Anda di halaman 1dari 27

MATA KULIAH PAI I


 
MATERI/KULIAH IX
RUKUN IMAN BAGIAN II

AL-MUGHAYYABAT
IMAN KEPADA YANG GHAIB

Dosen Pengampu
Nandang HMZ, Drs., M.Si.

Unisba
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYYABAT - (NANDANG HMZ)

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN (RPP)

Mata Kuliah : PAI I (AQIDAH)


Semester : 1 (Satu) - Ganjil
Pertemuan Ke : 10-11 (sepuluh-sebelas)
Alokasi Waktu : 2 x 50 menit

Standar Kompetensi:
Mahasiswa mengetahui, memahami, dan menghayati Aqidah Islam, serta memiliki
kesadaran untuk beriman dan mampu mengaplikasikan keimanannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar:
Mendeskripsikan Tentang Rukun Iman III tentang: Mughayyaba (hal-hal yang
Ghaib): Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Alam Qubur, Hari Akhir, Surga, dan Neraka, serta
implikasinya bagi manusia)
Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian al-mughayabat dan jenis-jenisnya.
2. Mahasiswa dapat memahami implikasi iman kepada al-mughayabat bagi
kehidupan manusia.
I. Indikator:
 Mahasiswa dapat mendeskripsikan tentang pengertian malaikat beserta
fungsinya.
 Mahasiswa dapat mendeskripsikan dan menjelaskan pengertian jin, iblis,
syetan.
 Mahasiswa dapat mendeskripsikan dan menjelaskan pengertian Alam
Qubur, Hari Akhir, Surga, dan Neraka.
II. Materi Perkuliahan:
Beriman Kepada Hal-Hal Yang Gaib (Mughayabat):
 Pengertian Ghaib, Sifat-Sifat Kegaiban, Jenis-Jenis Kegaiban Absolut
 Makhluk Gaib: (Malaikat: Pengertian Malaikat, Jumlah Malaikat, Macam-
Macam Malaikat dan Fungsinya; Hubungan Malaikat dengan Manusia;
Pekerjaan Malaikat di Alam Abtstrak; Jin, Iblis, Syetan: Pengertian Jin, Iblis,
Syetan)
III. Metoda Perkuliahan:
Pemberian Informasi dan Tanya Jawab.
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal:
Apersepsi; mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dibahas,
melalui pertanyaan lisan.

B. Kegiatan Inti:
 Mengkaji pengertian Mughayabat dan macam-macamnya secara etimologis
dan terminologis, asal usul kejadian, fungsi dan tugas masing-masing, serta
hikmah mengimaninya.
 Mahasiswa melakukan tanya jawab dengan dosen dan antar mahasiswa
terkait materi al-mughayabat beserta macam-macamnya..

-2-
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYABAT - (NANDANG HMZ)

C. Kegiatan Akhir :
o Mahasiswa dengan bimbingan dosen menyimpulkan seluruh materi yang
dibahas secara representative.
o Mahasiswa diberi tugas mempelajari bahan yang akan dibahas pada minggu
berikutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar:
 Bahan ajar materi Aqidah (handouts) hasil dosen.
 Buku-buku sumber pengayaan lain
VI. Penilaian:

---

-3-
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYYABAT - (NANDANG HMZ)

BERIMAN KEPADA YANG GAIB


Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2) ayat 3 menjelaskan bahwa salah satu ciri orang yang
bertakwa adalah orang mengimani atau meykaini kepada hal gaib.

َ ُ ‫ﻮن ِﺎﺑﻟْ َﻐ ْﯿ ِﺐ َوﯾُ ِﻘﳰ‬


ْ ُ َ ‫ﻮن ا َّﻟﺼ َﻼ َة َو ِﻣ َّﻤﺎ َر َز ْﻗ‬
َ ‫ﺎﱒ ﯾُ ْﻨ ِﻔ ُﻘ‬
[3 :‫ﻮن ]اﻟﺒﻘﺮة‬ َ ُ ‫ا َّ ِ َﻦ ﯾُ ْﺆ ِﻣ‬
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Alladzîna yu`minûna bi al-gaibi, yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib.
Hakikat keimanan adalah pembenaran yang total terhadap apa pun yang dikabarkan
oleh para Rasul, yang meliputi ketundukan anggota tubuh.
Perkara keimanan itu tidak hanya kepada hal-hal yang dapat diperoleh oleh
panca indera semata, karena hal ini tidaklah mampu membedakan antara seorang
muslim dengan seorang kafir, namun perkara yang dianggap dalam keimanan kepada
yang gaib adalah yang tidak kita lihat dan tidak kita saksikan, namun kita mengimaninya
saja karena ada kabar dari Allah dan kabar dari Rasul-Nya.
Inilah keimanan yang mampu membedakan antara seorang Muslim dengan
seorang kafir, karena itulah pembenaran yang utuh terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Maka seorang yang beriman adalah yang mengimani segala sesuatu yang dikabarkan
oleh Allah atau yang dikabarkan oleh Rasul-Nya, baik yang dia saksikan ataupun
tidak, baik dia mampu memahami dan masuk dalam akalnya, ataupun akal dan
pemahamannya tidak mampu mencernanya. Berbeda dengan orang-orang atheis
yang mendustakan perkara-perkara gaib, karena akal-akal mereka yang terbatas lagi
lalai tidak sampai kepadanya, akhirnya mereka mendustakan apa yang tidak mampu
dipahami oleh ilmu mereka, yang pada akhirnya rusaklah akal-akal mereka, sia-
sialah harapan mereka, dan (sebaliknya) bersihlah akal kaum Mukminin yang
membenarkan lagi mengambil hidayah dengan petunjuk Allah.

Pengertian Gaib
Ghâ‘ib secara lughawī (bahasa) berasal dari kata-kata “ghâba-yaghîbu-
ghâ‘iban” yang bermakna istatara (tersembunyi). Istatara al-syams, misalnya, artinya
“matahari tak terlihat dalam pandangan mata” (Louis Ma’luf, Kamus Al-Munjid,
Bairūt, Dār al-Masyriq, 1997: 562).
Dengan kata lain, gaib secara bahasa dapat diartikan tidak hadir, hilang,
tidak tampak, tertutup dari pandangan kasat mata. Namun, kata tidak hadir, hilang,
tidak tampak, tersembunyi, dan tertutup itu sendiri bukan berarti jadi “tidak ada”
tapi hanya berubah “tempat” atau berubah “bentuk”. Seperti “ponselku hilang”, padahal
ponselnya tetap ada, tapi hanya berubah tempat dari saku pemiliknya menjadi di
dalam saku pencuri atau di tempat lain karena tertinggal, dan sebagainya.
Jadi, gaib, menunjukkan sebuah eksitensi yang pasti keberadaannya namun tidak
tampak secara kasat mata, tertutup, tersembunyi, dan tidak hadir dalam pandangan
lahir manusia karena sesuatu hal atau sebab.

Sifat Kegaiban
Kegaiban memiliki dua sifat, yaitu: gaib nisbi/gaib relatif dan gaib yang
absolut/mutlaq. Atau dengan istilah lain ghâ‘ib muqayyad dan ghâ‘ib muţlaq.
Gaib nisbi/gaib relatif/ghâ‘ib muqayyad adalah kegaiban yang bisa dibuka
tabirnya dengan riset, penelitian, dan keahlian (dengan ilmu pengetahuan) atau gaib

-4-
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYABAT - (NANDANG HMZ)

yang diketahui sebagian dan sebagian lagi tidak. Gaib nisbi ini bersifat sementara
(kadang hadir dan gaib). Sesuatu dinilai gaib ketika sesuatu, seseorang, atau peris-
tiwa dipisahkan oleh jarak dan tempat. Salah satu contoh dijelaskan ayat berikut:

‫اﻟﻄ ْ َﲑ ﻓَ َﻘﺎ َل َﻣﺎ ِ َﱄ َﻻ َٔا َرى اﻟْﻬ ُْﺪﻫُﺪَ َٔا ْم َﰷ َن ِﻣ َﻦ اﻟْﻐَﺎﺋِﺒ ْ َِﲔ‬
َّ َ‫َوﺗَ َﻔﻘَّﺪ‬
Dan Sulaiman memeriksa barisan burung lalu berkata,”Mengapa aku tidak melihat
Hud-Hud apakah ia tidak hadir (al-ghâibîn)?”(QS. Al-Naml [27]: 20).
Pada ayat itu Hud-hud disebut al-ghâibin (yang tidak hadir). Hud-hud sejatinya
pada saat yang bersamaan ada secara fisik, dia hidup dan menjalankan aktivitasnya.
Namun dalam perspektif majelis pertemuan Sulaiman as, ketika itu, ia dinyatakan
gaib karena keberadaannya dipisahkan oleh tempat/ruang dan waktu. Beberapa
waktu kemudian burung Hud-Hud, datang, tidak gaib lagi, karena ia hadir. Hal ini
seperti digambarkan pada ayat berikut, QS. Al-Naml (27): 22:
‫ﻓَ َﻤ َﻜ َﺚ َ ْ َﲑ ﺑ َ ِﻌﯿ ٍﺪ ﻓَ َﻘﺎ َل َٔا َﺣ ْﻄ ُﺖ ِﺑ َﻤﺎ ﻟَ ْﻢ ُ ِﲢﻂْ ِﺑ ِﻪ َو ِﺟ ْﺌ ُﺘ َﻚ ِﻣ ْﻦ َﺳ َﺒﺎ ِﺑ‬
ٍ ‫َ َﺎ ﯾ َ ِﻘ‬
[22 :‫ﲔ ]ا ﳮﻞ‬
ٍٕ ٍٕ
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah menge-
tahui sesuatu yang engkau belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri
Saba suatu berita penting yang diyakini.
Sedang yang dimaksud gaib absolut/ghâ‘ib muthlaq adalah kegaiban yang
bisa dibuka tabirnya hanya dengan berdasarkan informasi dari kitab suci Al-Qur’an dan
informasi dari Nabi Saw (al-hadis).
Kegaiban yang absolut/mutlak dikualifikasikan kepada:
1. Makhluk gaib, yaitu makhluk berakal yang diciptakan Allah Swt dalam kondisi gaib,
yakni makhluq yang eksis atau ada, namun tidak dapat dijangkau dengan
perangkat indera. Malaikat dan Jin termasuk ketegori ini.
2. Peristiwa gaib, yaitu segala peristiwa yang akan terjadi dan hanya diketahui Allah
Swt, misalnya, peristiwa kematian, Qiamat, dan lain-lain.
3. Alam gaib, yaitu tempat atau alam yang diciptakan Allah Swt dalam kondisi gaib.
Tempat ini akan disinggahi atau dirasakan setelah manusia mati atau setelah
Qiamat. Alam Qubur (nikmat dan siksa Qubur), alam mashsyar, surga, neraka,
dan lain-lain (Aam Amirudin, 2007).
Untuk itu semua, Agama (Islam) berfungsi membantu manusia mengatasi ke-
kurangan dan keterbatasannya, memahami sesuatu yang sebelumnya sulit difahami.
Sehubungan dengan pengkualifikasian kegaiban yang absolute/mutlaq ter-
sebut, maka pembahasan keimanan kepada yang gaib, akan difokuskan kepada masalah-
masalah itu.

Jenis Kegaiban

A. Makhluq Gaib
Sebagaimana disebutkan di atas, yang termasuk ke dalam ketegori ini adalah
Malaikat dan Jin, yaitu makhluk berakal yang diciptakan Allah Swt dalam kondisi gaib,
yakni makhluq yang eksis atau ada, namun tidak dapat dijangkau dengan perangkat
indera

1. Malaikat
Kepercayaan kepada malaikat merupakan salah satu pokok ajaran Islam.
Kepercayaan ini dinilai oleh ulama-ulama sebagai salah satu rukun iman. Bukan saja

-5-
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYYABAT - (NANDANG HMZ)

tidak sempurna, tetapi tidak sah iman seorang muslim, apabila ia tidak percaya adanya
malaikat dengan sifat-sifat yang dijelaskan agama (Al-Quran dan Al-Sunnah). Berulang
Al-Quran menegaskan kemutlakan kepercayaan terhadap malaikat, antara lain:

‫ﰻ ا ٓ َﻣ َﻦ ِﺎﺑ ِ َو َﻣ َﻼﺋِ َﻜ ِ ِﻪ َو ُﻛ ُﺘ ِﺒ ِﻪ َو ُر ُﺳ ِ ِ َﻻ‬ َ ُ ‫ﻮل ِﺑ َﻤﺎ ُٔا ْ ِﺰ َل اﻟَ ْﯿ ِﻪ ِﻣ ْﻦ َ ِرﺑ ّ ِﻪ َواﻟْ ُﻤ ْﺆ ِﻣ‬
ٌّ ُ ‫ﻮن‬ ُ ‫ا ٓ َﻣ َﻦ َّاﻟﺮ ُﺳ‬
ِٕ
[285 :‫ﻧ ُ َﻔ ّ ِﺮ ُق ﺑ َ ْ َﲔ َٔا َ ٍﺪ ِﻣ ْﻦ ُر ُﺳ ِ ِ َوﻗَﺎﻟُﻮا َ ِﲰ ْﻌﻨَﺎ َو َٔا َﻃ ْﻌﻨَﺎ ُﻏ ْﻔ َﺮاﻧ ََﻚ َرﺑَّﻨَﺎ َواﻟَ ْﯿ َﻚ اﻟْ َﻤ ِﺼ ُﲑ ]اﻟﺒﻘﺮة‬
Rasul telah beriman kepada ِٕ Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Seemuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan):
“Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-
rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa):
“Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. Al-
Baqarah (2): 285).
Ayat lain yang senada:

‫َ َٔاﳞُّ َﺎ ا َّ ِ َﻦ ا ٓ َﻣ ُﻮا ا ٓ ِﻣ ُﻮا ِﺎﺑ ِ َو َر ُﺳﻮ ِ ِ َوا ْﻟ ِﻜ َ ِﺎب ا َّ ِ ي َ َّﺰ َل َ َﲆ َر ُﺳﻮ ِ ِ َوا ْﻟ ِﻜ َ ِﺎب ا َّ ِ ي َٔا ْ َﺰ َل ِﻣ ْﻦ‬
[136 :‫ﻗَ ْ ُﻞ َو َﻣ ْﻦ َ ْﻜ ُﻔ ْﺮ ِﺎﺑ َّ ِ َو َﻣ َﻼﺋِ َﻜ ِ ِﻪ َو ُﻛ ُﺘ ِﺒ ِﻪ َو ُر ُﺳ ِ ِ َواﻟْ َﯿ ْﻮ ِم ْااﻟ ٓ ِﺧ ِﺮ ﻓَ َﻘ ْﺪ ﺿَ َّﻞ ﺿَ َﻼ ًﻻ ﺑ َ ِﻌﯿﺪًا ]اﻟﻨﺴﺎء‬
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-
Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan Hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya. (QS Al-Nisa’ 4: 136).
Dua ayat di atas sangat tegas memerintahkan kita beriman terhadap Malaikat.
Yang dituntut oleh Agama Islam menyangkut kepercayaan kepada malaikat, paling
tidak, ada dua hal pokok.
Pertama, percaya dan yakin tentang wujud malaikat. Mereka mempunyai
eksistensi, mereka adalah makhluk yang diciptakan Allah, mereka bukan maya,
bukan ilusi, dan bukan pula sesuatu yang menyatu dalam diri manusia. Kedua,
percaya dan yakin, bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah yang taat, yang diberi
tugas-tugas (ibadahnya) tertentu oleh-Nya, seperti, membawa wahyu, membagi rezeki,
memikul singgasana Ilahi, mencatat amal-amal manusia, menjadi utusan Allah
kepada manusia, dan lain-lain (Quraish Shihab, 1999: 252).
a. Pengertian Malaikat
Penggunaan kata malaikat dalam bahasa Indonesia biasanya dianggap
berbentuk tunggal, sama dengan kata ulama. Dalam bahasa Arab – dari mana kata-
kata itu berasal– keduanya merupakan bentuk jamak dari kata malak ( ) untuk ‫ﻣ‬
‫ﺎﱂ‬
malaikat dan ‘alim ( ) untuk ulama. Ada ulama yang berpendapat bahwa kata malak,
terambil dari kata alaka ( ), malakah ( ‫ٔا‬ ‫ﻣﻠﻜﺔ‬
) yang berarti mengutus atau perutusan/
risalah (Quraish Shihab, 1999). Malaikat adalah utusan-utusan Tuhan untuk
berbagai fungsi, Al-Qur’an menyatakan:

‫اﻟﺴ َﻤ َﺎو ِات َو ْ َٔااﻟ ْر ِض َﺟﺎ ِ ِﻞ اﻟْ َﻤ َﻼﺋِ َﻜ ِﺔ ُر ُﺳ ًﻼ ُٔا ِوﱄ َٔا ْﺟ ِ َ ٍﺔ َﻣ َْﲎ َوﺛُ َﻼ َث َو ُر َﺎﺑ َع‬
َّ ‫اﻟْ َﺤ ْﻤﺪُ ِ ِ ﻓَﺎ ِﻃ ِﺮ‬
‫ﳾ ٍء ﻗَ ِﺪ ٌﺮ‬َْ ‫ﰻ‬ ّ ِ ُ ‫ﷲ َ َﲆ‬ َ ‫َ ِﺰﯾﺪُ ِﰲ اﻟْ َ ﻠْ ِﻖ َﻣﺎ َﺸَ ﺎ ُء ا َّن‬
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan ِٕ Malaikat sebagai
utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap,

-6-
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYABAT - (NANDANG HMZ)

masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-
Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(QS. Fathir [35]:1)
Secara terminologis, malaikat adalah makhluk gaib yang diciptakan oleh
Allah Swt dari cahaya (nur) dengan wujud dan sifat-sifat tertentu. Atau Makhluk
halus yang diciptakan Allah dari cahaya yang dapat berbentuk dengan aneka bentuk,
taat mematuhi perintah Allah dan sedikit pun tidak pernah membangkang.
Sayyid Thanthawi menyebut, bahwa: “Malaikat adalah tentara Allah. Tuhan
Allah menganugerahkan kepada mereka akal dan pemahaman, menciptakan bagi
mereka naluri untuk taat, serta memberi mereka kemampuan untuk berbentuk dengan
berbagai bentuk yang indah dan kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
yang berat.” Sementara, Sayyid Sabiq, menyebut “Malaikat adalah makhluk halus yang
samar dan tidak bisa dipanca indra. Malaikat tidak berwujud fisik yang dapat ditangkap
oleh indra. Mereka termasuk makhluk di luar alam yang riil atau tidak dapat dilihat.
Tak ada yang mengetahui hakikatnya kecuali Allah.” Menurut Muhammad ‘Abduh
malaikat adalah makhluk-makhluk gaib yang tidak diketahui hakekatnya, tetapi
harus dipercaya dan diyikini wujudnya (dalam Quraish Shihab, 1999: 247)
Tentang penciptaan malaikat, Rasulullah Saw menginformasikan bahwa
malaikat diciptakan dari cahaya (nur), berbeda dengan jin yang diciptakan dari api
(nar). Hal ini sebagaimana sabda Rasul melalui Aisyah ra:

ٍ‫ ُ ِﻠ َﻘ ِﺖ اﻟْ َﻤ َﻼﺋِ َﻜ ُﺔ ِﻣ ْﻦ ﻧ ٍُﻮر َو ُ ِﻠ َﻖ اﻟْ َ ُّﺎن ِﻣ ْﻦ َﻣ ِﺎرج‬: ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻮل‬ ُ ‫َﻋ ْﻦ َﺎﺋِﺸَ َﺔ ﻗَﺎﻟَ ْﺖ ﻗَﺎ َل َر ُﺳ‬
‫ِﻣ ْﻦ َ ٍر َو ُ ِﻠ َﻖ ا ٓ َد ُم ِﻣ َّﻤﺎ ُو ِﺻ َﻒ ﻟَ ُ ْﲂ‬
Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang berkobar, dan Adam
(manusia) sebagaimana telah dijelaskan pada kalian (diciptakan dari tanah) (HR.
Imam Muslim, Ahmad, Al-Tirmidzi, dan lbnu Majah).
Malaikat diciptakan lebih dahulu dari manusia pertama, Adam As. Sebagai-
mana yang disebutkan oleh Allah Swt dalam QS. Al-Baqarah (2): 30 yang artinya:
Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi…
Mereka, para malaikat, taat, patuh, dan beribadah kepada-Nya serta me-
ngerjakan semua tugas-tugasNya. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

.‫ون‬
َ ‫ﴪ‬ُ ِ ‫ون َﻋ ْﻦ ِﻋ َﺒﺎ َد ِﺗ ِﻪ َو َﻻ َْﺴ َﺘ ْﺤ‬
َ ‫اﻟﺴ َﻤ َﺎو ِات َو ْ َٔااﻟ ْر ِض َو َﻣ ْﻦ ِﻋ ْﻨﺪَ ُﻩ َﻻ َْﺴ َﺘ ْﻜ ِ ُﱪ‬ َّ ‫َو َ ُ َﻣ ْﻦ ِﰲ‬
[20 -19 :‫ون ]اﻷﻧﺒﻴﺎء‬ َ ‫ﻮن اﻟﻠ َّ ْﯿ َﻞ َوا ﳯَّ َ َﺎر َﻻ ﯾ َ ْﻔ ُ ُﱰ‬
َ ‫َُﺴ ِ ّﺒ ُﺤ‬
Dan kepunyaanNyalah segala yang di langit dan di bumi dan malaikat-malaikat yang
di sisiNya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembahNya dan tiada
(pula) mereka letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya
(QS. Al-Anbiya’ [21]: 19-20).
Pada ayat lain, masih di surat Al-Anbiya disebutkan:

َ ُ‫ َﻻ َْﺴ ِﺒ ُﻘﻮﻧ َ ُﻪ ِﺎﺑﻟْ َﻘ ْﻮ ِل َو ُ ْﱒ ِﺑأَ ْﻣ ِﺮ ِﻩ ﯾ َ ْﻌ َﻤﻠ‬.‫ﻮن‬


‫ﻮن‬ َ ‫َوﻗَﺎﻟُﻮا َّ َاﲣ َﺬ ا َّﻟﺮ ْ َﲪ ُﻦ َو َ ً ا ُﺳ ْﺒ َ ﺎﻧ َ ُﻪ ﺑ َ ْﻞ ِﻋ َﺒﺎ ٌد ُﻣ ْﻜ َﺮ ُﻣ‬
[27-26 :‫]اﻷﻧﺒﻴﺎء‬
Dan mereka berkata, ‘Tiada Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak’,
Mahasuci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang

-7-
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYYABAT - (NANDANG HMZ)

dimuliakan, mereka itu tiada mendahuluiNya dengan perkataan dan mereka mengerjakan
perintah-perintahNya” (QS. Al-Anbiya’: 26-27).
b. Kepercayaan Manusia Tentang Malaikat Sebelum Islam.
Wujud Malaikat diakui dan tidak diperselisihkan oleh umat manusia sejak
dahulu. Sebagaimana tidak seorang Jahiliyah pun dikatahui mengingkarinya,
meskipun cara penetapannya berbeda-beda antara pengikut para nabi dengan yang
lainnya.
Orang-orang musyrik menyangka para Malaikat itu anak-anak perempuan Allah.
Allah Swt telah membantah mereka dan menjelaskan tentang ketahuan mereka.
Allah berfirman:

َ ُ‫َو َﺟ َﻌﻠُﻮا اﻟْ َﻤ َﻼﺋِ َﻜ َﺔ ا َّ ِ َﻦ ُ ْﱒ ِﻋ َﺒﺎ ُد َّاﻟﺮ ْ َﲪ ِﻦ ا َ ً َٔا َﺷﻬِﺪُ وا َ ﻠْ َﻘﻬ ُْﻢ َﺳ ُﺘ ْﻜ َ ُﺐ َﺷﻬَﺎ َدﲥُ ُ ْﻢ َو ُْﺴأَﻟ‬
‫ﻮن‬
ِٕ [19 :‫]اﻟﺰﺧﺮف‬
Mereka menjadikan malaikat-malaikat yang merupakan hamba-hamba Allah Yang
Maha Pengasih itu sebagai jenis perempuan. Apakah mereka itu adalah menyaksikan
penciptaan? Kelak, kesaksian mereka akan dituliskan mereka dan dimintai
pertanggungjawaban (QS. Al-Zukhruf [43]: 19).
Pada ayat lain disebutkan:

َ ُ‫َٔا ْم َ ﻠَ ْﻘ َﺎ اﻟْ َﻤ َﻼﺋِ َﻜ َﺔ ا َ ً َو ُ ْﱒ َﺷﺎ ِﻫﺪ‬


َ ُ‫ون )( َٔا َﻻ اﳖَّ ُ ْﻢ ِﻣ ْﻦ اﻓْ ِﻜﻬ ِْﻢ ﻟَ َﯿ ُﻘﻮﻟ‬
‫ﻮن )( َو َ َ ا َّ ُ َواﳖَّ ُ ْﻢ‬
ِٕ ِٕ ِٕ [152 - 150 :‫اﻟﺼﺎﻓﺎت‬ ِٕ ] ‫ﻮن‬ َ ُ‫ﻟَ َﲀ ِذﺑ‬
Atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan, sedangkan
mereka menyaksikannya? Ingatlah, di antara kebohongan mereka, mereka benar-
benar mengatakan "Allah mempunyai anak". Sungguh mereka benar-benar pendusta
(QS. Al-Shaffat [37]: 150-152).
c. Jumlah Malaikat
Berapakah jumlah Malaikat Allah? Sepuluhkah atau lebih dari itu? Jika
melihat ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah Saw jumlah malaikat sungguh banyak,
tidak terhitung jumlahnya, kecuali oleh Allah sendiri. Sebagai gambaran, dalam
hadis shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim disebutkan:

َ ‫ » ﯾُ ْﺆ َﰏ ِ َﲜﻬَﲌَّ َ ﯾ َ ْﻮ َﻣ ِﺌ ٍﺬ ﻟَﻬَﺎ َﺳ ْﺒ ُﻌ‬ ‫ﷲ‬


‫ﻮن َٔاﻟْ َﻒ ِز َﻣﺎ ٍم َﻣ َﻊ‬ ِ ‫ﻮل‬ ُ ‫ ﻗَﺎ َل َر ُﺳ‬:‫ﷲ ﻗَﺎ َل‬ِ ‫َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ‬
.« ‫ﻮن َٔاﻟْ َﻒ َﻣ َ ٍ َ ُﳚ ُّﺮوﳖَ َﺎ‬ ِّ ُ
َ ‫ﰻ ِز َﻣﺎ ٍم َﺳ ْﺒ ُﻌ‬
Neraka Jahannam pada hari Qiamat memiliki tujuh puluh ribu kendali, setiap kendali
ditarik oleh tujuh puluh ribu malaikat” (HR. Muslim, No. 2842).
Dalam riwayat lain, ketika Nabi Saw bertanya kepada Malaikat Jibril, saat
Isra-Mikraj, tentang Bait Al-Makmur (Al-Bait Al-Makmur adalah kiblat dan tempat
berhaji para malaikat di langit, sebagaimana Kabah adalah kiblat dan tempat berhaji
bagi manusia di bumi). Jibril menjelaskan, bahwa:

‫ ا َذا ﺧ ََﺮ ُﺟﻮا ﻟَ ْﻢ ﯾ َ ُﻌﻮ ُدوا‬، ٍ َ ‫ﻮن َٔاﻟْ َﻒ َﻣ‬ َّ ُ ‫ ﻫ ََﺬا اﻟْ َﺒ ْ ُﺖ اﻟْ َﻤ ْﻌ ُﻤ ُﻮر ﯾُ َﺼ ِ ّﲆ ِﻓ ِﻪ‬...
َ ‫ﰻ ﯾ َ ْﻮ ٍم َﺳ ْﺒ ُﻌ‬
ِٕ ‫اﻟَ ْﯿ ِﻪ ا ٓ ِﺧ َﺮ َﻣﺎ َﻠَ ْ ِﳱ ْﻢ‬
Ini adalah Al-Bait Al-Makmur, setiap kari, tujuh puluh ribu malaikat shalat di sana,ِٕ
dan yang telah shalat tidak lagi kembali sesudahnya (HR. Bukhari, No. 3207).

-8-
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYABAT - (NANDANG HMZ)

Penjelasan dua hadis di atas, sangat jelas menggambarkan betapa banyak


jumlah malaikat itu. Coba kita bayangkan hadis yang kedua. Itu berkisah ketika
Rasulullah Saw mi’raj, hitung sejak saat itu sampai sekarang berapa hari? Dalam
hadis itu disebut setiap hari ada 70 ribu malaikat shalat di sana dan yang telah selesai
shalat tidak pernah datang lagi ke sana dan itu akan terus berlangsung sampai
datangnya hari Qiamat.
Oleh karena itu, menurut Quraish Shihab (1999: 253-254) walaupun dalam
bahasa Arab kata tujuh tidak harus difahami dalam arti angka yang di bawah
delapan dan di atas enam, karena tujuh dapat berarti banyak yang tidak terhitung,
paling tidak, angka-angka di atas dapat menggambarkan banyaknya jumlah malaikat.
Tidak dapat dihitung kecuali oleh Allah Swt. Bahkan, walaupun ada angka-angka
yang disebutkan oleb Al-Qur’an menyangkut malaikat-malaikat tertentu, namun kita
hanya dapat berhenti pada bilangan itu, dan tidak mengetahui persis jumlahnya. Misalnya
ketika Allah menjelaskan tentang Aresy (“singgasana” Tuhan) kelak di kemudian
hari, dinyatakan-Nya, bahwa:

[17 :‫]اﳊﺎﻗﺔ‬ ‫َواﻟْ َﻤ َ ُ َ َﲆ َٔا ْر َﺟﺎﲛِ َﺎ َو َ ْﳛ ِﻤ ُﻞ َﻋ ْﺮ َش َرﺑ ّ َِﻚ ﻓَ ْﻮﻗَﻬ ُْﻢ ﯾ َ ْﻮ َﻣ ِﺌ ٍﺬ ﺛَ َﻤﺎ ِﻧ َﯿ ٌﺔ‬
Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan
malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka (QS. Al-Haqqah
[69]:17).
Apa makna angka-angka itu? Personal atau barisan? Dalam Al-Qur’an, Malaikat
menyatakan dirinya sebagai makhluk-makhluk yang berbaris:
[165 :‫ﻮن ]اﻟﺼﺎﻓﺎت‬ َّ ‫َوا َّ ﻟَﻨَ ْﺤ ُﻦ‬
َ ُّ ‫اﻟﺼﺎﻓ‬
Dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah ِٕ
Allah) (QS. Al-Shafât [37]:165).
Dalam salah satu riwayat, Nabi Saw ditanya bagaimana cara Malaikat bershaf-
shaf.

