Anda di halaman 1dari 167

Mata Kuliah:

Wawasan Kemaritiman
(UHO 6207)
Oleh :
JUFRA
I. PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Maritim Dan Kemaritiman
 Maritim (maritime – bahasa Inggris) = navigasi atau
bahari
 Pemahaman maritim adalah segala aktivitas pelayaran
dan perniagaan/perdagangan yang berhubungan dengan
kelautan atau yang disebut dengan pelayaran niaga,
sehingga maritim adalah berkenaan dengan laut dan
berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan laut.
 Pengertian kemaritiman adalah menunjukkan kegiatan di
laut yang berhubungan dengan pelayaran dan
perdagangan.
Lanjutan .......
 Kegiatan di laut yang menyangkut eksplorasi, eksploitasi atau
penangkapan ikan bukan merupakan kemaritiman
 Berdasarkan terminologi, kemaritiman adalah mencakup
ruang/wilayah permukaan laut, pelagik dan mesopelagik yang
merupakan daerah subur dimana didaerah ini terdapat kegiatan
seperti penangkapan, pariwisata, lalulintas, pelayaran dan jasa-jasa
kelautan.
 Laut merupakan kumpulan air asin yang luas sekali dipermukaan
bumi yang memisahkan pulau dengan pulau, benua dengan benua.
Misalnya Laut Jawa, Laut Merah.
 Lautan (= samudra) – ocean (bahasa Inggris) merupakan laut yang
luas sekali. Seperti lautan atlantik (Atlantic Ocean – Samudra
Atlantik), Lautan Pasifik (Pasific Ocean – Samudra Pasifik).
Lanjutan.......
 Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS : United Nation Convention on the Law Of
Sea ) 1982, tidak memberikan definisi tentang laut atau “SEA” secara jelas. Tetapi
definisi LAUT mencakup pengertian sangat luas, seperti SEA BED and SUBSOIL,
collisions at sea ‘ocean’ (misalnya ocean floor, ocean space, oceanography,
oceanologi), MARINE (misalnya: MARINE activities, MARINE scientific
research, MARINE environment, MARINE life, MARINE mammals, MARINE
transmissions), MARITIME ( misalnya: MARITIME causalty, MARITIME
traffic).
 Istilah KELAUTAN dipakai karena istilah ini lebih luas dan bersifat publik dari
pada menggunakan istilah KEMARITIMAN, sehingga pengertian laut dan
KELAUTAN dalam kamus tersebut tidak menunjuk kepada Konvensi PBB tentang
hukum laut 1982 (UNCLOS).
 Pengertian KELAUTAN secara terminologi mencakup aspek yang sangat luas yaitu
termasuk ruang/wilayah udara di atas permukaan air laut, pelagik (dari permukaan
sampai 200 m kolom air), mesopelagik (pelagik sampai kedalaman 500 m), abisal
(kedalaman 500 – 700 m) hingga mencapai dasar laut (under the sea) yang dikenal
sebagai landas kontinen.
1.2 Negara Kepulauan Indonesia
 Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri dari 17.508 pulau
beserta segenap air laut disekitarnya sampai sejauh 200 mil dari garis
pangkalnya. Zona pesisir, landas benua, lereng benua, cekungan samudra di
bawahnya dan udara di atasnya (Dewan Hankamnas & BPPT, 1996; 12).
 NKRI terbentang dari 92⁰ BT sampai dengan 141⁰ BT dan dari 7⁰20’
LU sampai dengan 14⁰ LS merupakan Negara Kepulauan terbesar di
dunia yang terdiri dari:
(1). 5.707 pulau yang telah diberi nama dan 11.801
pulau yang belum bernama,
(2). Luas perairan 3,1 juta km², luas perairan nusantara
2,8 juta km², luas laut territorial 0,3 juta km² dan
luas perairan ZEE 2,7 juta km²,
(3). Panjang seluruh garis pantai 80.791 km (43.670 mil),
panjang garis dasar 14.698 km (7.945 mil).
Lanjutan......
 NKRI sebagai Negara Kepulauan mempunyai kompleksitas dalam
karakteristik cuaca dan iklim (meteorologi dan klimatologi), keadaan perairan
laut (oseanografi), serta tatanan kerak bumi (geologi) yang menyebabkan
perbedaan potensi sumberdaya alam hayati dan nonhayatinya dengan massa
bumi (benua) lainnya.
 Bagian dalam kawasan barat tersusun oleh pulau-pulau utama Sumatera,
Jawa, dan Kalimantan yang merupakan sistem paparan Sunda dengan
kedalaman dasar laut sampai sekitar 200 m. Kearah Timur terletak Selat
Makassar, Laut Bali, Laut Flores yang merupakan zona transisi antara sistem
Paparan Sunda dengan sistem Laut Banda.
 Di ujung bagian Timur Negara Kepulauan Indonesia ditempati oleh sistem
Laut Banda yang merupakan laut dalam dengan kedalaman 1.000 – 6.000 m
yang dikelilingi oleh Pulau Sulawesi di bagian barat, gugusan pulau-pulau
Sula dan Seram di utara, rangkaian gunung api di selatan dan timur
 Di bagian selatan ditandai oleh gugusan kepulauan gunung api aktif NTB-
NTT yang relatif kecil.
Lanjutan......
 Bagian luar wilayah maritim Indonesia sebagian besar membentuk tepi benua
konvergen aktif, terdiri dari Samudra Hindia (selatan – barat) dan Samudra
Pasifik (timur laut), Laut Sulawesi (utara) serta Laut Cina Selatan (barat laut).
 Kawasan Barat Wilayah Maritim Indonesia (WMI) memanjang dari pantai
barat Sumatera sampai pantai timur Kalimantan Timur, berciri sistem Samudra
Hindia (bagian luar WMI), memanjang dari bagian barat Sumatera sampai ke
selatan Sumba, serta sistem Laut Jawa yang merupakan sistem perairan Sunda
pada sebagian besar perairan Indonesia pada bagian dalam WMI.
 Kawasan Timur WMI memanjang dari pantai bagian timur Kawasan Timur
WMI sampai pada batas paling timur dari wilayah yuridiksi Indonesia. Pada
bagian luarnya ditempati oleh tepi benua Australia (laut Timor dan Laut
Arafura) di bagian selatan. Laut Karolina dan Samudra Pasifik di bagian
timur dan Laut Sulawesi di bagian utara. Sedangkan bagian dalam ditempati
oleh Laut Flores di bagian barat, Laut Banda di bagian timur dan Laut Maluku
di bagian paling utara.
Lanjutan......
 Secara umum WMI diapit oleh dua samudra yaitu Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik dan dua benua yaitu Benua Australia dan Benua Asia
yang dilalui ekuator geografis dan meteorologis, serta merupakan
pertemuan antara tiga lempeng kerak bumi (Eurasia, Indo-Pasifik dan
Pasifik). Perairan WMI diperkirakan mempunyai potensi sumberdaya
hayati seperti ikan dan rumput laut maupun nonhayati seperti mineral
dan gas bumi, serta sumberdaya laut lainnya.
 Ditinjau dari sudut pandang geologi kelautan, pakar kebumian (Earth
Scientists) sepakat bahwa WMI adalah merupakan salah satu
laboratorium alam yang terlengkap di dunia. Para pakar kebumian
Internasional banyak menggunakan proses geologi yang terjadi di WMI
saat ini sebagai suatu acuan untuk menjelaskan proses pembentukan
jalur pegunungan yang berlangsung ratusan juta tahun yang lalu. Acuan
ini merupakan kunci untuk memahami proses-proses yang berlangsung
pada masa silam
1.3 Wawasan Nusantara
 WMI sebagai aktualisasi Wawasan Nusantara dalam dimensi
kehidupan nasional mencakup kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Aktualisasinya dalam kehidupan bermasyarakat
adalah kehidupan bersama yang saling berinteraksi antara orang-
orang dalam suatu kelompok, dimana setiap orang atau pihak yang
berkepentingan terhadap pihak lainnya saling mempunyai kewajiban.
 Kehidupan berbangsa adalah kehidupan yang berkaitan dengan
penyaluran aspirasi dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa yang
dilandasi oleh nilai-nilai luhur bangsa. Pemerintahan Negara sesuai
tugasnya mempunyai kewenangan untuk mengatur seluruh warga
negara dan penyelenggara negara. Oleh karena itu, kehidupan
bernegara merupakan kehidupan yang didasari oleh keharusan atas
kesadaran untuk mentaati secara konsekuen aturan-aturan yang
dikeluarkan oleh negara.
Lanjutan ......
 WMI sebagai aktualisasi Wawasan Nusantara mengandung tiga unsur,
yaitu: (1). wadah, (2). isi dan (3). tata laku.

(1). Wadah
 Wadah konsepsi WMI berbentuk Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang meliputi daratan, lautan dan udara yang didalamnya
mencakup wilayah laut nusantara, wilayah laut territorial, serta wilayah
laut landas benua dan ZEE sebagai hak kedaulatan dan yuridiksi nasional.
 Bentuk dan wujud daerah WMI terletak di posisi silang antara Samudra
Pasifik dan Samudra Hindia serta Benua Asia dan Benua Australia yang
merupakan satu kesatuan utuh menyeluruh.
 Daerah WMI didayagunakan untuk kepentingan nasional dalam
mewujudkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dimana
kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan pemerintah dibatasi oleh
undang-undang serta sistem pemerintahan konstitusional.
Lanjutan .......
(2). Isi
 Unsur Isi WMI mencakup cita-cita bangsa Indonesia yang bertujuan

mewujudkan kesejahteraan dan keamanan bagi seluruh bangsa


Indonesia, serta turut mewujudkan kebahagian dan perdamaian bagi
seluruh umat manusia. Konsepsi WMI juga bertujuan mewujudkan
kesatuan di dalam semua aspek kehidupan nasional, baik alamiah
maupun sosial.
 Bangsa Indonesia dalam pendayagunaan WMI bercita-cita
mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur, modern, mandiri dan unggul dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi kebumian, teknologi kelautan dan teknologi kedirgantaraan.
 Hal penting dari Isi WMI adalah pendayagunaan WMI didasarkan pada

persatuan dan kesatuan, kesejahteraan dan keamanan, serta konsultasi


dan kerjasama.
(3). Tata laku
 Tata laku merupakan proses atau hasil interaksi antara wadah dan isi

yang meliputi tata laku lahiriah dan tata laku batiniah. Tata laku
batiniah mencerminkan kepribadian bangsa dalam pendayagunaan
WMI yang dijiwai oleh sikap mental bangsa yang luhur dan terpuji.
 Tata laku lahiriah tercermin dalam tata perencanaan, tata pelaksanaan

dan tata pengawasan penyelenggaraan dan pengaturan WMI yang


berdasarkan kesejahteraan dan keamanan, konsultasi dan kerjasama.
 Tata laku selain mempengaruhi pembentukan aspirasi masyarakat

dalam pendayagunaan WMI, juga merupakan perwujudan segenap


potensi, sumberdaya dan sarana, baik kemampuan fisik maupun non
fisik yang dimiliki bangsa. Untuk itu, geopolitik WMI harus
senantiasa memperhatikan ciri-ciri dan kondisi serta konstalasi
geografi dan geologisnya, serta perkembangan lingkungan strategis,
baik lingkup nasional maupun internasional.
II. SEJARAH KEMARITIMAN INDONESIA
2.1 Pengantar
 Sejarah telah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang mencintai

laut sejak dahulu merupakan masyarakat maritim. Dalam catatan


sejarah, terekam bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
menguasai lautan nusantara, bahkan mampu mengarungi samudra luas
sampai ke pesisir Madagaskar dan Afrika Selatan
 Fakta prasejarah Cadas Gua yang terdapat di pulau-pulau Muna,

Seram dan Arguni yang diperkirakan berasal dari 1000 tahun SM


dipenuhi dengan lukisan perahu-perahu layar. Juga ditemukan
beberapa artefak suku Aborigin di Australia yang diperkirakan berasal
dari 2500 tahun SM serupa yang ditemukan di Pulau Jawa. Kenyataan
ini memberikan indikasi bahwa jauh sebelum gelombang migrasi dari
Indochina yang datang ke Indonesia, nenek moyang bangsa Nusantara
sudah berhubungan dengan suku Aborigin di Australia lewat laut.
Lanjutan .......
 Bangsa Indonesia dengan karakteristik sosial budaya
kemaritiman, bukanlah merupakan fenomena baru. Fakta
sejarah menunjukkan bahwa fenomena kehidupan
kemaritiman, pelayaran dan perikanan beserta kelembagaan
formal dan informal yang menyertainya merupakan
kontinuitas dari proses perkembangan kemaritiman
Indonesia masa lalu.
Proses perkembangan tersebut memberi gambaran tentang
bagian-bagian masa yang lebih maju dari pada masa
sebelum atau sesudahnya.
Lanjutan .....
 Munculnya kerajaan-kerajaan Maritim Nusantara yang
berdaulat dengan sistem pertahanan keamanan yang ampuh,
tumbuhnya sektor-sektor ekonomi kemaritiman terutama
pelayaran dan perikanan, aplikasi pengetahuan dan teknologi
kelautan yang ada serta diberlakukannya kebijakan dan
hukum perundang-undangan laut merupakan hasil kreatifitas
inovatif lokal. Kesemuanya adalah prestasi masyarakat
maritim masa lalu yang harus diapresiasi setinggi-tingginya
oleh generasi sekarang, dimana prestasi itu potensial
dijadikan rujukan pembelajaran bagi rekayasa perkembangan
masyarakat dan kebudayaan maritim Indonesia ke depan.
“Belajarlah sejarah, maka engkau jadi bijak”.
Lanjutan .....
 Keperkasaan dan kejayaan nenek moyang kita di laut
haruslah menjadi penyemangat generasi sekarang dan yang
akan datang. Bentuk implementasinya pada masa kini,
bukan hanya sekedar berlayar, tetapi bagaimana bangsa
Indonesia yang wilayahnya dua pertiga adalah lautan dapat
dimanfaatkan demi kesejahteraan dan pembangunan
bangsa.
 Keberanian menjadi ciri khas dari masyarakat maritim. Saat
berlayar banyak hambatan alam yang ditemui. Gelombang
badai, keterasingan di tengah laut, perompak atau bajak
laut, dan ancaman binatang laut menjadi hal biasa.
lanjutan.....

