Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“Pinjam - Meminjam”

Diajukan sebagai tugas mata pelajaran


Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh:

Alya Nur Fadilah (02)


Amiiroh Aulia Sari (03)
Aulia Setyowati Imami (08)
Devriska Wahyu Ramadhana (09)
Nur Alfiyyatul Laila (16)

KELAS: XI KEPERAWATAN
SMK WIYATA HUSADA
2015

i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam berjudul “Pinjam - Meminjam”. Kemudian shalawat beserta salam
kami sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW. Yang telah memberikan pedoman
hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata pelajaran Patologi di program studi
Keperawatan pada SMK Wiyata Husada. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kota Batu, Agustus 2015


Seluruh Anggota Kelompok 3 Pendidikan Agama Islam

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………… 1


1.1 Latar belakang …………………………………………………………………… 1
1.2 Tujuan penulisan makalah ……………………………………………………….. 1

BAB II ISI …………………………………………………………………………………… 2


2.1 Mind map ………………………………………………………………………… 2
2.2 Pengertian pinjam-meminjam ……………………………………………………. 2
2.3 Hukum pinjam-meminjam (Al-Ariyyah) ………………………………………..., 2
2.4 Rukun pinjam-meminjam ………………………………………………………... 4
2.5 Syarat sahnya ‘Ariyah …………………………………………………………… 5

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………. 7


3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………… 7
3.2 Saran …………………………………………………………………………….. 7

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………. 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia kadang dirundung kekurangan untuk sebuah keinsyafan akan kelemahannya. Dan
kadang dilimpahi nikmat harta untuk mendidik makna syukur dalam dirinya. Dengan adanya dua
kelompok manusia tersebut maka terjadilah dalam hidup bermasyarakat kita suatu transaksi dan
interaksi untuk saling melengkapi di dalam hidup ini. Yang dilanda kekurangan meminjam
kepada yang berkecukupan sepotong hartanya untuk memenuhi kebutuhannya dengan janji akan
mengembalikannya pada bulan tertentu dan hari tertentu. Orang yang berkecukupan pun
memberinya pinjaman sesuai yang dibutuhkannya dengan harapan mendapatkan pahala dari
Allah swt.
Kejadian semacam ini akan terus terjadi pada masyarakat dalam irama saling melengkapi.
Allah swt. yang Maha Tahu benar-benar memperhatikan kejadian ini hingga menurunkan wahyu
kepada Nabi Muhammad saw. untuk mengatur tentang ini semua agar transanksi dan interaksi
yang seharusnya saling menguntungkan ini tidak berubah menjadi suatu kedholiman.

1.2 Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam pada jurusan Keperawatan.

1
BAB II
ISI
2.1 Mind Map

2.2 Pengertian Pinjam - Meminjam


Pinjam meminjam dalam bahasa Arab disebut “Ariyah”. Kata “Ariyah” menurut bahasa
artinya pinjaman. Pinjam-meminjam menurut istilah ‘Syara” ialah akad berupa pemberian
mamfaat suatu benda halal dari seseorang kepada orang lain tanpa ada imbalan dengan tidak
mengurangi atau merusak benda itu dan dikembalikan setelah diambil memfaatnya.

“Dan tolong-memolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong memolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah sangat berat siksa-nya.” (Al-Ma’idah: 2).

 “Dan enggan(menolong dengan) barang berguna.” (Al Ma’un : 7)

2.3 Hukum Pinjam - Meminjam (Al - Ariyyah)


Hukum ‘ariyah adalah sunnah berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam surat Al Maidah
ayat 2, akan tetapi bisa jadi ‘ariyah itu hukumnya menjadi wajib, misalnya meminjamkan pisau
untuk menyembelih binatang yang hampir mati. Dan hukumnya bisa haram apabila barang yang
dipinjam itu digunakan untuk sesuatu yang haram atau dilarang oleh agama. Karena jalan
menuju sesuatu, hukumnya sama dengan hukum yang dituju.
2
Diantara hukum-hukum ‘ariyah adalah sebagai berikut :
·         Sesuatu yang dipinjamkan harus sesuatu yang mubah(diperbolehkan). Jadi seseorang tidak
boleh meminjamkan budak wanita kepada orang lain untuk digauli atau seseorang tidak boleh
meminjamkan orang muslim untuk melayani orang kafir atau meminjamkan parfum haram atau
pakaian yang diharamkan.
“Dan jangan kalian tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Al Maidah:2)

