Anda di halaman 1dari 7

YDW-WP.

2013-05
Status perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka

Status Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI


571) Laut Andaman dan Selat Malaka 1

Oleh:
Yudi Wahyudin 2

Abstrak

Wilayah Pengelolaan Perikanan Repubik Indonesia (WPP RI) merupakan sistem


pewilayahan pengelolaan perikanan yang diegallisasi dengan diterbitkannya Permen KP
No. PER 01/MEN/2009. WPP 571 merupakan satu dari sebelas wilayah pengelolaan
yang meliputi perairan Laut Andaman dan Selat Malaka dan secara administrasi meliputi
wilayah Provinsi NAD bagian timur, Riau dan bagian timur Sumatera Utara. Status
perikanan di WPP 571 ini meliputi status sumberdaya ikan dan status pemanfaatannya
serta status infrastruktur perikanan. Status sumberdaya ikan disajikan dengan melihat
keragaan potensi sumberdayanya, status pemanfaatan sumberdaya ikan disajikan
dengan melihat keragaan sumberdaya manusia yang melakukan pemanfaatan, armada
penangkapan dan alat tangkap yang digunakan dan besaran produksi yang dihasilkan
akibat aktivitas penangkapan, sedangkan infrastruktur perikanan disajikan dengan
melihat ketersediaan pelabuhan perikanan dan kelembagaan ekonomi yang ada di WPP
571.

Kata Kunci: WPP 571, status perikanan, status SDI, status pemanfaatan, status
infrastruktur perikanan

Abstract

Fisheries Management Zone (WPP RI) is a zoning system that has been legalized based
on Ministry Regulation of Marine Affairs and Fisheries No. PER 01/MEN/2009. WPP 571
is one of eleven management zone, which is including the waters of Andaman Sea and
Malacca Strait and administratively included a part of Aceh province territory (eastern
coast), Riau and North Sumatra province (eastern coast). Fisheries status of this WPP
571 are consisting a status of fisheries resources and its utilization status, and also status
of its fisheries infrastructure. The fisheries status showed based on the current status of
its potency of fisheries resources, the status of its fisheries resources utilization showed
based on overviewing its human resources status, fishing vessel and its gears and its
production/harvesting status, meanwhile fisheries infrastructure status showed based on
the availability of its fishing ports and its economic institution which available in WPP 571.

Key Words: WPP 571, fisheries status, fisheries resources status, fisheries utilization
status, fisheries infrastructure status

Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Repubik Indonesia (WPP-RI) dibuat dengan


memperhatikan dan mempertimbangkan aspek morfologi dasar laut, toponimi, ekologi
perikanan laut, batas maritim serta standar pemetaan nasional yang dilegalisasi dengan
diterbitkannya Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI)
sebagaimana diatur Permen KP No. PER.01/MEN/2009 yang membagi perairan laut Indonesia

1
Working Paper disampaikan sebagai bahan awal untuk pelaksanaan kajian penilaian indikator
pendekatan ekosistem untuk pengelolaan perikanan – wilayah pengelolaan perikanan 571. Kerjasama
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dan PT. Plarenco.
2
Peneliti Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.

YDW-2013.05 | p.1

Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=2334948


YDW-WP.2013-05
Status perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka

ke dalam 11 WPP-RI. Salah satu wilayah pengelolaan yang meliputi Laut Andaman dan Selat
Malaka dikelompokkan menjadi WPP 571 (Gambar 1).

Gambar 1. WPP 571 Laut Andaman dan Selat Malaka


(Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap KKP RI, 2011)

WPP 571 secara administratif meliputi wilayah administrasi Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
bagian timur (8 kabupaten/kota), wilayah administrasi Provinsi Riau (4 kabupaten/kota) dan
wilayah administrasi Sumatera Utara (7 kabupaten/kota). Tabel 1 berikut ini menyajikan daftar
klasifikasi daerah WPP-RI 571 berdasarkan keberadaan pelabuhan perikanan yang secara
administratif tersebar di daerah kabupaten/kota di tiga provinsi (NAD, Riau dan Sumatera
Utara).