 Masyarakat maritim secara psikologis adalah


bangsa yang berani. Mereka tidak mau takluk
dengan alam, tetapi berusaha bersahabat
dengan alam. Fenomena alam mereka pelajari
dan dijadikan sebagai penunjuk dalam
berlayar
 Terlebih, abad ini telah terjadi pergeseran

besar dalam pendekatan bagaimana


memvisualisasikan lautan dan profesi pelaut.
Lahirnya teknologi canggih, kapal hi-tech
menuntut kualitas SDM yang tinggi untuk
mengoperasikan kapal.
2.2 Kerajaan-Kerajaan Maritim Indonesia
 Sejarah perjalanan bangsa mencatat bahwa ada dua kutub
kekuasaan kerajaan maritim yang menjadi soko guru Negara
maritim nusantara. Keduanya adalah Sriwijaya yang didirikan
pada abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi dan Majapahit pada
abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi. Bersamaan dengan itu, di
Wilayah Timur Nusantara muncul pula Kerajaan Gowa sebagai
kerajaan maritim besar yang dibuktikan dengan adanya ekspansi
kekuasaan dari berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan, bahkan di
Nusantara bagian Timur seperti Kerajaan Wolio di Buton, Bima
di Sumbawa, Banggai dan Gorontalo di Sulawesi bagian Timur
dan Utara, dan lain-lainnya ditambah dengan keperkasaan dan
kepiawaian pelaut-pelaut Bugis Makassar dalam mengarungi
samudera yang terkenal dan dikagumi seantero nusantara.
Lanjutan .....
 Beberapa kerajaan maritim Nusantara yang pernah tumbuh
dan berjaya: (1). Kerajaan Tarumanegara di Tanjung Priok
Jakarta abad ke-3 hingga tahun 690 M, (2). Dinasti
Sanjayawangsa dan Chailendrawangsa yang menguasai
Jawa Tengah abad ke-7 hingga abad ke-10, (3). Kerajaan
Darmawangsa di Jawa Timur tahun 991 – 1016 M, (4).
Kerajaan Melayu Srivujaya (Sriwijaya) masa pemerintahan
Balaputradewa dan Dharmaphala di Sumatera Selatan abad
ke-8 hingga abad ke-9 M, (5). Kerajaan Samudera Pasai
tahun 1225-1523 M, (6). Kerajaan Banten tahun 1481-1531
M, (7). Kerajaan-kerajaan di bagian Timur Nusantara pada
abad ke-17.
2.2.1 Kerajaan Sriwijaya
 Puncak kejayaan Kerajaan Sriwijaya adalah sekitar abad

ke-9 antara tahun 833-836 M pada masa pemerintahan


Balaputradewa yang memiliki orientasi pembangunan
ekonomi maritim dan menguasai perdagangan di Selat
Malaka bahkan Asia Tenggara dan juga telah mampu
membuka jalur perdagangan dengan Cina dan India.
Setelah runtuhnya kerajaan Fu Nan di Champa (Kamboja),
wilayah kekuasaan Sriwijaya meliputi sebagian besar
wilayah barat Nusantara dengan ibu kota pemerintahannya
di sekitar Palembang Sumatera Selatan.
Lanjutan ......
 Kerajaan Sriwijaya terdiri atas tiga zona utama,
(1). Daerah ibukota muara yang berpusat
di Palembang,
(2). Lembah sungai Musi yang berfungsi sebagai
daerah pendukung,
(3). Daerah-daerah muara saingan yang mampu
menjadi pusat kekuasaan saingan.

 Ibukota diperintah langsung oleh seorang penguasa (raja), sementara


daerah pendukung tetap diperintah oleh tokoh lokal. Wilayah hulu
sungai Musi sangat kaya akan berbagai komoditas dagang Sriwijaya.
Tiongkok merupakan negara tujuan utama ekspor dan telah menjalin
hubungan diplomatik sejak awal berdirinya kerajaan Sriwijaya.
Lanjutan ......
 Sebagai pusat kerajaan maritim, Sriwijaya mempunyai
beberapa produk unggulan, diantaranya: pala, cengkeh,
kapulaga, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, gading,
timah, emas, perak, penyu serta beraneka rempah-rempah
yang dibeli oleh pedagang dari Cina, India, Arab dan
Madagaskar. Seringkali barang-barang tersebut dibarter
dengan kain, procelen dan barang-barang gerabah. Sebagai
bangsa maritim Sriwijaya telah mampu menguasai pangsa
pasar Asia bahkan pembangunan kanal ekonomi tiga arah
(Nusantara-Cina-India) telah menjadi saksi sejarah bahwa
mayoritas dari produk domestik dunia dapat dikuasai oleh
kerjasama tiga negara tersebut.
Lanjutan.......
 Kebesaran kerajaan Sriwijaya itu dibuktikan dengan
berbagai penemuan prasasti, diantaranya adalah Kedukan
Bukit (683 M) di Palembang, prasasti Talang Tuwo (684 M)
di sebelah barat Palembang, prasasti Kota Kapur (686 M) di
bagian barat Pulau Bangka dan prasasti-prasasti lain yang
ditemukan di Palembang dan Jambi. Penemuan berbagai
bukti sejarah keberadaan Sriwijaya ini sangat penting untuk
mengetahui perjalanan panjang dan mata rantai sejarah
nusantara khususnya mengenai kemaritiman.
2.2.2 Kerajaan Majapahit
 Di Pulau Jawa terdapat Kerajaan Majapahit yang mencapai
puncak kejayaannyapun berdasarkan visi maritimnya.
Wilayah kekuasaannya merupakan sebaran kerajaan
bawahan yang memiliki pelabuhan dan komoditas dagang
vital terutama beras. Kapal-kapal dan pelaut-pelaut Jawa
tercatat dalam kronik-kronik di mancanegara (Sukodaya,
Thailand dan Pegu-Myanmar) sebagai manifestasi kejayaan
Negara maritim Majapahit yang juga menjadi pusat budaya
dan peradaban di nusantara. Selain itu, kekuatan
maritimnya merupakan modal dasar untuk melakukan
kolonisasi, ekspansi dan penetrasi budaya dizaman tersebut.
Lanjutan......
 Kekuasaan Majapahit meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia saat
ini, termasuk daerah-daerah Sumatera di bagian barat dan di bagian
timur, termasuk Maluku serta sebagian Papua dan beberapa Negara
Asia Tenggara seperti Champa, Malaysia, Singapura, Siam, Birma
bagian selatan, dan Vietnam. Majapahit juga menjalin hubungan
bilateral dengan pemerintah Cina serta memiliki beberapa duta besar
serta diplomat di Cina.
 Puncak kebesaran Majapahit dicapai pada saat pemerintahan Raja
Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada pada pertengahan abad ke-
14.
 Mahapatih Gajah Mada adalah tokoh pelopor persatuan nusantara
dengan Sumpah Bhakti Persadanya yang dikenal dengan nama Sumpah
Palapa dihadapan majelis tinggi Kerajaan Majapahit ketika beliau
diangkat menjadi Patih Mangubumi Majapahit pada tahun 1336 M.
Lanjutan ......
 Teks Sumpah Palapa ditemukan dalam Kitab Kuno Pararaton
yang berbunyi: “ Sira Gajah Mada Patih Amangkubhumi tan ayun
amuktia palapa, sira Gajah Mada; Lamun huwus kalah nusantara
isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjung
Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa (Beliau Gajah
Mada Patih Amangkubhumi tidak ingin melepaskan puasa, Beliau
Gajah Mada; Jika telah mengalahkan nusantara, saya (baru
akan) melepaskan puasa, Jika mengalahkan Gurun, Seram,
Tanjung Pura (Kalimantan Barat), Haru (Karo, Sumatera Utara),
Pahang (Semenanjung Melayu), Dompo (Sumbawa), Bali, Sunda
(Jawa Barat), Palembang, Tumasik (Singapura), demikianlah
saya (baru akan) melepaskan puasa)”.
Lanjutan ......
 Dalam berbagai penelitian sejarah Majapahit, memang lebih
banyak ditemukan tulisan tentang kekuatan politik Majapahit
daripada kekuatan ekonominya. Namun demikian, Majapahit
sebagai Negara maritim memiliki wibawa dan kekuasaan
yang luar biasa di Asia Tenggara karena kemajuan peralatan
perang armada lautnya. Apa yang dilakukan oleh Patih Gajah
Mada merupakan sikap yang memiliki implikasi yang
menyangkut strategi dan kebijakan kerajaan dalam
pengelolaan serta pemanfaatan laut utamanya dalam masalah
transportasi serta pertahanan wilayah Majapahit sebagai
pusat kerajaan yang harus mampu mengkoordinasi negeri
kekuasaannya serta melindungi diri dari serangan musuh.
2.2.3 Kerajaan Gowa
 Kerajaan maritim nusantara bagian timur adalah Kerajaan
Gowa (1548-1669) dan kedua Kesultanan Ternate dan Buton
yang kurang lebih sezaman dengan Kerajaan Gowa (Schoorl,
1985). Kerajaan Gowa mulai mengalami pertumbuhan sejak
tahun 1548 dan mencapai puncaknya tahun 1669.
 Kerajaan Maritim Gowa berpusat di kota pelabuhan Somba
Opu menjalin hubungan kerjasama dengan kota-kota dagang
lainnya di Asia Tenggara, seperti Siam, Pegu, Malaka dan
Banten. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya sebagai
salah satu kerajaan maritim penting di Asia Tenggara dan
terkuat di Nusantara bagian timur pada abad ke-16
Lanjutan ......
 Langkah-langkah penting Raja Gowa untuk membangun kerajaan
maritim ini adalah :
(1). Mengatur dan menguasai produksi pertanian dan hasil-
hasil hutan di pedalaman untuk komoditi perdagangan
maritim,
(2 ). Menjadikan Somba Opu sebagai tempat pelabuhan
transit utama bagi perdagangan rempah-rempah dari
Maluku,
(3). Menjalin hubungan kerjasama dan diplomatik dengan
kerajaan-kerajaan luar dan menjadikan Somba Opu
sebagai kota internasional,
(4). Membangun angkatan perang dan benteng-benteng
pertahanan pantai, sampai abad ke-17 ada 12 benteng
Lanjutan .....
(5). Meningkatkan penghasilan kerajaan melalui perdagangan,
kontak-kontak dagang dilakukan dengan banyak negara/
kerajaan, jaringan-jaringan perdagangan dikontrol dengan
sangat ketat, undang-undang, sistem cukai, izin tinggal
orang asing.
(6). Membangun sistem birokrasi yang menunjang kegiatan
sosial ekonomi dan politiknya.
 Kerajaan Gowa mulai bangkit dibawah Raja Gowa ke IX Karaeng
Tumaparisi Kallonna. Periode (1512-1548) sangat penting artinya
terutama bagi sejarah kemaritiman Indonesia Timur. Karaeng Tumaparisi
Kallonna yang menjadikan kerjaan Gowa beralih secara formal dari
tradisi birokrasi agraria ke tradisi birokrasi maritim. Karena itu Raja
Gowa ini memindahkan pusat kekuasaan dari pedalaman ke kawasan
pesisir yaitu dari Tamalate ke Somba Opu di Muara Sungai Jeneberang.
Lanjutan .......
 Perpindahan pusat kekuasaan dan perubahan tradisi kerajaan Gowa
dari kerajaan agraris ke kerajaan Maritim, ditandai dengan
pengangkatan Daeng Pamatte sebagai Sabannare (Syahbandar)
kerajaan Gowa yang pertama.
 Munculnya pelabuhan Makassar tidak terpisahkan dari usaha kerajaan
Gowa membangun diri sebagai kerajaan maritim utama di Sulaawesi
Selatan. Usaha-usaha itu dilakukan antara lain adalah menguasai
daerah-daerah pedalaman Bugis penghasil beras dan hasil hutan,
sehingga terjadi perang atas kerajaan-kerajaan Bugis di pedalaman
sejak abad 15.
 Untuk mewujudkan Somba Opu sebagai pusat perdagangan, Kerajaan
Gowa berusaha menjalin kerjasama dan hubungan diplomatik dengan
kerajaan-kerajaan luar di Nusantara dengan membangun angkatan
perang dan sistem birokrasi pelabuhan yang handal.
2.2.3 Sejarah Kemaritiman Bugis Makassar
 Sekitar tahun 1600, jauh sebelum datangnya orang-orang Belanda,
Raja Gowa yang ke-14 I MANGURANGI DG MANRABIA
SULTAN ALAUDDIN mendirikan keraton Somba Opu, dan
disekelilingnya itu berdiam 2000 kepala keluarga Portugis.
 Orang-orang Makassar pada masa itu amat berani berlayar
mengarungi lautan luas, sehingga orang Portugis menggelar
mereka Celebes De Makassares (orang-orang Makassar yang
ulung dan masyhur). Hal ini diperkuat dengan adanya bukti dalam
buku Lontara Lagaligo pada abad X Sawerigading (putra Raja
Luwu II) sudah melayari negeri-negeri seperti Maluku, Ternate,
Cina, Jawa, Malaka, Asia Tenggara, Kamboja, dan Madagaskar
dengan tujuan mengadakan pelayaran muhibah dan pengenalan
dunia.
Lanjutan ......
 Kehidupan kota Makassar sebagai kota pelabuhan yang dikenal
oleh dunia Internasional sangat erat hubungannya dengan
tumbuhnya satu kerajaan maritim yang dikenal dengan kerajaan
Gowa terutama dalam abad XVI.
 Sebuah sumber Portugis yang dapat dipergunakan sekedar untuk
mengungkapkan bahagian-bahagian gelap dari sejarah ini.
Diterbitkan dalam tahun 1944 oleh Armando Costesao, yaitu
terjemahan dalam bahasa inggris, catatan perjalanan Tom Pires
yang berjudul “SUMAORIENTALE” Dalam tahun 1513. Sumber
itu menyajikan tentang orang Makassar. Dikatakan bahwa orang
Makassar itu telah melakukan perdagangan dengan orang Malaka,
Jawa, Borneo, Siam dan semua negeri-negeri antara Pahan dan
Siam. Orang Makassar itu lebih menyerupai orang Siam. Mereka
adalah bajak-bajak laut yang ulung dengan perahunya yang banyak.
Lanjutan......
Dengan perahu-perahu mereka mengarungi lautan, melakukan
pembajakan sampai teluk Pegu (Pilipina), ke Maluku, ke Banda, dan
semua pulau disekitar pulau Jawa. Disamping itu dikatakan bahwa
banyak pula diantara mereka yang tidak menjadi bajak-bajak laut itu,
terdiri atas pedagang-pedagang cekatan. Mereka melakukan
perdagangan dengan menggunakan perahu layar yang besar dan bagus
bentuknya. Mereka membawa beras yang putih sekali, juga membawa
sedikit emas. Barang-barang dagangan mereka ditukarkan dengan
brentangi-brentangi, bahan-bahan pakaian, cambay, dan kemenyan.
Kaum mereka mempunyai bentuk tubuh yang bagus-bagus, semuanya
memakai keris atau tombak-tombak yang tajam, semuanya
menjelajahi dunia dan semua orang takut pada mereka. Penyamun-
penyamun lainnya tak dapat berbuat apa-apa untuk melawan sampan-
sampan jongka mereka yang sanggup membela diri.
Lanjutan ....
 Menurut Prof. B.J.O. Schrieke, seorang sarjana sosiologi dan
sejarah bahwa sampai pada permulaan abad ke-16 peranan
Gowa di Nusantara ini belumlah dapat dikatakan berarti.
Perniagaan rempah-rempah di Nusantara ini masih dikuasai
bangsa Melayu dari Malaka dan Johor serta orang-orang dari
Jawa. Keadaan itu berlangsung sampai ditaklukannya Malaka
oleh Aceh yang mulai mengembangkan kekuatannya di
bagian barat Nusantara. Kegiatan perniagaan berpindah ke
pulau Jawa, dimana pengaruh Portugis masih sangat kecil.
Akan tetapi dengan timbulnya persaingan-persaingan antara
negeri-negeri pesisir dengan negeri-negeri pedalaman Jawa
maka akhirnya pusat perniagaan rempah-rempah berpindah
ke Makassar, dan semakin meningkat sesudah tahun 1625.
III. ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA MARITIM
3.1 Masyarakat Maritim
 Masyarakat menurut Koentjaraningrat (1980) ialah kesatuan

hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-


istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu
rasa identitas bersama. Kesatuan hidup manusia yang disebut
masyarakat ialah berupa kelompok, golongan, komunitas,
kesatuan suku bangsa (ethnic group) atau masyarakat negara
bangsa (nation state). Interaksi yang kontinu ialah hubungan
pergaulan dan kerjasama antar anggota kelompok atau golongan,
hubungan antar warga dari komunitas, hubungan antar warga
dalam satu suku bangsa atau antar warga negara bangsa. Adat-
istiadat dan identitas ialah kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Lanjutan .......
 Masyarakat maritim dipahami sebagai kesatuan-kesatuan hidup
manusia berupa kelompok-kelompok kerja (termasuk satuan-satuan
tugas), komunitas sekampung atau sedesa, kesatuan suku bangsa,
kesatuan administrasi berupa kecamatan, provinsi, bahkan bisa
merupakan negara atau kerajaan, yang sebagian besar atau sepenuhnya
menggantungkan kehidupan ekonominya secara langsung atau tidak
langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut (hayati dan nonhayati) dan
jasa-jasa laut, yang dipedomani oleh dan dicirikan bersama dengan
kebudayaan maritimnya.
 Masyarakat maritim di Nusantara, secara ideal dapat dikatakan semua
masyarakat Indonesia termasuk masyarakat maritim, karena penduduk
negara kepulauan ini pada umumnya memiliki wawasan dan gambaran
dunia laut yang luas, pulau-pulau besar dan kecil yang menaburi lautan
tersebut, dan penduduk dengan keragaman etnis menghuni pulau-pulau
yang berjejer dari Sabang sampai Merauke.
Lanjutan .......
 Kebanyakan kelompok suku bangsa di kawasan pantai dan
pedalaman mempunyai cerita rakyat dan mitologi tentang
peradaban laut. Sungai-sungai tertentu diceritakan oleh penduduk
lokal sebagai yang pernah menjadi rute-rute pelayaran masuk
keluarnya perahu dan kapal-kapal besar di zaman mitologi tersebut.
 Gambaran masyarakat pedalaman akan kegiatan ekonomi
kemaritiman tumbuh dari pengetahuan dan apresiasi mereka
terhadap jasa-jasa positif dan nyata masyarakat maritim terhadap
mereka. Dari sejak dahulu, hampir semua penduduk perkotaan dan
pedalaman mengkonsumsi ikan kering, terasi, dan garam yang
dihasilkan oleh penduduk nelayan. Ketika sudah digunakan sarana
pengawetan modern berupa es untuk hasil laut, tangkapan nelayan
terutama berupa ikan segar sudah menjangkau konsumen di
pedalaman.
Lanjutan .........
 Jasa kemaritiman yang tak kalah pentingnya bagi masyarakat pedalaman
ialah jasa pelayaran antar pulau. Sejak dahulu para pengembara/perantau
dan pedagang antar pulau selalu memanfaatkan jasa perhubungan laut.
Kenyataannya dari waktu ke waktu peranan jasa pelayaran di Indonesia
semakin penting dimungkinkan daya tampungnya lebih besar dan tarif
angkutan laut masih selalu lebih rendah dari pada tarif pesawat.
 Pemanfaatan jasa perikanan dan pelayaran pada gilirannya melibatkan
hubungan fungsional yang timbal balik antara masyarakat pedalaman
dan masyarakat maritim (nelayan dan pelayar). Masing-masing pihak
sadar akan fungsi atau peranannya, sebab bukan hanya penduduk desa
dan kota pedalaman yang memanfaatkan jasa masyarakat nelayan dan
pelayar tetapi masyarakat nelayan dan pelayar yang ada di pesisir dan
pulau-pulau memperoleh bahan pangan, sandang dan papan dari
masyarakat petani dan industri di pedalaman dan kota.
3.2 Karakteristik Sosial Masyarakat Maritim
 Karakteristik sosial masyarakat maritim, dalam hal ini mereka yang
menggantungkan sepenuhnya atau sebagian terbesar kehidupan ekonominya pada
pemanfaatan sumber daya laut dan jasa-jasa laut, ditandai dengan beberapa ciri
sosial yang lebih kompleks dan menyolok dari pada yang mencirikan masyarakat
perkotaan dan pedesaan pedalaman. Ciri sosial dimaksudkan adalah ciri kehidupan
kolektif internal, berhubungan dengan dunia masyarakat luar, dengan lingkungan
hidup flora dan fauna laut, dan dengan lingkungan fisik alam sekitar.
 Terdapat 6 karakteristik sosial mencolok masyarakat maritim, terutama masyarakat
nelayan dan pelayar, yaitu:
(1). Hubungan dengan dan ketergantungan secara fisik dan psiko-
sosio-budaya pada lingkungan alamnya,
(2). Pemanfaatan lingkungan dan sumber daya laut secara bersama,
(3). Hubungan dengan dan kebutuhan secara mutlak pada
kelembagaan lokal,
(4). Hubungan dengan dan ketergantungan secara mutlak pada pasar lokal,
regional, dan global,
Lanjutan ......
(5). Hubungan dengan dan ketergantungan pada berbagai
pihak berkepentingan dari luar,
(6). Mobilitas geografi yang tinggi dan jaringan
kesukubangsaan yang luas.
Diasumsikan bahwa terbentuknya karakteristik sosial
masyarakat maritim tersebut terkondisikan oleh sifat lingkungan
sumber daya laut pada satu sisi, dan dipengaruhi secara dominan
oleh budaya masyarakat maritim itu sendiri.
 Masyarakat maritim terutama nelayan dan pelayar, merupakan
kesatuan sosial yang sekali menggeluti pekerjaannya akan
terbentuk hubungan menyatu dengan lingkungan alam laut
(biota dan nonbiota) yang dimanfaatkannya dan tidak mudah
meninggalkannya untuk bergeser ke dunia kehidupan di darat.
Lanjutan ......
 Menyatunya dengan lingkungan laut sekaligus melibatkan adaptasi
fisiologi dan psiko-sosio-budaya. Adaptasi fisiologi berupa penyesuaian
pemandangan, penciuman, pendengaran, ukuran rongga pernapasan,
mungkin juga tekanan darah. Adaptasi psiko-sosio-budaya berupa
penyesuaian dengan kondisi laut (badai, ombak, arus, keteduhan dan
ketenangan, iklim dan suhu, keluasan ruang, perilaku biota laut) yang
mereproduksi perasaan dan sikap menyatu dengan laut, kebebasan
bergerak, berpandangan luas, keterbukaan, dan lain-lain.
 Ketergantungan pada lingkungan laut juga mereproduksi tatanan
komunalisme, yakni paham menyatu dengan dan menganggap laut dan
isinya sebagai subyek-subyek dengan mana mereka berinteraksi dan
mendapatkan berkah, jadi bukan semata sebagai obyek yang dipelajari
dan diketahui sepenuhnya untuk dieksploitasi menurut kemauan
manusia (Palson; 2001).
Lanjutan .......
 Memanfaatkan laut dan isinya secara bersama merupakan ciri sosial
budaya yang umum dan mencolok dari masyarakat maritim, khususnya
nelayan di dunia. Lingkungan laut dan sumber daya perikanan yang
dikandungnya dimanfaatkan dengan berbagai model pengelolaan dan
penguasaan seperti pemilikan komunal, pemilikan keluarga, pemilikan
perusahaan namun dalam sistem pemilikan dan kontrol wilayah laut yang
berlapis-lapis itu justru ditemukan praktik pemanfaatan secara bebas dan
terbuka.
 Dalam wilayah perairan Indonesia, praktik pemanfaatan secara bebas dan
terbuka pada gilirannya telah memicu persaingan terbuka yang menjurus
pada konflik antar pemangku kepentingan dari berbagai asal dan suku,
bangsa, terutama antar nelayan sendiri. Konflik antar pemangku
kepentingan berdampak pada kemiskinan pada pihak-pihak yang kalah
dalam persaingan pada satu sisi, dan kerusakan lingkungan serta
kemerosotan sumber daya perikanan pada sisi lainnya.
3.3 Budaya Maritim
 Dalam kepustakaan antropologi, terdapat tiga spesifikasi kajian
berkaitan hubungan masyarakat dengan lingkungan laut. Pertama:
antropologi maritim (maritime anthropology) yang penekanannya
pada aktivitas kepelayaran dan pengetahuan serta teknologi dan
infrastruktur berkaitan pelayaran (maritime culture)(Pins; 1965;1984).
Kedua: antropologi marin (marine anthropology) yang kajiannya
menekankan pada aktivitas pemanfaatan sumber daya laut (hayati
dan nonhayati), terutama penangkapan ikan, serta berbagai pranata
yang berkaitan dengannya antara lain agama dan kepercayaan,
mitologi dan cerita rakyat, seni dan seremoni (marine culture)
(Nishimura; 1976). Ketiga: antropologi penangkapan ikan/perikanan
(anthropology of fishing/fishery) yang menekankan studinya pada
aktivitas, pengetahuan, kelompok kerja, dan sarana prasarana serta
berbagai pranata berkaitan dengannya (Anderson dan Wadel; 1978)
Lanjutan ..........
(1). Ide/Gagasan
Gagasan/ide dalam budaya maritim (perikanan kenelayanan,
kepelayaran) tentu sangat luas. Berkenaan dengan pemanfaatan sumber
daya dan rekayasa jasa-jasa laut, dalam budaya maritim Bugis, Bajo,
Makassar, Mandar, dan Buton mengakar beberapa gagasan utama saling
terkait yang banyak menjadi pedoman bagi keputusan/pilihan perilaku
usaha nelayan.
 “Menangkap ikan dan hasil laut lainnya merupakan media interaksi

manusia dan lingkungan alam, makhluk gaib yang menguasai dan


menjaga sumber daya laut pada lokasi-lokasi tertentu. Perolehan
nelayan merupakan pemberian oleh makhluk gaib dan penguasa laut.
Hubungan yang terjadi diantara manusia/nelayan dan makhluk gaib dan
penguasa laut tersebut adalah hubungan antar subyektif, bukan
hubungan subyek manusia dengan obyek alam yang dikuasai dan pasif”
(Gagasan nelayan kawasan timur Indonesia dan pasifik) .
Lanjutan .......
 “Ikan biota laut bernilai ekonomi lainnya adalah obyek eksploitasi tanpa
batas menurut permintaan pasar ekspor semata, dicari secara terus menerus
dengan meninggalkan daerah-daerah perikanan lama ke daerah-daerah
subur yang baru ditemukan”(Gagasan nelayan modern dan kapitalis).
 “Kondisi sumber daya perikanan adalah rentan terhadap penangkapan
berlebihan dengan mekanisasi perikanan industrial yang tergantung pada
pasar bebas. Lingkungan dan sumber daya perikanan tidak mampu
memulihkan dirinya sendiri, kecuali harus dilindungi “(Gagasan kaum
saintis, para pakar dan praktisi lingkungan, biota laut).
 “Laut yang luas dengan segala isinya tidak ada orang tertentu memilikinya,
ini ciptaan Allah SWT untuk dimanfaatkan oleh manusia dengan doa dan
usaha keras, dengan teknologi eksploitasi apa saja tidak akan
menghabiskan isi laut kecuali mengurangi populasinya” (Gagasan nelayan
Bugis dan Makassar).
(2). Sistem Pengetahuan
a. Pengetahuan pelayaran:
 Pelaut (pelayar dan nelayan) mutlak
memerlukan dan memiliki pengetahuan tentang
musim, kondisi cuaca dan suhu, kondisi dasar,
dan tanda-tanda alam lainnya untuk
menentukan waktu-waktu kegiatan pelayaran
yang efektif dan menjamin keselamatan di laut.
Masyarakat nelayan dan pelayar di nusantara
ini, misalnya mempunyai pengetahuan tentang
dua tipe musim utama, yaitu musim barat dan
musim timur dengan pola atau karakteristik
masing-masing.
Lanjutan ........
 Perubahan musim, perubahan cuaca dan suhu, kondisi air
laut, kondisi dasar, yang mempengaruhi secara positif atau
negatif bagi aktivitas pelayaran dan ekploitasi sumber daya
perikanan, pelayar dan nelayan berpedoman pada
perangkat pengetahuan mereka tentang tanda-tanda di laut
dan angkasa berupa kilat, awan hitam, bunyi kemudi
perahu, cahaya laut, yang dihubungkan dengan peristiwa
atau hal datangnya angin kencang, angin tornado, adanya
batu karang dan makhluk berbahaya di laut, dan lain-lain.
Pelaut dan nelayan mendasarkan pengetahuannya dengan
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, firasat dan
keyakinan.
Lanjutan ......
 Berdasarkan pengalaman dan warisan pengetahuan, pelayar
dan nelayan mempunyai perangkat-perangkat pengetahuan
tentang lokasi-lokasi berbahaya, seperti selat-selat dimana
banyak pusaran air, tempat-tempat berdiam banyak hiu,
gurita dan paus. Pengetahuan tentang tempat-tempat
keramat dihuni hantu-hantu laut, demikian juga tempat-
tempat aman untuk dilalui dan beristirahat. Khusus bagi
nelayan, mereka juga mempunyai pengetahuan tentang
kondisi dasar (dalam, dangkal, berpasir, berlumpur, berbatu-
batu, rata, landai, curam) dan kondisi air laut (berombak
dan berarus). Pengetahuan seperti ini diperlukan bagi
pilihan penggunaan tipe-tipe alat tangkap.
Lanjutan ......
 Berbeda dengan nelayan dan pelayar serta petambak di
kawasan pesisir dan pulau-pulau yang kebanyakan
menggunakan pengetahuan tradisional, kelompok-
kelompok awak perikanan dan pelayaran modern, kesatuan
angkatan laut, peneliti dan praktisi laboratorium dan
museum biologi laut pada umumnya menggunakan
pengetahuan sains dan teknologi komunikasi pelayaran
yang canggih (kompas, ramalan cuaca, radar, GPS,
pemancar radio dan televisi, telepon, dan sebagainya).
b. Pengetahuan tentang lingkungan dan sumber daya laut
 Terdapat dua kategori besar pengetahuan masyarakat
maritim tentang lingkungan dan sumber daya laut (hayati
dan nonhayati), yakni; pengetahuan tentang jenis/spesis
bernilai ekonomi dan ilmiah serta kelestarian ekonsistem
semata, dan pengetahuan tentang kondisi populasi dan
perilaku serta tempat/lokasinya.
 Nelayan mempunyai klasifikasi pengetahuan lokal seperti:
Jenis ikan karang yang bernilai ekonomi, jenis udang laut
atau lobster yang merupakan komoditas ekspor andalan,
jenis-jenis tripang yang mahal harganya, penyu, hiu,
siput/kerang, akar bahar, rotan laut dan agar-agar merupakan
tangkapan utama nelayan untuk diekspor sejak abad ke-16.
c. Pengetahuan tentang perilaku ikan
Pengetahuan tentang perilaku ikan yang menjadi tangkapan
utama nelayan dapat dicontohkan pada beberapa masyarakat
nelayan di dunia, misalnya:
(1).Nelayan penangkap zalm di Amerika Tengah dan Canada mengetahui
persis pola perkembangbiakan dan musim migrasi ikan zalm dari
sungai-sungai besar ke laut lepas kemudian kembali lagi ke habitat
utamanyadi sungai-sungai besar,
(2).Nelayan karapu dari Pulau Sembilan (Sinjai) mengetahui pola
perkembangbiakan, tempat-tempat, musim dan saat munculnya ikan
karapu di perairan gugusan karang Pulau Sembilan,
(3).Nelayan tahu jenis-jenis ikan suka hidup di air dalam atau dangkal, di
dasar berpasir atau berlumpur, di habitat terumbu karang dan padang
lamun serta hutan mangrof atau muara-muara sungai. Nelayan
mengetahui pula saat muncul dan menghilangnya ikan-ikan tertentu.
Lanjutan .....
(4). Nelayan Eropa mengetahui pola perilaku ikan haring
(ikan berkelompok besar) di laut lepas Atlantik. Nelayan
Jaawa dan Madura, Bugis (Mandar), dan Makassar
mengetahui pola perkembangbiakan dan rute-rute migrasi
ikan layang yang melalui perairan pantai Utara Jawa dan
Selat Makassar.
(5). Nelayan Mandar dan Galesong (Makassar) mengetahui
lokasi-lokasi dan pola perkembangbiakan ikan terbang.
Menurut nelayan, jenis-jenis layang dan ikan terbang hanya
suka hidup di air laut yang kadar garamnya tinggi.
d. Nelayan juga mempunyai pengetahuan tentang lokasi
dan letak rumah ikan di laut.
 Dibandingkan dengan pengetahuan komunitas saintis dari
berbagai bidang ilmu (biologi laut, ilmu perikanan, kelautan),
klasifikasi pengetahuan nelayan lokal tradisional adalah
miskin. Hal ini disebabkan nelayan hanya perlu memberi
nama pada jenis-jenis ikan dan biota lainnya yang bernilai
ekonomi dan berbahaya, bermakna simbolik, dan berfungsi
praktis bagi kehidupan masyarakat nelayan. Sedangkan
komunitas saintis (dosen, mahasiswa, peneliti dan lain-lain)
mengetahui ratusan bahkan ribuan jenis ikan dan biota laut
lainnya dengan nama/istilah latin. Mereka tahu lokasi dan
perkembangbiakan , kondisi populasi dan perilaku biota laut
melalui pendidikan dan penelitian ilmiah.
e. Pengetahuan tentang lingkungan sosial
 Setiap segmen masyarakat maritim memiliki pengetahuan
tentang lingkungan sosial di sekelilingnya dengan siapa
mereka berinteraksi, bekerjasama, meminta jasa
perlindungan keamanan atau sebaliknya melakukan
persaingan dan konflik memperebutkan potensi sumber
daya dan jasa-jasa laut.
 Pengetahuan akan kategori-kategori lingkungan sosial
difungsikan oleh masyarakat maritim (sebagai individu atau
kelompok) acuan dan menentukan sikap dan langkah
pembuatan keputusan.
IV. EKONOMI MARITIM
4.1 Pemetaan Potensi Sumberdaya Maritim
 WMI mengandung berbagai jenis sumberdaya alam yang terdapat

di daratan kawasan pesisir, laut dangkal, serta laut dalam.


