Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PELAYARAN DAN AKTIVITAS KENELAYANAN

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK IX

SAMINATA NIM G2D121061


ABDUL RACHMAT SALEH NIM G2D121059

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU MANAJEMEN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

1
KATA PENGANTAR

      
Puji syukur kehadirat Allah SWT Dzat penguasa alam semesta yang telah
memberikan taufiq, rahmat, hidayah serta hidayahnya sehingga saya dapat beraktivitas
untuk menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Pelayaran Dan Hak
Kenelayanan “ ini. Kami berharap karya ilmiah ini dapat membantu dan menambah
wawasan saudara-saudari yang ingin lebih memahami atau mengetahui sekilas 
tentang “Pelayaran Dan Hak Kenelayanan”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas wawasan kemaritiman
yang diberikan oleh dosen mata kuliah wawasan kemaritiman yang berisi informasi
tentang “Pelayaran Dan Hak Kenelayanan”. Dan kami harapkan pembaca dapat
mengetahui berbagai aspek yang berhubungan dengan pelayaran dan hak kenelayanan
yang akan penulis bahas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin…….
Dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
pembaca. Terima kasih,

Kendari,  September 2021

                                                                                                         Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan................................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Konsep Pelayaran.................................................................................. 3
2.2. Jenis-Jenis Pelayaran............................................................................ 3
2.3. Syarat Umum dalam Pelayaran............................................................. 6
2.4. Hak Pelayaran....................................................................................... 7
2.5. Aktivitas Kenelayanan.......................................................................... 7
2.6. Jenis-Jenis Aktivitas Nelayan............................................................... 10
2.7. Hak Kenelayanan Diberbagai Zona Martitim....................................... 12
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1................................................................................................................Kesi
mpulan................................................................................................... 13
3.2................................................................................................................Saran
...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Benua Maritim Indonesia (BMI). Secara fisik, BMI ini merupakan satu kesatuan
antara darat, laut, dan udara, yang bercirikan benua ditinjau dari sudut pandang iklim
dan cuaca (klimatologi dan meteorologi), keadaan airnya (oseanografi), tatanan kerak
bumi (geologi dan geofisika), keragaman biota (biologi) serta tatanan sosial-budayanya
(antropologi). Selain sifat-sifat seperti tersebut, Indonesia terletak pada peretemuan tiga
lempeng besar, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Eurasia, dan lempeng Samudra Hindia-
Australia. Di sebelah Barat terdapat Paparan Sunda dengan laut dangkal, di tengah-
tengah tedapat palung-palung laut dalam, diujung Timur terdapat paparan Sahul dengan
laut dangkal. Luas wilayah Indonesia adalah 7,9 juta Km 2 dari luas wilayah tersebut,
yakni 5,8 juta Km2 merupakan laut termasuk ZEE. Indonesia mempunyai garis pantai
sepanjang 81.000 km, dan mempunyai sebanyak 17.508 pulau. sumber-sumber daya
wilayah pesisir dan laut yang penting untuk dikembangkan atau dibangun seperti
industri barang dan jasa, yang diperinci sebagai berikut : Migas Lepas Pantai, Budidaya
Laut, Perikanan, Industri Perkapalan dan Pelayaran, Komunikasi, Telekomunikasi, dan
Transportasi, Wisata Laut/Pantai, Jasa Pelabuhan dan Teknologi Kepelabuhan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari pelayaran ?
2. Sebutkan jenis-jenis pelayaran ?          
3.  Apa saja syarat umum dalam pelayaran ?            
4. Sebutkan hak-hak dalam pelayaran ?            
5. Apa pengertian dari kenelayanan ?            
6. Apa saja jenis aktivitas nelayan ?            
7. Apa saja hak kenelayanan diberbagai zona maritim ?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari pelayaran
2. Mengetahui jenis-jenis pelayaran

