi hanya
Struktur daging
oleh sebab itu dagingnya menyerupai aba- lone (Haliotis spp), tidak bertulang, tetapi
berupa jaringan otot yang panjang. Tubuh berbentuk seperti kantong atau mantel
yang membungkus semua organ dalam, ke- pala, jaringan syaraf, mulut, dan
tentakel Mantel itu sendiri mempunyai berat 45% dari seluruh berat tubuhnya.
14
pada umumnya mempunyai ke- rangka tulang di dalam tubuhnya sedangkan
udang (crustacea) mempunyai karapas di luar tubuhnya, tetapi cumi-cumi tidak me-
miliki struktur yang demikian guna meno- pang jaringan otot dari tubuhnya. Sebagai
penghubung yang sangat kuat. Lapisan ini secara bersama- sama memberi
luka. Secara alami tekstur daging menjadi kompak dan kuat oleh adanya jaringan
selaput dan hal ini akan menjadikan rasa yang khas apabila dimakan, dan akan
Kulit merupakan selaput tipis yang mengandung khromatofora. Apabila kulit kita
kupas, maka selanjutnya mantel itu sendiri terdiri dari 5 (lima) lapis selaput tipis
(membran). Lapis yang paling tengah terdiri dari serabut-serabut lembut yang
mendu- kung protein, disebut protein myofibrillar. Lapisan ini menempati lebih
kurang 98% dari tebal mantel, dan terletak di antara dua lapisan di sebelah luar dan
dua lapisan di sebelah dalam yang seragam. Protein utama pada jaringan ini berupa
kolagen (collagen).
c. Pemanfaatan Udang
Udang merupakan salah satu hasil laut dan komponen penting bagi
perikanan udang di Indonesia. Berdasarkan data statistik bahwa tingkat ekspor hasil
cakalang, tongkol, dan kepiting. Udang sangat cocok untuk perairan Indonesia
karena kondisi habitat terumbu karang yang tumbuh subur serta suhu rata-rata 28 0C
terkandung senyawa aktif yang bermanfaat bagi manusia. Senyawa aktif memiliki
15
peran penting untuk kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia.
Senyawa aktif seperti asam lemak (omega-3 dan omega-6) pada udang dan ikan
bermanfaat untuk perkembangan otak anak, untuk bayi, untuk ibu hamil. Kemudian
udang terkandung senyawa aktif yang dapat ditemukan adalah kitosan, mineral,
lipid, karotenoidprotein memiliki nilai ekonomis yang tinggi ( Ngginak et al., 2013 )
Limbah udang berupa kepala atau potongan kepala dan ekor bisa
sebagai penguning warna kuning telur juga berguna untuk pembunuh bakteri karena
pada cangkang udang terdapat kitin dan kitosan memiliki gugus amina yang dapat
cangkang kering arthropoda adalah 20-25%. Kitin dan kitosan ini potensial untuk
bioteknologi. Berbagai manfaat yang ditemukan dari limbah udang juga astaxanthin
merupakan suatu pigrnen merah yang terdapat secara alamiah pada berbagai jenis
sehingga menampilkan warna merah. Manfaat yang lain seperti kitin dan kitosan
yang banyak terdapat pada limbah udang bahwa kitosan merupakan polimer kation
yang mampu melisis dinding sel mikrob. Berdasarkan manfaat yang terkandung dari
limbah udang ini maka dilakukan penelitian pencampuran kepala udang kedalam
pakan itik untuk meningkatkan indek warna kuning telur dan melihat pengaruhnya
maupun pedagang untuk menjaga mutu ikan. Ikan Kembung ini termasuk jenis ikan
16
pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis. Kemunduran mutu ikan dapat
dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu tahap pre-rigormortis, rigormortis dan post-
prinsip dasar. Lima prinsip dasar tersebut adalah penggunaan suhu rendah,
penggunaan suhu tinggi, penurunan kadar air, penyinaran dan penggunaan zat-zat
antibakterial. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawetan terhadap Ikan Kembung
agar tidak mudah busuk dan mudah teroksidasi, salah satu caranya adalah dengan
2017 )
reaktor panas melalui teknik pirolisis (penguraian dengan panas) dan berkondensasi
pada sistem pendingin. Pengolahan ikan menggunakan asap cair memiliki beberapa
