Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

IMAN KEPADA MAKHLUK GHAIB

Disusun oleh: Ade Putry Wahyuningsih

Nim: 2210101127

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEBIDANAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas untuk mata kuliah AIK, dengan judul : “Iman kepada makhluk ghaib”

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penyusun miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikn manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Yogyakarta, 14 Oktober 2022

Ade Putry Wahyuningsih


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
Bab 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah………………………………………………………………………………………………………………………..

Bab 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………………………………….

A. Pengertian Iman Kepada Makhluk Ghaib………………………………………………………………………………………

Bab 3 PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………………………….

Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Bab 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam semesta merupakan ciptaan Tuhan sebagai tempat hidup bagi makhluk-makhluk
ciptaan-Nya. Dunia yang ditempati manusia dan makhluk hidup lainnya, biasa disebut dengan
alam fisik atau alam materi. Dikatakan demikian karena semua yang ada di dunia bisa ditangkap
oleh panca indera. Namun disisi lain, manusia mengenal dunia yang berbeda dengan dunianya
yaitu sering disebut dengan alam metafisik, alam supranatural atau alam ghaib yang dipercaya
dihuni oleh makhluk-makhluk yang tak bisa ditangkap oleh panca indera.

Tentang beriman kepada yang ghaib, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman di awal surat


Al-Baqarah,

‫ك اآل ِخ َر ِة‬
َ ِ‫لو َم َل ل‬
َ ‫ك‬ ِ ‫} الَّ ِذ‬3{ ‫صالَةَ ا اهُ ْم‬
َ ‫ين ا َل لَ ْي‬ ِ ‫} الَّ ِذينَ يُْؤ ِمنُونَ ْال َغ ْي‬2{ َ‫ك ْال ِكتَابُ الَ لِ ْل ُمتَّقِين‬
َّ ‫ب ال‬ َ ِ‫} ل‬1{ ‫الــم‬

“ Alif lam mim. Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan keraguan; petunjuk bagi merek ayng
bertakwa, (yaitu) mereka yang percaya kepada yang ghaib, yang membangun salat, dan
menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang percaya
kepada Kitab (Alquran) yang telah diturunkan dan kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Merekalah yang tetap mendapat
petunuuk dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung .” (QS. Al-Baqarah: 1-
5)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan beriman kepada makhluk ghaib?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu beriman kepada makhluk ghaib


Bab 2

PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman Kepada Makhluk Ghaib

Secara Bahasa,Kata ghaib adalah bentuk masdar dari kata ghaa-ba, yang berarti setiap
yang tidak dapat dicernah oleh panca indera, baik yang diketahui atau tidak.
Secara Istilah,Beriman kepada yang ghaib adalah percaya kepada segala sesuatu
yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera dan tidak bisa dicapai oleh akal biasa, akan
tetapi hanya dapat diketahui berdasarkan wahyu (khabar) yang diterima oleh para nabi dan
rasul.

Dalam permasalahan ini ahlus sunnah wal jama’ah berkeyakinan bahwa beriman kepada
yang ghaib adalah merupakan salah satu sifat dari orang-orang mukmin, sebagaimana firman
Allah Ta’ala, artinya:
“Alif laam miim. Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan
shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. al-
Baqarah: 1-3).

Ada dua pendapat tentang makna iman di dalam ayat di atas:

 Bahwasanya mereka mengimani segala yang ghaib yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera
(dan akal), yaitu hal-hal yang telah diberitakan tentang Allah Ta’ala dan tentang Rasul-Nya.

 Bahwasanya mereka beriman kepada Allah Ta’ala di waktu ghaib sebagaimana mereka beriman
kepada-Nya di waktu hadir, dan ini berbeda dengan orang-orang munafik.

Kedua makna di atas tidak bertentangan, bahkan keduanya harus ada pada diri seorang
mukmin.

Ibnu Jarir ath-Thabari berkata: Yang dimaksud dengan beriman kepada hal ghaib adalah
segala bentuk pembenaran terhadap Allah, titab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya dan bentuk
pembenarannya adalah dengan amal perbuatan.
Berkata ar-Rabii’ bin Anas: Yang dimaksud adalah orang-orang yang beriman kepada
Allah, malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, surga-Nya, neraka-Nya dan beriman terhadap
kehidupan setelah mati.

Berkata Ibnu Mas’ud: Termasuk di dalamnya adalah beriman tentang adanya dan
keberadaan Jin.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah juga berkeyakinan bahwasanya pengetahuan terhadap hal
yang ghaib termasuk hal yang menjadi rahasia Allah Ta’ala dan termasuk sifat Allah Ta’ala yang
paling khusus, yang tidak ada seorang makhluk-pun dapat menyamai-Nya, sebagaimana firman-
Nya;
Artinya, “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri, dan Dia mwengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada
sehelei daun-pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir
bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis
dalam kitab yang nyata (Lauh Makhfudz)” (QS. al-An’an: 59)

Adapun hal-hal yang ghaib yang dikhabarkan oleh para nabi dan rasul, sebagaimana Nabi
kita Muhammad r menghabarkan kepada ummatnya tentang tanda-tanda hari kiamat, tentang
adanya surga dan neraka, tentang adanya azab kubur dan nikmat kubur dan juga Rasulullah r
pernah memegang leher jin Ifrit ketika beliau diganggu oleh Jin tersebut didalam shalatnya
sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dan juga hal-hal yang ghaib lainnya, maka yang
demikian tiada lain hanyalah sebagai salah satu tanda kenabian dan keistimewaan bagi beliau,
dan hal ini hanyalah sebagai wahyu Ilahi, sebab beliau tidak bertutur kata melainkan berdasarkan
bimbingan wahyu dari Allah Ta’ala.

Pada intinya hal-hal ghaib yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala beritahukan kepada para


nabi dan rasul merupakan kekhususan mereka dan tidak diberikan kepada selain mereka, hal ini
sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam firmanNya,
َ ‫ك ِمن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِـه َو ِم ْن خَ ْلفِ ِه َر‬
‫صدًا‬ ُ ُ‫ُول فَِإنَّهُ يَ ْسل‬
ٍ ‫ضى ِمن َّرس‬ ْ ‫ب فَالَ ي‬
َ َ‫ُظ ِه ُر َعلَى َغ ْيبِ ِه َأ َحدًا ِإالَّ َم ِن ارْ ت‬ ِ ‫عَالِ َم ْال َغ ْي‬
“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang hal ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di
belakangnya”. (QS.Al-Jinn: 26-27)
Bab 3
PENUTUP

Kesimpulan
Beriman kepada hal yang tampak bukanlah suatu keutamaan dan keistimewaan yang
patut dibanggakan oleh seorang manusia. Mengapa demikian? Karena hewan pun dapat
mengatahui wujud dan mempercayai eksisitensi sesuatu yang tampak tersebut. Sebaliknya,
beriman kepada yang ghaib adalah pijakan yang membedakan manusia dengan hewan. Namun
tidak berarti bahwa manusia harus berlebih-lebihan dalam mengimani hal ghaib yang tidak
memiliki hakekatnya sehingga menjerumuskannya kepada khurafat, dongeng, mitos atau legenda
yang tidak ada dasarnya sama sekali. Maka kesimpulan beriman kepada yang ghaib berarti
meyakini hal-hal ghaib yang termaktub dalam nash al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh  , tanpa
harus tenggelam dalam khayalan-khayalan batil dan tertipu oleh ilusi-ilusi palsu.

Daftar Pustaka
https://alsofwa.com/334-analisa-definisi-beriman-kepada-ghaib/

Anda mungkin juga menyukai