1
3. Mengetahui syarat umum dalam pelayaran
4. Mengetahui hak-hak dalam pelayaran
5. Mengetahui pengertian dari kenelayanan
6. Mengetahui jenis aktivitas nelayan
7. Mengetahui hak kenelayanan diberbagai zona maritime

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Pelayaran


Pelayaran merupakan bagian dari sarana transportasi laut sebagaimana amanat
Undang-Undang No.17 Tahun 2008 menjadi suatu yang sangat strategis bagi wawasan
nasional serta menjadi sarana vital yang menunjang tujuan persatuan dan kesatuan
nasional.
Pelayaran atau angkutan laut merupakan bagian dari transportasi yang tidak dapat
dipisahkan dengan bagian dari sarana transportasi lainnya dengan kemampuan untuk
menghadapi perubahan ke depan, mempunyai karakteristik karena mampu melakukan
pengangkutan secara massal. Dapat menghubungkan dan menjangkau wilayah satu
dengan yang lainnya melalui perairan, sehingga mempunyai potensi kuat untuk
dikembangkan dan peranannya baik nasional maupun internasional sehingga mampu
mendorong dan menunjang pembangunan nasional demi meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan mandat Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945.
Pelayaran merupakan sarana yang penting untuk menjaga keselamatan berlayar
bagi berbagai macam kapal. Di bidang ekonomi, pelayaran masih diperlakukan sebagai
industri penunjang. Tak ada perlakuan khusus, sebagaimana diterapkan oleh negara-
negara maju. Kemudian, bentuk-bentuk conference yang dicoba diterapkan di
lingkungan pelayaran masih ditafsirkan sekalangan ekonom Indonesia sebagai bentuk
kartel atau monopoli ekonomi.
Pelayaran Sesuatu yang berkaitan dengan angkutan perairan meliputi aspek
kenavigasian, kepelabuhanan, dan perkapalan beserta aspek keamanan dan
keselamatannya.
2.2. Jenis-Jenis Pelayaran
Menurut Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1969, jenis-jenis
pelayaran dibagi dalam 3 kelompok, antara lain:
1. Pelayaran dalam negeri
a. Pelayaran  nusantara,  yaitu  pelayaran  antar  pulau  antar pelabuhan Indonesia
tanpa memandang jurusan.

3
b. Pelayaran lokal atau pelayaran jurusan tetap, yaitu bertugas menunjang kegiatan
pelayaran nusantara dan pelayaran luar negeri, dengan menggunakan kapal-kapal
di bawah tonase175 BRT.

c. Pelayaran  rakyat, yaitu pelayaran nusantara  dengan menggunakan perahu layar


tradisional.

d. Pelayaran penundaan laut, yaitu pelayaran nusantara dengan menggunakan


tongkang-tongkang  yang  ditarik  oleh  kapal-kapal tunda (tugboat).

2. Pelayaran luar negeri

4
a. Pelayaran samudra dekat yaitu negara tetangga yang tidak lebih dari 3000 mil laut
dari  pelabuhan  terluar  Indonesia  (tanpa memandang jurusan).

b. Pelayaran samudra, yaitu pelayaran dari dan ke luar negeri yang bukan pelayaran
samudra dekat.

3. Pelayaran khusus, yaitu merupakan pelayaran dalam dan luar negeri dengan
menggunakan kapal-kapal pengankut khusus untuk pengangkutan hasil industry,
pertambangan dan hasil-hasil usaha lainnya yang bersifat khusus. Misalnya:  minyak
bumi, batu bara