Sumberdaya alam ini dapat berperan sebagai pelengkap, pengganti
maupun pilihan satu-satunya bagi upaya pemenuhan kebutuhan
umat manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
 Di sepanjang pantai kepulauan WMI terdapat hutan bakau yang

luas dan di perairan pantainya terdapat bentangan wilayah terumbu


karang sepanjang 17.500 km, serta rawa nipa dan rawa pasang
surut di sekitar muara delta sungai. Kesemuanya merupakan
lingkungan bagi kehidupan biota laut dengan standing crop
populasi ikan yang tinggi merupakan sumber bahan pangan,
minuman, energy dan lain-lain.
Lanjutan .....
 Para ahli menduga bahwa di bawah dasar laut terdapat
sumberdaya minyak dan gas bumi yang besar, diperkirakan juga
bahwa dasar laut mengandung banyak bahan galian atau
tambang. Saat ini hanya mineral-mineral letakan (placer
deposist) terutama tima yang terdapat pada sistem Paparan Sunda
di sektor barat laut yang telah memberikan nilai ekonomis bagi
perekonomian Indonesia.
 Wilayah pesisir dan lautan Indonesia kaya dan beragam
sumberdaya alamnya telah dimanfaatkan sebagai salah satu
sumber bahan makanan utama, khususnya protein hewani sejak
berabad-abad lamanya, selain itu wilayah pesisir dan lautan
Indonesia memiliki berbagai fungsi lain, seperti transportasi dan
pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi
dan pariwisata.
Lanjutan .....
 Menurut perhitungan yang dilakukan oleh Tim
CIDA/BAPPENAS (1988), pada tahun 1987 nilai ekonomi
total yang dihasilkan oleh sebelas kegiatan pembangunan
(pemanfaatan) sumberdaya pesisir dan lautan sebesar Rp. 36,6
trilliun, atau sekitar 22% dari total produk domestik bruto.
Berbagai kegiatan pembangunan ini merupakan sumber mata
pencaharian dan kesejahteraan bagi sekitar 13,6 juta orang, dan
secara tidak langsung mendukung kegiatan ekonomi bagi
sekitar 60% dari total penduduk Indonesia yang bermukim di
kawasan pesisir. Tahun 1990 kontribusi ekonomi kegiatan
sektor kelautan meningkat menjadi Rp. 43,3 trilliun atau sekitar
24% dari total produk domestik bruto, dan menyediakan
kesempatan kerja bagi sekitar 16 juta orang (Dahuri; 1998).
Lanjutan .....
 Sumberdaya kemaritiman Indonesia yang tersebar
diseluruh wilayah nusantara mulai dari wilayah laut
teritorial, laut nusantara, maupun wilayah laut yang
termasuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), telah
dideteksi dan ditentukan melalui pemetaan potensi
sumberdaya kelautan dan perikanan yang bernilai
ekonomis terdapat pada 26 titik kawasan ekonomi
unggulan pada sektor kelautan dan perikanan, diantaranya:
Laut Selat Malaka, Laut Natuna, Laut Batam, Laut Selat
Bangka, Laut Cilacap, Laut Madura, Laut Bontang, Laut
Tukang Besi, Laut Banda, Laut Bone, Laut Halmahera,
Laut Aru, Laut Tomini, dan lain-lain.
4.2 Potensi Sumberdaya Perikanan
A. Sumberdaya Dapat Pulih (Renewable Resources)
(1). Sumberdaya Perikanan Laut:
Ikan Pelagis besar (451.830 ton/tahun) dan Ikan Pelagis kecil
(2.423.000 ton/tahun), Ikan Demersal (3.163.630 ton/tahun),
Udang (100.720 ton/tahun), Ikan karang (80.082 ton/tahun),
Cumi-cumi (328.960 ton/tahun), (Dirjen Perikanan 1995).
Dan masih banyak lagi hasil perikanan laut seperti Ikan
Hias, Ikan Karang, Pertambakan, dan lain-lain.
(2). Hutan Mangrove :
Hutan mangrove mempunyai fungsi ekonomis seperti
penyedia kayu, daun-daunan sebagai bahan baku obat-
obatan, bubur kayu, bahan kertas, chips, dan arang.
Lanjutan .....
(3). Padang Lamun dan Rumput Laut: dimanfaatkan sebagai
tempat kegiatan marikultur berbagai jenis ikan, kerang-
kerangan, dan tiram; tempat rekreasi atau pariwisata;
Sumber pupuk hijau. Padang Lamun kelompok tumbuhan
laut lainnya yang mempunyai nilai ekonomis penting
adalah rumput laut. Potensi rumput laut (alga) di perairan
Indonesia mencakup 26.700 ha dengan potensi produksi
482.400 ton/tahun. Pemanfaatan rumput laut untuk
industri terutama pada senyawa kimia yang terkandung di
dalamnya, khususnya karegenan, agar-agar, dan algin
(Nontji;1987).
Lanjutan ....
(4). Terumbu Karang: Fungsi dan peran terumbu karang
adalah sebagi pelindung pantai dari hempasan ombak
dan arus kuat yang berasal dari laut, sebagai habitat,
tempat mencari makanan, tempat asuhan dan
pembesaran, tempat pemijahan bagi berbagai biota yang
hidup di terumbu karang, sebagai tempat penangkapan
berbagai jenis biota laut konsumsi dan berbagai ikan hias,
bahan konstruksi bangunan dan pembuatan kapur, bahan
perhiasan, bahan baku farmasi. Indonesia memiliki
kurang lebih 50.000 km² ekonsistem terumbu karang
yang tersebar di seluruh wilayah pesisir dan lautan
(Dahuri; 2001)
Lanjutan ....
B. Sumberdaya Tak Dapat Pulih:
a. Bahan tambang dan mineral: Bahan bangunan, Garam,
Pasir Besi dan Pasir Kuarsa, Titanium, Batu Apung,
Lempug Koalin, Mineral Radio Aktif, Emas, dan lain-lain.
b. Minyak dan gas bumi
C. Energi Kelautan : Gelombang, Pasang Surut, Angin,
OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion).
 OTEC meruapakan salah satu bentuk pengalihan energi yang

tersimpan dari sifat fisik air laut menjadi eneri listrik. Suhu air
laut akan menurun sesuai dengan bertambahnya kedalaman.
Perbedaan suhu air di permukaan dengan suhu air dibagian
dalam dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Lanjutan ......
 Menurut beberapa literatur, perbedaan suhu secara vertikal
sangat besar terjadi di laut tropis sehingga Indonesia
merupakan salah satu negara yang beriklim tropis sangat
potensial untuk mengembangkan OTEC sebagai salah satu
energi alternatif.

D. Jasa-Jasa Lingkungan : Media transportasi dan


komunikasi, Pengaturan iklim, Keindahan alam, sumber
energi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan
keamanan, Penyerapan limbah, Wisata bahari, kawasan
lindung, dan sistem penunjang kehidupan serta fungsi
fisiologis lainnya.
4.3. Pembangunan Ekonomi Maritim Indonesia
Kawasan selatan Indonesia beserta sumber daya
alamnya memiliki makna strategis bagi
pembangunan ekonomi Indonesia, karena dapat
diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi
nasional. Fakta-fakta yang mengindikasikan hal ini
antara lain:
 Secara sosial, kawasan selatan dihuni tidak

kurang dari 56 juta jiwa atau 27,54% dari total


penduduk Indonesia yang bertempat tinggal
dalam radius 50 km dari garis pantai. Menjadi
cikal bakal perkembangan urbanisasi Indonesia
dimasa yang akan datang.
Lanjutan ......
 Secara ekonomi, kawasan selatan Indonesia
telah memberikan kontribusi terhadap
pembentukan PDB nasional sebesar 21% pada
tahun 1998. Poteni yang belum
dikembangkan adalah: (i). Potensi perikanan
yang saat ini baru sekitar 31-53% dari
potensi lestarinya yang termanfaatkan, (ii).
Besaran nilai investasi baik PMA dan PMDN
yang masuk pada bidak kelautan dan
perikanan selama 30 tahun tidak lebih dari
2% dari total investasi di Indonesia.
Lanjutan ......
 Wilayah selatan Indonesia juga kaya akan
beberapa sumber daya pesisir dan lautan yang
potensial dikembangkan lebih lanjut meliputi: (a).
Pertambangan, dengan diketahuinya 14 cekungan
dari total 60 cekungan minyak di Indonesia, (b).
Perikanan, dengan potensi 2,1 juta ton/tahun
yang tersebar pada 3 wilayah laut dari 9 wilayah
laut nasional, (c). Pariwisata bahariyang diakui
dunia dengan keberadaan Pulau Bali, Pulau Nias,
Pulau Komodo dll. (d). Keaneka ragaman hayati
sebagai daya tarik bagi pengembangan kegiatan
“ecotourism”.
Lanjutan.....
 Secara geofisik, kawasan ini memiliki kerawanan yang
tinggi terutama merupakan daerah aktivitas gunung
berapi mulai dari Aceh-Lampung, Jawa hingga Laut
Banda. Jalur patahan yang tergores sepanjang wilayah
pulau Sumatra, serta potensi longsor tersebar yang
diakibatkan kemiringan lahan yang cukup tinggi pada
kawasan selatan Indonesia.
 Secara biofisik, kawasan selatan termasuk bagian wilayah
posisir yang merupakan pusat biodiversity laut tropis
dunia karena hampir 30% hutan bakau dan terumbu
karang dunia terdapat di Indonesia.
 Secara politik dan hankam, wilayah selatan merupakan
kawasan perbatasan antar negara (dengan negara
Australia, Timor Leste, Papua Nugini) yang sensitive dan
memiliki implikasi terhadap pertahanan dan keamanan
NKRI.
4.4 IUU Fishing
 IUU Fishing (Illegal, Unreported, Unregulated) secara
harfiah dapat diartikan sebagai kegiatan perikanan yang
tidak sah, tidak dilaporkan pada institusi pengelola
perikanan yang berwenang, dan kegiatan perikanan
yang belum diatur dalam peraturan yang ada.
(1). Illegal Fishing
Yang termasuk sebagai praktek Illegal Fishing:
 Dilakukan oleh orang atau kapal asing pada suatu

perairan yang menjadi yuridiksi suatu negara tanpa izin


dari negara tersebut, atau bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara
tempat berlangsungnya kegiatan penangkapan.
 Bertentangan denga peraturan nasional yang berlaku

dan/atau peraturan internasional


Lanjutan ........
 Dilakukan oleh kapal yang mengibarkan bendera
suatu negara yang menjadi anggota organisasi
pengelolaan perikanan regional tetapi beroperasi
tidak sesuai dengan ketentuan pelestarian dan
pengelolaan yang diterapkan oleh organisasi
tersebut atau ketentuan hukum internasional yang
berlaku.
 Kegiatan Illegal Fishing yang umum terjadi di
perairan Indonesia diantaranya: penangkapan ikan
tanpa izin, menggunakan izin palsu, menggunakan
alat tangkap yang dilarang dan penangkapan jenis
ikan (spesies) yang tidak sesuai dengan izin yang
diberikan.
Lanjutan .......
 Penyebab Illegal Fishing:
o Meningkat dan tingginya permintaan ikan (DN/LN)
o Berkurang/habisnya SDI di negara lain
o Lemahnya armada perikanan nasional
o Izin/dokumen pendukung dikeluarkan lebih dari
satu instansi.
o Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum di
laut
o Lemahnya delik tuntutan dan putusan pengadilan
o Belum ada visi yang sama aparat penegak hukum
o Lemahnya peraturan perundangan dan ketentuan
pidana
Lanjutan .......
(2). Unreported Fishing
Unreported Fishing adalah kegiatan penangkapan

ikan yang dilakukan di area yang menjadi


kompetensi institusi pengelolaan perikanan
nasional, namun tidak pernah dilaporkan atau
dilaporkan secara tidak benar, atau tidak sesuai
dengan ketentuan pelaporan yang telah ditetapkan
oleh institusi tersebut.
Kegiatan Unreported Fishing yang umum terjadi di

Indonesia diantaranya: penangkapan ikan yang tidak


melaporkan hasil tangkapan yang sesungguhnya
atau pemalsuan data hasil tangkapan, hasil
tangkapan ikan yang langsung dibawa ke negara
lain (transhipment di tengah laut).
Lanjutan .......
 Penyebab Unreported Fishing:
 Lemahnya peraturan perundangan
 Belum sempurnanya sistem pengumpulan data hasil
tangkapan/angkutan ikan
 Belum ada kesadaran pengusaha terhadap pentingnya menyampaikan
data hasil tangkapan/angkutan ikan
 Hasil tangkapan dan fishing ground dianggap rahasia dan tidak untuk
diketahui pihak lain (saingan)
 Lemahnya ketentuan sanksi dan pidana
 Wilayah kepulauan menyebabkan banyak tempat pendaratan ikan
yang sebagian besar tidak termonitor dan terkontrol
 Sebagian besar perusahaan yang memiliki armada penangkapan
memiliki pelabuhan tersendiri
 Laporan produksi yang diberikan oleh pengurus perusahaan kepada
dinas terkait cenderung lebih rendah, umumny tidak mencapai 20%
dari produksi yang sebenarnya.
Lanjutan ........
(3). Unregulated Fishing
 Kegiatan penangkapan ikan disebut Unregulated Fishing

yaitu kegiatan penangkapan ikan:


 Pada suatu area atau stok ikan yang belum diterapkan

ketentuan pelestarian dan pengelolaannya, atau kegiatan


penangkapan yang dilakukan dengan cara yang tidak
sesuai dengan tanggung jawab negara untuk pelestarian
dan pengelolaan sumberdaya ikan sesuai aturan
internasional
 Pada area yang menjadi kewenangan institusi/ organisasi

pengelolaan perikanan regional, yang dilakukan oleh kapal


tanpa kewarganegaraan atau yang mengibarkan bendera
suatu negara yang bukan anggota organisasi tersebut
dengan cara yang tidak sesuai atau bertentangan dengan
ketentuan pelestarian dan pengelolaan dari organisasi
tersebut.
Lanjutan .......
 Kegiatan Unregulated Fishing di perairan Indonesia, antara lain
disebabkan masih belum diaturnya mekanisme pencatatan data
hasil tangkapan dari seluruh kegiatan penangkapan ikan yang
ada, belum diatur wilayah perairan-perairan yang diperbolehkan
dan dilarang, belum diatur aktivitas sport fishing, kegiatan-
kegiatan penangkapan ikan menggunakan modifikasi dari alat
tangkap ikan yang dilarang.
 Penyebab Unregulated Fishing:
 Potensi SDI di perairan Indonesia masih dianggap memadai dan
belum membahayakan
 Sibuk mengatur yang ada karena banyak masalah
 Orientasi jangka pendek
 Beragamnya kondisi daerah perairan dan SDI
 Belum masuknya Indonesia menjadi anggota organisasi
perikanan internasional.
Lanjutan ......
 UU RI No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, pasal
85 dinyatakan: “Setiap orang yang dengan sengaja di
wilayah pengelolaan perikanan RI memiliki,
menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat
penangkapan ikan dan/atau alat bantu penangkapan
ikan yang berada di kapal penangkap ikan yang tidak
sesuai dengan ukuran yang ditetapkan, alat
penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan
persyaratan, atau standar yang ditetapkan untuk tipe
alat tertentu dan/atau alat penangkapan ikan yang
dilarang sebagaimana yang dimaksud pasal 9,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima)
tahun dan denda paling banyak Rp.
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
4.5 Pariwisata Bahari
 Pembangunan pariwisata bahari pada hakikatnya adalah
upaya mengembangkan dan memanfaatkan obyek serta daya
tarik wisata bahari di kawasan pesisir dan lautan Indonesia
 Indonesia memiliki kekayaan alam dan panorama pantai
yang indah dengan gelombang pantai yang menantang,
keanekaragaman flora dan fauna seperti terumbu karang dan
ikan hias.
 Diperkirakan sekitar 263 jenis ikan hias, padang lamun,
hutan mangrove, dan bentang alam pesisir yang unik lainnya
membentuk suatu peman-dangan alamiah yang
menakjubkan.
 Kondisi tersebut menjadi daya tarik bagi wisatawan sehingga
pantas menjadi sumber perekonomian wisata bahari.
Lanjutan .....
 Potensi wisata bahari Indonesia yang sangat besar,
keanejaragaman hayati, kekayaan alam dan keindahannya
terhampar luas belum terjamah seluruhnya.
 Seperti keindahan alam laut di Kabupaten Wakatobi Sulawesi
Tenggara yang sebagian besar wilayahnya berstatus taman
nasional yang dijuluki sebagai jantung segi tiga karang dunia.
Wakatobi merupakan akronim dari empat pulau utama yang
membentuknya yakni: Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan
Binongko.
 Wakatobi memiliki 25 gugusan terumbu karang dengan
keliling pantai 600 km, lebih dari 112 jenis karang dari 13
famili hidup di area seluas 90.000 hektar perairan Wakatobi.
Ini menjadi surga bagi pecinta alam bawah laut. Terdapat
sekitar 100 tempat lokasi menyelam (diving) kelas diamond.
Lanjutan ....
Perairan Wakatobi juga dipenuhi setidaknya 93
spesies ikan hias. Atraksi lumba-lumba di alam
bebas bisa dinikmati sepanjang tahun. Pada
Agustus – September, migrasi paus dari Australia
yang melintasi Wakatobi menjadi pemandangan
yang menarik.
 Demikian juga kawasan wisata bahari Derawan

Kabupaten Berau Kalimantan Timur yang belum


seluruhnya terjamah. Disana wisatawan dapat
menyaksikan penyu hijau, ikan pari dan sensasi
ubur-ubur tanpa sengat.
Kawasan Wisata Bahari Indonesia:
Ada 12 kawasan kepulauan di seluruh wilayah Indonesia
sebagai destinasi wisata bahari unggulan:
1. Kep. Padaido, Biak, Papua
 Kawasan wisata bahari ini sangat ideal untuk kegiatan

diving, wisata cruise.


 Program pengembangan wisata bahari di Kep. Padaido

antara lain diversifikasi kegiatan nelayan dengan


pengembangan wisata memancing menggunakan perahu
tradisional nelayan, paket wisata selam di daerah kapal
tenggelam, pengembangan cruise regional dengan
menggunakan kapal pinisi dan sea plane untuk
menjangkau pulau-pulau kecil.
Lanjutan ...

2. Kep. Selayar, Takabone Rate, sulawesi Selatan


 Kawasan wisata bahari ini sangat cocok untuk

diving, snorkeling, berlayar, dan memancing.


 Program pengembangan wisata bahari di Kep.

Selayar adalah sebagai hub wisata cruise


internasional, regional, dan cruise kapal tradisional
seperti pinisi Nusantara.
3.Pulau Nias dan Kep. Mentawai Sumatera Utara
 Kawasan wista bahari di Pulau Nias dan Kep.

Mentawai sangat ideal untuk selancar dengan


pengembangannya ekowisata berbasis komunitas
serta olahraga selancar.
Lanjutan ...

4. Kep. Raja Ampat, Papua Barat


 Kawasan wisata bahari di Kep. Raja Ampat sangat ideal

kegiatan menyelam.
 Pengembangan kawasan wisata bahari di Kep. Raja

Ampat dengan pola partnership MNC (Multi National


Companies) yang melibatkan pelaku industri wisata
bahari, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat.
5. Teluk Tomini, Kep. Tongean Sulawesi Tengah
 Kep. ini ideal untuk kegiatan menyelam dan snorkeling.
 Program pengembangannya, antara lain penyediaan

fasilitas marina, yacht, kapal pinisi dan sea plane dengan


kemitraan masyarakat dengan pelaku usaha pariwisata.
Lanjutan ...

6. Kep. Ujung Kulon dan Anak Krakatau, Banten


 Kawasan wisata bahari ini ideal untuk kegiatan

diving dan wisata cruise regional dengan tema


pengembangannya ekowisata berbasis konservasi.
 Program pengembangan di Kep. Ujung Kulon,

antara lain perencanaan tata ruang yang jelas


antara konservasi dengan areal pengembangan
sesuai dengan daya dukung lingkungan.
 Menyediakan fasilitas transportasi menuju obyek

wisata dengan kegiatan kapal pinisi dan sea plane


untuk menampung wisatawan domestik dari
Jakarta.
Lanjutan ...

7. Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur


 Kawasan wisata bahari ini ideal untuk kegiatan diving

dan wisata cruise.


 Program pengembangan di Pulau Komodo adalah wisata

cruise regional dengan fasilitas marina dan yacht.


 Untuk menjangkau pulau-pulau kecil disediakan kapal

pinisi dan sea plane.


8. Pulau Bali dan Lombok
 Wisata bahari di dua pulau ini ideal untuk kegiatan

menyelam, selancar, cruise regional dan internasional.


 Program pengembangannya antara lain: dibangun
kemitraan pemerintah daerah, masyarakat lokal,
kalangan industri wisata bahari.
Lanjutan ...

 Menyediakan fasilitas pelabuhan, akomodasi dan


pertunjukan budaya.
9. Balerang, Kepulauan Riau
 Kawasan ini sangat ideal untuk kegiatan cruise,

yacht, marina, dan selancar.


 Program pengembangan wisata bahari di
Balerang adalah pelabuhan wisata bahari yang
menunjang limpahan wisatawan dari Singapura
menuju daerah tujuan wisata Kep. Riau.
 Pengembangan wisata cruise regional sangat

ideal karena letaknya strategis di Selat Malaka


dan dekat dengan Singapura.
Lanjutan ...
10. Kepulauan Seribu, Jakarta
 Wisata bahari yang sangat ideal di Kep. Seribu adalah

selancar, cruise regional, memancing dan olahraga


bahari.
 Program pengembangannya antara lain perencanaan

tata ruang antara area konservasi dan pengembangan


yang disertai taman nasional.
 Pengembangan fasilitas air adalah marina, yacht, kapal

pinisi dan sea plane untuk kegiatan olahraga air.


11. Kep. Wakatobi, Sulawesi Tenggara
 Kawasan wisata bahari ini ideal untuk kegiatan

menyelam dan cruise regional


Lanjutan ...

 Program pengembangannya antara lain: cruise


internasional dan regional dengan pengembangan
pelabuhan Makassar sebagi hub, serta konservasi
kekayaan laut dengan pemberlakuan sertifikat
penyelam dan penegakan hukum.
12. Kep. Derawan, Kalimantan Timur
 Kawasan wista bahari Derawan ideal untuk
kegiatan menyelam dan konservasi penyu sebagai
daya tarik wisata, juga untuk konservasi
pengembangan budaya di Pulau Kakaban dan
Sangalaki dengan pola partnership MNC
memanfaatkan tenaga loka.
4.6 Industri dan Jasa Maritim
 Kedepan, industri kelautan Indonesia akan semakin
strategis seiring dengan pergeseran pusat ekonomi
dunia dari bagian Atlantik ke Asia-Pasifik.
 70 % perdagangan dunia berlangsung di kawasan Asia-

Pasifik
 75% produk dan komoditas yang diperdagangkan

dikirim melalui laut Indonesia dengan nilai sekitar 1.300


triliun dolar AS pertahun
 Potensi ini juga dimanfaatkan Singapura, dengan
membangun pelabuhan pusat pemindahan
(transhipment) kapal-kapal perdagangan dunia. Bahkan
70% eksport barang dan komoditas Indonesia melalaui
Singapura.
Industri Perkapalan Indonesia
 Indonesia membutuhkan sarana transportasi
kapal yang mampu menjangkau pulau-pulau yang
jumlahnya lebih dari 17.500 pulau.
 Industri perkapalan setiap tahun meningkat dan

sebagai negara kepulauan Indonesia harus


mengembangkan industri perkapalan nasional.
 Industri perkapalan merupakan industri padat

karya dan padat modal yang memiliki daya saing


tinggi.
 Kepres N0. 5/2005 intinya bahwa seluruh
angkutan laut dalam negeri harus diangkut kapal
berbendera Indonesia
Industri Perikanan dan Bioteknologi
 Industri perikanan dan bioteknologi diperkirakan
memiliki nilai ekonomi sekitar 82 miliar dolar AS
pertahun.
 Indonesia diperkirakan kehilangan potensi
pendapatan dari produk-produk bioteknologi maritim
sekitar 1 miliar dolar AS pertahun, disebabkan
lemahnya aplikasi bioteknologi maritim serta jarang
pengusaha terjun ke sektor bioteknologi maritim.
 Berdasarkan Inventarisasi Divisi Bioteknologi Kelautan

PKSPL IPB, terdapat 35.000 biota laut, sehingga


Indonesia mempunyai potensi pendapatan miliaran
dolar pertahun dari produk-produk bioteknologi.
Lanjutan ...
 Sebagai contoh, pemanfaatan rumput laut belum
maksimal, padahal rumput laut selain sebagai bahan
makanan juga dapat diolah menjadi lebih dari 500
produk komersil.
 Pemanfaatan industri perikanan dan bioteknologi

meliputi industri makanan dan minuman, farmasi,


kosmetika, dan bio-energi. Semua ini bisa disediakan
Indonesia
 Indonesia masih kurang dalam industri end product

maritim karena dukungan teknologi serta formulasi


yang belum memadai.
 Indonesia hanya mampu memanfaatkan potensi
maritim sebatas bahan baku.
Lanjutan ...
 Penyebabnya adalah tidak padunya strategi
pengolahan produk, misalnya sebagian besar
kawasan potensi rumput laut ada di Indonesia
Timur, namun pabrik-pabriknya masih berpusat di
Bekasi, Jakarta, Tangerang dan Surabaya.
 Penyebab lain tidak berkembangnya industri
perikanan adalah illegal fishing oleh pihak asing
yang nilainya ditaksir Rp. 30 trilium pertahun.
 Masalah illegal fishing ini bisa diatasi bila
Indonesia memiliki kapal-kapal tangkapan ikan
dengan skala menengah ke atas.
Indusri Pertahanan
 Konsep negara maritim tidak lepas dari industri
pertahanan. Indonesia sebagai negara yang disatukan
lautan, tidak hanya harus bisa menjaga kedaulatan tetapi
juga melindungi seluruh kekayaan alam yang dimilikinya.
 Sumber daya alam yang dimiliki Indonesia bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan industri maritim.
 Salah satunya adalah baja yang merupakan dasar dari

industri pertahanan suatu negara. Baja menjadi bahan


dasar kapal-kapal perang.
 Apabila Indonesia dapat mengelola industri baja ini

hingga bisa memproduksi kapal-kapal yang bisa


diekspor ke luar negeri dengan nilai ekonomi yang cukup
tinggi.
Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT)
 Geografis Indonesia yang strategis yakni di antara dua
benua, Asia dan Australia, dan diantara dua samudra
Hindia dan Pasifik, menjadikan wilayah perairan Indonesia
sejak dahulu kala sebagai jalur lintas pelayaran
internasional yang ramai menghubungkan negara-negara
di wilayah Eropa, Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan dan
Asia Timur.
 Perairan Indonesia dikenal sebagai salah satu wilayah

perairan yang dipenuhi ratusan hingga ribuan kapal


karam.
 Diantara kapal-kapal karam tersebut diperkirakan
membawa benda-benda artefak berupa keramik, logam
mulia (emas, perak, dan perunggu), batuan berharga yang
memiliki nilai tinggi.
Lanjutan ...
 Kapal-kapal karam beserta muatannya merupakan
aset negara yang sangat berharga dari segi nilai
ekonomi maupun nilai sejarah dan budaya.
 Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan

Perikanan (KKP) menyebutkan ada sekitar 700-800


titik harta karun yang potensial untuk diangkat,
namun yang teridentifikasi baru 463 titik.
 Menurut Direktur Institute for National Strategic

Interest & Development (INSIDe), Muhammad


Danial Nafis mengatakan keuntungan yang
didapat dari satu kapal saja, mampu menembus
angka Rp. 1 triliun.
V. ZONA EKONOMI EKSKLUSIF (ZEE)
5.1 Pengertian
 Konvensi Hukum Laut PBB 1982 Pasal 55 dan 56 ayat 1a

menyebutkan bahwa ZEE adalah suatu daerah di luar dan


berdampingan dengan laut teritorial, lebar zona ini tidak lebih
dari 200 mil laut dari garis pangkal. Wilayah ZEE Indonesia
adalah 2,7 juta km persegi
 Di perairan ZEE, Indonesia memiliki hak berdaulat atas

eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber


daya alam, baik hayati maupun nonhayati yang terdapat di kolom
air. Hak berdaulat lainnya adalah berkenaan dengan kegiatan
untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi ekonomi pada zona
tersebut, seperti produk energi dari air, arus dan angin.
Lanjutan ......
 Disamping hak berdaulat atas kekayaan alam yang terkandung di
kolom air, Indonesia di zona ini mempunyai kewenangan untuk
memelihara lingkungan laut, mengatur dan mengizinkan penelitian
ilmiah kelautan, serta memberikan izin pembangunan pulau buatan,
instalasi, dan bangunan laut lainnya.