«‫اﻟﺼ ِّﻒ‬ َ ‫اﻟﺼ ُﻔ َﻮف ْ ُٔااﻟ َو َل َوﯾ َ َ َﱰ ُّاﺻ‬


َّ ‫ﻮن ِﰲ‬ َ ‫ »ﯾُ ِﺘ ُّﻤ‬:‫َو َﻛ ْﯿ َﻒ ﺗ َُﺼ ُّﻒ اﻟْ َﻤ َﻼﺋِ َﻜ ُﺔ ِﻋ ْﻨﺪَ َر ِ ّﲠَﺎ؟ ﻗَﺎ َل‬
ُّ ‫ﻮن‬
Ya Rasulullah bagaimana shaf Malaikat di sisi Tuhannya? Beliau menjawab: Mereka
menyempurnakan barisan-barisan mereka dari shaf pertama dan mereka terus
mengatur barisan dalam shaf-shaf selanjutnya (HR. Muslim, No. 430).
Pada ayat lain disebutkan neraka Saqar dijaga sembilan belas Malaikat:
(30) ‫( َﻋﻠَْﻴـ َﻬﺎ ﺗِ ْﺴ َﻌﺔَ َﻋ َﺸَﺮ‬29) ‫اﺣﺔٌ ﻟِْﻠﺒَ َﺸ ِﺮ‬ ِ
َ ‫( ﻟَﱠﻮ‬28) ‫( َﻻ ﺗـُْﺒﻘﻲ َوَﻻ ﺗَ َﺬ ُر‬27) ‫َوَﻣﺎ أ َْد َر َاك َﻣﺎ َﺳ َﻘُﺮ‬
[30 - 27 :‫]اﳌﺪﺛﺮ‬
tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak
membiarkan1. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Dan di atasnya ada
sembilan belas (Malaikat penjaga) (QS. Al-Muddatsir [76): 27-30).
Apakah sembilan belas itu, personilnya, komando-komandonya, atau barisannya?
Tidak dapat dipastikan. Apalagi seperti firman Allah melanjutkan penjelasan-Nya
tentang bilangan tersebut.

1
Yang dimaksud dengan tidak meninggalkan dan tidak membiarkan ialah apa yang dilemparkan
ke dalam neraka itu diazabnya sampai binasa kemudian dikembalikannya sebagai semula untuk
diazab kembali.

-9-
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYYABAT - (NANDANG HMZ)

‫ﺎب اﻟﻨَّ ِﺎر ا َّﻻ َﻣ َﻼﺋِ َﻜ ًﺔ َو َﻣﺎ َﺟ َﻌﻠْﻨَﺎ ِﺪَّﲥَ ُ ْﻢ ا َّﻻ ِﻓ ْﻨَ ًﺔ ِﻟ َّ ِ َﻦ َﻛ َﻔ ُﺮوا ِﻟ َ ْﺴ َ ْ ِﻘ َﻦ‬ َ ‫ﲱ‬َ ْ ‫َو َﻣﺎ َﺟ َﻌﻠْﻨَﺎ َٔا‬
ْ ِٕ ِٕ
‫ﻮن‬ ِ
‫ﻣ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﻤ‬ْ ‫ﻟ‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ﺎب‬ ِ
‫ﻜ‬ ‫اﻟ‬ ‫ا‬‫ﻮ‬ ‫ﺗ‬‫و‬ ُٔ
‫ا‬ ‫ﻦ‬ ِ
َ ُ ْ ُ َ َ َ ُ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َ َ ‫ﺎب َو َ ْﺰدَا‬ َّ ‫ا‬ ‫ب‬ َ ‫ﺮ‬ ‫ﻻ‬ َ ‫و‬ ً ‫ﺎ‬‫ﳝ‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ﻮ‬ ‫ﻣ‬ ٓ ‫ا‬ ‫ﻦ‬ ِ َّ ‫ا‬ ‫د‬ َ َ ‫ا َّ ِ َﻦ ُٔاوﺗُﻮا ْاﻟ ِﻜ‬
ِٕ ِ َ ْ
‫ون َﻣﺎ َذا َٔا َرا َد ا َّ ُ ﲠِ َ َﺬا َﻣ ًَﻼ َﻛ َﺬ ِ َ ﯾُ ِﻀ ُّﻞ ا َّ ُ َﻣ ْﻦ‬ َ ‫َو ِﻟ َﯿ ُﻘﻮ َل ا َّ ِ َﻦ ِﰲ ُﻗﻠُﻮﲠِ ِ ْﻢ َﻣ َﺮ ٌض َواﻟﲀﻓ ُﺮ‬
ِ َ َ ْ‫ﱔ ا َّﻻ ِذ ْﻛ َﺮى ِﻟﻠ‬
‫ﴩ‬ َِٕ ِ ‫َﺸَ ﺎ ُء َوﳞَ ْ ِﺪي َﻣ ْﻦ َﺸَ ﺎ ُء َو َﻣﺎ ﯾ َ ْﻌ َ ُﲅ ُﺟ ُﻮ َد َرﺑ ّ َِﻚ ِٕا َّﻻ ﻫ َُﻮ َو َﻣﺎ‬
Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah
Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang
kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang
beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan
orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam
hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki
Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah
membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu
melainkan dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia
(QS. Al-Mudatstsir [74] :31).

d. Macam-Macam Malaikat: Nama dan Fungsi/Perannya


Allah Swt dalam Al-Qur’an mengisyaratkan macam-macam malaikat, aneka
kedudukannya, serta fungsi-fungsinya.
[164 :‫َو َﻣﺎ ِﻣ َّﺎ ا َّﻻ َ ُ َﻣ َﻘﺎ ٌم َﻣ ْﻌﻠُﻮ ٌم ]اﻟﺼﺎﻓﺎت‬
tiada satu pun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang
ِٕ
tertentu (QS. Al-Shaffat [37]: 164).
Malaikat adalah hamba Allah yang dimuliakan dan utusan Allah yang
dipercaya. Allah menciptakan mereka khusus untuk beribadah kepada-Nya. Mereka
bukanlah putera-puteri Allah dan bukan pula putera-puteri selain Allah. Mereka
membawa risalah Tuhannya, dan menunaikan tugas masing-masing di alam ini.
Mereka juga bermacam-macam dan masing-masing mempunyai tugas khusus.
Dalam Surat Al-Mursalat (77): 1-6, Allah Swt menjelaskan lima kelompok
malaikat dengan fungsi dan tugas yang berbeda-beda. Dalam menjelaskan fungsi
malaikat tersebut Allah mengungkapkannya dengan sumpah:

(4 ) ِ َ‫( ﻓَﺎﻟْ َﻔ ِﺎرﻗ‬3) ‫ﴩا‬


‫ﺎت ﻓَ ْﺮﻗًﺎ‬ ً ْ َ ‫ﺎﴍ ِات‬ ِ ‫( ﻓَﺎﻟْ َﻌ ِﺎﺻ َﻔ‬1) ‫َواﻟْ ُﻤ ْﺮ َﺳ َﻼ ِت ُﻋ ْﺮﻓًﺎ‬
َ ِ َّ‫( َواﻟﻨ‬2) ‫ﺎت َﻋ ْﺼ ًﻔﺎ‬
[6 - 1 :‫( ]اﳌﺮﺳﻼت‬6) ‫( ُ ْﺬ ًرا َٔا ْو ﻧ ُْﺬ ًرا‬5) ‫ﺎت ِذ ْﻛ ًﺮا‬ ِ َ ‫ﻓَﺎﻟْ ُﻤﻠْ ِﻘ‬
demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, dan (malaikat-
malaikat) yang terbang dengan kencangnya2, dan (malaikat-malaikat) yang menye-
barkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya3, dan (malaikat-malaikat) yang mem-
bedakan (antara yang hak dan yang bathil) dengan sejelas-jelasnya, dan (malaikat-
malaikat) yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi
peringatan,

2
Maksudnya: terbang untuk melaksanakan perintah Tuhannya.
3
Di waktu Malaikat turun untuk membawa wahyu, sebagian ahli tafsir berpendapat, bahwa
yang dimaksud dengan Al-Nâsyirât ialah angin yang bertiup dengan membawa hujan.

- 10 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYABAT - (NANDANG HMZ)

Kemudian pada QS. Al-Naziat [79]: 1-5, kembali Allah bersumpah dengan
menyebut empat fungsi dan tugas malaikat, yaitu:
ِ ‫ﺎﻟﺴﺎ ِﺑ َﻘ‬
(4) ‫ﺎت َﺳ ْﺒﻘًﺎ‬ َّ َ‫( ﻓ‬3) ‫ً ﺎ‬ ِ ‫ﺎﲝ‬
‫ﺎت َﺳ ْﺒ‬ َّ ‫( َو‬2) ‫ﺎت َ ْﺸ ًﻄﺎ‬
َ ِ ‫اﻟﺴ‬ ِ ‫( َواﻟﻨَّ ِﺎﺷ َﻄ‬1) ‫ﺎت ﻏَ ْﺮﻗًﺎ‬
ِ َ ‫َواﻟﻨَّ ِﺎز‬
[5 - 1 :‫ات َٔا ْﻣ ًﺮا ]اﻟﻨﺎز ﺎت‬ ِ ‫ﻓَﺎﻟْ ُﻤﺪَ ِ ّ َﺮ‬
demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat-
malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut, dan (malaikat-malaikat) yang
turun dari langit dengan cepat, dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan
kencang, dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia).
Nama-nama malaikat dengan tugasnya masing-masing yang selama ini
dikenalkan dan diajarkan di sekolah-sekolah atau di pesantren-pesantren, dalam Al-
Qur’an ada yang secara tegas disebutkan namanya dan ada pula yang hanya disebutkan
fungsinya saja.
Nama-nama malaikat yang secara tegas disebut namanya dalam Al-Qur’an,
pertama, Malaikat Jibril, hal ini dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah (2): 98

.[98 :‫َﺪُ ٌّو ِﻟ ْﻠ َﲀ ِﻓ ِﺮ َﻦ ]اﻟﺒﻘﺮة‬


َ ‫َﻣ ْﻦ َﰷ َن َﺪُ ًّوا ٍ َو َﻣ َﻼﺋِ َﻜ ِ ِﻪ َو ُر ُﺳ ِ ِ َو ِﺟ ْ ِﱪﯾ َﻞ َو ِﻣ َﲀ َل ﻓَﺎ َّن‬
‫ﷲ‬
ِٕ
Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya,
Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.
Selain pada ayat di atas, nama Jibril disebutkan pula dalam ayat lain:

َ ‫ﷲ ﻓَ َﻘ ْﺪ َﺻﻐ َْﺖ ُﻗﻠُﻮ ُ ُﳬَﺎ َوا ْن ﺗ ََﻈﺎﻫ ََﺮا َﻠَ ْﯿ ِﻪ ﻓَﺎ َّن‬
‫ﷲ ﻫ َُﻮ َﻣ ْﻮ َﻻ ُﻩ َو ِﺟ ْ ِﱪﯾ ُﻞ‬ ِ ‫ا ْن ﺗَ ُﺘ َﻮﺎﺑ ا َﱃ‬
ِٕ [4 :‫ِٕوﺻﺎ ِﻟﺢ اﻟْﻤ ِٕ ْﺆ ِﻣ ِﲔ واﻟْﻤ َﻼﺋِ َﻜ ُﺔ ﺑﻌﺪَ َذ ِ َ َﻇﻬ ِِٕﲑٌ ]اﻟﺘﺤﺮﱘ‬
َْ َ َ َ ُ ُ ََ
Jika kamu berdua4 bertaubat kepada Allah, sungguh hati kamu berdua telah condong
menerima kebenaran. Jika kamu berdua saling membantu menyusahkan Nabi, sungguh
Allah adalah pelindungnya berserta Jibril dan orang-orang mukmin yang baik. Selain itu
malaikat-malaikat adalah penolongnya pula (QS. Al-Tahrim [66]: 4).
Malaikat Jibril juga dinamai Al-Rûh Al-Amîn, Rûh Al-Qudus. Penjelasan ini
sebagaimana firman Allah:

[194-193 :‫ﻮن ِﻣ َﻦ اﻟْ ُﻤ ْﻨ ِﺬ ِر َﻦ ]اﻟﺸﻌﺮاء‬


َ ‫ َ َﲆ ﻗَﻠْﺒ َِﻚ ِﻟ َﺘ ُﻜ‬.‫وح ْ َٔااﻟ ِﻣ ُﲔ‬
ُ ‫َ َﺰ َل ِﺑ ِﻪ ُّاﻟﺮ‬
Dia (wahyu) dibawa turun oleh Al-Rûh Al-Amîn (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar
kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan (QS. Al-
Syu’ara: 193-194).
[102 :‫]اﻟﻨﺤﻞ‬ ‫ُﴩى ِﻟﻠْ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤ َﲔ‬
َ ْ ‫ﺪُس ِﻣ ْﻦ َﺑر ّ َِﻚ ِﺎﺑﻟْ َﺤ ّ ِﻖ ِﻟ ُﯿﺜَ ِ ّ َﺖ ا َّ ِ َﻦ ا ٓ َﻣ ُﻮا َوﻫُﺪًى َو‬
ِ ‫وح اﻟْ ُﻘ‬
ُ ‫ُﻗ ْﻞ َ َّﺰ َ ُ ُر‬
Katakanlah: "Rûh al-Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur’an itu dari Tuhanmu dengan
benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi
petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)“
(QS. Al-Nahl [16]: 102).
Dari penjelasan ayat-ayat di atas dipahami bahwa salah satu tugas/ibadah
Malaikat Jibril adalah menyampaikan wahyu Ilahi kepada para Nabi dan Rasul. Terkait
dengan tugasnya menyampaikan wahyu, khususnya Al-Qur’an. Allah menyifati Jibril
dalam tugasnya dengan sifat-sifat yang penuh pujian dan sanjungan: “Sesungguhnya Al-

4 Yang dimaksud “kamu berdua” adalah dua isteri Nabi Saw, yaitu Hafsah dan Aisyah

- 11 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYYABAT - (NANDANG HMZ)

Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang
mempunyai kekuatan (dzî quwwat), yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah
yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.” (lihat QS.
At-Takwir [81]: 19-21).
Nabi Muhammad Saw pernah dua kesempatan melihat Malaikat Jibril dalam
wujud asli. Sebagaimana riwayat tentang pertanyaan Aisyah (istri Nabi) mengenai
QS. Al-Takwir (81): 23 dan QS. Al-Najm (53): 13-14:

[23 :‫]اﻟﺘﻜﻮﻳﺮ‬ ِ‫َوﻟ َﻘَ ْﺪ َرا ٓ ُﻩ ِﺎﺑ ْاﻟُٔ ﻓُ ِﻖ اﻟْ ُﻤ ِﺒ ﲔ‬


Dan sesungguhnya Muhammad itu melihatnya di ufuk yang terang (QS. Al-Takwir
[81]:23).

[14 -13 :‫]اﻟﻨﺠﻢ‬ ‫ ِﻋ ْﻨﺪَ ِﺳ ْﺪ َر ِة اﻟْ ُﻤ ْﻨﳤَ َ ﻰ‬.‫َوﻟَ َﻘ ْﺪ َرا ٓ ُﻩ َ ْﺰ َ ً ُٔاﺧ َْﺮى‬
Dan Muhammad telah melihatnya pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha
(QS. Al-Najm [53]:13-14).
Rasulullah Saw menjawab:

«‫َ ْ َﲑ ﻫَﺎﺗ ْ َِﲔ اﻟْ َﻤ َّﺮﺗ ْ َِﲔ‬ ‫»اﻧ َّ َﻤﺎ ﻫ َُﻮ ِﺟ ْ ِﱪ ُﯾﻞ ﻟَ ْﻢ َٔا َر ُﻩ َ َﲆ ُﺻ َﻮر ِﺗ ِﻪ اﻟ َّ ِﱴ ُ ِﻠ َﻖ َﻠَ ْﳱَﺎ‬
Itu tidak lain kecuali Malaikat Jibril, saya tidak melihatnya dalam bentuknya yang
ِٕ
diciptakan Allah kecuali dalam dua kesempatan (HR. Muslim, No.287).
Dalam hadis lain Imam Muslim (No. 280-282) meriwayatkan melalui sahabat
Abdullah Ibnu Masud, bahwa Nabi Saw, “Melihat Jibril dalam bentuk aslinya memiliki
enam ratus sayap” (ٍ‫)ﻗَﺎ َل َر َٔاى ِﺟ ْ ِﱪﯾ َﻞ ِﰱ ُﺻ َﻮر ِﺗ ِﻪ َ ُ ِﺳ ﺘُّ ِﻤﺎﺋ َ ِﺔ َﺟ َﺎح‬
Dalam riwayat Imam Ahmad, disebutkan tambahan penjelasan Ibnu Mas’ud
yang menyatakan,

‫ﰻ َﺟ َﺎحٍ ِﻣ ْﳯَﺎ ﻗَ ْﺪ َﺳ َّﺪ ا ُٔاﻟﻓُ َﻖ َْﺴ ُﻘﻂُ ِﻣ ْﻦ َﺟ َﺎ ِ ِﻪ ِﻣ َﻦ ا ﳤَّ َﺎ ِو ِﯾﻞ َوا ُّ ّ ِر َواﻟْ َﯿﺎ ُﻗﻮت‬
ُّ ُ ‫و‬
Setiap sayap telah menutupi ufuk dan berjatuhan dari sayapnya mutu manikam dan
mutiara-mutiara yang beraneka warna (HR. Ahmad, No. 3748).
Kedua, Malaikat Mikail. Dalam QS. Al-Baqarah [2]: 98 di samping disebut
nama Jibril, juga disebut nama Mikail. Namun, tugas dan fungsi Malaikat Mikail tidak
disebut secara tegas oleh Al-Quran. Umat Islam menyebut tugas malaikat ini antara
lain bertugas menurunkan hujan dan membagi rezeki. Namun, jika diperhatikan hadis
riwayat Imam Muslim yang menyebut adanya malaikat pengarak awan, namun,
dalam hadis tersebut tidak secara tegas mengarah kepada Malaikat Mikail.

‫ ﻓَ َﺴ ِﻤ َﻊ َﺻ ْﻮ ً ِﰲ‬،‫ "ﺑ َ ْ َﺎ َر ُﺟ ٌﻞ ِﺑ َﻔ َﻼ ٍة ِﻣ َﻦ ْ َٔااﻟ ْر ِض‬:‫ ﻗَﺎ َل‬ ‫ َﻋ ِﻦ اﻟﻨَّ ِ ِ ّﱯ‬،َ‫َﻋ ْﻦ َٔا ِﰊ ﻫ َُﺮْ َﺮة‬
‫ﴍ َﺟ ٌﺔ ِﻣ ْﻦ‬
ْ َ ‫ ﻓَﺎ َذا‬،‫ ﻓَأَﻓْ َﺮ َغ َﻣ َﺎء ُﻩ ِﰲ َﺣ َّﺮ ٍة‬،‫ﺎب‬
ُ َ ‫اﻟﺴ‬
َّ َ ِ ‫ ﻓَ َﻨَ َّﺤﻰ َذ‬،‫ ْاﺳ ِﻖ َ ِﺪﯾ َﻘ َﺔ ﻓُ َﻼ ٍن‬:‫َﲮَﺎﺑ َ ٍﺔ‬
ِٕ … ‫اﻟﴩاجِ ﻗَ ِﺪ ْاﺳ َﺘ ْﻮ َﻋ َﺒ ْﺖ َذ ِ َ اﻟْ َﻤ َﺎء ُﳇَّ ُﻪ‬
َ ّ ِ َ ْ ‫ِﺗ‬
Tatkala seorang laki-laki berada di tanah lapang (gurun) dia mendengar suara di
awan, ‘Siramilah kebun fulan’, maka menjauhlah awan tersebut kemudian menum-
pahkan air di suatu tanah yang berbatu hitam, maka saluran air di situ-dari saluran-
saluran yang ada- telah memuat air seluruhnya... (HR. Muslim, 4/2288).

- 12 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYABAT - (NANDANG HMZ)

Justru nama Malaikat Mikail ekplisit disebut bersama Jibril dan Israfil ketika
terjadi perang Badar, digambarkan Malaikat Mikail turut membantu/mendampingi
pasukan kaum muslimin dalam peperangan itu. Hal ini dijelaskan dalam hadis
sebagai berikut :

‫َ َّﺪﺛَﻨَﺎ َٔاﺑُﻮ ﻧ ُ َﻌ ْ ٍﲓ َ َّﺪﺛَﻨَﺎ ِﻣ ْﺴ َﻌ ٌﺮ َﻋ ْﻦ َٔا ِﰊ َﻋ ْﻮ ٍن َﻋ ْﻦ َٔا ِﰊ َﺻﺎ ِﻟ ٍﺢ اﻟْ َﺤﻨَ ِﻔ ّ ِﻲ َﻋ ْﻦ َ ِ ٍ ّﲇ ﻗَﺎ َل ِﻗ َﻞ‬
‫ﴎا ِﻓ ُﻞ َﻣ َ ٌ َﻋ ِﻈ ٌﲓ‬ َ ْ ‫ﯿﻞ َوا‬ ُ ِ‫ِﻟ َﻌ ِ ٍ ّﲇ َو ِ َٔاﻟ ِﰊ َ ْﻜ ٍﺮ ﯾ َ ْﻮ َم ﺑ َ ْﺪ ٍر َﻣ َﻊ َٔا َ ِﺪ ُ َ ِﺟ ْ ِﱪ ُﯾﻞ َو َﻣ َﻊ ْااﻟٓ َﺧ ِﺮ ِﻣ َﲀﺋ‬
ِٕ ‫اﻟﺼ َّﻒ‬َّ ُ‫َْﺸﻬَﺪُ اﻟْ ِﻘ َﺎ َل َٔا ْو ﻗَﺎ َل َْﺸﻬَﺪ‬
… dari Ali ra berkata: Di katakan kepada Ali dan Abu Bakar pada hari perang
Badar. Salah satumu di ikuti Jibril dan yang lain bersama Mikail. Sedang Israfil adalah
malaikat besar yang ikut perang. Atau perawi berkata: Ikut dalam barisan (HR.
Ahmad, No. 1257).
Ketiga, Malaikat Malik disebut dalam QS. Al-Zukhruf [43]: 77.

َ ‫َﻠَ ْﯿﻨَﺎ َرﺑ ُّ َﻚ ﻗَﺎ َل ا َّ ُ ْﲂ َﻣﺎ ِﻛﺜ‬


[77 :‫ُﻮن ]اﻟﺰﺧﺮف‬ ‫َو َ د َْوا َ َﻣﺎ ِ ُ ِﻟ َﯿ ْﻘ ِﺾ‬
mereka (penghuni neraka) berseru: "Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami
ِٕ
saja". Dia menjawab: "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)".
Ayat di atas menggambarkan dialog Malaikat Malik dengan penghuni neraka
kelak. Atas dasar itu difahami Malaikat Malik memiliki tugas dan fungsi sebagai
pemimpin penjaga neraka. Kepemimpinannya difahami karena dalam ayat lain
disebutkan adanya sembilan belas penjaga neraka Saqar. “Tahukah kamu apakah
(Neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka
Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat
penjaga). Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan malaikat.” (lihat QS.
Al-Muddatstsir [74]: 27-30). Shalih bin Fauzan (1998), menyebutkan: ”Para
pemimpinnya ada sembilan belas dan pemukanya adalah Malik. Hal ini, menurutnya
ditunjukkan oleh firman Allah ketika menyifati Neraka Saqar pada QS. Al-
Muddatstsir [74]: 27-30) di atas.
Selain Malaikat Malik dan sembilan belas malaikat penjaga Neraka Saqar, di
ayat lain QS. Al-’Alaq (96); 17-18 ada disebut Al-Zabaniyah.

(18) َ‫( َﺳﻨَ ْﺪعُ اﻟﱠﺰَ ﻧِﻴَﺔ‬17) ُ‫ﻓَـ ْﻠﻴَ ْﺪعُ َ ِدﻳَﻪ‬
Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan
memanggil malaikat Zabaniyah.
Siapakah Malaikat Al-Zabaniyah yang disebut dalam QS. Al-‘Alaq (96):18 itu,
apakah ia termasuk dalam kelompok sembilan belas itu atau tidak?
Quraish Shihab (1999: 270), menyebut bahwa secara kebahasaan Zabaniyat
adalah bentuk jamak dari kata Zibniyat, yang kata kerjanya berarti mendorong. Ini
memberi kesan, bahwa ada malaikat-malaikat yang berada di luar neraka yang
mendorong jatuh orang-orang durhaka ke dalam neraka seperti digambarkan dalam
QS. Al-Zumar [30]: 71

- 13 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYYABAT - (NANDANG HMZ)

‫َو ِﺳ َﯿﻖ ا َّ ِ َﻦ َﻛ َﻔ ُﺮوا ا َﱃ َ َ ﲌَّ َ ُز َﻣ ًﺮا َﺣ َّﱴ ا َذا َﺟﺎ ُءوﻫَﺎ ﻓُ ِ َﺤ ْﺖ َٔاﺑْ َﻮاﲠُ َﺎ َوﻗَﺎ َل ﻟَﻬ ُْﻢ ﺧ ََﺰَﳤُ َﺎ َٔاﻟَ ْﻢ‬
‫ﻮن َﻠَ ْﯿ ُ ْﲂ ا ٓ َ ِت َ ِرّ ُ ِْٕﲂ َوﯾُ ْﻨ ِﺬ ُرو َ ُ ْﲂ ِﻟ َﻘ َﺎء ﯾ َ ْﻮ ِﻣ ُ ْﲂ ﻫ ََﺬا ﻗَﺎﻟُﻮا ﺑ َ َﲆ َوﻟَ ِﻜ ْﻦ‬ِٕ
َ ُ‫ﯾَأْ ِ ُ ْﲂ ُر ُﺳ ٌﻞ ِﻣ ْ ُ ْﲂ ﯾ َ ْﺘﻠ‬
[71 :‫اب َ َﲆ ا ْﻟ َﲀ ِﻓ ِﺮ َﻦ ]اﻟﺰﻣﺮ‬ ِ ‫َﺣﻘَّ ْﺖ َ ِﳇ َﻤ ُﺔ اﻟْ َﻌ َﺬ‬
Dan orang-orang kafir didorong (digiring) ke dalam neraka Jahannam berombong-
rombongan. Apabila mereka sampai ke neraka, dibukakanlah pintu-pintunya dan
berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Apakah belum pernah datang
kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu
dan memperingatkan kepadamu akan (terjadinya) pertemuan dengan hari ini?"
Mereka menjawab: "Benar (telah datang)". Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab
terhadap orang-orang yang kafir.
Juga bagaimana jika dihubungankan dengan HR. Bukhari dan Muslim yang
disebutkan di atas tentang Neraka Jahannam pada hari Qiamat memiliki tujuh puluh
ribu kendali, setiap kendali ditarik oleh tujuh puluh ribu malaikat.
Keempat, Para malaikat yang ditugaskan mengawasi amal seorang hamba, amal
yang baik maupun amal yang buruk. Mereka adalah Al-Kirâm Al-Kâtibîn (para
pencatat yang mulia). Mereka mengetahui apa yang dikerjakan manusia, kirâm
kâtibîn, ya'malûna mâ taf'alûn. (para pencatat yang mulia, mereka mengetahui apa
yang dikerjakan manusia (lihat QS. Al-Infithar [82]: 11-12). Mereka masuk dalam
golongan Hafazhah (para penjaga), sebagaimana firman Allah:

[61 :‫ ]اﻷﻧﻌﺎم‬... ‫َوﻫ َُﻮ اﻟْ َﻘﺎ ِﻫ ُﺮ ﻓَ ْﻮ َق ِﻋ َﺒﺎ ِد ِﻩ َو ُ ْﺮ ِﺳ ُﻞ َﻠَ ْﯿ ُ ْﲂ َﺣ َﻔ َﻈ ًﺔ‬


dan Dia-lah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan
diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga ... (QS. Al-An’am [6]: 61).
Ayat lain menjelaskan:

[80 :‫]اﻟﺰﺧﺮف‬ َ ‫اﱒ ﺑ َ َﲆ َو ُر ُﺳﻠُﻨَﺎ َ َ ﳞْ ِ ْﻢ َ ْﻜ ُ ُﺒ‬


‫ﻮن‬ َّ ِ ‫ﻮن َٔا َّ َﻻ َ ْﺴ َﻤ ُﻊ‬
ْ ُ ‫ﴎ ُ ْﱒ َو َ ْﳒ َﻮ‬ َ ‫َٔا ْم َ ْﳛ َﺴ ُﺒ‬
Apakah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan
mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat)
Kami selalu mencatat di sisi mereka (Al-Zukhruf [43]: 80).