2.3. Syarat Umum Dalam Pelayaran

5
Sebelum pelayaran kita harus memenuhi syarat umum dalam berlayar sebagai
berikut:
1. Pimpinan Kapal
Awak kapal yang menjadi pimpinan umum diatas kapal untuk jenis dan ukuran
tertentu yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu dengan berbeda
dengan nakhoda kapal.
2. Harus mempunyai nahkoda, yang berfungsi sebagai:
a. Nahkoda sebagai Pemimpin kapal,Tugasnya selaku pemimpin kapal, mengandung
arti nahkoda merupakan pemimpin tertinggi  dalam  mengelola, melayarkan dan
mengarahkan kapal tersebut.
b. Nahkoda sebagai pemenang kewibawaan umum, kewibawaan terhadap semua
pelayar, artinya semua orang yang berada di kapal wajib menuruti perintah-
perintah nahkoda guna kepentingan keselamatan atau ketertiban umum.
c. Nahkoda sebagai jaksa atau abdi hokum. Ditegah laut nahkoda wajib menyelidiki
atau mengusut kejahatan yang terjadi di dalam kapalnya.
d. Nahkoda sebagai pegawai catatan sipil. Apabila selama dalam pelayaran ada
seseorang anak lahir atau seseorang meninggal di kapal, nahkoda harus
membuatkan akta-akta pencatatan sipil yang bersangkutan di dalam buku harian
kapal.
e. Nahkoda sebagai notaris. Dalam pasal 947, 950 dan 952 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (KUHPerdata) menyebutkan bahwa, bilamana nahkoda dapat
bertindak sebagai notaris dalam pembuatan surat wasiat seseorang di atas kapal.
Surat warisan itu kemudian ditandatangani oleh pewaris yang ada, nahkoda dan
dua orang saksi. Pembuatan  surat  wasiat  tersebut  didasarkan  atas  keadaan
yang   tidak   dimungkinkan   si   pewaris   menemui   pejabat   yang berwenang.
3. Awak kapal atau anak buah kapal
Anak buah kapal adalah semua orang yang berada dan bekerja di
kapal kecuali nahkoda, baik sebagai perwira, bawahan (kelasi) atau supercargo   
yang   tercantum dalam sijil anak  buah  kapal dan telah menanda tangani perjanjian
kerja laut dengan perusahaan pelayaran.

2.4. Hak Pelayaran

6
1. Berdasarkan Pasal 25A Undang-undang Dasar 1945 amandemen ke-IV.
Bisa melakukan transportasi pelayaran dalam melayani kebutuhan masyaraka karena
laut merupakan penghubung antar pulau sebab negara kita terdiri dari pulau-pulau
yang disatukan oleh laut.
2. Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional  2005 – 2025.
Dapat melakukan pengembangan industri kelautan secara sinergi, optimal, dan
berkelanjutan yang meliputi : perhubungan laut, industri maritim, perikanan, wisata
bahari, energi dan sumberdaya mineral, bangunan laut, dan jasa kelautan.Untuk
mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Kepulauan Yang Mandiri, Maju, Kuat Dan
Berbasiskan Kepentingan Nasional.
3. Undang-undang Nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran.
Berhak mendapatkan pelayanan dari pemerintah ketika mendapat masalah ketika
berlayar    baik di perairan indonesia maupun ketika berlayar di luar perairan
indonesia.
4. Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran
Nasional.
Dapat melakukan peneapan asas cabotage untuk peningkatan Industri pelayaran
Indonesia.
2.5. Aktivitas Kenelayanan
Kenelayanan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang disebut
nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Dalam
perstatistikan perikanan perairan umum, nelayan adalah orang yang secara aktif
melakukan operasi penangkapan ikan di perairan umum. Nelayan dibedakan menjadi
tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan dan nelayan perorangan. Nelayan
buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya
nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh
orang lain. Sedangkan nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan
tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.
Sejak dari dahulu sampai sekarang, pekerjaan nelayan merupakan pekerjaan turun
temurun dan umumnya tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Dalam
masyarakat nelayan ditemukan adanya kelas pemilik dan kelas pekerja. Kelas pemilik