5.2 UU RI N0 5 Tahun 1983 Tentang ZEE Indonesia


Pasal 2
 ZEE Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut

wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-


undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar
laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan batas terluar 200
(dua ratus) mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia.
Lanjutan .........
Pasal 3:
(1). Apabila ZEE Indonesia tumpang tindih dengan ZEE
negara-negara yang pantainya saling berhadapan atau
berdampingan dengan Indonesi, maka batas ZEE antara
Indonesia dan negara tersebut ditetapkan dengan
persetujuan antara RI dan negara yang bersangkutan.
(2). Selama persetujuan sebagaimana dalam ayat (1)
belum ada dan tidak terdapat keadaan-keadaan khusus
yang perlu dipertimbangkan, maka batas ZEE antara
Indonesia dan negara tersebut adalah garis tengah atau
garis sama jarak antara garis-garis pangkal laut wilayah
Indonesia atau titik-titik terluar Indonesia dan garis-
garis pangkal laut wilayah atau titik-titik terluar negara
tersebut, kecuali jika dengan negara tersebut telah
tercapai persetujuan tentang pengaturan sementara
yang berkaitan dengan batas ZEE Indonesia termaksud.
5.3 Batas ZEE, Laut Teritorial, dan Landas Kontinen

 ZEE adalah zona yang jaraknya 200 mil atau 370,4 km


dari garis dasar pantai, yang mana dalam zona tersebut
sebuah negara pantai mempunyai hak atas kekayaan
alam di dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan
hukumnya, kebebasan benavigasi, terbang di atasnya,
ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa.
 Batas teritorial adalah batas yang ditarik dari sebuah
garis dengan jarak 12 mil ke arah lautan bebas.
Sedangkan laut terletak pada sebelah dalam garis dasar
disebut laut pedalaman. Garis dasar adalah garis khayal
yang menghubungkan titik-titik dari ujung pulau
terluar. Sebuah negara mempunyai kedaulatan penuh
sampai batas laut teritorial.
Lanjutan .....
 Landas kontinen adalah dasar dan lapisan tanah
dibawah laut yang berbatasan dengan pantai tetapi
berada di luar daerah laut wilayah sampai kedalaman
200-350 meter atau daerah yang lebih dalam lagi
dimana dalam airnya memungkinkan eksploitasi
sumber-sumber daya alam di daerah tersebut. Dasar
dan lapisan tanah di bawah laut yang dimaksud di
atas yang berbatasan dengan pantai kepulauan.
 Sebuah negara bisa menetapkan landas kontinennya
secara maksimal yaitu 350 mil apabila mempunyai
teknologi yang canggih untuk melakukan eksploitasi
dan eksplorasi terhadap jarak 350 mil tersebut.
VI. LINGKUNGAN MARITIM
6.1 Pengertian
 Lingkungan maritim adalah suatu keadaan dimana di

dalamnya terjadi proses atau aktivitas pelayaran dan


perniagaan yang berhubungan dengan kelautan.Di dalam
lingkungan maritim terdapat semua aspek yang berkaitan
dengan pelayaran dan perdagangan, diantaranya
mennggunakan alat transportasi laut.
 Alat transportasi laut berperan sebagai sarana pengangkutan

yang secara nasional dapat menjangkau seluruh wilayah


melalui perairan sehingga dapat menunjang, mendorong,
dan menggerakkan pertumbuhan daerah yang memiliki
potensi sumber daya alam yang besar dalam upaya
meningkatkan dan memeratakan pmbangunan dan hasilnya.
Lanjutan .....
Berdasarkan PP RI No. 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan
Lingkungan Maritim, dijelaskan beberapa aspek yang berkaitan
dengan pelayaran dan perdagangan:
Pasal 1 ayat 1:

Perlindungan lingkungan maritim adalah setiap upaya untuk


mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan perairan
yang bersumber dari kegiatan yang terkait dengan pelayaran,
Pasal 1 ayat 2:

Pencegahan pencemaran dari kapal adalah upaya yang harus


dilakukan Nakhoda dan/atau awak kapal sedini mungkin untuk
menghindari atau mengurangi pencemaran tumpahan minyak,
bahan cair beracun, muatan berbahaya dalam kemasan, limbah
kotoran, sampah, dan gas buang dari kapal ke perairan dan
udara.
Lanjutan .......
 Peraturan-peraturan tentang wilayah maritim juga diatur dalam
badan khusus PBB yaitu International Maritime Organization
(IMO), tujuan utama IMO adalah untuk memajukan kerjasama
antara negara-negara anggotanya dalam masalah teknis
dibidang pelayaran, dengan perhatian khusus akan keselataman
di laut dan untuk menjamin tercapainya taraf keselamatan serta
efisiensi pelayaran setinggi-tingginya.
 Kegiatan-kegiatan IMO secara garis besarnya:

 Kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan


keselamatan maritime dan efisiensi pelayaran
 Kegiatan yang berhubungan dengan pencegahan dan
pengawasan pencemaran lingkungan laut yang disebabkan
oleh kapal-kapal
 Kegiatan lain yang berhubungan dengan perkapalan serta

kegiatan di laut yang berhubungan khususnya mengenai


bantuan dibidang teknis kepala negara-negara berkembang
6.2 Ekosistem Di Laut
 Terumbu karang merupakan ekosistem khas yang
terdapat di daerah tropis yang terbentuk dari
endapan-endapan masif terutama kalsium
karbonat yang dihasilkan oleh organisme karang,
alga berkapur dan organisme-organisme lain yang
mengeluarkan kalsium karbonat.
 Ekosistem terumbu karang mempunyai
produktifitas yang tinggi, mempunyai fungsi
ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota
perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan,
tempat asuhan bagi berbagai biota, menghasilkan
produk bernilai ekonomi seperti berbagaik ikan
karang, udang karang, alga, teripang, dan kerang
mutiara.
Lanjutan ...
 Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat
peka dan sensitif. Terumbu karang membutuhka
waktu yang cukup lama untuk tercipta secara utuh
dan indah.
 Indonesia memiliki area terumbu karang seluas 60
ribu km persegi lebih, tercatat sekitar 354 jenis
karang yang termasuk ke dalam 75 marga.
 Ancaman kerusakan terumbu karang berasal dari
manusia itu sendiri yang melakukan penghancuran,
peracunan hingga pengambilan karang-karang
laut, pengeboman di daerah terumbu karang untuk
mendapatkan ikan yang berlimpah.
Lanjutan ...
 Ancaman terumbu karang kedepannya adalah
pemanasan global (climate change) yang
berdampak pada perubahan iklim dan ancaman
lain seperti sedimentasi, pencemaran laut, dan
sampah.
 Kerusakan terumbu karang saat ini mencapai

31,5 % sehingga cukup sulit untuk dilakukan


pemulihan karena pertumbuhan karang sangat
lambat dan area yang hancur sangat luas
Ekosistem Padang Lamun
 Padang Lamun merupakan tempat ikan mencari makan,
berlindung, bertelur, memijah dan sebagai daerah
asuhan.
 Ekosistem padang lamun mempunyai peran penting
sebagai habitat ikan dan berbagai biota laut lainnya, di
Indonesia memiliki 30.000 km padang lamun.
 Kenyataannya banyak padang lamun yang telah
mengalami gangguan atau kerusakan yang disebabkan
oleh gangguan alam ataupun karena aktifitas manusia.
 Kerusakan karena aktifitas manusia berlangsung terus
menerus menimbulkan dampak yang lebih besar,
termasuk penggunaan alat tangkap tak ramah
lingkungan.
Lanjutan ...

 Akar masalahnya adalah ketidaktahuan


masyarakat, kemiskinan, keserakahan, lemahnya
penegakan hukum.
 Rehabilitasi padang lamun dapat dilakukan
dengan dua pendekatan yakni: rehabilitasi lunak
(melalui pengendalian perilaku masyarakat) dan
rehabilitasi keras (kegiatan rehabiltasi langsung
di lapangan).
 Peran lain dari padang lamun adalah dapat

mengurangi dampak erosi, karena akar-akar


padang lamun mencengkeram dasar laut dan
meredam gesuran gelombang laut.
Lanjutan ...
 Gangguan dan ancaman alam terhadap padang
lamun dapat bersumber dari fenomena alam
seperti tsunami, letusan gunung api, siklon,
dapat menimbulkan kerusakan pantai termasuk
padang lamun.
 Ancaman lain termasuk pencemaran laut yang

bersumber dari limba rumah tangga, limbah


industri, limbah pertanian atau pengelolaan lahan
yang tak memperhatikan lingkungan seperti
pembalakan hutan yang menimbulkan erosi dan
mengangkut sedimen ke laut, bahan pencemar
asal darat dialirkan ke laut lewat sungai-sungai.
Beberapa Kasus kerusakan padang lamun oleh bencana alam:
 Tsunami Aceh pada tahun 2004, yang
menimbulkan gelombang dahsyat yang
menghantam dan memporak-porandakan
lingkungan pantai.
 Gempa bumi Nias tahun 2005, mengangkat

sebagian dasar laut hingga terpapar ke atas


permukaan dan menenggelamkan bagian lainnya
lebih dalam
 Letusan Gunung Tambora tahun 1815 dan letusan

Gunung Krakatau tahun 1883 yang menyelimuti


perairan pantai sekitarnya dengan debu tebal
hingga melenyapkan padang lamun di sekitarnya.
Ekosistem Mangrove
 Mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh dan
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga
lantainya selalu tergenang air. Tumbuhan mangrove
bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-
ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut.
 Indonesia mempunyai hutan mangrove seluas 9,36

juta hektar dan sekitar 48 % ruask sedang (4,51 juta


hektar) dan 23 % (2,15 juta hektar) rusak berat.
 Kerusakan hutan mangrove sebagian besar
disebabkan oleh ulah manusia, berupa konversi
mangrove menjadi sarana pemanfaatan lain seperti
pemukiman, industri, rekreasi dan lain sebagainya.
Lanjutan ...
 Hutan mangrove berfungsi sebagai penyerapan
polutan, melindungi pantai dari abrasi, merdam
ombak, dan menahan sedimen, meredam air laut
pasang yang mengakibatkan banjir rob, serta
tempat berkembang biaknya biota laut.

6.3 Pencemaran Laut


 Pencemaran laut merupakan suatu peristiwa

masuknya material pencemar seperti partikel


kimia, limbah industri, limbah pertanian dan
perumahan ke dalam laut yang bisa merusak
lingkungan laut.
Lanjutan ...
 Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari
daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui
tumpahan.
 Salah satu penyebab pencemaran laut adalah kapal

yang dapat mencemari sungai dan samudra dalam


banyak cara, misalnya melalui tumpahan minyak, air
penyaring dan residu bahan bakar. Polusi dari kapal
dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan
 Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu

kehidupan organime perairan, dan air dari balast tank


yang bisa mempengaruhi suhu air sehingga
mengganngu kenyamanan organisme yang hidup
dalam air.
Lanjutan ...
 Bahan pencemar laut lainnya yang memberikan dampak
negatif keperairan adalah limbah plastik. Limbah plastik
yang dibuang terapung dan terendap di lautan kemudian
terakumulasi di laut sebagai sampah padat yang
mengganggu ekosistem laut. Sampah plastik di lautan
sangat berpengaruh buruk dan sangat sulit terurai oleh
bakteri.
 Limbah kimia yang bersifat toxic (racun) yang masuk ke

perairan bersumber dari pestisda, furan, dioksin, fenol, juga


logam berat seperti air raksa, timah, nikel, arsenik, dan
kadmium.
 Pestisida yang masuk kedalam ekosistem laut, segera

diserap kedalam jaring makanan di laut. Ini berbahaya bagi


hewan laut, seluruh penyusun rantai makanan termasuk
manusia.
Lanjutan ...
 Bahan kimia anorganik lain yang berbahaya bagi ekosistem
laut adalah nitrogen dan fosfor. Limbah ini berasal dari sisa
pupuk pertanian yang terhanyut ke dalam perairan, dan dari
limbah rumah tangga berupa deterjen yang banyak
mengandung fosfor. Senyawa kimia ini dapat menyebabkan
eutrofikasi, karena senyawa ini merupakan nutrien bagi
tumbuhan air seperti alga dan phytoplankton. Tingginya
konsentrasi bahan tersebut menyebabkan pertumbuhan
tumbuhan air ini akan meningkat dan akan mendominasi
perairan, sehingga mengganggu organisme lain bahakan
bisa mematikan.
 Muara merupakan wilayah yang paling rentan mengalami

eutrofikasi karena nutrisi yang diturunkan dari tanah akan


terkonsentrasi dan dibawa air hujan masuk ke lingkungan
lautdan cenderung menumpuk di muara.
Lanjutan ...
 Ribuan jenis ikan mati terdampar di bibir pantai
Taruma Jaya Kabupaten Bekasi, akibat zat kimia
pabrik industri yang membuang limbah ke laut.
 Secara kasat mata pabrik dan industri itu dalam

membuang limbah tidak menggunakan sistem


Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL). Hal ini dapat
dilihat dari buruknya kondisi air buangan yang ada di
sekitar pabrik-pabrik tersebut.
 Kualitas pencemaran limbah dari pabrik industri ini

pencemarannya sangat tinggi termasuk kategori


limbah bahan beracun berbahaya (B3).
 Para nelayan pesisir Jakarta berkurang hasil
tangkapannya.
6.4 Pencemaran Minyak di Laut
 Minyak menjadi pencemar laut tertinggi di dunia, diakibatkan
aktifitas pengeboran minyak, industri, pelayaran, dan
kecelakaan kapal tanker.
 Wilayah Indonesia sebagai jalur kapal internasional rawan

pencemaran limbah minyak.


 Limbah minyak sangat berpengaruh terhadap ekosistem laut,

mulai dari terumbu karang, mangrove, dan biota air, baik


yang bersifat lethal (mematikan) maupun sublethal
(menghambat pertumbuhan, reproduksi dan proses fisiologis
lainnya)
 Akibat tumpahan minyak, terumbu karang, ikan dan biota laut

mati sehingga para nelayan yang menggantungkan hidupnya


dari mencari ikan di laut tidak bisa meraih hasil tangkapan.
Seperti yang terjadi di Balikpapan akibat tumpahan minyak
selama enam bulan nelayan disana tidak bisa mencari ikan.
Lanjutan .....

 Jalur laut yang dilalui kapal-kapal tanker yang


mengangkut berjuta-juta ton barel minyak rentan
akan pencemaran minyak di laut. Seperti di wilayah
Selat Malaka dan Teluk Jakarta.

6.5 Destructive Fishing


Destruktive fishing merupakan kegiatan
penangkapan ikan yang dilakukan nelayan dengan
cara menggunakan bahan peledak, bahan beracun,
dan trawl. Cara ini bertentangan dengan kode etik
penangkapan. Hal ini umumnya bersifat merugikan
sumberdaya perairan yang ada, karena merusak
ekosistem perairan.
Lanjutan ...

 Panangkapan ikan dengan menggunakan bahan


peledak sering digunakan oleh nelayan tradisional
didalam melakukan penangkapan ikan-ikan karang.
Hal ini akan menimbulkan efek samping yang sangat
besar, yaitu rusaknya terumbu karang yang ada di
sekitar lokasi peledekan dan mengakibatkan kematian
biota lain yang bukan sasaran penangkapan.
 Kegiatan destruktive lain adalah penangkapan ikan

oleh nelayan dengan menggunakan obat bius atau


bahan beracun lainnya, seperti sodium atau potasium
sianida. Cara ini mengakibatkan ikan besar menjadi
mabuk dan ikan kecil menjadi mati, juga sisa racun
mengakibatkan terumbu karang menjadi mati.
Lanjutan ...
 Penggunaan trawl (pukat harimau) pada daerah karang
juga merupakan kegiatan penangkapan yang
destruktive karena merusak dan tidak ramah
lingkungan, seperti kasus yang terjadi di perairan
Bagan Siapi-Api Sumatra Utara dan di Selat Tiworo
Sulawesi Tenggara.
 Alat tangkap trawl ini berupa jaring yang sangat besar

dan panjang dengan lubang jaring sangat rapat


sehingga berbagai jenis ikan besar dan ikan berukuran
kecil dapat tertangkap.
 Cara kerja alat tangkap trawl ditarik kapal dan dapat

menyapu ke dasar perairan, sehingga ikan-ikan


tertangkap serta terumbu karang rusak akibat
tersangkuta ataupun terbawa jaring.
Lanjutan ...

 Tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk


mengatasi permasalahan destruktive fishing pada
ikan-ikan karang khususnya untuk memperbaiki
daerah karang yang rusak adalah melakukan
transpalasi karang ataupun pembuatan terumbu
karang buatan.
 Terumbu karang buatan adalah suatu struktur

yang dibangun untuk menyediakan lingkungan,


habitat, sumber makanan, tempat pemijahan dan
asuhan, serta perlindungan pantai sebagaimana
halnya terumbu karang alam.
6.6 Sedot Pasir Laut Ancam Ekosistem Laut
 Pulau kecil yang tenang dan indh tiba-tiba menjadi
hiruk pikuk suara gemuruh kapal-kapal keruk yang
sedang menyedot pasir laut. Bukan hanya pasir yang
tersedot tapi juga benda mati dan seluruh makhluk
hidup yang ada di dalamnya.
 Dampak jangka panjang yang ditimbulkan dari
penyedotan pasir adalah hilangnya pulau-pulau kecil.
 Salah satu contoh pulau kecil dari ribuan pulau kecil

yang hampir tenggelam adalah Pulau Nipah, pulau ini


tak berpenghuni di Provinsi Kepulauan Riau, tapi
peran Pulau Nipah sangat penting karena merupakan
tanda dari batas kontinen NKRI dengan Singapura.
Lanjutan ...
 Akibat penyedotan pasir laut, biota laut beserta isinya
hancur lebur, ekosistem laut rusak menjadi bencana
yang siap mengintai masyarakat sekitar.
 Dampak langsung dari kerusakan ini paling dirasakan

oleh masyarakat pesisir yang kebanyakan sebagai


nelayan. Hasil ikan yang diperoleh menjadi berkurang.
Hal ini disebabkan seluruh isi laut disedot, tidak hanya
pasir yang diangkat, tetapi telur-telur ikan, anak ikan,
terumbu karang serta biota lainnya juga ikut musnah.
 Penyedotan pasir laut telah menghancurkan ekosistem

pantai, terutama hilangnya fitoplankton dan


zooplankton sebagai makanan ikan dan juvenil ikan.
Lanjutan ...
 Dampak jangka pendek dari penyedotan pasir laut
adalah perubahan bentang alam dan hilangnya
sejumlah pulau kecil menyebabkan ekosistem laut
yang sudah tertata rapi menjadi rusak.
 Dalam proses penyedotan, tingkat kekeruhan air

sangat tinggi, sehingga kematian biota laut di


dalamnya tak bisa dihindari.
 Penyedotan pasir laut juga menyebabkan abrasi

pantai, menyusul masuknya air laut ke daratan.


 Mengingat persoalan ini, maka untuk
meminimalkan problem yang timbul diperlukan
pelarangan tegas terhadap penambangan pasir laut.
VII. ILMU DAN TEKNOLOGI MARITIM
7.1 Pengantar
 Industri maritim merupakan salah satu industri strategis yang
dipilih sebagai bagian dari berbagai ujung tombak industri
berbasis teknologi dan strategis globalisasi demi melancarkan
pembangunan dalam negeri dan kemajuan peranan Indonesia
dalam persaingan internasional.
 Secara umum, industri maritim nasional relatif tertinggal jauh
dari berbagai negara, padahal industri maritim yang termasuk
didalamnya industri galangan kapal dan jasa perbaikan
(docking), industri mesin kapal dan perlengkapannya, industri
pengolahan minyak dan gas bumi sangat menentukan
kemampuan nasional dalam memanfatkan potensi laut.
 Kemampuan bangsa Indonesia dalam industri maritim sangat
terbatas karena tingginya nilai investasi yang harus
ditanamkan.
Lanjutan ......
 Pembangunan konstruksi di pesisir dan laut memerlukan
kemampuan rekayasa yang sesuai dengan kondisi alam
(design with the natural) pesisir dan laut yang memiliki
kondisi ekosistem dan fisik berbeda dengan daratan.
Dengan demikian faktor bangunan kelautan (penyiapan
lahan sampai konstruksi di pesisir dan bangunan lepas
pantai) harus dikaji dengan seksama agar tidak
menimbulkan bencana yang berdampak pada manusia dan
lingkungan serta sumber daya alam.
 Jasa kelautan yang terdiri dari segala jenis kegiatan yang
bersifat menunjang dan memperlancar sektor kelautan
seperti jasa pelayanan, pelabuhan, keselamatan pelayaran,
perdagangan, pengembangan sumber daya kelautan
seperti pendidikan dan pelatihan
Lanjutan .........
 Peluang pasar pada jasa kelautan yang potensial harus
dipersiapkan dari sekarang karena karakteristik
bisnisnya yang memerlukan kualifikasi sumberdaya
manusia yang prima dan dukungan sarana informasi,
komunikasi serta dukungan teknologi maju.
 Melalui pembenahan pada bidang maritim tentu akan
berdampak juga pada peningkatan ekonomi negara.
Untuk mempercepat kemandirian di bidang maritim
dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan swasta.
 Harus diakui bahwa Indonesia masih lemah dalam
bidang ilmu dan teknologi kelautan, padahal untuk
pengelolaan kelautan yang optimal memerlukan ilmu
dan teknologi yang canggih.
7.2 Ocean Energy Solusi Krisis Energi
 Indonesia memiliki sumber energi alternatif laut yang
berlimpah. Ocean energy resources yang dimiliki
Indonesia terbaik dan terbesar di dunia. Namun, upaya
dalam mengembangkan energy alternatif ini belum dikaji
secara serius.
 Cadangan minyak selama ini diperkirakan tinggal 25

tahun lagi, selanjutnya dari mana negara ini


mendapatkan eneri alternatif? Jawabannya adalah ada di
laut.
 Wilayah Indonesia sekitar 7,7 juta km persegi, terdiri dari

25% teritorial daratan (1,7 juta km2) dan 75% teritorial


laut (5,8 juta km2). Dari luas laut tersebut, 2,8 juta km2
merupakan perairan nusantara (perairan kepulauan) dan
0,3 juta km2 laut teritorial, serta 2,7 juta km2 ZEE.
Lanjutan ...
 Ocean energy merupakan sumber energi baru yang
memilki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia,
salah satunya listrik. Potensi energi laut mampu memenuhi
empat kali kebutuhan dunia.
 Beberapa contoh pengembangan energi laut:

(1). Energi Pasang Surut (Tidal Energy)


 Teknologi pembangkit listrik pasang surut (PLPS) mungkin

sudah dikuasai penuh para ilmuwan Indonesia. Karena


pada prinsipnya tidak berbeda dengan pembangkit listrik
tenaga air (PLTA), seperti yang diterapkan di Waduk
Jatiluhur.
 Cara kerjanya adalah air laut ketika pasang ditampung

dalam suatu wilayah yang dibendung dan pada waktu


pasang surut air laut dialirkan kembali kelaut
Lanjutan ...
 Pemutaran turbin dilakukan dengan meman-
faatkan aliran air ketika masuk ke dalam dam dan
ketika keluar menuju laut.
 Kendalanya utama dari penerapan PLPS adalah;

pertama : Indonesia belum memanfaatkan energi


pasang surut ini untuk menghasilkan listrik,
walaupun tenaga ahli Indonesia telah menguasai
teknologi ini. Kedua :Untuk pembangunan wilayah
ini akan merendam wilayah daratan yang luas,
tentu akan merendam beberapa desa di sekitar
muara sehingga akan muncul masalah sosial
bukan hanya maslah teknologi.
Lanjutan ...
 Kapasitas listrik yang dihasilkan PLPS sebaiknya
untuk kapasitas besar, diatas 50 Mega Watt agar
bisa ekonomis seperti PLTA.
 Sumber energi PLPS ini banyak berada di wilayah

timur Indonesia, mulai dari Ambon hingga ke


Papua. Di wilayah ini kebutuhan listrik masih kecil
dan membutuhkan power cable bawah laut yang
sangat panjang untuk bisa membawa listrik ke
pulau Sulawesi yang membutuhkan listrik dalam
jumlah besar.
 Negara yang telah menerapkan teknologi ini seperti

Perancis (240 Mega Watt) dan Kanada (160 Mega


Watt)
(2). Energi Panas Laut ( Ocean Thermal Energy Conversion)

 Perbedaan temperatur di bawah laut sebenarnya telah


menjadi ide pemanfaatan energi dari laut. Jika
menyelam ke bawah permukaan, air akan semakin
dingin. Temperatur di permukaan laut lebih hangat
karena panas dari sinar matahari diserap air.
 Pembangkit listrik yang dapat memanfaatkan
perbedaan temperatur tersebut untuk menghasilkan
energi adalah Ocean Thermal Energy Conversion
(OTEC).
 Perbedaan temperatur antara permukaan yang hangat

dengan air laut dalam yang dingin dibutuhkan minimal


77 derajat Fahrenheit (25⁰C) agar dapat dimanfaatkan
untuk membangkitkan listrik dengan baik.
Lanjutan ...
 Berdasarkan siklus yang digunakan, OTEC dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu siklus tertutup, sisklus terbuka
dan siklus gabungan (hybrid).
 Pada alat OTEC dengan siklus tertutup, air laut permukaan

yang hangat dimasukkan ke dalam alat penukar panas untuk


menguapkan fluida, sperti amonia. Uanp amonia akan
memutar turbin yang menggerakkan generator. Selanjutnya
dikondensasi dengan air laut yang lebih dingin dan
dikembalikan untuk diuapkan kembali.
 Pada siklus terbuka, air laut permukaan yang hangat

langsung diuapkan pada ruang khusus bertekanan rendah.


Kukus yang dihasilkan digunakan sebagai fluida penggerak
turbin bertekanan rendah. Kukus keluaran turbin selanjutnya
dikondensasi dengan air laut yang lebih dingin dan sebagai
hasilnya diperoleh air desalinasi.
Lanjutan ...
 Pada siklus gabungan, air laut yang hangat masuk ke
dalam ruang vakum untuk diuapkan dalam sekejap
menjadi kukus (seperti siklus terbuka). Kukus tersebut
kemudian menguapkan fluida kerja yang memutar turbin
(seperti siklus tertutup). Selanjutnya kukus kembali
dikondensasi menjadi air desalinasi.
 Kelebihan OTEC adalah penggunaannya tidak
menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya,
tidak membutuhkan bahan bakar, biaya operasi rendah
dan produksi listrik stabil.
 Kekurangannya, belum ada amdal terutama penggunaan

amonia sebagai bahan yang diuapkan menimbulkan


kebocoran, serta biaya pembangunan-nya yang tidak
murah.
(3). Energi Gelombang Laut (Wave Energy)
 Peneliti Universitas Oregon, AS mempublikasikan
temuan teknologi terbarunya yang diberi nama
Permanent Magnet Linear Buoy. Nama Buoy karena pada
prinsip dasarnya teknologi terbaru tersebut dipasang
untuk memanfaatkan gelombang laut di permukaan.
 Prinsip dasar Buoy penghasil listrik, yaitu dengan
mengapungkannya di permukaan. Gelombang laut yang
terus menerus mengalun dan berirama bolak-balik
dalam Buoy akan diubah menjadi gerakan harmonis
listrik.
 Buoy ini bentuknya seperti dinamo sepeda, bentuknya

silindris dengan perangkat penghasil listrik pada bagian


dalamnya.
Lanjutan ...

 Buoy diapungkan di permukaan laut dengan posisi


sebagian tenggelam dan sebagian lagi mengapung.
Kuncinya, terdapat pada perangkat elektrik berupa koil
(kumparan yang mengelilingi batang magnet di dalam
Buoy ).
 Saat ombak mencapai pelampung, maka pelampung

tersebut akan bergerak naik dan turun secara relatif


terhadap batang magnet sehingga bisa menimbulkan
beda potensial dan listrik dibangkitkan.
 Energi ini ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi

suara, emisi CO2 maupun polusi visual dan mampu


memberikan ruang kepada kehidupan laut untuk
membentuk koloni terumbu karang di sepan-jang
jangkar yang ditanam di dasar laut.
(4). Energi Ganggang Laut
 Alga atau dikenal sebagai tanaman ganggang termasuk
tumbuhan yang bisa hidup di perairan mana saja. Alga
juga dapat ditanam di lahan yang tidak subur, dan
perairan laut dangkat yang banyak terdapat di
Indonesia.
 Dalam operasionalnya, mikroalga menggunakan sinar

matahari, air dan karbon dioksida untuk menghasilkan


oksigen dan biofuel melalui fotosintesis.
 Tanaman sederhana yang selama beberapa tahun

diteliti mampu menghasilkan energi listrik. Dalam


proses fotosintesis tanaman, ada proses konversi sinar
matahari menjadi energi kimia, yang merupakan
langkah awal untuk menghasilkan energi listrik.
Lanjutan ...
 Produk sampingan dari fotosintesis adalah proton dan
oksigen, yang berpotensi jadi salah satu sumber energi
bersih untuk pembangkit listrik.

(5). Air Mineral Laut Dalam


 Pembangunan industri Air Laut Dalam (ALD) di Indonesia

sangat tepat meningat banyaknya daerah pantai yang


memenuhi syarat sebagai lokasi industri ALD.
 Para peneliti dari IPB bekerjasama dengan perusahaan

Jepang melakukan penelitian untuk mengeksplorasi


potensi air mineral laut-dalam di Indonesia. Survei
dilakukan di bagian utara Bali, di Selat Lombok, perairan
Makassar, perairan Kupang, perairan Pelabuhan Ratu,
perairan Biak menunjukkan bahwa perairan Indonesia
sangat potensial untuk pengembangan industri ALD.
Lanjutan ...
 ALD dengan kandungan mineralnya setelah diolah dengan
baik, sangat penting dan bermanfaat untuk suplai air
minum bagi kelangsungan hidup dan kesehatan tubuh
manusia.
 ALD disedot dari kedalaman lebih dari 300 meter. Sistem

yang umum digunakan untuk menyedot air dari laut-


dalam adalah sistem permanen (dengan instalasi pipa
sedot) dan sistem bergerak (dengan menggunakan kapal).
 Sistem permanen umumnya digunakan untuk industri

skala besar sedangkan sistem bergerak digunakan untuk


industri skala laboratorium dan menengah.
 Saat ini sudah dibangun industri ALD di Bali dan

menghasilkan Air Minum Dalam Kemasan yang siap


didistribusikan ke masyarakat.
(6). Artificial Fish Reef
 Artficial Fish Reef (AFR) diartikan sebagai “Karang
Buatan untuk Ikan”, maksudnya tempat hidup ikan
atau habitat buatan untuk ikan maupun biota lainnya.
 AFR telah dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai

tempat makan ikan (feeding ground), tempat


pemijahan ikan (spawning ground), temapt hidup ikan
dan biota lainnya atau disebut sebagai habita, sebagai
tempat persembunyian ikan (escape zona), sebagai
alat untuk pengumpulan ikan.
 Peralatan AFR terbuat dari bahan semen, pasir dan

kerangka besi diolah menjadi concrete. AFR didesain


dalam berbagai bentuk sesuai dengan tujuan sebagai
habitat bagi ikan, cumi-cumi, lobster dan biota lainnya
Lanjutan ...
 Desain AFR dapat dikelompokkan dalam 3 hal, yaitu:
(1). AFR untuk jenis-jenis ikan, (2). AFR untuk
pemijahan, dan (3). AFR untuk tanaman laut
 AFR untuk jenis-jenis ikan didesain dengan bentuk

silinder yang sesuai sebagai habitat dan pengumpulan


organisme laut karena efek lindungnya. Bentuk lain
adalah rectangular yang beratnya sekitar 10 ton, dan
bentuk kerangka “rumah” dengan berat sekitar 30 ton.
 AFR untuk pemijahan diklasifikasikan dalam 3 grup,

yaitu: (1). AFR untuk cumi-cumi, dengan bentuk dasar


yang khas, (2). AFR untuk gurita dengan bentuk
cakram, (3). AFR untuk ikan-ikan dengan formasi dasar
tanaman laut atau rumput laut.
Lanjutan ...
 Penumpukan AFR di setiap lokasi biasanya
berkisar 200 – 300 buah disusun berdampingan
di dasar laut ataupun disusun bertingkat.
 Jarak lokasi kumpulan AFR dengan lokasi lainnya

dipertimbangkan sesuai dengan hasil analisis


keberadaan sumberdaya ikan di daerah perairan
tersebut.
 Kedalaman air hingga ke dasar laut untuk
penempatan AFR paling tinggi 50 meter.
 Efek dari AFR sebagai habitat buatan adalah

meningkatkan kuantitas sumberdaya ikan.


(7). Teknologi Akustik Kuak Rahasia Dasar Laut
 Untuk mengetahui obyek apa saja yang ada atau
proses apa saja yang terjadi di laut, dari
permukaan sampai ke dasar laut digunakan
teknologi akustik bawah air
 Melalui teknologi akustik dapat diketahui obyek

apa saja yang ada (misalnya; ikan, mamalia laut,


vegetasi bawa air, deposit mineral di dasar laut),
berapa jumlahnya, kepadatannya, pada kedalaman
berapa. Demikian pula dengan proses yang ada
dalam laut, misalnya; pergerakan massa air (arus),
besar dan arah kecepatan arus dari waktu ke
waktu dapat dipantau dan diketahui dengan
bantuan teknologi akustik.
Lanjutan ...

 Teknologi akustik bawah air memanfaatkan sifat


gelombang suara yang merambat sangat baik dalam
medium air.
 Dalam air laut yang bersifat konduktif dan keruh

kebanyakan gelombang elektromagnetik (gelombang


cahaya dan radio) akan berkurang energinya
(teratenuasi) dengan cepat dalam jarak beberapa ratus
bahkan puluhan meter saja.
 Jika penetrasi cahaya praktis hanya dapat mencapai

beberapa puluh meter di bwah lapisan permukaan, maka


gelombang suara dapat mencapai dasar laut sampai
kedalaman ribuan meter. Gelombang suara dapat
merambah dalam air puluhan ribu meter melintasi
samudra luas.
Lanjutan ...
 Sifat fisik suara ini dimanfaatkan oleh manusia untuk
berbagai keperluan, antara lain untuk pengukuran
kedalaman laut.
 Instrumen akustik untuk eksplorasi dasar laut adalah

alat pemeruman (echosounder). Alat ini yang digunakan


kapal bermotor untuk memastikan kapal tidak kandas
dengan memantau secara terus menerus jarak antara
lunas kapal dan dasar perairan.
 Dengan berkembangnya teknik pemrosesan sinyal,

energi suara yang dipancarkan kembali dapat dianalisis


untu mengetahui karakteristik sedimen dasar laut.
 Jadi teknologi akustik dapat diaplikasi untuk
pengukuran kedalaman laut.
Lanjutan ...
 Teknologi akustik dapat diaplikasi untuk
mengidentifikasi dan mengklasifikasi sedimen dasar
laut.
 Teknologi akustik dapat diaplikasi untuk
mengidentifikasi terumbu karang dan vegetasi bawah
air.
 Teknologi akustik dapat diaplikasi untuk deteksi dan

kuantifikasi ikan.
 Teknologi akustik dapat diaplikasi untuk komunikasi

bawah air.
 Teknologi akustik dapat diaplikasi untuk pencitraan dan

penentuan posisi bawah air.


 Teknologi akustik dapat diaplikasi untuk pengukuran

arus.
(8). Transplantasi Karang
 Transplantasi karang adalah pemisahan (fragmentasi)
buatan pada bagian koloni atau bagian individu
karang untuk ditumbuhkan di tempat lain menjadi
individu atau koloni baru.
 Transplantasi karang digunakan untuk merehabilitasi

ekosistem terumbu karang yang rusak dan


penyediaan stok untuk perdagangan karang hias.
 Transplantasi karang telah dilakukan di Kawasan

Konservasi Laut dan Taman Nasional Laut Kepulauan


Seribu, Taman Nasional Laut Bunaken, Taman Wisata
Alam Laut Teluk Kupang (NTT), dan Taman Wisata
Laut Gili Air, Gili Trawangan dan Gili Meno (NTB).
VIII. POTENSI DAN MITIGASI BENCANA DI LAUT
8.1 Pengertian Bencana
 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan


masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
 Ada 3 kategori bencana:

1. Bencana Alam:
bencana yang diakibatkan oleh alam, antara lain : gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, angin topan, tanah
longsor.
2. Bencana Non Alam:
Bencana yang diakibatkan oleh non alam, seperti: gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, wabah penyakit.
3. Bencana Sosial: diakibatkan oleh manusia berupa konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.
Lanjutan...
 Bencana laut adalah bencana alam yang berasal dari
laut, lingkungan normal atau perubahan drastis
alam laut sehingga membahayakan masyarakat,
ekonomi dan peristiwa-peristiwa kehidupan serta
properti.
8.2 Bencana yang dapat terjadi di laut :
(1). Tsunami
Tsunami adalah serangkaian gelombang panjang
yang timbul karena adanya perubahan dasar laut
atau perubahan badan air yang terjadi secara
tiba-tiba dan impulsif akibat gempa bumi, erupsi
gunung api bawah laut, longsoran bawah laut,
runtuhan gung es, ledakan nuklir, dan terjangan
benda-benda angkasa luar kepermukaan laut.
Lanjutan .....
 Indonesia terletak pada zona empat lempeng bumi yang
sangat aktif sehingga memiliki aktifitas tektonik dan
vulkanik yang sangat tinggi, oleh karena itu Indonesia
mempunyai banyak patahan aktif dan sebaran gunung
api. Sebagian patahan dan gunung api berada di bawah
laut sehingga kejadian gempa dan letusan gunung
apinya berpotensi membangkitkan tsunami. Longsoran
bawah laut yang dipicu oleh kejadian gempa dan letusan
gunung api juga dapat menimbulkan tsunami
 Kecepatan tsunami bergantung pada kedalaman
perairan, akibatnya gelombang tersebut mengalami
percepatan atau perlambatan sesuai dengan bertambah
atau berkurangnya kedalaman perairan.
Lanjutan ....
 Arah pergerakan gelombang berubah dan energi
gelombang bisa menjadi berfokus atau juga menyebar. Di
perairan dalam, tsunami mampu bergerak dengan
kecepatan 500 sampai 1000 km/jam, di perairan dangkal
kecepatannya melambat hingga beberapa puluh km/jam.
Ketinggian tsunami bergantung pada kedalaman.
Amplitudo tsunami yang hanya memiliki ketinggian 1
meter di perairan dalam bisa meninggi hinggi puluhan
meter di garis pantai.
 Berdasarkan sumber dan Jarak pembangkitan tsunami
dapat dibagi menjadi : (i). Tsunami jarak jauh yaitu lebih
dari 1000 km dan melewati paparan benua, (ii). Tsunami
regional yaitu berjarak 100 km – 1000 km, dan (iii).
Tsunami lokal dengan jarak bersumber kurang dari 100
km.
Lanjutan .....

 Bahaya tsunami dan kerusakan yang ditimbulkan


tergantung pada kondisi morfologi pantai yang
didatanginya.
 Elevasi maksimun rayapan bergantung pada paras muka
laut (pasut) saat tsunami mencapai pantai. Tsunami kecil
yang terjadi saat pasang tinggi dapat menjangkau elevasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tsunami yang lebih
besar yang tiba saat surut terendah. Kondisi pasut sangat
penting untuk dikaji dan dipertimbangkan dalam
menganalisis tinggi jangkauan rayapan tsunami di suatu
daerah.
 Kerusakan dan kehancuran karena tsunami merupakan
hasil langsung dari terjangan gelombang dan arus tsunami,
dan korban jiwa muncul karena tenggelam dalam golakan
tsunami.
Lanjutan .....

 Arus kuat juga menyebabkan terjadinya erosi pada kaki


fondasi dan rubuhnya jembatan, menyeret rumah dan
membalikkan kendaraan.
 Kerusakan yang cukup parah dapat disebabkan oleh
puing-puing bangunan yang mengapung termasuk
kapal, mobil dan pepohonan yang dapat menjadi
benda-benda berbahaya ketika menghantam gedung,
dermaga dan kendaraan.
 Kerusakan ikutan lainnya berupa kobaran api yang
berasal dari tumpahan minyak atau ledakan dari kapal
yang hancur di pelabuhan, pecahnya tempat
penyimpanan minyak di pantai, serta polusi kotoran
dan bahan kimia yang terangkut oleh tsunami dan
mencemari sumber air bersih.
Lanjutan ....

2. Gelombang Badai
 Gelombang badai terjadi menyusul terjadinya badai

atau tiupan angin yang sangat kencang di lautan


(fenomena meteorologi), tinggi gelombangnya dapat
mencapai belasan meter di daerah dekat sumber angin
dan gelombang terus berlangsung selama angin bertiup
dan redah bersama dengan redahnya tiupan angin
 Gelombang yang terbentuk oleh angin yang sangat kuat

dengan kecepatan angin lebih dari 91 Km/jam, tinggi


gelombang 7-30 meter. Berbahaya bagi pelayaran dan
pemukiman/bangunan di pantai serta dapat
menyebabkab abrasi pantai, seperti badai typhon, badai
La nina, badai El nino.
Lanjutan .....

 Fenomena gelombang badai terjadi pada waktu-


waktu tertentu dan relatif teratur sepanjang
tahun yang berkaitan dengan musin angin
tertentu dan hanya akan melanda lokasi-lokasi
tertentu pula.
 Prediksi atau peringatan dini akan terjadinya

gelombang badai lebih mudah dilakukan dari


pada prediksi atau peringatan dini tsunami.
 Sifat merusak gelombang badai lebih kecil
dibandingkan dengan tsunami
Lanjutan .....

(3). Kenaikan Permukaan Laut


Peristiwa yang menimbulkan naiknya permukaan laut

ke pesisir pantai karena beberapa faktor, diantaranya


kenaikan temperatur permukaan bumi yang
mengakibatkan mencairnya es di kutub dan
menghangatkan lautan sehingga meningkatnya
volume lautan.
Pemanasan global diperkirakan memberikan
pengaruh yang signifikan pada kenaikan muka air
laut yang dampak fisisnya antara lain meningkatnya
frekuensi dan intensitas banjir karena efek
pembendungan oleh adanya kenaikan permukaan
laut.
Lanjutan ......

 Naiknya permukaan laut akan mengakibatkan


mundurnya garis pantai akibat tergenangnya
wilayah pesisir yang landai, hilangnya daerah rawa
dan meningkatnya erosi pantai yang mengakibatkan
gelombang dapat masuk jauh ke arah darat.
 Kenaikan permukaan laut dapat menenggelamkan
pulau-pulau kecil.
 Kenaikan permukaan laut akan menimbulkan intrusi
air laut ke darat yang akan mempengaruhi kualitas
air tanah.
 Kenaikan permukaan laut akan berdampak pada
keamanan bangunan pantai
Lanjutan ....

(4). Abrasi Pantai


 Pengikisan (erosi) pantai oleh pukulan gelombang laut

yang terus menerus terhadap dinding pantai.


 Penyebab abrasi pantai antara lain: (i). Penurunan

permukaan tanah akibat pemompaan air tanah yang


berlebihan untuk keperluan industri dan air minum di
wilayah pesisir, (ii). Kerusakan hutan mangrove, (iii).
Kerusakan akibat gaya-gaya hidrodinamika gelombang,
(iv). Kerusakan akibat perubahan iklim global dan
kejadian ekstrim misalnya terjadi siklontropis, (v).
Kerusakan akibat kegiatan manusia seperti
penambangan pasir di perairan pantai, pembuatan
bangunan yang menjorok ke arah laut, pembukaan
tambak yang tidak memperhitungkan kondisi dan lokasi.
Lanjutan .....

 Seperti yang terjadi di pantai Brebes hingga Rembang


dimana akibat abrasi pantai mengakibatkan hilangnya
areal 4000 ha sehingga hutan bakau rusak dan hilang,
perkebunan rakyat hilang, pertambakan rusak dan
hilang, serta merusak permukiman penduduk di bibir
pantai.

8.3 Mitigasi Bencara di Laut


(1). Mitigasi bencana tsunami
Langkah-langkah mitigasi bencana tsunami
(a). Menerbitkan peta wilayah rawan bencana
(b). Memasang rambu-rambu peringatan bahaya dan
larangan di wilayah rawan bencana
Lanjutan ........

(c). Mengembangkan SDM satuan pelaksana


(d). Mengadakan pelatihan penanggulangan bencana
kepada masyarakat di wilayah rawan bencana
(e). Mengadakan penyuluhan atas upaya peningkatan
kewaspadaan masyarakat di wilayah rawan bencana
(f). Menyiapkan tempat penampungan sementara di
jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana
(g). Memindahkan masyarakat yang berada di
wilayah rawan bencana ke tempat yang aman
(h). Membuat bangunan untuk mengurangi dampak
bencana
(i). Membentuk pos-pos siaga bencana
Lanjutan ......

(2). Mitigasi bencana gelombang badai


Mitigasi dan upaya pengurangan resiko bencana
gelombang badai :
(a). Peningkatan kewaspadaan dan kesiap-siagaan
terhadap bahaya gelombang pasang,
(b). Membuat tembok pemecah ombak untuk
mengurangi energi gelombang yang datang
terutama di daerah pantai yang bergelombang
besar,
(c). Penanaman mangrove dan tanaman lainnya di
sepanjang garis pantai untuk meredam
gelombang pasang
Lanjutan .....

(d). Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang


aman di daerah pemukiman yang cukup tinggi dan
mudah dilalui.
(e). Peningkatan pengetahuan masyarakat, khusus-
nya yang tinggal di pinggir pantai tentang
pengenalan tanda-tanda gelombang pasang dan
cara-cara penyelamatan diri terhadap bahaya
gelombang pasang.
(f). Melaporkan secepatnya jika mengetahui tanda-
tanda akan terjadinya gelombang pasang kepada
petugas yang berwenang: kepala desa, polisi,
stasion radio, SATLAK PB maupun institusi terkait
(g). Melengkapi diri dengan alat komunikasi
Lanjutan .....

(3). Mitigasi bencana kenaikan permukaan laut


Langkah-langkah mitigasi bencana kenaikan
permukaan laut:
(a). Mengurangi masalah efek rumah kaca sehingga
dapat memperlambat laju pemanasan global
(b). Membudayakan gemar menanam pohon, mewa-
jibkan penanaman kembali bibit pohon yang sama
dengan jumlah yang lebih banyak setelah melakukan
penebangan,
(c). Tidak membuka lahan dengan cara dibakar, hemat
energi, penggunaan alat transportasi umum dan
kendaraan yang berbahan bakar ramah lingkungan, dan
mengurangi emisis gas buangan.
Lanjutan ......

(d). Mengupayaan adanya sinergi antara kepen-


tingan ekonomi dengan lingkungan dalam
pemanfaatan ruang wilayah pesisir.
(e). Pola perlindunga (protective) yaitu upaya untuk
mitigasi dampak kenaikan muka air laut dengan
cara membuat bangunan pantai atau
nerehabilitasi vegetasi pantai terutama mangrove
yang bertujuan untuk melindungi pemukiman,
daerah wisata, daerah industri, infrastruktur jalan
dan lain-lain terhadap penggenangan oleh air
laut.
Lanjutan .....

(f). Pola akomodatif yaitu upaya penyesuaian


dengan kenaikan muka air laut dengan cara
modifikasi model bangunan di wilayah pantai agar
aman dari genangan air laut, terutama saat
kondisi air pasang. Misalnya model bangunan
rumah panggung
(g). Pola mundur (retreat) yaitu upaya untuk
merelokasi permukiman penduduk, industri dan
daerah pertanian ke tempat lain yang lebih tinggi
untuk menghindari penggenangan oleh air laut.
Lanjutan ......

(4). Mitigasi bencana abrasi pantai


Langkah-langkah mitigasi untuk mencegah
terjadinya abrasi pantai :
(a). Pelestarian terumbu karang
(b). Melestarikan tanaman bakau/mangrove
(c). Melarang penggalian pasir pantai
(d). Membuat pemecah ombak atau talud untuk
mengurangi dampak dari terjangan ombak.
IX. PELAYARAN DAN AKTIFITAS KENELAYAAN

Anda mungkin juga menyukai