bahan pengasap, dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan pangan, polusi
lingkungan dapat diperkecil dan yang paling penting senyawa karsinogen yang
terbentuk dapat dieliminasi. Pada proses pengasapan ikan dengan asap cair, unsur
yang berperan dalam peningkatan daya awet ikan adalah asam, derivat fenol, dan
karbonil. Unsur-unsur kimia tersebut antara lain dapat berperan sebagai pemberi
flavor (aroma), pembentuk warna, antibakteri, dan antioksidan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan asap cair dan metode
Table Rata-rata analisis profil gizi dari 100g daging udang yang dikonsumsi
17
Nutrisi Nilai Yang Terkandung
1. Protein (g) 19,4 _+ 0,56
2. Lemak (g) 1,15 _+ 0,19
3. Air (g) 76,3_+ 0,57
4. Energi (g) 89,0 _+ 1,12
Asam Amino Esensial Nilai Yang Terkandung
5. Isoleucine (mg) 930,7_+ 8,10
6. Leucine (mg) 1463,9 _+22,30
7. Lysine (mg) 1480,1 _+ 27,57
8. Methionin + cysteine (mg) 668,1_+1657
9. Phenylalanine + tyrosine (mg) 1389,2_+19,27
10. Threonine (mg) 756_+8,89
11. Tryptophan (mg) 223,3_+2,90
12. Valine (mg) 935,7_+5,89
Komposisi Lemak Nilai Yang Terkandung
13. SFA (mg) 257,5 _+3,71
14. MUFA (mg) 163,5_+7.90
15. PUFA (mg) 321,0_+5,23
16. Eicosapentaenoic (mg) 112,0_+3,02
17. Docosahexaenoic (mg) 75,5_+1,43
18. 3 PUFA (mg) 204,5_+ 2,23
19. 6 PUFA (mg) 106,0_+2,31
20. PUFA / SFA 1,3_+0,05
21. Cholesterol 173_+6,93
Makro Mineral Nilai Yang Terkandung
22. Calcium (mg) 107,3_+1,96
23. Magnesium (mg) 58,5_+1,38
24. Phosphorus (mg) 303,4_+3,22
25. Potassium (mg) 259,6_+3,25
26. Sodium (mg) 176,1_+3,04
Mikro Mineral Nilai Yang Terkandung
27. Copper 918_+4,62
28. Iron 2196,5_+16,61
29. Manganese 50,5_+1,64
30. Selenium 44_+1.06
31. Zinc 1403,5_+5,43
Sumber : (Dayat et al., 2007)
18
Parameter Metode Konsentrasi Asap Cair
Pengeringan
0% 3%
Malaka dan Laut Andaman. Secara administrasi WPP 571 di sebelah utara batas
terluar ZEE Indonesia berbatasan dengan Thailand, Malaysia dan India. Batas
sebelah barat berbatasan dengan Kab. Pidie sampai Kab. Aceh Besar; di
sebelah selatan berbatasan dengan Kab. Siak dan Kab. Palalawan, Prov. Riau;
19
(Sumber:Ditjen Perikanan Tangkap KKP RI, 2011)
ekositem yang ada. Jika ekosistem yang didiami oleh ikan terjaga dengan baik
maka kelimpahan ikan akan juga terjaga. Sebaliknya jika ekosistem rusak maka
ikan akan perpindah untuk bertahan hidup. Berikut ini merupakan kondisi
ekositme yang adah di Wilayah Pengelolaan Perikanan 571 (Selat Malaka dan
Laut Andaman).
20
Dapat dilihat dari hasil analisis komposit untuk indikator menunjukkan
kondisi habitat di dalam WPP 571 ini tergolong sedang (skor 213) dengan areal
tutupan terumbu karang yang rendah karena dasar laut dari perairan WPP 571
berlumpur sehingga hanya dititik tertentu terumbu karang bisa hidup, rentan
21
2.5 Jenis Alat Tangkap
1. Bouke Ami 1
2. Hand Line -
3. Huhate -
4. Jaring Insang -
6. Bubu -
7. Pancing Cumi -
8. Pancing Rawai -
9. Payang -
Jumlah 245
Keseluruhan data alat tangkap berdasarkan jenis yang berada di WPP 571
tidak dapat ditunjukkan secara rinci, akan tetapi data alat tangkap yang ijinnya
diterbitkan oleh pusat secara keseluruhan untuk WPP 571 ini berjumlah sebanyak
245 unit, yaitu sebanyak 1 unit bouke ami, 1 unit long bag set net, 140 unit pukat
22
Tidak semua alat tangkap dapat diberikan izin dalam pengoperasiannya karena alat
tangkap tertentu dapat merusak habitat dari suatu ekosistem bawah laut contonya
adalah cantrang karena alat ini bersifat aktif dan pengoperasiannya menyentuh
dasar perairan sehingga bisa merusak terumbu karang yang merupakan habitat
alami ikan. DI WPP RI 571 alat tangkap yang yang dioperasikan dan izinnya
diterbitkan pusat secara keseluruhan berjumlah sebanyak 245 unit, yaitu sebanyak 1
unit bouke ami, 1 unit long bag set net, 140 unit pukat ikan dan 103 unit purse seine.