ّ ِ ‫ا ْذ ﯾ َ َﺘﻠَﻘَّﻰ اﻟْ ُﻤ َﺘﻠَ ِﻘّ َ ِﺎن َﻋ ِﻦ اﻟْ َﯿ ِﻤﲔِ َو َﻋ ِﻦ‬


‫ َﻣﺎ ﯾَﻠْ ِﻔﻆُ ِﻣ ْﻦ ﻗَ ْﻮلٍ ا َّﻻ َ َ ﯾْ ِﻪ َرِﻗ ٌﺐ‬.‫اﻟﺸ َﻤ ِﺎل ﻗَ ِﻌﯿ ٌﺪ‬
ِٕ [18-17 :‫َﻋ ِﺘﯿ ٌﺪ ]ق‬
ِٕ
(Yaitu) ketika dua malaikat mancatat amal perbuatannya, yang satu di sebelah kanan
dan yang lain di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan
ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir (QS. Qaf [50]: 17-18).
Dalam menjelaskan QS. Qaf di atas, khusunya ayat 18, ada ulama yang
memahami kata Raqîb dan ‘Atîd itu sebagai nama dua malaikat, yakni Raqîb pencatat
amal baik dan ‘Atîd mencatat amal buruk manusia. Namun, ada juga yang tidak
memahaminya sebagai nama malaikat, tetapi raqîbun atîdun, mereka fahami dalam arti
fungsinya, yakni “pengawas yang selalu hadir” (Quraish Shihab, 1999: 271).
Pada ayat lain disebutkan sebagai penjaga seorang hamba dalam segala
ihwalnya. Mereka adalah Mu’aqqibât, sebagaimana yang diberitakan Allah dalam
firmanNya:

- 14 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYABAT - (NANDANG HMZ)

ُ َ .‫ﴎ اﻟْ َﻘ ْﻮ َل َو َﻣ ْﻦ َ َ َﺮ ِﺑ ِﻪ َو َﻣ ْﻦ ﻫ َُﻮ ُﻣ ْﺴ َﺘﺨ ٍْﻒ ِﺎﺑﻟﻠ َّ ْﯿ ِﻞ َو َﺳ ِﺎر ٌب ِﺎﺑ ﳯَّ َ ِﺎر‬ َّ َ ‫َﺳ َﻮا ٌء ِﻣ ْ ُ ْﲂ َﻣ ْﻦ َٔا‬
[10 :‫]اﻟﺮﻋﺪ‬... ِ َّ ‫ﻦ َٔا ْﻣ ِﺮ ا‬ ْ ‫ﺎت ِﻣ ْﻦ ﺑ َ ْ ِﲔ ﯾَﺪَ ﯾْ ِﻪ َو ِﻣ ْﻦ َ ﻠْ ِﻔ ِﻪ َ ْﳛ َﻔ ُﻈﻮﻧ َ ُﻪ ِﻣ‬ٌ َ ّ‫ُﻣ َﻌ ِﻘ‬
Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa
yang berterus terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari
dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. Bagi manusia ada malaikat-
malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah.” (QS. Al-Ra’d [13]: 10).
Kelima, Malaikat lain yang disebut tugasnya dalam Al-Qur’an, yaitu: adanya
utusan-utusan Tuhan yang berfungsi meniup sangkakala, pertanda Qiamat dan
kebangkitan manusia setelah Qiamat, antara lain sebagaimana dijelaskan firman
Allah berikut:

‫اﻟﺴ َﻤ َﺎو ِات َو َﻣ ْﻦ ِﰲ ْ َٔااﻟ ْر ِض ا َّﻻ َﻣ ْﻦ َﺷ َﺎء ا َّ ُ ُ َّﰒ ﻧ ُ ِﻔﺦَ ِﻓ ِﻪ‬


َّ ‫اﻟﺼ ِﻮر ﻓَ َﺼ ِﻌ َﻖ َﻣ ْﻦ ِﰲ‬ ُّ ‫َوﻧ ُ ِﻔﺦَ ِﰲ‬
ِٕ [68 :‫ون ]اﻟﺰﻣﺮ‬ َ ‫ُٔاﺧ َْﺮى ﻓَﺎ َذا ُ ْﱒ ِﻗ َﺎ ٌم ﯾ َ ْﻨ ُﻈ ُﺮ‬
dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali ِٕ
siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-
tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing) (QS. Al-Zumar [39]: 68)
Siapa namanya? Al-Qur’an tidak menyebutkan. Umat Islam menyebutnya
Malaikat Israfil. Dalam salah satu hadis ditemukan nama Israfil yang dipandang
sebagai peniup sangkakala, antara lain dalam riwayat berikut:

‫ »ا َّن ا َّ َ ﻟَ َّﻤﺎ َﻠَ َﻖ ا َّﻟﺴ َﻤ َﻮ ِات َو ْ َٔااﻟ ْر َض َﻠَ َﻖ‬:‫ ﻗَﺎ َل‬ ِ َّ ‫ﻮل ا‬ ُ ‫ َ َّﺪﺛَﻨَﺎ َر ُﺳ‬:‫ ﻗَﺎ َل‬،َ‫َﻋ ْﻦ َٔا ِﰊ ﻫ َ ُْﺮ َﺮة‬
ِٕ
ُ َ َ ‫ َﺷﺎ ِﺧ ٌﺺ ﺑ‬،‫ ﻓَﻬ َُﻮ َو ِاﺿ ُﻌ ُﻪ َ َﲆ ِﻓ ِﻪ‬،‫ﴎا ِﻓ َﻞ‬
«...‫ ﯾ َ ْ َ ِﻈ ُﺮ َﻣ َﱴ ﯾَأْ ُﻣ ُﺮ ُﻩ‬،‫ﴫ ُﻩ ا َﱃ اﻟْ َﻌ ْﺮ ِش‬ َ ْ ‫ا ُّﻟﺼ َﻮر ﻓَأَﻋ َْﻄﺎ ُﻩ ا‬
ِٕ
Sesungguhnya setelah Allah selesai menciptakan langit dan bumi Dia menciptakan
ِٕ
sangkakala lalu sangkakala tersebut Allah serahkan kepada Israfil. Israfil lantas
memasukkan sangkakala tersebut ke dalam mulutnya sambil pandangannya menatap
ke arah Arsy, menunggu kapankah dia akan diperintahkan untuk meniup sangkakala
itu … (HR. Al-Baihaqi, No. 609).
Keenam, malaikat yang berfungsi mencabut ruh.

[11 :‫ﻮن ]اﻟﺴﺠﺪة‬


َ ‫ُ ْﺮ َﺟ ُﻌ‬ ‫ﰻ ِ ُ ْﲂ ُ َّﰒ ا َﱃ َ ِرّ ُ ْﲂ‬
َ ّ ِ ‫ُﻗ ْﻞ ﯾ َ َﺘ َﻮﻓ َّ ُ ْﺎﰼ َﻣ َ ُ اﻟْ َﻤ ْﻮ ِت ا َّ ِ ي ُو‬
Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawamu akan
ِٕ
mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan. (QS.
Al-Sajadah [32]:11).
Al-Quran tidak menyebut namanya. Al-Qur’an hanya menamainya rasul-
rasul (pesuruh-pesuruh Allah) untuk mencabut ruh sebagaimana firman Allah
berikut:

‫َوﻫ َُﻮ اﻟْ َﻘﺎ ِﻫ ُﺮ ﻓَ ْﻮ َق ِﻋ َﺒﺎ ِد ِﻩ َو ُ ْﺮ ِﺳ ُﻞ َﻠَ ْﯿ ُ ْﲂ َﺣ َﻔ َﻈ ًﺔ َﺣ َّﱴ ا َذا َﺟ َﺎء َٔا َ ﺪَ ُﰼُ اﻟْ َﻤ ْﻮ ُت ﺗ ََﻮﻓ َّ ْ ُﻪ ُر ُﺳﻠُﻨَﺎ‬
ِٕ [61 :‫ﻮن ]اﻷﻧﻌﺎم‬ َ ‫َو ُ ْﱒ َﻻ ﯾُ َﻔ ّ ِﺮ ُﻃ‬
dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan
diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian
kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh rasul-rasul (malaikat-

- 15 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYYABAT - (NANDANG HMZ)

malaikat) Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. (QS.
Al-An’am [6]:61).
QS. Al-Naziat [79]: 1-2), menjelaskan: demi (malaikat-malaikat) yang mencabut
(nyawa) dengan keras, dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan
lemah-lembut. Dalam hadis riwayat Imam Ahmad dari Al-Bara Ibnu Azib (Juz 40:
206, hadis No. 19038 dalam Al-Maktabah Al-Syamilah). Dijelakan bagaimana malaikat
yang mencabut nyawa dengan keras dan lembut.
‫ﻗَﺎ َل َوا َّن اﻟْ َﻌ ْﺒﺪَ ا ْﻟ َﲀ ِﻓ َـﺮ ا َذا َﰷ َن ِﰱ اﻧْ ِﻘ َﻄـﺎعٍ ِﻣ َـﻦ ا ُّ ﻧْ َﯿـﺎ َوا ْﻗ َـﺎلٍ ِﻣ َـﻦ ااﻟٓ ِﺧ َـﺮ ِة َ َـﺰ َل اﻟَ ْﯿـ ِﻪ ِﻣ َـﻦ‬
ِٕ ِٕ َ ‫ﻮح ﻓَ ْ ِﻠـﺴ‬ ِٕ ِٕ
ُ َ ‫ـﴫ ُ َّﰒ َﳚِـﻰ ُء َﻣـ‬ ِ َ ‫ﻮن ِﻣ ْـ ُﻪ َﻣـ َّﺪ اﻟْ َﺒ‬ ُ َ ُ ‫اﻟﺴ َﻤﺎ ِء َﻣ َﻼﺋِ َﻜ ٌﺔ ُﺳﻮ ُد اﻟْ ُﻮ ُﺟﻮ ِﻩ َﻣ َﻌﻬُ ُﻢ اﻟْ ُﻤ ُـﺴ‬ َّ
ِ ‫ﻮل َٔا َّﳤُ َﺎ اﻟـﻨَّ ْﻔ ُﺲ اﻟْ َﺨ ِﺒ َـ ُﺔ اﺧ ُْـﺮ ِ ا َﱃ َﲯَـﻂٍ ِﻣ َـﻦ‬
‫ﷲ‬ ُ ‫اﻟْ َﻤ ْﻮ ِت َﺣ َّﱴ َ ْﳚ ِﻠ َﺲ ِﻋ ْﻨﺪَ َر ْٔا ِﺳ ِﻪ ﻓَ َ ُﻘ‬
ِ ‫ﻮف اﻟْ َﻤ ْﺒﻠُـ‬
‫ـﻮل‬ ِ ‫ ﻓَ ُ َﻔـ َّـﺮ ُق ِﰱ َﺟـ َـﺴ ِﺪ ِﻩ ﻓَ َ ْﻨ َ ِﱱ ُﻋﻬَــﺎ َ َ ﯾُ ْﻨـ َ َـﱱ ُع اﻟـ َّـﺴﻔُّﻮ ُد ِﻣـ َ ِٕـﻦ اﻟـ ُّـﺼ‬- ‫ ﻗَــﺎ َل‬.‫َوﻏَــﻀَ ٍﺐ‬
.ِ‫ﻓَ َأْ ُُﺬﻫَﺎ ﻓَﺎ َذا َٔا ََﺬﻫَﺎ ﻟَ ْﻢ ﯾَﺪَ ُﻋﻮﻫَﺎ ِﰱ ﯾ َ ِﺪ ِﻩ َﻃ ْﺮﻓَ َﺔ َ ْ ٍﲔ َﺣ َّﱴ َ ْﳚ َﻌﻠُﻮﻫَﺎ ِﰱ ِﺗ ْ َ اﻟْ ُﻤ ُﺴﻮح‬
Rasul bersabda: "Orang-orang durhaka apabila berada di penghujung kehidupan
ِٕ
dunia dan di awal kehidupan akhirat, turun malaikat dari langit, berwajah hitam
legam dengan membawa kain yang lusuh dan kasar, kemudian duduk di sekitarnya –
sejauh mata memandang-. Setelah itu, datang malaikat maut dan duduk di sekitar
kepalanya seraya berkata: "Hai jiwa yang busuk, keluarlah kamu menuju kemurkaan dan
kebencian (kemarahan) Allah". Rasul melanjutkan, maka dipisahkan ruh dari jasadnya,
lalu dicabut seperti mencopot/melepas besi pemanggang sate dari bulu domba yang
basah, lalu diambilnya dalam sekejap mata, kemudian diletakkan di atas kain kasar.
Selanjutnya ia (dibawa) keluar dengan menebarkan bau busuk bangkai yang lebih
busuk yang terdapat di bumi.

‫ﻗَﺎ َل « ا َّن اﻟْ َﻌ ْﺒﺪَ اﻟْ ُﻤ ْﺆ ِﻣ َﻦ ا َذا َﰷ َن ِﰱ اﻧْ ِﻘ َﻄﺎعٍ ِﻣ َﻦ ا ُّ ﻧْ َﯿﺎ َوا ْﻗ َﺎلٍ ِﻣ َﻦ ااﻟٓ ِﺧ َﺮ ِة َ َﺰ َل اﻟَ ْﯿ ِﻪ َﻣ َﻼﺋِ َﻜ ٌﺔ‬
‫ﻮط ِﻣ ْﻦ‬ ٌ ُ ‫اﻟﺴ َﻤﺎ ِء ﺑ ُِﯿﺾ اﻟْ ُﻮ ُﺟﻮ ِﻩ ِٕ َ َٔ َّن ُو ُﺟﻮ َﻫﻬُ ُﻢ ا َّﻟﺸ ْﻤ ُﺲ َﻣ َﻌﻬ ُْﻢ ِٕ َﻛ َﻔ ٌﻦ ِﻣ ْﻦ َٔا ْﻛ َﻔ ِﺎن اﻟْ َﺠﻨَّ ِﺔ َِٕو َﺣ‬ ِٕ ِ
َّ ‫ﻣ َﻦ‬
‫اﻟﺴ َﻼ ُم َﺣ َّﱴ‬ َّ ‫ﴫ ُ َّﰒ َﳚِﻰ ُء َﻣ َ ُ اﻟْ َﻤ ْﻮ ِت َﻠَ ْﯿ ِﻪ‬ ِ َ ‫ﻮط اﻟْ َﺠﻨَّ ِﺔ َﺣ َّﱴ َ ْﳚ ِﻠ ُﺴﻮا ِﻣ ْ ُﻪ َﻣ َّﺪ اﻟْ َﺒ‬ ِ ُ ‫َﺣ‬
.‫ﷲ َو ِرﺿْ َﻮ ٍان‬ ِ ‫ َ َّﳤُ َﺎ اﻟﻨَّ ْﻔ ُﺲ ا َّﻟﻄ ِ ّﯿ َﺒ ُﺔ ا ْﺧ ُﺮ ِ ا َﱃ َﻣ ْﻐ ِﻔ َﺮ ٍة ِﻣ َﻦ‬:‫ﻮل‬ ُ ‫ﻓَ َ ُﻘ‬. ‫َ ْﳚ ِﻠ َﺲ ِﻋ ْﻨﺪَ َر ْٔا ِﺳ ِﻪ‬
ِٕ
َ َ َ
‫اﻟﺴ َﻘﺎء ﻓ َا ُﺬﻫَﺎ ﻓﺎذا ا َﺬﻫَﺎ ﻟ ْﻢ ﯾَﺪَ ُﻋﻮﻫَﺎ‬
َٔ َ ُ ْٔ َ ِ ّ ِ ‫ﯿﻞ اﻟْ َﻘ ْﻄ َﺮ ُة ِﻣ ْﻦ ِﰱ‬ ُ ‫ﯿﻞ َ َ َ ِﺴ‬ ُ ‫ ﻓَ َﺨ ُْﺮ ُج َ ِﺴ‬- ‫ﻗَﺎ َل‬
‫ﻮط َو َ ْﳜ ُﺮ ُج‬ ِ ‫ِﰱ ﯾ َ ِﺪ ِﻩ َﻃ ْﺮﻓَ َﺔ َ ْ ٍﲔ َﺣ َّﱴ ﯾَأْ ُُﺬوﻫَﺎ ﻓَ َ ْﺠ َﻌﻠُﻮﻫَﺎ ِﰱ َذ ِ َ ْاﻟ َﻜ َﻔ ِﻦ َو ِﰱ ِٕ َذ ِ َ اﻟْ َﺤ ُﻨ‬
.‫ِﻣ ْﳯَﺎ َ َْٔﻃ َﯿ ِﺐ ﻧ َ ْﻔ َ ِﺔ ِﻣ ْﺴ ٍﻚ ُو ِﺟﺪَ ْت َ َﲆ َو ْﺟ ِﻪ ا َٔاﻟ ْر ِض‬
Rasul melanjutkan sabdanya: "Sesungguhnya hamba mukmin apabila berada di ujung
hidupnya di dunia dan awal (memasuki) kehidupan akhirat, para malaikat turun dari
langit. Wajah mereka putih seperti sinar matahari. Mereka membawa kafan dan
minyak wangi dari surga, kemudian mereka duduk di samping (jenazah) hamba
mukmin itu sejauh mata memandang. Kemudian malaikat maut datang dan duduk di
dekat kepalanya, seraya berkata: "Wahai jiwa yang baik! Keluarlah menuju ampunan
Allah dan Ridla-Nya!"

- 16 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYABAT - (NANDANG HMZ)

Beliau melanjutkan (sabdanya) – jiwa yang baik itu keluar dari jasadnya seperti
mengalirnya air dari saluran air (kran)-. Malaikat maut itu mencabut jiwa (ruh) itu
dengan cepat, secepat kedipan mata dan meletakkannya di atas kain kafan yang telah
diminyaki minyak wangi. Dari jiwa itu keluar semerbak bau harum minyak kasturi
yang lebih harum daripada yang ada di bumi.
Di kalangan umat Islam terkenal nama malaikat penjabut nyawa adalah
Malaikat Izrail. Namun, nama Izrail dalam hadis-hadis tidak ditemukan (Quraish
Shihab, 1999:271).
Ketujuh, Malaikat Penjaga Surga (ini pun dalam Al-Qur’an tidak secara tegas
disebutkan namanya), seperti digambarkan dalam QS. Al-Zumar [39]: 73).

‫َو ِﺳ َﯿﻖ ا َّ ِ َﻦ اﺗ َّ َﻘ ْﻮا َرﲠَّ ُ ْﻢ ا َﱃ اﻟْ َﺠﻨَّ ِﺔ ُز َﻣ ًﺮا َﺣ َّﱴ ا َذا َﺟﺎ ُءوﻫَﺎ َوﻓُ ِ َﺤ ْﺖ َٔاﺑْ َﻮاﲠُ َﺎ َوﻗَﺎ َل ﻟَﻬ ُْﻢ ﺧ ََﺰَﳤُ َﺎ‬
ِٕ ِٕ
[73 :‫َﺳ َﻼ ٌم َﻠَ ْﯿ ُ ْﲂ ِﻃ ْﺒ ُ ْﱲ ﻓَﺎ ْد ُ ﻠُﻮﻫَﺎ َﺎ ِ ِ َﻦ ]اﻟﺰﻣﺮ‬
dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan diantarkan ke dalam surga berombong-
rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya
telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan
(dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedang kamu
kekal di dalamnya
Nama malaikat penjaga surga ini sering disebut namanya Malaikat Ridwan,
namun para ahli hadis menyebutkan bahwa nama tersebut tidak ditemukan dalam
hadis-hadis shahih.
Kedelapan, Dua Malaikat yang menanyai di Alam Qubur, dijelaskan oleh hadis,
antara lain HR. Bukhari, No. 1338 dan Muslim, No. 2870.

‫ َوﺗ ُُﻮ ِ ّ َﱄ َو َذﻫ ََﺐ‬،‫ اﻟ َﻌ ْﺒﺪُ ا َذا ُو ِﺿ َﻊ ِﰲ ﻗَ ْ ِﱪ ِﻩ‬:‫ ﻗَﺎ َل‬ ‫ َﻋ ِﻦ اﻟﻨَّ ِ ِ ّﱯ‬،ُ‫ﴈ ا َّ ُ َﻋ ْﻨﻪ‬ َ ِ ‫َﻋ ْﻦ َٔا َ ٍﺲ َر‬
‫ﻮل ِﰲ‬ ُ ‫ َﻣﺎ ُﻛ ْﻨ َﺖ ﺗَ ُﻘ‬: ُ َ ‫ ﻓَ َ ُﻘﻮ َﻻ ِن‬،‫ ﻓَأَ ْﻗ َﻌﺪَ ا ِٕ ُﻩ‬،‫ َٔا َ ُﻩ َﻣﻠَ َﲀ ِن‬،‫ﲱﺎﺑُ ُﻪ َﺣ َّﱴ اﻧ َّ ُﻪ ﻟَ َ ْﺴ َﻤ ُﻊ ﻗَ ْﺮ َع ِﻧ َﻌﺎ ِﻟﻬ ِْﻢ‬ َ ْ ‫َٔا‬
َِ‫ اﻧ ُْﻈ ْﺮ ا َﱃ َﻣ ْﻘ َﻌ ك‬:‫ ﻓَ ُ َﻘ ُﺎل‬،ُ ُ ‫ َٔا ْﺷﻬَﺪُ َٔاﻧ َّ ُﻪ َﻋ ْﺒﺪُ ا َّ ِ َو َر ُﺳﻮ‬:‫ﻮل‬
‫ﺪ‬ ُ ‫؟ ﻓَ َ ُﻘ‬ ‫ﻫ ََﺬا َّاﻟﺮ ُﺟ ِﻞ ُﻣ ِٕ َﺤ َّﻤ ٍﺪ‬
‫ َٔا ِو‬- ‫اﻟﲀ ِﻓ ُﺮ‬َ ِٕ ‫ َو َٔا َّﻣﺎ‬،‫اﳘﺎ َ ِﲨﯿ ًﻌﺎ‬ َ ُ ‫ ﻓَ َ َﲑ‬:  ‫ ﻗَﺎ َل اﻟﻨَّ ِ ُّﱯ‬،‫ِﻣ َﻦ اﻟﻨَّ ِﺎر َٔاﺑْﺪَ َ َ ا َّ ُ ِﺑ ِﻪ َﻣ ْﻘ َﻌﺪً ا ِﻣ َﻦ اﳉَﻨَّ ِﺔ‬
‫ﴬ ُب‬ َ ْ ُ‫ ُ َّﰒ ﯾ‬،‫ َﻻ د ََرﯾْ َﺖ َو َﻻ ﺗَﻠَ ْﯿ َﺖ‬:‫ ﻓَ ُ َﻘ ُﺎل‬،‫ﻮل اﻟﻨَّ ُﺎس‬ ُ ‫ ُﻛ ْﻨ ُﺖ َٔا ُﻗ‬،‫ َﻻ َٔاد ِْري‬:‫ﻮل‬
ُ ‫ﻮل َﻣﺎ ﯾ َ ُﻘ‬ ُ ‫ ﻓَ َ ُﻘ‬- ‫اﳌُﻨَﺎ ِﻓ ُﻖ‬
.‫ ﻓَ َ ِﺼ ُﯿﺢ َﺻ ْﯿ َ ًﺔ َْﺴ َﻤ ُﻌﻬَﺎ َﻣ ْﻦ ﯾ َ ِﻠﯿ ِﻪ ا َّﻻ اﻟﺜ َّ َﻘﻠَ ْ ِﲔ‬،‫ﴐ َ ًﺔ ﺑ َ ْ َﲔ ُٔا ُذﻧ َ ْﯿ ِﻪ‬
‫ِﺑ ِﻤ ْﻄ َﺮﻗَ ٍﺔ ِﻣ ْﻦ َ ِﺪﯾ ٍﺪ َ ْ ﺑ‬
ِٕ
Anas r.a. mengatakan Nabi Saw bersabda, "Sesungguhnya apabila seorang hamba
diletakkan di dalam kuburnya, setelah para pengantarnya berpaling dan pergi
darinya sehingga ia mendengar ketukan bunyi sandal mereka." Lalu ia didatangi dua
malaikat. Kemudian mereka mendudukkannya dan bertanya kepadanya, "Apakah
yang kamu katakan dahulu ketika di dunia tentang orang ini, Muhammad Saw?" Aku
bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya." Dikakakan kepada hamba
itu: "Lihatlah lempat tinggalmu di neraka, sekarang telah diganti oleh Allah menjadi
tempat di surga." Rasul Saw melanjutkan, "Lalu diperlihatkan kepadanya kedua
tempat itu". Adapun orang kafir atau orang munafik, ketika ditanyakan kepadanya:
"Bagaimanakah pendapatmu tentang lelaki ini (Nabi Muhammad)?" Dia menjawab:
"Aku tidak mengetahui dan aku hanya mengatahuinya seperti apa yang dikatakan
oleh orang-orang saja". Lalu dikatakan kepadanya: "Kamu tidak mengetahui dan juga

- 17 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYYABAT - (NANDANG HMZ)

tidak pernah membaca." Kemudian ia dipukul dengan gada besi sekali pukul di antara
kedua telinganya, hingga ia menjerit kuat jeritannya terdengar oleh makhluk yang
ada di sekitarnya, kecuali tidak didengar oleh dua makhluk (manusia dan jin).
Umat Islam menyebut nama kedua malaikat yang menanyai di alam qubur
adalah Malaikat Munkar dan Nakir. Nama Munkar dan Nakir, kedua nama ini
dijelaskan dalam hadis lain, berikut:

‫ َٔا َ ُﻩ َﻣﻠَ َﲀ ِن َٔا ْﺳ َﻮد َِان‬- ‫ َٔا َ ﺪُ ُ ْﰼ‬:‫ َٔا ْو ﻗَﺎ َل‬- ‫ ا َذا ﻗُ ِ َﱪ اﳌ َ ّﯿ ُِﺖ‬: ِ َّ ‫ﻮل ا‬ ُ ‫ ﻗَﺎ َل َر ُﺳ‬:‫َﻋ ْﻦ َٔا ِﰊ ﻫ َُﺮْ َﺮ َة ﻗَﺎ َل‬
...:‫ ﻓَ َ ُﻘ َﻮﻻ ِن‬،‫ ِٕاﻟﻨَّ ِﻜ ُﲑ‬:‫ َو ِﻟ ْ ٓ َﺧ ِﺮ‬،‫ اﻟْ ُﻤ ْﻨ َﻜ ُﺮ‬:‫ ﯾ ُ َﻘ ُﺎل ِ َٔاﻟ َ ِﺪ ِ َﳘﺎ‬،‫َٔا ْز َرﻗَ ِﺎن‬
Jika mayit atau salah seorang dari kalian telah dikuburkan, datanglah dua malaikat,
hitam (tubuhnya), biru (kedua matanya). Satu dari keduanya bernama Al-Munkar dan
yang lain An-Nakir. Kedua malaikat itu bertanya kepada mayit... [HR. At-Tirmidzi
kitab Syakir III: 375 No. 1071 dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Maktabah
Al-Syamilah).
e. Hubungan Malaikat dengan Manusia di Dunia
Hubungan Malaikat dengan Manusia di dunia ini dapat disimpulkan sebaagai
berikut:
2) Menggiatkan kekuatan rohani yang terdapat di dalam diri manusia dengan
diilhamkan kebenaran (QS. 2:268)
3) Memohonkan ampunan bagi orang mukmin & bertaqwa (QS. 4:7-9)
4) Membaca Âmîn bersama orang-orang yang shalat (HR. Abu Hurerah)
5) Hadir pada waktu shalat Shubuh dan Ashar (HR. Bukhari & Muslim)
6) Malaikat turun ketika al-Qur’an dibaca (HR. dari Al-Khudry)
7) Malaikat hadir di tempat-tempat dzikir (HR. Bukhary)
8) Malaikat membaca shalawat kepada orang-orang mukmin, khususnya ahli ilmu
(HR. Tirmudy)
9) Malaikat menjamin manusia (HR. Muslim)
10) Malaikat mengumunkan orang yang dicintai Allah dan orang-orang yang
dibenci-Nya (HR. Muslim)
11) Malaikat mencatat amal manusia (QS. 50:16-17; QS. 82:10-12; QS. 43:79-80)
12) Malaikat menetapkan orang-orang mukmin (QS. 8:12; QS. 58:22)
13) Malaikat yang diserahi tugas mencabut roh (QS. 6:61 dan QS. 32:11)
14) Malaikat memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin dengan sorga
(QS. 41:30-32)
15) Malaikat melemahkan orang-orang fasik dengan dipukul wajah dan
punggungnya (QS. 16:28; QS. 8:50)

f. Pekerjaan Malaikat di Alam Abstrak


Pekerjaan dari aktifitas Malaikat di alam ghaib/abstrak dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1) Bertasbih dan merendahkan diri kepada Allah (Lihat QS. 7:206; QS. 39:75)
2) Memikul Arasy (Lihat QS. 40:7; QS. 69:71)
3) Mengucapkan selamat kepada penghuni sorga (Lihat Q.S. 13:23-24)
4) Menyiksa penghuni neraka (Lihat QS. 66:7; QS. 2:27-31

2. Makhluk Gaib Jin


Selaku orang beriman, kita harus percaya terhadap adanya satu jenis
makhluq Allah yang disebut jin, yang hidup di alam khusus untuk mereka, yang
berbeda dengan alam malaikat, alam ruh maupun alam manusia. Karena, keberadaan

- 18 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYABAT - (NANDANG HMZ)

alam jin ini sudah merupakan ijma’ (kesepakatan) sebagian besar ulama sepanjang
zaman. Di dalam Al-Qur’an, kita mendapati banyak sekali ayat yang menegaskan hal
tersebut. Bahkan terdapat satu surat yang seluruh ayat-ayatnya berbicara tentang
jin, sehingga dinamai Surat Al-Jinn (surat ke-72).
Karena alam jin termasuk alam gaib (meskipun sifat dan tingkat kegaibannya
berbeda dengan kegaiban malaikat, ruh, dan alam-alam gaib yang lainnya) maka kita
hanya bisa dan boleh mengambil informasi yang benar tentangnya dari Al-Qur’an
dan As-Sunnah saja.

a. Pengertian Jin
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata jin diartikan sebagai “makhluk halus
yang dianggap berakal” (KBBI, 1995: 415). Dalam Al-Qur’an ditemukan paling tidak
lima kata yang sering digunakan untuk menunjuk makhluk halus dari jenis Jin: ‫ِﺟ ِّﻦ‬
‫َﺟ ِّﺎن‬
(Jinni), (Jânn), ‫ِﺟ َّ ٌﺔ‬
(Jinnatun), ‫ِاﺑْ ِﻠ ْ ٌﺲ‬
(Iblîs), (Syaithân) ‫َﺷ ْﯿ َﻄ ٌﺎن‬
Lafadz Jinn yang terkait dengan jin dalam Al-Qur’an ditemukan dalam 28
ayat (sama dengan jumlah ayat Surat Al-Jinn), yang terdiri atas 19 ayat dengan lafazh
“Al-Jinnu, Al-Jinna, Al-Jinni”, 5 ayat dengan lafazh “Jânnun”, satu ayat dengan lafazh
“Al-Jânna”, dan 5 ayat dengan lafazh “Al-Jinnati” (QS. Al-An’am [6]: 100, 128, 130;
QS. Al-’A`raf [7]: 38, 178; QS. Hud [11]: 119; QS. Al-Kahfi [18]: 50; QS. Al-Naml [27]:
10, 17, 39; QS. Al-Qashash [28]: 31; QS. Al-Sajdah [32]: 13; QS. Saba` [34]: 12, 14, 41;
QS. Al-Shafat [37]: 158 [2 kali]; QS. Fushilat [41]: 25, 29; QS. Al-Ahqaf [46]: 18, 29;
QS. Al-Dzariyat [51]: 56; QS. Al-Rahman [55]: 33, 39, 56, 74; QS. Al-Jinn [72]: 1, 6; QS.
Al-Nas [114]: 6)
Kata Jinn terambil dari akar kata yang terdiri dari tiga huruf “jim, nun”, dan
“nun”. Mengandung makna ketersembunyian atau ketertutupan. Kata “Janna” dalam
QS. Al-An’am [6]: 76 berarti “menutup/gelap”.
‫ﻓَـﻠَ ﱠﻤﺎ َﺟ ﱠﻦ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ اﻟﻠﱠْﻴ ُﻞ َرأَى َﻛ ْﻮَﻛﺒًﺎ‬
Ketika malam telah gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang.
Karena itu dapat dikatakan “jinn al-lail” dalam arti “pekatnya malam”. Sebab
kegelapan yang sangat pekat menutupi pandangan. Kebun yang lebat pepohonannya,
yang menutupi pandangan dinamai “jannah”. Manusia yang tertutup akalnya (gila)
disebut “majnûn”. Bayi yang masih dalam kandungan disebut “janin”.
Surga juga dinamai jannah karena hingga kini ia masih tersembunyi, tidak
terlihat oleh mata: ٍ َ ‫ َو َﻻ ﺧ ََﻄ َﺮ َ َﲆ ﻗَﻠْ ِﺐ‬،‫ َو َﻻ ُٔا ُذ ٌن َ ِﲰ َﻌ ْﺖ‬،‫ َﻣﺎ َﻻ َ ْ ٌﲔ َر َٔا ْت‬.
‫َﴩ‬ Di sana ada hal-
hal yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak juga terdengar beritanya oleh telinga
dan tidak pula terlintas dalam benak manusia. Demikian sabda Nabi Muhammad Saw
yang menjelaskan ketertutupan surga dewasa ini (HR. Ibnu Majah, No.4328).
Al-Junnah adalah perisai karena dia menutupi seseorang dari gangguan orang
lain, baik fisik maupun nonfisik. Orang-orang munafik menjadikan sumpah mereka
sebagai junnah, demikian Al-Qur'an surah Al-Munafiqun (63): 3: Yakni, menjadikannya
sebagai penutup kesalahan agar mereka terhindar dari kecaman atau sanksi. Qalbu
manusia dinamai janân, karena ia dan isi hati tertutup dari pandangan dan
pengetahuan. Tiada yang mengetahui isi hati seseorang kecuali Allah. Dan karena itu
pula ruh dinamai juga janân, qubur, orang mati, kafan semuanya dapat dilukiskan
dengan kata janân, karena ketertutupan dan ketersembunyian yang selalu berkaitan
dengannya. Demikian juga jin, ia tersembunyi dan tertutup (Quraish Shihab, 1999:
14-15).

- 19 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYYABAT - (NANDANG HMZ)

Adapun secara terminologi, menurut Sayid Sabiq (1978: 208) bahwa “Jin itu
adalah suatu makhluk yang termasuk dalam golongan ruh yang berakal yang juga
diberi perintah taklif (beban untuk menjalankan syari’at agama) sebagaimana manusia,
hanya saja mereka itu tidak mempunyai bahan-bahan kebendaan sebagaimana yang
dipunyai manusia sebab itu ditutup dari pancaindera. Atau tidak dapat terlihat
sebagaimana keadaannya yang sebenarnya atau bentuknya yang sesungguhnya dan
mereka mempunyai kemampuan untuk tampil dalam berbagai bentuk.
Hal yang harus kita fahami, sebagaimana manusia, jin merupakan makhluq
mukallaf (mendapat beban syariat) yang diciptakan untuk beribadah kepada Allah
Swt (QS. Adz-Dzariyat [51] : 56).
ِ ُ‫َو َﻣﺎ َ ﻠَ ْﻘ ُﺖ اﻟْ ِﺠ َّﻦ َو ْاﻻ ْ َﺲ ا َّﻻ ِﻟ َﯿ ْﻌ ُﺒﺪ‬
[56 :‫ون ]اﻟﺬار ت‬
dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
ِٕ ِٕ
kepada-Ku.
Mereka diwajibkan untuk mengikuti syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah
Muhammad Saw, karena beliau memang diutus untuk manusia dan jin sekaligus,
sebagaimana ijma’ para ulama.
Al-Quran menjelaskan ada serombongan jin mendengarkan Al-Quran (yang
diajarkan oleh Rasulullah Saw), tatkala mereka menghadiri pembacaan itu di antara mereka
berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka
kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: "Hai kaum kami,
sesungguhnya kami telah mendengarkan Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan sesudah
Musa yang membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran
dan kepada jalan yang lurus (lihat QS Al-Ahqaf [46] : 29–30). Kelompok jin itu menyebut,
bahwa "Al-Quran itu menakjubkan, yang memberi petunjuk kapada jalan yang benar,
lalu mereka beriman kepadanya." Mereka mengatakan: "Kami sekali-kali tidak akan
mempersekutukan sesuatupun dengan Tuhan kami" (QS Al-Jinn [72]: 1-2). Adapun
bagaimana cara mereka melaksanakan syariat Islam adalah sesuai dengan sifat dan
kondisi mereka, yang tidak kita ketahui secara rinci.
Di antara para jin ada yang beriman dan ada yang kafir, ada yang taat dan
ada yang durhaka (lihat QS Al-Jinn [72] : 11, 14-17). Mereka juga akan dihisab untuk
mendapatkan balasan baik ataupun buruk sesuai dengan amal ketika mereka masih
hidup. Yang beriman dan taat di antara mereka akan mendapatkan kenikmatan di
Surga, sedangkan yang kafir dan durhaka akan menerima siksa di Neraka (lihat QS
Al-An’am [6]: 130, QS Al-A’raf [7] : 38, 179, QS As-Sajdah [32] : 13, QS Ar-Rahman
[55] : 46-47).
Jin diciptakan dari api yang sangat panas (nyala api) sebelum Adam diciptakan,
dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas (lihat QS.
Al-Hijr [15]: 27). Dalam ayat lain: dan Dia menciptakan jin dari nyala api yang
berkobar (lihat QS. Al-Rahman [55]: 15). Dalam salah satu hadis Rasulullah Saw yang
diterima melalui isteri Nabi Aisyah ra menjelaskan:
«‫ َو ُ ِﻠ َﻖ ا ٓ َد ُم ِﻣ َّﻤﺎ ُو ِﺻ َﻒ ﻟَ ُ ْﲂ‬،‫ َو ُ ِﻠ َﻖ اﻟْ َ ُّﺎن ِﻣ ْﻦ َﻣ ِﺎرجٍ ِﻣ ْﻦ َ ٍر‬،‫» ُ ِﻠ َﻘ ِﺖ اﻟْ َﻤ َﻼﺋِ َﻜ ُﺔ ِﻣ ْﻦ ﻧ ٍُﻮر‬
Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang berkobar, dan
manusia diciptakan sebagaimana yang telah aku jelaskan kepada kalian (yaitu dari
tanah) (HR. Muslim, Ahmad, Al-Tirmidzi, dan lbnu Majah).

- 20 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYABAT - (NANDANG HMZ)

b. Pandangan Masyarakat Terhadap Jin


Pandangan masyarakat Jahiliyah, dulu; juga pandangan sementara masyarakat
masa kini terhadap jin sebagaimana dilukiskan dan sekaligus dibantah oleh Al-Qur'an
dan Al-Sunnah. Secara umum mereka percaya adanya makhluk yang bernama jin, yang
mereka yakini sebagai makhluk yang memiliki kekuatan tersembunyi. Menurut
kepercayaan mereka, jin mampu mengakibatkan gangguan, di samping dapat juga
memberi manfaat. Karena itu seperti ungkap Al-Qur'an, sebahagian mereka (orang-
orang musyrik) menyembah jin (lihat QS. Saba [34]: 41).

َ ُ ‫ون اﻟْ ِﺠ َّﻦ َٔا ْﻛ َ ُﱶ ُ ْﱒ ﲠِ ِ ْﻢ ُﻣ ْﺆ ِﻣ‬


[41 :‫ﻮن ]ﺳﺒﺄ‬ َ ُ‫ﻗَﺎﻟُﻮا ُﺳ ْﺒ َ ﺎﻧ ََﻚ َٔاﻧ َْﺖ َوِﻟ ُّﯿﻨَﺎ ِﻣ ْﻦ دُوﳖِ ِ ْﻢ ﺑ َ ْﻞ َﰷﻧُﻮا ﯾ َ ْﻌ ُﺒﺪ‬
malaikat-malaikat itu menjawab: "Maha suci Engkau. Engkaulah pelindung Kami,
bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin5; kebanyakan mereka beriman
kepada jin itu".
Mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan jin (lihat QS. Al-Shafat
37:158).
[158 :‫ون ]اﻟﺼﺎﻓﺎت‬
َ ‫ﴬ‬ُ َ ‫َو َﺟ َﻌﻠُﻮا ﺑ َ ْ َ ُﻪ َوﺑ َ ْ َﲔ اﻟْ ِﺠﻨَّ ِﺔ َ َﺴ ًﺒﺎ َوﻟَ َﻘ ْﺪ َ ِﻠ َﻤ ِﺖ اﻟْ ِﺠﻨَّ ُﺔ اﳖَّ ُ ْﻢ ﻟَ ُﻤ ْﺤ‬
ِٕ
dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. Dan sesungguhnya jin
mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka),
Mereka menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang
menciptakan jin-jin itu (lihat QS AI-An'am [6]:100).
ٍ َ‫ﴍ َﰷ َء اﻟْ ِﺠ َّﻦ َو َ ﻠَ َﻘﻬ ُْﻢ َوﺧ ََﺮ ُﻗﻮا َ ُ ﺑ َ ِﻨ َﲔ َوﺑَﻨ‬
‫ﺎت ِﺑﻐ ْ َِﲑ ِ ْ ٍﲅ ُﺳ ْﺒ َ ﺎﻧ َ ُﻪ َوﺗَ َﻌ َﺎﱃ َ َّﲻﺎ‬ َ ُ ِ َّ ِ ‫َو َﺟ َﻌﻠُﻮا‬
[100 :‫ﻮن ]اﻷﻧﻌﺎم‬ َ ‫ﯾ َ ِﺼ ُﻔ‬
dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal
Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan):
"Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar)
ilmu pengetahuan.6 Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka
berikan.
Dari sini pula tidak jarang sebagian mereka meminta bantuan jin dan
perlindungannya sebagaimana digambarkan dalam QS. Al-Jin 72: 6.

ْ ُ ‫ون ِ ِﺮ َﺟﺎلٍ ِﻣ َﻦ اﻟْ ِﺠ ِّﻦ ﻓَ َﺰاد‬


[6 :‫ُوﱒ َر َﻫﻘًﺎ ]اﳉﻦ‬ َ ‫َو َٔاﻧ َّ ُﻪ َﰷ َن ِر َﺟﺎ ٌل ِﻣ َﻦ ْاﻻ ْ ِﺲ ﯾ َ ُﻌﻮ ُذ‬
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan
ِٕ
kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa
dan kesalahan (QS. Al-Jin [72]: 6)
Kepercayaan mereka tentang kemampuan jin memberi gangguan, mengantar
mereka menyembelih binatang sebagai sesaji atau tumbal kepada jin di kala mereka
menghuni rumah baru, menggali sumur atau membuat/membangun jembatan, dan
sebagainya.
Sementara suku masyarakat Jahiliyah mengadakan perjanjian kerjasama dalam
bidang pertahanan dengan jin bahkan konon terjalin hubungan perkawinan antara
5
Yang dimaksud jin di sini ialah jin yang durhaka ialah syaitan.
6
Mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai anak seperti orang Yahudi mengatakan Uzair
putera Allah dan orang musyrikin mengatakan malaikat putra-putra Allah. mereka mengatakan
demikian karena kebodohannya.

- 21 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYYABAT - (NANDANG HMZ)

mereka. Sangat populer pula di kalangan masyarakat Jahiliyah kerjasama antara


para penyair manusia dengan para penyair jin. Menurut kepercayaan mereka syair-
syair indah merupakan hasil kerjasama itu. Adanya kepercayaan itulah agaknya yang
menjadikan Al-Qur'an menegaskan keunggulannya dengan menantang manusia dan
jin untuk membuat semacam Al-Qur'an.
ِ ‫ﻫ َﺬا اﻟْ ُﻘﺮ‬
‫آن َﻻ َْﺗُﻮ َن‬ْ َ ‫اﳉِ ﱡﻦ َﻋﻠَﻰ أَ ْن َْﺗُﻮا ﲟِِﺜْ ِﻞ‬
ْ ‫ﺲ َو‬
ُ ‫ﻧ‬
ْ ِْ ‫ﺖ‬
‫اﻹ‬ ِ ‫ﻗُﻞ ﻟَﺌِ ِﻦ اﺟﺘَﻤﻌ‬
ََ ْ ْ ِِ
[88 :‫ﲑا ]اﻹﺳﺮاء‬ ِ ٍ ِ ِ ِ
ً ‫ﻀ ُﻬ ْﻢ ﻟﺒَـ ْﻌﺾ ﻇَﻬ‬
ُ ‫ﲟﺜْﻠﻪ َوﻟَ ْﻮ َﻛﺎ َن ﺑـَ ْﻌ‬
Katakanlah (hai Muhammad): "Sekiranya manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain
(QS. Al-lsra [17]: 88)
Sementara, hal-hal tersebut umumnya tidak terlepas dari campur tangan jin
dalam kehidupan manusia, yang tidak dipahami dan disadari oleh banyak orang.
Karena masalah-masalah tersebut sangat terkait dengan aqidah, yang merupakan
pondasi ajaran Islam, maka kita harus memberikan perhatian yang besar dan serius
dalam upaya pelurusan dan perbaikan.
Pertanyaannya, bisakah manusia memanfaatkan atau meminta bantuan jin?
Berikutnya sekiranya manusia bisa memanfaatkan atau meminta bantuan jin, bolehkah
manusia minta bantuan kepada Jin?
Kalimat, “maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”,
tersebut pada (QS. Al-Jin [72]: 6) di atas ”mengisyaratkan bahwa manusia dilarang
(haram) meminta tolong pada jin karena mereka hanya akan menambah dosa dan
maksiat, bukan manfaat’.
Dalam ayat tersebut tidak dijelaskan apakah yang akan menambah dosa itu
jin muslim atau jin kafir. Jadi, sifatnya umum, baik minta tolong kepada jin muslim
apalagi jin kafir tetap hukumnya haram. Apabila manusia minta tolong kepada jin
berarti dia telah menghinakan dirinya. Padahal Allah telah memberi kemuliaan dan
kedudukan yang sangat tinggi kepada manusia.