7
yang dapat dinyatakan sebagai juragan, kesejahteraannya relatif lebih baik karena
menguasai faktor produksi seperti kapal, mesin alat tangkap maupun faktor
pendukungnya seperti es, garam dan lainnya. Kelas pekerja atau penerima upah dari
pemilik merupakan mayoritas, dan kalaupun mereka berusaha memiliki sendiri alat
produksi, umumnya masih sangat konvensional, sehingga produktivitasnya kurang
berkembang, “...kelompok inilah yang terus berhadapan dan digeluti oleh kemiskinan”.
(Ninda, 2009). Menurut data, jumlah nelayan di Sumut sekitar 321.000 orang yang
tersebar di 13 kabupaten dan kota, dan dari jumlah tersebut, nelayan tradisional
mencapai 70 persen, nelayan menengah 20 persen dan nelayan skala besar 10 persen.
Berarti, nelayan yang termarginalkan adalah sekitar 70 persen dari jumlah nelayan
(sekitar 224 ribu lebih) nelayan masih berada di bawah garis kemiskinan.
Umumnya, nelayan bisa bertahan hanya dan hanya jika didorong semangat hidup
yang kuat dengan motto kerja keras agar kehidupan mereka menjadi lebih baik. Nelayan
tradisional berjuang keras melawan terpaan gelombang laut yang dahsyat pada saat
pasang naik untuk mendapatkan ikan. Dengan hanya mengandalkan kemampuan mesin
dompeng misalnya, nelayan dapat berada pada radius 500 M dari pinggir pantai dan
dengan cara seperti ini nelayan akan mendapatkan lebih banyak dibandingkan dengan
bila menangkap ikan di bibir (tepi pantai) pada radius 200 M, yang ikannya sudah
langka.
Pekerjaan menangkap ikan dikerjakan oleh lelaki karena merupakan pekerjaan
yang penuh resiko, sehingga keluarga yang lain tidak dapat membantu secara penuh.
Kalaupun nelayan pekerja memiliki alat produksi sendiri ternyata alat tangkap ikan
yang dimiliki tersebut belum dilengkapi dengan alat teknologi tangkap ikan, dan modal
usaha, sehingga penghasilannya tidak seperti bila mereka menggunakan alat teknologi
tangkap ikan yang baik. Bagi para nelayan memang tidak ada pilihan lain, karena
pekerjaan yang berhadapan dengan ancaman gelombang laut, ombak, cuaca, dan
kemungkinan terjadi karam saat akan melaut ke tengah lautan untuk menangkap ikan
adalah pekerjaan turun temurun tanpa pernah belajar sebagai nelayan yang modern.
Dengan demikian sangat diharapkan sekali walaupun harapan tersebut :...bagaikan
kerakap tumbuh di batu, bahwa mereka perlu modal usaha untuk perbaikan dan
peningkatan kesejahteraan hidup.(Pangeman, Adrian P dkk. 2002). Kenyataannya, pada
usia meningkat remaja anak nelayan mulai diajak berlayar dan ikut melaut, sehingga