memanfaatkan, armada penangkapan dan alat tangkap serta besar produksi yang
WPP RI 571 dari tahun ketahun mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun
2005-2006 jumlah nelayan mengalami peningatan dan pada tahun 2006-2010 minat
23
masyarakat sekitar untuk menjadi nelayan menurut karena faktor besarnya biaya
produksi dan turunya sumberdaya ikan yang ada di WPP RI 571. Armada yang
Dari data diatas dapat dilihat bahwa kapal motor yang mendominasi di WPP
RI 571 adalah KM < 5 GT yaitu sebanyak 55,7% kemudinan ada MT dan PTM
24
(Sumber: Data Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia,2016)
Untuk WPP 571 pada ikan demesrsal, ikan pelagis kecil, udang, lobster dan
kepiting sudah mengalami overfishing. Sedangkan ikan pelagis besar dan rajungan
statusnya masih sedang dalam pemanfaatannya dan untuk ikan karang dan cumi-
25
(Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap KKP RI, 2011)
pemanfaatannya melebihi potensi yang ada. Ikan demersal, ikan pelagis besar,
26
27
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wilayah pengelolaan perikanan (WPP 571) yang berada di Selat malaka dan
Laut Andaman memiliki keragaman hasil laut yang melimpah. Ikan dominan yang
ditangkap di WPP 571 pada tahun 2010 seperti ikan kembung, ikan selar,teri,
tongkol komo, layang, udang putih, cumi-cumi, tiga waja, manyung, ikan biji nangka.
Dengan ikan yang memiliki nilai ekonomis penting yaitu ikan kembung, ikan selar,
teri, tongkol komo ,layang,udang putih,cumi-cumi, manyung dan ikan biji nangka.
Sedangkan ikan golongan non ekonomis yang ada di WPP 571 adalah ikan tiga
WPP 571 menurut sumber data Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (2016) pada
jenis ikan demersal, pelagis kecil, udang, lobster dan kepiting sudah mengalami
overfishing. Untuk ikan pelagis besar dan rajungan masih dalam tingkat eksploitasi
sedang dan untuk ikan karang masih dalam keadaan yang melimpah di alam.Untuk
alat tangkap yang ada di WPP 571 sendiri didominasi oleh pukan ikan dan purse
presentase 55,70%.
28
REVIEW VIDEO
Memancing dan memproses ikan di atas kapal pukat yang bersuhu rendah.
ikan dari jaring yang besar kepalka ( tempat menyimpan barang dikapal ). Kemudian
ikan diproses pertama yang dilakukan yaitu kepala ikan dipotong menggunakan
menggunakan mesin. Fillet yang berasal dari mesin pengupas kulit, fillet dipindahkan
bersih, setelah itu di pilih sesuai ukuran fillet, kemudian ditimbang setelah itu
kebagian pengepakan, blok beku diambil dari freezer. Setelah itu dikemas ikan beku
ke dalam kotak, Sekotak ikan beku siap diangkat untuk menahan banyaknya
dalam ruang beku, kemudian ditempatkan di palka memuat ikan dengan ikan beku.
29
DAFTAR PUSTAKA
Hariati, T., R.Faizah, D.Nugroho . 2015 . Umur, pertumbuhan dan laju pemanfaatan
ikan banyar (Rastrelliger kanagur.ta Cuvier, 1816), di Selat Malaka (wilayah
pengelolaan perikanan-571) . 1-8
Sahara. E., 2011. Penggunaan kepala udang sebagai sumber pigmen dan kitin
dalam pakan ternak. Jurnal Agribisnis dan Industri Peternakan. 1 (1): 31-35
Suman. A, H.E Irianto, F. Satria, K. Amri. 2016. Potensi dan tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara republik Indonesia
(WPP NRI) tahun 2015 serta opsi pengelolaannya. Jurna Kebijakan Perikanan
Indonesia (JKPI). 8 (2): 97-110
30
Suwarso., T. Ernawati., T. Hariati. 2015. Biologi reproduksi dan dugaan pemijahan
ikankembung (Rastrelliger brachysoma) di pantai Utarajawa. Bawal. 7 (1): 9-16
31