·         Jika mu’ir (pihak yang meminjamkan) mengisyaratkan bahwa musta’ir (peminjam)
berkewajiban mengganti barang yang dipinjam jika dia merusak barang yang dipinjam, maka
musta’ir wajib menggantinya, karena Rosulullah SAW bersabda :
“Kaum muslimin itu berdasarkan syarat-syarat mereka.”(riwayat Abu Daud dan Al Hakim)

Jika mu’ir tidak mengisyaratkan, kemudian barang pinjaman rusak bukan karena kesalahan
musta’ir atau tidak karena disengaja, maka musta’ir tidak wajib mengganti, hanya saja dia
disunnahkan untuk menggantinya, karena Rosulullah SAW bersabda kepada salah seorang
istrinya yang telah memecahkan salah Satu tempat makanan.
“makanan dengan makanan dan tempat dengan tempat.” (diriwayatkan Al Bukhari).

Namun jika kerusakannya hanya sedikit disebabkan karena dipakai dengan izin tidaklah patut
diganti, karena terjadinya sebab pemakaian yang diizinkan.(ridlo kepada sesuatu berarti ridlo
pula kepada akibatnya).

Jika barang pinjaman mengalami kerusakan karena kesalahan dan disengaja oleh musta’ir, dia
wajib menggantinya dengan barang yang sama atau dengan uang seharga barang pinjaman
tersebut, karena Rosulullah SAW bersabda :
“Tangan berkewajiban atas apa yang diambilnya hingga ia menunaikannya.” (Diriwayatkan
Abu Daud, At Tirmidzi dan Al Hakim yang men-shahih-kannya).

3
Musta’in (peminjam) harus menanggung biaya pengangkutan barang pinjaman ketika ia
mengembalikannya kepada mu’ir jika barang pinjaman tersebut tidak bisa diangkut kecualioleh
kuli pengangkut atau dengan taksi.
Rosulullah,bersabda:
“Tangan berkewajiban atas apa yang diambilnya hingga ia
menunaikannya.”(diriwayatkan Abu Daud, At Tarmidzi dan Al Hakim)

·         Musta’in tidak boleh menyewakan barang yang dipinjamnya. Adapun meminjamkannya
kepada orang lain dibolehkan, dengan syarat mu’in merelakannya.
·         Pada tiap-tiap waktu, yang meminjam ataupun yang meminjamkan boleh memutuskan aqad
asal tidak merugikan kepada salah seorang di antara keduanya. Jika seseorang meminjamkan
kebun untuk dibuat tembok, ia tidak boleh meminta pengembalian kebun tersebut hingga tembok
tersebut roboh. Begitu juga orang yang meminjamkan sawah untuk ditanami, ia tidak boleh
meminta pengembalian sawah tersebut hingga tanaman yang ditanam diatas sawah tersebut telah
dipanen, karena menimbulkan mudharat kepada seorang muslim itu haram.
·         Barang siapa meminjamkan sesuatu hingga waktu tertentu, dia disunahkan tidak meminta
pengembaliannya kecuali setelah habisnya batas waktu peminjaman.