ْ ُ َ‫ﺎت َوﻓَﻀَّ ﻠْﻨ‬


‫ﺎﱒ َ َـﲆ َﻛ ِﺜـ ٍﲑ‬ ْ ُ َ ‫ﺎﱒ ِﰲ اﻟْ َ ِّﱪ َواﻟْ َﺒ ْﺤ ِﺮ َو َر َز ْﻗ‬
ِ ‫ﺎﱒ ِﻣ َﻦ ا َّﻟﻄ ِ ّﯿ َﺒ‬ ْ ُ َ‫َوﻟَ َﻘ ْﺪ َﻛ َّﺮ ْﻣ َﺎ ﺑ َ ِﲏ ا ٓ َد َم َو َ َﲪﻠْﻨ‬
[70 :‫ِﻣ َّﻤ ْﻦ َ ﻠَ ْﻘ َﺎ ﺗَ ْﻔ ِﻀ ًﯿﻼ ]اﻹﺳﺮاء‬
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan (QS. Al-Isra [17]:70).
Bahkan kemuliaan manusia/Bani Adam juga dilebihkan dari malaikat. Hal ini
terbukti bahwa malaikat tidak mampu menjawab nama-nama yang ditampakkan
dan disodorkan oleh Allah kepada mereka. Selanjutnya Malaikat diperintah sujud
(memberi penghormatan) kepada Adam. Semua Malaikat sujud, kecuali Iblis enggan
dan sombong (lihat QS. Al-Baqarah [2]:31).

c. Betulkah setiap manusia didampingi Jin?


Perhatikan hadis di bawah ini, dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, bahwa
Rasulullah Saw bersabda:

- 22 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYABAT - (NANDANG HMZ)

ِ ‫ َوِا َ كَ َ َر ُﺳ ْـﻮ ُل‬:‫ ﻗَـﺎﻟُ ْﻮا‬.‫ﰻ ﺑِـ ِﻪ ﻗَ ِﺮﯾْ ُﻨـ ُﻪ ِﻣ َـﻦ اﻟْ ِﺠ ِّـﻦ‬
:‫ﷲ؟ ﻗَـﺎ َل‬ َّ ُ ‫َﻣﺎ ِﻣ ْ ُ ْﲂ ِﻣ ْﻦ َا َ ـ ٍﺪ ِا َّﻻ َوﻗَـﺪُ َو‬
.‫ﷲ َا َﺎﻧ ِ َْﲏ َﻠَ ْﯿ ِﻪ ﻓَأَ ْﺳ َ َﲅ ﻓَ َﻼ ﯾَأْ ُﻣ ُﺮ ِﱏ ِا َّﻻ ِ َﲞ ْ ٍﲑ‬
َ ‫ِو ِا َ َى ِا َّﻻ ِا َّن‬
Tiada seorangpun di antara kamu kecuali Allah telah menetapkan baginya “qarin/
teman”-nya dari jenis Jin. Para sahabat bertanya, engkau juga wahai Rasul? Beliau
menjawab: Ya, aku juga, hanya saja Allah menganugerahkan rahmat-Nya kepadaku
sehingga aku selamat dari godaannya (atau dalam arti lain) ia memeluk Islam, maka
dia tidak mendorong aku kecuali kebaikan (HR. Muslim, No. 2814).
Hadis lain dari Ali bin Husein berkata, bahwa Rasulullah Saw telah bersabda:

... ‫اﻟﺸ ْﯿ َﻄ َﺎن َ ْﳚ ِﺮي ِﻣ َﻦ ا ْ ِﻦ ا ٓ َد َم َﻣ ْﺠ َﺮى ا َّ ِم‬


َّ ‫ ا َّن‬...
Sesungguhnya syaithan (jin) itu bergerak dalam tubuh manusia (bagaikan) mengikuti
ِٕ
peredaran darahnya (HR. Bukhari, No. 2038 dan HR. Muslim, No. 2174).
Dua hadis di atas mengisyaratkan kepada kita, bahwa setiap anak manusia
lahir, lahir pula anak jin yang menjadi "qarin"/temannya. Bahkan mereka dekat kepada
manusia seperti mengalirnya darah pada tubuh manusia. Namun, kedua hadis tersebut
jangan dipahami bahwa jin-jin itu berada menyatu dalam diri manusia.
Perhatikan ayat-ayat berikut (yang artinya): berkatalah salah satu di antara
mereka (jin): Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman (QS. Al-
Shaffat [37]: 51). Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha
Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan
itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya (QS. Al-Zuhruf [43]: 36). Dan
yang menyertai Dia berkata: "Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku" (QS. Qaf
[50]: 23). Yang menyertai dia7 berkata (pula): "Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya
tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh" (QS. Qaf [50]: 27).
Firman Allah dalam QS Al-Kahfi [18]: 50 menegaskan bahwa, Iblis berasal
dari golongan jin. Namun sejak pembangkangannya atas perintah Allah untuk bersujud
(menghormat) kepada Adam As. Atau dengan kata lain, keengganan dan keanggkuhan
Iblis dimulai ketika enggan sujud kepada Adam.8 Iblis memandang dirinya lebih
mulia daripada Adam yang diciptakan oleh dari tanah (lihat QS. Al-Isra [17]: 61),
maka Iblis ditetapkan oleh Allah menjadi makhluq terlaknat yang tidak akan pernah
lagi beriman (lihat QS. Al-Araf [7]: 13).
Iblis terambil dari kata “ablasa”, berarti “putus asa”. Maksudnya “putus asa
dari rahmat Allah,” atau terambil dari kata “balasa”, berarti “tiada ada kebaikannya”.
sifat iblis “enggan, angkuh, dan sombong” (Lihat QS. Al-Baqarah [2]: 34).
Begitu pula keturunannya, yang disebut sebagai syetan (syetan asli). Sehingga
dengan demikian, mereka (Iblis dan syetan-syetan asli keturunannya) seakan-akan
menjadi jenis makhluq tersendiri, padahal sebenarnya semula juga berasal dari
golongan jin. Nah sangat boleh jadi bahwa, syetan pendamping manusia yang disebut
qarin, adalah dari jenis syetan-syetan asli keturunan Iblis ini (lihat QS Fushshilat
[41]: 25, QS Az-Zukhruf [43]: 36), dimana setiap manusia memang telah ditetapkan
baginya pendamping dari golongan jin (syetan) dan pendamping dari golongan
malaikat. Karena syetan qarin merupakan sebagian dari syetan asli, maka mereka

7
Yang dimaksud dengan yang menyertai dia di sini ialah syaitan (jin) yang menyesatkan di dunia ini.
8
Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memper-
hambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah.

- 23 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYYABAT - (NANDANG HMZ)

pun tidak akan pernah beriman. Mungkin satu-satunya syetan yang menjadi muslim,
menurut pendapat sebagian ulama, hanyalah qarin Rasulullah Saw (HR Muslim).
Syaithân mengandung makna “jauh, sesat, berkobar, terbakar, serta ekstrim”.
Syaithân terambil dari kata syathana yang berarti “jauh”, karena syetan menjauh
dari kebenaran atau menjauh dari rahmat Allah. Atau terambil dari kata Syâtha
dalam arti “melakukan kebatilan atau terbakar” (Kamus Al-Misbah Al-Munir, dalam
Quraish Shihab). Makasudnya “segala sesuatu yang membangkang terhadap seruan
Allah, baik Jin, manusia, atau apa saja dinamai syetan”.
Sementara itu, istilah syetan juga dipakai untuk mensifati mereka yang kafir
dan jahat dari golongan jin dan manusia (lihat QS Al-An’am [6]: 112, QS An-Naas
[114]: 4–6), karena keserupaannya dengan syetan (yang asli keturunan Iblis). Namun,
sebutan syetan di sini hanya merupakan sifat, yang tidak permanen dan akan terlepas
sewaktu-waktu ketika mereka kembali beriman dan taat. Oleh karena itu, jika misalnya
selama bulan Ramadhan terdapat syetan yang masuk dan merasuki seseorang hingga
kesurupan – dan ini sering terjadi - padahal Rasulullah Saw telah menyatakan bahwa
pada bulan itu syetan-syetan dibelenggu (HR Bukhari – Muslim), maka syetan yang
masuk dan merasuki itu adalah jin-jin yang disifati dan disebut sebagai syetan, dan
bukan syetan yang asli. Adapun syetan-syetan yang dibelenggu – sebagaimana
dinyatakan oleh Rasulullah Saw - hanyalah syetan-syetan yang asli keturunan Iblis.9
Dalam QS. Al-Araf (7): 14-17, dikisahkan ketika Iblis telah dilaknat oleh Allah
Swt, ia dan anak keturunannya (syetan) meminta agar ditangguhkan (diberi umur
panjang) sampai hari Qiamat dengan maksud agar berkesempatan menggoda Adam
dan anak keturunanya. Permintaan Iblis itu dipenuhi oleh Allah Swt. Iblis beritikad
akan menyimpangkan anak keturunan Adam dari jalan yang lurus. Iblis berjanji akan
menggoda anak Adam dan keturunan dengan segala cara, mendatanginya dari
depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri.
Maksudnya Iblis dan keturunannya (syetan) akan menggoda manusia dari
depan, yaitu dengan cara "manusia diragukan dalam keyakinannya terhadap hari
akhirat;" menggoda dari berlakang, yakni "manusia diiming-imingi dengan urusan
duniawi yang menggiurkan"; menggoda dari kanan, ialah "manusia disamarkan
dalam urusan agama sehingga sulit membedakan mana yang benar dan yang sesat";
dan akan menggoda dari arah kiri, adalah "iblis dan syetan akan mengemas segala
lemaksiatan dengan kemasan yang sangat indah sehingga akan menarik perhatian
semua manusia".
Potensi awal manusia sebenarnya cenderung pada kebaikan, namun dalam
perjalanannya sering terganggu oleh godaan yang mengakibatkan tergelincirnya
manusia terhadap perbuatan buruk. Seperti diungkapkan dalam sebuah Hadis Qudsi
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Allah berfirman:
َّ ‫ َواﳖَّ ُ ْﻢ َٔا َ ْﳤُ ُﻢ‬،‫َوا ِ ّﱐ َ ﻠَ ْﻘ ُﺖ ِﻋ َﺒﺎ ِدي ُﺣ َ َﻔ َﺎء ُﳇَّﻬ ُْﻢ‬
ْ ‫ َو َﺣ َّﺮ َﻣ‬،‫اﻟﺸ َﯿﺎ ِﻃ ُﲔ ﻓَﺎ ْﺟ َـﺎ َ ْﳤُ ْﻢ َﻋ ْـﻦ ِد ـﳯِ ِ ْﻢ‬
‫ـﺖ‬
(2197 /4 :‫ُﴩ ُﻛﻮا ِﰊ َﻣﺎ ﻟَ ْﻢ ُٔا ْ ِﺰ ْل ِﺑ ِﻪ ُﺳﻠْ َﻄﺎ ً )ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ‬ ِ ِٕ ْ ‫ َو َٔا َﻣ َﺮﲥْ ُ ْﻢ َٔا ْن‬،‫َ ِٕﻠَ ْ ِﳱ ْﻢ َﻣﺎ َٔا ْ ﻠَﻠْ ُﺖ ﻟَﻬ ُْﻢ‬
Dan sesungguhnya Aku (Allah) telah menciptakan hamba-Ku cenderung berbuat baik
semuanya. Dan sesungguhnya syetan mendatangi mereka, kemudian syetan
menggelincirkan mereka dari agamanya. Syetan mengharamkan apa yang telah Aku
halalkan kepada mereka serta memerintahkan mereka untuk menyekutukan kepada-

9
A.M. Jufri, Memahami dan Menyikapi Alam Ghaib (Alam Jin) .

- 24 -
RUKUN IMAN BAGIAN II – AL-MUGHAYABAT - (NANDANG HMZ)

Ku atas apa yang tidak diturunkan atasnya kekuatan (alasan yang kuat) (HR.
Muslim).
Rasulullah Saw, memberikan penjelasan dalam sebuah hadis yang diterima
dari Abu Bakar, sebagai berikut:
‫ ﻓَﻠَ َّﻤﺎ‬،‫ َو َٔاﻫْﻠَ ُﻜ ِﻮﱐ ﺑ َِﻼ ا َ َ ا َّﻻ ا َّ ُ َو ِاﻻ ْﺳ ِﺘ ْﻐ َﻔ ِﺎر‬،‫ُﻮب‬
ِ ‫ َٔاﻫْﻠَ ْﻜ ُﺖ اﻟﻨَّ َﺎس ِﺎﺑ ُّ ﻧ‬:‫ا َّن اﺑْ ِﻠ َﺲ ﻗَﺎ َل‬
(‫ون )ﻣﻌﺠﻢ أﰊ ﻳﻌﻠﻰ اﳌﻮﺻﻠﻲ‬
ِٕ ِٕ ُ‫ و ُﱒ َ ْﳛﺴ ﺒﻮن َٔاﳖَّ ﻢ ﻣﻬْﺘﺪ‬،‫ِٕر َٔاﯾ ُِٕﺖ َذ ِ َٔاﻫْﻠَ ْﻜﳤُ ﻢ ِﺎﺑ ْ َٔاﻟﻫْﻮا ِء‬
َ َ ُ ُْ َ ُ َ ْ َ َ ُْ َْ
Iblis berkata: "Aku akan membinasakan manusia dengan (melakukan) dosa-dosa dan
mereka (manusia) akan membinasakan aku (Iblis) dengan mengucapkan “lâ ilâha illâ
Allâh dan beristighfar.” Ketika aku melihat hal itu, aku binasakan (manusia) dengan
'hawa nafsu' (melakukan bid'ah dalam ibadah), (dengan perbuatan bid'ah) itu
mereka mengira mendapatkan petunjuk yang benar.
Dalam riwayat Ibnu Abi 'Ashim ditambahkan kalimat "falâ yastaghfirûn", maka
akibatnya mereka tidak memohon ampun kepada Allah karena tidak merasa bersalah.
Allahu 'Alam.
.

- 25 -

Anda mungkin juga menyukai