Tabel 1. Klasifikasi Daerah WPP-RI 571 dan Administrasi Wilayah Kabupaten/Kota Terkait
No Provinsi Kabupaten Kota
1 Nangroe Aceh Darussalam Aceh Timur Langsa
Pidie Lhokseumawe
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Tamiang
Aceh Besar
2 Riau Siak Dumai
Bengkalis
Rokan Hilir
3 Sumatera Utara Labuhan Batu Tanjung Balai
Asahan Medan
Deli Serdang
Langkat
Serdang Bedagai
Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap KKP RI (2011)

YDW-2013.05 | p.2

Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=2334948


YDW-WP.2013-05
Status perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka

3.1. Status Sumberdaya Ikan

Wilayah Pengelolaan Perikanan Laut Andaman dan Selat Malaka (WPP-RI 571) berdasarkan
estimasi potensi sumberdaya ikan (SDI) memiliki 7 (tujuh) kelompok SDI, yaitu ikan pelagis
besar, ikan pelagis kecil, demersal, udang penaeid, ikan karang konsumsi, lobster dan cumi-
cumi. Kelompok SDI terbesar yang diestimasi berada di WPP 571 ini adalah ikan pelagis kecil
yaitu mencapai sebanyak 143,3 ribu ton per tahun, sedangkan yang paling sedikit adalah
lobster yang hanya sebanyak 0,4 ribu ton per tahun. Gambaran estimasi potensi sumberdaya
ikan di WPP 571 ini selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Cumi-cumi 1.9

Lobster 0.4

Ikan karang konsumsi 5.0

Udang penaeid 11.4

Ikan demersal 82.4

Ikan pelagis kecil 143.3

Ikan pelagis besar 27.7

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0

Potensi (ribu ton/tahun)

Gambar 2. Estimasi Potensi Sumberdaya Ikan di WPP 571 Laut Andaman dan Selat Malaka
(Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap KKP RI, 2011)

3.2. Status Pemanfaatan Sumberdaya Ikan

Berbicara mengenai status pemanfaatan sumberdaya ikan, maka pembahasannya tidak


terlepas dari sumberdaya manusia yang melakukan pemanfaatan, armada penangkapan dan
alat tangkap yang digunakan dan besaran produksi yang dihasilkan akibat aktivitas
penangkapan. Sumberdaya manusia, dalam hal ini nelayan, di WPP 571 dari tahun ke tahun
mengalami perkembangan positif dan negatif. Perkembangan positif dari jumlah nelayan hanya
terjadi pada tahun 2005-2006, sedangkan periode tahun 2006-2010 perkembangan jumlah
negatif (Gambar 3). Kecenderungan trend negatif ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah (i) turunnya animo masyarakat untuk tetap bekerja di sub sektor perikanan
tangkap, (ii) besarnya biaya produksi sehingga menyebabkan sebagian nelayan beralih profesi,
(iii) berkurangnya SDI yang ada di WPP 571 sehingga menyebabkan produktivitas nelayan
berkurang dan pada gilirannya menghentikan produksinya dan beralih ke profesi lain, dan
sebagainya.

YDW-2013.05 | p.3
YDW-WP.2013-05
Status perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka

200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010

Nelayan (1000 orang)

Gambar 3. Jumlah Nelayan di WPP 571 Laut Andaman dan Selat Malaka
(Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap KKP RI, 2011)

Armada penangkapan ikan di WPP 571 pada tahun 2010 tercatat lebih banyak didominasi oleh
kapal motor (KM) berukuran di bawah 5 GT yang mencapai lebih kurang 55,7 persen,
sedangkan yang paling sedikit adalah kapal motor berukuran di atas 50 GT (Gambar 4),
sedangkan berdasarkan perkembangan jumlah kapal penangkap ikan, kendati kapal motor
mendominasi jumlah keberadaannya, akan tetapi jumlah mengalami penurunan dari tahun ke
tahun pada periode 2007-2010 (Gambar 5). Hal ini semakin dapat menjelaskan penyebab
terjadinya penurunan jumlah nelayan, dimana dapat diindikasikan akan adanya akibat semakin
besarnya biaya operasi, sehingga banyak armada yang gulung tikar atau keluar dari daerah
penangkapan di WPP 571.

100
Keterangan:
90 1. KM 100-200 GT
80 2. KM 50-100 GT
3. KM 30-50 GT
70 4. KM 5-30 GT
55.7
60 5. KM < 5GT
6. MT
50 7. PTM
40
30
15 15
12.1
20
10 0.3 1.6
0.3
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Prosentase (%)

Gambar 4. Prosentase Jumlah Armada Penangkapan Ikan Berdasarkan Klasifikasinya di WPP


571 Laut Andaman dan Selat Malaka (Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap KKP RI, 2011)

YDW-2013.05 | p.4
YDW-WP.2013-05
Status perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka

30000

25000

20000

15000

10000

5000

0
2007 2008 2009 2010

KM MT PTM Linear (KM) Linear (MT) Linear (PTM)

Gambar 5. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan Berdasarkan Klasifikasinya di


WPP 571 Laut Andaman dan Selat Malaka Periode Tahun 2007 – 2010
(Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap KKP RI, 2011)

Keseluruhan data alat tangkap berdasarkan jenis yang berada di WPP 571 tidak dapat
ditunjukkan secara rinci, akan tetapi data alat tangkap yang ijinnya diterbitkan oleh pusat secara
keseluruhan untuk WPP 571 ini berjumlah sebanyak 245 unit, yaitu sebanyak 1 unit bouke ami,
1 unit long bag set net, 140 unit pukat ikan dan 103 unit purse seine (Tabel 2).

Tabel 2. Realisasi Ijin Alat Tangkap Yang Diterbitkan Pusat


Jumlah
No Jenis Alat Penangkap Ikan
(unit)
1 Bouke Ami 1
2 Bubu -
3 Hand Line -
4 Huhate -
5 Jaring Insang -
6 Long Bag Set Net 1
7 Pancing Cumi -
8 Pancing Rawai -
9 Payang -
10 Pukat Ikan 140
11 Pukang Udang -
12 Purse Seine 103
13 Rawai Tuna -
Jumlah 245
Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap KKP RI (2011)

Pemanfaatan SDI di WPP 571 secara keseluruhan jika diperbandingkan antara jumlah produksi
perikanan dengan estimasi potensi SDI, maka pemanfaatan SDI di WPP 571 ini telah melebihi

YDW-2013.05 | p.5
YDW-WP.2013-05
Status perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka

potensinya, kecuali ikan pelagis kecil (Gambar 6). Hal ini juga semakin menguatkan tentang
apa penyebab perkembangan negatif dari jumlah nelayan di WPP 571.

Cumi-cumi 1.9

Lobster 0.4

Ikan karang konsumsi 5.0

Udang penaeid 11.4

Ikan demersal 82.4

Ikan pelagis kecil 143.3

Ikan pelagis besar 27.7

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0

Pemanfaatan (ribu ton/tahun) Potensi (ribu ton/tahun)

Gambar 6. Produksi Menurut Kelompok Jenis Ikan di WPP 571 Laut Andaman dan Selat
Malaka Tahun 2010 (Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap KKP RI, 2011)

Jenis ikan dominan yang berhasil ditangkap WPP 571 diantaranya adalah ikan kembung, selar,
teri, tongkol komo, laying, udang putih/jerbung, cumi-cumi, guaman/tigawaja, manyung dan biji
nangka. Jenis ikan kembung merupakan yang paling banyak ditangkap, sedangkan ikan biji
nangka yang paling sedikit diantaranya ikan yang paling dominan (Gambar 7).

25

20

15

10

Gambar 7. Produksi Ikan Dominan di WPP 571 Laut Andaman dan Selat Malaka Tahun 2010
(Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap KKP RI, 2011)

YDW-2013.05 | p.6
YDW-WP.2013-05
Status perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka

3.3. Infrastruktur Perikanan

Infrastruktur perikanan merupakan salah satu sub sistem perikanan. Beberapa jenis
infrastruktur perikanan diantaranya meliputi pelabuhan perikanan, KUB (kelompok usaha
bersama), UPI (usaha penangkapan ikan) dan SPDN (solar packet dealer untuk nelayan).
Jumlah pelabuhan perikanan yang secara administratif berkaitan dengan WPP 571 adalah 1
buah PPS (pelabuhan perikanan samudera), 1 buah PPP (pelabuhan perikanan pantai), dan 68
buah PPI (pusat pendaratan ikan). Infrastruktur perikanan lainnya yang terdapat di WPP 571
diantaranya adalah sebanyak 532 buah KUB, 46 buah UPI dan 26 buah SPDN. Gambaran
lengkap infrastruktur perikanan dapat dilihat pada Gambar 8.

600

500 532

400

300
238

200
150

100
45
68 20
1 0 1 144 46 1 26 5 1
0
PPS PPN PPP PPI KUB UPI SPDN

Agregat NAD Riau Sumut

Gambar 8. Insfrastruktur Perikanan di WPP 571 Laut Andaman dan Selat Malaka Tahun 2010
(Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap KKP RI, 2011)

Referensi

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan & Perikanan Republik


Indonesia. 2011. Peta Keragaan Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI). Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,
Kementerian Kelautan & Perikanan Republik Indonesia.

YDW-2013.05 | p.7

Anda mungkin juga menyukai