2.4 Rukun Pinjam - Meminjam


Rukun pinjam meminjam ada empat macam dengan syaratnya masing-masing sebagai
berikut:
1.      Orang-orang yang meminjamkan, disyaratkan;
a.       Berhak berbuat kebaikan tanpa ada yang menghalangi. Orang yang dipaksa anak
kecil tidak sah meminjamkan.
b.      Barang yang dipinjamkan itu milik sendiri atau menjadi tanggung jawab orang yang
meminjamkannya.
2.      Orang-orang yang meminjam, disyaratkan;
a.       Berhak menerima kebaikan. Oleh sebab itu, orang gila atau anak kecil tidak sah
meminjam.
b.      Hanya mengambil manfaat dari barang dari barang yang dipinjam.
4
3.      Barang yang dipinjam, disyaratkan;
a.       Ada manfaatnya
b.      Barang itu kekal (tidak habis setelah diambil manfaatnya). Oleh karena itu,
makanan yang setelah dimanfaatkan menjadi habis atau berkurang zatnya tidak sah dipinjamkan.
4. ijab qobul, kesepakatan antara peminjam dan pemilik barang yang meminjamkan.

Apabila barang yang dipinjam itu rusak, selama dimanfaatkan sebagaimana fungsinya, si
peminjam tidak diharuskan mengganti, Sebab pinjam-meminjam itu sendiri berarti saling
percaya- mempercayai. Akan tetapi kalau kerusakan barang yang dipinjam akibat dari pemakaian
yang tidak semestinya atau oleh sebab lain, maka wajib menggantinya. Shofwan bin Umaiyah
menginformasikan, Sesungguhnya Nabi saw. telah meminjam beberapa baju perang dari
shofwan pada waktu Perang Hunain. Shofwan bertanya: "Paksaankah, ya Muhammad?"
Rosulullah saw. menjawab: "Bukan, tetapi pinjaman yang dijamin". Kemudian (baju perang itu)
hilang sebagian, maka Rosulullah saw. mengemukakan kepada shofwan akan menggantinya.
Shofwan berkata: "Saya sekarang telah mendapat kepuasan dalam Islam." (HR. Ahmad dan
Nasai).

2.5 Syarat Sahnya ‘Ariyah :


Untuk sahnya ‘ariyah ada empat syarat yang wajib dipenuhi :
 Pemberi pinjaman hendaknya orang yang layak berbaik hati. Oleh karena itu, ‘ariyah
yang dilakukan oleh orang yang sedang ditahan hartanya tidak sah.
 Manfaat dari barang yang dipinjamkan itu hendaklah milik dari yang meminjamkan.
Artinya, sekalipun orang itu tidak memiliki barang, hanya memiliki manfaatnya saja, dia
boleh meminjamkannya, karena meminjam hanya bersangkut dengan manfaat, bukan
bersangkut dengan zat.
 Barang yang dipinjamkan hendaklah ada manfaatnya. Maka tidak sah meminjamkan
barang yang tidak berguna. Karena sia-sia saja tujuan peminjaman itu.

5
 Barang pinjaman harus tetap utuh, tidak boleh rusak setelah diambil manfaatnya, seperti
kendaraan, pakaian maupun alat-alat lainnya. Maka tidak sah meminjamkan barang-
barang konsumtip, karena barang itu sendiri akan tidak utuh, seperti meminjamkan
makanan, lilin dan lainnya. Karena pemanfaatan barang-barang konsumtip ini justru
terletak dalam menghabiskannya. Padahal syarat sahnya ‘ariyah hendaklah barang itu
sendiri tetap utuh.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah menyusun makalah ini yang berjudul, “Pinjam – Meminjam”, penulis
menyimpulkan bahwa dalam proses pinjam-meminjam di kalngan masyarakat harus
memperhatikan beberapa hal sebelum melakukannya, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti yang terjadi saat sekarang ini.
Semoga Allah swt. memberikan kemampuan kepada kita untuk dapat mengikuti dan
menaati petunjuk dalam hal pinjam-meminjam dan bersedekah dalam ajaran Islam.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan partisipasi akan teman-teman dan guru berupa saran serta kritik
yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA
http://setiawan-enda-uin-pai.blogspot.com/2013/01/materi-pinjam-meminjam-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai