A. MANUSIA
1. Pengertian Manusia
Dalam ilmu sosial manusia diartikan sebagai sekelompok makhluk yang hidup
dalam tatanan masyarakat. Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang di
dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain.
Quraish Shihab mengutip dari Alexis Carrel dalam “Man the Unknown”, bahwa
banyak kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia, karena
keterbatasan-keterbatasan manusia sendiri.
Istilah kunci yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk pada pengertian manusia
menggunakan kata-kata basyar, al-insan, dan ann-nas.
Kata basyar disebut dalam Al-Qur’an 27 kali. Kata basyar menunjuk pada
pengertian manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran:47) tegasnya memberi
pengertian kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan seksual dan
lain-lain.
Kata an-nas yang disebut sebanyak 240 dalam Al-Qur’an mengacu kepada
manusia sebagai makhluk sosial dengan karateristik tertentu misalnya mereka mengaku
beriman padahal sebenarnya tidak (QS Al-Baqarah :8)
2.) Tubuh rohani yang asalnya dari Allah SWT dan akan kemabali kepada Allah SWT.
Manusia menurut pandangan Islam manusia adalah makhluk Allah SWT. yang
memiliki unsur dan daya materi yang memiliki jiwa dengan ciri-ciri berfikir, berakal, dan
bertanggungjawab pada Allah s.w.t. yang diciptakan dengan memiliki akhlak. Secara
terperinci, manusia merupakan :
1.) Makhluk yang Sempurna dan Mulia
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna, baik dari wujud fisiknya
maupun rohaninya. Manusia menjadi makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna
dan mulia karena memiliki akal. Akal inilah yang membedakan manusia dengan
maklhuk lainnya. Akal membantu manusia untuk melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia. Dalam Q.S At-Tin Allah SWT berfirman :
ۡ َ َ ۡ َ ٓ َ َٰ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ َ
٤ يم
ٖ ِ ٱۡلنسن ِِف أحس ِن ت
وق ِ لقد خلقنا
Artinya :”Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amnat itu dan mereka
khawati akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.
Manusia memiliki akal dan kalbu yang tidak dimiliki oleh makhuk lain, maka
manusia dijadikan sebagai khalifah dan sekaligus menjadi hamba Allah. Khalifah
mengandung makna bahwa Allah menjadikan manusia sebagai pemegang kekuasaan
yang bertugas untuk melaksanakan syariat-Nya di bumi, disebut dalam Qur’an
Surat Sad ayat 26 berikut :
َ َّ َ َٰ َ َ ۡ َّ َ َ َ َ ۡ ۡ َۡرض ف
َ ۡ ٱحكم َب َۡ َٗ َ َ ۡ َّ َ
ضلك َعن ِ َّۡي ٱنل
ِ اس بِٱۡل ِق وٗل تتبِعِ ٱلهوى في ِ ي َٰ َداوۥد إِنا َج َعل َنَٰك خل ِيفة ِِف ٱۡل
ۡ َ ۡ َ ْ َ َ ُۢ َ ٞ َ َ ۡ َ َّ
َ ٱۡل َ َ َ ُّ ِ َين ي َّ َّ َّ
َ ٱّل َ
٢٦ اب
ِ ِس يل ٱّللِ لهم عذاب شدِيد بِما نسوا يوم
ِ ِ ضلون عن سب ِ يل ٱّللِِۚ إِن
ِ ِ سب
Akhlak merupakan gambaran atau wujud diri manusia yang sebenarnya, ketika
manusia memiliki akhlak yang baik, maka ia memilki kedudukan yang tinggi di mata
Allah. Sebaliknya jika manusia memiliki akhlak yang buruk, maka kedudukannya
rendah di mata Allah. Akhlak merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki
manusia, karena manusia memiliki akhlak, maka manusia mempunyai kemampuan
untuk membedakan yang hak dengan yang batil.
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku
tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah
Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Q.S. Al-Adh-
Dhariyat : 56-58)
b. Menjadi khalifah diatas muka bumi
Tujuan yang kedua diciptakannya manusia adalah sebagai khalifah di bumi ini.
Menurut Muhammad Quthub peran khalifah ini sangat luas sekali, yaitu meliputi
bermacam aktivitas, dalam kehidupan duniawi dalam memakmurkan bumi ini. Oleh
sebab itu manusia selaku khalifah Allah harus mengetahui sumber daya yang
terkandung di alam ini, dengan menggunakannya untuk meningkatkan taraf hidup
sesuai dengan keinginan Allah swt. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menegakkan
syariat Allah di bumi sehingga dengan demikian tercapailah metode Ilahi yang sangat
sinkron dengan rahasia alam yang sangat universal.
Menjalan tugas kekhalifahan di bumi (pribadi dan kolektif) merupakan ibadah.
Menurut M. Quraisy Shihab ibadah itu terbagi kepada dua macam, yaitu:
a. Ibadah murni (mahdhah), yaitu ibadah yang telah ditentukan oleh Allah, bentuk,
kadar, atau waktunya, seperti shalat, zakat, puasa dan haji.
b. Ibadah ghairu mahdhah, yaitu segala aktivitas lahir dan batin manusia yang
bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3. Fitrah Manusia
Fitrah merupakan kata yang diderivasi dari kalimat Bahasa Arab yaitu fatar yang
artinya ciptaan, suci dan seimbang. Arti fitrah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai
kondisi awal suatu penciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi
mengetahui dan cenderung kepada kebenaran.
Fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti persiapan fisik,
melainkan juga dalam arti persiapan rohaniah, yaitu sifat-sifat dasar manusia yang baik.
Oleh karena itu, disebutkan dalam konotasi nilai yang dapat membawa manusia pada
pencapaian derajat kemuliaan yang tinggi, yaitu derajat keinsaniyahan dan bukan
kebayariyahan yang bersifat fisik.
4. Hakekat Manusia
Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar,
dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian
semulia itu . Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik
benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses
pencapaiannya. Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang
amat berat untuk bisa menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup
manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling mengalahkan satu
sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi
batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia
berkualitas mutaqqin di atas.
Gambaran al-Qur’an tentang kualitas dan hakikat manusia di atas
megingatkan kita pada teorisuperego yang dikemukakan oleh sigmund Freud, seorang
ahli psikoanalisa kenamaan yang pendapatnya banyak dijadika rujukan tatkala orang
berbicara tentang kualitas jiwa manusia.
Manusia terdiri dari sekumpulan organ tubuh, zat kimia dan unsure
biologis yang semuanya itu terdiri dari zat dan materi secara spiritual manusia adalah
roh atau jiwa. Secara Dualisme manusia terdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan
rohani (jasad dan roh). Potensi dasar manusia menurut jasmani ialah kemampuan
untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun di darat, laut maupun udara. Jika
dari Ruhani, manusia mempunyai akal dan hati untuk berpikir (kognatif), rasa
(affektif), dan perilaku (psikomotorik). Manusia diciptakan dengan untuk mempunyai
kecerdasan.
B. AGAMA
1. Pengertian Agama
Kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan “din” dalam bahasa
Arab dan Semit, atau dalam bahasa Inggris “religion”. Dari arti bahasa (etimologi) agama
berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun
temurun. Sedangkan kata “din” menyandang arti antara lain menguasai, memudahkan,
patuh, utang, balasan atau kebiasaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama adalah system yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia dan
lingkungannya.
2. Syarat-syarat agama
Dalam Islam, agama mempunyai syarat-syarat sebagai berikut.
Ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang wajib dijalankan oleh seluruh umat
beragama agar mendapatkan ridho dari Tuhan. Dalam Islam bentuk ibadahnya antara
lain ; Mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat lima waktu, puasa di bulan
Ramadhan, membayar Zakat fitrah, dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.
Hukum adalah peraturan Islam yang mengatur seluruh kehidupan umat Islam.
4.) Nabi
5.) Kitab suci
Kitab yang berisi tentang Wahyu-wahyu Allah kepada Rasul-nya. Sesuai dengan
namanya, kitab tersebut harus bersih dari pendapat manusia.
3. Unsur-Unsur Agama
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:
1) Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan
lagi.
2) Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3) Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan
hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agam.
4) Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami
oleh penganut-penganut secara pribadi.
5) Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama
4. Fungsi Agama
Fungsi agama, yaitu :
1.) Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
2.) Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
3.) Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
4.) Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
5.) Pedoman perasaan keyakinan
6.) Pedoman keberadaan
7.) Pengungkapan estetika (keindahan)
8.) Pedoman rekreasi dan hiburan
9.) Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.
5. Karakteristik Agama
Karakteristik agama dalam kehidupan manusia seperti halnya bangunan yang
sempurna. Seperti dalam salah satu sabda nabi Muhammmad,bahwa beliau adalah
penyempurna bangunan agama tauhid yang telah dibawa oleh para nabi dan rosul
sebelum kedatangan beliau.
Layaknya sebuah bangunan agamapun harus memiliki rangka yang kokoh, tegas,
dan jelas. Rangka yang baik adalah rangka yang menguatkan bangunan yang akan
dibangun diatasnya. Memiliki ukuran yang simetris satu sama lainnya. Komposisi bahan
yang tepat karena berperan sebagai penopang. Oleh sebab itu, kerangka harus memiliki
luas yang cukup atau memiliki perbandingan yang sesuai dengan bangunannnya. Itulah
sebaik-baiknya agama dengan demikian agama pada dasarnya berperan sebagai pedoman
kehidupan manusia, untuk menjalani kehidupannya dibumi. Manusia akan kehilangan
pedoman atau pegangan dalam menjalani kehidupan di dunia bila tidak berpedoman pada
agama. Dewasa ini agama mengalami beralih dan berpedoman kepada akal logikanya.
Padahal akal dan logika manusia memiliki keterbatasan yaitu keterbatasan melihat masa
depan. Sedangkan agama telah disusun sedemikian rupa oleh sang pencipta agar menjadi
pedoman sepanjang hayat manusia. Akibat dari skularisme ini mnimbulkan gaya hidup
baru bagi kaum muslim yakni gaya hidup hedomisme dan pragmatis.
Perkembangan agama dan kehidupan budaya umat manusia dalam proses sejarah
yang panjang tersebut dapat dilihat secara selintas pada pertumbuhan dan perkembangan
manusia secara individual. Pada tahap awalnya kehidupan manusia diliputi oleh ketidak-
tahuan dan ketidak-berdayaan, sehingga sifat ketergantungan pada orang tua (yang
memelihara) sangat menonjol. Setelah akal fikiran dan kemampuan budidayanya tumbuh
dan berkembang, maka sifat ketergantungan itu semakin berkurang, dan setelah
menginajak dewasa sifat kemandiriannya inilah manusia memerlukan adanya pedoman
hidup, karena tanpa pedoman/tujuan yang pasti, maka kemandirian akan menimbulkan
kekacauan dan malapetaka dalam kehidupan manusia. Kemudian pada masa tua, dimana
kemampuan akal fikiran dan budidaya manusia sudah mulai berkurang, maka manusia
memerlukan kembali tempat bergantung yang pasti sebagai tempat kembali. Kalau di
hubungkan dengan hukum perkembangan, ketiga tahap perkembangan jiwa atau
masyarakat/budaya manusia itu adalah pada tahap awal (masa kanak-kanak) disebut
dengan tahap teologik, fiktif; masa remaja (masa tumbuh dan berkembangnya pemikiran
abstrak) sebagai tahap metafisik atau abstrak; dan masa dewasa sebagai
tahap positif atau riil. Sedangkan masa tua sebagai kelanjutan perkembangan lebih lanjut
dari tahap positif atau riil tersebut