8
merka jarang yang sekolah. Kini harus dipahami bahwa kehidupan nelayan memerlukan
perhatian yang multi dimensi. Tantangan yang terbesar adalah bagaimana membangun
kehidupan nelayan menjadi meningkat kesejahterannya. Besar kemungkinannya hal ini
dapat dicapai melalui pendidikan yang akan mengangkat harkat dan martabat kehidupan
masyarakat nelayan maupun masyarakat lainnya yang terkait dengan sumber daya
kelautan dan pesisir.
Dengan demikian, masalah sosial budaya yang terdapat pada kehidupan nelayan
antara lain adalah: a) Rendahnya tingkat pendidikan, b) Miskin pengetahuan dan
teknologi untuk menunjang pekerjaannya, c) Kurangnya tersedia wadah pekerjaan
informal dan d) Kurangnya daya kreativitas, serta e) Belum adanya perlindungan
terhadap nelayan dari jeratan para tengkulak.
Melihat kondisi kehidupan nelayan yang tidak memungkinkan anak nelayan
memasuki sekolah formal karena keberadaan anak nelayan dimaksudkan untuk
membntu ayahnya mencari ikan ke laut. Kini dlpertanyakan bagaimanakah model
pendidikan bagi anak nelayan, apakah pendidikan anak nelayan memerlukan pendidikan
khusus sebagaimana halnya juga dengan anak petani miskin yang membantu orang
tuanya di sawah? Melihat kehadiran anak nelayan di sekolah formal lebih banyak
absennya karena ikut melaut membantu orang tuanya, apakah anak nelayan perlu
mendapat pendidikan khusus di sekolah formal? Ataukah anak nelayan diberi
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan membantu orang tua kelaut?
Pemberdayaan anak nelayan ternyata tidak bisa diseragamkan, tetapi harus
disesuaikan dengan kondisi aktual masyarakat setempat. Misalnya saja pendidikan
manajemen keuangan yang diharapkan memungkinkan mereka terbebas dari jeratan
tengkulak, harus diberikan dengan memperhatikan budaya dan kondisi psikologis
mereka. Jika ini tidak diperhatikan, dipastikan program pemberdayaan pendidikan akan
gagal karena pemberdayaan pendidikan anak nelayan tidak terlepas dari pemberdayaan
masyarakat pesisir. Persoalan yang dihadapi adalah, sebagian masyarakat pesisir
masihberanggapan bahwa pendidikan itu tidak penting. Yang perlu dilakukan adalah
membalik paradigma nelayan selama ini, dengan menyatakan bahwa pendidikan itu
penting.
Waktu bekerja nelayan harus mengikuti siklus bulan yaitu dalam 30 hari satu
bulan namun sayangnya yang dapat dimanfaatkan untuk melaut hanya 20 hari, sisanya

9
mereka relatif menganggur. Potret kehidupan nelayan kecil di pesisir memang belum
terlepas dari jerat rentenir, bahkan kian hari jerat itu dirasakan semakin melilit. Utang
ke rentenir telah membuat nelayan terjebak dalam kemiskinan terstruktur, sehingga
kehidupan nelayan tak kunjung sejahtera. Lebih parah lagi, ”pulang melaut umumnya
para nelayan hanya cukup membeli beras sebanyak dua liter”, karena tersangkut
pinjaman rentenir dengan bunga yang ditetapkan mereka. (Sinar Indonesia Baru, 27
Maret 2008)

2.6. Jenis-Jenis Aktivitas Nelayan


1. Menangkap ikan di laut

2. Menanam rumput laut.

3. Membudidayakan mutiara.

10
4. Menangkap ikan hias.

5. Mendirikan keramba.

6. Menangkap Lobster.

2.7 Hak Kenelayanan Diberbagai Zona Maritim

11
Hak tersebut yaitu Hak Penangkapan Ikan Tradisional (Tradisional Fishing
Right) berdasarkan hukum kebiasaan internasional,semua negara memiliki hak
tradisional (traditionalright to fish) untuk melakukan penangkapan ikan di laut
lepas. Konsep hak tradisional untuk melaksanakan penangkapan ikan di laut lepas
didasarkan kepada kebebasan menangkap ikan di laut lepas. hak ini dapat dilaksanakan
dengan tetap memerhatikan kelestarian sumber daya ikan pada laut lepas. Hak
Penangkapan Ikan Tradisional atau (Traditional Fishing Right) sebagai hak
penangkapan ikan tradisional dan ada pula yang menginterpretasikannya dengan hak
tradisional atas perikanan. hak penangkapan ikan tradisional di ZEE yaitu sebagai hak
penangkapan ikan yang didasarkan kepada hak sejarah, yang berlaku bagi nelayan-
nelayan negara tetangga yang berdekatan. Untuk memberikan pemahaman tentang hak
penangkapan ikan tradisional maka terdapat kualifikasi dari hak penangkapan ikan
tradisional, yaitu:
1. The actual existence of sufficiently long fishing activities must be established
(Keberadaan sebenarnya ikan-cukup lama Kegiatan ini harus ditetapkan).
2. The area visited by the fishermen, that is,the fishing ground visited should be
relatively constant (Daerah yang dikunjungi oleh para nelayan, yaitu, fishing
ground dikunjungi harus relatif konstan).
3. Fishermen themselves, in the sense that the right shall be granted only to the same
fishermen who have visited the area tradisionally (Nelayan sendiri, dalam arti bahwa
hak tersebut hanya diberikan kepada para nelayan yang sama yang telah
mengunjungi daerah secara tradisional).
4. To equipment and vessel used as well as the amount of catch, in the sense that to
qualify under the meaning of tradisional fishing right the vessel use should be
relatively traditional (untuk peralatan dan kapal yang digunakan serta jumlah
tangkapan, dalam arti bahwa untuk memenuhi syarat di bahwah meaning memancing
tradisional tepat penggunaan kapal harus latif tradisional).

BAB III

12
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pelayaran Sesuatu yang berkaitan dengan angkutan perairan meliputi aspek
kenavigasian, kepelabuhanan, dan perkapalan beserta aspek keamanan dan
keselamatannya. 
2. Jenis-jenis pelayaran dibagi dalam 3 kelompok yaitu: Pelayaran dalam
negeri (Pelayaran nusantara, Pelayaran lokal atau pelayaran jurusan
tetap, Pelayaran rakyat, Pelayaran penundaan laut), Pelayaran luar
negeri (Pelayaran samudra  dekat, Pelayaran samudra), dan Pelayaran khusus. 
3. Syarat umum dalam berlayar yaitu: Pimpinan Kapal, harus mempunyai
nahkoda (Nahkoda sebagai Pemimpin kapal, nahkoda sebagai pemegang
kewibawaan umum, nahkoda sebagai jaksa atau abdi hukum, nahkoda sebagai
pegawai catatan sipil, nahkoda sebagai notaris), awak kapal atau anak buah kapal. 
4. Hak Pelayaran meliputi Berdasarkan Pasal 25A Undang-undang Dasar 1945
amandemen ke-IV, undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional  2005–2025, Undang-undang Nomor 17
tahun 2008 tentang pelayaran, dan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2005 tentang
Pemberdayaan Industri Pelayaran nasional.
5. Kenelayanan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang disebut
nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan. Jenis-Jenis aktivitas nelayan seperti menangkap ikan di laut, menanam rumput
laut, menanam mutiara, menangkap ikan hias, mendirikan keramba, menangkap
Lobster, dan masih banyak lagi. Hak tersebut yaitu Hak Penangkapan Ikan
Tradisional (Tradisional Fishing Right) berdasarkan hukum kebiasaan
internasional,semua negara memiliki hak tradisional (traditionalright to fish) untuk
melakukan penangkapan ikan di laut lepas. Konsep hak tradisional untuk
melaksanakan penangkapan ikan di laut lepas didasarkan kepada kebebasan
menangkap ikan di laut lepas.

3.2 Saran

13
Laut merupakan tempat yang berpotensi untuk menghasilkan tambahan devisa
Negara melalui sumber daya lautnya selama dikelola dengan baik dan benar. Untuk itu
laut harus didukung dalam pelestariannya dan pengembangan peningkatan sumber daya
lautnya untuk masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

14
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 42/Permen-
KP/2016. 2016. Tentang Perjanjian Kerja Laut bagi Awak Kapal Perikanan.
Jakarta
Undang-Undang Republik Indoensia Nomor 17 Tahun 2008. 2008. Tentang Pelayaran.
Jakarta
http://blog.act.id/ini-pelayaran-nelayan/.html

http://document.tips.com/nelayan-indonesia-makalah.html

https://id.wikipedia.org/wiki/hukum-laut.html

http://kelautan-sman5.blogspot.com/2011/08/maritim-konvensi.html

15

Anda mungkin juga menyukai